DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK
No. Alumni Universitas : Leni Lestari No. Alumni Fakultas :
a) Tempat/Tgl Lahir: Muara Bungo/ 13 April 1990 b) Nama Orang Tua: Fachruddin dan Yarma
c) Fakultas: Kesehatan Masyarakat d) Peminatan Epidemiologi e) No.BP: 0810332023
f). Tanggal Lulus: 12 Juli 2012 g). Predikat Lulus: h). IPK: i). Lama Studi: 3 tahun 10 bulan j) Alamat Orang Tua: Jl. Bachsan RT 13 RW 05 No 20 Muara Bungo, Jambi
ABSTRAK
Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Pemilik dalam Pemeliharaan Anjing sebagai Upaya Pencegahan Rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2012
Skripsi S1 Oleh: Leni Lestari Pembimbing 1 : dr. Edison, MPH
Pembimbing II : Suryati, S.Pd, M.Kes, Kons
Rabies adalah penyakit menular akut yang menyerang susunan saraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas (anjing, kucing, dan kera). Puskesmas Pauh memiliki jumlah kasus gigitan rabies tertinggi (49 kasus) dan satu kasus kematian pada manusia dibandingkan puskesmas lainnya di Kota Padang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tindakan pemilik dalam pemeliharaan anjing sebagai upaya pencegahan rabies di wilayah kerja puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional study dari Bulan Januari sampai Juli 2012. Populasi penelitian adalah pemilik anjing di wilayah kerja Puskesmas Pauh sejumlah 557 KK dan besar sampel 64 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan multistage random sampling. Data dianalisis dengan chi-square secara univariat dan bivariat lalu disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan narasi.
Dari hasil penelitian didapatkan persentase terbanyak adalah 54,7% memiliki tindakan yang kurang baik dalam pemeliharaan anjing, 75,0% memiliki tingkat pengetahuan rendah, 78,1% berpendapat kurangnya sarana vaksinasi rabies, 60,9% memiliki keterpaparan media penyuluhan yang kurang baik, 71,9% kurang mendapatkan anjuran dari petugas peternakan, dan 54,7% kurang mendapatkan anjuran dari tokoh masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh tingkat pengetahuan, ketersediaan sarana vaksinasi, keterpaparan media penyuluhan, dan anjuran petugas peternakan berhubungan dengan tindakan pemeliharaan anjing dalam pencegahan rabies. Disarankan kepada petugas Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan untuk meningkatkan pengetahuan pemilik anjing tentang pentingnya pemeliharaan anjing dalam pencegahan rabies, juga meningkatkan ketersediaan sarana vaksinasi rabies dan dukungan penuh dari tokoh masyarakat.
Skripsi telah dipertahankan di depan sidang penguji skripsi dan dinyatakan lulus pada tanggal 12 Juli 2012. Abstrak telah disetujui oleh Penguji
Tanda Tangan
Penguji I Penguji II
Nama
Terang Fivi Melva Diana, SKM, M.Biomed dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, M.KM
Mengetahui :
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto, M.Sc, Ph.D, SpGK NIP. 19630507 199001 2 001
Alumnus telah terdaftar ke Fakultas/ Universitas dan mendapat Nomor Alumnus : Petugas Fakultas / Universitas
No. Alumni Fakultas Nama : Tanda Tangan
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan
Nasional Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tingginya derajat kesehatan
masyarakat dapat menjadi investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis.1
Salah satu upaya yang dilakukan dalam peningkatan derajat kesehatan ialah
melalui pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular.
Pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular dilakukan untuk
melindungi masyarakat tertular penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat, dan
meninggal dunia, juga mengurangi dampak sosial dan ekonomi.1 Salah satu penyakit
menular yang masih menjadi masalah besar di Indonesia ialah penyakit rabies.
Penyakit Rabies saat ini masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat sebab
rabies merupakan penyakit sosial karena mengancam keselamatan jiwa manusia dan
ketentraman masyarakat. Rabies menyebabkan kerugian yang besar baik kerugian
materil maupun kerugian psikologis. Kerugian materil berupa biaya pemberantasan
yang besar, sedangkan kerugian psikologis berupa ketakutan masyarakat akibat
2
Penyakit rabies merupakan salah satu penyakit menular akut yang menyerang
susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, rhabdovirus dari genus
Lyssavirus.2 Rabies bersifat zoonosa artinya penyakit tersebut dapat menular dari
hewan ke manusia. Rabies ditularkan oleh hewan penular rabies terutama anjing,
kucing, dan kera melalui gigitan atau kontak dengan bahan yang mengandung virus
rabies pada kulit yang lecet atau mukosa.3
Menurut WHO, rabies tersebar secara luas di dunia. Lebih dari 150 negara
terinfeksi oleh penyakit zoonosis ini. Wilayah dengan kasus rabies terbanyak ialah
Afrika, Asia, dan Amerika Selatan.4 Jumlah kematian akibat rabies ini berbeda-beda
tiap negara. Jumlah kematian akibat rabies relatif lebih rendah di Eropa dan Amerika
Utara, yaitu 0-20 kematian per tahun. Negara-negara bebas rabies di dunia, antara lain
Australia, Inggris, Hawai, Jepang, New Zealand, Scandinavia, dan Taiwan.5
Laporan OIE (Organization International des Epizooties) menyatakan bahwa
penyakit Rabies di negara berkembang merupakan penyakit kedua yang paling ditakuti
wisatawan mancanegara setelah penyakit malaria.3 Angka kematian rabies mencapai
100% dengan menyerang pada semua umur dan jenis kelamin. Rabies menyebabkan
30.000-70.000 kematian pada manusia per tahun.5 Reservoir utama penyebab rabies di
Eropa ialah rubah dan anjing, yaitu 47-58% dan 18-24%. Berbeda dengan negara
Canada dan Amerika Serikat yang kasus rabiesnya lebih sering disebabkan sigung,
rakun, dan rubah.5 Selain itu, infeksi binatang liar termasuk kelelawar dapat
menularkan rabies pada manusia, namun jumlah terbesar penyebab rabies sekaligus
penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh anjing. Lebih dari 90% kasus rabies
3
Jumlah kasus kematian akibat rabies di dunia per tahun, yaitu : Asia 50.000
kematian per tahun, India 20.000-30.000 kematian per tahun, China 2.500 kematian
per tahun, Vietnam 9.000 kematian per tahun, Filipina 200-300 kematian per tahun.6
Jumlah kematian akibat rabies tersebut cenderung meningkat tiap tahunnya. Indonesia
selama empat tahun terakhir rata-rata kematian akibat rabies sebanyak 143 kematian
per tahun.6
Kasus rabies di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahun. Dari
tahun 2008 hingga 2010 di Indonesia terjadi peningkatan kasus Gigitan Hewan Penular
Rabies (GHPR) dan kasus yang divaksin dengan Vaksin Anti Rabies (VAR). GHPR
yang berjumlah 21.245 kasus pada tahun 2008 meningkat menjadi 45.466 kasus pada
tahun 2009, kemudian meningkat lebih tajam lagi pada tahun 2010 sebanyak 78.203
kasus.7
Daerah tertular rabies di Indonesia adalah 24 propinsi dari 33 propinsi.
Sembilan propinsi yang dinyatakan bebas rabies, yaitu Kepulauan Bangka Belitung,
DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan Barat, Papua Barat, dan Papua.8
Daerah bebas rabies apabila tidak dikendalikan dengan baik dapat tertular
rabies. Propinsi Bali yang dulunya secara historis belum pernah terjangkit kasus rabies,
pada tahun 2008 dikejutkan dengan terjadinya empat kasus kematian akibat rabies,
sehingga dinyatakan sebagai daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies oleh
Pemerintah Propinsi Bali.9 Hal ini membuktikan bahwa setiap daerah yang telah
dinyatakan bebas rabies masih memiliki kemungkinan tertular rabies apabila program
4
Propinsi Sumatera Barat merupakan salah satu daerah tertular rabies dan
berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, setiap
tahun ada laporan kasus rabies baik pada hewan maupun manusia. Pada tahun 2008
dilaporkan jumlah GHPR adalah 2.413 kasus, 1.686 kasus mendapatkan VAR, dan
211 kasus rabies pada manusia dengan 8 orang kematian pada manusia.10
Pada tahun 2009 di Sumatera Barat dilaporkan jumlah GHPR adalah 2.545
kasus, 1.763 kasus mendapatkan VAR, dan 244 kasus rabies pada manusia dengan 13
orang kematian manusia.11 Selanjutnya, pada tahun 2010 di Sumatera Barat dilaporkan
GHPR adalah 3.009 kasus, 1.774 kasus mendapatkan VAR, dan 289 kasus rabies pada
manusia dengan 12 orang kematian pada manusia.12 Hal ini menunjukkan di Sumatera
Barat selama tiga tahun terakhir terjadi peningkatan, yaitu kasus gigitan anjing dan
kasus yang mendapat VAR, serta angka kematian manusia akibat rabies yang masih
tinggi.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, Kota Padang
merupakan kota di Sumatera Barat dengan kejadian rabies terbanyak setiap tahun
dibandingkan kota/kabupaten lainnya. Rabies di Kota Padang pada tahun 2008
terdapat 535 kasus GHPR dan sebanyak 468 kasus mendapatkan VAR. Sedangkan
kasus positif rabies terdapat 6 kasus tanpa kematian.13
Kasus Rabies di Kota Padang pada tahun 2009 terdapat 400 kasus GHPR dan
sebanyak 297 kasus mendapatkan VAR. Sedangkan kasus positif rabies terdapat 1
kasus dan menyebabkan kematian 1 kasus.14 Selanjutnya, kasus rabies pada tahun
2010 terdapat 208 kasus GHPR dan sebanyak 93 kasus mendapatkan VAR. Sedangkan
5
Pada tahun 2011 di Kota Padang jumlah kasus GHPR adalah 398 kasus, 278
kasus di antaranya mendapatkan VAR. Dari 7 spesimen yang diperiksa, terdapat 3
kasus yang dinyatakan positif dan ketiga kasus tersebut meninggal.16 Hal ini
menunjukkan di Kota Padang dari tahun 2008 kasus GHPR mengalami penurunan
pada tahun 2009 sebanyak 135 kasus gigitan dan tahun 2010 menurun kembali
sebanyak 192 kasus gigitan, namun terjadi peningkatan lagi pada tahun 2011, yaitu
bertambah sebanyak 190 kasus.
Data dari Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan Kota
Padang menyatakan bahwa pada tahun 2011 jumlah populasi anjing di Kota Padang
sebanyak 16.616 ekor.17 Penduduk di daerah ini memiliki kegemaran untuk
memelihara anjing sehingga besar kemungkinan untuk mendapat gigitan dari anjing
yang dipeliharanya atau gigitan dari anjing yang diliarkan dan dibiarkan bebas
berkeliaran. Situasi masyarakat yang demikian menyebabkan lalu lintas anjing sangat
sulit diawasi sehingga memiliki risiko tertular rabies dari anjing yang menderita rabies.
Menurut laporan dari Dinas Kesehatan Kota Padang, dari 11 kecamatan yang
ada, Kecamatan Pauh merupakan kecamatan dengan jumlah kasus rabies yang tinggi
dibandingkan kecamatan lainnya, baik kasus GHPR maupun kasus kematian akibat
rabies pada manusia. Pada tahun 2009 di Kecamatan Pauh, tepatnya di Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh dilaporkan kasus GHPR sebanyak 20 kasus baru dan 15 kasus di
antaranya mendapat VAR.18
Pada tahun 2010 di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh dilaporkan kasus GHPR
sebanyak 18 kasus baru, 8 kasus di antaranya mendapat VAR.19 Selanjutnya, pada
tahun 2011, dilaporkan kasus GHPR sebanyak 41 kasus baru, 31 kasus di antaranya
6
2012, yaitu bulan Januari sudah terdapat 2 kasus gigitan yang 1 di antaranya
mendapatkan VAR. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan terus menerus kasus
gigitan selama tiga tahun terakhir.
Berdasarkan hasil wawancara sebagai survei pendahuluan dengan Kepala
Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan
Kota Padang, menyatakan bahwa kegiatan pemberantasan rabies seperti vaksinasi,
eliminasi, dan sterilisasi telah aktif dilaksanakan, namun dirasakan masih kurangnya
tindakan proaktif masyarakat untuk berpartisipasi. Misalnya saja dalam kegiatan
vaksinasi, masih banyak masyarakat yang tidak mau datang memvaksin anjingnya ke
posko vaksinasi atau membawa langsung anjing ke Dinas Pertanian, Peternakan,
Perkebunan, dan Kehutanan Kota Padang. Hal ini menyebabkan rendahnya cakupan
vaksinasi Hewan Penular Rabies (HPR). Begitu juga dengan upaya pemeliharaan HPR
yang belum sesuai, yaitu HPR yang dibiarkan bebas berkeliaran di daerah pemukiman
masyarakat tanpa menggunakan rantai, berangus, dan tidak dikandangkan.
Berdasarkan kondisi di wilayah kerja Puskesmas Pauh tersebut, maka perlu
dilakukan penelitian dan diharapkan mampu menjelaskan tentang faktor yang
berhubungan dengan tindakan pemilik dalam pemeliharaan anjing sebagai upaya
pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2012.
7
Rumusan masalah penelitian ini adalah: “Apa saja faktor yang berhubungan
dengan tindakan pemilik dalam pemeliharaan anjing sebagai upaya pencegahan rabies
di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2012 ?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang faktor apa
saja yang berhubungan dengan tindakan pemilik dalam pemeliharaan anjing sebagai
upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui distribusi frekuensi tindakan pemilik dalam pemeliharaan anjing
sebagai upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun
2012
b. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan pemilik di Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh tahun 2012
c. Mengetahui distribusi frekuensi sarana vaksinasi di Wilayah Kerja Puskesmas
Pauh tahun 2012
d. Mengetahui distribusi frekuensi keterpaparan media penyuluhan di Wilayah
Kerja Puskesmas Pauh tahun 2012
e. Mengetahui distribusi frekuensi anjuran petugas peternakan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh tahun 2012
f. Mengetahui distribusi frekuensi anjuran tokoh masyarakat di Wilayah Kerja
8
g. Mengetahui hubungan antara pengetahuan pemilik dengan pemeliharaan
anjing dalam upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
tahun 2012
h. Mengetahui hubungan antara sarana vaksinasi rabies dengan pemeliharaan
anjing dalam upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
tahun 2012
i. Mengetahui hubungan antara keterpaparan media penyuluhan dengan
pemeliharaan anjing dalam upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh tahun 2012
j. Mengetahui hubungan antara anjuran petugas peternakan dengan pemeliharaan
anjing dalam upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
tahun 2012
k. Mengetahui hubungan antara anjuran tokoh masyarakat dengan pemeliharaan
anjing dalam upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
tahun 2012
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan ilmiah bagi penelitian
selanjutnya mengenai faktor yang berhubungan dengan tindakan pemilik dalam
pemeliharaan anjing sebagai upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas
Pauh Kota Padang tahun 2012.
9
a. Sebagai masukan bagi Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh Kota Padang dan
instansi terkait setempat mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
tindakan pemilik dalam pemeliharaan anjing sebagai upaya pencegahan rabies
b. Sebagai masukan bagi peneliti dalam menambah pengetahuan dan pengalaman
belajar mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan pemilik
dalam pemeliharaan anjing sebagai upaya pencegahan rabies
c. Sebagai masukan bagi peneliti lain yang berminat untuk mengembangkan
penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
tindakan pemilik dalam pemeliharaan anjing sebagai upaya pencegahan rabies
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berjudul “Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Pemilik
dalam Pemeliharaan Anjing sebagai Upaya Pencegahan Rabies di Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2012”. Sesuai dengan judul, maka ruang lingkup
penelitian ini yaitu tindakan pemilik dalam pemeliharaan anjing yang dipengaruhi oleh
faktor perilaku antara lain pengetahuan, ketersediaan sarana vaksinasi, keterpaparan
media penyuluhan, anjuran petugas peternakan, dan anjuran tokoh masyarakat.
Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh yang dilaksanakan pada
Januari-Juli 2012. Desain penelitian yang digunakan ialah cross-sectional dengan
analisa univariat dan bivariat.
1.6. Hipotesis Penelitian
a. Ada hubungan pengetahuan pemilik dengan pemeliharaan anjing dalam upaya
10
b. Ada hubungan sarana vaksinasi rabies dengan pemeliharaan anjing dalam
upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2012
c. Ada hubungan keterpaparan media penyuluhan dengan pemeliharaan anjing
dalam upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun.2012
d. Ada hubungan anjuran petugas peternakan dengan pemeliharaan anjing dalam
upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun.2012
e. Ada hubungan anjuran tokoh masyarakat dengan pemeliharaan anjing dalam
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PEMILIK DALAM PEMELIHARAAN ANJING SEBAGAI UPAYA
PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH KOTA PADANG
TAHUN 2012
Skripsi
Diajukan Ke Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
LENI LESTARI No. BP : 0810332023
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS
HALAMAN PERSETUJUAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PEMILIK DALAM PEMELIHARAAN ANJING SEBAGAI UPAYA
PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH KOTA PADANG
TAHUN 2012
Oleh :
LENI LESTARI No. BP : 0810332023
Skripsi Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Oleh Pembimbing Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
Padang, 12 Juli 2012
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
SKRIPSI
Judul Penelitian : FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PEMILIK DALAM PEMELIHARAAN ANJING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH KOTA PADANG TAHUN 2012
Peminatan : Epidemiologi
Data Mahasiswa
Nama Lengkap : Leni Lestari
Nomor Buku Pokok : 0810332023
Tanggal Lahir : 13 April 1990
Tahun Masuk FKM Unand : 2008
Nama Pembimbing Akademik : Nizwardi Azkha, SKM, M.PPM, M.Si, M.Pd
Jenis Penelitian : Observasional
Padang, 12 Juli 2012 Diketahui oleh,
Koordinator Skripsi Mahasiswa Peneliti
Mery Ramadhani, SKM, MKM Leni Lestari
Penguji II
dr. Dien Gusta A.N, MKM NIP 197608132003122004
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PEMILIK DALAM PEMELIHARAAN ANJING SEBAGAI UPAYA
PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH KOTA PADANG
TAHUN 2012
Yang Dipersiapkan Dan Dipertahankan Oleh :
LENI LESTARI No BP : 0810332023
Telah Diuji Dan Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Pada Tanggal 12 Juli 2012 Dan Dinyatakan
Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Padang, 12 Juli 2012 Dekan FKM Unand
Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto, M.Sc, Ph.D, Sp.GK NIP 196305071990012001
Penguji I