• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV.1. Analisis Rasio Keuangan Sebelum Merger

Pada tahun 2006 PT. Energi Mega Persada, Tbk memberitahukan kepada publik tentang rencana perusahaan untuk melakukan merger dengan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang yang sama yaitu PT. Bumi Resources, Tbk. Kedua perusahaan ini merupakan perusahaan yang memiliki core business yang sangat besar dan berpotensi.

Dalam kegiatan sehari-harinya, PT. Energi Mega Persada, Tbk lebih terkonsentrasi di bidang pengelolaan minyak dan gas bumi, sedangkan PT. Bumi Resources, Tbk lebih terkonsentrasi di bidang pertambangan batubara, hal ini disebabkan karena PT. Energi Mega Persada, Tbk memiliki banyak anak perusahaan yang menghasilkan minyak dan gas bumi, sedangkan PT. Bumi Resources, Tbk memiliki anak perusahaan yang menghasilkan batubara terbanyak di Indonesia.

Rencana kedua perusahaan ini untuk menggabungkan usahanya adalah untuk menciptakan suatu perusahaan besar yang nantinya akan menggandeng perusahaan batubara terbesar di Afrika Selatan, yaitu SASOL (South Africa Coal and Oil) dan menjadi perusahaan terbesar penghasil batubara cair se-Indonesia, bahkan se-Asia.

Ambisi PT. Bumi Resources, Tbk ini pun ternyata disambut baik oleh PT. Energi Mega Persada, Tbk. Oleh karena itu, kedua perusahaan ini sepakat untuk segera merampungkan niatnya menuju penggabungan usaha. Namun agar PT. Bumi Resources, Tbk tidak mengeluarkan dana untuk membeli PT. Energi Mega Persada, Tbk, maka PT.

Bumi Resources, Tbk menawarkan merger dengan cara share swaps. Karena kedua

(2)

perusahaan ini bergerak di dalam bidang usaha yang sama, maka merger ini termasuk ke dalam jenis horizontal merger. Sedangkan dilihat dari sudut analisis keuangan, merger kedua perusahaan ini termasuk ke dalam merger operasi, dimana kedua perusahaan saling memadukan operasi perusahaan mereka untuk mendukung terciptanya economic of scale.

Dalam langkah-langkah menuju terciptanya merger yang baik, pihak manajemen perusahaan PT. Bumi Resources, Tbk akan menyerahkan proposal kepada pihak manajemen PT. Energi Mega Persada, Tbk untuk selanjutnya dipelajari dan dipertimbangkan, cara seperti ini merupakan salah satu prosedur merger yang dinamakan dengan merger suka rela, dikatakan seperti itu karena merger yang mereka lakukan adalah merger yang menggunakan syarat-syarat yang dapat diterima oleh manajemen dari kedua perusahaan. Pada saat merger dilaksanakan, seluruh aset dari PT.

Energi Mega Persada, Tbk akan ditransfer kepada PT. Bumi Resources, Tbk dan selanjutnya seluruh pemegang saham dari PT. Energi Mega Persada, Tbk akan mendapatkan saham baru dari PT. Bumi Resources, Tbk dengan perbandingan rasio yang telah disepakati oleh kedua pihak, bentuk merger ini merupakan statutory merger.

Keputusan perusahaan dalam melakukan merger bukanlah tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tapi keputusan ini akan berdampak pada seluruh faktor-faktor yang ada pada kedua perusahaan, diantaranya adalah:

a. Akuntansi

Seluruh aktiva dan kewajiban PT. Energi Mega Persada, Tbk harus digabungkan

dengan aktiva dan kewajiban PT. Bumi Resources, Tbk, sehingga setelah

penggabungan usaha dilakukan, perusahaan harus membuat laporan keuangan

(3)

b. Rasio harga/laba

Dengan dilakukan penggabungan usaha, maka laporan keuangan digabungkan dan nantinya akan mempengaruhi rasio PER PT. Bumi Resources, Tbk.

c. Saham

Penerbitan saham baru yang nantinya akan ditukarkan dengan saham PT. Energi Mega Persada, Tbk sesuai dengan rasio perbandingan yang telah disetujui akan menyebabkan dilusi bagi pemegang saham, dan hal ini adalah lumrah terjadi.

d. Pajak

Pada penggabungan usaha seperti ini, maka perusahaan yang membeli perusahaan lain tidak akan terkena pajak, karena perusahaan hanya menggabungan satu demi satu item yang terdapat pada laporan keuangan dan tidak adanya biaya perolehan untuk membeli perusahaan yang dimerger. Namun penulis tidak melakukan analisa pada pajak, karena diluar ruang lingkup pembahasan.

Adapun hasil dari merger tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar IV.1

Hasil merger PT. Bumi Resources, Tbk dengan PT. Energi Mega Persada, Tbk

Sumber: Merger plan BUMI dan ENRG

(4)

Merger antara kedua perusahaan besar ini akan menghasilkan satu perusahaan, yaitu PT. Bumi Resources, Tbk dimana seluruh karyawan dan kegiatan PT. Energi Mega Persada, Tbk dialihkan ke PT. Bumi Resources, Tbk.

Adapun metode akuntansi yang digunakan adalah pooling of interest method, dimana perusahaan hanya menjumlahkan setiap pos-pos yang ada di dalam neraca.

Perusahaan menggunakan metode ini, karena beberapa kriteria yang tercantum di dalam Standar Akuntansi Keuangan, per 1 Oktober 2004, No.22 halaman 22.5 paragraf 13 seperti terlampir pada lampiran IV.1 memberikan penjelasan mengapa penggabungan perusahaan ini diperlakukan sebagai penyatuan kepemilikan. Perusahaan PT. Bumi Resources, Tbk menggunakan saham untuk dijadikan media sebagai alat untuk melakukan penggabungan usaha, sehingga PT. Bumi Resources, Tbk tidak mengeluarkan uang kas untuk memperoleh PT. Energi Mega Persada, Tbk. Penggunaan saham sebagai media penggabungan usaha ini juga tertera pada Standar Akuntansi Keuangan, per 1 Oktober 2004, No.22 halaman 22.5 paragraf 14 pada lampiran IV.1.

Sedangkan mengenai bagaimana cara yang tepat untuk mencapai pembagian risiko dan

manfaat secara seimbang antar perusahaan yang bergabung juga dijelaskan pada Standar

Akuntansi Keuangan, per 1 Oktober 2004, No.22 halaman 22.5 paragraf 15 dalam

lampiran IV.1. Berikut adalah neraca proforma hasil dari merger yang dilakukan oleh

kedua perusahaan:

(5)

Tabel IV.1 Proforma after merger

Sumber: hasil penelitian

Masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam kegiatan merger adalah bagaimana perusahaan menentukan langkah terbaik dalam memilih perusahaan yang akan dimerger agar kelemahan yang perusahaan miliki dapat berkurang, sedangkan kekuatan yang perusahaan miliki menjadi semakin baik, sehingga kinerja perusahaan selanjutnya setelah merger akan bertambah baik daripada sebelumnya.

Langkah pertama yang dilakukan penulis dalam melaksanakan studi kasus ini adalah

dengan cara mencari kelemahan dan kelebihan dari masing-masing perusahaan,

sehingga dapat menjelaskan mengapa PT. Energi Mega Persada, Tbk layak menjadi

perusahaan yang akan dimerger. Metode yang digunakan adalah dengan cara analisis

rasio, karena analisis rasio dapat menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi

suatu perusahaan. Diasumsikan dengan menggunakan laporan keuangan PT. Bumi

Resources, Tbk kuarter ke II tahun 2006, yakni lampiran IV.1 Neraca konsolidasi,

(6)

lampiran IV.2 lampiran laba rugi, lampiran IV.3 Laporan persentase per komponen neraca, serta lampiran IV.4 Laporan persentase per komponen laba rugi dan PT. Energi Mega Persada, Tbk kuarter ke II tahun 2006, yakni lampiran IV.5 Neraca konsolidasi, lampiran IV.6 Laporan laba rugi, lampiran IV.7 Laporan persentase per komponen neraca, serta lampiran IV.8 Laporan persentase per komponen laba rugi yang datanya diambil dari Bursa Efek Jakarta, maka analisa rasio masing-masing perusahaan sebelum merger adalah sebagai berikut:

1. analisa rasio PT. Bumi Resources, Tbk A. Leverage atau solvabilitas ratio

a. Long term debt = ( long term debt + equity ) × 100 %

debt term long

=

( 3 , 733 , 295 , 280 , 000 2 , 776 , 014 , 288 , 000 ) 100 %

000 , 280 , 295 , 733 ,

3 ×

+

= 57,35%

Perusahaan lebih banyak menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan daripada kegiatan operasinya, hal ini dapat kita lihat pada rasio diatas yang jumlahnya sebesar 57,35%.

b. Debt to equity ratio = × 100 % equity

s liabilitie total

= 100 %

600 , 774 , 648 , 026 , 13

400 , 189 , 060 , 520 ,

16 ×

= 126,81%

Perusahaan memiliki jumlah hutang yang lebih banyak daripada jumlah

ekuitasnya, sehingga rasio hutang terhadap ekuitas menjadi sebesar 126,81%,

hal ini akan menjadikan kreditor enggan untuk memberikan pendanaan kepada

(7)

perusahaan, karena perusahaan masih harus memenuhi pokok dan bunga dari kewajiban-kewajibannya terdahulu.

c. Total debt ratio = × 100 % assets

total

s liabilitie total

= 100 %

400 , 477 , 074 , 296 , 19

400 , 189 , 060 , 520 ,

16 ×

= 86%

Perusahaan memiliki 86% total aktiva yang dibiayai oleh kreditur perusahaan dalam upaya untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan operasi perusahaan.

d. Times interest earned =

payments erest

EBIT int

= 320 , 986 , 942 , 500 800 , 396 , 970 , 452 ,

1

= 4,5x

Times interest earned mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pembayaran bunga dari pendapatan operasi tahunan. Dilihat dari hasil perhitungan diatas, maka perusahaan akan membayar kewajiban bunga sebanyak 4,5x setiap tahunnya.

B. Liquidity ratio

a. Current ratio = × 100 %

s liabilitie current

assets current

= 100 %

500 , 932 , 128 , 654 , 12

900 , 464 , 343 , 237 ,

6 ×

= 49%

(8)

Perusahaan memiliki jumlah aset yang lebih kecil daripada jumlah hutang lancarnya, yaitu 49%, sehingga kurangnya perlindungan bagi kreditur jangka pendek dalam memperoleh kembali bunga dan pokok pinjaman yang telah digunakan perusahaan.

b. Quick ratio = ( )

% sec 100

+ × +

s liabilitie current

s receivable urities

marketable cash

= ( ) 100 %

500 , 932 , 128 , 654 , 12

300 , 471 , 066 , 737 , 1 100 , 729 , 959 ,

531 + ×

= 17,79%

Perusahaan hanya memiliki 17,79% aktiva likuid dari total hutang lancarnya, sehingga perusahaan kurang mampu mengandalkan aktiva yang likuid untuk membayar hutangnya.

c. Cash ratio = ( + sec ) × 100 % s

liabilitie current

urities marketable

cash

= 100 %

500 , 932 , 128 , 654 , 12

100 , 729 , 959 ,

531 ×

= 4,06%

Perusahaan memiliki perbandingan aktiva yang lebih kecil dari hutang lancar, yaitu hanya 4,06%, sehingga utang tidak dapat dibayar dengan cepat, karena perusahaan memiliki aktiva yang paling likuid dalam jumlah yang terlalu kecil.

C. Efficiency ratio

a. Total asset turnover =

assets total

sales

= 6 , 237 , 343 , 464 , 900 000 , 551 , 061 , 052 ,

8 = 1,29x

(9)

Perusahaan hanya memiliki perputaran aset sebesar 1,29x dalam setahun dalam menghasilkan penjualan.

b. Average collection period

= days

sales

receivable accounts

× 365

= (1.737.066.471.300 : 8.052.061.551.000) x 365 days

= 78 days

Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengubah piutang menjadi kas dalam jangka waktu 78 hari dari 365 hari.

c. Inventory turnover =

inventory sold good of cos t

= 1 , 031 , 262 , 361 , 800 500 , 817 , 472 , 864 , 5

= 5,7x

Persediaan hanya terjual sebanyak 5,7x dalam satu periode akuntansi.

d. Days’ sales in inventories = days sold

good of t

inventory

cos × 365

= x365 days

500 , 817 , 472 , 864 , 5

800 , 361 , 262 , 031 , 1

= 64 days

Perusahaan memiliki 64 hari dalam setiap kali penjualan, dikarenakan

perusahaan menjual batubara dalam jumlah besar setiap kali penjualannya.

(10)

D. Profitability ratio

a. Net profit margin = × 100 % sales

income net

= 100 %

000 , 551 , 061 , 052 , 8

300 , 405 , 996 ,

840 x

= 10%

Perusahaan memperoleh 10% dari seluruh penjualan yang telah dilakukan, laba ini merupakan laba bersih setelah dikurangi dengan seluruh pengeluaran termasuk pajak.

b. Return on assets = × 100 % assets

total income net

= 100 %

400 , 477 , 074 , 296 , 19

300 , 405 , 996 ,

840 x

= 4%

Tingkat pengembalian atas aset sebesar 4% menggambarkan bahwa setiap Rp 100 dari aset perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar Rp 4.

c. Return on equity = × 100 % equity

income net

= 100 %

000 , 288 , 014 , 776 , 2

300 , 405 , 996 ,

840 x

= 30%

Tingkat pengembalian atas ekuiti sebesar 30% menggambarkan bahwa setiap

Rp 100 dari ekuitas, perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar Rp 30.

(11)

2. Analisa rasio PT. Energi Mega Persada, Tbk A. Leverage atau solvabilitas ratio

a. Long term debt = ( long term debt + equity ) × 100 %

debt term long

= ( 5 , 008 , 642 , 949 , 000 1 , 819 , 242 , 611 , 000 ) 100 %

000 , 949 , 642 , 008 ,

5 x

+ = 73%

Perusahaan lebih banyak menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan daripada kegiatan operasinya, hal ini dapat kita lihat pada rasio diatas yang jumlahnya sebesar 73%.

b. Debt to equity ratio = × 100 % equity

s liabilitie total

= 100 %

000 , 565 , 830 , 794 , 4

000 , 433 , 757 , 947 ,

5 x

= 124%

Perusahaan memiliki jumlah hutang yang lebih banyak daripada jumlah ekuitasnya, sehingga rasio hutang terhadap ekuitas menjadi sebesar 124%, hal ini akan menjadikan kreditor enggan untuk memberikan pendanaan kepada perusahaan, karena perusahaan masih harus memenuhi pokok dan bunga dari kewajiban-kewajibannya terdahulu.

c. Total debt ratio = × 100 % assets

total

s liabilitie total

= 100 %

000 , 044 , 000 , 767 , 7

000 , 433 , 757 , 947 ,

5 x

= 76%

(12)

Perusahaan memiliki 76% total aktiva yang dibiayai oleh kreditur perusahaan dalam upaya untuk memperoleh keutungan dari kegiatan operasi perusahaan.

d. Times interest earned =

payments erest

EBIT

int

= 74 , 630 , 416 , 000 000 , 720 , 184 , 199

= 1,6x

Times interest earned mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban pembayaran bunga dari pendapatan operasi tahunan. Dilihat dari hasil perhitungan diatas, maka perusahaan akan membayar kewajiban bunga sebanyak 1,6x setiap tahunnya.

B. Liquidity ratio

a. Current ratio = × 100 % s

liabilitie current

assets current

= ( ) 100 %

000 , 111 , 120 , 939

000 , 027 , 556 , 652 000 , 966 , 462 ,

713 + ×

= 212%

Perusahaan memiliki jumlah aset yang lebih kecil daripada jumlah hutang lancarnya, yaitu 212%, sehingga kurangnya perlindungan bagi kreditur jangka pendek dalam memperoleh kembali bunga dan pokok pinjaman yang telah digunakan perusahaan.

b. Quick ratio

= ( )

% sec 100

+ × +

s liabilitie current

s receivable urities

marketable cash

= {(713.462.966.000 + 652.556.027.000) : 939.120.111.000) x 100%

(13)

= 145%

Perusahaan memiliki 145% aktiva likuid dari total hutang lancarnya, sehingga perusahaan mampu mengandalkan aktiva yang likuid untuk membayar hutangnya.

c. Cash ratio = ( )

% sec 100

+ ×

s liabilitie current

urities marketable

cash

= 100 %

000 , 111 , 120 , 939

000 , 966 , 462 ,

713 × = 75.97%

Perusahaan memiliki perbandingan aktiva 75.97%, sehingga utang dapat dibayar dengan cepat, karena perusahaan memiliki aktiva yang paling likuid dalam jumlah yang besar.

C. Efficiency ratio

a. Total asset turnover=

assets total

sales

= 1 , 998 , 262 , 262 , 000 000 , 014 , 327 ,

832

= 0.41x

Perusahaan hanya memiliki perputaran aset sebesar 0.41x dalam setahun dalam menghasilkan penjualan.

b. Average collection period = days

sales

receivable accounts

× 365

= 365 days

000 , 014 , 327 , 832

000 , 027 , 556 ,

652 ×

= 286 days

(14)

Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengubah piutang menjadi kas dalam jangka waktu 286 hari dari 365 hari.

c. Inventory turnover =

inventory sold good of cos t

= 475 , 507 , 438 , 000 000 , 531 , 144 , 499

= 1,05x

Persediaan hanya terjual sebanyak 1,05x dalam satu periode akuntansi.

d. Days’ sales in inventories = days

sold good of t

inventory

cos × 365

= 365 days

000 , 531 , 144 , 499

000 , 438 , 507 ,

475 ×

= 347 days

Perusahaan memiliki 347 hari dalam setiap kali penjualan, dikarenakan perusahaan menjual minyak bumi dalam jumlah besar setiap kali penjualannya.

D. Profitability ratio

a. Net profit margin = × 100 % sales

income net

= 100 %

000 , 014 , 327 , 832

000 , 822 , 564 ,

190 ×

= 20%

Perusahaan memperoleh 20% dari seluruh penjualan yang telah dilakukan, laba ini merupakan laba bersih setelah dikurangi dengan seluruh pengeluaran termasuk pajak.

b. Return on assets = × 100 % assets

total

income

net

(15)

= 100 % 000

, 044 , 000 , 767 , 7

000 , 822 , 564 ,

190 ×

= 2%

Tingkat pengembalian atas aset sebesar 2% menggambarkan bahwa setiap Rp 100 dari aset perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar Rp 2.

c. Return on equity = × 100 % equity

income net

= 100 %

000 , 611 , 242 , 819 , 1

000 , 124 , 980 ,

171 ×

= 9%

Tingkat pengembalian atas ekuiti sebesar 9% menggambarkan bahwa setiap Rp 100 dari ekuitas, perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar Rp 9.

Perbandingan hasil analisa rasio ini dapat kita telaah lebih lanjut pada tabel di bawah ini:

Tabel IV.2

Perbandingan hasil analisa rasio PT. Bumi Resources, Tbk

dan PT. Energi Mega Persada, Tbk

(16)

Adapun hasil dari perbandingan analisa rasio diatas memberikan kesimpulan sebagai berikut:

A. PT. Bumi Resources, Tbk

a. Kekuatan: rasio efisiensi yang baik dapat dilihat dari cepatnya perputaran persediaan, karena perusahaan ini menghasilkan batubara dan tidak membutuhkan pengolahan serta proses pengambilan batubara pun tidak memerlukan proses penggalian seperti yang harus dilakukan oleh PT.

Energi Mega Persada, Tbk, perusahaan juga menjadi lebih mudah dalam melakukan penjualan. Sedangkan rasio profitabilitas menunjukkan bahwa dengan adanya perputaran persediaan yang cepat, mudahnya penjualan dan distribusi, serta laba yang dihasilkan menjadi lebih baik daripada PT.

Energi Mega Persada, Tbk.

b. Kelemahan: rasio leverage menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak

menggunakan hutang untuk beroperasi, hal ini dapat dilihat dari besarnya

jumlah hutang dibandingkan dengan jumlah modal yang perusahaan

miliki, perbedaan itu dikarenakan pada saat perusahaan berubah haluan

dari perusahaaan yang bergerak di bidang perhotelan dan jasa pariwisata

menjadi perusahaan yang bergerak di bidang eksploitasi dan eksplorasi

batubara serta minyak bumi. Rasio likuiditas terlihat kurang baik

dibandingkan dengan PT. Energi Mega Persada, Tbk, dikarenakan kas

sangat kecil, yaitu hanya 8.24% dari total aktiva lancar, sehingga

perusahaan akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban-

kewajibannya.

(17)

B. PT. Energi Mega Persada, Tbk

a. Kekuatan: rasio leverage yang lebih baik menggambarkan bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan modalnya sendiri untuk memenuhi kebutuhannya dalam beroperasi dibandingkan dengan menggunakan hutang, banyaknya modal diperoleh dari langkah perusahaan dalam memantapkan perusahaan dengan cara mengembangkan kegiatan usahanya di bidang minyak dan gas bumi yang dilakukan sejak tahun 2001, yaitu awal berdirinya perusahaan ini. . Dilihat dari rasio likuiditas yang baik, hal ini memberikan penjelasan bahwa perusahaan memiliki kas yang cukup besar dibandingkan dengan total aktivanya, yaitu sebesar 35.70%, karena perusahaan menjual minyak bumi yang harganya sangat mahal, sehingga memberikan keuntungan yang cukup besar bagi perusahaan dan oleh karena itu kas perusahaan menjadi cukup besar.

b. Kelemahan: rasio efektifitas yang tidak baik disebabkan oleh kegiatan penggalian demi mendapatkan minyak dan gas bumi yang berada jauh di dalam tanah, kegiatan pengolahan minyak dan gas bumi hasil dari penggalian, serta kegiatan pencarian cadangan minyak yang memerlukan waktu yang lama dibandingkan dengan kegiatan yang dilakukan oleh PT.

Bumi Resources, Tbk, menyebabkan perputaran persediaan menjadi lambat dan persediaan menjadi lebih lama berada di perusahaan.

Sedangkan dari rasio profitabilitas, akibat dari kurang cepatnya

perputaran persediaan dan perusahaan menjadi lebih lambat dalam

(18)

mahal membuat perusahaan hanya memperoleh keuntungan yang tidak besar daripada keuntungan PT. Bumi Resources, Tbk.

Terlihat dari analisa-analisa yang dilakukan oleh penulis diatas memperlihatkan bahwa PT. Energi Mega Persada, Tbk memiliki beberapa kekuatan yang tidak dimiliki oleh PT. Bumi Resources, Tbk sedangkan PT. Energi Mega Persada, Tbk memiliki beberapa kelemahan, hal ini membuat masing-masing perusahaan ingin saling memperbaiki kelemahan-kelemahan yang mereka miliki, sehingga PT. Bumi Resources, Tbk berencana untuk melakukan penggabungan usaha dengan PT. Energi Mega Persada, Tbk.

IV.2. Analisis Neraca Proforma Setelah Merger

Merger dengan menggunakan metode pooling of interest adalah metode yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, yakni PT. Bumi Resources, Tbk dan PT. Energi Mega Persada, Tbk. Dalam penggunaan metode ini, perusahaan hanya akan menyatukan item- item yang ada pada neraca masing-masing perusahaan menjadi neraca proforma yang baru, hal ini dapat kita perhatikan pada tabel proforma after merger seperti terlihat pada tabel IV.2 proforma after merger di halaman 40.

Berdasarkan proforma setelah penggabungan usaha diatas, maka dapat dilakukan analisa rasio kembali yang nantinya berguna untuk melihat apakah perusahaan sanggup mengurangi bahkan menutupi kekurangan yang ada sebelum penggabungan usaha dilakukan.

1. Leverage atau solvabilitas ratio

a. Long term debt

(19)

= ( long term debt + equity ) × 100 %

debt term long

= ( 8 , 741 , 920 , 229 , 000 4 , 595 , 256 , 899 , 000 ) 100 %

000 , 299 , 920 , 741 ,

8 ×

+

= 65,5%

Perusahaan lebih banyak menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan daripada kegiatan operasinya, hal ini dapat kita lihat pada rasio diatas yang jumlahnya sebesar 65,5%.

b. Debt to equity ratio = × 100 % equity

s liabilitie total

= 100 %

000 , 899 , 256 , 595 , 4

400 , 249 , 805 , 467 ,

22 ×

= 488%

Perusahaan memiliki jumlah hutang yang lebih banyak daripada jumlah ekuitasnya, sehingga rasio hutang terhadap ekuitas menjadi sebesar 488%, hal ini akan menjadikan kreditor enggan untuk memberikan pendanaan kepada perusahaan, karena perusahaan masih harus memenuhi pokok dan bunga dari kewajiban-kewajibannya terdahulu.

c. Total debt ratio = × 100 % assets

total

s liabilitie total

= 100 %

400 , 521 , 074 , 063 , 27

400 , 249 , 805 , 467 ,

22 ×

= 83%

Perusahaan memiliki 83% total aktiva yang dibiayai oleh kreditur perusahaan

dalam upaya untuk memperoleh keutungan dari kegiatan operasi perusahaan.

(20)

2. Liquidity ratio

Current ratio = × 100 %

s liabilitie current

assets current

= 100 %

500 , 043 , 249 , 593 , 13

900 , 726 , 605 , 235 ,

8 ×

= 60,5%

Perusahaan memiliki jumlah aset yang lebih kecil daripada jumlah hutang lancarnya, yaitu 60,5%, sehingga kurangnya perlindungan bagi kreditur jangka pendek dalam memperoleh kembali bunga dan pokok pinjaman yang telah digunakan perusahaan.

3. Efficiency ratio

Total asset turnover =

assets total

sales

= 100 %

400 , 521 , 074 , 063 , 27

000 , 565 , 388 , 884 ,

8 ×

= 0,3x

Perusahaan hanya memiliki perputaran aset sebesar 0,3x dalam setahun dalam menghasilkan penjualan.

4. Profitability ratio

a. Net profit margin = × 100 % sales

income net

= 100 %

000 , 565 , 388 , 884 , 8

800 , 393 , 798 , 325 ,

1 ×

(21)

= 14,9%

Perusahaan memperoleh 14,9% dari seluruh penjualan yang telah dilakukan, laba ini merupakan laba bersih setelah dikurangi dengan seluruh pengeluaran termasuk pajak.

b. Return on assets = × 100 % assets

total income

net

= 100 %

400 , 521 , 074 , 063 , 27

800 , 393 , 798 , 325 ,

1 ×

= 4,89%

Tingkat pengembalian atas aset sebesar 4,89% menggambarkan bahwa setiap Rp 100 dari aset perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar Rp 4,89.

c. Return on equity = × 100 % equity

income

net

= 100 %

000 , 899 , 256 , 595 , 4

300 , 529 , 976 , 012 ,

1 × = 22%

Tingkat pengembalian atas ekuiti sebesar 22% menggambarkan bahwa setiap Rp 100 dari ekuitas, perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar Rp 22.

Analisa rasio yang dilakukan penulis terhadap neraca proforma PT. Bumi Resources,

Tbk setelah merger akan digunakan sebagai acuan dalam membandingkan apakah

keadaan perusahaan semakin membaik atau memburuk dengan adanya penggabungan

usaha tersebut. Nantinya akan dapat diketahui dimana letak kekuatan dan kelemahan

setelah penggabungan usaha dilakukan.

(22)

Tabel IV.3

Perbandingan hasil analisa rasio dari proforma after merger

Sumber: hasil penelitian

Penulis akan menyimpulkan mengenai kelemahan dan kekuatan yang ada pada PT.

Bumi Resources, Tbk setelah merger, seperti dijelaskan dibawah ini:

a. Kekuatan

Liquidity rasio dilihat semakin membaik karena perusahaan meneruskan usaha

eksplorasi dan eksploitasi batubara dengan kemampuan yang telah perusahaan miliki ditambah dengan kemampuan dan alat-alat berat yang dimiliki oleh PT.

Energi Mega Persada, Tbk. Dan dari profitability rasio, perusahaan menjadi

semakin baik dalam memperoleh keuntungan, karena perusahaan menjadi

semakin cepat dalam memperoleh batubara dan perusahaan juga mendapatkan

pendapatan dari penjualan minyak bumi, serta jalur distribusi menjadi semakin

luas akibat penggabungan usaha tersebut.

(23)

b. Kelemahan

Leverage rasio memperlihatkan bahwa perusahaan akan semakin banyak

memiliki hutang untuk beroperasi, karena konsep merger dengan cara mempertukarkan saham akan berdampak pada laporan keuangan, dimana setiap item-item dari laporan keuangan dijumlahkan, sehingga hutang perusahaan yang dijumlahkan akan semakin besar daripada sebelumnya. Sedangkan dari efficiency rasio, perputaran persediaan belum membaik karena perusahaan memiliki 2 (dua) jenis persediaan, yaitu batubara yang perputaran persediaanya cepat dan minyak bumi yang perputaran persediaannya lambat.

Itulah beberapa dampak yang terjadi pada PT. Bumi Resources, Tbk setelah merger dilakukan, apabila diperhatikan secara-baik-baik, maka kondisi perusahaan menjadi lebih mampu dalam menghasilkan keuntungan dan menjadi lebih mudah dalam melunasi segala kewajibannya.

IV.3. Estimasi Harga Saham Setelah Merger

Seandainya penggabungan usaha ini dilakukan, maka EPS dan PER PT. Bumi

Resources, Tbk akan ikut terpengaruh, karena dengan adanya rasio konversi saham maka

jumlah saham beredar yang akan dimiliki PT. Bumi Resources, Tbk selanjutnya akan

bertambah banyak. Pada pembahasan bagian ini, penulis akan menggunakan rasio

konversi 1:1, hal ini digunakan oleh penulis dengan alasan karena rasio konversi ini

diambil berdasarkan analisis dari pihak independen PT. Fiera Admiratiara Penilai yang

dilakukan terhadap PT. Energi Mega Persada, Tbk.

(24)

Tabel IV.4 conversion factor

Shareholders of Conversion Factor

PT. Bumi Resources, Tbk 1

PT. Energi Mega Persada, Tbk 1 Sumber: Merger plan BUMI dan ENRG

Adapun alasan kedua digunakannya rasio konversi ini adalah karena didasarkan atas perhitungan yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan harga saham terakhir PT.

Bumi Resources, Tbk tertanggal 30 Juni 2007 adalah sebesar Rp 770 dan harga yang ditawarkan oleh PT. Bumi Resources, Tbk kepada PT. Energi Mega Persada, Tbk adalah sebesar Rp 800 per lembar saham.

Dengan menggunakan rumus: Exchange ratio =

acquirer of

price share

price offer

Exchange ratio =

770 800 Rp Rp

Exchange ratio = 1.03 = 1

Jadi untuk setiap 1 (satu) lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham PT. Energi Mega Persada, Tbk akan mendapatkan 1 (satu) lembar saham baru PT. Bumi Resources, Tbk.

Tabel IV.5

Jumlah saham yang beredar setelah konversi

Nama perusahaan

Jumlah saham yang beredar

rasio konversi

Jumlah saham yang beredar setelah konversi PT. Bumi Resources, Tbk 19,404,000,000 1 19,404,000,000 PT. Energi Mega Persada,

Tbk

14,400,813,372

1

14,400,813,372

Total 33,804,813,372 33,804,813,372

Sumber: Merger plan BUMI dan ENRG

(25)

Penggabungan usaha dengan rasio konversi 1:1 mengakibatkan jumlah saham beredar PT. Bumi Resources, Tbk yang akan datang menjadi bertambah, yakin menjadi 33,804,813,372 lembar dari sebelumnya hanya 19,404,000,000 lembar. Bertambahnya jumlah saham yang beredar tentunya akan mempengaruhi EPS (earnings per share), PER (price earnings ratio), DPS (dividen per share), dan DPR (dividen per share). Perubahan- perubahan tersebut akan penulis uraikan di bawah ini:

Rumus: EPS =

beredar saham

jumlah

pajak setelah pendapa tan

Tabel IV.6

Perhitungan EPS sebelum merger

Perhitungan EPS dari PT. Bumi Resources, Tbk. Sebelum Merger, 2006

Tahun Pendapatan Setelah Pajak Jumlah saham beredar EPS

2006 Rp 840.996.405.300 19.404.000.000 Rp 43,3

Sumber: hasil penelitian

Pada saat PT. Bumi Resources, Tbk masih memiliki jumlah saham yang beredar sebanyak 19.404.000.000 dan dengan pendapatan bersih sebesar Rp 840,996,405,300, maka earnings per share PT. Bumi Resources, Tbk sebelum merger adalah sebesar Rp 43,3/lembar.

Tabel IV. 7

Perhitungan EPS setelah merger

Estimasi EPS dari PT. Bumi Resources, Tbk. Setelah Merger, 2006

Tahun Pendapatan Setelah Pajak Jumlah saham beredar EPS

2006 Rp 1.012.976.529.300 33.804.813.372 Rp 29,9

Sumber: hasil penelitian

Ketika PT. Bumi Resources, Tbk melakukan merger dengan PT. Energi Mega Persada,

Tbk, jumlah saham yang beredar semakin bertambah banyak menjadi 33.804.813.372,

hal ini dikarenakan metode pooling of interest yang digunakan dalam melakukan

(26)

penggabungan usaha, sehingga besarnya earnings per share menjadi Rp 29,9/lembar, turun sebesar Rp 13,4/lembar dari Rp 43,3/lembar.

Tabel IV.8

Perhitungan PER sebelum merger

Perhitungan PER Sebelum Merger

Tahun Nama perusahaan

Harga saham

(Rp/lembar) EPS (Rp/lembar)

PER (x)

2006 PT. Bumi Resources, Tbk 770 43.3 17.78

Sumber: hasil penelitian

Dengan EPS sebesar Rp 43,3/lembar, dimana harga saham Rp 770/lembar, maka kita

dapat menghitung PER dengan rumus: PER =

EPS saham

PER , sehingga diperoleh PER

sebesar 17.78x. Berdasarkan data-data diatas yang telah dihitung berdasarkan rumus- rumus tersebut, maka dapat kita cari harga saham setelah merger dengan cara sebagai berikut:

Diketahui: PER sebelum merger = 17.78x

EPS setelah merger = Rp 29.9/lembar Maka,

PER before merger =

merger after

EPS P

17.78x =

9 . 29 Rp

P

P = Rp 531/lembar

Melalui perhitungan harga diatas, maka dapat kita ketahui bahwa harga per lembar

sahamnya setelah merger dilaksanakan adalah Rp 531, lebih kecil daripada harga

sebelumnya yakni Rp 770/lembar, harga saham perusahaan menjadi turun sebesar

(27)

Rp 531/lembar terlalu mahal atau tidak, maka sebaiknya dilihat dari book value saham tersebut, hal ini dapat dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut:

Book value per share = ( )

shares ding

outs

debts total assets total

tan

BV = ( )

372 , 813 , 804 , 33

400 , 249 , 805 , 467 , 22 400

, 521 , 074 , 063 ,

27 Rp

Rp

BV = Rp 135,9 = Rp 136/lembar

Dari hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ternyata harga saham tersebut

overvalued (terlalu mahal), karena harga buku saham tersebut hanya sebesar

Rp 136/lembar, sedangkan harga pasar saham tersebut sebesar Rp 531/lembar.

Jika penulis menghubungkan risiko pasar dan tingkat pengembalian terhadap harga saham setelah merger, maka hasilnya akan berbeda dengan perhitungan diatas. Dengan menggunakan rumus capital assets pricing model (CAPM), dimana R

F

diperoleh dari situs Bank Indonesia, sedangkan β dan Rm diperoleh dari perhitungan yang terlampir pada lampiran IV.9, untuk dividen tahun pertama dan kedua diperoleh dari data PT. Bumi Resources, Tbk, maka perhitungan harga saham sesudah merger adalah sebagai berikut:

diketahui: R

F

= 12.50%, merupakan suku bunga BI

β = 0.43, berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.10

R

M

= 0.08 = 8% per semester, berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.10

R

M

= 16% per tahun

D

0

= Rp 16/lembar

D

1

= Rp 17/lembar

(28)

maka, untuk menghitung tingkat pengembalian saham atas investasi yang dilakukan terhadap saham PT. Bumi Resources, Tbk adalah sebagai berikut:

K

s

= R

F

+ β (R

M

-R

F

)

K

s

= 12.50% + 0.43 (16% - 12.50%) = 12.50% + 0.43 (3.5%)

= 12.50% + 1.5%

= 14%

sedangkan untuk mengetahui seberapa besar persentase tingkat pertumbuhan saham PT.

Bumi Resources, Tbk selama setahun, maka dapat dihitung dengan menggunakan cara yang dijabarkan seperti dibawah ini:

g = ( )

% 100

0 0

1− ×

D D D

g = ( ) 100 %

16 16

17 − ×

Rp Rp

Rp = 6.25% per tahun

Dari hasil perhitungan K

s

dan g diatas, maka diperoleh tingkat pengembalian saham selama satu tahun adalah 14%, sedangkan tingkat pertumbuhan dividen selama satu tahun adalah sebesar 6.25%. Sehingga estimasi harga saham PT. Bumi Resources, Tbk setelah merger adalah sebagai berikut:

P = ( Ks Dg )

= ( 14 % 6 . 25 % )

17

− = Rp 219/lembar Jika disusun secara berurutan, maka:

a. harga minimal saham adalah Rp 136/lembar, berdasarkan perhitungan book

(29)

b. harga tengah saham adalah Rp 219/lembar, berdasarkan perhitungan CAPM, c. harga atas saham adalah Rp 531/lembar, berdasarkan perhitungan EPS sesudah

merger.

Tanpa memperdulikan risiko pasar, maka harga saham diestimasi akan berada di posisi Rp 531/lembar, sedangkan dengan mempertimbangkan risiko pasar dan tingkat

pengembalian saham, maka harga saham diestimasi akan berada di posisi Rp 219/lembar, namun dengan menggunakan metode book value, harga saham

diestimasi akan berada di posisi Rp 136/lembar.

Seluruh hasil perhitungan di atas merupakan estimasi harga saham yang mungkin akan terjadi sesudah merger, adapun estimasi pergerakan harga saham tersebut digambarkan pada grafik dibawah ini:

Gambar IV.2

Estimasi pergerakan harga saham sebelum dan sesudah merger

Estimasi Pergerakan Harga Saham Sesudah Merger

P0 P1

0 200 400 600 800 1000 1200

Harga Saham Sebelum dan Setelah Merger

Harga Saham

Estimasi Pergerakan Harga Saham Sesudah Merger

Sumber: hasil penelitian

(30)

Terlihat pada grafik diatas pergerakan harga saham dari 2 Januari 2006 sampai dengan 30 Juni 2006 yang berasal dari data pada tabel IV.10, dengan sumber dari Bursa Efek Jakarta, serta perhitungan estimasi harga saham setelah merger, maka dapat kita lihat hasil pergerakan harga saham sebelum dan sesudah merger.

Gambar IV.3

Estimasi pergerakan harga saham sesudah merger

Estimasi Pergerakan Harga Saham Sesudah Merger

P0

P1

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

Harga Saham Sebelum dan Sesudah Merger

Harga Saham

Estimasi Pergerakan Harga Saham Sesudah Merger

Sumber: hasil penelitian

Grafik diatas memberikan gambaran yang lebih jelas lagi, bahwa penggabungan usaha yang dilakukan oleh PT. Bumi Resources, Tbk dapat menyebabkan harga saham menjadi turun dari posisi P

0

= Rp 770 per lembar menjadi di posisi P

1

= Rp 531 per lembar. Hal ini tidak lain disebabkan oleh pengaruh bertambahnya jumlah saham yang beredar, yang mengakibatkan terjadinya dilusi.

Dengan adanya estimasi tersebut maka diharapkan pemegang saham maupun publik

dapat mempertimbangkan hasil analisa yang telah penulis lakukan untuk mengambil

langkah-langkah penting dalam berinvestasi pada saham PT. Bumi Resources, Tbk

setelah merger.

Gambar

Gambar IV.1
Tabel IV.1   Proforma after merger
Tabel IV.2
Tabel IV.3
+5

Referensi

Dokumen terkait

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Tingkat 3b Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium

Rasio ini menunjukkan banyaknya hutang yang dimiliki oleh perusahaan dibandingkan dengan total modal dan digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dapat memenuhi

Berdasarkan fenomena dan uraian serta berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dimana variabel bebas struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan, serta risiko bisnis

Rasio hutang atas modal (rasio leverage / solvabilitas), semakin tinggi hutang yang dimiliki perusahaan, maka perusahaan eenderung untuk menyembunyikan informasi

2 Desy Mariani dan Suryani (2018) Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Sosial Dan Kinerja Lingkungan Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris

Adapun akibat lain dari kurangnya kompetensi yang dimiliki preseptor dalam membimbing preseptee yaitu ketika preseptee sudah menjadi ners dan bekerja di rumah sakit, ners

“Dengan adanya seorang Khairu Sadikin yang mau bertani porang di Kota Pariaman ini, ke depannya saya berharap akan banyak hadir Khairu Sadikin lainnya yang mau melakukan hal yang