• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ LAPORAN HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ LAPORAN HASIL PENELITIAN"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PENGARUH ORAL HYGIENE TERHADAP PENINGKATAN NAFSU MAKAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DENGAN HIV/AIDS YANG KANDIDIASIS

ORAL DI RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA TAHUN 2012

OLEH : SUMARSIH

2010727102

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH JAKARTA 2012

PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN-UMJ

(2)

i

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Riset Keperawatan, Maret 2012

Sumarsih

“Pengaruh Oral Hygiene Terhadap Peningkatan Nafsu Makan Pada Anak Usia Sekolah Dengan HIV/AIDS Yang Kandidiasis Oral di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2012”

VII BAB + 52 halaman + 5 tabel + 3 lampiran

ABSTRAK

Anak dengan HIV/AIDS sering mengalami kandidiasis oral yang sangat mempengaruhi asupan nutrisi sehingga perlu diobati dan dilakukan Oral hygiene dengan tujuan untuk meningkatkan rasa nyaman pada mulut yang berpengaruh pada anak mau makan dan minum dan juga dapat meningkatkan kekebalan tubuhnya secara maksimal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh oral hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak usia sekolah dengan HIV/AIDS yang kandidiasis oral di RSCM.

Desain penelitian menggunakan uji statistik yaitu uji T Beda Dua Mean Dependent.

Sampel yang diambil sebanyak 10 responden. Analisis yang dilakukan yaitu analisa univariat dan analisa bivariat. Hasil penelitian di dapat nilai P value 0,004 kurang dari 0,05 artinya terdapat perbedaan peningkatan jumlah berat badan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan oral hygiene. Nilai P value 0,015 (P Value < 0,05) sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh tindakan oral hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak usia sekolah dengan HIV/AIDS yang kandidiasis oral di RSCM. Saran untuk perawat adalah memberi pengetahuan dan penjelasan tentang pentingnya tindakan oral hygiene pada anak.

Daftar Pustaka : 20 (2002 – 2009)

Kata kunci : HIV/AIDS, Kandidiasis Oral, Oral Hygiene, Nafsu Makan, Anak Usia Sekolah

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah dari-Nya, sehingga penulis dengan tepat waktu dapat menyelesaikan laporan penelitian ini yang berjudul

“Pengaruh Oral Hygiene Terhadap Peningkatan Nafsu Makan Pada Anak Usia Sekolah Dengan HIV/AIDS yang Kandidiasis Oral di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta “.

Laporan penelitian ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas akhir riset keperawatan. Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan untuk penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca demi kesempurnaan laporan penelitian ini.

Berbagai kesulitan dan rintangan serta hambatan penulis temukan dalam penyusunan penyusunan laporan penelitian ini, namun hal ini bukanlah menjadi suatu penghalang untuk dapat menyelesaikan tugas akhir keperawatan ini. Untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada:

1. Kepada Bapak Muhammad Hadi, SKM. M.Kes. selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta dan pembimbing metodologi riset yang telah banyak memberikan bimbingannya.

2. Kepada Ibu Miciko Umeda, S.Kp., M.Biomed selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingannya.

3. Ibu Dra. Nadjah Halimun Dan mas Agus selaku kepala Perpustakaan.

(6)

v selama proses pembelajaran.

5. Kepada rekan – rekan yang telah membantu dan memberikan motivasi, senyuman dan canda tawanya.

6. Mas Saiful sebagai staff laboratorium komputer yang telah banyak membantu dalam proses penelitian.

7. Seluruh Mahasiswa/ I Program B1 dan B2 angkatan 2010 yang telah memberikan dukungan serta doanya.

Peneliti menyadari sepenuhnya dalam laporan penelitian ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis berharap mudah- mudahan laporan ini berguna bagi kita semua. Amin

Jakarta, Maret 2012

Penulis

(7)

vi DAFTAR ISI

Hal

JUDUL ……….. i

ABSTRAK ……… ii

LEMBAR PERSETUJUAN ……….. iii

LEMBAR PENGESAHAN ……… iv

KATA PENGANTAR ……… v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1

B. Masalah Penelitian ……… 4

C. Pertanyaan Penelitian ……… 5

D. Tujuan Penelitian ……….. 5

E. Manfaat Penelitian ……… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIV/AIDS pada anak ……….……… 7

B. Konsep Nafsu Makan ……….. 12

C. Oral Hygiene ……….……….. 24

BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN A. Kerangka Konsep ……… 27

B. Hipotesis ……… 28

C. Definisi Operasional ……… 28

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ……… 31

B. Tempat Penelitian ……… 32

C. Waktu Penelitian ………. 32

D. Populasi dan Sampel ……… 32

E. Etika Penelitian ………. 35

(8)

vii

H. Analisa Data ………..……… 37

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Analisa Univariat ……… 38

B. Analisa Bivariat ………. 43

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian ……… 46

B. Pembahasan ………..……… 46

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……… 50

B. Saran……… 51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

4.1 Tabel Desain Penelitian …...…… 31 5.1 Distribusi responden berdasarkan data demografi ...… 40 5.2 Distribusi responden berdasarkan berat badan anak ... 41 5.3 Distribusi responden berdasarkan jumlah porsi makan

yang di lihat ...…... 42 5.4 Tabel Analisa Bivariat ...… 43

(10)

1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang tumbuh kembang dan bukan miniature orang dewasa. Pada kebutuhan tumbuh kembangnya anak membutuhkan baik fisik, psikologis, sosial dan spiritualnya. Anak dan remaja perlu perhatian, perlindungan, pembinaan dan pengawasan dari orang tua untuk memperbaiki, mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan sehingga dicapai kesejahteraan anak yang optimal (Hidayat, 2008).

Anak dengan HIV / AIDS mengalami penurunan daya tahan tubuh yang sangat memprihatinkan karena selain sifat virus HIV yang melemahkan atau merusak sistem kekebalan pada anak itu sendiri yang belum sempurna. Anak dengan HIV/AIDS harus memiliki faktor pendukung lain untuk meningkatkan kekebalan tubuhnya seperti nutrisi yang seimbang agar kondisi tubuh anak tersebut dapat maksinal dalam mempertahankan kekebalan tubuhnya.

Di Indonesia sampai dengan September 2011 secara kumulatif jumlah kasus HIV /AIDS pada anak usia 0 – 14 tahun tercatat 654 orang dengan jumlah anak yang meninggal sebanyak 230 orang (Depkes RI, 2011).

(11)

2

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo merupakan Rumah Sakit Pusat rujukan Nasional yang melayani semua jenis penyakit termasuk HIV/AIDS pada anak yang merawat dan memberikan pelayanan kepada pasien anak dengan HIV baik rawat inap maupun rawat jalan mulai dari pemeriksaan penunjang, pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan dan penjelasan tentang pentingnya asupan nutrisi pada anak dengan HIV/AIDS sampai dengan obat anti retrosviral yang di berikan pada anak dengan HIV/AIDS. Berdasarkan data dari Medical Record RSCM pasien anak dengan HIV pada tahun 2011 tercatat jumlah pasien anak yang rawat jalan adalah sebanyak 1228 anak per tahun.

Selama lebih dari 20 tahun peneliti menjadi perawat anak di RS Cipto Mangunkusumo pada pasien anak dengan HIV/AIDS sering dijumpai anak dengan HIV/AIDS mengalami kandidiasis oral yang sangat mempengaruhi asupan nutrisi pada anak tersebut sehingga kandidiasis oral itu diobati dan perlu dilakukan oral hygiene untuk meningkatkan rasa nyaman pada mulut sehingga anak mau makan dan minum agar asupan nutrisi terpenuhi karena oral hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan mulut, menyegarkan mulit, gigi dan gusi (Amalia, dkk, 2008 ).

Oral kandidiasis merupakan suatu infeksi superfisial dari lapisan atas epitellium mukosa mulut dan mengakibatkan terbentuknya flak atau plek putih pada permukaan mukosa yang terdiri atas sel epitel yang berdeskuamasi, sel-sel radang, fibrin, ragi dan elemen misela. Mukosa disekitar lesi bisa merah bisa tidak akan tetapi dengan pembuangan plak atau gosokan atau kerokan lembut biasanya memperlihatkan suatu daerah kemerahan terutama pada pasien AIDS akan berdarah.

(12)

Lokasi paling umum yaitu mukosa bukal, labial, pelatal, dan batas lateral serta permukaan dorsal lidah.

Pengobatan oral kandidiasis dapat dilakukan secara lokal dan sistemik. Pengobatan secara lokal dapat menggunakan Clotrimoxazol (Mycelex) troches 10 mg sebanyak 50 troches yang dimakan 5 kali sehari. Sekali makan satu troches. Atau nystatin pastilles 200000 unit sebanyak 50 pastilles yang dimakan 4-5 kali sehari. Obat troches dan pastiles dalam waktu yang lama akan menyebabkan pasien mengalami serestomia dan atau oral hygiene nya buruk untuk mencegah perkembangan karies.

Efek samping penggunaan nystatin biasanya obat ini tidak dapat diabsorpsi dengan baik di saluran pencernaan. Termasuk juga mual dan diare. Efek samping yang lainnya seperti mengantuk, sakit kepala, ruam kulit, adanya bintik merah, bengkak pada kulit, lemah, kurang nafsu makan, perubahan pengecapan dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

”Pengaruh Oral Hygiene Terhadap Peningkatan Nafsu Makan Pada Anak Usia Sekolah Dengan HIV/AIDS yang Kandidiasis Oral di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta ”

B. MASALAH PENELITIAN

Berdasakan fenomena di atas pasien anak dengan HIV/AIDS sangat rentan terhadap tidak adekuatnya asupan nutrisi akibat dari tidak terjaganya kebersihan kenyamanan mulut karena adanya kandidiasis pada oral . Kondisi seperti ini merupakan tanggung jawab perawat untuk dapat membantu keluarga mengatasi

(13)

4

masalah tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui ”Pengaruh Oral Hygiene Terhadap Peningkatan Nafsu Makan Pada Anak Usia Sekolah Dengan HIV/AIDS yang Kandidiasis Oral di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta ”

C. PERTANYAAN PENELITIAN

Dari rumusan diatas, maka pertanyaan peneliti yang muncul adalah adakah pengaruh Oral Hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak usia sekolah dengan HIV/AIDS yang kandidiasis oral di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.

D. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh Oral Hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak usia sekolah dengan HIV/AIDS yang kandidiasis oral di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta

2. Tujuan Khusus

a. Teridentifikasi karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua.

b. Teridentifikasi gambaran tentang pertumbuhan pada kondisi fisik anak lewat asupan nutrisi yang adekuat, tinggi badan dan berat badan.

c. Teridentifikasi nafsu makan pada anak yang menderita HIV/AIDS dengan kandidiasis oral sebelum dan sesudah dilakukan Oral Hygiene.

(14)

d. Mengetahui pengaruh oral hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak yang menderita HIV/AIDS di RSCM Jakarta.

E. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan tentang objek yang diteliti yaitu tentang pengaruh Oral Hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak usia sekolah dengan HIV/AIDS yang kandidiasis oral di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.

2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil keperawatan ini dapat dijadikan bekal bagi perawat yang bekerja dilingkungan rumah sakit yang melakukan perawatan pasien anak dengan HIV/AIDS lebih menyadari pengaruh Oral Hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak usia sekolah dengan HIV/AIDS yang kandidiasis oral di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta

3. Bagi Institusi

Dapat menambah wacana dan mengetahui gambaran pengaruh Oral Hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak usia sekolah dengan HIV/AIDS yang kandidiasis oral di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.

(15)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan konsep teori yang terkait dengan masalah penelitian yang nantinya akan digunakan sebagian bahan rujukan pada saat dilakukan pembahasan.

A. HIV/AIDS Pada Anak 1. Pengertian HIV AIDS

AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi HIV ( Price, 2006 ).

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrom) adalah suatu gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV kedalam tubuh seseorang ( Departemen Kesehatan, 2008).

2. Etiologi

Penyebab AIDS adalah virus HIV. Virus HIV adalah termasuk retro virus yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA nya dan DNA pejamu untuk

(16)

membentuk virus DNA dan dikenal selama periode inkubasi yang panjang. HIV menginfeksi tubuh dengan periode inkubasi yang panjang yang utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS.

Virus HIV menyerang pada sel – sel limposit T atau CD4 yang berfungsi dalam kekebalan tubuh. HIV akan memperbanyak diri dalam limposit yang infeksinya sehingga akan merusak sel – sel tersebut. Yang mengakibatkan sistem imun terganggu dan daya tahan tubuh yang menurun akan meningkatkan resiko timbulnya penyakit karena infeksi atau penyakit lain yang disebut infeksi oportunitis.

Penyebab AIDS pada anak adalah virus HIV yang mana transmisi horisontal HIV terjadi melalui kontak seksual yang intim atau pajanan parenteral dengan darah atau cairan tubuh yang mengandung darah. Transmisi perianal ( vertikal ) terjadi ketika ibu hamil yang terinfeksi HIV meneruskan infeksi ke bayinya (Wong, 2009 ).

3. Patofisiologi

Secara struktural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar melebar. Pada pusatnya terdapat uraian RNA. HIV mempunyai 3 gen yaitu gag, pol, dan end. Gag berarti grup antigen, pol mewakili polimera , dan env adalah envelope.

(17)

8

Sel HIV mempunyai 5 fase yaitu masuk dan mengikat, revierse transkipse, replikasi, bulding dan maturasi. Ada 2 tipe HIV yang dapat menyebabkan AIDS yaitu HIV -1 dan HIV – 2, HIV – 1 bermutasi lebih cepat karena replikasi lebih cepat. Virus HIV membawa materi genetiknya dalam bentuk RNA. Virion HIV mengandung RNA dalam inti yang berbentuk i dimana p24 merupakan komponen struktural yang utama. Tombol yang menonjol lewat dinding virus terdiri atas protein gp120 yang secara selektif berikatan dengan sel – sel CD4 positip. Sel CD4 mencakup monosit, , makrofag, dan limposit T4 helper.

Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper, HIV akan mengijeksi dua utas benang yang identik kedalam sel T4 helper.

Dengan menggunakan enzim reverse trancriptase, HIV melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membentuk dauble – standed DNA. DNA.Ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi diaktifkan. Sebagai akibat sel T4 yang diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dasel T4 akan dihancurkan. HIV yang baru terbentuk akan dilepas kedalam plasma darah dan menginfeksi sel – sel CD4 lainya.

Dalam respon imun, limposit T4 memainkan beberapa peran yang penting, yaitu mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limposit B yang memproduksi antibodi memproduksi limfokin dan mempertahankan tubuh dari infeksi parasit.

(18)

Bila fungsi limposit T4 terganggu mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebarkan sakit yang serius. Infeksi dan malignansi yang timbul sebagai akibat dari gangguan sistem imun dinamakan infeksi oportunisis.

Infeksi oportunisis yang dapat dijumpai pada orang yang terinfeksi HIV adalah : infeksi bakteri dan mikrobakteria yaitu Mykobakterium avium complek, salmonellasis dan Tuberculosis, untuk infeksi jamur yaitu Candidiasis dan Histoplasmosis. Infeksi protozoa dapat berupa Isoporiasis dan Toxoplasmosis, untuk infeksi virus seperti herpes Simplek dan Cytomegalovirus. Selain itu untuk keganasan dapat terjadi Kaposi sarcoma dan Lymphoma (Nursalam, 2006).

4. Manifestasi klinis

Anak – anak dengan infeksi HIV yang didapat pada masa prenatal tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama kehidupan.

Manifestasinya antara lain : berat badan lahir rendah, gagal tumbuh, limfadenopati umum, hepatosplenomegali, sinusitis, ISPA berulang, parotitis, diare kronik atau berulang, infeksi bakteri dan virus berulang. Virus epstein – barr persisten, sariawan orofaring, trombositopenia, infeksi bakteri seperti meningitis, pneumonia intertisial kronik. 50 % i anak – anak dengan HIV terkena infeksi pada syarafnya yang manifestasikan dirinya menjadi ensefalopati progresif, perkembangan yang terhambat atau hilangnya perkembangan motorik ( Betz, 2002 ).

(19)

10

5. Evaluasi Diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk memastikan apakah seorang anak terkena HIV AIDS adalah dengan pemeriksaan PCR bila anak berusia kurang dari 18 bulan, ELIZA dan Western Blot, Apusan darah, Uji fungsi imun CD4 ( Muscari, 2005 ).

6. Penatalaksanaan Medis

Tujuan terapi infeksi HIV meliputi pengendalian perkembangan penyakit, mencegah dan menangani infeksi oportunistik seperti kandidiasis, dan pneumonia interstisial.Azidotmidin ( zidovudin ), videks dan zalcitabin ( DDC ) adalah obat – obatan untuk penyakit sistem saraf pusat.Trimetoprim sulfametoksazol ( Septra, Bactrim ) dan Pentamadin digunakan untuk pengobatan dan profilaksis pneumonia cranii Pneumocystis ( PCP ).Pemberian imunoglobulin secara intravena setiap bulan sekali berguna untuk mencegah infeksi bakteri berat pada anak, selain untuk hipogamaglobulinemia (Betz, 2002).

B. Konsep Nafsu Makan 1. Pengertian

Dorongan untuk makan umumnya didasarkan pada nafsu makan dan rasa lapar.

Dua hal tersebut adalah gejala yang berhubungan tetapi memiliki arti berbeda.

Nafsu makan adalah keadaan yang mendorong seseorang untuk memuaskan keinginannya dalam hal makan, ini berhubungan dengan konsep budaya yang berbeda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Sedangkan lapar menggambarkan keadaan kekurangan gizi yang dasar dan merupakan konsep

(20)

fisiologis. Nafsu makan dalam tinjauan gizi seimbang, dapat dikatakan baik dan dan dapat juga dapat dikatakan tidak baik, bila nafsu makan dikatakan baik maka proses makan guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh terutama keseimbangan energi akan berjalan maksimal. Namun jika nafsu makan dikatakan tidak baik, ada dua hal kemungkinan akan terjadi, pertama ; nafsu makan yang berlebihan (rakus) dan yang kedua ; adalah nafsu makan berkurang atau hilang.

Nafsu makan yang berlebihan (terlihat rakus) artinya intake makanan akan melebihi kebutuhan tubuh akibatnya adalah peningkatan berat badan yang tidak dikehendaki dan beberapa akibat lainnya. Sebaliknya nafsu makan berkurang/hilang akan mengakibatkan penurunan berat badan yang tidak dikehendaki dan beberapa akibat lainnya, kemungkinan kedua ini sering dikatakan sebagai kesulitan makan (Picky Eaters) yang mana penyebabnya sangat dipengaruhi oleh gangguan proses makan (fisiologis) dan pengaruh psikologis.

Gangguan proses makan - tidak mau makan atau menolak makan -merupakan gangguan konsumsi makan atau minum dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis, mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap di pencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Jadi gangguan dalam proses makan itu sendiri adalah gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh seseorang.

(21)

12

Sebenarnya nafsu makan itu berhubungan dengan sinyal syaraf yang mempengaruhi hormon dan enzim ketika lambung kosong atau terisi. Nafsu Makan juga dapat terjadi pada tingkat sensor selera pada lidah termasuk lambung dan adanya sinyal lapar dari otak. Proses dimulai ketika syaraf pada lambung dan usus dimana otak menerima informasi isi pencernaan dari lambung dan usus dan metabolisme zat-zat makanan dari hati, termasuk adanya peningkatan kosentrasi glukosa setelah makan menyebabkan adanya rangsangan dari sekitar lambung dan usus ke beberapa jaringan syaraf, informasi rangsang ini kemudian diteruskan ke hipothalamus yang berada di otak.

Ada dua daerah sinyal syaraf di hipothamus (otak) yang berperan dalam nafsu makan (respon makan) yaitu daerah yang disebut dengan pusat kenyang (satiety sistem) dan daerah yang disebut dengan pusat lapar atau pusat makan (feeding sistem).

Beberapa ahli kedokteran dan kesehatan tentang nafsu makan menjelaskan, ada beberapa input sinyal yang berperan dalam pengaturan dua daerah nafsu makan (respon makan) tersebut dan akan menghasilkan perilaku makan yang sesuai kebutuhan tubuh Input-input sinyal tersebut diantaranta Kader Leptin, Ghrelin, Distensi Gastrointesyinal, Sekresi Colecistokinin dan tingkat pemakain glukosa dan sekresin insulin.

(22)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nafsu Makan

Faktor – faktor yang mempengaruhi nafsu makan dan berpengaruh pada perilaku makan seseorang yaitu :

1. Keadaan sinyal syaraf yang berhubungan dengan hormon dan enzim ketika lambung kosong atau terisi, harus dalam keadaan berfungsi dengan baik.

2. Banyak sedikitnya hormon (Leptin, Ghrelin, Insulin dan Colecistokinin) dan keadaan sel-sel jaringan sekresinya tidak dalam keadaan rusak

3. Distensi Gastrointestinal atau proses pengisian makanan dari mulut ke lambung dan usus berjalan dengan normal dan wajar secara fisiologis.

4. Psikologis dan lingkungan berhubungan dengan perilaku makan yang kadang ditentukan oleh kondisi lingkungan, social dan mental yang dapat dikendalikan secara sadar.

5. Gangguan pada proses makan yaitu gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh seseorang.

Hal terpenting yang harus diperhatikan dari nafsu makan adalah jangan sampai sinyal makan atau sinyal lapar yang dikeluarkan otak menunjukkan seseorang harus makan tidak sampai mempengaruhi orang tersebut bersegera untuk makan, demikian sebaliknya sinyal kenyang yang muncul, seharusnya membuat seseorang berhenti makan tetapi yang bersangkutan terus makan dengan pola yang tidak teratur.

(23)

14

Berikut ini beberapa pengaturan perilaku makan yang dapat mempengaturuhi nafsu makan agar sesuai dengan proses makan guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh terutama keseimbangan energi yang terjadi dalam tubuh :

1. Pengaturan Pola Makan yaitu dengan makan yang teratur, ketika lapar segera makan dan ketika kenyang segera berhenti.

2. Tingkat Pengosongan lambung dan usus, yaitu jangan biarkan lambung dan usus tidak terisi dalam jangka waktu tertentu, Makan serat dan tersimpan lama di lambung hanya untuk orang-orang yang mempunyai kelebihan berat badan.

3. Tingkat Kekenyangan yaitu dengan memperhatikan keseimbangan jenis makanan (Gizi Seimbang), makanan berlemak yang enak/lezat normalnya diberikan seimbang dengan jenis makanan lainnya.

4. Memperhatikan atau memperbaiki keadaan (gangguan) nafsu makan yaitu akibat dari gangguan saluran cerna, penyakit infeksi akut atau kronis (TBC, cacing, dll), alergi makanan, intoleransi makanan, stress dan sebaginya.

3. Pemberian Nutrisi Yang Baik dan Benar pada Anak Usia Sekolah

Untuk memberikan makanan yang benar pada anak usia sekolah harus dilihat dari banyak aspek, seperti ekonomi, sosial ,budaya, agama, disamping aspek medik dari anak itu sendiri. Makanan pada anak usia sekolah harus serasi, selaras dan seimbang.

(24)

Serasi artinya sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak. Selaras adalah sesuai dengan kondisi ekonomi,sosial budaya serta agama dari keluarga.

Sedangkan seimbang artinya nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan makanan seperti kabohidrat, protein dan lemak.

Karena besarnya variasi kebutuhan makanan pada masing-masing anak,maka dalam memberikan nasehat makanan pada anak tidak boleh terlalu kaku.

Pemberian makanan pada anak tidak boleh dilakukan dengan kekerasan tetapi dengan persuasif dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya.

Makanan seorang anak harus mengandung protein, karbohidrat, air, mineral dan trace elements. Enersi untuk metabolisme,dihitung dalam kilo kalori (kcal), berasal dari protein (4 kcal/gm), karbohidrat (4 kcal/gm), dan lemak m(9kcal/gm). Distribusi kalori pada makanan seimbang harus 7-15% berasal dari protein,30-35% dari lemak,dan 40-50% dari karbohidrat. Enersi makanan harus memenuhi kebutuhan basal metabolik rate (BMR), spesifik dynamik action, pertumbuhan, aktivitas serta pengeluaran melalui tinja dan air seni.

BMR dipengaruhi oleh : umur, jenis kelamin, penyakit, komposisi tubuh serta obat-obatan yang diminum.

Pemberian makan yang baik harus sesuai dengan Jumlah, Jenis dan Jadwal pada umur anak tertentu. Ketiga hal tersebut harus terpenuhi sesuai usia anak secara keseluruhan, bukan hanya mengutamakan jenis tapi melupakan jumlahnya atau sebaliknya memberikan jumlah yang cukup tapi jenisnya tidak

(25)

16

sesuai untuk anak. Bila hal tersebut tidak sesuai maka akan mengganggu asupan gizi yang masuk ke tubuh.

Untuk perkembangan tubuh dan energi anak membutuhkan sejumlah kalori.

Kebutuhan kalori ini dipenuhi dari nutrisi, yaitu protein, karbohidrat dan lemak.

Protein berguna untuk membentuk struktur sel-sel tubuh. Protein banyak terkandung dalam makanan yang terbuat dari tumbuhan maupun hewan, contohnya ikan, susu, keju, kacang dan tepung.

Karbohidrat berguna sebagai energi yang diperlukan untuk beraktivitas dan proses-proses penting yang terjadi di dalam tubuh. Karbohidrat terkandung dalam gandum, kacang-kacangan, kentang, beras, buah-buahan, gula dan madu.

Lemak juga berguna sebagai sumber energi. Lemak banyak terkandung dalam susu, kacang-kacangan, mentega dan minyak.

Selain membutuhkan nutrisi, tubuh juga membutuhkan vitamin, mineral dan serat. Vitamin, mineral dan serat penting untuk menjaga kesehatan tubuh.

Semua makanan pada umumnya mengandung setidaknya satu unsur nutrisi yang dibutuhkan dan dapat juga mengandung vitamin, mineral dan serat.

Unsur-unsur inilah yang seringkali disebut dengan istilah Gizi (nutrisi, vitamin, mineral dan serat).

(26)

Gizi seimbang adalah keadaan yang menjamin tubuh memperoleh makanan yang cukup mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang dibutuhkan.

Khusus anak usia sekolah gizi seimbang didapat dari protein 9-15%, karbohidrat 45-55%, dan lemak 35-45%. Dengan gizi seimbang yang diberikan pada anak diharapkan mampu mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

Bagaimana mendapatkan Gizi lengkap dan seimbang untuk makanan pada anak. Penggolongan bahan makanan terbagi menjadi 3 kelompok utama yaitu :

 Bahan makanan sumber tenaga berfungsi untuk beraktifitas, contoh:

beras, roti, kentang,mi.

 Bahan makanan sumber zat pembangun, berfungsi untuk pembentukan, pertumbuhan dan pemeliharaan sel tubuh. contoh : daging, ikan, telur.

(protein hewani), tempe, tahu, (protein nabati).

 Bahan makanan sumber zat pengatur berfung-si untuk mengatur proses metabolisme.Contoh : sayuran dan buah-buahan.

Kecukupan energi pada usia sekolah adalah 80-90 kkal/kgBB/hari dan kecukupan pro-tein adalah 1 g/kgBB/hari. Bila anak dengan BB 20 kg maka kecukupan energi sehari adalah 1600 kkal sampai dengan 1800 kkal, sedangkan kecukupan protein sehari adalah 20 g. Pada usia ini sering terjadi kecenderungan anak mengalami ketidakseimbangan gizi, terutama kalsium dan zat besi, terutama bagi anak yang jarang minum susu atau makan daging.

(27)

18

4. Cara Pemberian Makan Pada Anak Dengan Kesulitan Makan

Cara pemberian makan yang baik dan benar sangat berpengaruh terhadap selera makan pada anak. Berikut ini terdapat beberapa cara dan petunjuk untuk mengatasi kesulitan makan pada anak :

 Beri jumlah makanan secara bertahap sedikit demi sedikit tapi sering, jangan terlalu bernafsu untuk memberi sekaligus banyak pada anak dengan masalah pencernaan. Tidak perlu memberikan porsi yang banyak kepada anak, sehingga sulit dihabiskan. Lebih baik memberikan porsi yang sedang, jika anak merasa kurang, ia boleh minta tambah.

 Bila menyuruh makan pada anak harus dengan suara lemah lembut dan dengan pendekatan yang baik tanpa memaksa. Jangan dengan perasaan emosi, marah atau dengan nada tinggi dan bersifat menekan.

 Bila sudah tiba saat jam makan tapi anak sedang asyik bermain, jangan langsung dihentikan mendadak permainan si anak. Cobalah anak untuk diingatkan sebelumnya, misalnya berkata dengan lembut : sepuluh menit lagi permainannya harus berhenti ya… karena adik harus makan siang ?

 Buatlah suasana makan itu menyenangkan dengan pembicaraan yang menarik bagi anak. Kurangi pembicaraan mengenai makan itu sendiri.

Suasana yang “mencintai dan mendukung” amat diperlukan. Terimalah bila anak tidak menghendaki suatu jenis makanan tertentu, tetapi jelaskan nutrisi yang terkandung dalam makanana tersebut tanpa terkesan

‘memaksa’.

(28)

 Sajikan makanan-makanan sederhana, makanan yang mudah dikenali.

Anak usia kanak-kanak awal ini biasa

nya ingin mengetahui apa yang dimakannya dan menolak makanan yang dicampur, sehingga mereka tidak mengenal bentuknya, misalnya gado- gado.

 Sajikan dalam porsi kecil, terutama makanan yang baru dikenal atau yang tidak disenanginya.

 Perhatikan penampilan dari bentuk, tekstur, warna dan rasa dari makanan.

Kreatiflah dalam menyajikan makanan, misalnya membuat dadar telur yang berwajah, dsb.

 Ikut sertakan anak untuk menentukan menu makanan yang hendak dimakan. Jika anak merasa menjadi bagian dari aktivitas, maka biasanya mereka menjadi lebih tertarik. Gunakan lembar berisi informasi tentang makanan beserta gambar, misalnya daging, telur, ayam, ikan sayur- sayuran. Bantu anak merencanakan makanannya dengan gambar piring yang akan diisi dengan makanan apa yang hendak dimakan hari ini

 Berilah contoh makan yang baik bagi anak. Orangtua yang tidak bersemangat untuk makan atau rewel makan akan menjadi contoh yang buruk bagi anak, sebab anak biasa meniru tokoh yang berarti baginya.

 Menghidangkan menu yang bervariasi. Sama seperti orang dewasa, jika hampir setiap hari diberikan menu yang sama, maka anak akan bosan (meskipun menu yang diberikan merupakan menu favorit anak tersebut).

Oleh karena itu, orangtua harus jeli dan pintar untuk memberikan menu

(29)

20

yang bervariasi kepada anak. Misalnya: jika anak sudah sering diberi ikan cobalah mengganti ikan dengan ayam atau daging atau dapat pula diganti cara memasaknya.

 Mempercantik tampilan makanan misalnya menghidangkan nasi goreng dengan diberi gambar wajah, mata yang terbuat dari tomat, bibir dari sosis, dan hidung dari ketimun. Penampilan nasi goreng yang seperti ini akan lebih menarik perhatian bagi anak daripada nasi goreng yang terhidang begitu saja di piring tanpa hiasan.

 Saat anak sedang merasa sedih, cobalah untuk terlebih dahulu membuat perasaan anak lebih baik dengan menunjukkan kasih sayang dan mencoba mengerti penyebab mengapa anak merasa sedih. Contoh: anak sedih karena kematian anjing yang disayanginya, maka bisa dihibur dengan mengatakan bahwa “anjingnya sekarang sudah sembuh, tidak akan pernah sakit lagi di tempat yang baru”.

 Biarkan anak makan sendiri. Jangan takut dengan kekotoran yang disebabkan anak makan sendiri, karena yang penting di sini adalah anak merasa mampu, dipercaya oleh orangtua, semakin mandiri dan kemampuan motoriknya juga akan terlatih dan berkembang baik.

 Jangan memburu-buru anak agar makan dengan cepat. Anak yang makannya berlama-lama, tidak perlu diburu-buru. Jika semua sudah selesai makan, meja sudah dibersihkan dan anak masih bermain dengan makanannya, maka sebaiknya makanannya disingkirkan. Anak mungkin akan merasa marah, jika hal ini terjadi orangtua tidak perlu berdebat

(30)

ataupun memarahi anak, berikan perpanjangan waktu yang cukup, jika perpanjangan waktu sudah selesai maka makanan benar-benar ditarik dan tidak diberikan perpanjangan waktu lagi. Dengan demikian anak akan mengerti ada waktu untuk makan.

 Tidak perlu setiap kali mengikuti keinginan anak dengan mengganti menu sesuai keinginannya, karena mungkin saja ketidaksukaannya disebabkan keinginan menentang dominasi orangtua. Sebaiknya tanamkan kesadaran pada anak bahwa makan adalah tugasnya, dengan tidak memuji jika makanan dihabiskan, dan juga tidak memarahi, mengancam, membujuk, menghukum, atau memberi label anak sebagai anak nakal jika makanannya tidak dihabiskan/tidak mau makan.

 Kebiasaan makan orangtua akan menjadi contoh bagi anak, karena itu biasakanlah menyantap makanan beragam. Pastikan hanya makanan sehat dan bergizi yang tersedia di rumah.

C. Oral Hygiene

1. Pengertian oral hygiene

Oral hygine adalah tindakan pemeliharaan atau menjaga rongga mulut agar tetap bersih dan menyegarkan mulut, gigi dan gusi. Untuk klien yang mengalami mulut kering, sariawan atau iritasi pada mulut penting untuk membersihkan gigi, mukosa oral dan lidah . Perawatan mulut ini penting karena mulut klien yang tidqk dibersihkan cenderung kering dan dapat memicu terjadinya infeksi( Kozier, 2002).

(31)

22

2. Tujuan oral hygiene

Oral hygiene bertujuan untuk menjaga kontinuitas bibir, lidah dan mukosa membrane mulut, mencegah terjadinya infeksi rongga mulut, melembabkan mukosa membrane mulut dan bibir, mencegah penyakit gigi dan mulut, mencegah penyakit yang penularannya melalui mulut, mempertinggi daya tahan tubuh dan memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan. ( Amalia, 2008 )

3. Prosedur pelaksanaan oral hygiene

Menurut Perry & Potter ( 2005 ) prosedur pelaksanaan tindakan oral hygiene sebagai berikut :

1. Persiapan alat

a. Pencuci mulut atau larutan antiseptik b. Spatel lidah dengan bantalan/spons c. Handuk wajah, handuk kertas d. Baskom

e. Gelas air dengan air dingin f. Jeli larut air

g. Spuit ber-bulb kecil (optional)

h. Kateter penghisap yang dihubungkan dengan alat penghisap i. Sarung tangan sekali pakai

2. Pelaksanaan

a. Perawat cuci tangan b. Pakai sarung tangan

(32)

c. Uji adanya reflek muntah

d. Posisikan kepala miring kanan/kiri atau posisi duduk

e. Tempatkan handuk di bawah wajah klien dan baskom ada dibawah dagu

f. Secara hati-hati regangkan gigi atas dan bawah klien dengan spatel lidah.

g. Bersihkan mulut klien dengan spatel lidah yang dibasahi dengan pencuci mulut atau air.

h. Isap sekresi bila terakumulasi

i. Berikan lapisan tipis jeli larut air pada bibir klien

j. Jelaskan pada penderita bila anda telah melakukan prosedur.

k. Lepaskan sarung tangan dan buang pada wadah yang tepat.

l. Kembalikan posisi nyaman klien.

m. Bersihkan peralatan dan kembalikan pada tempat yang tepat.

n. Perawat mencuci tangan.

o. Lakukan dokumentasi

(33)

24 BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

Pada bab ini peneliti akan membahas tentang kerangka konsep dimana terdapat dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan konsep dan teori yang telah diuraikan pada tinjauan kepustakaan diuraikan bahwa salah satu tujuan dari oral hygiene adalah memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan. Kerangka konsep untuk penelitian ini digambarkan dalam skema berikut ini :

Pre intervensi Intervensi Post intervensi

Keterangan : variabel yang ada hubungannya Nafsu makan

Menurun pada anak yang menderita HIV/AIDS

Nafsu makan Meningkat dan Tidak Meningkat pada anak yang menderita HIV/AIDS Perlakuan oral

hygiene

(34)

B. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh Oral Hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak usia sekolah dengan HIV/AIDS yang kandidiasis oral di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.

C. Definisi Operasional

Pada penelitian ini terdapat dua table yaitu tabel tentang data demografi dan tabel tentang variable independen dan dependen. Variabel independen adalah anak yang sebelum dilakukan oral hygiene dan yang setelah dilakukan oral hygine, variabel dependen adalah peningkatan nafsu makan .

No VARIABEL DEFINISI

OPERASIONAL ALAT CARA HASIL SKALA

UKUR

1 Umur Lama waktu

hidup sejak dilahirkan sampai dengan ulang tahun terakhirnya yaitu usia

sekolah antara 7- 12 tahun

Angket Observasi …. tahun Interval

2 Jenis Kelamin

Sifat atau keadaan yang

membedakan dua individu yang berlainan jenis

Angket Observasi 1= perempuan 2 = laki-laki

Rasio

(35)

26

No VARIABEL DEFINISI

OPERASIONAL ALAT CARA HASIL SKALA

UKUR Independent

4 Oral hygiene Tindakan pemeliharaan atau menjaga rongga mulut agar tetap bersih dan menyegarkan mulut, gigi dan gusi dengan cara gosok gigi

Lembar observasi

Persiapan klien : Salam

terapeutik Kontrak waktu Persiapan alat : Swab busa atau kassa, bengkok, alas handuk, larutan normal saline.

Alat tulis

Demonst rasi

1= Tidak bersih 2= Bersih

Nominal Dependent

3 Nafsu makan Adanya keinginan untuk makan ditandai dengan meningkatnya berat badan, menghabiskan porsi makan

Lembar observasi

Observasi 1= tidak meningkat jika berat badan/porsi makan anak <

Mean

2= meningkat jika berat badan /porsi makan anak > Mean

Interval

(36)

27 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan di bahas tentang metodologi dan prosedur penelitian, desain penelitian, tempat penelitian, waktu penelitian, populasi sampel, pengumpulan data (alat dan cara), etika penelitian, pengolahan data analisa data.

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian quasi experiment dengan menggunakan One – group pra-post test design yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek di observasi sebelum dilakukan intervensi,kemudian di observasi lagi setelah intervensi.seperti pada tabel ini ;

Tabel 4.1

Desain penelitian one – group pre-post test.

Variabel Pre test Perlakuan Post Test Kelompok anak dengan

HIV/AIDS yang di lakukan oral hygiene

01 x 02

(37)

28

Keterangan :

01 : Nafsu makan pada responden sebelum mendapat perlakuan oral hygiene (pre Test)

02 : Nafsu makan pada responden sesudah mendapat perlakuan oral hygiene (post Test )

X : Perlakuan oral hygiene

Desain ini merupakan strategi untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Oral Hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak usia sekolah dengan HIV/AIDS yang kandidiasis oral dengan membandingkan antara sebelum dilakukan oral hygiene dan sesudah dilakukan oral hygiene pada kelompok anak yang sama.

B. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah ruang poli anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta.

C. Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah tujuh bulan, dimulai dari bulan September 2011 sampai dengan Maret 2012.

D. Populasi dan Sample - Populasi

Adalah wilayah generasi yang terdiri atas :

(38)

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004).

Populasi pada penelitian ini adalah anak usia sekolah yang dirawat dengan HIV/AIDS yang kandidiasis oral dan mengalami ganguan dalam hal makan.

Adapun kriteria anak yang dipilih adalah anak dengan HIV/AIDS yang kandidiasis oral di poli rawat jalan dengan lama perawatan oral hygiene di rumah selama 3 – 4 hari.

- Sampel

Merupakan bagian populasi yang akan di teliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang di miliki oleh populasi. Adapun kriteria sampel yang penulis ambil adalah anak usia 7 – 12 tahun yang di rawat di ruang anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta yang menjalani perawatan dengan diagnosa HIV/AIDS .

Sampel dalam penelitian ini adalah klien anak usia sekolah yang berobat ke poli rawat jalan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Umur : 7 - 12 tahun

2. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan

3. Yang dilakukan : Pasien baru sampai perawatan di rumah 3-4 hari 4. Selama sakit anak tidak mau makan

(39)

30

5. Ada kandisiasis

6. Pemberian makan per oral

Untuk mendapatkan jumlah sampel, menurut Tjokronegoro & Sudarsono ( 2004 ) hal : 137 perlu diketahui standar deviasi terlebih dahulu.

Adapun rumus untuk mencari jumlah sampel adalah :

n =

Keterangan : n = Besarnya sampel

Za = Nilai standar normal yang besarnya tergantung α α = 0,05 Z = 1,96

Zβ = Power test β Z = 1,282 Sd = Standar Deviasi 2,3

d = Selisih dari rata – rata 2,4

n = =

n = = = 3.107

n = 9,653 orang 10 orang

Jadi pada penelitian ini, jumlah sampel minimal yang diambil adalah sebanyak 10 orang pasien anak dengan cara pengambilan tehnik non random (purposive

2.3 (3.242) 2.4

2 7.457

2.4

2 2

2.3 (1.96 + 1.282) 2.4

2.3 (3.242) 2.4

2 2

Sd (Zα + Zβ) d

2

(40)

sampling) yaitu teknik penelitian yang mengambil orang-orang yang terpilih

menurut kriteria sampel yang di kehendaki.

E. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada bidang Penelitian dan Pengembangan RSCM Jakarta. Setelah mendapatkan persetujuan peneliti mulai melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika yang meliputi :

1. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)

Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Setelah diberikan penjelasan, lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.

(41)

32

3. Kerahasiaan (Confidetiality)

Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh dari subyek penelitian dijamin oleh peneliti.

F. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini untuk tiap variable menggunakan kuesioner. Instrumen kuesioner dipilih karena kuesioner adalah salah satu media penghubung antara peneliti dengan responden. Dengan kuesioner observasi lebih terarah dan dapat memperoleh data yang-benar-benar diperlukan oleh peneliti serta dapat menghemat waktu, biaya, tenaga serta untuk efisien (Notoatmodjo, 2003) Alat kuesioner ini terbagi menjadi bagian yaitu :

1. Bagian pertama format pengumpulan data untuk melengkapi karakteristik responden penelitian meliputi umur, jenis kelamin.

2. Bagian kedua lembar observasi tentang peran perawat dalam pelaksanan oral hygiene di ruang poli anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta yang kandidiasis oral yang menjalani perawatan di rumah dengan diagnosa HIV/AIDS.

G. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data akan dilaksanakan setelah memperoleh perijinan untuk melakukan penelitian dan pengumpulan data dilakukan di ruang poli anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta yang menjalani perawatan dengan diagnosa HIV/AIDS. Selanjutnya peneliti melakukan observasi hasil perlakuan oral hygiene pada anak dengan HIV/AIDS yang kandidiasis oral yang di rawat di rumah.

(42)

H. Analisa Data

Analisa dilakukan dengan cara memberi skor pada masing-masing item observasi.

Seluruh item yang diobservasi dijadikan data kuantitatif dengan cara data tersebut diberikan bobot. Selanjutnya skor total dari setiap item observasi untuk setiap responden dijumlahkan, sehingga didapatkan dua buah hasil pengukuran yaitu menurunan ketakutan pada setiap responden.

Analisa data dilakukan 2 tahap, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.

1. Analisa Univariat

Digunakan untuk membuat analisa distribusi frekuensi dari data umur, jenis kelamin yang dirawat di ruang anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta yang menjalani perawatan dengan diagnosa HIV/AIDS yang kandidiasis oral.

2. Analisa Bivariat

Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu uji T beda dua mean dependent, yang digunakan untuk menguji perbedaan mean antara dua kelompok data yang dependent. Diketahui nilai deviasi (d) untuk selisih sampel 1 dan sampel 2 rata-rata deviasi dari nilai deviasinya, dari data selanjutnya dihitung standar deviasi (SD-d). Nilai p diperoleh dari tabel T dengan (derajat kebenaran) atau df = n – 1, dan bila nilai T > α, maka HO ditolak batas kemaknaan (α) ditetapkan 0,05 (α = 0,05).

(43)

34 Rumus T Test :

Keterangan :

d = Rata- rata deviasi / selisih sampel 1 dan 2

SD - d = Standar deviasi dari deviasi / selisih dari sampel 1 dan 2 n = Besarnya atau jumlah sampel

Sementara untuk mencari nilai SD – dengan menggunakan rumus sebagai Berikut :

∑ ( d1– d ) ² n - 1

Nilai P diperoleh dari tabel t dengan degree of freedom atau df = n-1. Bila nilai t

< α, Ho ditolak.

___

d T =

SD – d /√n

SD – d =

(44)

35 BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian dengan judul pengaruh Oral Hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak usia sekolah dengan HIV/AIDS yang kandidiasis oral di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Hasil penelitian tersebut akan di jelaskan dalam bentuk analisa univariat yang terdiri dari data demografi dan variabel penelitian yaitu umur anak, jenis kelamin anak yang menderita HIV/AIDS dan analisa bivariat yaitu pengaruh oral hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak usia sekolah yang menderita HIV/AIDS yang kandidiasis oral di RSCM Jakarta

A. Analisa Univariat

Dalam analisa univariat ini menjelaskan secara deskriptif mengenai variabel- variabel penelitian yang terdiri dari data demografi responden seperti usia, jenis kelamin dan distribusi berdasarkan variabel penelitian. Data ini akan di sajikan dalam bentuk distribusi frekuensi seperti di bawah ini.

(45)

36

1. Distribusi Responden Berdasarkan Data Demografi Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Data Demografi Anak ( Umur, Jenis Kelamin ) dengan oral hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak yang menderita HIV/AIDS yang kandidiasis oral di RSCM Jakarta

Tahun 2012

NO Variabel Kategori Frekuensi

N = 10

Persen ( % )

1 Umur 7 – 9 Tahun

10 – 12 Tahun

7 3

70 30 2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

6 4

60 40

a. Distribusi responden berdasarkan umur

Berdasarkan tabel 5.1 dapat di lihat bahwa jumlah responden yang umurnya 7 - 9 tahun sebanyak 7 orang ( 70 % ) dan yang umurnya antara 10 - 12 tahun berjumlah 3 orang (30 %). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar umur pasien dengan HIV/AIDS yang kandidiasis oral yang terbanyak adalah kelompok umur antara 7 - 9 tahun.

b. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan tabel 5.1 dapat di lihat bahwa jumlah responden laki-laki sebanyak 6 orang (60%) dan responden perempuan sebanyak 4 orang (40%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah jenis kelamin responden yang terbanyak adalah laki-laki.

(46)

2. Distribusi responden berdasarkan variabel penelitian Tabel 5.2

Distribusi Berat Badan Anak menderita HIV/AIDS

yang kandidiasis oral sebelum dan sesudah di berikan intervensi di RSCM Tahun 2012

.

No Responden Pre Intervensi Post Intervensi Selisih

1 7.8 8.1 0.3

2 11 11.6 0.6

3 12.5 12.9 0.4

4 10.5 10.7 0.2

5 12.5 12.5 0

6 10.5 10.5 0

7 11.5 11.6 0.1

8 13 13.9 0.9

9 11 11.8 0.8

10 12 12.7 0.7

Mean 11,23 11,63 0,40

Berdasarkan table diatas nilai rata – rata berat badan pre intervensi sebesar 11,23 dan nilai rata-rata setelah intervensi menjadi 11,63. Jadi terdapat perubahan sebesar 0,40 setelah dilakukan intervensi.

(47)

38

Tabel 5.3

Distribusi Jumlah Porsi Makan yang Dilihat

Pada Anak yang menderita HIV/AIDS yang kandidiasis oral sebelum dan sesudah di berikan intervensi

di RSCM Tahun 2012

.No Responden Pre Intervensi Post Intervensi Selisih

1 2 2 0

2 1 2 1

3 1 1 0

4 4 4 0

5 1 2 1

6 1 2 1

7 2 3 1

8 2 2 0

9 1 1 0

10 2 3 1

Mean 1.7 2.2 0.5

Berdasarkan tabel 5.3 diatas nilai rata – rata Jumlah Porsi Makan yang dilihat pre intervensi sebesar 1,7 dan nilai rata-rata setelah intervensi menjadi 2,2. Jadi terdapat perubahan sebesar 0,5 setelah dilakukan intervensi.

B. Analisa Bivariat

Untuk menguji signifikan atau kemaknaan antara variabel independen yaitu intervensi dengan oral hygiene dan variabel dependen yaitu peningkatan nafsu makan maka di gunakan analisa uji T dependen. Hasil analisa uji T tersebut dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

(48)

Tabel 5.4

Distribusi tindakan oral hygiene terhadap peningkatan berat badan, jumlah porsi makan pada anak yang menderita HIV/AIDS

yang kandidiasis oral di RSCM Jakarta Tahun 2012

a. Distribusi responden berdasarkan peningkatan berat badan sebelum dan sesudah diberikan intervensi oral hygiene.

Pada tabel 5.4 di atas, dapat dilihat bahwa peningkatan berat badan terhadap peningkatan nafsu makan pada anak yang menderita HIV/AIDS yang kandidiasis oral sebelum dan sesudah di lakukan tindakan oral hygiene terdapat perbedaan nilai mean dan standar deviasi. Sebelum diberikan oral hygiene nilai rata-rata 11,23 dengan standar deviasi 1,489, Sedangkan setelah dilakukan oral hygiene nilai rata-rata menjadi 11,63 dan standar deviasi 1,609. Nilai median sebelum intervensi 11,25 dan nilai median sesudah intervensi 11,7.

Dari hasil analisa di atas maka nilai P yang terlihat pada tabel sebesar 0,004.

Oleh karena P < 0,05 maka Ho di tolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh tindakan oral hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak NO Variabel Intervensi Mean Median SD SE P Value N

1 Peningkatan Berat

Badan

Pre Pos

11,23 11,63

11,25 11.7

1,489 1,609

0,471 0,509

0,004 10

2 Jumlah porsi makan yang dilihat

Pre Pos

1,7 2,2

1,5 2

0,949 0,919

0,300 0,291

0,015

(49)

40

yang menderita HIV/AIDS yang kandidiasis oral dimana terdapat perbedaan peningkatan berat badan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

b. Distribusi responden berdasarkan jumlah porsi makan yang dilihat sebelum dan sesudah diberikan intervensi oral hygiene.

Pada tabel 5.4 di atas juga didapat bahwa nilai rata – rata jumlah porsi makan yang di lihat sebelum intervensi sebesar 1,7. Sesudah di lakukan tindakan oral hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak yang menderita HIV/AIDS yang kandidiasis oral, nilai rata-rata menjadi 2,2, dengan median sebelum intervensi 1,5 dan median sesudah intervensi 2. Standar deviasi sebelum intervensi yaitu 0,949 dan standar deviasi sesudah intervensi yaitu 0,919.

Dari hasil analisa di atas maka nilai P yang terlihat pada tabel sebesar 0,015.

Oleh karena P < 0,05 maka Ho di tolak sehingga dapat di simpulkan bahwa ada pengaruh tindakan oral hygiene terhadap jumlah porsi makan yang dilihat pada anak yang menderita HIV/AIDS yang kandidiasis oral dimana terdapat perbedaan jumlah porsi makan yang dilihat sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

(50)

41 BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan pada pasien HIV anak sehingga harus melakukan pendekatan terhadap anak dan orang tuanya agar orang tuanya dapat bekerjasama pada saat dilakukan tindakan oral hygiene dan pendekatan ini memerlukan waktu yang tidak sebentar sehingga peneliti memerlukan waktu yang cukup lama dalam melakukan penelitian ini.

2. Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan oleh peneliti sehingga masih banyak kekurangan yang harus dilengkapi.

3. Alat observasi pada penelitian ini dikembangkan sendiri oleh peneliti sehingga masih banyak kekurangan yang perlu dilengkapi hal ini dikarenakan belum ada contoh penelitian yang sama.

B. Pembahasan

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen sederhana dengan One group pre- post intervensi. Dengan jumlah responden 10 orang, penelitian ini di lakukan di ruang perawatan anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta

(51)

42

1. Analisis Univariant Variabel Demografi

Pada penelitian ini hanya menggunakan dua varibel demografi yaitu umur dan jenis kelamin.

Di ketahui hasil penelitian bahwa jumlah anak yang di rawat di poli rawat jalan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta terbanyak adalah usia 7-9 tahun yaitu berjumlah 7 orang (70 %) .

Dari hasil penelitian ini di dapatkan jenis kelamin anak laki-laki berjumlah 6 orang (60 %) sama halnya dengan anak perempuan berjumlah 4 orang (40 %).

Jadi yang terbanyak adalah anak laki-laki yang di rawat jalan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo jakarta.

2. Analis Bivariat

a. Pengaruh tindakan oral hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak usia sekolah dengan HIV AIDS yang kandidiasis oral.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrument berupa lembar observasi yaitu dengan cara menghitung berat badan di mana tindakan tersebut dilakukan sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan oral hygiene 2 kali dalam 2 hari. Dan cara menghitung jumlah porsi makan yang dilihat, di mana tindakan tersebut dilakukan sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan oral hygiene 3 kali dalam sehari selama 3 hari.

Berdasarkan hasil penelitian distribusi responden sebelum di lakukan tindakan oral hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak usia

(52)

sekolah yang menderita HIV/AIDS yang kandidiasis oral, nilai rata – rata berat badan sebelum intervensi sebesar 11,23, Sesudah intervensi nilai rata- rata menjadi 11,63 artinya ada perbedaan peningkatan berat badan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Nilai P value = 0,004.

Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan nilai rata – rata jumlah porsi makan yang di lihat sebelum intervensi sebesar 1,7. Sesudah di lakukan tindakan oral hygiene nilai rata-rata menjadi 2,2 artinya ada perbedaan rata- rata jumlah porsi makan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Dengan nilai P Value = 0,015.

Oleh karena P < 0,05 maka Ho di tolak sehingga dapat di simpulkan bahwa ada pengaruh tindakan oral hygiene terhadap peningkatan nafsu makan anak usia sekolah dengan HIV/AIDS yang kandidiasis oral yang dirawat di RS.

Cipto Mangunkusumo karena ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah diberikan tindakan oral hygiene.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa oral hygiene bertujuan untuk menjaga kontinuitas bibir, lidah dan mukosa membrane mulut, mencegah terjadinya infeksi rongga mulut, melembabkan mukosa membrane mulut dan bibir, mencegah penyakit gigi dan mulut, mencegah penyakit yang penularannya melalui mulut, mempertinggi daya tahan tubuh dan memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan. ( Amalia, 2008 ).

(53)

44

Selain harus menjaga kebersihan mulut pada anak usia sekolah kebiasaan makan anak tergantung pada kehidupan social, kadang kadang anak malas makan karena kondisi yang tidak disuka atau karena stress atau sakit sehingga perlu pemantauan dan anak sekolah cenderung suka makan secara bersamaan dengan teman sekolahnya ( Hidayat,2005 ).

(54)

45 BAB VII KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian terhadap 10 orang responden dengan pre dan post intervensi di dapatkan kesimpulan sebagai berikut :

a. Analisa Univariant

Data demografi responden menurut umur anak sekolah yang terbanyak umur 7-8 tahun sebanyak 3 orang (30 %). Sedangkan untuk jenis kelamin laki-laki 8 orang (80%) dan perempuan masing-masing berjumlah 2 orang (20%)

b. Analisa Bivariant

1. Berdasarkan variable penelitian yang dilakukan terhadap 10 orang responden dengan anak HIV/AIDS yang di ada pengaruh tindakan oral hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak usia sekolah yang menderita HIV/AIDS dengan kandidiasis oral di ruang poli anak RSCM Jakarta Tahun 2012 dimana terdapat perbedaan peningkatan berat badan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Nilai P value 0,04 kurang dari α. ( P value < 0,05).

(55)

46

2. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji T beda dua mean dependen didapatkan nilai P value 0,015 (P Value < 0,05) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh tindakan oral hygiene terhadap peningkatan nafsu makan pada anak usia sekolah yang menderita HIV/AIDS dengan kandidiasis oral di poli rawat jalan RSCM Jakarta Tahun 2012 dimana terdapat perbedaan jumlah porsi makan yang dilihat sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan adanya keterbatasan serta kekurangan dalam penelitian, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Rumah sakit

Disarankan untuk menegakkan kembali kebijakan dalam penatalaksanaan oral hygiene pada pasien rawat inap terutama pada anak yang dirawat dengan HIV/AIDS dalam bentuk prosedur tetap yang harus dilaksanakan oleh perawat dalam memenuhi oral hygiene pada pasien.

2. Bagi Perawat

Disarankan untuk lebih memperhatikan pentingnya tindakan oral hygiene terhadap anak dengan HIV/AIDS, karena dengan memperhatikan oral hygiene pada pasien dapat meningkatkan asupan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kekebalan tubuhnya secara maksimal. Selain itu memberi

(56)

kepuasan tersendiri bagi pasien dan keluarga pasien yang dirawat inap dengan tetap mempertahankan komunikasi yang baik dan sikap yang baik.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Hendaknya untuk peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis dimasa yang akan datang perlu kiranya menambah jumlah sample yang lebih banyak

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia Skep, Lina Nur Skep, Ryan HP Skep, Umi K Skep, Hubungan pelaksanaan Tindakan oral Hygiene Dengan kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran di Ruang 13 RSU Dr Saiful Anwar Malang, Tugas Akhir, Universitas Brawijaya

Betz, Cecily, (2002) , Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, edisi 3, Jakarta, EGC Hidayat, Azis (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Ed 1, Jakarta : Salemba Medika Hidayat, Aziz, (2008), Buku Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Salemba Medika Kozier, Erb. Bermansyider, K., Wilkinson, J.M, (2002). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik, edisi 7, volume 2, Jakarta, EGC.

Muscari, Mary, (2002), Keperawatan Pediatrik, edisi 3, Jakarta, EGC

Muscary. E. Marry. (2005). Panduan Belajar Keperawatan pediatrik, edisi 3, Jakarta, EGC.

Ngastiyah, (2004), Perawatan Anak Sakit, Edisi 2 , Jakarta , EGC

Nursalam (2006), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika

Nursalam, (2008), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika

Notoatmodjo, Soekidjo (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta Potter & Perry, (2005), Fundamental Keperawatan, edisi 7, Jakarta, Salemba Medika Price, Sylvia Anderson dan Wilson, Lorraine McCarty. (2006). Patofisologi : Konsep

Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC

Sugiyono, (2004), Metode Penelitian ,Bandung, CV alfabeta

Supartini, Yupi, (2004), Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta : EGC Tjokronegoro A, Sudarsono S, (2004) metodologi penelitian bidang kedokteran, Edisi 5,

Jakarta, FKUI

Wong, Donna L (2008). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Jakarta : EGC Wong , Dona L (2009), Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Cetakan 6, Jakarta, EGC

(58)

Tatalaksana Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Anak Di Indonesia diakses : 15 Januari 2012. http://www.pppl.depkes.go.id/

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia diakses : 15 Januari 2012. http://www.pppl.depkes.go.id/

(59)

Lampiran :

BIODATA

Nama : Sumarsih

Tempat / Tgl Lahir : Nganjuk /17 Desember 1966 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Cluster Fontania M2/26 Metland Tambun Bekasi

RIWAYAT PENDIDIKAN :

1973 – 1979 : SDN Sonobekel Kab. Nganjuk ( Tamat ) 1979 – 1982 : SMPN 2 Nganjuk ( Tamat )

1982 – 1985 : SMAN 2 Nganjuk ( Tamat)

1985 – 1989 : Akper Karya Husada Kediri ( Tamat )

2010 – 2012 : Program Studi Ilmu Keperawatan (Program B) Universitas Muhammadiyah Jakarta

RIWAYAT PEKERJAAN :

1991 – 1994 : RSUD Amlapura Karangasem Bali

1994 s/d sekarang : RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

(60)

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

Responden yang saya hormati,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sumarsih NPM : 2010727102

Adalah mahasiswa PSIK FKK UMJ yang akan melakukan penelitian, tentang

“PENGARUH ORAL HYGIENE TERHADAP PENINGKATAN NAFSU MAKAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DENGAN HIV/AIDS YANG KANDIDIASIS ORAL DI RS CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA ”. Dalam penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang akan merugikan responden. Maka saya mohon kesediaan saudara untuk turut berpartisipasi dalam mengisi lembar kuisioner yang akan diberikan. Adapun informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya dan digunakan hanya untuk pengolahan data. Kemudian data tersebut akan dimusnahkan. Apabila saudara bersedia untuk mengisi kuisioner ini, maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dalam penelitian ini. Atas perhatiannya dan kesediaannya, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Sumarsih

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (2005) menyebutkan bahwa tujuan penyusunan laporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna dalam

Sekolah Harapan Bunda merupakan sebuah sekolah khusus autis di Surabaya yang menyelenggarakan pembelajaran piano. Pembelajaran piano dilakukan dengan menggunakan beberapa

Walaupun lemah dalam mendarab sebarang nombor dengan nombor 2 digit merupakan masalah yang dihadapi oleh kebanyakan murid Tahun 5, namun masalah itu dapat diatasi pada minggu

Pengertian Pedagogical Content Knowledge (PCK) menurut Shulman (1986) adalah gabungan dari ilmu pedagogik dan konten materi, yaitu tentang bagaimana seorang pendidik

Bagian Organisasi merupakan salah satu unit kerja pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kapuas Hulu, yang mempunyai tugas dan fungsi menyiapkan dan menyusun kebijakan

Namun karena banyaknya data yang digunakan hanya 10 tahun, sedangkan perubahan iklim adalah berubahnya baik pola dan intensitas unsur iklim pada periode waktu

Metode penelitian ini pustaka (library research). Objek dalam penelitian ini kesalahan tulis pada teks Suluk Ulam Loh dan ajaran kesempurnaan hidup yang

Bermain puzzle menuntut siswa untuk memikirkan secara kreatif bagaimana menyusun potongan menjadi bentuk yang utuh.Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan media