• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari Amerika, yakni Brazilia. Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung yang terletak diantara Afrika dan Amerika. Kedua daratan ini kemudian terpisah oleh lautan menjadi benua Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini tidak lagi dipermasalahkan orang.

Kelapa sawit (Elaeis guineesis) saat ini telah berkembang pesat di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika Barat atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asal usulnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1948 (Suyatno, 1994).

2.1.1. Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit

Menurut Hunger (1942) pada tahun 1869 Pemerintah Kolonial Belanda mengembangkan tanaman kelapa sawit di Muara Enim pada tahun 1970 di Musi Hulu. Bapak kelahiran industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah seorang Belgia bernama Adrien Hallet. Beliau pada tahun 1911 membudidayakan kelapa sawit secara komersil dalam bentuk perkebunan di Sungai Liput (Aceh) dan Pulau Raja (Asahan).

(2)

Pada masa penjajahan Belanda pertumbuhan perkebunan besar kelapa sawit telah berjalan sangat cepat sehingga sangat menguntungkan perekonomian pemerintahan Belanda. Pada masa pendudukan Jepang 1942, pemerintah pendudukan meneruskan perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya dikirim ke Jepang sebagai bahan mentah industri Jepang.

Pada tahun 1947 Pemerintah Belanda merebut kembali dua pertiga dari perkebunan yang pernah dikuasai kelaskaran (Stoler,1985). Kemudian menjelang akhir tahun 1948 maskapai-maskapai perkebunan asing hampir memperoleh perkebunan mereka masing-masing dan menjadi milik mereka kembali.

Pada akhir tahun 1957 seluruh perusahaan milik maskapai Belanda diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Namun milik perusahaan Inggris, perancis, Belgia dan Amerika dikembalikan lagi kepada pemiliknya pada akhir Desember 1967.

Pada masa pemerintah Orde lama relative perkebunan sawit sangat terlantar, karena tidak ada peremajaan dan rehabilitas pabrik. Akibatnya produksi sangat menurun drastis dan kedudukan Indonesia di pasaran Internasional sebagai pemasok minyak sawit nomor satu terbesar semenjak tahun 1966 telah digeser oleh Malaysia hingga sekarang ini (Suyatno Risza, 1994).

2.1.2. Pengembangan Industri Kelapa Sawit Di Indonesia

Minyak sawit merupakan perkebunan yang memiliki prospek yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak sawit. Minyak sawit disamping digunakan sebagai bahan mentah industri pangan, dapat pula digunakan sebagai bahan mentah industri nonpangan. Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit memegang peranan yang cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang cerah sebagai sumber devisa. Disamping itu,

(3)

minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai diseluruh dunia, sehingga secara terus menerus mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini pun mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga tahun 1993 diperkirakan telah mencapai 1,6 juta hektar dan jumlah produksi minyak Indonesia pada tahun 1993 dalam bentuk CPO berkisar 3,7 juta ton.

Penggunaan minyak kelapa sawit sebagai minyak goreng pada tahun 1988 tercatat telah mencapai 55,3% atau meningkat 27% per tahun. Saat ini minyak goreng merupakan penyerap utama konsumsi minyak dalam negeri yaitu mencapai 70% dari jumlah yang dipasarkan dalam negeri. Industri lain menggunakan minyak kelapa sawit ini adalah industri margarine, sabun dan industri kimia lainnya.

Dengan data-data tersebut diatas, maka strategi pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia di masa mendatang harus mengacu pada potensi keragaman yang dimiliki oleh minyak sawit itu sendiri. Dan industri minyak sawit di Indonesia dapat diperkokoh strukturnya dengan menggembangkan diverivikasi vertical kearah pengembangan industri hilir. Pemerintah Indonesia dewasa ini telah bertekad untuk menjadikan komoditas kelapa sawit sebagai salah satu industri non migas yang handal.

Penghasil minyak terbesar di Dunia saat ini adalah Malaysia dan di sana kelapa sawit merupakan sumber devisa utama sejak tahun 1970-an sehingga kedudukannya cukup mantap. Pemasok terbesar kebutuhan minyak sawit di dunia hingga 1993 adalah Malaysia (50% dari produksi dunia), sedangkan Indonesia hanya 20% dari produksi dunia.

(4)

Indonesia yang menempati posisi kedua setalah Malaysia relatif masih jauh tertinggal terutama dari segi teknologi budidaya, pengolahan dan pemasaran. Sampai saat ini ekspor minyak sawit di Indonesia masih dalam bentuk minyak mentah atau

crude palm oil (CPO), dan sebagian kecil dalam bentuk produk olahan yang

merupakan hasil sampingan dan pembuatan minyak goreng, sehingga nilai tambah yang diperoleh relative kecil (Suyatno Risza, 1994).

2.2 Varietas kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau berdasarkan kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan,antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain.

2.2.1. Pembagian varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal tiga varietas kelapa sawit, yaitu :

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35 – 36 %. Kernel (daging biji) biasanya dengan kandungan minyak yang rendah.

(5)

Dari empat pohon induk yang tumbuh di Kebun Raya Bogor, varietas ini kemudian menyebar ketempat lain, antara lain ke Negara Timur Jauh. Dalam persilangan, varietas dura dipakai sebagai pohon induk betina.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging buah biji sangat tipis. Jenis pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera.

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat – sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan- perkebunan saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60 – 96 %. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari pada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.

2.2.2. Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah

Ada tiga varietas kelapa sawit yang terkenal berdasarkan perbedaaan warna kulitnya. Varietas-varietas tersebut adalah :

(6)

Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam di perkebunan.

2. Virescens

Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Varietas ini jarang dijumpai di lapangan.

3. Albescens

Pada waktu muda buah berwarna keputih –putihan, sedangkan setelah masak menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman.

2.2.3. Varietas unggul

Pada saat ini, telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan untuk ditanam diperkebunan. Varietas-varietas unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan varietas psifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dilakukan selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut mempunyai kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya (Tim Penulis,2000).

2.3 Minyak Sawit

Seperti minyak yang lain, minyak sawit tersusun dari unsure-unsur C, H dan O. Minyak ini terdiri dari fraksi pada saat fraksi cair dengan perbandingan

yang seimbang. Penyusun fraksi padat terdiri dari asam lemak jenuh, antara lain asam miristat (1%), asam palmitat (45%), dan asam stearat. Sedangkan fraksi cair tersusun

(7)

dari asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%) dan asam linoleat (11%). Komposisi tersebut ternyata agak berbeda jika dibandingkan dengan minyak inti sawit dan minyak kelapa.

Perbedaan jenis asam lemak penyusunnya dan jumlah rantai asam lemak yang membantu trigliserida dalam minyak sawit dan minyak inti sawit menyebabkan kedua jenis minyak tersebut mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Minyak sawit dalam suhu kamar bersifat setengah padat, sedangkan pada suhu yang sama minyak inti sawit berbentuk cair ( Tim Penulis,2000).

Reaksi dari Gliserol dan Asam lemak adalah sebagai berikut

H H

H --- C --- OH HOOCR1 H --- C --- OOCR1

H --- C --- OH + HOOCR2 H --- C --- OOCR2 + 3H2-0

H --- C --- OH + HOOCR3 H --- C --- OOCR3

H H

Gliserol Asam Lemak Trigliserida Air

2.3.1 Sifat Fisika – Kimia

Sifat fisika – kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, flavor, kelarutan, titik cair, titik didih, titik penolakan, slipping, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan, titik asap, titik nyala dan titik api. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam – asam lemak dan trigliserida tidak berwarna. Warna orange atau atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak.

(8)

Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam – asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone.

2.3.2 Standart Mutu

Standart Mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standart mutu, yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida.

Mutu minyak sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin, bilangan peroksida dibawah 2,0 bebas dari warna merah dan kuning, tidak berwarna hijau, jernih dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam ( Ketaren, 2008 ).

2.4 Pengolahan Kelapa Sawit

2.4.1 Stasiun Timbangan (Weight Bridge )

Timbangan berfungsi untuk menimbang buah yang masuk kedalam pabrik sekaligus untuk menimbang produksi yang di angkut keluar pabrik. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui berat TBS yang akan di proses di dalam pabrik. Jumlah berat TBS dapat diketahui dari selisih berat bruto (berat truk dan buah) dan berat truk saja. Penimbanga dilakukan pada saat truk berisi buah yang akan masuk ke pabrik dan pada saat truk kosong (keluar dari loading ramp). Kapasitas timbangan di pabrik kelapa sawit PT.MNA adalah maksimal 50 ton.(Sunarko,2007)

(9)

2.4.2. Stasiun Sortasi

Sortasi berfungsi untuk memilih buah-buah yang masak yang diterima di PKS PT. MNA ini.

• Berdasarkan Berat Janjangan

Jenis Buah Berat Persentase Rendemen

Dura Tenera Kastrasi <3kg 6% 9% Kecil 3kg s/d 5,99kg 10% 13% Sedang 6kg s/d 11,99kg 14% 17% Besar >12kg 19% 22% • Berdasarkan Varietas

• Berdasarkan Fraksi Panen

Fraksi Persentase Rendemen

Dura Tenera

00 7-8% 10-11%

0 12-13% 15-16%

I 18-18,5% 20,5-21%

II 19% 21,75-22%

Jenis Buah Mesacarps Cangkang Inti Rendemen

Dura 20-65% 25-50mm 4-20mm 18-19%

Fisifera 92-97% - 3-8mm 28-29%

(10)

III 18-18,5% 20,5-21%

IV 18-18,5% 20,5-21%

V 17-18% 20-20,5%

2.4.3 Stasiun Loading Ramp

TBS yang telah ditimbang kemudian buahnya dituang kedalam loading ramp. Loading ramp adalah suatu bangunan bidang T dengan sudut kemiringan 450. Pada loading ramp dilengkapi dengan pintu-pintu sebanyak 52 pintu dimana samping kiri / kanan yaitu 14/14 dan depan 24 pintu yang digerakkan secara hidrolik agar memudahkan memasukkan TBS kedalam lori. Dilantai loading ramp, perlu diperhatikan agar buah jangan berserakkan dilantai dengan tujuan agar brondolan jangan sampai tergilas oleh truk, karena buah yang tergilas tersebut akan mengakibatkan tingginya lossis pada kondensat, walaupun minyak tersebut dapat diambil dari recovery fat pit, tetapi asam lemak bebas akan meningkat, untuk itu sebaiknya hal ini dapat dicegah.(Sunarko,2007)

2.4.4 Stasiun Sterilizer

Tahap selanjutnya setelah TBS yang telah ditimbang dan dimasukkan kedalam lori adalah tahap perebusan. Kapasitas satu unit rebusan adalah 6 lori berarti 60 ton. Steam yang digunakan untuk merebus adalah dari BPV Header dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Temperatur 1100 – 1400C 2. Waktu sekitar 85 – 90 menit

(11)

1. Puncak 1 : dengan tekanan 1,50 bar dengan temperatur 1270 dan dilakukan pembuangan kondensat serta tekanan akan kembali seperti semula 0,0. Tujuan pembuangann kondensat pada puncak 1 adalah untuk membuang deaerasi yang terjebak didalam sterilizer ,membuang kondensat karena udara adalah konduktor terburuk dalam perebusan buah serta membuang air, dan menonaktifkan enzim lipase.

2. Puncak 2 : dengan tekanan 2,20 bar dan temperatur 1350 dan dilakukan pembuangan kondensat sampai tekanan kembali seperti semula 0,0. Tujuan pembuangan kondensat pada puncak 2 adalah untuk membuang air.

3. Puncak 3 : dengan tekanan 2,85 bar dan temperatur 1100 - 1200 dan dilakukan penahanan sebelum pembuangan kondensat selama 25 sampai 30 menit yang bertujuan untuk mempermudah lepasnya inti dari cangkang.

2.4.5 Stasiun Press and Thresser

Thresser berfungsi untuk melepaskan atau memisahkan buah dari janjangan yang di bawa oleh Bunch Scropper. Ada 3 buah thresser, thresser 1dan 2 berfungsi untuk memipil buah yang dibawa dari scrapper under tipler, sedangkan thresser 3 berfungsi untuk memipil janjangan yang belum membrondol seluruhnya/ sempurna. Sebelum masuk ke threser 3, janjangan masuk kedalam double crusher agar proses pemipilan bisa sempurna. Pada thresser terdapat lifting bar yag berfungsi untuk melempar janjangan. Janjangan berada di thresser selama ± 3 menit. Putaran dari thresher ± 23 rpm.

Putaran dari thresser bergantung pada ukuran janjangan. Janjangan yang sudah membrondol di thresher 3 masuk ke empty bunch horizontal scrapper lalu jatuh ke empty bunch inclined scrapper lalu didistribusi ke empty bunch press conveyor lalu masuk ke bunch press. Disini janjangan di press untuk diambil minyak yang

(12)

terkandung di janjangan. Minyak hasil pressan dari janjangan ditampung di sludge colecting lalu dipompakan ke empty bunch tank sedangkan janjangan akan jatuh ke shredder untuk dicacah sebelum dijadikan bahan bakar boiler.(Iyung Pahan,2006) 1. Digester

Digester berfungsi untuk melumatkan berondolan sehingga daging buah terpisah dari biji dengan cara dicacah. Tujuan utama digester adalah untuk mempermudah pada saat pengepresan sehingga kelebihan minyak/lossis minyak akan menjadi lebih kecil/rendah dan agar buah dan kotoran mudah terpisah. Digester ada 6 buah dengan kapasitas 15 ton per jam dengan volume 3500 L dan putaran gear box nya 26 rpm, putaran motornya 1500 rpm.

2. Screw Press

Screw Press berfungsi untuk mengambil/mengeluarkan minyak dari daging buah. Screw press terdiri dari sepasang worm screw dan hidrolic (mendorong). Kapasitas screw press adalah 15 ton/jam, putaran screw press 12 rpm. Pada hidrolik ring ampere yang digunakan adalah 46-44 ampere dan cara kerja hidrolic adalah menarik dan mendorong, pada saat tekanan 46 akan menarik dan pada saat 44 akan mendorong. Tekanan hidroliknya 50-70 bar.

Alat ini terdiri dari press cage yang berlubang-lubang dan didalamnya terdapat 2 buah ulir (screw) yang berputar berlawanan arah. Tekanan kempa diatur oleh 2 buah konus, berada pada bagian ujung pengempa yang dapat digerakkan maju-mundur secara hidrolis. Minyak hasil pressan akan mengalir ketalang oil gutter. Sementara fiber dan nut akan dilewatkan kedalam CBC dan selanjutnya diproses didepericarper. Oil losses pada screw press max 4%.(Ponten Naibaho,1996)

(13)

Pada stasiun ini minyak kasar mendapat diproses sedemikian rupa hingga mencapai hasil yang lebih murni yang sesuai atau yang diharap kan. Adapun perlakuan yang terdapat pada stasiun ini yaitu berupa proses pemanasan yang mana pada proses ini akan terjadi pemisahan antara sludge, minyak dan juga air dengan standart nilai yang telah ditentukan.

1. Crude Oil Gutter

Crude oil gutter berfungsi sebagai talang minyak yang akan diproses di sandtrap tank. Pada crude oil gutter terjadi penambahan air antara 19-22%, dengan suhu 90oC Bertujuan untuk mempermudah pemisahan antara minyak dan kotoran pada sandtrap tank.

2. Sand Trap Tank

Sand Trap Tank bersifat pengendapan jadi dalam hal ini sand trap tank berfungsi untuk mengendapkan pasir yang terdapat pada minyak dari Crude Oil Gutter.

Prinsip kerja Sand Trap Tank adalah tanki berbentuk silinder yang pada bagian dasarnya berbentuk kerucut. Pada sandtrap tank ini terdapat skimmer yang dimana berfungsi untuk mengutip minyak sampai 30 cm secara continu dengan memanfaatkan berat jenis dari minyak. Minyak disalurkan ke Reclamed tank 1, sedangkan sludge masuk ke vibrating screen, pasir dan kotoran akan turun ke bawah untuk disalurkan ke Sludge Pit.

3. Vibrating Screen

Setelah masuk ke Sand Trap Tank maka minyak hasil presan pada screw press masuk kedalam vibrating screen dalam hal ini fungsi dari vibrating screen adalah

(14)

sebagai proses penyaringan fiber atau kotoran yang berupa serat yang terdapat pada minyak tersebut.

4. Crude oil Tank ( COT )

Crude Oil Tank merupakan tangki minyak kasar yang berfungsi sebagai penampungan minyak kasar dan mengendapkan kembali pasir, kotoran dan sludge yang loos dari vibrating screen. Tanki ini dilengkapi dengan pipa pemanas, dengan adanya pipa pemanas tersebut maka pada COT pun dilakukan pemanasan dengan tujuan agar mempermudah proses pemisahan minyak pada proses slanjutnya. Suhu yang digunakan pada COT yaitu bekisar antara 80 – 90OC. Jika suhu dibawah rata-rata maka butiran minyak akan susah terpisah dan jika suhu diatas rata-rata maka akan terjadi emulsi.

5. CST (Continuous Settling Tank)

CST adalah tempat penampungan minyak yang juga masih bercampur dengan kotoran. Pada CST dilakukan pengendapan dengan suhu 80o-90oC. Terdapat skimmer yang berguna untuk mengutip minyak dari CST. Kadar minyak yang diambil dri CST sekitar 5-6%.

6. Decanter

Input dari decanter adalah minyak yang ada di Sludge distribusi. Decanter adalah alat untuk memisahkan antara minyak dengan slurry secara sentrifusi datar. Decanter juga merupakan mesin yang berfungsi sama dengan saparator yaitu pemisahan minyak yang ada dalam sludge. Decanter mengutip minyak yang masih terikat pada sludge tersebut. Putaran dari scroll pada decanter ± 3060 rpm, dengan suhu 90o-95oC.

(15)

Oil tank berfungsi sebagai penampung minyak hasil pengutipan yang ditampung di Reclamed tank 1, Reclamed tank 2 dan CST dan dipanasi lagi dengan memberi suhu 80-95oC. Pada oil tank ini, dilengkapi pipa-pipa sebagai penyalur steam kedalam oil tank.

Tangki ini bekerja sebagai pemisah karena adanya perbedaan berat jenis pada minyak yang bersih. Diatas oil tank ini terdapat float tank, yang dimana fugsi dari float tank sebagai pengatur masuknya umpan minyak dari purifier ke vakum dryer. 8. Oil Purifier (Sentrifusi Minyak)

Minyak dari oil tank yang telah dipanaskan kemudian diumpankan pada purifier tujuan nya adalah untuk memurnikan minyak dengan prinsip kerja berat jenis dan gaya sentrifugal, dimana dengan putaran diharapkan minyak akan naik keatas, sedangkan air berada dipinggir. Minyak yang berada dibagian atas dialirkan kevacum dryer, sedangkan kotoran dan air terlempar keluar dan selanjutnya keluar dengan cara alat planting atau penyucian air masuk secara otomatis. Hasil minyak proses dipurifier ini yang diumpankan ke vacum dryer.

9. Vacum Dryer

Vacum dryer ialah suatu alat yang berfungsi untuk pengeringan minyak yang diproses dari purifier yang dimana minyak dari purifier masih mengandung air 0,5%. Vacum dryer bekerja dengan cara penguapan hampa. Alat ini terdiri dari tabung hampa udara dan terhisap kedalam tabung melalui pemercikan (21 nozel), akibat adanya hampa udara dan terpancar kedalam tabung hampa. Kadar air dalam minyak diusahakan menjadi 0,1-0,2% , setelah melalui vacum dryer minyak akan dipompakan ketangki penimbunan sebagai minyak produksi atau CPO yang siap kirim.

(16)

Fat Pit Tank berfungsi untuk mengambil kembali minyak yang masih ada, baik dari buangan kondensat dari Stasiun Sterilizer, dari buangan sludge fit dai Stasiun Klarifikasi maupun dari proses pembersihan areal pabrik (House Keeping). Kadar dengan temperatur didalamnya 80 – 90OC. Pada Fat Pit terjadi pemisahan antara minyak dengan air berdasarkan massa jenisnya, dimana minyak yang mempunyai massa jenis yang lebih kecil (0,7gr/cm3) dari air (1 gr/cm3) berada diatasnya sehingga mudah untuk dipisahkan. Minyak tersebut akan dikembalikan (recycle) ke dalam Stasiun Klarifikasi untuk diolah kembali oleh Seperator, sedangkan limbah cair akan dipompakan ke dalam Slurry Pond.(Sunarko,2007)

2.5 Tujuan Pengempaan

Tujuan pengempaan adalah memeras minyak sebanyak mungkin dari massa remasan, sehingga kehilangan minyak sekecil-kecilnya. Untuk ini umumnya telah dipakai kempa ulir ganda, karena kempa ulir adalah yang paling sesuai buah Tenera. Didalam suatu silinder mendatar yang dindingnya berperforasi bekerja dua ulir dengan arah putar yang berlawanan. Pada ujung pengeluaran silinder terdapat suatu konus yang menekan massa ampas kempa yang akan keluar. Tekanannya dapat diatur secara optimalnya. Pengaturan posisi konus dapat dilakukan berdasarkan tekanan dalam kempa atau berdasarkan pemakaian listrik. Dinding silinder secara terus menerus dibilas dengan semprotan air panas. Juga kedalam massa disemprotkan uap. Kapasitas dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya. Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa, tetapi makin banyak biji yang pecah dalam kempa. Oleh karena itu pilihan tekanan kempa adalah kompromi antara ke dua hal tersebut. Untuk buah Tenera kompromi tersebut tercapai pada tingkat kehilangan minyak 7,5% terhadap zat kering.

(17)

Untuk buah Dura kehilangan ini akan lebih tinggi lagi, karena angka perbandingan biji dengan bagian serabut jauh lebih tinggi, sehingga kemungkinan biji bersinggungan satu sama lain dalam kempa menjadi lebih besar. Dengan demikian minyak yang terperangkap diantara celah biji-biji, sehingga tidak terkuras ke luar dari kempa, akan lebih banyak. Selain hampir tidak menerima gaya kempa, sehingga minyak yang tersisa dalam serabut karena tidak terperas habis akan lebih banyak pula. Korelasi antara kehilangan minyak dalam ampas kempa dan persentasi biji pecah terhadap jumlah biji tergantung pada banyak factor. Untuk kempa tertentu (buatan atau bentuk rancangan ulir tertentu) akan diperoleh persentasi biji pecah tertentu untuk kehilangan minyak tertentu, seperti yang tertulis dalam table berikut :

Tabel 2.1 Persentasi Kehilangan Minyak dan Biji Pecah % minyak terhadap zat kering % biji pecah dalam ampas kempa terhadap jumlah biji

9,0 5 – 10

8,0 8 - 16

7,0 16 - 30

6,5 24 – 40

Sehubung dengan ini terdapat hubungan yang jelas antara komposisi ampas kempa, gaya atau torques, kehilangan minyak dalam serabut, tebal cangkang, dan persentasi biji pecah.

Ada beberapa tipe kempa ulir, namun prinsip kerjanya adalah sama, dengan kapasitas normal 10 atau 15 ton TBS/jam. Bahkan ada kempa yang mampu bekerja

(18)

dengan kapasitas berubah-ubah antara 6 – 20 ton TBS/jam tergantung pada keadaan, dengan mengatur putaran sumbu utama. ( Mangoensoekarjo, 2003)

2.6 Faktor yang mempengaruhi efisiensi ekstraksi a. Tipe screw press

Terdapat tiga tipe screw press yang umum digunakan dalam PKS yaitu Speichim, Usine de wecker dan stork. Ketiga jenis alat ini mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa Speichim memiliki feed screw, sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan dengan adonan masuk berdasarkan gravitasi. Kontiunitas adonan yang masuk kedalam screw press mempengaruhi volume wornm yang paralel dengan penekan ampas, jika kosong maka tekanan akan kurang dan oil losses dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini beberapa pabrik pembuat screw press menggunakan fed screw, karena disamping pengisian yang efektif juga melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan rendah sehingga minyak keluar. Hal ini akan membantu daya kerja dari screw press, karena kandungan minyak telah berkurang yang sering mengganggu dalam pengepresan yaitu membuat kenaikan bahan padatan bukan minyak dalam cairan.

Pengguna feed screw akan menimbulkan pertambahan investasi dan biaya perawatan yang lebih besar. Oleh sebab itu dalam pengoperasiannya perlu dilakukan perhatian yang lebih insentif.

Type stork memproduksikan alat press yang terdiri dari alat yang menggunakan feed screw dan tanpa feed screw. Sedangkan usine de wecker tidak dilengkapi dengan feed screw. Screw press terdiri dari single shaft dan double shaft yang memiliki kemampuan press yang berbeda-beda, dimana alat press yang double

(19)

b. Tekanan kerja screw press

Penggerak as screw press dilakukan dengan electromotor yang dipindahkan dengan belt, gigi dan hydraulic. Power yang diperlukan menggerakkan alat screw adalah 19-21 KWH dengan putaran shaft 12-14 rpm. Efektifitas tekanan ini tergantung pada tahanan lawan pada adjusting cone. Tekanan pada hydraulic cone yang sesuai untuk single “single stage pressing” diberikan tekanan pada tahap awal 40-50 bar dan pada double pressing menggunakan tekanan pertama 30-35 bar dan pada pengempaan kedua tekanan 40-50 bar.

Tujuan untuk menstabilkan tekanan pressan adalah :

a. Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka ekstraksi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak akan lebih rendah. b. Menurunkan jumlah biji pecah, semakin tinggi variasi tekanan dalam screw press

maka jumlah biji pecah semakin tinggi.

c. Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti crew, cylinder press dan electromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan mekanis.

c. Air Pengencer

Air pengencer yang diberikan pada alat screw press tergantung pada jenis alat. Pemberian air pengencer dilakukan dengan cara menyiram cake dalam pressan dari bagian atas bagian tengah dan atau di chute screw press. Jumlah air pengencer yang diberikan tergantung pada suhu air pengencer, semakin tinggi air pengencer maka jumlah air yang diberikan semakin sedikit (Ponten Naibaho, 1996).

Referensi

Dokumen terkait

• Seluruh staf pengajar Jurusan Sistem Informasi Bina Nusantara yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan selama penulis menuntut ilmu di Universitas Bina Nusantara.. •

Bu farklılıklar ABD kuruluşunun kelimenin tam anlamıyla emperyal olan (emperyalist değil) temel ilke­ lerine yakından baktığımızda tüm çıplaklığıyla görülebilir; burada

Berdasarkan analisis kuantitatif dapat diketahui bahwa dalam jangka panjang yang dilakukan dengan menggunakan metode OLS menunujukkan bahwa perilaku BPD

Hasil : setelah dilakukan penelitian selama 1 bulan dengan frekuensi 2 kali dalam 1 minggu yang dilakukan secara pagi dan sore hari didapatkan bahwa uji hipotesis I dan

Skope Perencanaan Keuangan PERENCANAAN KEUANGAN Manajemen Arus Kas Manajemen Risiko Perencanaan Investasi Perencanaan Hari Tua Prioritas Tujuan Keuangan Perencanaan Waris

&#34;Public Interest Environmental Law- Commentary and Analysis.&#34; In 3XEOLF ,QWHUHVW3HUVSHFWLYHVLQ(QYLURQPHQWDO/DZ , edited by David Robinson and John Dunkley: Wiley

Batasan sebuah kelompok sosial menurut Ulrich adalah “dua orang atau lebih yang berinteraksi satu dengan yang lain secara terus-menerus ; yang menyadari bahwa masing-masing

Bintang Elmi Vision adalah pihak pemberi waralaba atau mud}a@rib maka untuk laporan kegiatan usaha atau sebagainya juga pihak mud}a@rib yang berkewajiban untuk