• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh : Sri Rezeki Tarigan

NIM: 140200320

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)

Nim : 140200320

Departemen : Hukum Perdata Dagang

Judul Skripsi : TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGUNAAN JASA BIRO PERJALANAN UMRAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi Pada PT. Al-Falah Tours & Travel Medan)

Dengan ini menyatakan :

1. Skripsi yang saya tulis ini adalah benar tidak merupakan jiplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah jiplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, 19 Maret 2018

Sri Rezeki Tarigan Nim. 140200320

(4)

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan nikmat kesehatan sehingga penulis mampu menempuh pendidikan dan dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi tugas akhir dan memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakutas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

Adapun judul skripsi ini “Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Penggunaan Jasa Biro Perjalanan Umrah Dan Hubungannya Dengan Tanggung Jawab Pelaku Usaha Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Studi Pada PT. Al-Falah Tours & Travel Medan)”. Skripsi ini membahas mengenai kendala dalam pelaksanaan perjanjian penggunaan jasa biro perjalanan umrah pada PT. Al-Falah Tours & Travel Medan yang kesepakatannya dilaksanakan secara lisan, tanggung jawab PT. Al-Falah Tours & Travel sebagai pelaku usaha terhadap konsumennya, dan juga menguraikan mengenai upaya penyelesaian masalah yang terjadi antara PT. Al-Falah Tours & Travel dengan konsumennya.

Perkenankanlah penulis terlebih dahulu mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yakni Ayahanda (Alm) Drs. Aditia Mondan Tarigan, M.S dan khususnya kepada Ibunda Dr. Siti Norma Nasution, M. Hum yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan tiada henti- hentinya memberikan cinta, doa, motivasi, dan dukungan penuh baik materil maupun moril kepada penulis. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan kasih sayang kepada mereka.

(5)

Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Prof. Dr. OK Saidin, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Unversitas Sumatera Utara;

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

7. Bapak Syamsul Rizal, SH., M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum Perdata Universitas Sumatera Utara;

8. Prof. Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan dukungan, nasihat dan terima kasih atas waktu, saran dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

9. Dr. Dedi Harianto, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu penulis dengan meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk

(6)

yang senantiasa penuh kesabaran dan perhatian dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam hal menjalani masa-masa perkuliahan selama penulis duduk di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

11. Bapak Ibu Dosen staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah bersedia memberi ilmu dan pandangan hidup kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

12. Sahabat penulis semenjak duduk di bangku sekolah di Denpasar, Ida Ayu Sasmitha Putri, S.E. Terima kasih atas segala kebaikan dan kehangatan yang telah kita jalani selama ini. Terima kasih telah menjadi sahabat yang mau mendengar, sahabat yang saling berbagi dan saling memotivasi.

Semoga persahabatan ini dapat terus terpelihara untuk ke depannya.

13. Teman-teman grup bandar, Indah Sari Pratiwi, Ade Julia Sari, Chairur Rizky, Muhammad Zufaldi yang saling memotivasi satu sama lain untuk cepat mencapai sarjana.

14. Seluruh kru CCWW, Ega Khairunnisa Siregar, Vira Cahyani Siregar, Laura Netta Br. Tarigan, Chyntia D.S Hasibuan, Hani Rahayu, dan Thasya Pratiwi, sebagai teman-teman terdekat penulis sejak awal duduk di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara hingga sekarang. Segala

(7)

sekaligus teman-teman di Departemen Hukum Perdata Dagang Stambuk 2014, penulis harapkan semoga kita semua dapat meraih sukses di masa yang akan datang.

16. Kepada Bapak Drs. Aminullah, MA., Ph.D. dan Ibu Dra. Khairawati, MA., Ph.D. selakau pemilik dari PT. Al-Falah Tours & Travel Medan yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian di PT. Al-Falah Tours &

Travel Medan, terima kasih karena telah bersedia untuk diwawancarai dan memberikan informasi yang penulis butuhkan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan baik dari segi penggunaan tata bahasa (penulisan), penafsiran, serta analisis hukum yang tertuang dalam tulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya perbaikan skripsi ini di waktu yang akan datang. Besar harapan penulis bahwa skripsi ini nantinya dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperluas cakrawala dan pengetahuan kita semua.

Medan, Maret 2018

Penulis,

Sri Rezeki Tarigan Nim. 140200320

(8)

ABSTRAK viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1

B. Permasalahan 10

C. Tujuan Penulisan 10

D. Manfaat Penulisan 10

E. Metode Penulisan 12

F. Keaslian Penulisan 20

G. Sistematika Penulisan 22

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Perjanjian 24

1. Pengertian Perjanjian 24

2. Asas-Asas Dalam Perjanjian 29

3. Lahir dan Berakhirnya Perjanjian 38

B. Perlindungan Konsumen 45

1. Pengertian Konsumen, Pelaku Usaha, Jasa, Dan Perlindungan Konsumen 45

2. Asas-Asas Perlindungan Konsumen 54

3. Dasar Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia 56

4. Tujuan Perlindungan Konsumen 59

5. Hak Dan Kewajiban Konsumen 59

BAB III KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PERJALANAN IBADAH UMRAH DI INDONESIA A. Pengertian Umrah 65 B. Ketentuan Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah

(9)

BAB IV TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGUNAAN JASA BIRO PERJALANAN UMRAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Kendala Dalam Pelaksanaan Perjanjian Penggunaan Jasa Biro Perjalanan Umrah Pada PT. Al-Falah Tours & Travel Yang

Kesepakatannya Dilaksanakan Secara Lisan 100 1. Bentuk Perjanjian Antara PT. Al-Falah Tours & Travel

Dengan Konsumennya 100 2. Pelaksanaan Perjanjian Penggunaan Jasa Biro Perjalanan

Umrah 108

3. Kendala Dalam Pelaksanaan Perjanjian Yang Kesepakatannya

Dilaksanakan Secara Lisan 116 B. Tanggung Jawab PT. Al-Falah Tours & Travel Sebagai Pelaku

Usaha Terhadap Konsumennya 127 1. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Menurut Undang-Undang

Perlindungan Konsumen 127

2. Tanggung Jawab PT. Al-Falah Tours & Travel Terhadap

Konsumennya 131 C. Upaya Penyelesaian Masalah Yang Terjadi Antara PT. Al-Falah

Tours & Travel Dengan Konsumennya 143 1. Penyelesaian Masalah Menurut Peraturan Yang Berlaku 143 2. Penyelesaian Masalah Yang Dilakukan Oleh PT. Al-Falah

Tours & Travel Dengan Konsumennya 154

(10)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Daftar wawancara di PT. Al-Falah Tours & Travel Medan

Daftar wawancara dengan konsumen dari PT. Al-Falah Tours & Travel Medan Brosur umrah PT. Al-Falah Tours & Travel Medan

Itinerary perjalanan (rute dan jadwal perjalanan) pada PT. Al-Falah Tours &

Travel Medan

(11)

Orang Indonesia memilih melaksanakan ibadah umrah terlebih dahulu sembari menunggu waktu keberangkatan ibadah haji. Biro perjalanan umrah sebagai pelaku usaha mempunyai tanggung jawab yang harus dilaksanakan berdasarkan perjanjian yang disepakatinya dengan konsumen. Perjanjian yang dilakukan antara para pihak tidak selamanya dapat berjalan mulus karena terkadang konsumen tidak menerima jasa sesuai dengan harapannya.

Permasalahan yang dibahas yakni apakah kendala dalam pelaksanaan perjanjian penggunaan jasa biro perjalanan umrah pada PT. Al-Falah Tours & Travel yang kesepakatannya dilaksanakan secara lisan, bagaimana tanggung jawab PT. Al- Falah Tours & Travel sebagai pelaku usaha terhadap konsumennya, dan bagaimana upaya penyelesaian masalah yang terjadi antara PT. Al-Falah Tours &

Travel dengan konsumennya.

Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif yaitu telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah hukum yang bertumpu pada pengamatan terhadap bahan pustaka dan dokumen hukum yang relevan dengan permasalahan hukum yang dikaji. Studi lapangan skripsi ini dilakukan di PT. Al-Falah Tours & Travel Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, hasil penelitian diharapkan mampu memberikan gambaran secara sistematis tentang permasalahan yang diteliti. Metode pengumpulan data dalam skripsi ini adalah dengan metode penelitian kepustakaan (library research) dan metode penelitian lapangan (field research).

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan kendala dalam pelaksanaan perjanjian penggunaan jasa biro perjalanan umrah pada PT. Al-Falah Tours & Travel terjadi karena faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu kendala yang disebabkan oleh pihak PT. Al-Falah Tours & Travel atau oleh pihak konsumen itu sendiri. Faktor eksternal yaitu kendala yang muncul disebabkan oleh pihak luar, dan lain sebagainya. Tanggung jawab yang diterapkan adalah prinsip tanggung jawab profesional (proffesional liability) dan tanggung jawab secara mutlak (strict liability), apabila ada konsumen yang mengalami kerugian maka PT. Al-Falah Tours & Travel wajib bertanggung jawab memberikan ganti rugi pengembalian uang atau mengganti jasa yang setara nilainya. Upaya penyelesaian masalah dengan konsumen tidak pernah melalui pengadilan (litigasi) atapun melalui BPSK. Upaya penyelesaian masalah dilakukan secara damai dengan musyawarah untuk mencapai mufakat.

Kata Kunci : Pelaksanaan perjanjian, Biro perjalanan umrah, Tanggung jawab pelaku usaha

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

 Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

 Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(12)

Setiap Warga Negara Indonesia yang beragama Islam diwajibkan menunaikan ibadah haji. Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima.

Seseorang dinyatakan telah menyempurnakan keislamannya bila telah mampu melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji wajib dikerjakan dengan segera, artinya jika seseorang sudah mampu secara fisik maupun finansial maka ia harus segera mendaftarkan diri untuk mengikuti ibadah haji.1

Pada saat sekarang ini kebanyakan orang Indonesia memilih melaksanakan ibadah umrah terlebih dahulu sembari menunggu waktu keberangkatan ibadah haji tiba. Hal ini dikarenakan masa tunggu haji di Indonesia sangatlah lama berkisar 8 (delapan) sampai dengan 12 (dua belas) tahun. Masa tunggu yang lama ini dikarenakan kuota yang sangat terbatas dalam pelaksanaan ibadah haji.2 Pelaksanaan ibadah umrah berbeda dengan ketentuan pelaksanaan ibadah haji. Pelaksanaan ibadah umrah tidak ada batasan kuota karena waktu pelaksanaannya yang tidak ditentukan dan dapat disesuaikan dengan waktu yang diinginkan jemaah. Lamanya daftar tunggu untuk melaksanakan haji reguler ini menyebabkan sebagian masyarakat beralih untuk melaksanakan ibadah umrah terlebih dahulu yang diselenggarakan oleh Biro Penyelenggara Umrah.

1 Mochamad Saleh dan Shanti Wahyuni, Tata Cara Haji Dan Umrah Yang Benar, (Yogyakarta: Ragam Media, 2015), hal. 11

2 Ahmad Abd Majdi, Seluk Beluk Ibadah Haji dan Umrah, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1993), hal. 13

(13)

Ibadah umrah dapat dilakukan kapan saja karena dapat dilakukan diluar musim haji. Secara istilah umrah berarti menziarahi Ka’bah untuk beribadah kepada Allah. Berbeda dengan ibadah haji yang hanya dilakukan pada bulan Zulhijah, ibadah umrah dapat dilaksanakan sewaktu-waktu sepanjang tahun, baik di dalam bulan haji atau sebelum, maupun sesudahnya.3 Oleh karena itu masyarakat Indonesia sekarang ini sangat berminat melaksanakan umrah dengan tujuan untuk melaksanakan ibadah sembari menunggu waktu keberangkatan ibadah haji tiba atau sekedar hanya untuk wisata rohani.

Minat masyarakat untuk dapat menunaikan ibadah umrah yang sangat tinggi membuka peluang usaha bagi para penyedia jasa bisnis travel dalam pelaksanaan umrah. Banyaknya biro-biro perjalanan penyelenggara ibadah umrah yang membantu dalam pelaksanaan ibadah umrah di Indonesia maka perlulah suatu pengaturan agar terjamin kepastian hukum diantara para pihak dalam penyelenggaran ibadah umrah dan masyarakat sebagai jemaah dapat menunaikan ibadah umrah dengan aman, nyaman, serta terlindungi kepentingannya.

Kegiatan penyelenggaraan ibadah umrah antara pihak biro perjalanan dengan konsumennya yaitu pihak jemaah memiliki hubungan hukum yang melahirkan tanggung jawab, hak dan kewajiban diantara para pihak tersebut, oleh karena itu timbullah perikatan. Perikatan adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang terletak di dalam bidang harta kekayaan di mana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu. Perikatan melahirkan kewajiban pada para pihak dalam hubungan hukum tersebut. Perikatan

3 Mochamad Saleh dan Shanti Wahyuni, Op.Cit, hal. 45

(14)

diawali dengan ketentuan Pasal 1233 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang menyatakan bahwa “tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena perjanjian maupun karena undang-undang”4. Perikatan yang lahir dari perjanjian mendapat kekuatan hukum berdasarkan kehendak bersama antara kreditur dan debitur, sedangkan pada sisi lain perikatan terjadi karena ditentukan undang-undang.5

Perjanjian merupakan salah satu sumber lahirnya perikatan, dengan membuat perjanjian salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian tersebut mengikatkan dirinya untuk memenuhi kewajiban yang dijanjikan. Perjanjian sebagai sumber perikatan apabila dilihat dari bentuknya dapat berupa perjanjian tertulis maupun perjanjian tidak tertulis.6

Konsumen yang ingin melaksanakan ibadah umrah akan menyerahkan segala sesuatunya kepada penyedia jasa biro perjalanan ibadah umrah. Konsumen biasanya diminta memilih paket-paket umrah yang telah disediakan oleh biro perjalanan ibadah umrah. Apabila konsumen telah memilih paket umrah yang diinginkan maka selanjutnya dilakukan pembayaran oleh konsumen tersebut. Dari pembayaran ini dapat dikatakan telah ada suatu perjanjian yang menyebabkan adanya perikatan antara biro perjalanan ibadah umrah dengan konsumen. Dari pembayaran tersebut telah timbul tanggung jawab, hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak. Biro perjalanan ibadah umrah mempunyai kewajiban mengurus konsumennya yaitu jemaah umrahnya dari proses administrasi awal, proses pemberangkatan umrah, hingga proses kembali pulang ke tanah air. Biro

4 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Perikatan Pada Umumnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal.17

5 Mariam Darus Badrulzaman, Hukum Perikatan Dalam KUH Perdata Buku Ketiga, Yurisprudensi, Doktrin, Serta Penjelasan, (Jakarta: PT Citra Aditya Bakti, 2015), hal.10

6 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op.Cit, hal. 42

(15)

perjalanan ibadah umrah juga mempunyai kewajiban menyelenggarakan ibadah umrah sesuai dengan paket umrah yang telah dipilih dan dibayar oleh konsumen.

Selain itu hubungan hukum antara biro perjalanan umrah dengan jemaah umrahnya adalah hubungan hukum antara pelaku usaha dengan konsumen. Pihak penyedia jasa yaitu biro perjalanan umrah sebagai pelaku usaha telah mengadakan perjanjian dengan konsumen (jemaah sebagai konsumen) dan mempunyai tanggung jawab yang harus dilaksanakan sebagai akibat hukum dari adanya perjanjian penggunaan jasa diantara kedua belah pihak tersebut. Tanggung jawab pelaku usaha diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (disebut dengan UUPK) dan secara khusus untuk tanggung jawab Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (disebut dengan PPIU) hanya sedikit diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggara Ibadah Haji, dan di Peraturan Menteri Agama No. 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah.

Dalam UUPK dapat diketahui bahwa tanggung jawab pelaku usaha salah satunya adalah tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi (kompensasi) atau jasa penggantian atas kerugian yang dialami oleh konsumen akibat menggunakan jasa yang diperdagangkan, ataupun karena jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.7 Biro perjalanan umrah sebagai pelaku usaha juga mempunyai tanggung jawab yang harus dilaksanakan yang didasarkan pada

7 Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan Perkembangan Pemikiran, (Banjarmasin: FH Unlam Press, 2008), hal. 38

(16)

perjanjian yang disepakatinya dengan konsumen agar supaya perjalanan ibadah umrah tersebut dapat berjalan dengan baik, nyaman, selamat sampai tujuan dan kembali juga dengan selamat di tanah air tanpa kekurangan suatu apapun.

Perjanjian-perjanjian yang dilakukan antara para pihak tidak selamanya dapat berjalan mulus karena terkadang konsumen tidak menerima jasa sesuai dengan harapannya. Apabila konsumen tidak menerima jasa sesuai dengan yang diperjanjikan sehingga konsumen mengalami kerugian, maka pelaku usaha dapat dikatakan telah melakukan wanprestasi.

Terdapat salah satu contoh kasus yang berkaitan dengan kegiatan pelaksanaan biro perjalanan ibadah umrah di Indonesia:

Ratusan calon jemaah umrah First Travel yang tergabung di kantor cabang First Travel Kebun Jeruk-Jakarta Barat, melaporkan First Travel ke pihak kepolisan. Laporan ini berangkat dari adanya dugaan penipuan yang dilakukan First Travel terkait promo umrah yang dijanjikan kepada calon jemaah. First Travel yang beroperasi sebagai travel agen diduga memiliki kegiatan yang tak lazim. Dalam artian, janji kepada calon jemaah untuk berangkat selalu berubah-ubah. Bahkan, tak ada jadwal yang pasti. Calon jemaah umrah sangat banyak yang belum diberangkatkan padahal sudah membayar. Kepolisian sudah menahan Direktur Utama First Travel Andika Surachman dan istrinya Anniesa Desvitasari Hasibuan yang juga direktur di perusahaan tersebut.

Keduanya dianggap menipu calon jemaah yang ingin melaksanakan umrah.8

Contoh kasus di atas adalah salah satu contoh masalah yang dapat terjadi dalam pelaksanaan perjalanan ibadah umrah yakni adanya berbagai manipulasi oleh para agen biro perjalanan umrah misalnya seperti tidak diperolehnya visa sesuai jadwal yang telah ditentukan berakibat tertundanya keberangkatan

8 Fitri Novia Heriani, Kasus First Travel, YLKI: Pidana Jangan Hilangkan Hak Perdata Konsumen, http://www.hukumonline.com/index.php/berita/baca/lt598da4bd18c32/kasus- first-travel--ylki--pidana-jangan-hilangkan-hak-perdata-konsumen diakses pada tanggal 2 oktober 2017 jam 21.37.

(17)

konsumen bahkan sampai mengganti rute perjalanan (itinerary) yang dari awal sudah diperjanjikan. Hotel ataupun jenis maskapai (airlines) yang tidak sesuai dengan perjanjian diawal dan hal-hal lainnya. Sehingga segala sesuatu yang telah dijanjikan oleh biro penyelenggara perjalanan umrah sebagai pelaku usaha dengan konsumennya tidak sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan sebelumnya.

Permasalahan-permasalahan ini bisa terjadi salah satunya karena adanya rasa percaya konsumen yang tinggi kepada biro perjalanan umrah pilihannya yang membuat konsumen ini merasa tidak memerlukan jaminan seperti perjanjian tertulis antara perusahaan biro perjalanan umrah dengan konsumen, sehingga berpotensi mengakibatkan tidak adanya pertanggung jawaban dari pihak penyelenggara biro perjalanan umrah. Perjanjian tertulis dibuat dengan tujuan agar semua proses kerjasama yang terjadi dapat berjalan dengan lancar dan untuk mengurangi resiko terjadinya penipuan atau hal apapun yang beresiko merugikan salah satu pihak. Perjanjian tertulis ini berfungsi sebagai pengatur atau sebagai panduan bagi para pihak agar tetap bertindak sesuai dengan yang dijanjikan dan sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan.

Hal ini sesuai dengan Pasal 9 ayat (3) poin (c) Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah yang menyatakan bahwa “jemaah dan penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU) dalam hal ini yaitu biro perjalanan umrah harus menandatangani perjanjian yang berisi hak dan kewajiban dari masing-masing pihak”, hal ini sebagai salah satu prosedur dalam proses pendaftaran pelaksanaan umrah.

(18)

Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji juga mengatur bahwa “penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU) wajib memberikan pelayanan kepada jemaah sesuai dengan perjanjian tertulis yang disepakati antara penyelenggara dan jemaahnya”.

Berdasarkan ketentuan 2 (dua) pasal di atas sudah jelas bahwa biro perjalanan umrah sebagai PPIU harus membuat perjanjian tertulis. Namun, dalam prakteknya di lokasi penelitian skripsi ini yaitu di PT. Al-Falah Tours & Travel Medan belum menerapkan peraturan tersebut. Perjanjian antara PT. Al-Falah Tours & Travel Medan dengan konsumennya dilaksanakan hanya dengan sistem kepercayaan. Tidak ada perjanjian tertulis antara PT. Al-Falah Tours & Travel Medan dengan calon konsumen yang mendaftar untuk perjalanan umrah.

Konsumen yang mendaftar umrah hanya diberikan kuitansi (sebagai bukti pembayaran) dan itinerary perjalanan (panduan dan rute perjalanan) dan penjelasan lisan dari pihak PT. Al-Falah Tours & Travel Medan mengenai hak dan kewajiban para pihak, rincian perjalanan umrah yang akan dilaksanakan dari keberangkatan sampai kembali ke tanah air. Jadi, dapat dikatakan hanya ada perjanjian lisan antara PT. Al-Falah Tours & Travel Medan sebagai PPIU dengan konsumen tanpa ada perjanjian tertulis.

Pada umumnya perjanjian tidak terikat pada suatu bentuk tertentu, perjanjian dapat dibuat secara lisan maupun secara tertulis. Kedua bentuk tersebut sama kekuatannya dalam arti sama kedudukannya untuk dapat dilaksanakan oleh para pihak. Hanya saja bila perjanjian dibuat dengan tertulis dapat dengan mudah

(19)

dipakai sebagai alat bukti bila sampai terjadi persengketaan.9 Apabila perjanjian tidak tertulis atau kesepakatan secara lisan terjadi perselisihan, maka akan sulit dalam hal pembuktiannya. Hal ini karena disamping harus dapat menunjukkan saksi-saksi, perjanjian secara lisan juga bergantung pada iktikad baik dari pihak- pihak dalam perjanjian itu.10

Apabila hak dan kewajiban para pihak tidak terpenuhi, tidak ada bukti otentik untuk menuntut dan tidak adanya batasan tanggung jawab PT. Al-Falah Tours & Travel Medan terhadap prestasi yang terjadi karena tidak ada perjanjian tertulis. Pelaksanaan ibadah umrah oleh biro perjalanan umrah yang sudah ada perjanjian tertulisnya saja sangat rentan terjadi permasalahan-permasalahan ataupun pelanggaran yang terjadi seperti wanprestasi ataupun penipuan, apalagi kegiatan pelaksanaan ibadah umrah yang diantara para pihaknya tidak ada perjanjian tertulis. Perjanjian tertulis ini bertujuan sebagai jaminan adanya kepastian hukum dan sebagai bukti otentik yang sangat berguna nantinya sebagai alat pembuktian jika ada sengketa dikemudian hari.

Sebagian besar konsumen PT. Al-Falah Tours & Travel Medan pada saat pembayaran terkadang tidak peduli terhadap perjanjian yang telah disepakatinya dengan pihak biro perjalanan. Konsumen hanya mendaftarkan diri ke Biro perjalanan ibadah umrah tanpa bertanya lebih lanjut mengenai fasilitas dan pelayanan yang berhak mereka peroleh dan tidak memperdulikan keharusan adanya suatu perjanjian tertulis. Kondisi seperti ini menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan perjanjian penggunaan jasa biro perjalanan umrah, karena

9 Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Dan Dari Undang-Undang), (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 47

10 Ibid., hal. 48

(20)

perjanjian lisan yang telah disepakati diawal tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Sehingga dalam kondisi seperti ini konsumen yang justru akan dirugikan.

Perjalanan umrah yang dilaksanakan oleh PT. Al-Falah Tours & Travel Medan seharusnya sesuai dengan yang telah disepakati antara PT. Al-Falah Tours &

Travel Medan sebagai pelaku usaha dengan konsumennya.

Oleh karena itu, mengingat perjanjian antara PT. Al-Falah Tours &

Travel Medan dengan konsumennya hanya berbentuk lisan tanpa ada perjanjian tertulis, perlu dibuat penelitian mengenai kendala-kendala dalam pelaksanaan perjanjian penggunaan jasa biro perjalanan umrah yang kesepakatannya dilaksanakan secara lisan, apakah kendala tersebut hanya datang dari kedua belah pihak (konsumen dan pelaku usaha) yang mengadakan perjanjian, atau ada penyebab lain yang menjadi kendala dalam pelaksanaan perjanjian penggunaan jasa biro perjalanan umrah. Tanggung jawab pelaku usaha yaitu biro perjalanan ibadah umrah terhadap konsumennya juga perlu untuk diteliti, karena kegiatan penggunaan jasa biro perjalanan umroh ini merupakan perjanjian penggunaan jasa yang menimbulkan tanggung jawab dan wajib dilaksanakan bagi pelaku usaha tersebut. Selanjutnya apabila terdapat masalah yang terjadi antara biro perjalanan umroh dengan konsumennya harus diketahui juga upaya penyelesaiannya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dilakukan penelitian hukum dengan judul “Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Penggunaan Jasa Biro Perjalanan Umrah Dan Hubungannya Dengan Tanggung Jawab Pelaku Usaha Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Studi Pada PT. Al-Falah Tours & Travel Medan)”

(21)

B. Permasalahan

Terdapat beberapa pokok permasalahan yang akan dirumuskan dalam penulisan skripsi ini, yaitu :

1. Apakah kendala dalam pelaksanaan perjanjian penggunaan jasa biro perjalanan umrah pada PT. Al-Falah Tours & Travel yang kesepakatannya dilaksanakan secara lisan?

2. Bagaimana tanggung jawab PT. Al-Falah Tours & Travel sebagai pelaku usaha terhadap konsumennya?

3. Bagaimana upaya penyelesaian masalah yang terjadi antara PT. Al-Falah Tours & Travel dengan konsumennya?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan perjanjian penggunaan jasa biro perjalanan umrah pada PT. Al-Falah Tours & Travel yang kesepakatannya dilaksanakan secara lisan.

2. Untuk mengetahui dan memahami tanggung jawab PT. Al-Falah Tours &

Travel sebagai pelaku usaha terhadap konsumennya.

3. Untuk mengetahui upaya penyelesaian masalah yang terjadi antara PT. Al- Falah Tours & Travel dengan konsumennya.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

(22)

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis adalah manfaat dari penulisan hukum yang bertalian dengan pengembangan ilmu hukum. Manfaat teoritis dari penulisan ini adalah:

a. Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan dapat memperkaya kajian hukum tentang hukum perjanjian, dan hukum perlindungan konsumen khususnya mengenai tanggung jawab pelaku usaha dalam pelaksanaan penggunaan jasa biro perjalanan umrah.

b. Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulisan-penulisan karya ilmiah selanjutnya yang berhubungan dengan pelaksanaan perjanjian penggunaan jasa biro perjalanan umrah, tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumennya, dan yang berhubungan dengan upaya penyelesaian masalah yang terjadi antara pelaku usaha dengan konsumennya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penulisan ini adalah:

a. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi biro perjalanan umrah dalam hal pelaksanaan perjanjian penggunaan jasa biro perjalanan umrah dan mengetahui tanggung jawabnya sebagai pelaku usaha terhadap konsumen.

b. Skripsi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kepada pembaca khususnya para jemaah umrah sebagai konsumen

(23)

mengenai jasa biro perjalanan umrah yang dipakainya, dan dapat mengetahui tanggung jawab biro perjalanan umrah.

E. Metode Penulisan

Untuk memperoleh kebenaran data yang dipercaya, maka suatu penelitian harus menggunakan metode yang tepat sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Penelitian pada dasarnya merupakan “suatu upaya pencarian” dan bukan hanya sekedar mengamati dengan teliti terhadap obyek. Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Suatu penelitian secara umum juga diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu.11

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang berupaya memperoleh pemecahan suatu masalah. Oleh karena itu, penelitian sebagai sarana dalam pengembangan ilmu pengetahuan bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran- kebenaran secara sistematis, analisis, dan konstruktif terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.12

Menurut Soerjono Soekanto penelitian hukum adalah:

“Suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Disamping itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap faktor hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas

11 Bambang Sunggono, Metodelogi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015), hal. 27

12 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2014), hal.3

(24)

permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan” (Soerjono Soekanto, 2014: 43).13

Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini telah dilakukan untuk mendukung penulisan skripsi ini sehingga hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode yang digunakan dalam penulisan skrispsi ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang didukung dengan studi lapangan. Penelitian hukum normatif adalah telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah hukum secara normatif yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka dan dokumen-dokumen hukum yang relevan dengan permasalahan hukum yang dikaji.14

Penelitian atau pengkajian ilmu hukum normatif dalam kegiatannya untuk menjelaskan hukum tidak diperlukan dukungan data atau fakta-fakta sosial, sebab ilmu hukum normatif tidak mengenal data atau fakta sosial yang dikenal hanya bahan hukum, jadi untuk menjelaskan hukum atau untuk mencari makna dan memberi nilai akan hukum tersebut hanya digunakan konsep hukum, dan langkah-kangkah yang ditempuh adalah langkah normatif.15 Penelitian atau pengkajian ilmu hukum normatif tidak menggunakan statistik, karena penelitian yuridis normatif merupakan penelitian atau pengkajian yang sifatnya murni

13 Ibid., hal. 43

14 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Jakarta: CV Mandar Maju, 2008), hal. 87

15 Ibid

(25)

hukum, dan memfokuskan diri pada ketentuan hukum positif tata hukum yang menguasai perkara atau isu hukum yang bersangkutan.16

Penelitian hukum normatif dimaksudkan bahwa penelitian tersebut ditinjau dari sudut peraturan atau hukum positif. Dapat dikatakan bahwa penelitian hukum normatif adalah penelitian yang didasarkan pada hukum dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.17

Selain penelitian secara hukum normatif, penelitian ini juga disertai studi lapangan di PT. Al-Falah Tours & Travel Medan.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitis.

Bersifat deskriptif karena hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran secara sistematis, terinci dan menyeluruh tentang permasalahan yang akan diteliti. Deskriptif tersebut meliputi isi dan struktur hukum positif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian. Analitis dimaksudkan karena akan diadakan analisa data yang bersifat kualitatif terhadap berbagai aspek yang diteliti.18

Berdasarkan gambaran dan fakta yang diperoleh akan dilakukan suatu analisis secara cermat dan dihubungkan dengan peraturan hukum yang berkaitan

16 Ibid., hal. 87-88

17 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009), hal. 70

18 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hal. 107

(26)

untuk menjawab permasalahan.19 Selain itu juga diamati hukum dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat yang berkenaan dengan objek penelitian, yakni hukum dalam pelaksanaan perjanjian penggunaan jasa biro perjalanan umrah dan mengenai tanggung jawab pelaku usaha.

3. Sumber Data

Sumber Data penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat atau disebut sebagai data primer dan data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang disebut dengan data sekunder.20

Adapun sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Sumber data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumbernya, baik melalui wawancara atau observasi.21 Data primer dalam skripsi ini adalah hasil wawancara dengan informan yang merupakan pihak dari PT. Al-Falah Tours &

Travel Medan dan juga jemaah sebagai konsumen yang telah mengikuti perjalanan ibadah umrah pada PT. Al-Falah Tours & Travel Medan. Sumber data primer di dalam skripsi ini digunakan sebagai pendukung data sekunder.

b. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam

19 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, (Bandung:

Alumni, 1994), hal.101

20 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.Cit, hal. 12

21 Zainuddin Ali, Op.Cit, hal. 106

(27)

bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi dan peraturan perundang-undangan22, yang dapat dibagi menjadi:

1) Bahan hukum primer yaitu adalah bahan-bahan hukum yang mengikat karena dikeluarkan oleh pemerintah, terdiri dari peraturan perundang- undangan yang terkait dengan objek penelitian.23

Bahan hukum primer yang digunakan antara lain :

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata);

b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen;

c) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji;

d) Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggara Ibadah Haji;

e) Peraturan Menteri Agama Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.

2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku dan hasil karya ilmiah dan sebagainya yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yang terkait dengan objek penelitian ini.24

22 Ibid.

23 Bambang Sunggono, Op. Cit, hal. 113

24 Ibid., hal. 114

(28)

3) Bahan hukum tertier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder seperti kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar, dan sebagainya yang berkaitan dengan objek penelitian.25

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini dapat dibagi menjadi :

a. Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu bahan kepustakaan yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi, publikasi dan hasil penelitian.26 Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengkaji bahan-bahan pustaka dengan cara membaca, mengunjungi perpustakaan, mempelajari buku-buku dan peraturan perundang-undangan terkait serta mengakses internet untuk mengumpulkan data sebagai penunjang bahan penelitian.

b. Metode Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu metode menganalis data yang diperoleh dari studi kasus terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian penggunaan jasa biro perjalanan umrah. Selain itu juga dilakukan pengamatan dan wawancara. Wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan secara lisan untuk keperluan mendapatkan berita atau informasi tentang hal-hal yang tidak dapat diperoleh melalui pengamatan.27

25 Ibid.

26 Zainuddin Ali, Op.Cit, hal. 107

27 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), hal.

95

(29)

Pada skripsi ini wawancara dilakukan dengan pengurus dan konsumen dari PT. Al-Falah Tours & Travel Medan untuk mendapatkan informasi.

Alat pengumpulan data dalam skripsi ini terdiri dari :

a. Studi Dokumen yaitu merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis. Studi dokumen digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisis data sekunder yang berkaitan dengan materi penelitian.28

b. Pedoman Wawancara (interview guide) memuat pokok-pokok yang akan ditanyakan saat melakukan wawancara. Pedoman wawancara ini diperlukan untuk menghindari keadaan kehabisan pertanyaan.29

5. Analisis Data

Skripsi ini menggunakan metode Analisis Kualitatif, tujuannya untuk mengetahui pemikiran maupun gejala yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya sehingga lebih mudah untuk menganalisis bahan-bahan yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan, buku, maupun karya ilmiah yang berkaitan.

Analisa data kualitatif yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diuraikan.30

Penelitian yang menggunakan analisa data kualitatif bertujuan untuk menghasilkan data deskriptif, yang bersumber dari tulisan (hukum positif) atau

28 Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal. 21

29 Burhan Ashshofa, Op.Cit, hal. 96

30 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 248

(30)

ungkapan dan tingkah laku yang dapat diamati dari manusia.31 Penelitian hukum normatif yang bersifat kualitatif, adalah penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek penelitian, serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarat.32

Kegiatan selanjutnya adalah menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian. Data yang diperoleh tersebut disusun secara sistematis dan selanjutnya ditarik suatu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berasal dari studi kepustakaan dan studi lapangan.33

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini menggunakan metode deduktif berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Deduktif adalah cara pengambilan kesimpulan dari umum ke khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif dilakukan untuk menyimpulkan pengetahuan-pengetahuan konkret mengenai kaidah yang benar dan tepat untuk diterapkan dalam meyelesaikan suatu masalah.34

Setelah pembahasan terhadap permasalahan telah diuraikan dan telah ditarik beberapa kesimpulan, selanjutnya ditentukan juga saran atau rekomendasi dari hasil penelitian.35

31 Burhan Ashshofa, Op.Cit, hal. 16

32 Zainuddin Ali, Op.Cit, hal. 105

33 Bambang Sunggono, Op. Cit, hal. 74

34 Ibid.

35 Ibid., hal. 54

(31)

F. Keaslian Penulisan

Penelitian ini berjudul “Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Penggunaan Jasa Biro Perjalanan Umrah Dan Hubungannya Dengan Tanggung Jawab Pelaku Usaha Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Studi Pada PT. Al-Falah Tours & Travel Medan)”. Judul ini telah melalui tahap pemeriksaan (cek bersih) yang dilakukan oleh Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Cabang Fakultas Hukum USU / Pusat Dokumentasi dan Informasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 7 September 2017, dan hasil dari cek bersih tersebut menyatakan belum ada judul skripsi yang sama dengan judul skripsi ini, adapun judul yang mirip dengan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Judul Skripsi : “Tanggung Jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Terhadap Penumpang Pesawat Udara Ditinjau dari Undang-Undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009 dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999”. Ditulis oleh Desi Pranata Simamora, NIM: 100200400.

Permasalahan :

a. Bagaimana pengaturan penumpang pesawat udara sebagai konsumen pada PT. Eric Dirgantara Tour & Travel?

b. Problematika apa saja yang terjadi pada PT. Eric Dirgantara Tour & Travel berkaitan dengan penumpang maskapai penerbangan?

c. Bagaimana tanggung jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel terkait masalah penumpang dengan maskapai penerbangannya?

(32)

2. Judul Skripsi : “Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”. Ditulis oleh Wiwin Azmi Harahap, NIM: 040200115.

Permasalahan :

a. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi pemakai jasa seperti biro perjalanan secara umum jika terjadi hal-hal yang merugikan konsumen?

b. Apakah terjadi pembatasan tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen?

c. Bagaimana pelaksanaan tanggung jawab pelaku jasa/usaha yakni PT.

Winaya Travel terhadap pemakai jasa biro perjalanan jika terjadi hal yang merugikan konsumen?

Dari hasil penelusuran tersebut telah diketahui bahwa belum ada judul skripsi dan permasalahan yang sama dengan judul skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan hasil dari pemikiran sendiri yang didasarkan pada ide, gagasan, dan fakta yang terjadi di masyarakat dibantu dengan panduan dari buku-buku dan sumber lainnya serta didukung dengan penelitian yang dilakukan pada PT. Al- Falah Tours & Travel Medan, kemudian ditulis menjadi karya ilmiah (skripsi).

Penelitian ini merupakan hasil karya dari pemikiran sendiri sehingga secara substansi dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan atau pengutipan tulisan karya orang lain dilakukan dengan menyebutkan sumbernya seperti yang tertera dalam catatan kaki dan daftar pustaka.

(33)

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini diuraikan dalam 5 (lima) bab, dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Antara bab dan sub bab merupakan suatu rangkaian yang sistematis. Untuk mempermudah dalam memaparkan materi skripsi ini, akan digambarkan sistematika penulisannya sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan, bab ini berisi pengantar yang di dalamnya terurai mengenai latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, keaslian penulisan dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Dan Perlindungan Konsumen, dalam bab ini diuraikan tentang pengertian perjanjian, asas-asas dalam perjanjian, lahir dan berakhirnya perjanjian. Diuraikan juga tentang pengertian konsumen, pelaku usaha, jasa, dan perlindungan konsumen, asas-asas perlindungan konsumen, hak dan kewajiban konsumen, dasar hukum dan tujuan dalam perlindungan konsumen.

Bab III Ketentuan Mengenai Pelaksanaan Perjalanan Ibadah Umrah Di Indonesia, pada bab ini diuraikan tentang pengertian umrah, ketentuan tentang penyelenggaraan ibadah umrah di Indonesia, serta gambaran umum biro perjalanan umrah tempat dilakukannya penelitian yaitu PT. Al-Falah Tours &

Travel Medan.

Bab IV Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Penggunaan Jasa Biro Perjalanan Umrah Dan Hubungannya Dengan Tanggung Jawab Pelaku Usaha Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, bab ini akan menguraikan

(34)

jawaban dari permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini yaitu menguraikan kendala dalam pelaksanaan perjanjian penggunaan jasa biro perjalanan umrah pada Pada PT. Al-Falah Tours & Travel yang kesepakatannya dilaksanakan secara lisan, tanggung jawab PT. Al-Falah Tours & Travel sebagai pelaku usaha terhadap konsumennya, dan juga menguraikan mengenai upaya penyelesaian masalah yang terjadi antara PT. Al-Falah Tours & Travel dengan konsumennya.

Bab V Simpulan Dan Saran, pada bab terakhir skripsi ini ditarik kesimpulan terhadap pembahasan pada Bab I sampai dengan Bab IV, serta memberikan saran-saran yang didapat penulis selama proses penulisan skripsi.

(35)

A. Perjanjian

1. Pengertian Perjanjian

Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu manusia selalu membangun suatu hubungan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari hubungan tersebut adalah untuk mencapai tujuan atau keinginan masing-masing pihak. Keinginan pihak-pihak tersebut dituang dalam suatu perjanjian.

Para ahli memakai istilah berbeda-beda dalam mengartikan perjanjian.

Munir Fuady mengatakan bahwa “istilah perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah overeenkomst dalam bahasa Belanda atau agreement dalam bahasa Inggris”.36 Overeenkomst dalam bahasa Belanda atau agreement dalam bahasa Inggris mempunyai arti yang sama yaitu “persetujuan atau permufakatan”.37 Achman Ichsan memakai istilah verbintenis untuk perjanjian, sedangkan Utrecht memakai istilah overeenkomst.38

Perikatan dan perjanjian menunjuk pada dua hal yang berbeda. Perikatan merupakan suatu istilah atau pernyataan yang bersifat abstrak, yang menunjuk

36 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), hal. 2

37 Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum Edisi Lengkap Bahasa Belanda Indonesia Inggris, (Semarang: CV Aneka Ilmu, 2008), hal. 427

38 Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta:

Kencana, 2014), hal. 197

(36)

pada hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih orang atau pihak, dimana hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban kepada salah satu pihak yang terlibat dalam hubungan hukum tersebut.39

Buku III KUHPerdata tidak mencantumkan pengertian perikatan, maka untuk mengetahui pengertian perikatan harus dirumuskan sedemikian rupa dalam ilmu pengetahuan hukum. Berdasarkan Pasal 1233 KUHPerdata menyatakan bahwa “tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang”

Perikatan adalah “hubungan hukum antara dua pihak di dalam lapangan harta kekayaan, dimana pihak yang satu (kreditur) berhak atas prestasi dan pihak yang lain (debitur) berkewajiban memenuhi prestasi itu”.40 Sehingga dapat dikatakan bahwa di dalam suatu perikatan terdapat hak di satu pihak dan kewajiban di pihak lain berupa suatu prestasi yang harus dipenuhi.

Perikatan melahirkan hak dan kewajiban dalam lapangan hukum harta kekayaan. Dengan demikian berarti perjanjian juga akan melahirkan hak dan kewajiban dalam lapangan harta kekayaan bagi pihak-pihak yang membuat perjanjian.41

Menurut kamus hukum yang dimaksud perikatan, perjanjian, dan persetujuan adalah sebagai berikut :

Perikatan adalah “suatu kesepakatan atau persetujuan untuk memberikan, berbuat, atau tidak berbuat sesuatu”. Perjanjian adalah “suatu persetujuan tertulis atau lisan yang dibuat dua pihak atau lebih di mana masing-

39 Kartini Muljadi, dkk, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 1

40 Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung: Alumni, 2004), hal. 195

41 Kartini Muljadi, dkk, Op. Cit. hal. 2

(37)

masing pihak berjanji akan mentaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu sebagai kesepakatan bersama”. Persetujuan adalah “pemufakatan atau perjanjian antara satu orang atau lebih mengikat dirinya pada satu orang atau lebih yang menimbulkan hak dan kewajiban antara pihak-pihak dalam perjanjian”.42

Pengertian perjanjian diatur di dalam Pasal 1313 KUHPerdata. Pasal 1313 KUHPerdata merumuskan "suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih".43

Definisi perjanjian yang dirumuskan di dalam Pasal 1313 KUHPerdata tersebut dirasa kurang lengkap. Salim memberikan pendapatnya mengenai ketidakjelasan definisi perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata yaitu sebagai berikut :

Definisi perjanjian dalam Pasal 1313 ini adalah tidak jelas, karena setiap perbuatan dapat disebut perjanjian, tidak tampak asas konsensualisme, dan bersifat dualisme. Tidak jelasnya definisi ini disebabkan dalam rumusan tersebut hanya disebutkan perbuatan saja. Maka yang bukan perbuatan hukum pun disebut dengan perjanjian. Untuk memperjelas pengertian itu maka harus dicari dalam doktrin. Jadi menurut doktrin (teori lama) yang disebut perjanjian adalah “perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum” (Salim, 2015: 25).44

Beberapa ahli hukum juga mencoba merumuskan definisi perjanjian yang lebih lengkap, antara lain :

42 Charlie Rudayat, Kamus Hukum (Rangkuman Istilah-Istilah Dan Pengertian Dalam Hukum), (Jakarta: Pustaka Mahardika, 2012), hal. 349-350

43 Subekti,R, dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta:

Pradnya Paramita, 2004), hal. 338

44 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), hal. 25

(38)

Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne yang diartikan dengan perjanjian adalah “suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum”.45

Menurut Salim pengertian perjanjian adalah :

“Perjanjian merupakan hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan, di mana subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya”.46

Abdul Kadir Muhammad juga berpendapat definisi perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata kurang lengkap dan memiliki beberapa kelemahan antara lain :

a. Rumusan tersebut hanya cocok untuk perjanjian sepihak karena kata

“mengikatkan‟ hanya datang dari salah satu pihak;

b. Definisi tersebut terlalu luas, karena tidak disebutkan mengikatkan diri terbatas dalam lapangan hukum harta kekayaan, sehingga dapat pula mencakup perjanjian perkawinan dalam lapangan hukum keluarga;

c. Tanpa menyebut tujuan, sehingga tidak jelas untuk apa para pihak mengikatkan diri.47

Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka perlu dirumuskan kembali apa yang dimaksud dengan perjanjian. Abdulkadir Muhammad memberikan definisi perjanjian adalah “suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih yang saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan”.48

45 Ibid., hal. 26

46 Ibid., hal. 27

47 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung: Alumni, 2008), hal. 78

48 Ibid., hal. 79

(39)

Menurut Subekti perjanjian adalah “suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain, atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”.49

Handri Raharjo juga memberikan penyempurnaan terhadap definisi perjanjian yaitu sebagai berikut :

“Suatu hubungan hukum dibidang harta kekayaan yang didasari kata sepakat antara subjek hukum yang satu dengan yang lain, dan di antara subjek hukum tersebut saling mengikatkan dirinya sehingga subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati para pihak tersebut serta menimbulkan akibat hukum”.50

Charless L. Knapp dan Nathan M. Crystal mengemukakan perjanjian adalah “suatu persetujuan antara dua orang atau lebih tidak hanya memberikan kepercayaan, tetapi secara bersama saling pengertian untuk melakukan sesuatu pada masa mendatang oleh seseorang atau keduanya dari mereka”.51

Menurut Black’s Law Dictionary yang diartikan dengan perjanjian adalah:

“Suatu persetujuan antara dua orang atau lebih di mana menimbulkan sebuah kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara sebagian”. Inti definisi yang tercantum dalam Black’s Law Dictionary ini bahwa perjanjian dilihat sebagai persetujuan dari para pihak untuk melaksanakan kewajiban”.52

Dilihat dari beberapa pengertian mengenai perjanjian maka dapat dikatakan bahwa perjanjian itu adalah “perbuatan hukum di mana dua orang atau lebih saling berjanji dan diutarakan baik secara lisan maupun tertulis dan

49 Subekti R, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Intermasa, 2009), hal. 84

50 Handri Raharjo, Hukum Perjanjian Di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009), hal. 42

51 Salim H.S, Op.Cit, hal. 26

52 Ibid.

(40)

melahirkan suatu hak dan kewajiban yang terdapat dalam diri masing-masing pihak untuk dilaksanakan”.

2. Asas-Asas Dalam Perjanjian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) asas adalah “dasar, tujuan, alasan, sesuatu yang menjadi pokok pendapat”.53 Menurut kamus hukum asas adalah “suatu pemikiran yang dirumuskan secara luas dan mendasari adanya sesuatu norma hukum”.54

Chainur Arrasjid mengatakan bahwa asas adalah “suatu alam pikiran atau cita-cita ideal yang melatarbelakangi pembentukan norma hukum yang konkret dan bersifat umum atau abstrak”.55

P. Scholten dalam buku Sudikno Mertokusumo berpendapat bahwa asas adalah “kecendrungan-kecendrungan yang diisyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum, merupakan sifat-sifat umum dengan segala keterbatasannya sebagai pembawaan yang umum itu, tetapi yang tidak boleh tidak harus ada”.56

Perjanjian mengenal lima asas penting, yaitu asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas pacta sunt servanda (asas kepastian hukum), asas iktikad baik (goede trouw), dan asas kepribadian (personalia). Kelima asas itu dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Asas Kebebasan Berkontrak

53 Indrawan. W.S, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media, 2010), hal. 42

54 Charlie Rudayat, Op.Cit, hal. 59

55 Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2000), hal.

37

56 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, (Yogyakarta: Liberty, 2005), hal. 34

(41)

Asas kebebasan berkontrak dapat dilihat dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:

1) Membuat atau tidak membuat perjanjian;

2) Mengadakan perjanjian dengan siapa pun;

3) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya;

4) Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.57

Lahirnya asas kebebasan berkontrak dilatarbelakangi oleh paham individualisme yang lahir pada zaman Yunani dan berkembang pesat pada zaman renaissance melalui ajaran-ajaran Hugo de Groth, Thomas Hobbes, John Locke, dan Rosseau. Menurut paham individualisme, setiap orang bebas untuk memperoleh apa yang dikehendakinya. Pada hukum kontrak, asas ini diwujudkan dalam kebebasan berkontrak.58

Meskipun para pihak memiliki kebebasan dalam berkontrak, kebebasan tersebut bukanlah sebebas-bebasnya, namun kebebasan yang tetap dibatasi.

Artinya, para pihak bebas membuat kontrak (perjanjian) dan mengatur sendiri isi kontrak tersebut sepanjang memenuhi ketentuan yaitu memenuhi syarat sebagai suatu kontrak, tidak dilarang oleh undang-undang, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku, dan sepanjang kontrak tersebut dilaksanakan dengan iktikad baik.59

57 Salim H.S, Op.Cit, hal. 9

58 Ibid.

59 Charlie Rudayat, Op.Cit, hal. 63

(42)

Asas kebebasan berkontrak ini tetap dibatasi oleh Pasal 1337 KUHPerdata yang secara tegas menyatakan “suatu sebab adalah terlarang apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum”.

Dengan asas kebebasan berkontrak ini, para pihak yang membuat dan mengadakan perjanjian diperbolehkan untuk menyusun dan membuat kesepakatan atau perjanjian atau kewajiban apa saja, selama dan sepanjang prestasi yang dilakukan tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang. Para pihak membuat isi perjanjian sesuai dengan apa yang mereka kehendaki kemudian dituangkan dalam perjanjian tersebut namun tidak boleh melanggar aturan-aturan yang berlaku.

b. Asas Konsensualisme

Perjanjian terbentuk karena adanya perjumpaan kehendak (consensus) dari pihak-pihak. Perjanjian pada pokoknya dapat dibuat bebas tidak terikat bentuk dan tercapai tidak secara formil, tetapi cukup melalui konsensus belaka.60

Titik Triwulan Tutik menyatakan asas konsensualisme artinya adalah

“suatu perikatan itu terjadi sejak saat tercapainya kata sepakat antara para pihak”.61

Menurut kamus hukum asas konsensualisme adalah suatu asas yang menyatakan “suatu kontrak sudah sah dan mengikat ketika tercapai kata sepakat dan mempunyai akibat hukum, sehingga mulai saat itu juga sudah timbul hak dan kewajiban di antara para pihak”.62

60 Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia (Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Indonesia), (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 95

61 Tutik Triwulan Tutik, Op.Cit, hal. 227

62 Charlie Rudayat, Op.Cit, hal. 66

(43)

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata. Menurut Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata salah satu syarat sahnya perjanjian yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak. Asas konsensualisme merupakan asas yang mendasari bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak.

Kesepakatan merupakan persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.63

Suatu perjanjian sudah sah dan mengikat ketika tercapai kata sepakat, tentunya selama syarat-syarat sahnya perjanjian lainnya sudah dipenuhi. Jadi, dengan adanya kata sepakat perjanjian tersebut pada prinsipnya sudah mengikat dan sudah mempunyai akibat hukum, sehingga mulai saat itu juga sudah timbul hak dan kewajiban di antara para pihak. Dengan demikian, pada prinsipnya syarat tertulis tidak diwajibkan untuk suatu perjanjian. Perjanjian lisan pun sebenarnya sah-sah saja menurut hukum.64

c. Asas Pacta Sunt Servanda (Asas Kepastian Hukum)

Pada mulanya asas ini dikenal dalam hukum gereja yang menyebutkan bahwa terjadinya suatu perjanjian apabila ada kesepakatan kedua belah pihak dan dikuatkan dengan sumpah yang artinya perjanjian yang dibuat tersebut adalah suatu perbuatan yang sakral. Namun, dalam perkembangannya asas pacta sunt servanda diberi arti pactum, yang berarti sepakat tidak perlu dikuatkan dengan

63 Salim H.S, Op.Cit, hal. 10

64 Munir Fuady, Op. Cit. hal. 30

(44)

sumpah dan tindakan formalitas lainnya. Sedangkan nudus pactum sudah cukup dengan sepakat saja.65

Asas pacta sunt servanda disebut juga dengan asas kepastian hukum.

Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda adalah asas yang menyatakan bahwa “hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi dari perjanjian yang dibuat oleh para pihak sebagaimana layaknya sebuah undang-undang”. Hakim atau pihak ketiga tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi perjanjian yang dibuat oleh para pihak.66

Asas pacta sunt servanda dalam kamus hukum diartikan bahwa

“perjanjian yang sudah disepakati berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang bersangkutan”.67

Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi “perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang”.

d. Asas Iktikad Baik (Goede Trouw)

Asas iktikad baik diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yang berbunyi “perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik”. Asas iktikad baik merupakan asas bahwa para pihak yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi perjanjian berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang

65 Salim H.S, Op.Cit, hal. 10

66 Ibid.

67 Charlie Rudayat, Op.Cit, hal. 68

Referensi

Dokumen terkait

Apabila seluruh sumber daya intelektual yang dimiliki perusahaan dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik maka akan menciptakan value added bagi perusahaan sehingga

yang memberikan laporan atau kesaksian mengenai suatu dugaan tindak pidana kepada aparat penegak hukum dalam proses peradilan pidana. Siapa pun pada akhirnya dapat

Secara umumnya tanaman sawi memiliki tiga jenis yang dapat di budidayakan yaitu sawi putih ( sawi jabung ), sawi hijau, dan sawi buma. Var Rugosa Roxb & Prain )

Penelitian ini akan berfokus pada penilaian kapabilitas proses tata kelola dan manajemen TI pada keseluruhan domain BAI COBIT versi 5 dan akan mengambil studi kasus proses-proses

Jumlah sel spermatogenik adalah jumlah sel spermatogonia, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid dan spermatozoa yang terletak pada tubulus seminiferus yang

Adapun yang dimaksud talak menurut Pasal 117 Kompilasi Hukum Islam, adalah ikrar suami dihadapan pengadilan agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan. Sedangkan

Respon guru tentang pentingnya tujuan pelatihan media pembelajaran berbasis e- learning , Schoology bagi guru SMK Program Keahlian Administrasi Perkantoran Di

Jalankan program untuk melihat hasil dari pembuatan garis dengan algoritma Bresenham seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2... Hasil pembuatan garis dengan