• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PEMILIK DALAM PEMELIHARAAN ANJING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH KOTA PADANG TAHUN 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PEMILIK DALAM PEMELIHARAAN ANJING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH KOTA PADANG TAHUN 2012."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

No. Alumni Universitas : Leni Lestari No. Alumni Fakultas :

a) Tempat/Tgl Lahir: Muara Bungo/ 13 April 1990 b) Nama Orang Tua: Fachruddin dan Yarma

c) Fakultas: Kesehatan Masyarakat d) Peminatan Epidemiologi e) No.BP: 0810332023

f). Tanggal Lulus: 12 Juli 2012 g). Predikat Lulus: h). IPK: i). Lama Studi: 3 tahun 10 bulan j) Alamat Orang Tua: Jl. Bachsan RT 13 RW 05 No 20 Muara Bungo, Jambi

ABSTRAK

Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Pemilik dalam Pemeliharaan Anjing sebagai Upaya Pencegahan Rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2012

Skripsi S1 Oleh: Leni Lestari Pembimbing 1 : dr. Edison, MPH

Pembimbing II : Suryati, S.Pd, M.Kes, Kons

Rabies adalah penyakit menular akut yang menyerang susunan saraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas (anjing, kucing, dan kera). Puskesmas Pauh memiliki jumlah kasus gigitan rabies tertinggi (49 kasus) dan satu kasus kematian pada manusia dibandingkan puskesmas lainnya di Kota Padang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tindakan pemilik dalam pemeliharaan anjing sebagai upaya pencegahan rabies di wilayah kerja puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2012.

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional study dari Bulan Januari sampai Juli 2012. Populasi penelitian adalah pemilik anjing di wilayah kerja Puskesmas Pauh sejumlah 557 KK dan besar sampel 64 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan multistage random sampling. Data dianalisis dengan chi-square secara univariat dan bivariat lalu disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan narasi.

Dari hasil penelitian didapatkan persentase terbanyak adalah 54,7% memiliki tindakan yang kurang baik dalam pemeliharaan anjing, 75,0% memiliki tingkat pengetahuan rendah, 78,1% berpendapat kurangnya sarana vaksinasi rabies, 60,9% memiliki keterpaparan media penyuluhan yang kurang baik, 71,9% kurang mendapatkan anjuran dari petugas peternakan, dan 54,7% kurang mendapatkan anjuran dari tokoh masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh tingkat pengetahuan, ketersediaan sarana vaksinasi, keterpaparan media penyuluhan, dan anjuran petugas peternakan berhubungan dengan tindakan pemeliharaan anjing dalam pencegahan rabies. Disarankan kepada petugas Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan untuk meningkatkan pengetahuan pemilik anjing tentang pentingnya pemeliharaan anjing dalam pencegahan rabies, juga meningkatkan ketersediaan sarana vaksinasi rabies dan dukungan penuh dari tokoh masyarakat.

Skripsi telah dipertahankan di depan sidang penguji skripsi dan dinyatakan lulus pada tanggal 12 Juli 2012. Abstrak telah disetujui oleh Penguji

Tanda Tangan

Penguji I Penguji II

Nama

Terang Fivi Melva Diana, SKM, M.Biomed dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, M.KM

Mengetahui :

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto, M.Sc, Ph.D, SpGK NIP. 19630507 199001 2 001

Alumnus telah terdaftar ke Fakultas/ Universitas dan mendapat Nomor Alumnus : Petugas Fakultas / Universitas

No. Alumni Fakultas Nama : Tanda Tangan

(2)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan

Nasional Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tingginya derajat kesehatan

masyarakat dapat menjadi investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang

produktif secara sosial dan ekonomis.1

Salah satu upaya yang dilakukan dalam peningkatan derajat kesehatan ialah

melalui pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular.

Pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular dilakukan untuk

melindungi masyarakat tertular penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat, dan

meninggal dunia, juga mengurangi dampak sosial dan ekonomi.1 Salah satu penyakit

menular yang masih menjadi masalah besar di Indonesia ialah penyakit rabies.

Penyakit Rabies saat ini masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat sebab

rabies merupakan penyakit sosial karena mengancam keselamatan jiwa manusia dan

ketentraman masyarakat. Rabies menyebabkan kerugian yang besar baik kerugian

materil maupun kerugian psikologis. Kerugian materil berupa biaya pemberantasan

yang besar, sedangkan kerugian psikologis berupa ketakutan masyarakat akibat

(3)

2

Penyakit rabies merupakan salah satu penyakit menular akut yang menyerang

susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, rhabdovirus dari genus

Lyssavirus.2 Rabies bersifat zoonosa artinya penyakit tersebut dapat menular dari

hewan ke manusia. Rabies ditularkan oleh hewan penular rabies terutama anjing,

kucing, dan kera melalui gigitan atau kontak dengan bahan yang mengandung virus

rabies pada kulit yang lecet atau mukosa.3

Menurut WHO, rabies tersebar secara luas di dunia. Lebih dari 150 negara

terinfeksi oleh penyakit zoonosis ini. Wilayah dengan kasus rabies terbanyak ialah

Afrika, Asia, dan Amerika Selatan.4 Jumlah kematian akibat rabies ini berbeda-beda

tiap negara. Jumlah kematian akibat rabies relatif lebih rendah di Eropa dan Amerika

Utara, yaitu 0-20 kematian per tahun. Negara-negara bebas rabies di dunia, antara lain

Australia, Inggris, Hawai, Jepang, New Zealand, Scandinavia, dan Taiwan.5

Laporan OIE (Organization International des Epizooties) menyatakan bahwa

penyakit Rabies di negara berkembang merupakan penyakit kedua yang paling ditakuti

wisatawan mancanegara setelah penyakit malaria.3 Angka kematian rabies mencapai

100% dengan menyerang pada semua umur dan jenis kelamin. Rabies menyebabkan

30.000-70.000 kematian pada manusia per tahun.5 Reservoir utama penyebab rabies di

Eropa ialah rubah dan anjing, yaitu 47-58% dan 18-24%. Berbeda dengan negara

Canada dan Amerika Serikat yang kasus rabiesnya lebih sering disebabkan sigung,

rakun, dan rubah.5 Selain itu, infeksi binatang liar termasuk kelelawar dapat

menularkan rabies pada manusia, namun jumlah terbesar penyebab rabies sekaligus

penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh anjing. Lebih dari 90% kasus rabies

(4)

3

Jumlah kasus kematian akibat rabies di dunia per tahun, yaitu : Asia 50.000

kematian per tahun, India 20.000-30.000 kematian per tahun, China 2.500 kematian

per tahun, Vietnam 9.000 kematian per tahun, Filipina 200-300 kematian per tahun.6

Jumlah kematian akibat rabies tersebut cenderung meningkat tiap tahunnya. Indonesia

selama empat tahun terakhir rata-rata kematian akibat rabies sebanyak 143 kematian

per tahun.6

Kasus rabies di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahun. Dari

tahun 2008 hingga 2010 di Indonesia terjadi peningkatan kasus Gigitan Hewan Penular

Rabies (GHPR) dan kasus yang divaksin dengan Vaksin Anti Rabies (VAR). GHPR

yang berjumlah 21.245 kasus pada tahun 2008 meningkat menjadi 45.466 kasus pada

tahun 2009, kemudian meningkat lebih tajam lagi pada tahun 2010 sebanyak 78.203

kasus.7

Daerah tertular rabies di Indonesia adalah 24 propinsi dari 33 propinsi.

Sembilan propinsi yang dinyatakan bebas rabies, yaitu Kepulauan Bangka Belitung,

DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,

Kalimantan Barat, Papua Barat, dan Papua.8

Daerah bebas rabies apabila tidak dikendalikan dengan baik dapat tertular

rabies. Propinsi Bali yang dulunya secara historis belum pernah terjangkit kasus rabies,

pada tahun 2008 dikejutkan dengan terjadinya empat kasus kematian akibat rabies,

sehingga dinyatakan sebagai daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies oleh

Pemerintah Propinsi Bali.9 Hal ini membuktikan bahwa setiap daerah yang telah

dinyatakan bebas rabies masih memiliki kemungkinan tertular rabies apabila program

(5)

4

Propinsi Sumatera Barat merupakan salah satu daerah tertular rabies dan

berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, setiap

tahun ada laporan kasus rabies baik pada hewan maupun manusia. Pada tahun 2008

dilaporkan jumlah GHPR adalah 2.413 kasus, 1.686 kasus mendapatkan VAR, dan

211 kasus rabies pada manusia dengan 8 orang kematian pada manusia.10

Pada tahun 2009 di Sumatera Barat dilaporkan jumlah GHPR adalah 2.545

kasus, 1.763 kasus mendapatkan VAR, dan 244 kasus rabies pada manusia dengan 13

orang kematian manusia.11 Selanjutnya, pada tahun 2010 di Sumatera Barat dilaporkan

GHPR adalah 3.009 kasus, 1.774 kasus mendapatkan VAR, dan 289 kasus rabies pada

manusia dengan 12 orang kematian pada manusia.12 Hal ini menunjukkan di Sumatera

Barat selama tiga tahun terakhir terjadi peningkatan, yaitu kasus gigitan anjing dan

kasus yang mendapat VAR, serta angka kematian manusia akibat rabies yang masih

tinggi.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, Kota Padang

merupakan kota di Sumatera Barat dengan kejadian rabies terbanyak setiap tahun

dibandingkan kota/kabupaten lainnya. Rabies di Kota Padang pada tahun 2008

terdapat 535 kasus GHPR dan sebanyak 468 kasus mendapatkan VAR. Sedangkan

kasus positif rabies terdapat 6 kasus tanpa kematian.13

Kasus Rabies di Kota Padang pada tahun 2009 terdapat 400 kasus GHPR dan

sebanyak 297 kasus mendapatkan VAR. Sedangkan kasus positif rabies terdapat 1

kasus dan menyebabkan kematian 1 kasus.14 Selanjutnya, kasus rabies pada tahun

2010 terdapat 208 kasus GHPR dan sebanyak 93 kasus mendapatkan VAR. Sedangkan

(6)

5

Pada tahun 2011 di Kota Padang jumlah kasus GHPR adalah 398 kasus, 278

kasus di antaranya mendapatkan VAR. Dari 7 spesimen yang diperiksa, terdapat 3

kasus yang dinyatakan positif dan ketiga kasus tersebut meninggal.16 Hal ini

menunjukkan di Kota Padang dari tahun 2008 kasus GHPR mengalami penurunan

pada tahun 2009 sebanyak 135 kasus gigitan dan tahun 2010 menurun kembali

sebanyak 192 kasus gigitan, namun terjadi peningkatan lagi pada tahun 2011, yaitu

bertambah sebanyak 190 kasus.

Data dari Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan Kota

Padang menyatakan bahwa pada tahun 2011 jumlah populasi anjing di Kota Padang

sebanyak 16.616 ekor.17 Penduduk di daerah ini memiliki kegemaran untuk

memelihara anjing sehingga besar kemungkinan untuk mendapat gigitan dari anjing

yang dipeliharanya atau gigitan dari anjing yang diliarkan dan dibiarkan bebas

berkeliaran. Situasi masyarakat yang demikian menyebabkan lalu lintas anjing sangat

sulit diawasi sehingga memiliki risiko tertular rabies dari anjing yang menderita rabies.

Menurut laporan dari Dinas Kesehatan Kota Padang, dari 11 kecamatan yang

ada, Kecamatan Pauh merupakan kecamatan dengan jumlah kasus rabies yang tinggi

dibandingkan kecamatan lainnya, baik kasus GHPR maupun kasus kematian akibat

rabies pada manusia. Pada tahun 2009 di Kecamatan Pauh, tepatnya di Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh dilaporkan kasus GHPR sebanyak 20 kasus baru dan 15 kasus di

antaranya mendapat VAR.18

Pada tahun 2010 di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh dilaporkan kasus GHPR

sebanyak 18 kasus baru, 8 kasus di antaranya mendapat VAR.19 Selanjutnya, pada

tahun 2011, dilaporkan kasus GHPR sebanyak 41 kasus baru, 31 kasus di antaranya

(7)

6

2012, yaitu bulan Januari sudah terdapat 2 kasus gigitan yang 1 di antaranya

mendapatkan VAR. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan terus menerus kasus

gigitan selama tiga tahun terakhir.

Berdasarkan hasil wawancara sebagai survei pendahuluan dengan Kepala

Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan

Kota Padang, menyatakan bahwa kegiatan pemberantasan rabies seperti vaksinasi,

eliminasi, dan sterilisasi telah aktif dilaksanakan, namun dirasakan masih kurangnya

tindakan proaktif masyarakat untuk berpartisipasi. Misalnya saja dalam kegiatan

vaksinasi, masih banyak masyarakat yang tidak mau datang memvaksin anjingnya ke

posko vaksinasi atau membawa langsung anjing ke Dinas Pertanian, Peternakan,

Perkebunan, dan Kehutanan Kota Padang. Hal ini menyebabkan rendahnya cakupan

vaksinasi Hewan Penular Rabies (HPR). Begitu juga dengan upaya pemeliharaan HPR

yang belum sesuai, yaitu HPR yang dibiarkan bebas berkeliaran di daerah pemukiman

masyarakat tanpa menggunakan rantai, berangus, dan tidak dikandangkan.

Berdasarkan kondisi di wilayah kerja Puskesmas Pauh tersebut, maka perlu

dilakukan penelitian dan diharapkan mampu menjelaskan tentang faktor yang

berhubungan dengan tindakan pemilik dalam pemeliharaan anjing sebagai upaya

pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2012.

(8)

7

Rumusan masalah penelitian ini adalah: “Apa saja faktor yang berhubungan

dengan tindakan pemilik dalam pemeliharaan anjing sebagai upaya pencegahan rabies

di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2012 ?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang faktor apa

saja yang berhubungan dengan tindakan pemilik dalam pemeliharaan anjing sebagai

upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

a. Mengetahui distribusi frekuensi tindakan pemilik dalam pemeliharaan anjing

sebagai upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun

2012

b. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan pemilik di Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh tahun 2012

c. Mengetahui distribusi frekuensi sarana vaksinasi di Wilayah Kerja Puskesmas

Pauh tahun 2012

d. Mengetahui distribusi frekuensi keterpaparan media penyuluhan di Wilayah

Kerja Puskesmas Pauh tahun 2012

e. Mengetahui distribusi frekuensi anjuran petugas peternakan di Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh tahun 2012

f. Mengetahui distribusi frekuensi anjuran tokoh masyarakat di Wilayah Kerja

(9)

8

g. Mengetahui hubungan antara pengetahuan pemilik dengan pemeliharaan

anjing dalam upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

tahun 2012

h. Mengetahui hubungan antara sarana vaksinasi rabies dengan pemeliharaan

anjing dalam upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

tahun 2012

i. Mengetahui hubungan antara keterpaparan media penyuluhan dengan

pemeliharaan anjing dalam upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh tahun 2012

j. Mengetahui hubungan antara anjuran petugas peternakan dengan pemeliharaan

anjing dalam upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

tahun 2012

k. Mengetahui hubungan antara anjuran tokoh masyarakat dengan pemeliharaan

anjing dalam upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

tahun 2012

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan ilmiah bagi penelitian

selanjutnya mengenai faktor yang berhubungan dengan tindakan pemilik dalam

pemeliharaan anjing sebagai upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas

Pauh Kota Padang tahun 2012.

(10)

9

a. Sebagai masukan bagi Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh Kota Padang dan

instansi terkait setempat mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

tindakan pemilik dalam pemeliharaan anjing sebagai upaya pencegahan rabies

b. Sebagai masukan bagi peneliti dalam menambah pengetahuan dan pengalaman

belajar mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan pemilik

dalam pemeliharaan anjing sebagai upaya pencegahan rabies

c. Sebagai masukan bagi peneliti lain yang berminat untuk mengembangkan

penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

tindakan pemilik dalam pemeliharaan anjing sebagai upaya pencegahan rabies

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjudul “Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Pemilik

dalam Pemeliharaan Anjing sebagai Upaya Pencegahan Rabies di Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2012”. Sesuai dengan judul, maka ruang lingkup

penelitian ini yaitu tindakan pemilik dalam pemeliharaan anjing yang dipengaruhi oleh

faktor perilaku antara lain pengetahuan, ketersediaan sarana vaksinasi, keterpaparan

media penyuluhan, anjuran petugas peternakan, dan anjuran tokoh masyarakat.

Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh yang dilaksanakan pada

Januari-Juli 2012. Desain penelitian yang digunakan ialah cross-sectional dengan

analisa univariat dan bivariat.

1.6. Hipotesis Penelitian

a. Ada hubungan pengetahuan pemilik dengan pemeliharaan anjing dalam upaya

(11)

10

b. Ada hubungan sarana vaksinasi rabies dengan pemeliharaan anjing dalam

upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2012

c. Ada hubungan keterpaparan media penyuluhan dengan pemeliharaan anjing

dalam upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun.2012

d. Ada hubungan anjuran petugas peternakan dengan pemeliharaan anjing dalam

upaya pencegahan rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun.2012

e. Ada hubungan anjuran tokoh masyarakat dengan pemeliharaan anjing dalam

(12)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PEMILIK DALAM PEMELIHARAAN ANJING SEBAGAI UPAYA

PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH KOTA PADANG

TAHUN 2012

Skripsi

Diajukan Ke Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk Mendapatkan

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

LENI LESTARI No. BP : 0810332023

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS

(13)

HALAMAN PERSETUJUAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PEMILIK DALAM PEMELIHARAAN ANJING SEBAGAI UPAYA

PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH KOTA PADANG

TAHUN 2012

Oleh :

LENI LESTARI No. BP : 0810332023

Skripsi Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Oleh Pembimbing Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas

Padang, 12 Juli 2012

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(14)

SKRIPSI

Judul Penelitian : FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PEMILIK DALAM PEMELIHARAAN ANJING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH KOTA PADANG TAHUN 2012

Peminatan : Epidemiologi

Data Mahasiswa

Nama Lengkap : Leni Lestari

Nomor Buku Pokok : 0810332023

Tanggal Lahir : 13 April 1990

Tahun Masuk FKM Unand : 2008

Nama Pembimbing Akademik : Nizwardi Azkha, SKM, M.PPM, M.Si, M.Pd

Jenis Penelitian : Observasional

Padang, 12 Juli 2012 Diketahui oleh,

Koordinator Skripsi Mahasiswa Peneliti

Mery Ramadhani, SKM, MKM Leni Lestari

(15)

Penguji II

dr. Dien Gusta A.N, MKM NIP 197608132003122004

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PEMILIK DALAM PEMELIHARAAN ANJING SEBAGAI UPAYA

PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH KOTA PADANG

TAHUN 2012

Yang Dipersiapkan Dan Dipertahankan Oleh :

LENI LESTARI No BP : 0810332023

Telah Diuji Dan Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Pada Tanggal 12 Juli 2012 Dan Dinyatakan

Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Padang, 12 Juli 2012 Dekan FKM Unand

Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto, M.Sc, Ph.D, Sp.GK NIP 196305071990012001

Penguji I

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini mendeskripsikan tindakan bidan dalam penerapan inisiasi menyusu dini di wilayah kerja puskesmas padang bulan tahun 2010, oleh karena itu diharapkan bagi

KEPALA KELUARGA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA GONDANG TANI WILAYAH.. KERJA PUSKESMAS GONDANG

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar balita di wilayah kerja Puskesmas Seberang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KONTRASEPSI PRIA TERHADAP MOTIVASI PRIA PUS MENJADI AKSEPTOR.. KB: VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH PADANG

HUBUNGAN PERILAKU PENDERITA TB PARU DAN KONDISI RUMAH TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN POTENSI PENULARAN.. TB PARU PADA KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas PAUH Kota Padang untuk mengetahui hubungan kunjungan Posyandu terintegrasi PAUD dengan status gizi dan

Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square Classification Table a 67 0 100.0 29 0 .0 69.8 Observed Kurang Baik Kategori Pemeliharaan Anjing Overall Percentage Step 1 Kurang

Distribusi frekuensi tingkat kesepian pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Kesepian Lansia f % Tidak kesepian 25 26,6 Kesepian Rendah 56 59,6 Kesepian Sedang