• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta di Surakarta

Oleh :

WENNY ANGGRAINI

K 100 04 0022

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

2008

(2)

EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL

DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.)

PADA TIKUS PUTIH JANTAN

GALUR WISTAR

Oleh :

WENNY ANGGRAINI K 100 04 0022

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada tanggal : 5 juli 2008

Mengetahui Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta Dekan,

Dra. Nurul Mutmainah, Msi., Apt

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Arief Rahman Hakim, M.Si., Apt Arifah Sri Wahyuni, S.Si., Apt

Penguji :

1. dr. EM. Sutrisna, M.Kes :

2. Ratna Yuliani, M.biotech. St :

3. Arief Rahman Hakim, M.Si., Apt :

4. Arifah Sri Wahyuni, S.Si., Apt :

(3)

(Eliza)

& Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mumpi-mimpi itu. (Arai, ”Sang Pemimpi”)

& Mengakui kekurangan diri adalah tenaga kesempurnaan, terus mengisi kekurangan adalah keberanian yang luar biasa

(Tan Malaka)

& Semangat

(4)

semua yang telah memberikan segala kasih sayang...

Allah SWT sebagai pelindung, penuntun, sumber kekuatanku dalam menjalani kehidupan (sebagai ungkapan rasa syukur

dan terima kasihku)

Bapak dan Ibuku yang dalam setiap sujudnya terselip namaku (untuk ungkapan rasa hormat, bakti dan kasih sayangku)

Adik-adikku, Ita dan Atha (untuk ungkapan rasa sayang dan banggaku)

Sahabat seperjuanganku : nurul, mas sigit dan yusuf terima kasih telah mengajariku banyak hal

dan untuk kerja samanya

Sahabatku : Ana, Desi, Anik, Nova, Nurul dan Umex yang membantuku berdiri ketika aku jatuh, terima kasih atas kebersamaam,

nasehat kesabaran dan pengertiannya semoga persahabatan kita tidak akan pernah putus

Semua yang ada di kos ”KUNING” : Mas amin, mbak nuring, haidar, ita, ndari, ani, ermin, emi dan titik

terima kasih untuk kebersamaannya

Masa laluku yang telah menjadikanku untuk berfikir dan bertindak lebih baik

Dan ”KAMU”....terima kasih untuk semua hal yang kamu berikan

Almamaterku UMS

(5)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul ”Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava

Linn.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar” yang disusun sebagai salah satu syarat

untuk mencapai derajat Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dan pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Nurul Mutmainah, M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah mewujudkan kondisi akademis

yang memberikan keleluasaan bagi penulis untuk menimba ilmu.

2. Bapak Arief Rahman Hakim, M.Si, Apt selaku pembimbing utama yang telah

banyak memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian maupun

dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Arifah Sri Wahyuni, S.Si, Apt selaku pembimbing pendamping yang telah

banyak memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian maupun

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dr. EM. Sutrisna M.Kes selaku penguji I yang telah memberikan masukan

dalam penyusunan skripsi ini.

(6)

memberikan bimbingan, nasehat-nasehat serta ilmu yang berguna selama

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

7. Semua dosen Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, terima

kasih atas ilmu-ilmu yang diberikan.

8. Seluruh laboran Fakultas Farmasi, khususnya bagian biologi atas kepedulian dan

perhatiannya yang telah memberikan kemudahan yang penulis peroleh sehingga

pelaksanaan penelitian skripsi ini berjalan lancar.

9. Teman-teman Farmasi angkatan 2004 khususnya kelas A untuk kebersamaan,

kekompakkan dan kenangannya selama ini.

10. Teman-teman : Tanty, Diana, Ning, Kholil, Yuli, Mbak Dian, Rohmat, Dewik,

Koko, Uzy, Agung, Reni, Amel, Arek, Yuli dan Antony untuk semangat,

nasehat dan bantuannya.

11. Seluruh pihak yang turut membantu penulis baik secara materiil maupun spirituil

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Surakarta, 5 Juli 2008

Penulis

(7)

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 5 Juli 2008

Peneliti

(Wenny Anggraini)

(8)

HALAMAN PENGESAHAN ...

B. Perumusan Masalah ...

C. Tujuan Penelitian ...

D. Tinjauan Pustaka ...

1. Obat Tradisional ...

2. Simplisia ...

3. Ekstrak dan Ekstraksi ...

4. Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) ...

(9)

e. Kandungan Kimia ...

f. Hasil Penelitian yang Relevan ...

5. Inflamasi ...

6. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ...

7. Diklofenak ...

8. Karagenin ...

E. LANDASAN TEORI ...

F. HIPOTESIS ...

BAB II.METODE PENELITIAN ...

A. Kategori Penelitian dan Rancangan Penelitian ...

B. Alat dan Bahan ...

C. Jalannya Penelitian ...

1. Determinasi Tanaman ...

2. Pembuatan Simplisia ...

3. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji ...

4. Pembuatan Larutan Karagenin 1 % ...

5. Pembuatan dan Pengukuran Radang ...

6. Uji Pendahuluan ...

a. Orientasi Dosis Natrium Diklofenak ...

(10)

7. Uji utama ...

D. Analisis Data ...

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ...

A. Determinasi Tanaman ...

B. Hasil Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji ...

C. Uji Pendahuluan ...

D. Uji Utama Daya Antiinflamasi ...

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ...

A. Kesimpulan ...

B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN

20

21

23

23

23

24

29

34

34

34

35

38

(11)

Gambar 2

Gambar 3

Gambar 4

Gambar 5

Gambar 6

Gambar 7

Gambar 8

Perombakan Asam Arakidonat ...

Klasifikasi Obat Analgesik Antiinflamasi Non Steroid ...

Struktur Kimia Natrium Diklofenak ...

Grafik Rata-rata Volume Udem Orientasi Waktu Pemberian Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Dinduksi 0,1 ml Karagenin 1% ...

Grafik Rata-rata Volume Udem Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Dosis 1,551g/kgBB 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% ...

Grafik Rata-rata Volume Udem Kontrol Negatif, Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB, Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5 jam Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% ...

Foto Tanaman Jambu Biji Diambil dari Daerah Wonogiri pada Bulan Juli Tahun 2007 ...

12

14

15

25

28

31

39

(12)

Tabel 2

Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% ...

Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan %Daya Antiinflamasi Kontrol Negatif Akuades, Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB, Natrium Diklofenak 6,25mg/kgBB, 1 jam Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% ...

Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan %Daya Antiinflamasi Kontrol Negatif Akuades 2,5ml/200gBB Tikus, Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% ...

Volume Udem Orientasi Dosis Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji dengan Dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 1jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% ...

Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan % Daya Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava

Linn.) Dosis 0,775g/kgBB Tikus dan 1,551g/kgBB Tikus Yang Diberikan 1 jam Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% ...

Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan %Daya Antiinflamasi Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Dosis 1,551g/kgBB, dengan Waktu 1 jam, 0,5 jam, dan Sesaat Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% ...

Volume Udem Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB Serta Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5 jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% ...

Data AUC Kurva Rata-rata Volume Udem Terhadap Waktu dan %Daya Antiinflamasi Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB, Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5 jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% ...

Data Hasil Uji Statistik AUC Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB, Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Dosis 0,388g/kgBB; 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5 jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% ...

(13)

Tabel 11

Hasil Orientasi Dosis Natrium Diklofenak pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% ...

Hasil Orientasi Waktu Pemberian Kontrol Positif Natrium Diklofenak Dosis 2,25mg/kgBB pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% ...

Hasil Orientasi Dosis Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium

guajava Linn.) Dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB Pada Tikus

Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% ...

Hasil Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.), Kelompok Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB dan Waktu Pemberian 1 jam Sebelum Induksi Karagenin 1% pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar ...

Hasil Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Kelompok Waktu Pemberian 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Induksi Karagenin 1% pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar ...

Hasil Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji

(Psidium guajava Linn.) Kelompok Kontrol Negatif Akuades,

Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB dan Ekstrak Dosis 0,388g/kgBB pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% ...

Hasil Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji

(Psidium guajava Linn.) Ekstrak Dosis 0,775g/KgBB dan

1,551g/kgBB pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% ...

(14)

Lampiran 2

Surat Keterangan Determinasi Tanaman Jambu Biji ...

Sertifikasi Analisis Natrium Diklofenak ...

Surat Keterangan Pembelian Hewan Uji Tikus ...

Perhitungan Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji ...

Data Orientasi Dosis Kontrol Positif Natrium Diklofenak Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% ...

Data Hasil Orientasi Waktu Pemberian Kontrol Positif Natrium Diklofenak Dosis 2,25mg/Kgbb Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% ...

Data Hasil Orientasi Dosis Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji

(Psidium guajava Linn.) Dosis 0,775g/Kgbb Dan

1,551g/Kgbb Tikus Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% ...

Data Hasil Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Bambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 0,775g/Kgbb Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karanin 1% ...

Data Hasil Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% ...

Hasil Analisis Statistik AUC Hubungan Volume Udem Terhadap Waktu, Pada Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi 0,1ml Karagenin 1% ...

Hasil Analisis Statistik Data Transformasi AUC Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium

guajava Linn.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang

(15)

Lampiran 14

Lampiran 15

Hasil Analisis Statistik Data Transformasi DAI Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium

guajava Linn.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang

Diinduksi 0,1 Ml Karagenin 1% Dengan Bentuk Bentuk DAI Kuadrat ...

Hasil Analisis Statistik DAI Dengan Uji Kruskall-Wallis Dan Mann-Whitney Pada Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi 0,1 Ml Karagenin 1% ...

57

57

(16)

infeksi. Daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) secara empiris berfungsi sebagai antiinflamasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besarnya efek antiinflamasi ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi karagenin 1%.

Uji efek antiinflamasi ini menggunakan rancangan acak lengkap pola searah dengan hewan uji tikus putih jantan galur Wistar sebanyak 25 ekor umur 2-3 bulan, berat 150-200 g yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok I diberi kontrol negatif dengan Akuades 2,5ml/200gBB, kelompok II diberi kontrol positif dengan natrium diklofenak 2,25mg/kgBB, kelompok III, IV dan V masing-masing diberikan perlakuan ekstrak etanol berturut-turut dosis, 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB, semua perlakuan tersebut diberikan peroral. Pengukuran volume udem berturut-turut setiap 0,5 jam selama 6,5 jam. Dari data volume udem dihitung AUC (Area Under the Curve) yaitu luasan daerah di bawah kurva antara rata-rata volume udem terhadap waktu dan persen daya antiinflamasi. Data dianalisis dengan anova satu jalan dan dilanjutkan uji LSD (Least Significant Difference) dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jambu biji mempunyai efek antiinflamasi pada dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB (p<0,05). Persen daya antiinflamasi daun jambu biji dosis 0,775g/kgbB dan 1,551g/kgBB berturut-turut adalah 47,18% dan 62,55%.

Kata kunci : antiinflamasi, ekstrak etanol, daun jambu biji (Psidium guajava Linn.)

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak jenis tanaman yang dapat tumbuh di Indonesia yang sebagian besar dapat

digunakan sebagai sumber bahan obat alam dan telah banyak digunakan oleh

masyarakat secara turun temurun untuk keperluan pengobatan guna mengatasi

masalah kesehatan. Obat tradisional tersebut perlu diteliti dan dikembangkan

sehingga dapat bermanfaat secara optimal untuk peningkatan kesehatan masyarakat

(Tjokronegoro dan Baziad, 1992).

Masyarakat luas beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional lebih aman

dibandingkan dengan obat kimia sehingga mereka lebih suka menggunakan obat

tradisional untuk menyembuhkan penyakitnya. Walaupun demikian bukan berarti

obat tradsional tidak memiliki efek samping yang merugikan, bila penggunaannya

kurang tepat. Dan kurangnya informasi tentang obat tradisional oleh masyarakat

merupakan salah satu kendala dalam penggunaan obat tradisional sehingga

penggunaannya menjadi kurang optimal (Anonim, 2008).

Inflamasi merupakan suatu gejala pada beberapa penyakit dan dirasa oleh banyak

orang tidak nyaman. Obat modern yang biasa digunakan sebagai antiinflamasi adalah

obat golongan AINS (Antiinflamasi Non Steroid) yang pada umumnya mempunyai

efek samping tukak lambung, sehingga perlu dicari pengobatan alternatif untuk

melawan dan mengendalikan rasa nyeri dan peradangan dengan efek samping yang

relatif lebih kecil, misalnya obat yang berasal dari tumbuhan. Salah satu obat

tradisional yang digunakan secara empiris sebagai antiinflamasi adalah tanaman

(18)

jambu biji. Menurut Soedibyo (1998) bagian tanaman jambu biji yang dapat

berkhasiat sebagai obat tradisional adalah daun dan buahnya. Daun jambu biji

menurut resep obat-obatan tradisional dapat dimanfaatkan sebagai antiinflamasi,

hemostatik dan astringensia. Buahnya dapat digunakan sebagai obat disentri dan

kencing manis.

Penelitian Aisah (2004) menunjukkan bahwa infusa daun jambu biji mempunyai

aktifitas sebagai antiinflamasi dengan persen daya antiinflamasi 40,08% pada dosis

5g/kgBB. Dari beberapa hasil skrining fitokimia tanaman jambu biji ditemukan

senyawa tanin, minyak atsiri, flavonoid, saponin dan kemungkinan senyawa

golongan arbutin (Yuniarti, 2007; Atmaja, 2007 dan Sumanti, 2003). Flavonoid

dapat menghambat beberapa enzim antara lain : aldose reduktase, xantin oksidase,

CA2+ ATPase, fosfodiesterase, lipooksigenase dan siklooksigenase (Narayana, 2001;

Geissman, 1962). Sehingga senyawa yang diduga mempunyai aktivitas sebagai

antiinflamasi adalah flavonoid karena dapat menghambat enzim siklooksigenase

yang berperan dalam terjadinya inflamasi.

Flavonoid ini dapat diekstraksi dengan etanol 70% (Harborne, 1987; Anonim,

1979). Pelarut etanol dapat digunakan untuk menyari zat yang kepolaran relatif

tinggi sampai relatif rendah, karena etanol merupakan pelarut universal, etanol tidak

menyebabkan pembengkakan membran sel, dapat memperbaiki stabilitas bahan obat

yang terlarut dan juga efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal

(Voigt, 1994).

Ekstrak etanol daun jambu biji ini didapatkan melalui maserasi yang merupakan

(19)

suhu tinggi dan sering dipakai untuk mengekstraksi bahan obat yang berupa serbuk

simplisia yang halus (Voigt, 1994). Sediaan infusa hanya dapat menyari zat-zat yang

bersifat polar, penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan

mudah tercemar oleh kuman dan kapang, oleh karena itu sari yang diperoleh tidak

boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1986). Kelemahan lainnya adalah

menyebabkan pembengkakan sel sehingga bahan aktif akan terikat kuat pada

simplisia. Sedangkan bentuk sediaan ekstrak selain dapat disimpan lebih lama juga

dapat dipakai berulang. Etanol dapat menyari senyawa-senyawa yang tidak dapat

tersari oleh air yaitu lemak, terpenoid, antrakinon, kumarin, flavonoid polimetil,

resin, klorofil, isoflavon, alkaloid bebas, kurkumin dan fenol lain. Dari

senyawa-senyawa tersebut ada flavonoid polimetil, jenis flavonoid ini tidak tersari dengan air.

Berdasarkan uraian inilah dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui

manfaat daun jambu biji sebagai antiinflamasi dengan bentuk sediaan lain yaitu

dengan ekstrak etanol 70% daun jambu biji dengan ekstraksinya menggunakan

metode maserasi, karena maserasi merupakan metode penyarian yang cocok untuk

senyawa yang tidak tahan pemanasan dengan suhu tinggi Sehingga dengan penelitian

ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai manfaat ekstrak

etanol daun jambu bijisebagai antiinflamasi.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu

permasalahan, yaitu : apakah ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava Linn.)

memiliki efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi

(20)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiinflamasi ekstrak etanol daun

jambu biji (Psidium guajava Linn.) terhadap inflamasi pada tikus putih jantan galur

Wistar yang diinduksi dengan karagenin 1%.

D. Tinjauan Pustaka

1. Obat Tradisional

Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat

dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun temurun,

dan/atau pendidikan atau pelatihan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku

dalam masyarakat. Obat tradisional adalah obat yang dibuat dari bahan atau paduan

bahan-bahan yang diperoleh dari tanaman, hewan atau mineral yang belum berupa

zat murni, tapi sebagian besar berasal dari tanaman (Anonim, 2003). Obat tradisional

yang digunakan sebaiknya memenuhi kriteria mudah didapat (jika mungkin dari

kebun sekitar rumah), dikenal oleh banyak orang serta proses penyimpanannya

sederhana, mudah digunakan dan tidak berbahaya dalam penggunaan (Agoes dan

Jacob, 1992).

Obat asli Indonesia ada tiga yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.

Jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,

bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara

tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat herbal

terstandar adalah sediaan obat yang telah jelas keamanan dan khasiatnya, bahan

bakunya dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang

(21)

dan khasiatnya. Fitofarmaka merupakan sediaan obat yang jelas keamanan dan

khasiatnya serta sudah teruji secara praklinis, klinis dan pascaklinis. Bahan bakunya

terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi persyaratan yang berlaku,

sehingga sediaan tersebut terjamin keseragaman komponen aktif, keamanan dan

khasiatnya(Anonim, 2004).

2. Simplisia

Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami

perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang

telah dikeringkan (Anonim, 1979). Berdasarkan hal itu maka simplisia dibagi

menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati merupakan simplisia yang dapat berupa

tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman atau gabungan antara ketiganya,

simplisia hewani yaitu simplisia berupa hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan

oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni dan simplisia pelikan atau mineral

adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah

diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni. Pada umumnya

pembuatan simplisia melalui tahapan-tahapan : pengumpulan bahan baku, sortasi

basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, penyimpanan

dan pemeriksaan mutu (Gunawan dan Mulyani, 2004).

3. Ekstrak dan ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental dan cair, dibuat dengan

menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, kemudian semua

atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan

(22)

Penyarian adalah peristiwa memindahkan zat aktif yang semula didalam sel ditarik

oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Cairan pelarut

dalam pembuatan ekstrak adalah pelarut yang optimal untuk senyawa kandungan

yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan

dari bahan, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan

yang diinginkan (Anonim, 2000).

Salah satu contoh metode penyarian adalah maserasi, maserasi merupakan

metode yang sederhana dan banyak digunakan untuk menyari bahan obat yang

berupa serbuk simplisia yang halus (Voigt, 1994). Maserasi dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan akan menembus dinding sel

dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan

karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan

yang diluar sel, maka larutan zat aktif akan terdesak keluar. Peristiwa tersebut

berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan yang berada di

luar dan di dalam sel (Anonim, 1986).

Pembuatan maserasi kecuali dinyatakan lain dilakukan dengan memasukkan 10

bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok kedalam

sebuah bejana kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, bejananya ditutup

dan dibiarkan selama 5 hari yang terlindung dari cahaya sambil sering diaduk.

Maserat kemudian diserkai dan ampasnya dicuci dengan cairan penyari secukupnya

hingga diperoleh 100 bagian. Maserat dipindahkan ke dalam bejana tertutup dan

dibiarkan ditempat sejuk dengan terlindung dari cahaya selama 2 hari kemudian

(23)

dari sifat campuran obat dan menstrum, lama maserasi harus cukup agar dapat

menyari semua zat yang mudah disari yaitu sekitar 2-14 hari (Ansel, 1989).

Kelemahan penyarian dengan metode maserasi ini pengerjaannya membutuhkan

waktu yang cukup lama dan penyariannya kurang sempurna (Anonim, 1985). Pada

maserasi ini digunakan larutan penyari etanol 70% karena flavonoid dapat

diekstraksi dengan etanol 70% (Harbone, 1987; Voigt, 1994)

4. Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava Linn.)

a. Sistematika tanaman

Sistematika tanaman jambu biji sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Klass : Dicotyledonae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava Linn. (van Steenis, 1947)

b. Nama daerah

Sumatera: glime breueh (Aceh), glimeu beru (Gayo), galiman (Batak karo),

masiambu (Nias), jambu biawas, jambu biji (Psidium guajava Linn.) , jambu batu,

jambu klutuk (Melayu). Jawa: jambu klutuk (Sunda), jambu krutuk, jambu krikil

(Jawa), jhambu bhender (Madura), Nusa Tenggara: sotong (Bali), guawa (Flores),

goihawas (Sika). Sulawesi: gayawas (Manado), boyawat (Mongondow), koyawas

(24)

(Bugis), jambu (Baree), kujabas (Roti), biabuto (Buol). Maluku: kayawase (Seram

Barat), kujawase (Seram Selatan), laine hatu, lutu hatu (Ambon), gawaya (Ternate,

Halmahera) (Dalimartha, 2000).

c. Deskripsi tanaman

Tanaman jambu biji merupakan jenis tanaman perdu, tingginya 5-10 meter,

batang berkayu, bulat, kulit kayu licin, mengelupas, bercabang, warna coklat

kehijauan. Daun tunggal, bulat telur, ujungnya tumpul, pangkal membulat, tepi rata,

panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm, pertulangan menyirip, warna hijau kekuningan. Daun

muda berbulu abu-abu, daun bertangkai pendek. Bunga tunggal di ketiak daun,

mahkota bulat telur, panjang 1,5 cm, warna putih kekuningan. Bakal buah

tenggelam, beruang 4-5, buah buni bundar, bentuk buah peer atau buah bulat telur,

warna putih kekuningan atau merah muda, panjang 5-8,5 cm (van Steenis, 1947).

d. Distribusi Tanaman

Tanaman jambu biji tumbuh alami di daerah tropis Amerika, dan saat ini

dijumpai diseluruh daerah tropis dan sub tropis. Seringkali ditanam di pekarangan

rumah. Tanaman ini sangat adaptif dan dapat tumbuh tanpa pemeliharaan. Terlalu

banyak hujan selama musim pembuahan dapat menyebabkan buah pecah dan busuk,

sering ditanam sebagai tanaman buah, sangat sering hidup alamiah ditepi hutan dan

padang rumput (Sudarsono dkk, 2002).

e. Kandungan kimia

Kandungan kimia yang terdapat dalam daun jambu biji antara lain : asam

psidiloat, asam ursolat, asam krategolat, asam oleanolat, asam guaiavolat, kuersetin

(25)

f. Hasil penelitian yang relevan

1) Hasil penelitian Yuniarti (1991) menunjukkan bahwa sediaan dekokta daun

Jambu biji mempunyai daya antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan

mampu membunuh bakteri tersebut mulai kadar 2% diameter hambatannya

(11,4±0,5) mm. Dari penelitian ini didalam daun jambu biji ditemukan empat

senyawa yaitu : tanin, minyak atsiri, flavonoid dan kemungkinan senyawa

golongan arbutin.

2) Dari hasil penelitian Sumanti (2003) menunjukkan infusa daun jambu biji

mempunyai KBM sebesar 10% dan pembanding ketokonazol KBMnya 0,313%,

jadi aktivitas daun jambu biji 1/32x aktifitas ketokonazol, hasil KLT

menunjukkan bahwa daun jambu biji mengandung tanin, saponin, minyak atsiri

dan flavonoid.

3) Hasil penelitian Aisah (2004) menunjukkan bahwa infusa daun jambu biji dosis

5g/kgBB mempunyai efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar

yang diinduksi karagenin 1% dengan persen daya antiinflamasinya 40,08%.

4) Pada hasil penelitian Atmaja (2007) menunjukkan aktivitas antioksidan daun

jambu biji fraksi air lebih besar daripada fraksi eter. Hasil deteksi kandungan

kimia fraksi eter dan air ekstrak metanoliknya adalah flavonoid, hasil identifikasi

kandungan kimia serbuk daun jambu biji adalah : flavonoid, polifenol, saponin,

tanin dan minyak atsiri.

5) Hasil penelitian Dahliyanti (2007) menunjukkan fraksi etil asetat buah jambu biji

memiliki aktivitas antioksidan paling poten dibanding ekstrak metanol, fraksi

(26)

kontribusi dari senyawa fenolik, sedang 75,78% merupakan kontribusi dari

senyawa flavonoid.

5. Inflamasi

Inflamasi adalah respon terhadap cedera jaringan dan infeksi. Ketika proses

inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular dimana cairan, elemen-elemen darah,

sel darah putih dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau

infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk

menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan

mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan (Gambar 1) (Kee dan Hayes,

1996). Noksius

Kerusakan sel

Pembebasan bahan mediator

Eksudasi Gangguan

sirkulasi lokal

Perangsangan reseptor nyeri Emigasi leukosit

Proliferasi sel

Kemerahan Panas Pembengkakan Gangguan fungsi Nyeri

Gambar 1. Patogenesis dan Gejala Suatu Peradangan (Mutschler, 1986)

Ciri khas inflamasi dikenal dengan tanda-tanda utama inflamasi, yaitu :

a. Eritema (kemerahan)

Kemerahan terjadi pada tahap pertama dari proses inflamasi. Darah berkumpul pada

daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator-mediator kimia tubuh (kinin,

(27)

b. Edema (pembengkakan)

Pembengkakan merupakan tahap kedua dari inflamasi. Plasma merembes ke dalam

jaringan intestinal pada tempat cidera. Kinin mendilatasi arteriol meningkatkan

permeabilitas kapiler

c. Kolor (panas)

Panas pada tempat inflamasi disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah dan

mungkin juga karena pirogen (substansi yang menimbulkan demam) yang

mengganggu pusat pengatur panas pada hipotalamus

d. Dolor (nyeri)

Nyeri disebabkan oleh pembengkakan dan pelepasan mediator-mediator kimia

e. Functio laesa ( hilangnya fungsi )

Karena penumpukan cairan pada tempat cedera jaringan dan karena rasa nyeri, yang

mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena (Kee dan Hayes, 1996).

Tanda-tanda diatas merupakan akibat dari gangguan aliran darah yang terjadi

akibat kerusakan jaringan dalam pembuluh pengalir terminal, eksudasi dan

perangsangan reseptor nyeri. Radang dapat dihentikan dengan meniadakan noksi

atau dengan menghentikan kerja yang merusak. Walaupun demikian, seringkali pada

gangguan darah regional dan eksudasi terjadi emigrasi sel-sel darah ke dalam ruang

ekstrasel serta proliferasi histiosit fibroblas. Proses-proses ini juga berfungsi primer

pada perlawanan terhadap kerusakan serta pemulihan kondisis asalnya, walaupun

demikian juga dapat bekerja negatif. Reaksi ini disebabkan oleh pembebasan

bahan-bahan mediator (histamin, serotonin, prostaglandin dan kinin), proses patogenesis

(28)

Prostaglandin dilepaskan menyebabkan bertambahnya vasodilatasi,

permeabilitas kapiler, nyeri dan demam. Sintesisnya dapat dilihat dari gambar 2 yaitu

bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimia, fisik atau

mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipida menjadi

asam arakidonat. Kemudian asam lemak tak jenuh ini sebagian diubah oleh enzim

siklooksigenase menjadi endoperoksida dan seterusnya menjadi zat-zat prostaglandin

(Tjay dan Rahardja, 2002).

Enzim lipooksigenase Enzim siklooksigenase

Enzim fosfolipase Dihambat kortikosteroid

Trauma / luka pada sel

Gangguan pada membran sel

Fosfolipid

Asam arakidonat

Dihambat AINS

Endoperoksida Hidroperoksida

Leukotrien

Prostasiklin Tromboksan A2

PGE2, PGF2, PGD2

Gambar 2. Perombakan Asam Arakidonat (Wilmana, 1995)

Siklooksigenase terdiri dari dua isoenzim yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1

berperan pada pemeliharaan fungsi ginjal, homeostasis vaskuler dan melindungi

lambung dengan cara membentuk bikarbonat dan lendir, serta menghambat produksi

(29)

selama proses peradangan oleh sel-sel radang dan kadarnya dalam sel meningkat

sampai 80 kali. Bagian lain dari arakidonat diubah oleh enzim lipooksigenase

menjadi zat-zat leukotrien. Baik prostaglandin maupun leukotrien bertanggung jawab

bagi sebagian besar dari gejala peradangan. Menurut perkiraan, penghambatan

COX-2 ini yang memberikan NSAID efek antiradangnya (Tjay dan Rahardja, COX-200COX-2).

Obat-obat inflamasi seperti Obat-obat-Obat-obat antiinflamasi nonsteroid dan steroid menghambat

mediator kimia sehingga mengurangi proses inflamasi (Kee dan Hayes, 1996).

Pengobatan pasien dengan inflamasi mempunyai 2 tujuan utama, yaitu :

meringankan rasa nyeri, yang sering kali gejala awal yang terlihat dan keluhan utama

yang terus menerus dari pasien dan memperlambat atau membatasi proses perusakan

jaringan. Pengurangan inflamasi dengan NSAID sering berakibat meredanya rasa

nyeri selama periode yang bermakna. Lebih jauh lagi, sebagian besar nonopioid

analgesik mempunyai efek antiinflamasi, jadi tepat digunakan untuk pengobatan

inflamasi akut maupun kronis (Katzung, 2001).

6. Obat Antiinflamasi Non Steroid

NSAID dikenal sebagai penghambat prostaglandin, mempunyai efek analgesik

dan antipiretik yang berbeda-beda tetapi terutama dipakai sebagai agen antiinflamasi

untuk meredakan inflamasi dan nyeri (Wilmana, 1995). Ketika memberikan NSAID

untuk meredakan nyeri dosisnya biasanya lebih tinggi daripada untuk pengobatan

inflamasi (Kee dan Hayes, 1996).

Efek antipiretiknya tidak sekuat dari efek antiinflamasi. NSAID lebih cocok

untuk mengurangi bengkak, nyeri dan kekakuan sendi (Kee dan Hayes, 1996).

(30)

bermanfaat untuk menghilangkan rasa sakit, dan mencegah udema akibat pengaruh

prostaglandin melalui penghambatan jalur siklooksigenase. Obat AINS secara umum

tidak menghambat biosintesis leukotrein, yang diketahui ikut berperan dalam

inflamasi. Steroid bekerja untuk mencegah pembentukan asam arakidonat pada

membran sel. Sebagian besar efek terapi AINS sama yaitu menghambat biosintesis

prostaglandin, obat-obat golongan AINS pada Gambar 3 (Wilmana, 1995).

Asam asetat Derivate asam salisilat

Derivate asam propionat

Derivate asam fenamat

Derivate pirazolon Derivate oksikam

aspirin

ASAM KARBOKSILAT ASAM FENOLAT

OBAT AINS

Derivat asam asetat inden / indol

Gambar 3. Klasifikasi Obat Analgesik Antiinflamasi Non Steroid (AINS) (Ganiswara,1995)

7. Diklofenak

Derivat fenilasetat ini termasuk NSAID yang terkuat daya antiradangnya dengan

efek samping yang kurang keras dibandingkan dengan obat kuat lainnya

(31)

relatif nonselektif dan kuat, juga mengurangi bioavailabilitas asam arakidonat (Tjay

dan Rahardja, 2002). Struktur kimia dari natrium diklofenak adalah sebagai berikut :

Gambar 4. Struktur Kimia Natrium Diklofenak (Takahashi, 2001)

Natrium diklofenak digunakan untuk mengurangi rasa nyeri akibat peradangan

disebabkan karena penghambatan pembentukan prostaglandin dan asam arakidonat

melalui aksinya pada enzim siklooksigenase(Siswandono, 1995).

8. Karagenin

Karagenin adalah sulfat polisakarida bermolekul besar sebagai induktor

inflamasi (Corsini et al, 2005). Penggunaan karagenin sebagai penginduksi radang

memiliki beberapa keuntungan antara lain: tidak meninggalkan bekas, tidak

menimbulkan kerusakan jaringan dan memberikan respon yang lebih peka terhadap

obat antiinflamasi dibanding senyawa iritan lainnya (Siswanto dan Nurulita, 2005).

Zat yang dapat digunakan untuk memicu terbentuknya udem antara lain: mustard oil

5%, dextran 1%, egg white fresh undiluted, serotonin kreatinin sulfat, lamda

karagenin 1% yang diinduksikan secara subplantar pada telapak kaki tikus.

Karagenin ada beberapa tipe, yaitu lambda (λ) karagenin, iota (i) karagenin dan

kappa (k) karagenin. Lambda (λ) karagenin ini dibandingkan dengan jenis karagenin

yang lain, lambda karagenin paling cepat menyebabkan inflamasi dan memiliki

(32)

E. Landasan Teori

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa infusa daun Jambu biji

mempunyai efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi

0,1ml karagenin 1% dengan persen daya antiinflamasi 40,08% pada dosis 5g/kgBB

(Aisah, 2004). Beberapa hasil skrining fitokimia tanaman Jambu biji ditemukan

senyawa tanin, minyak atsiri, flavonoid, saponin dan kemungkinan senyawa

golongan arbutin (Yuniarti, 2007, Atmaja, 2007, Sumanti, 2003), sehingga senyawa

yang diduga mempunyai efek sebagai antiinflamasi adalah flavonoid.

Flavonoid dapat menghambat beberapa enzim antara lain : aldose reduktase,

xantin oksidase, CA2+ ATPase, fosfodiesterase, lipooksigenase dan siklooksigenase

(Narayana, 2001; Geissman, 1962). Flavonoid dapat diekstraksi dengan etanol 70%

(Harborne, 1987; Anonim, 1979). Etanol tidak menyebabkan pembengkakan

membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan obat yang terlarut dan efektif dalam

menghasilkan jumlah bahan aktif yang cukup optimal. Etanol ini dapat menyari jenis

flavonoid yang tidak dapat tersari dengan air, yaitu flavonoid polimetil yang

mungkin juga berperan dalam antiinflamasi. Penyariannya dilakukan dengan metode

maserasi, karena maserasi merupakan proses ekstraksi yang cukup sederhana dan

cocok untuk senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan (Voigt, 1994).

F. Hipotesis

Ekstrak etanol daun Jambu biji (Psidium guajava Linn.) diduga mempunyai

akivitas sebagai antiinflamasi terhadap tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi

(33)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Kategori Penelitian dan Rancangan Penelitian

Kategori penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu dengan

rancangan acak lengkap pola searah, yaitu mengamati kemungkinan pengaruh di

antara variabel dengan melakukan pengamatan terhadap kelompok eksperimental

pada berbagai kondisi perlakuan dan membandingkannya dengan kelompok kontrol.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel bebas : ekstrak etanol daun jambu biji dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB

dan 1,551g/kgBB tikus, natrium diklofenak 2,5mg/kgBB sebagai kontrol positif

dan akuades 2,5ml/200gBB sebagai kontrol negatif.

2. Variabel tergantung : volume udem kaki tikus putih jantan galur Wistar

3. Variabel terkendali

a. Hewan uji : kondisi, galur, jenis kelamin, berat badan dan umur tikus

b. Tanaman : tempat dan waktu pengambilan tanaman Jambu biji

B. Alat dan Bahan

1. Alat : timbangan, spuit injeksi (terumo), jarum oral, blender, pletismometer,

ayakan no 4/18, pengukur waktu, kompor listrik, oven dan alat-alat gelas.

2. Bahan

a. Tanaman : daun jambu biji yang masih muda berwarna hijau pupus, bebas dari

hama, penyakit dan pengganggu lainnya. yang diambil pada bulan Juli tahun

2007 dari desa Donoharjo Wonogiri.

(34)

b. Bahan untuk uji farmakologi antara lain : karagenin tipe lambda (Sigma

Chemical Co), NaCl 0,9% (Otsuka), natrium diklofenak (Pharos) dan akuades

(Ikapharmindo Putramas), etanol 70% (Teknis).

c. Hewan uji : hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan sehat galur

Wistar umur 2-3 bulan dengan berat badan 150-200 g yang diperoleh dari

Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta.

C. Jalannya Penelitian

1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran dari tanaman yang

akan digunakan sebagai bahan uji. Determinasi dilakukan di Laboratorium

Biologi Fakultas FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

2. Pembuatan simplisia

Daun jambu biji yang tidak terserang hama, penyakit dan terbebas pengganggu

dan pencemar lainnya,kemudian dibersihkan di bawah air mengalir sebanyak 2

kali, ditiriskan. Bahan basah dikeringkan dengan oven pada suhu 450-500 C

selama 2 hari. Bahan yang sudah kering diserbuk dengan menggunakan blender,

serbuk diayak dengan ayakan no 4/18.

3. Pembuatan ekstrak etanol daun jambu biji

Bahan yang sudah dibuat serbuk ditimbang sebanyak yang diperlukan sesuai

konsentrasi yang akan dibuat yaitu sebanyak 200 g, kemudian ditambah dengan

larutan penyari 1500 ml, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari

(35)

disaring sampai mendapatkan 100 bagian (2000 ml) dan dipindahkan ke dalam

bejana tertutup, dibiarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari

dimaksudkan untuk mengendapkan, disaring. Maserat diuapkan diatas penangas

air secara tidak langsung pada suhu 600 C.

4. Pembuatan karagenin 1%.

Ditimbang sejumlah 0,05 g karagenin kemudian dilarutkan dengan larutan garam

fisiologis (NaCl 0,9%) sehingga didapat volume 5 ml.

5. Pembuatan radang

Kaki tikus yang sudah ditandai sebatas mata kaki, kemudian diinduksi dengan

karagenin 1% secara subplantar (di bawah kulit telapak kaki tikus).

6. Uji Pendahuluan

a. Orientasi dosis natrium diklofenak

Penetapan dosis natrium diklofenak dilakukan dengan 9 ekor hewan uji dibagi

menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok 3 ekor hewan uji. Dosis natrium

diklofenak yang digunakan 2,5mg/kgBB dan 6,75mg/kgBB dengan volume

pemberian 2,5ml/200gBB. Pemberian natrium diklofenak dilakukan 1 jam

sebelum kaki tikus diinduksi dengan 0,1 ml karagenin 1%. Volume kaki tikus

diukur pada pletismometer sesaat setelah induksi karagenin 1% selama 6,5 jam

setiap 0,5 jam.

b. Orientasi waktu pemberian natrium diklofenak

Sembilan ekor hewan uji yang dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing 3 ekor

(36)

sebelum induksi karagenin 1%. Volume kaki tikus diukur pada pletismometer

sesaat setelah induksi karagenin 1% selama 6,5 jam setiap 0,5 jam.

c. Orientasi dosis ekstrak etanol daun jambu biji

Orientasi dosis ekstrak etanol daun jambu biji dilakukan dengan menggunakan 2

dosis yaitu 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB pada masing-masing 3 ekor hewan

uji.

d. Orientasi waktu pemberian ekstrak etanol daun jambu biji

Sembilan ekor tikus putih jantan dibagi menjadi 3 kelompok. Orientasi dilakukan

pada 1 jam, 0,5 jam dan sesaat sebelum diinduksi karagenin 1%.

7. Uji utama

Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar 25 ekor,

kemudian hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Sebelum dilakukan uji

semua tikus diaklimatisasi dan dipuasakan selama 18-24 jam. Perlakuan peroral

dengan sediaan uji sebagai berikut :

Kelompok I : kontrol negatif akuades 2,5ml/200gBB

Kelompok II : kontrol positif natrium diklofenak dosis 2,25mg/kgBB

Kelompok III : ekstrak etanol daun jambu bijidosis 0,388g/kgBB

Kelompok IV : ekstrak etanol daun jambu bijidosis 0,775g/kgBB

Kelompok V : ekstrak etanol daun jambu bijidosis 1,551g/kgBB

Tiga puluh menit setelah perlakuan, masing-masing hewan uji diinduksi dengan

larutan 0,1 ml karagenin 1% diberikan secara subplantar pada telapak kaki tikus.

(37)

diukur dengan cara kaki tikus yang telah ditandai sebatas mata kaki dicelupkan ke

dalam air raksa pada pletismometer.

D. Analisis Data

Data yang diperoleh berupa kurva volume udem kaki tikus. Volume udem

merupakan selisih kaki tikus sebelum dan sesudah diradangkan, dengan rumus:

V

u

= V

t –

V

0

Keterangan :

Vu : Volume udem kaki tikus setiap waktu

Vt : Volume kaki tikus setelah diradangkan karagenin 1% pada waktu t

Vo : Volume awal kaki tikus sebelum diradangkan dengan karagenin 1%

Dari data volume udem rata-rata tersebut dapat dihitung nilai AUC (Area Under

the Curve) yaitu luas daerah rata-rata di bawah kurva yang merupakan hubungan

volume udem rata-rata tiap satuan waktu dengan rumus:

Keterangan :

Vtn-1 : rata- rata volume udem pada tn-1

Vtn : rata-rata volume udem pada tn

Persentase penghambatan volume udem dihitung berdasarkan persen penurunan

udem menggunakan rumus:

AUCk : AUC kurva volume udem rata-rata terhadap waktu untuk kontrol negatif

AUCp : AUC kurva volume udem rata-rata terhadap waktu untuk kelompok perlakuan pada tiap individu.

Dari data AUC antara volume udem terhadap waktu, kemudian dilakukan uji

(38)

Kolmogorof-Smirnov dan uji Levene, apabila data terdistribusi normal dan homogen

diuji Anava satu jalan dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan uji LSD (Least

Significant Difference) untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan bermakna.

Jika data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen dilanjutkan uji Kruskall

(39)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran identitas dari

tanaman jambu biji yang akan digunakan dalam penelitian ini. Determinasi tanaman

jambu biji dilakukan di Laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Hasil determinasi tanaman jambu biji (Psidium guajava Linn.) adalah

sebagai berikut :

1b, 2b, 3b, 4b, 6b, 7b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13b, 14b, 16a, 239b, 243b, 244b, 248b,

249b, 250a, 251b, 253b, 254b, 255b, 256b, 261b, 262b, 263b, 264b → Familia :

Myrtaceae

1b, 2a → Genus : Psidium

1 → Species : Psidium guajava Linn. (van Steenis, 2003).

Berdasarkan determinasi diatas dapat dipastikan bahwa tanamanyang digunakan

dalam penelitian ini adalah benar tanaman jambu biji.

B. Hasil ekstraksi daun jambu biji

Pemanenan daun jambu biji diperoleh berat basah 1160 g. Pengeringan dilakukan

menggunakan oven karena dengan menggunakan oven lebih mudah, tidak

memerlukan banyak tempat dan alat, selain itu suhunya dapat diatur. Berat simplisia

kering yang diperoleh adalah 457 g.

Proses penguapan maserat menggunakan pemanasan tidak langsung di atas

penangas air dengan menggunakan cawan porselin dengan suhu 600C. Pada

penguapan ini suhu yang seharusnya digunakan adalah tidak boleh lebih dari 600C,

(40)

karena senyawa yang diduga mempunyai efek antiinflamasi ini adalah flavonoid

yang dapat rusak pada suhu tinggi. Ekstrak yang diperoleh sebesar 62,04 g,

rendemen ekstrak yang didapatkan adalah 31,02% b/b.

C. Uji pendahuluan

Uji pendahuluan yang dilakukan antara lain orientasi dosis dan waktu pemberian

natrium diklofenak, orientasi dosis dan waktu pemberian ekstrak etanol daun jambu

biji. Orientasi dosis dilakukan untuk mengetahui dosis yang cukup untuk

memberikan efek antiinflamasi pada kaki tikus putih jantan galur Wistar yang telah

diinduksi 0,1 ml karagenin 1%. Sedangkan orientasi waktu dilakukan untuk

mengetahui waktu yang dibutuhkan zat untuk dapat mencapai kadar dalam darah

yang cukup untuk memberikan efek. Data orientasi dosis natrium diklofenak dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Volume Udem Kontrol Negatif Akuades 2,5 ml/200gBB, Natrium Diklofenak Dosis 2,25mg/kgBB dan 6,75mg/kgBB 1 jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1%

Volume Udem (ml) Pada Jam ke Kelompok

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5

I X 0,08 0,10 0,14 0,20 0,21 0,26 0,35 0,34 0,34 0,33 0,24 0,22 0,21 0,20

SEM 0,01 0,01 0,02 0,03 0,02 0,02 0,03 0,04 0,03 0,04 0,00 0,01 0,01 0,02

II X 0,08 0,07 0,08 0,08 0,08 0,08 0,06 0,06 0,03 0,02 0,02 0,01 0,00 0,00

SEM 0,01 0,02 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00

III X 0,06 0,07 0,06 0,08 0,07 0,06 0,05 0,04 0,02 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00

SEM 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00

Keterangan :

SEM : Standart Error of Mean

Kelompok I : Kontrol negatif akuades 2,5ml/200gBB

(41)

Tabel 2. Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan %Daya Antiinflamasi Kontrol Negatif Akuades 2,5ml/200gBB, Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB dan 6,25mg/kgBB 1 jam Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1%

Kelompok Perlakuan

Harga AUC (ml.jam) % Daya Antiinflamasi

(X ± SEM)

Data dari Tabel 2 menunjukkan bahwa persen daya antiinflamasi meningkat

dengan bertambahnya dosis. Hasil uji statistik didapat bahwa antara natrium

diklofenak dosis 2,25mg/kgBB dan 6,75mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak

bermakna (p>0,05). Sehingga ditetapkan dosis kontrol positif natrium diklofenak

yang digunakan adalah dosis 2,25mg/kgBB.

Orientasi Dosis Na diklofenak 2,25mg/kgBB Tikus dan 6,75mg/kgBB Tikus

(42)

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa waktu pemberian natrium diklofenak

2,25g/kgBB yang diberikan 1 jam sebelum induksi karagenin 1% mempunyai luas

daerah daerah dibawah kurvanya paling kecil atau bentuk kurva lebih rendah yang

artinya kemampuannya dalam menurunkan volume udem paling baik dari pada

waktu pemberian setengah dan sesaat sebelum induksi.

Tabel 3. Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan %Daya Antiinflamasi Kontrol Negatif Akuades 2,5ml/200gBB Tikus, Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1%

Kelompok Perlakuan

Harga AUC (ml.jam) % Daya Antiinflamasi

(X ± SEM) (X ± SEM)

Kontrol Negatif

Akuades 1,54 ± 0,09 ─

Natrium Diklofenak

1 jam Sebelum Induksi 0,89± 0,12 42,33 ± 8,00

Natrium Diklofenak

0,5 jam Sebelum Induksi 0,82 ± 0,18 46,68 ± 11,67

Natrium Diklofenak

0,76 ± 0,18 50,58 ± 11,52

Sesaat Sebelum Induksi

Hasil uji analisis variasi perbedaan waktu pemberian kontrol positif natrium

diklofenak 2,25mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Namun

jika dilihat dari persen daya antiinflamasinya, natrium diklofenak 2,25mg/kgBB

waktu pemberian sesaat sebelum induksi memberikan persen daya antiinflamasi yang

paling besar, sehingga ditetapkan waktu pemberian natrium diklofenak

2,25mg/kgBB pada sesaat sebelum diinduksi karagenin 1%. Data orientasi waktu

(43)

Tabel 4. Volume Udem Orientasi Dosis Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB Tikus 1jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1%

Volume Udem (ml) Pada Jam ke Kelompok

Kelompok I : Kontrol negatif akuades 2,5ml/200gBB

Kelompok II : Kontrol positif natrium diklofenak 2,25mg/kgBB Kelompok III : Ekstrak etanol daun jambu biji dosis 0,775g/kgBB Kelompok IV : Ekstrak etanol daun jambu biji dosis 1,551g/kgBB

Tabel 5. Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan % Daya Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 0,775g/kgBB Tikus dan 1,551g/kgBB Tikus Yang Diberikan 1 jam Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1%

Kelompok Perlakuan

Harga AUC (ml.jam) % Daya Antiinflamasi

Kontrol Negatif

Hasil uji statistik didapat bahwa antara ekstrak etanol daun Jambu biji dosis

0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05).

Sehingga ditetapkan dosis ekstrak etanol daun jambu biji yang digunakan adalah

(44)

Dari grafik orientasi waktu pemberian ekstrak etanol daun Jambu biji pada

setengah jam sebelum induksi karagenin 1% mempunyai kurva paling rendah yang

berarti kemampuannya dalam menurunkan udem paling baik dibandingkan waktu

pemberian 1 jam dan sesaat sebelum induksi.

Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji

0.00

Ekstrak etanol daun jambi biji 1jam sebelum karagenin Ekstrak etanol daun jambi biji 0.5jam sebelum karagenin Ekstrak etanol daun jambi biji sesaat sebelum karagenin

Gambar 6. Grafik Rata-rata Volume Udem Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 1,551g/kgBB 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1%

Tabel 6. Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan % Daya Antiinflamasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn.) Dosis 1,551g/kgBB dengan Waktu 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1%

Kelompok Perlakuan

Harga AUC (ml.jam) % Daya Antiinflamasi

Kontrol Negatif

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa waktu pemberian ekstrak etanol daun jambu

(45)

besar. Dari hasil analisis statistik diketahui bahwa perbedaan waktu pemberian

ekstrak etanol daun jambu biji menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05)

antara kontrol negatif dan waktu pemberian 1 jam dan sesaat sebelum diinduksi

karagenin 1%. Tetapi antara kontrol negatif dengan waktu pemberian 0,5 jam

sebelum karagenin 1% menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05). Sehingga

ditetapkan waktu pemberian ekstrak jambu biji dosis 1,552g/kgBB pada 0,5 jam

sebelum diinduksi karagenin 1%. Data orientasi waktu pemberian dapat dilihat pada

Tabel 6.

D. Uji utama daya antiinflamasi

Setelah dilakukan uji pendahuluan yang meliputi orientasi dosis natrium

diklofenak, orientasi waktu pemberian natrium diklofenak, orientasi dosis ekstrak

etanol daun Jambu biji dan orientasi waktu pemberian ekstrak daun Jambu biji

selanjutnya dilakukan uji utama daya antiinflamasi. Uji dilakukan terhadap kaki tikus

yang diinduksi senyawa iritan karagenin 1%, senyawa ini akan menyebabkan

terjadinya cidera sel dengan dilepaskannya mediator nyeri yang mengawali

terjadinya inflamasi. Bahan uji dapat dikatakan mempunyai efek antiinflamasi

apabila mampu mengurangi volume udem setelah induksi.

Pada percobaan ini menggunakan parameter AUC (Area Under the Curve) yaitu

daerah di bawah kurva, AUC ini menunjukkan efek karena pada grafik tersebut

terdapat daerah yang menunjukkan besarnya nilai antiinflamasi, semakin besar

daerah di bawah kurva maka dapat dikatakan bahan uji dapat menghambat udem

secara maksimal dan apabila daerah dibawah kurva semakin kecil maka bahan uji

(46)

Tabel 7. Volume Udem Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB Serta Ekstrak Etanol Daun Jambu biji (Psidium Guajava

Linn.) Dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5jam Sebelum Diinduksi 0,1ml Karagenin 1%

Volume Udem (ml) Pada Jam ke Kelompok

Kelompok I : Kontrol negatif akuades

Kelompok II : Kontrol positif natrium diklofenak 2,25mg/kgBB Kelompok III : Ekstrak etanol daun Jambu biji 0,388g/kgBB Kelompok IV : Ekstrak etanol daun Jambu biji 0,775g/kgBB Kelompok V : Ekstrak etanol daun Jambu biji 1,551g/kgBB

Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa ekstrak jambu biji dosis 1,551g/kgBB

menyebabkan penurunan volume udem yang paling besar dibanding ekstrak Jambu

biji dosis 0,388g/kgBB dan 0,775g/kgBB.

Gambar 7. Grafik Rata-rata Volume Udem Kontrol Negatif, Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB, Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn.)

Dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5 jam Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1%

Uji Daya antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji

0.00

Ekstrak etanol daun jambu biji 0.388g/kgBB tikus

Ekstrak etanol daun jambu biji 0.775g/kgBB tikus

(47)

Tabel 8. Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan %Daya Antiinflamasi Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB Serta Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 0,388g/kgBB; 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5 jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1%

Kelompok Perlakuan

Harga AUC (ml.jam) % Daya Antiinflamasi

(X ± SEM)

Adanya efek antiinflamasi dari ekstrak etanol daun jambu biji dapat diketahui

dengan membandingkan AUC kelompok perlakuan ekstrak etanol daun jambu biji

dengan kelompok kontrol negatif, semakin besar volume udem maka semakin besar

harga AUC. Grafik volume rata-rata udem di atas menggambarkan bahwa pada

perlakuan terjadi penurunan volume udem, sehingga ada kemungkinan bahwa

ekstrak etanol daun jambu biji mempunyai efek sebagai antiinflamasi.

Tabel 9. Data Hasil Uji Statistik AUC Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/Kg BB Tikus, Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji

(Psidium guajava Linn.) Dosis 0,388g/Kgbb, 0,775g/Kgbb dan 1,551g/Kgbb 0,5jam Sebelum Diinduksi 0,1ml Karagenin 1%

Kelompok

Natrium diklofenak *0,000

Ekstrak 0,388g/kgBB 0,075 *0,000

Ekstrak 0,775g/kgBB *0,004 *0,021 0,192

Ekstrak 1,551g/kgBB *0,000 *0,004 *0,002 0,044

(48)

Untuk uji statistik distribusi datanya normal tetapi tidak homogen sehingga

ditransformasi dengan menggunakan bentuk seper_squartauc, hasilnya menunjukkan

bahwa data terdistribusi normal dan homogen. Hasil uji diperoleh nilai p=0,000 yang

berarti paling tidak terdapat perbedaan AUC secara bermakna pada 2 kelompok.

Pada uji LSD ekstrak etanol daun Jambu biji dengan dosis 0,388g/kgBB

menunjukkan hasil yang tidak berbeda bermakna dengan kontrol negatif akuades,

tetapi dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB berbeda bermakna dengan kontrol

negatif (p<0,05). Sehingga dapat diketahui bahwa ekstrak etanol daun jambu biji

yang diberikan 0,5 jam sebelum diinduksi karagenin 1% pada tikus putih jantan galur

Wistar mempunyai efek antiinflamasi dimulai dari dosis 0,775g/kgBB. Jika dilihat

dari harga AUC dan presentase daya antiinflamasinya ekstrak etanol dosis

1,551g/kgBB mempunyai persen daya antiiflamasi paling besar dibanding ekstrak

etanol daun jambu Biji dosis 0,388g/kgBB dan 0,775g/kgBB. Dosis 1,551g/kgBB

mempunyai nilai persen daya antiinflamasi sebesar 62,55% dan untuk dosis

0,775g/kgBB sebesar 47,18%

Tabel 10. Data Hasil Uji Statistik DAI Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/KgBB, Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn.)

Dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5 jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1%

Kelompok Perlakuan

Natrium Diklofenak

Ekstrak 0,388g/kgBB

Ekstrak 0,775g/kgBB

Natrium diklofenak

Ekstrak 0,388g/kgBB *0,008

Ekstrak 0,775g/kgBB *0,008 0,310

Ekstrak 1,551g/kgBB *0,008 *0,032 0,095

(49)

Mekanisme efek antiinflamasi ekstrak etanol daun jambu biji ini kemungkinan

karena kemampuan untuk menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase.

Kemampuan penghambatan ini diduga karena flavonoid yang tersari dalam ekstrak

etanol daun jambu biji, flavonoid secara umum mempunyai kemampuan

menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase. Besarnya daya antiinflamasi

pada ekstak etanol daun jambu biji lebih baik jika dibandingkan dengan pemberian

infusa daun jambu biji yang mungkin dikarenakan flavonoid lebih terlarut dalam

(50)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ekstrak etanol daun jambu biji

(Psidium guajava Linn.) mempunyai efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur

Wistar yang diinduksi 0,1ml karagenin 1% dimulai pada dosis 0,775g/kgBB dan

dosis 1,551g/kgBB. Persen daya antiinflamasi daun jambu biji 0,775g/kgBB dan

1,551g/kgBB berturut-turut adalah 47,18% dan 62,55%.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian tentang efek antiinflamasi daun jambu biji (Psidium

guajava Linn.) dengan menggunakan larutan penyari yang lain.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A., dan Jacob, T., 1992, Antropologi Kesehatan Indonesia, Jilid I, 20, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, xxx, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, 5-17, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 8-10, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, 7, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan pertama, 10-11, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2003, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 1076/Menkes/Sk/Vii/2003 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, 3, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2004, Definisi dan Simbol Obat Tradisional (Sesuai SK Kepala BPOM RI no. HK.00.05.4.2411 tahun 2004), (online) (www.jombangkap.go.id/e-gow/satkerba/page/1.2.4.4/jamu, diakses tanggal 15 Mei 2008).

Anonim, 2008, Back to Nature (Berbagai Tanaman Yang Berkhasiat Obat), online (www.solusi herbal.blogspot.com/2008/01/, diakses tanggal 15 Mei 2008).

Aisah, N., 2004, Efek Antiinflamasi Infusa Daun Jambu biji (Psidium guajava Linn.) (Psidium Guajava L.) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV,608, diterjemahkan oleh Ibrahim, F., Universitas Indonesia Press, Jakarta.

(52)

Corsini, E., Paola R. D.,Viviani, B., Genovese, T., Mazzon, E., Lucchi, L., Galli, C.L., and Cuzzorcrea S., 2005, Increased Carragenan-Induced Acute Lung

Inflamation In Old Rats, Immunology, (online);115(2):253-261.

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlender.fcw?artid=1782140 diakses tanggal 5 Januari 2008).

Dahliyanti, R., 2007, Penentuan Antioksidan Buah Jambu biji (Psidium guajava

Linn.), Skripsi, Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta.

Dalimarta, S., 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid I, 71, Trubus Agrowijaya, Indonesia.

Domer, L. F., 1971, Animal Experiments in Pharmacological Analysis, 301-303, Departement of Pharmacological School of Medicine Tulane University New orleans, Lousiana.

Geisman, R. Z., 1976, The Chemistry of Flavonoid Compound, 584, The Mac Million Company, New York.

Gunawan, D., dan Mulyani, S, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I, 9-11, Penebar Swadaya, Jakarta.

Harbone, J. B., 1987, Metode Fitokimia; Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan, diterjemahkan oleh Padmawinata, K., 70, ITB, Bandung.

Katzung, B. G., 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh Dripa, S., 449-471, Salemba Medika, Jakarta.

Kee. J. L., dan Hayes. E. R, 1996 Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, edisi 5, diterjemahkan Peter. A., 310-317, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Mutscher, 1986, Dinamika Obat Buku Aljabar Farmakologi dan Toksikologi, edisi V, diterjemahkan oleh Widianto, M. B dan Ranti, A. S., 195, Penerbit ITB, Bandung.

Narayana, K. R., Reddy, M.R, Chaluvadi, M. R., 2001, Bioflavonoids Classification, Pharmacological, Biochemical Effects and Therapeutic Potential, Indian

Journal Pharmacology, (online), hal 2-16,

(http://medind.nic.in/ibi/t01/i1/ibit01i1p2.pdf, diakses tanggal 15 April 2007).

Rowe, C., R., Sheskey, J. P., Weller, J. W., 2003, Handbook of Pharmaceutical Excipien, 4 edition, 101-103, Pharmaceutical Press and American Pharmaceu. th

(53)

Siswanto, A., dan Nurulita N. A., 2005. Daya Antiinflamasi Infus Daun Mahkota

Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl) pada Tikus Putih (Rattus

Norvegicus) Jantan, Prosiding Seminar Nasional TOI XXVII, 177-181, Batu

15-16 Maret 2005.

Soedibyo, M., 1998, Atlas Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, 160-162, Balai Pustaka, Jakarta.

Sudarsono, Gunawan, D., Wahyono, S., Donatus, I.A., dan Purnomo, 2002,

Tumbuhan Obat II (Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan), 157-158,

Pusat Studi Obat Tradisional-Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sumanti, R., 2003, Uji Aktivitas Antifungi Infusa Daun Jambu biji (Psidium guajava

Linn.) terhadap Candida albicans serta Profil KLT, Skripsi, Fakultas Farmasi, UAD, Yogyakarta.

Takahashi, M., Umehara, N., Suzuki, S., Tezuka, M., 2001, Analgesic Action of a Sustained Release Preparation of Diclofenac Sodium in a Canine Urate-Induced Gonarthritis, Journal of Health Science, 464–467, (online), (http://jhs.pharm.or.jp/47(5)/47(5)p464.pdf, diakses tanggal 14 april 2007).

Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting Penggunaan dan Efek

Sampingnya, edisi 5, 309-310, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Tjokronegoro, A., dan Baziad, A., 1992, Etik Penelitian Obat Tradisional, 27, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Van Steenis, C. G. G. J., 1947, Flora untuk sekolah, diterjemahkan oleh Surjowinoto, M., Jurusan Botani Universitas Gadjah Mada, 34-69, 315-316, Pradnya Paramita, Jakarta.

Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan Noerono, S., edisi V, 551-564, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wilmana, P. F., 1995, Analgesik Antipiretik Antiinflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, editor : Ganiswara,S.G., Setiabudi, R., Suyatna, F. D., Purwantyastuti, 208, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Penerbit Gaya Baru, Jakarta.

Yuniarti, P., 1991, Pengaruh Antibakteri Dekok Daun Jambu biji (Psidium guajava

Linn.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, Skripsi, Fakultas rmasi, UGM, Yogyakarta.

(54)
(55)

Lampiran 1. Tanaman jambu biji (Psidium guajava Linn.)

(56)
(57)

Lanjutan lampiran 2 Surat keterangan determinasi tanaman jambu biji

Lampiran 4. Surat keterangan Natrium diklofenak

(58)
(59)
(60)

Lampiran 5. Perhitungan pembuatan ekstrak etanol daun jambu biji.

a. Penimbangan ekstrak

Bobot daun jambu biji basah : 1160 g. Setelah dilakukan pengeringan, sortasi

didapatkan simplisia dengan bobot 457 g, setelah simplisia diserbuk dan dilakukan

pengayakan didapatkan simplisia dengan bobot 390 g.

Rendemen simplisia = 100%

Maserasi : 200 g serbuk dimaserasi dengan 1500 ml etanol 70% selama 5 hari.

Dilakukan remaserasi hingga diperoleh volume maserat 2000 ml. Maserat yang

diperoleh kemudian diuapkan:

Bobot ekstrak yang diperoleh = 62,04 g

Rendemen ekstrak = 100%

b. Perhitungan dosis dan pembuatan larutan stok natrium diklofenak :

Berdasarkan dosis natrium Diklofenak 25mg/kgBB (manusia 70 kg) yang dikonversi

ke tikus dengan berat 200 g, maka:

1. Dosis natrium diklofenak yang diberikan ke tikus (200 g)

Faktor konversi manusia (70 kg) ke tikus (200 g) = 0,018

Dosis pemberiannya adalah = 25 mg x 0,018

Gambar

Gambar 3. Klasifikasi Obat Analgesik Antiinflamasi Non Steroid (AINS)
Gambar 4. Struktur Kimia Natrium Diklofenak (Takahashi, 2001)
Tabel 1. Volume Udem Kontrol Negatif Akuades 2,5 ml/200gBB, Natrium Diklofenak Dosis 2,25mg/kgBB dan 6,75mg/kgBB 1 jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1%
Gambar 5. Grafik Rata-rata Volume Udem Orientasi Waktu Pemberian Natrium Diklofenak  2,25mg/kgBB 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Dinduksi 0,1 ml Karagenin 1%
+7

Referensi

Dokumen terkait

EFEK ANALGESIK EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI PUTIH (Psidium guajava L.) PADA TIKUS PUTIH (Rattus Novergicus) STRAIN WISTAR DENGAN.. METODE PAW

EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI

- Mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) terhadap waktu penyembuhan luka insisi pada tikus Wistar. Manfaat Penelitian..

daun sirih pada tikus putih jantan galur Wistar secara oral yang diinjeksi 0,1ml. karagenin

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiinflamasi ekstrak etanol kulit batang jambu biji (Psidium guajava L.) terhadap edema pada telapak kaki tikus

UJI IN VITRO DAYA BAMBAT EKSTRAK ETANOL BUAH JAMBU BIJI BERDAGING BUAH PUTffi (Psidium guajava.. Linn.)TERHADAP

Identifikasi proses penyembuhan luka bakar grade II pada tikus putih wistar jantan pada kelompok perlakuan dengan diberikan daun jambu biji ( Psidium guajava ).. Grafik

EFEK KOMBINASI JUS BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn) dan PERASAN DAUN MURBEI (Morus indica Auct. L.) TERHADAP GANGGUAN TOLERANSI GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN