• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

4 METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Jenis data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tahunan deret waktu (time series), dari tahun 1985 hingga 2011. Adapun sumber- sumber data dalam penelitian ini antara lain: (1) International Pepper Community, (2) Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia (1991-2012), (3) Bappebti, (4) World Bank, (5) penelitian terdahulu, dan (6) sumber-sumber lain yang relevan. Selain itu, sebagai informasi kualitatif (hanya sebagai tambahan saja), dilakukan wawancara dengan beberapa pelaku agribisnis lada, diantaranya petani lada, pedagang pengumpul lada putih, pengusaha olahan lada putih, eksportir lada putih, dan BP3L (Badan Pengelolaan, Pengembangan, dan Pemasaran Lada) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Data lada putih dunia didekati berdasarkan data penawaran ekspor lada putih negara-negara produsen lada, khususnya negara-negara produsen lada sekaligus pengekspor lada putih terbesar. Negara-negara tersebut yaitu Brazil, India, Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Cina. Jumlah keseluruhan penawaran ekspor lada putih dari negara-negara tersebut dianggap sebagai jumlah permintaan lada putih dunia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sebagian besar penawaran lada putih masih bergantung pada permintaannya di pasar impor dunia atau pasar internasional. Jumlah keseluruhan penawaran ekspor lada putih dari negara-negara tersebut, yang dianggap sama dengan jumlah permintaan lada putih dunia, juga disebut sebagai sebagai volume perdagangan lada putih dunia.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan data-data yang diperoleh dan hasil analisis yang dilakukan secara kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi volume perdagangan lada putih di dunia dan melakukan analisis permintaan impor lada putih dunia yang bersumber dari Indonesia dan Vietnam. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume perdagangan lada putih dunia digunakan model regresi linear berganda logaritmik. Penggunaan model regresi linear berganda logaritmik dimaksudkan agar langsung diperoleh nilai elastisitas setelah dilakukan pendugaan model, yaitu berdasarkan nilai koefisien variabel-variabel independennya. Pada Model regresi linear berganda logaritmik tersebut tidak dipertimbangkan negara pengekspor (asal) lada putih nya atau negara yang menjadi sumber impornya.

Analisis permintaan impor lada putih dunia yang bersumber dari Indonesia

dan Vietnam dilakukan dengan mengadopsi model AIDS (Almost Ideal Demand

System). Model AIDS dipilih karena model ini dapat melihat kompetisi diantara

negara-negara pengekspor atau sumber impor dari komoditi tertentu, melalui

share masing-masing negara tersebut atau pangsa pasar nya. Selain itu pada

model AIDS, secara teknis, persamaan dari negara-negara pengekspor tersebut di-

run (dijalankan) bersamaan, tidak di-run terpisah per masing-masing negara

(2)

pengekspor. Dengan kata lain bukan dua model yang terpisah. Model AIDS pada penelitian ini juga dimodifikasi dengan menambahkan variabel-variabel independen lain yang terkait, selain yang memang sudah menjadi variabel- variabel independen umum di dalam model AIDS.

Analisis model regresi linear berganda logaritmik dan model AIDS dimaksudkan untuk menentukan posisi atau daya saing lada putih Indonesia di pasar lada putih dunia, khususnya terhadap Vietnam, yang pada akhirnya menjadi sumber informasi dalam penetapan strategi-kebijakan bagi pemasaran lada putih Indonesia di pasar lada putih dunia. Program (software) komputer yang digunakan untuk melakukan analisis-analisis ini adalah Minitab 14, Eviews 4.1, dan STATA 11.

Spesifikasi Model dan Definisi Variabel Volume Perdagangan Lada Putih Dunia

Volume perdagangan lada putih dunia merupakan jumlah penawaran ekspor lada putih dunia, yang mana sama dengan jumlah permintaan impor nya.

Dengan kata lain, volume perdagangan lada putih dunia merupakan jumlah lada putih yang diperdagangkan di pasar lada putih dunia pada kondisi ekuilibrium nya. Oleh sebab itu, faktor-faktor yang mempengaruhi volume perdagangan lada putih dunia juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor dan/atau permintaan impor lada putih dunia. Volume perdagangan yang dianalisis tidak membedakan asal impor (negara pengekspor) lada putih nya. Persamaan volume perdagangan tersebut adalah sebagai berikut:

LnVPWD

t

0

1

LnPP

t

2

LnPH

t

3

LnGDPPCWD

t

4

LnWP

t

... (11)

Dimana: VPWD : Volume perdagangan lada putih dunia (ton)

PP : Harga lada putih di pasar impor lada putih dunia (USD/ton) PH : Harga lada hitam di pasar impor lada hitam dunia (USD/ton) GDPPCWD : GDP per kapita dunia (USD/kapita)

WP : Jumlah penduduk dunia (orang)

Ukuran-ukuran elastisitas dan artinya, dari model ini, dapat dilihat pada

Tabel 8.

(3)

Tabel 8 Ukuran-ukuran elastisitas model regresi logaritmik

No Besar Elastisitas Istilah Keterangan

1. Elastisitas Harga Sendiri

a. Ep= 0 Inelastis sempurna Volume perdagangan lada putih dunia tidak berubah (tetap/konstan) dengan adanya perubahan harga lada putih dunia.

b. 0 < Ep < 1 Inelastis Volume perdagangan lada putih dunia berubah dengan persentase yang lebih kecil dari pada perubahan harga lada putih dunia.

c. Ep = 1 Elastisitas unit Volume perdagangan lada putih dunia berubah dengan persentase yang sama dengan perubahan harga lada putih dunia.

d. 1 < Ep <  Elastis Volume perdagangan lada putih dunia berubah dengan persentase yang lebih besar dari pada perubahan harga lada putih dunia.

e. Ep =  Elastis sempurna Berapapun volume perdagangan lada putih dunia, harga lada putih

dunia tidak berubah

(tetap/konstan).

2. Elastisitas Silang

a. Ec > 0 (positif) Barang substitusi Kenaikan harga barang substitusi lada putih di dunia berakibat meningkatnya volume perdagangan lada putih dunia.

b. Ec < 0 (negatif) Barang komplemen Kenaikan harga barang komplemen lada putih di dunia berakibat turunnya volume perdagangan lada putih dunia.

3. Elastisitas Pendapatan

a. Ei > 0 (positif) Barang normal Volume perdagangan lada putih dunia naik, saat pendapatan per kapita dunia naik.

b. Ei < 0 (negatif) Barang inferior Volume perdagangan lada putih dunia turun, saat pendapatan per kapita dunia naik.

c. 0 < Ei < 1 Barang kebutuhan pokok (essential goods)

Volume perdagangan lada putih dunia berubah dengan persentase yang lebih kecil dari pada perubahan pendapatan per kapita dunia.

d. Ei > 1 Barang mewah Volume perdagangan lada putih dunia naik, saat pendapatan per kapita dunia naik.

(4)

Permintaan Impor Lada Putih Dunia yang Bersumber dari Indonesia dan Vietnam

Model AIDS pertama kali diperkenalkan oleh Deaton dan Muellbauer pada tahun 1980 (Karo-karo Sitepu dan Sinaga 2006). Bentuk umum model AIDS yang dikembangkan oleh Deaton dan Muellbauer adalah:

w

i

i

+ γ

ij

j

log p

j

i

log Y …….……….…………..……… (12) P dimana P adalah indeks harga yang didefinisikan oleh:

log P =α

0

+ α

i

log p

i

+ 1

2 γ

ij

j

log p

i

log p

j i

...…….……..………… (13)

dan parameter 

ij

didefinisikan oleh:

γ

ij

= 1

2 γ

ij*

ji*

ji

…………..……….…………..……… (14) Dari persamaan (12) dapat diketahui bahwa model AIDS merupakan model nonlinear akibat adanya penggunaan indeks harga P. Agar dapat diduga secara linear maka perlu dilakukan pendekatan terhadap nilai indeks harga P dengan mengeksploitasi hubungan antara, salah satunya melalui penggunaan indeks harga Stone (log P*=Σw

k

log p

k

), sehingga model AIDS menjadi:

w

i

i*

+ γ

ij

j

log p

j

i

log x P

*

………...…………..……… (15)

Dengan catatan:

i*

= 

i

-

i

log

. Jika P  .P*. Fungsi di atas dikenal sebagai

aproksimasi linear dari AIDS (LA/AIDS).

Untuk menghitung elastisitas permintaan dari model LA/AIDS, digunakan formula seperti yang dilakukan oleh Chalfant (Karo-karo Sitepu dan Sinaga 2006;

Jung dan Koo 2000; serta Taljaard, Alemu, dan van Schalkwyk 2004):

Elastisitas harga sendiri

ε

ii

= γ

ii

i

w

i

w

i

-1 ….……..……… (16)

Elastisitas harga silang ε

ij

=

γ

ij

i

w

j

w

i

;i≠j ….…………..……… (17)

Elastisitas pengeluaran

η

i

= β

i

w

i

+1 ……...…..………….. (18)

Persamaan umum model AIDS yang dibangun dalam penelitian ini

diadopsi dari model AIDS yang digunakan oleh Rifin (2010), dan kemudian

dimodifikasi atau disesuaikan, yaitu sebagai berikut:

(5)

S

i

i

ln m

p* + γ

ij n

i=1

lnP

j

+Z+ε

t

…….………….. (19)

Dimana: S : Pangsa pasar negara pengekspor tertentu di pasar impor P : Harga lada putih (USD/ton)

m : Pengeluaran

P* : Corrected stone price index Z : Faktor-faktor lainnya

Analisis model AIDS dalam penelitian ini, mengabaikan/tidak menggunakan restriksi adding up, homogenity, dan symmetry, karena permintaan yang dianalisis adalah permintaan impor suatu negara ataupun beberapa negara (dikatakan dunia). Restriksi adding up, homogenity, dan symmetry digunakan ketika menganalisis permintaan rumah tangga individu langsung yang tujuannya maksimisasi utilitas, sementara permintaan impor suatu negara ataupun beberapa negara terdiri atas permintaan input oleh produsen-produsen (industri), selain juga permintaan rumah tangga individu pada negara tersebut. Komoditi lada putih tidak dapat dikonsumsi langsung, melainkan harus diolah terlebih dahulu baru kemudian dapat dikonsumsi oleh konsumen pemakai akhir. Dengan demikian, permintaan impor lada putih dari suatu negara tertentu ataupun beberapa negara tidak langsung bersumber dari permintaan rumah tangga individu, akan tetapi bersumber dari permintaan para produsen pengolah lada putih, baru kemudian kepada permintaan rumah tangga individu.

Adapun model AIDS Indonesia dan Vietnam di pasar impor lada putih dunia adalah sebagai berikut:

SindoindoindoLn mwd

p*indo,

indoLn PPindo +γindo,

vtnLn PPvtn +δindoLn PProw +λindoLn PH+θindoLn WP+μindoLn NTindo+ε

t ... (20)

SvtnvtnvtnLn mwd

p*vtn,

indo

Ln PPindo +γvtn,

vtnLn PPvtn +δvtnLn PProw +λvtnLn PH+θvtnLn WP+μvtnLn NTvtn+ε

t ... (21)

Dimana: Sindo : Pangsa pasar lada putih Indonesia di pasar impor lada putih dunia Svtn : Pangsa pasar lada putih Vietnam di pasar impor lada putih dunia PPindo : Harga lada putih (nilai ekspor per jumlah ekspor) Indonesia (USD/ton) PPvtn : Harga lada putih (nilai ekspor per jumlah ekspor) Vietnam (USD/ton) PProw : Harga lada putih (nilai ekspor per jumlah ekspor) sisa dunia/rest of world

(selain Indonesia dan Vietnam) (USD/ton)

mwd : Total pengeluaran dunia atas impor lada putih (USD) p* : Corrected stone price index

PH : Harga lada hitam di pasar impor lada hitam dunia (USD/ton) WP : Jumlah penduduk dunia (orang)

NTindo : Nilai tukar nominal mata uang Indonesia (USD terhadap Rupiah) NTvtn : Nilai tukar nominal mata uang Vietnam (USD terhadap Dong) Dalam perhitungan, Ln (mwd/P*) ditulis sebagai LnMwdpPstone

Berdasarkan output pengolahan model AIDS, ditentukan nilai elastisitas-

elastisitas untuk Indonesia dan Vietnam, yaitu: (1) elastisitas harga sendiri, (2)

elastisitas harga silang, dan (3) elastisitas pengeluaran dunia atas impor lada putih

atau dengan kata lain elastisitas nilai impor lada putih dunia. Elastisitas harga

(6)

sendiri dihitung dengan persamaan (16), elastisitas harga silang dengan persamaan (17), dan elastisitas nilai impor lada putih dunia dengan persamaan (18).

Adapun ukuran-ukuran elastisitas dan artinya, dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9 Ukuran-ukuran elastisitas model AIDS

No Besar Elastisitas Istilah Keterangan

1. Elastisitas Harga Sendiri a. Ep= 0 Inelastis

sempurna

Pangsa pasar lada putih dunia suatu negara pengekspor (sumber impor) tidak berubah (tetap/konstan) dengan adanya perubahan harga lada putih negara pengekspor (sumber impor) tersebut.

b. 0 < Ep < 1 Inelastis Pangsa pasar lada putih dunia suatu negara pengekspor (sumber impor) berubah dengan persentase yang lebih kecil dari pada perubahan harga lada putih negara pengekspor (sumber impor) tersebut.

c. Ep = 1 Elastisitas unit

Pangsa pasar lada putih dunia suatu negara pengekspor (sumber impor) berubah dengan persentase yang sama dengan perubahan harga lada putih negara pengekspor (sumber impor) tersebut.

d. 1 < Ep <  Elastis Pangsa pasar lada putih dunia suatu negara pengekspor (sumber impor) berubah dengan persentase yang lebih besar dari pada perubahan harga lada putih negara pengekspor (sumber impor) tersebut.

e. Ep =  Elastis sempurna

Berapapun pangsa pasar lada putih dunia suatu negara pengekspor (sumber impor), harga lada putih negara pengekspor (sumber impor) tersebut tidak berubah (tetap/konstan).

2. Elastisitas Silang

a. Ec > 0 (positif) Barang substitusi

Kenaikan harga barang substitusi lada putih dari suatu negara pengekspor (sumber impor) tertentu berakibat pada meningkatnya pangsa pasar lada putih dunia suatu negara pengekspor (sumber impor) tersebut.

b. Ec < 0 (negatif) Barang komplemen

Kenaikan harga barang komplemen lada putih dari suatu negara pengekspor (sumber impor) tertentu berakibat pada turunnya pangsa pasar lada putih dunia suatu negara pengekspor (sumber impor) tersebut.

3. Elastisitas Nilai Impor Lada Putih Dunia

a. Ei > 0 (positif) Pangsa pasar lada putih dunia suatu negara pengekspor (sumber impor) tertentu naik, sejalan dengan kenaikan nilai impor lada putih dunia (kenaikan nilai impor dunia mewakili perkembangan produksi olahan lada putih [kebutuhan input lada putih yang meningkat] dunia yang juga menggambarkan perkembangan negara-negara di dunia).

b. Ei < 0 (negatif) Pangsa pasar lada putih dunia suatu negara pengekspor (sumber impor) tertentu turun, sementara nilai impor lada putih dunia naik.

(7)

Pendugaan Model dan Pengujian Hipotesis

Koefisien regresi pada model AIDS diduga dengan metode Seemingly Unrelated Regression (SUR). Sementara itu, untuk menduga koefisien regresi pada model volume perdagangan lada putih dunia digunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Uji asumsi yang dilakukan untuk memenuhi syarat OLS adalah uji multikolineritas, uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi, yaitu sebagai berikut:

1. Uji normalitas

Untuk mengetahui normalitas residual (error atau gangguan), maka digunakan Uji Jarque-Bera. Hipotesis yang disusun, yaitu:

H

0

: Residual (error atau gangguan) berdistribusi normal.

H

a

: Residual (error atau gangguan) tidak berdistribusi normal.

Jika nilai probabilitas (Jarque-Bera) lebih besar dari taraf nyata (α) yang digunakan, maka disimpulkan terima H

0

. Sehingga dapat dikatakan residual (error atau gangguan) pada model terdistribusi dengan normal atau dengan kata lain asumsi normalitas terpenuhi.

2. Uji heteroskedastisitas

Uji yang digunakan untuk melihat ada atau tidaknya sifat heteroskedastisitas pada model adalah Uji Heteroskedastisitas Umum White.

Hipotesis yang disusun yaitu:

H

0

: Tidak ada heteroskedastisitas.

H

a

: Ada heteroskedastisitas.

Jika nilai probabilitas Obs*R-squared (Uji White) lebih besar dari taraf nyata (α) yang digunakan, maka disimpulkan terima H

0

. Atau dengan kata lain, disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas pada model.

3. Uji autokorelasi

Uji yang digunakan untuk melihat ada atau tidaknya autokorelasi pada model adalah Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation Lagrange Multiplier.

Hipotesis yang disusun yaitu:

H

0

: Tidak ada autokorelasi.

H

a

: Ada autokorelasi.

Jika nilai probabilitas Obs*R-squared (Uji Breusch-Godfrey Lagrange Multiplier) lebih besar dari taraf nyata (α) yang digunakan, maka disimpulkan terima H

0

. Atau dengan kata lain, disimpulkan tidak terdapat autokorelasi pada model.

4. Uji multikolinearitas

Menurut Mason dan Lind (1999), korelasi antara variabel-variabel independen yang berada pada selang -0.70 sampai dengan 0.70 tidak menyebabkan masalah. Adanya multikolinearitas juga dapat diuji berdasarkan nilai VIF (Variance Inflation Factors) nya. Menurut Lind, Marchal, dan Wathen (2007), VIF yang lebih besar dari sepuluh (10) dianggap tidak memuaskan, yang mengindikasikan sebaiknya variabel bebas tersebut dibuang. Pramesti (2009) menyebutkan, jika nilai VIF lebih kecil dari sepuluh, maka dapat dikatakan model terbebas dari masalah multikolinearitas.

Oleh sebab itu, jika nilai korelasi antar variabel independen berada pada

selang -0.7 sampai 0.7 dan nilai VIF setiap variabel tersebut lebih kecil dari

Gambar

Tabel 8  Ukuran-ukuran elastisitas model regresi logaritmik
Tabel 9  Ukuran-ukuran elastisitas model AIDS

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai studi awal/studi kelayakan teknik dan lingkungan proses  pertukaran ion untuk menyisihkan Pb dalam air limbah pabrik aki mempunyai tujuan untuk

Prototipe alat pengaduk dodol menghasilkan mutu dodol yang baik, dengan nilai 12.26 dari hasil uji organoleptik, pada putaran pengadukan 20 rpm dan kapasitas 4 kg, serta

Skizogoni banyak terjadi pada organ dalam (hati, limpa, dan sumsum tulang) dan kelainan patologis pada organ tersebut sering ditandai dengan adanya pigmen malaria yang dideposit

Praktikum terhadap sampel hiu paus yang telah dilakukan menggunakan metode ekstraksi chelex dan dilanjutkan dengan kegiatan PCR (polymerasi Chain Reaction) dan

Berdasarkan sistem pengendalian persediaan metode EOQ, dalam menentukan jumlah pemesanan yang optimal yaitu 231.842 karung untuk bahan baku tepung terigu dengan

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa algoritma Bresenham memiliki kecepatan proses 1.44 kali lebih cepat dari Bezier untuk 70 titik penggambaran, sedangkan akurasi dalam

Judul Skripsi : PENENTUAN JADWAL PERKULIAHAN DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING PADA PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN (REGULER PAGI) UNIVERSITAS JEMBER..

Terakhir, Warga Kampung Tepi Sungai ini dapat mengurangi biaya transportasi, kemacetan di kota dan polusi transportasi Dan tetap diperlukan pengembangan lanjutan