6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Narkoba 2.1.1 Definisi
Narkoba merupakan jenis obat-obatan yang sangat berbahaya jika penggunaanya secara sembarangan. Zat/bahan yang terkandung di dalam narkoba dapat menimbulkan efek yang sangat buruk dan mempengaruhi tubuh terutama otak atau aliran saraf pusat yang akan mengakibatkan gangguan pada kesehatan, penggunaan narkoba yang melebihi dosis dapat memberikan efek samping dan yang paling fatal seperti keganggu kejiwaanya, hepatitis a atau c, HIV/AIDS, bahkan bisa juga berujung pada kematian (Sahambangung, Munir, Sanger, & Katolik, 2018).
Zat atau obat yang berasal dari tanaman sintesis maupun semi sintesis yang dapat mengakibatkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, dan dapat menimbulkan ketergantungan atau yang biasanya disebut narkoba, psikotropika (zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh seleksitif pada susunan saraf pusat dan mengakibatkan perubahan aktifitas normal dan perilaku), dan bahan adiktif lainnya. Narkoba mempunyai beberapa fungsi dan kegunaannya tetapi jika kita salah untuk penggunakanya akan mengakibatkan hal sangat fatal (Anshori, 2019).
Dunia kedokteran narkotika adalah suatu zat atau obat yang sangat bermanfaat bagi manusia untuk mengobati penyakit tertentu. Contoh narkotika yang dapat dipakai untuk pengobatan yaitu morfin, dapat berguna untuk sebagai alat bius atau penghilang rasa sakit pada saat operasi di dalam dunia kesehatan, kodein jugaberguna untuk pereda batuk.gangguan jiwa juga bisa di obati dengan menggunakan psikotropika. Namun, seiiring berjalanya waktu psikotropika di pergunakan melenceng dan dipergunakan secara negatif, seseorang yang awalmulanya tidak mengerti tentang hal tersebut bahkan bisa menjadi pecandu yang sulit terlepas dari ketergantungannya (Fadhilah, 2015).
2.1.2 Golongan Narkoba
Untuk narkoba sendiri terbagi atas 3 (tiga) golongan, yaitu :
1. golongan pertama jenis iniadalah jenis yang sangat berbahaya bila di konsumsi, dan kegunaanya hanya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan karena mengakibatkan kecanduan yang sangat berat.
2. Golongan yang kedua hanya dapat disaat melakukan pengobatan, dapat di gunakan jika sudah tidak mendapati pilahan untuk proses pengobatan dikarenakan dapat mengakibatkan kecanduan yang tidak bisa lepas.
3. Golongan yang ketiga dipergunakan hanya untuk pengobatan walaupun tingkat kecanduanya yang dominan rendah namun harus mengetahui tingkat bahaya penggunaanya. Contoh dari beberapa jenis narkoba yaitu morfin, ganja, kokain, heroin, shabu-shabu, ekstasi, putau, alcohol.
Untuk narkotika jenis narkoba seperti golongan tiga yaitu metadon, naltrexone dan sejenisnya jika tidak salah cara penggunaanya dapat bermanfaat bagi pihak medis baik dalam kedokteran, kesehatan, bahkan pengobatan lainya. Kurangnya pengetahuan tentang narkoba bahkan untuk mengetahui pengguna narkoba, membuat kita tidak menhiraukan hal itu, padahal mungkin saja orang terdekat kita sendiri yang ternyata menyalahgunakan narkoba (Sahambangung et al., 2018).
2.1.3 Macam-macam Narkoba 1. Morfin
Dalam medis dapat digunakan sebagai obat penenang dan juga dipergunakan untuk menghilangkan rasa nyeri, dan dampak negative berakibat menjadi candu.
2. Ganja
Marijuana atau yang biasa disebut ganja, ganja merupakan tanaman liar yang dapat tumpuh di iklim tropis.
3. Kokain
Jenis ini juga merupakan jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai obat perangsang, kokain biasanya dapat tumbuh di negara Amerika selatan, Ceylon, India, dan Jawa.
4. Heroin
Berbeda kegunaanya dengan morfin yang masih dapat dipergunakan sebagai alat pereda sakit, heroin masih tergolong sebagai candu, yang melalui proses kimia dan memiliki kemampuan yang jauh lebih berbahaya dari morfin.
5. Shabu-shabu
Bentuk dari sabu-sabu ini memiliki tekstur seperti bumbu, yakni bertekstur kristal yang ukurannya kecil dan berwarna putih, tidak berbau, dan mudah larut dalam alkohol. Untuk dampaknya menggunakan ini dapat selalu aktif, tidak merasakanya rasa lapar dan sangat percaya diri yang sangat tinggi.
6. Ekstasi
Ekstasi ini bukan tergolong dari jenis narkotika maupun alcohol, zat ini adalah merupakan zat adiktif yang termasuk simultansia (perangsang).
7. Putau
Putau adalah minuman khas dari Cina yang mengandung alkohol dan heroin yang hamper sama dengan ganja. Cara pemakaianya dapat melewati suntikan, dihisap lewat hidung maupun mulut.
8. Alkohol
Alcohol Termasuk dalam zat adiktif yang dapat menyebabkan ketergantungan dan kecanduan, jika mengkosnsumsi terlalu banyak akan mengakibatkan mabuk (Sahambangung et al., 2018).
2.1.4 Dampak Narkoba
Penggunaan narkotika dapat memberikan dampak buruk ter- hadap kesehatan bagi pengonsumsinya. Pengguna narkotika dengan cara menyuntikannya ke bada dapat berdampak sangat berbahaya seperti terkena penyakit HIV-AIDS, hepatitis dan dapat mengundang temanya untuk mencoba bersama-sama. Hepatitis C di antara bagi pengguna narkotika jenis suntik di kota-kota di seluruh dunia berkisar diantaranya 45% hingga 95%. Banyak dampak tidak baik dari mengkonsumsi narkotika serta berakibat kerugian diri sendiri dan bagi orang lain yang berdampak buruk bagi kesehatan (Sitorus, Utama, Purba, & Melvina, 2017).
Dampak buruk dari menggunakan narkotika dengan rentan waktu secara lama berakibat berubahnya fungsi otak. Perbedaan fungsi otak dari orang yang mengalami masalah kecanduan, berbanding terbalik dengan orang yangtidak mengkonsumsi barang itu. Ketergantungan bagi penggunaan narkotika berakibat kinerja otak berakibat mengalami penurunan fungsi. Positron Emission Tomography (PET) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat mengetahui perubahan fungsi dari kinerja otak (Sitorus et al., 2017).
Penyalahgunaan narkotika memiliki pengaruh terhadap kerja sistem saraf, yaitu :
1. Gangguan saraf sensorik.
Gangguan ini menyebabkan rasa kebas dan penglihatan buram hingga bisa menyebabkan kebutaan.
2. Gangguan saraf otonom.
Gangguan ini menyebabkan gerakan yang tidak dikehendaki melalui gerak motorik. Sehingga orang yang dalam keadaan mabuk bisa melakukan apa saja di luar kesadarannya. Misalnya saat mabuk, para pemakai ini bisa mengganggu orang, berkelahi dan sebagainya.
3. Gangguan saraf motorik.
Gerakan ini tanpa koordinasi dengan sistem motoriknya. Contohnya seperti orang lagi „on’, kepalanya bisa goyang-goyang sendiri, gerakannya baru berhenti jika pengaruh narkobanya hilang.
4. Gangguan saraf vegetatif.
Hal ini terkait bahasa yang keluar di luar kesadaran. Tak hanya itu, efek narkoba pada otak bisa menimbulkan rasa takut dan kurang percaya diri jika tidak menggunakannya.
Dalam jangka panjang, narkoba secara perlahan bisa merusak sistem saraf di otak mulai dari ringan hingga permanen. Saat penggunaan narkotika, muatan listrik dalam otak berlebihan, jika sudah kecanduan, maka lama kelamaan saraf bisa rusak.
2.1.5 Penanggulangan Narkoba
Keadaan yang disebabkan oleh narkotika telah ditangani oleh pemerintah dengan banyak cara yang telah dilakukan contohnya seperti sosialisai bahaya narkotika dan membuat undang-undang untuk pihak hokum leluasa untuk memberantas pengguna narkotika. Hukum yang telah dimiliki pemerintah Indonesia saat ini dalam rangka memerangi narkotika yang disalah gunakan dan peredearanya.
Narkotika ini sudah tidak dilakukan lagi oleh perorangan melainkan sudah melibatkan sindikat atau jaringan yang bekerja sangat rahasia di tingkat manca negara hingga internasional. Hal itu untuk mencegah dan memberantas. Narkotika ini telah melakukan pembaruan UUD Narkotika yang dulu dengan UUD Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Korban yang mudah terkena sudah merambat kepada kalangan remaja maupun generasi muda, hal tersebut dapat meminimalisir adanya kesenjangan ini yang meningkatnya secara kuantitatif dan kualitatif. Dengan demikian,agar dapat memberantas narkotika guna untuk menjauhkan masyarakat dari bahayanya narkotika yang disalahgunakan dengan cara menelusuri peredaranya, dalam UUD telah diatur mengenai bahan kimia yang dapat digunakan untuk pembuatan narkotika (goleman, daniel boyatzis, Richard Mckee, 2019).
Para lembaga telah mengatur perbaikan dalam memberantas narkotika. BNN juga bekerjasama dengan pihak TNI untuk memperkuat pemberantasan narkotika.
Ada beberapa poin penting tentang Narkotika dan bahan kimia yang dapat digunakan untuk pembuatan narkotika serta Pelaksanaan Rehabilitasi Penyalahgunaan narkotika, yaitu:
1. Membina dan memberdayakan para masyarakat anti narkotika.
2. Memberikan informasi untuk mencegah menyalahgunaan dan memberedaran narkotika.
3. Melakukan pemeriksaan tes narkotika
4. Merehabilitas pengguna yang memakai narkoba.
5. Menugaskan personel terkait untuk memberantas peredaran narkoba.
6. Melaksanaan sosialisasi wajib lapor pecandu saat pemosresan rehabilitasi Kepolisian Negara Indonesia juga berkolaborasi bersama Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk menerapkan peraturan bersama tersebut (goleman, daniel boyatzis, Richard Mckee, 2019).
2.2 Remaja 2.2.1 Pengertian
Masa remaja ialah proses menuju dewasa, yang dimana dalam masa ini banyak mengandung perubahan aspek kehidupan yang secara umum kita ketahui yaitu aspek psikologis, biologis maupun sosial. Secara aspek biologis menumbuhkan hormone yang dimiliki oleh pria dan wanita yang dimana hormon tersebut berfungsi untuk meningkatan libido pada remaja. Dalam kondisi tersebut dapat mengakibatkan peningkatan rasa ingin tahu pada remaja tentang seksualitas. Informasi seksualitas sudah dapat diakses oleh remaja melawati jejaring internet. Rasa ingin tahu remaja mengenai seksualitas dapat terjawab karena telah mengetahui situs-situs di internet.
Cara remaja mengetahui tentang kesehatan maupun seksual secara mandiri oleh remaja mengakibatkan terjadinya persepsi yang menyimpang, sehingga dalam pemikiran remaja memunculkan rasa ingin mencoba (Marlina, Jalinus, & Rahmat, 2018).
Pandangan dari segi psikologi, remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa pendewasaan yang diperkiraan usianya mulai dari usia 10-12 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun. Kebanyakan orang banyak yang mendefinisikan tentang remaja yang berbeda-beda. Khamim Zarkasih Putro mengatakan bahwa remaja sangatlah susah untuk didefinisikan, karena terbatasnya sudut pandang yang dapat dibuktikan dalam mendefinisikan remaja (April & Tari, 2019).
2.2.2 Ciri-ciri Remaja
Ciri-ciri tertentu yang di kemukakan oleh Sidik Jatmika, kesulitan itu berawal dari fenomena remaja dengan beberapa perilaku khusus; yakni:
1. Remaja ingin mengemukakan pendapatnya agar dapat di dengar. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya perselisihan dan ketegangan.
2. Remaja sangat mudah untuk dipengaruhi oleh para teman-temannya daripada dipengaruhi oleh orangtuanya sendiri. Pengaruh dari orangtuanya makin lama semakin menurun. Remaja mempunyai kesenangan dan berperilaku yang bertentangan dengan kemauan keluarga.
3. Remaja sendiri akan mengalami perubahan dari bentuk fisik, dan seksualitasnya serta pertumbuhannya. Perasaan sex muncul dapat membingungkan, menakutkan dan menjadi satu faktor frustrasi serta sumber perasaan salah.
4. Terlalu percaya dirinya remaja, hal tersebut dapat muncul bersamaan dengan emosinya yang meningkat terkadang juga tidak bisa terkontrol, berakibat tidak mau menerima nasehat atau kritik dari orang lain maupun dari orang tuanya (Putro, 2017).
2.2.3 Kesulitan Yang Dialami Remaja
Bahaya dan kesulitan yang kemungkinan dialami remaja antara lain:
1. Kejiwaan. Remaja seringkali kejiwaanya dapat berubah-ubah remaja juga bisa terlihat pendiam, cemberut dan mengasingkan diri dari keramaian.
2. Rasa keingintahuan remaja yang sangat tinggi tentang seksual dan selalu mencoba-coba hal yang mereka belum pernah mencobanya.
3. Tidak masuk sekolah.
4. Anti sosial, contoh halnya suka tidak jujur, kejam, mengganggu dan agresif.
Disebabkan cara mendidik yang salah dari orangtuanya, bila di didik terlalu keras dan terlalu dimanja maupun pengaruh buruk teman.
5. Obat bius yang disalahgunakan.
6. Psikosis atau yang biasanya di ketahui orang adalah skizofrenia (Putro, 2017).
2.2.4 Ciri-ciri Khusus Remaja Adapun ciri-ciri khusus. yaitu :
1. Pada masa remaja merupakan suatu hal yang sangat diutamakan pada masa peralihan remaja, akibat langsung ataupun jangka yang panjang tetaplah sangat diutamakan. Pertumbuhan fisik yang sangat pesat dan pesatnya perubahan mental, paling utama pada masa-masa titik awal remaja. Yang dimana pada masa ini muncul penyesuaian mental, membentuk kepribadian diri dan minat baru dalam kehidupanya.
2. Pada masa remaja ini anak akan belajar bagaimana berperilaku selayaknya anak seusianya yang masih remaja. Jika seorang remaja berperilaku sebagai orang yang telah dewasa, maka perilakunya tidak pantas untuk anak seusianya. Di sisi lain juga mengajarkan anak agar bisa memilih dan mengetahui mana yang sesuai dengan usianya saat ini. Masa remaja sebagai periode berubahnya sikap maupun perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Bilamana pada awal remaja, pada saat ada berubahnya fisik yang pesat, begitu pula perubahan perilaku. Jika perubahan fisik menurun, secara otomatis sikap dan perilaku mengalami penurunan juga.
3. Pada masa remaja saat ini adalah banyak permasalahan di setiap periodenya, namun masalah pada masa remaja menjadi persoalan yang sangat sulit baik anak laki-laki ataupun anak perempuan. Para remaja sulit mengatasi permasalahanya sendiri menurut cara yang mereka yakini, remaja pada akhirnya mengetahui bahwa penyelesaian masalah yang dialami remaja tidak selalu sesuai dengan harapan para remaja.
4. Pada masa remaja ini untuk masa dimana mereka mencari jati diri atau identitas, menyesuaikan diri terhadap komunitas ataupun kelompok penting bagi anak laki-laki maupun perempuan. Berselang waktu mereka mulai mencari identitas diri dan tidak merasa puas dengan para temanya dalam segala hal. Status remaja saat ini membuat remaja menjadi dilema yang mengakibatkan para remaja baik laki-laki maupun perempuan mengalami
“krisis identitas” pada dirinya.
5. Masa remaja ini merupakan usia yang dimana dapat memunculkan ketakutan anggapan menilai seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan dan mempresepsi budaya bahwa para remaja selalu ingin berbuat semaunya sendiri, yang susah untuk dipercaya dan berkcenderungan bertindak merusak, menyebabkan para orang dewasa yang harus turun tangan mengawasi dan membimbing perilaku para remaja.
6. Pada maasa remaja ini merupakan sebagai masa yang tidak bersikap dimana seseorang merasa sudah tidak harus berpegang terhadap prinsip dasar, dimana setiap orang pasti memilikinya dari keluarga maupun lingkungan lain. Masa remaja berkecenderungan memandang kehidupan melihat dirinya sendiri dan indifidu lain sebagaimana yang mereka inginkan dan bukan sebagaimana semestinya, yang lebih menjurus dalam hal harapan dan cita-cita. Cita-cita dan harapan yang tidak realistis ini, tidak hanya bagi indifidunya sendiri namun juga bagi indifidu lainya maupun untuk keluarganya, menyebabkan meningkatnya emosi yang merupakan awal masa remaja. Remaja timbul perasaan kecewa apabila seseorang menyakiti hati dari indifidu seorang remaja.
7. Masa remaja dikatakan proposional yang jika telah mendekati usia proposional sah, para remaja merasa gelisah untuk meninggalkan stereotip yang telah ia lakukan dan terkesan bahwa remaja akan menjadi dewasa yang matang. Bertindak ataupun berpakaian dewasa belumlah cukup bila mereka dianggap sudah dewasa. Karena itulah, remaja memulai memfokuskan diri kepada hubungan dengan status dewasa, yaitu menyalahgunakan obat-obatan, meminum minuman yang beralkohol, merokok, dan berbuat seperti berhubungan dewasa yang meresahkan masyarakat sekitar. Mereka beranggapan bahwa jika mereka berperilaku seperti ini memberikan citra sebagaimana yang diharapkan oleh mereka (Putro, 2017).
2.2.5 Perubahan Fisik Dan Psikologi Remaja
Ada juga perubahan yang signifikan yang terjadi pada masa remaja yang secara psikologi maupun secara fisik. Adapun ciri-ciri perubahan pada masa remaja yaitu :
1. Emosi meningkat yang berada di dalam awal masa remaja diketahui sebagai masa stress. Dalam sosial kondisi, mengakibatkan meningkatnya emosi yang menjadi tanda remaja telah memasuki kondisi yang sudah berbeda dengan masa yang terdahulu yang telah dilalui oleh remaja. Dalam fase ini tidak sedikit tekanan yang harus ditujukan kepada remaja, dan tuntutan yang diarahkan, seperti halnya remaja diharapkan mampu tidak lagi berperilaku seperti anak kecil, dan remaja tersebut harus mampu bertanggung jawab dan lebih mandiri. Seiiring waktu berjalan sifat tersebut akan terbentuk dengan sendirinya, dan ketika usia dewasa akan tampak jelas.
2. Terjadi pula perubahan kematangan seksual pada tahap masa ini. Yang terkadang pada perubahan yang terjadi membuat remaja merasa bimbang dan tidak percaya diri dengan kemampuan dirinya. Perubahan lain adalah terjadi perubahan fisik yang signifikan seperti berubahnya pencernaan, sistem sirkulasi, dan sistem respirasi maupun perubahan yang terdapat di tubuh seperti berat dan tinggi badan, maupun bentuk tubuh.
3. Bagi remaja yang menarik dalam dirinya adalah berhubungan dengan orang lain. Pada masa remaja ini ada beberapa hal yang menarik bagi remaja yang terbawa dari masa kanak-kanak yang telah berganti oleh hal baru dan lebih dewasa. Hal tersebutpun disebabkan adanya rasa tanggung jawab pada remaja, maka remaja mengharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka menuju hal-hal yang lebih diproritaskan. Orang lainpun berhubungan dengan perubahan yang terjadi pada remaja. Remaja sudah tidak lagi berfikiran menghubungkan hanya dengan dari jenis kelamin, tetapi dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa sekalipun.
4. Berubahnya penilaian, tentang apa yang menurut remaja penting pada masa kanak-kanak, kini sudah tidak sebegitu penting ketika sudah menuju masa pendewasaan.
5. Remaja berdominan berperilaku bimbang tentang apa yang mereka alami. Di sisi lain remaja ingin bebas, dalam sisi lain juga para remaja takut dengan tanggung jawab yang bersamaan dengan itu, dan remaja itu ragu akan kemampuan yang telah mereka miliki itu (Putro, 2017).
2.2.6 Pergaulan Bebas Pada Remaja
Pergaulan bebas remaja yang timbul di zaman sekarang sudah menjadi isu social dikalangan masyarakat. Setelah dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi, bebasnya pergaulan pada remaja makin mengalami peningkatan. Arti dari bergaul sendiri adalah proses bergaulnya para remaja. Bebas merupakan lepas, tidak ada yang menghalangi dan berbuat, dengan leluasa, tidak dibatasi oleh aturan yang ada. Bebasnya bergaul merupakan bentuk perilaku yang menyimpang pada remaja hingga melanggar aturan melewati batas dari kewajiban serta telah melenceng dari ajaran norma maupun agama. (April & Tari, 2019)
pergaulan bebas itu sendiri lebih menuju kepada pergaulan remaja yang telah melanggar suatu aturan yang bisa mengarah terhadap perbuatan yang buruk.
Berdasarkan penjelasan itu, adapun bentuk pergaulan bebas yang biasanya terjadi di masyarakat yaitu:
1. hamil di luar nikah
2. memakai narkoba dan minum alkohol.
3. Melihat video porno.
4. Tawuran pelajar,
Bebasnya pergaulan pada remaja saat ini sudah melewati batas wajar (April & Tari, 2019).
2.3 Emosional Remaja
Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri kita, dapat berupa perasaan senang atau tidak senang, perasaan baik atau buruk. Dalam world book dictionary
(1994:690) emosi didefinisikan sebagai “berbagai perasaan yang kuat”. Perasaan benci, takut, marah, cinta, senang, dan kesedihan. Macam-macam perasaan tersebut adalah gambaran dari emosi. Dari pengertian semosi tersebut dapat penulis simpulkan bahwa, setiap individu tentunya pasti memiliki setiap macam dari perasaan emosi tersebut, tergantung dari invidu itu sendiri dan orang disekitarnya dalam mengontrol dan menyikapi dari berbagai emosi yang timbul dari masing-masing individu tersebut.
Menurut (Golmen, 1995), didalam buku Emosi Anak Usia Dini karangan Riana Mashar pada tahun 2015, bahwa emosi adalah perasaan amarah, ketakutan, kebahagiaan, cinta, rasa sedih. Jadi dapat disimpulkan bahwa emosi itu sendiri yaitu perasaan yang ada pada diri baik itu sedih bahagia, senang dan sebagainya yang akan dikembangkan melalui perkembangan kepribadian anak usia dini. Menurut penulis, jika pendidik dan orangtua sendiri memiliki kecerdasan emosional yang baik dan dapat dikontrol, maka tidak terkecuali dapat di terapkan kepada anak usia dini agar memiliki kecerdasan emosional yang baik dan stabil dengan bantuan pendidik dan orangtua.
Perkembangan Emosi Pada Anak Usia Dini. Menurut ( Hurlock, 1991), didalam buku Emosi Anak Usia Dini karangan Riana Mashar tahun 2015, Hurlock menyatakan 2 macam emosi yang paling umum terjadi pada anak usia dini yaitu ketakutan dan kemarahan. Menurut penulis, kedua bentuk emosi tersebut adalah bentuk dari macam-macam emosi negative, dimana saat anak merasa takut mereka meluapkanya dengan cara menangis dan berteriak bahkan ada yang pingsan saat merasa sangat ketakutan dan melemparkan barang, memukul dan menyakiti dirinya sendiri saat marah.
Perkembangan emosional anak termasuk mengenali apa perasaan dan emosi yang mereka alami, mengerti bagaimana dan mengapa hal itu terjadi, mengenali perasaan sendiri dan orang lain, dan mengembangkan cara yang efektif dalam mengelolanya. Seiring dengan pertumbuhan anak, perkembangan emosionalnya juga akan menjadi semakin kompleks tergantung dengan pengalaman yang didapatkannya.
Karena itulah, pendidik dan orangtua dirumah mengembangkan kemampuan untuk mengelola emosi akan menjadi hal yang sangat penting untuk kesehatan mental anak.
Sedangkan menurut (Walgito, 1997) mengemukakan 3 teori emosi yaitu : a. Teori sentral, dimana yang kita ketahui bahwa teori sentral merupakan gejala
kejasmanian akibat dari emosi yang dialami oleh undividu.
b. Teori peripheral, yaitu dimana gejala gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami individu..
c. Teori kepribadian, diaman emosi ini adalah suatu kegiatan individu tidak dapat dipisahkan antara jasmani dan psikis sehingga emosi dikatakan suatu perubahan kejasmanian.
Kemampuan emosional anak adalah saat dimana anak dapat mengenali, mengekspresikan, mengerti dan mengelola rentang emosi yang luas. Anak-anak yang dapat mengelola dan mengerti perasaan mereka dengan tetap tenang dan menikmati pengalamannya lebih mungkin untuk mengembangkan citra diri yang positif dan menjadi pribadi yang percaya diri serta penuh rasa ingin tahu dalam belajar.
Perkembangan emosional adalah tugas yang kompleks yang dimulai sejak usia dini dan berlanjut sampai ke masa dewasa (Putri & Hazizah, n.d.)
Soegarda Poerbakawatja (1982) dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2004; 62-63) berpendapat, emosi pada remaja merupakan respon terhadap suatu rangsangan dari luar yang mengakibatkan berubahnya fisiologis disertai bersama perasaan yang kuat dan kemungkinan untuk meluap. Respon ini terjadi terhadap rangsangan eksternal maupun internal.
Emosi mempunyai beberapa bentuk seperti yang sudah dijelaskan Daniel Goleman (dalam Asrori ; 2005), meneliti, antara lain :
1. Marah.
2. bermusuhan.
3. Kesedihan 4. Rasa takut 5. Kenikmatan
Semua orang mempunyai bentuk emosi itu semua ,yang membedakannya adalah dominan atau tidaknya emosi tersebut menguasai diri pada remaja (Azmi, 2015).
2.3.1 Karakteristik Emosi Remaja
Secara garis besar, ciri-ciri emosi dari remaja terdapat empat periode. Adapun ciri-ciri untuk setiap periode.
1. Periode Pra-remaja
Selama periode ini terjadi gejala yang hampir serupa bagi remaja putra dan putri. Perubahan fisik belum begitu terlihat jelas, tetapi pada remaja putri terlihat perubahanya seperti bertambahnya berat badan, hingga remaja putri merasa kegemukan. Perubahan ini memicu munculnya sifat kepekaan terhadap rangsangan dari luar, responnya terlalu berlebihan hingga mereka mudah sekali untuk tersinggung dan cengeng, tetapi juga cepat merasa senang.
2. Periode Remaja Awal
Dalam periode ini berkembangnya gejala fisik yang semakin terlihat jelas adalah perubahan dari fungsi alat reproduksi. Karena berubahnya alat reproduksi serta berubahnya fisik yang semakin nampak ini, remaja sulit dalam penyesuaian diri dengan perubahan yang terjadi. Akibatnya mereka cenderung menyendiri sehingga tidak jarang pula merasa terasing, kurang perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau mempedulikannya. Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit dan mereka cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia sekitarnya. Perilaku seperti ini sesunguhnya terjadi karena adanya kecemasan terhadap dirinya sendiri sehingga muncul dalam reaksi yang kadang-kadang tidak wajar.
3. Periode Remaja Tengah.
Tanggung jawab pada dirinya sendiri yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja untuk dapat menuju kearah mampu memikul sendiri seringkali
menimbulkan masalah tersendiri bagi remaja. Karena tuntutan peningkatan tanggung jawab ini tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarganya melainkan juga dari masyarakat sekitarnya, maka tidak jarang masyarkat juga terbawa-bawa menjadi masalah bagi remaja. Melihat fenomena yang sring terjadi dalam masyrakat yang seringkali juga menunjukkan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui, maka tidak jarang juga remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut baik atau buruk. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai- nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik dan pantas untuk dikembangkan dikalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa sekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya agar dipatuhi oleh remaja tanpa disertai dengan alasan yang masuk akal menurut mereka atau bahkan orang tua atau orang dewasa menunjukkan prilaku yang tidak konsisten dengan nilai-nilai yang dipaksakannya itu.
4. Periode Remaja Akhir
Remaja merasa dirinya sudah dewasa dan sudah mampu menentukan pemikiranya, bersikap, dan berperilaku yang makin dewasa. Oleh karena itu, orang tua dan masyarakat bisa memberikan kepercayaan kepada mereka.
Interaksi kepada orang tua juga sudah menjadi semakin baik dan lancar karena remaja memiliki kebebasan yang sudah bisa dikendalikan dan emosinya pun mulai stabil. Memilih arahan hidup yang sudah semakin jelas dan mampu mangambil keputusan tentang arahan hidupnya sendiri untuk lebih bijaksana walaupun remaja masih belum bisa sepenuhnya. Mereka juga sudah bisa memilih pola hidup yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap dirinya sendiri, orang tua, maupun masyarakat. Berkembangnya emosi pada remaja terlihat jelas pada berubahnya tingkah laku, berkembangnya emosi remaja juga demikian. Menurut Mohammad Asrori (2005), ada beberapa factor yang berpengaruh pada berkembangnya emosi remaja, yaitu:
a) Perubahan tubuh
Berubahnya bagian tubuh yang memperlihatkan adanya pertumbuhan yang sangat pesat dari bagian anggota tubuhnya. Pada permulaan awal pertumbuhan ini hanya nampak pada tempat-tempat tertentu, yang berakibat tidak seimbangnya bentuk tubuh. Akibat dari tidak seimbangnya tubuh ini menimbulkan hal yang tidak di duga terhadap berkembangnya emosi pada remaja.
b) Pola interaksi dengan orang tua mengalami perubahan
Remaja memberontak kepada keluarganya memperlihatkan bahwa remaja berada dalam konflik dan menyebabkan remaja ingin terlepas dari pengawasan keluarganya. Remaja kurang lega jika belum pernah memperlihatkan bukti bahwa remaja itu menunjukan perlawanan terhadap orang tua, karena remaja ingin memperlihatkan bahwa dia telah dewasa. Jika remaja tersebut berhasil melakukan perlawanan kepada orang tua sehingga mengakibatkan marah, remajapun belum merasa puas karena orang tua tidak memperlihatkan pengertian yang mereka idamkan. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap perkembaangan emosi remaja.
c) Interaksi yang mengalami perubahan terhadap teman sebaya.
Remaja biasanya memulai interaksi sesama teman sebayanya dengan cirikhas mereka, dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas dengan membentuk suatu kelompok geng. Pada masa ini para anggotanya memprofokasi untuk melawan otoritas dan melakukan perbuatan kejahatan bersama.
Hal yang dapat ditimbulkan, biasanya berhubungan dengan cinta terhadap lawan jenis dan dapat menimbulakan emosi. Biasanya remaja sudah memulai saling menyukai lawan jenisnya. Hal ini sebetulnya baik terhadap remaja, tetapi juga dapat memicu terjadinya kesalah pahaman atau terganggunya emosi yang dimiliki oleh remaja.
Sebab itu lah, tidak jarang orang tua justru merasa sedih atau bahkanorang tua merasa cemas ketika anaknya mulai jatuh cinta.
Gangguan emosional akan terlihat jika seorang remaja mengalami patah hati karena di putuskan secara sepihak.
d) Pandangan Luar yang berubah
Faktor penting yang bisa berpengaruh terhadap pertumbuhanya emosi remaja selain perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri yakni pandangan dunia luar terhadap dirinya. Ada beberapa perubahan pandangan dunia luar yang mengakibatkan konflik-konflik emosional dari diri remaja, yaitu Sikap dunia luar terhadap remaja yang tidak konsisten (Azmi, 2015).
2.3.2 Pengaruh Emosi Terhadap Prilaku Individu
Emosi pada remaja ini berpengaruh sangat besar bagi individu khusunya kepada remaja dalam dia bergaul dengan teman-temanya. Menurut Djawad Dahlan (2007:115), ada beberapa pengaruh emosi terhadap prilaku remaja diantaranya sebagai berikut :
1. Menguatkan semangat, jika orang merasa senang dan puas dengan hasil yang dicapai.
2. Memperlemah semangat, jika muncul rasa kecewa dikarenakan kegagalan dan keadaan timbulnya rasa putus asa.
3. Konsentrasi belajar terhambat dan terganggu jika sedang merasakan ketegangan emosi dan biasa juga memicu sikap gugup (nervous)
4. Penyesuaian sosial yang terganggu, jika terjadi rasa cemburu dan iri hati 5. Suasana emosional yang dialami remaja saat masa kecilnya akan mengalami
perubahan sikap yang akan muncul di kemudian hari.
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat berkembang kearah memiliki kecerdasan emosional, menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T Grant Consortium, dalam Asrori (2005:113-114), tentang “ Unsur-unsur Aktif Program Pencegahan”, yaitu sebagai berikut :
a. Keterampilan emosional yang dikembangkan
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan emosional individu adalah :
1. Mengetahui perasaan.
2. Perasaan yang di ungkapkan.
3. Menilai keadaan perasaan.
4. Perasaan yang dapat di kendalikan.
5. Mengontrol hati.
6. Mengurangi rasa stress.
b. Pengembangan Keterampilan Kognitif 1. Belajar lebih mengetahui orang lain.
2. Belajar tentang sopan dan santun,
3. Belajar mempunyai sikap positif (Azmi, 2015).
2.3.3 Remaja dan Pengelolaan
Remaja memiliki semangat dan berkeinginan yang besar. Kondisi ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya bagi remaja itu sendiri, orang tua, sekolah maupun masyarakat. Emosi yang muncul pada remaja harus diperhatian dan memberi kesempaatan untuk mengelola emosinya diwujudkan dalam karakteristik prilaku :
1. Dapat bersikap toleran dan bisa mengendalikan emosinya dengan baik.
2. Daripada bertengkar lebih baik mengungkapkan tentang amarahnya secara baik dan tepat.
3. Perilaku agresif dapat dikendalikan.
4. Mempunyai perasaan yang positif terhadap diri sendiri, sekolah maupun terhadap keluraga.
5. Mampu mengelola ketegangan jiwa dan stress.
6. Mengontrol perasaan kespian dan rasa cemas.
Dengan potensi yang dipunyai remaja dapat menggapai segala apa yang dicita-citakan karena semangat yang dimiliki remaja sangat besar, maka dari itu diperlukan contoh positif dari orang dewasa dan lingkungannya (Azmi, 2015).