• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT TGT DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP SISTEM GERAK MANUSIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT TGT DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP SISTEM GERAK MANUSIA."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Asumsi ... 8

G. Hipotesis ... 8

BAB II MODEL PEMBELAJARAN Teams Games Tournament (TGT), PENGUASAAN KONSEP, BERPIKIR KRITIS DAN KONSEP SISTEM GERAK MANUSIA ... 9

A. Model Pembelajaran Kooperatif ... ..9

B. Model Pembelajaran Tipe TGT ... 11

1. Tahap Presentasi Kelas (Class Presentation) ... 11

2. Tahap Belajar dalam Kelompok (Team) ... 12

3. Tahap Turnamen Akademik (Tournament) ... 12

4. Penghargaan Kelompok (Team recognition) ... 14

C. Pengasaan Konsep ... 15

D. Kemampuan Berpikir Kritis ... 16

E. Sistem Gerak Manusia ... 19

(2)

5. Otot ... 30

6. Kelainan Tulang ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Defenisi Operasional ... 33

B. Metode dan DesainPenelitian ... 34

1. Metode Penelitian... 34

2. Desain Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

D. Lokasi Penelitian ... 35

E. Instrumen Penelitian... 36

F. Pengumpulan Data ... 36

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 37

1. Tahap Persiapan ... 37

2. Tahap Pelaksanaan ... 41

3. Tahap Penarikan Kesimpulan ... 41

H. Analisis Data ... 43

1. Pengolahan Data Penguasaan Konsep ... 43

2. Pengolahan Data Kemampuan Berpikir Kritis ... 43

3. Angket ... 44

I. Alur Penelitian ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46

(3)

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN ... 84

(4)

2.2. Indikator Berpikir Kritis ... 17

3.1. Desain Penelitian ... 35

3.2. Indeks Validitas ... 38

3.3. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Tes Penguasaan Konsep ...

dan Kemampuan Berpikir Kritis ... 38

3.4. Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 39

3.5. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Penguasaan ...

Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis ... 40

3.6. Klasifikasi Nilai Daya Pembeda ... 40

3.7. Rekapitulasi Hasil Uji Daya Pembeda Tes Penguasaan Konsep ...

dan Kemampuan Berpikir Kritis ... 41

3.8. Pelaksanaan model pembelajaran TGT dan model pembelajaran ...

Konvensional ... 42

3.9. Kategori Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 44

3.10.Tafsiran Kualitatif Angket ... 44

4.1. Rekapitulasi Nilai Pretest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan ...

Kelas Kontrol ... 47

4.2. Rekapitulasi Nilai Posttest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan ...

Kelas Kontrol ... 50

4.3. Rekapitulasi Nilai Pretest Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 53

4.4. Rekapitulasi Nilai Posttest Berpikirt Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 56

4.5. Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Subindikator Kelas Eksperimen

(5)

2.2. Rangka Manusia ... 20

2.3. Tulang Pipa ... 22

2.4. Tulang Tengkorak ... 27

2.5. Tulang Belakang ... 28

3.1. Alur Penelitian ... 45

4.1. Perbandingan Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest Penguasaan Konsep ... Kelas Ekesperimen dan Kelas Kontrol ... 52

4.2. Perbandingan Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest Penguasaan Konsep ... Kelas Ekesperimen dan Kelas Kontrol ... 58

4.3. Persentase Kenaikan tiap Subindikator kemampuan berpikir kritis pada ... kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 61

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu

pendidikan. Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang strategis di dalam

pengembangan sumber daya manusia. Oleh karena itu pendidikan harus mendapat

perhatian serta penanganan secara serius. Pihak pengelola pendidikan telah

melakukan berbagai usaha untuk memperoleh kualitas pendidikan dalam rangka

meningkatkan prestasi belajar siswa dengan mengoptimalkan sumber-sumber

daya pendidikan yang tersedia. Dewasa ini telah banyak metode dan model

pembelajaran yang dikembangkan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Bertolak belakang dengan hal tersebut, fakta di lapangan menunjukkan

bahwa pendekatan dan model pembelajaran yang telah dikembangkan masih

kurang diterapkan oleh para pendidik. Mereka masih berpegang teguh pada

paradigma lama mengenai proses belajar-mengajar yang bersumber pada teori

(atau mungkin lebih tepatnya, asumsi) tabula rasa John Locke (Lie, 2010: 2).

Locke mengatakan bahwa pikiran seorang anak bagaikan kertas kosong yang

putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan dari gurunya. Dengan kata lain,

otak seorang anak ibarat botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu

pengetahuan yang berasal dari guru. Banyak guru yang masih menganggap

(7)

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan ke SMPN 1

Karangsembung, menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan masih secara

konvensional, latihan mengerjakan soal-soal dengan cepat berupa soal pilihan

ganda dan siswa sangat jarang diberi latihan soal-soal uraian yang memerlukan

analisis dan daya nalarnya. Kegiatan belajar mengajar terpusat pada guru (teacher

centered) dari siswa, dan kurangnya tanggung jawab siswa untuk berperan aktif

sebagai anggota kelompok dalam kegiatan belajar mengajar. Mereka cenderung

belajar masing-masing, sehingga hasil belajar pun cenderung rendah. Hal tersebut

terlihat dari nilai rata-rata siswa kelas VIII untuk mata pelajaran IPA yang masih

dibawah KKM, yaitu sebesar 57,5. Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini

menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif.

Sebagaimana diungkapkan oleh Lie (2010: 13) bahwa dalam sistem

pembelajaran konvensional, siswa dipaksa bekerja secara individu atau kompetitif

tanpa ada banyak kesempatan untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan

sesama. Hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih untuk mengembangkan daya

nalarnya dalam memecahkan permasalahan dan mengaplikasikan konsep-konsep

yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata sehingga keterampilan berpikir kritis

siswa kurang dapat berkembang dengan baik. Dengan demikian, pembelajaran

secara konvensional kurang mengarahkan siswa untuk berpikir kritis dan

menguasai konsep.

Keterampilan berpikir kritis ini merupakan hal yang penting dalam

pembelajaran modern. Semua guru diharapkan tertarik untuk memberikan

(8)

khusus dari mengajar berpikir kritis dalam sains atau disiplin ilmu lain adalah

untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa dan mempersiapkan mereka

untuk menjadi sumber daya manusia yang bermutu. Clement & Lochhead

(Schafersman, 1991) mengatakan “We should be teaching the students how to

think. Instead, we are teaching them what to think”. Dari kalimat tersebut terdapat

dua hal penting yaitu bahwa biasanya guru mengajarkan kepada muridnya what to

think (apa yang harus dipikirkan), artinya guru hanya menyampaikan materi

subjek saja atau biasa disebut dengan transfer pengetahuan. Tetapi di jaman

sekarang guru harus mengajarkan pada siswa how to think (bagaimana cara

berpikir) atau berpikir kritis, sehingga siswa bukan lagi hanya menerima materi

subjek tetapi juga mampu menggali pengetahuan untuk dirinya (Schafersman,

1991).

Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran alternatif yang

dapat mengatasi masalah tersebut. Salah satunya yaitu pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi

dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling

memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam

membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis (Trianto, 2007:44). Salah satu tipe

(9)

model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa diarahkan untuk berdiskusi dan

diakhir pembelajaran siswa dihadapkan pada sebuah turnamen akademik agar

siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai (Slavin, 2009: 13). Selain itu, dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT

dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan

temannya dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Materi sistem gerak manusia merupakan salah satu materi yang harus

diajarkan pada siswa SMP kelas VIII semester ganjil. Materi ini dipilih karena

materi ini erat kaitannya dengan aktivitas sehari-hari kita sebagai manusia yang

memiliki kemampuan gerak yang tidak terbatas. Oleh karena itu, materi sistem

gerak ini perlu disampaikan dengan baik kepada siswa, sehingga siswa

mengetahui struktur, fungsi serta kelainan, gangguan atau penyakit yang mungkin

menyerang alat gerak manusia.

Hasil penelitian Yunita (2006) tentang penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT pada materi pelajaran fisika menunjukkan bahwa model

pembelajaran TGT dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Begitu

pula pada penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2005), model pembelajaran

TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian diatas maka telah dilakukan penelitian mengenai

”Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dalam

(10)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah yang diteliti

dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran

Teams Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan penguasaan konsep dan

berpikir kritis siswa pada konsep sistem gerak manusia?”

Untuk memperjelas masalah penelitian ini, maka rumusan masalah

tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk penyataan penelitian, yaitu:

1. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa kelas eksperimen sebelum (pretest)

dan sesudah (posttest) menggunakan model pembelajaran teams games

tournament (TGT) pada konsep sistem gerak manusia?

2. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa kelas kontrol sebelum (pretest) dan

sesudah (posttest) menggunakan metode diskusi pada konsep sistem gerak

manusia?

3. Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen sebelum

(pretest) dan sesudah (posttest) menggunakan model pembelajaran teams

games tournament (TGT) pada konsep sistem gerak manusia?

4. Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol sebelum

(pretest) dan sesudah (posttest) menggunakan metode diskusi pada konsep

sistem gerak manusia?

5. Bagaimanakah perbandingan peningkatan penguasaan konsep dan berpikir

(11)

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan, maka ruang lingkup penelitian ini

dibatasi agar dapat memperjelas hasil dari penelitian. Masalah yang dibatasi pada

hal-hal berikut:

1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua kelas sebagai subjek

penelitian. Siswa kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan metode

diskusi kelas, siswa kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran

Teams Games Tournament.

2. Konsep yang diteliti pada penelitian ini adalah konsep sistem gerak manusia.

3. Model Teams Games Tournament (TGT) ini terdiri dari empat tahapan, yaitu:

tahap presentasi kelas (class presentation), belajar dalam kelompok (team),

turnament akademik (tournament) dan penghargaan kelompok (team

recognition).

4. Penguasaan konsep yang diukur adalah aspek ranah kognitif berdasarkan

Taksonomi Bloom yang telah direvisi yang di uji dengan tes pilihan ganda

sebanyak 20 soal. Tipe soal yang digunakan adalah jenjang pengetahuan (C1),

jenjang pemahaman (C2), jenjang aplikasi (C3), jenjang analisis (C4), dan C5

sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

5. Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mencakup lima

subindikator menurut Ennis (1985), yaitu: memfokuskan pertanyaan

(mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan dan mengidentifikasi/ merumuskan

kriteria untuk menentukan jawaban yang mungkin), menganalisis argumen

(12)

hasil induksi (menggeneralisasikan tabel), mengidentifikasi asumsi

(memerlukan asumsi, membangun argumen).

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan maka, penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis pengaruh model pembelajaran teams games

tournament (TGT) dalam meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan

berpikir kritis siswa pada konsep sistem gerak manusia.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi siswa

Pembelajaran diharapkan dapat memberikan suatu pengalaman belajar

yang baru untuk penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Manfaat bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi dalam

memilih model pembelajaran pada materi biologi lainnya.

3. Manfaat bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk mengembangkan aspek

(13)

F. Asumsi

Penelitian ini didasarkan atas asumsi bahwa:

1. Model pembelajaran kooperatif sangat berguna membantu siswa untuk

menumbuhkan kerja sama, berpikir kritis, dan kemampuan membantu

teman (Lie, 2010).

2. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik,

penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial

(Ibrahim, 2000).

3. Pengembangan kemampuan berpikir kritis diperlukan strategi dan metoda

pembelajaran yang mendukung siswa untuk belajar secara aktif (Suprapto,

2008).

G. Hipotesis

Berdasarkan asumsi, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah:

“Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan penguasaan

konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep sistem gerak manusia

pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran TGT dengan

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah dan agar tidak menimbulkan

salah pengertian, berikut diberikan definisi beberapa istilah tersebut:

1. Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu model pembelajaran

kooperatif yang mengandung unsur model pembelajaran kompetisi, yaitu

turnamen akademik. Model pembelajaran ini terdiri dari empat tahapan yaitu:

tahap presentasi kelas (class presentation), belajar dalam kelompok (team),

turnamen akademik (tournament) dan penghargaan kelompok (team

recognition). Pada kelas eksperimen pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan model pembelajaran TGT (Lampiran A1), sedangkan di kelas

kontrol, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode diskusi

(Lampiran A2).

2. Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami

konsep-konsep setelah kegiatan pembelajaran. Penguasaan konsep-konsep siswa dijaring

dengan soal bentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal, meliputi jenjang kognitif

C1-C5. Soal penguasaan konsep diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran

dilaksanakan di kelas eksperimen dan kelas kontrol (Lampiran B1).

3. Keterampilan berpikir kritis adalah salah satu keterampilan berpikir yang

termasuk keterampilan berpikir kompleks. Soal berpikir kritis berbentuk soal

(15)

pertanyaan, mengidentifikasi kesimpulan, mengidentifikasi alasan yang

dinyatakan, isi, menjawab pertanyaan mengapa, mengidentifikasi alasan yang

tidak dinyatakan, membuat generalisasi, dilaporkan oleh pengamatan sendiri,

asumsi yang dibutukan membangun argumen dan menyelesaikan kriteria

untuk membuat solusi (Lampiran B2).

B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy

Experiment karena banyak faktor dari subjek penelitian yang tidak dapat dikontrol

atau dikendalikan. Tujuan menggunakan metode penelitian ini untuk menganalisis

bagaimana pengaruh model pembelajaran TGT yang diberikan pada kelas

eksperimen terhadap penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa

pada konsep sistem gerak manusia di kelas VIII. Adanya kelompok kontrol yaitu

untuk mengurangi pengaruh variabel eksternal yang ditemukan pada kelas

eksperimen.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control

Group Desain. Pada desain penelitian ini, pretest diberikan untuk mengetahui

kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas

eksperimen diberi perlakuan tertentu yaitu menggunakan model pembelajaran

(16)

Setelah kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

diberi posttest.

Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Desain

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 Y O2

(Sugiyono, 2010: 116)

Keterangan:

O1 = Pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol O2 = Posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

X = Pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran TGT

Y = Pembelajaran pada kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII semester 1

tahun ajaran 2012/2013 SMP Negeri 1 Karangsembung. Populasi berjumlah 9

kelas dari VIII A – VIII I. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII I sebagai

kelas eksperimen dan kelas VIII H sebagai kelas kontrol. Sampel dipilih dengan

cara cluster random sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara

acak atau random dari populasi, yang memungkinkan setiap kelompok berpeluang

untuk menjadi sampel penelitian. (Sugiyono, 2010).

D. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Karangsembung Jl. Karangsuwung,

Kecamatan Karangsembung, Kabupaten Cirebon. Penelitian dilaksanakan pada

(17)

E. Instrumen Penelitian

1. Soal penguasaan konsep menurut taksonomi Bloom berdasarkan jenjang C1,

C2, C3, C4, dan C5 dalam bentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban

untuk mengukur penguasaan konsep siswa pada sistem gerak manusia

(Lampiran B2).

2. Soal kemampuan berpikir kritis dalam betuk uraian berdasarkan indikator

menurut Ennis (1985), yang meliputi indikator-indikator sebagai berikut,

merumuskan pertanyaan, mengidentifikasi kesimpulan, mengidentifikasi

alasan yang dinyatakan, isi, menjawab pertanyaan mengapa, mengidentifikasi

alasan yang tidak dinyatakan, membuat generalisasi, dilaporkan oleh

pengamatan sendiri, asumsi yang dibutuhkan membangun argumen dan

menyelesaikan kriteria untuk membuat solusi (Lampiran B4).

3. Angket berupa kuesioner untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap

kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan model

pembelajaran Team Games Tournament (Lampiran B5).

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dimulai dengan memberikan tes awal/pretest

mengenai penguasaan konsep sebanyak 20 soal dan kemampuan berpikir kritis

sebanyak 10 soal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dilakukan

kegiatan belajar-mengajar. Pada kelas eksperimen pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan model pembelajaran TGT, sedangkan di kelas kontrol,

(18)

belajar mengajar selesai, siswa diberi tes akhir/posttest mengenai penguasaan

konsep sebanyak 20 soal dan kemampuan berpikir kritis sebanyak 10 soal pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen siswa diminta mengisi

angket untuk mengetahui tanggapan mengenai model pembelajaran TGT yang

telah dilaksanakan.

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap

persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penarikan kesimpulan. Ketiga tahap

tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Menyusun rencana pembelajaran konsep sistem gerak manusia.

b. Menyusun proposal penelitian di bawah bimbingan dosen pembimbing.

c. Membuat instrumen penelitian.

d. Judgment instrumen penelitian.

e. Melakukan uji coba instrumen penelitian (Lampiran C).

Instrumen yang baik digunakan untuk penelitian perlu diuji validitas dan

reliabilitas. Instrumen yang baik untuk mendapatkan data harus valid dan reliable

agar data yang diperoleh sesuai dengan kenyataan dan dapat dipercaya (Arikunto,

2008: 86). Selain itu, dilakukan analisis butir soal untuk memperoleh informasi

tentang mutu sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan dengan

menguji taraf kesukaran dan daya pembeda untuk setiap soal. Pada penelitian ini

(19)

1) Validitas

Validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus Product Moment

dengan angka besar atau kasar.

 

Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Interpretasi Indeks Validitas Koefisien Korelasi Keterangan

Adapun rekapitulasi uji validitas butir soal diuraikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Tes Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis

Penguasaan Konsep Berpikir Kritis

No. Soal Keterangan No. Soal Keterangan

3, 5, 11, 17, 18, 31, 32, dan 33

Sangat Rendah 11 Sangat Rendah

4, 6, 7, 8, 9, 13, 16,

Reliabilitas merupakan konsistensi soal dalam memberikan hasil

pengukuran. Reliabilitas soal dihitung untuk seluruh soal, dengan rumus korelasi :

(20)

Keterangan :

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

pq

 = jumlah hasil perkalian antara p dan q N = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians

Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen penelitian yang telah dilakukan

dengan menggunakan software Anates versi 4.0 diperoleh reliabilitas soal

penguasaan konsep sebesar 0,61. Artinya reliabilitas instrumen penelitian yang

digunakan termasuk kriteria tinggi, sedangkan reliabilitas soal untuk soal

kemampuan berpikir kritis yaitu sebesar 0,51 yang termasuk pada kriteria cukup.

3) Taraf Kesukaran

Rumus uji tingkat kesukaran :

JS B

P

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Keterangan

0,00 – 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 – 1,00 Mudah

(21)

Berikut ini adalah rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran

instrumen penelitian:

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis

Penguasaan Konsep Berpikir Kritis

No. Soal Keterangan No. Soal Keterangan

3, 4, 7, dan 30 Mudah 4, 13, dan 14 Mudah

Daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan

rendah. Rumus untuk menentukan indeks daya pembeda :

B

Ja = banyaknya peserta kelompok atas Jb = banyaknya peserta kelompok bawah

Ba= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar Bb= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar Pa = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

Pb = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Klasifikasi nilai daya pembeda adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda

Daya Pembeda Keterangan

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik sekali

(22)

Rekapitulasi hasil uji daya pembeda akan diuraikan dibawah ini:

Tabel 3. 7 Rekapitulasi Hasil Uji Daya Pembeda Tes Penguasan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis

Penguasaan Konsep Berpikir Kritis

No. Soal Keterangan No. Soal Keterangan

2, 3, 5, 11, 12, 15, 17,

a. Memberikan tes awal/pretest untuk mengetahui pengetahuan awal siswa

b. Memberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran TGT pada

kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran

dengan metode diskusi.

c. Memberikan tes akhir/posttest pada kedua kelas dan memberikan angket pada

kelas eksperimen untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model

pembelajaran TGT yang telah dilaksanakan.

3. Tahap Penarikan Kesimpulan

a. Pengolahan data.

b. Melakukan analisis data terhadap hasil pretest, posttest dan angket.

c. Membahas hasil analisis data dan membuat kesimpulan dari masalah serta

tujuan yang ingin dicapai dari penelitian.

(23)

Tabel 3.8 Pelaksanaan Model Pembelajaran Teams Games Tournament dan

Guru menyampaikan materi sistem gerak secara umum dan menjelaskan tentang peraturan serta cara main TGT. Saat menyampaikan materi, guru menampilkan gambar manusia yang sedang melakukan gerak. Setelah itu, guru meminta salah satu siswa untuk menggerakkan anggota badannya

2. Tahap Team

Guru membagi kelas ke dalam 8 kelompok, yang masing-masing beranggotakan 5 orang. Guru membagikan LKS, dan semua kelompok harus berdiskusi untuk menjawab LKS yang dibagikan. Semua anggota kelompok harus berpartisipasi secara aktif, karena mereka

akan bertanding pada sebuah turnamen

akademik.

3. Tahap Tournament

Dalam turnamen akademik, semua siswa bersaing untuk menjawab soal-soal turnamen yang telah disediakan oleh guru. Setiap siswa mewakili kelompoknya masing-masing ditempatkan pada meja-meja turnamen. Setiap meja turnamen ditempati oleh siswa yang memiliki kemampuan akademik yang sama/homogen. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain.

4. Tahap Recognition team

Setelah turnamen selesai, siswa

kembali ke kelompoknya masing-masing. Setiap ketua kelompok menghitung skor yang didapat semua anggotanya dan melaporkan kepada guru. Kelompok yang mendapat skor terbesar akan mendapatkan penghargaan dari guru (Lampiran A6).

1. Guru menyampaikan materi sistem

gerak pada siswa secara umum.

2. Guru menampilkan gambar manusia

yang sedang melakukan gerak.

3. Guru meminta salah satu siswa untuk

menggerakkan badannya di depan kelas

4. Guru membagi kelas ke dalam 8

kelompok, yang masing-masing beranggota 5 orang.

5. Guru membagikan LKS yang harus

didiskusikan oleh semua kelompok

6. Guru meminta perwakilan dari beberapa

kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan.

7. Guru member penguatan terhadap

jawaban yang dikemukakan oleh siswa.

8. Siswa menyimpulkan materi yang telah

(24)

H. Analisis Data

Data yang diolah dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep siswa

yang dijaring melalui tes objektif, kemampuan berpikir kritis siswa yang dijaring

melalui tes uraian dan respon siswa terhadap model pembelajaran TGT yang

dijaring melalui angket.

1. Pengolahan Data Penguasaan Konsep

Langkah awal yang dilakukan yaitu dengan memberikan skor pada prestest

dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemudian skor tersebut diubah

menjadi nilai dengan skala 0-100. Data pretest dan posttest penguasaan konsep

diolah dengan menggunakan uji prasyarat (uji normalitas dan uji homogenitas)

dan uji hipotesis dengan menggunakan software SPSS versi 16. Pada tes

awal/pretest diketahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen sehingga

dilanjutkan dengan uji independent-sample t test α = 0.05 ( n > 30 ). Karena data

pretest kedua kelas tidak berbeda signifikan, maka data yang diuji untuk

mengetahui pengaruh model pembelajaran TGT terhadap penguasaan konsep

sistem gerak manusia adalah tes akhir/posttest.

2. Pengolahan Data Kemampuan Berpikir Kritis

Langkah awal yang dilakukan yaitu memberikan skor pada pretest dan

posttest kelas eksperimen dan kontrol. Kemudian skor tersebut diubah menjadi

nilai dengan skala 0-100. Data pretest diolah dan dianalisis untuk mengetahui

adanya persamaan atau perbedaan kemampuan awal siswa pada kedua kelas.

Kemudian dilakukan uji prasyarat (uji normalitas dan uji homogenitas) dan uji

(25)

kritis pun tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelas. Oleh karena

itu, untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran TGT terhadap berpikir kritis

siswa dilakukan melalui analisis data posttest siswa.

Selanjutnya menghitung presentase kemampuan berpikir kritis siswa tiap

indikator dengan menggunakan rumus:

% = 100%

Tabel 3.9 Kategori tingkat kemampuan berpikir kritis siswa Presentase Klasifikasi

76-100 Sangat baik

56-75 Baik

40-55 Cukup

0-39 Kurang

0% ≤ E < 100% Jelek

(Arikunto, 2008: 218)

3. Angket

Data yang diperoleh dari angket diolah dengan menggunakan presentase,

dengan rumus sebagai berikut:

% = � ℎ �

� ℎ ℎ 100 %

Persentase respon siswa tersebut ditafsirkan dengan menggunakan tafsiran

kualitatif angket oleh Koentjaraningrat (1990: 10) pada tabel berikut ini:

Tabel 3.10 Tafsiran Kualitatif Angket Presentase Klasifikasi

0% Tidak ada

1% - 25 % Sebagian kecil

26% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 75% Sebagian besar

76% - 99% Pada umumnya

(26)

Alur Penelitian

Tahap Pelaksanaan

Pembelajaran Menggunakan Model

Teams Games Tournament

(Kelas Eksperimen)

Tes Penguasaan Konsep Tes Kemampuan Berpikir Kritis Diskusi Kelas

(Kelas Kontrol)

Pemberian Angket

Pengolahan Data

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kesimpulan

Tahap Persiapan Studi Kepustakaan

Proposal Penelitian

Seminar Proposal

Revisi Proposal

Penyusunan RPP dan Instrumen

Judgement dan Uji Coba

Instrument

Revisi Instrumen

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, penguasaan konsep

siswa dikelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan

dengan siswa dikelas kontrol yang menggunakan metode diskusi kelas. Hal

tersebut dapat terlihat pada peningkatan rata-rata nilai penguasaan konsep saat

pretest dan posttest kedua kelas. Pada saat pretest nilai kelas eksperimen dan kelas

kontrol berturut-turut adalah 31,50 dan 33,88. Setelah dilakukan pembelajaran,

pada kelas eksperimen rata-rata nilai posttest sebesar 70,25, sedangkan pada kelas

kontrol rata-rata nilai posttestnya sebesar 60,25.

Kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen juga menunjukkan

peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada saat pretest

nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol beturut-turut adalah 31,00 dan 31,38.

Setelah dilakukan pembelajaran, rata-rata nilai siswa kelas eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran TGT sebesar 68,00 lebih besar dari siswa kelas

eksperimen yang rata-rata nilai posttest berpikir kritisnya sebesar 62,38. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

berpengaruh dalam meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir

(28)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka disampaikan beberapa saran guna

perbaikan bagi karya-karya yg akan datang. Saran tersebut diantaranya adalah:

1. Bagi calon peneliti selanjutnya yang berminat terhadap penerapan penggunaan

model pembelajaran TGT hendaknya memperhatikan waktu pembelajaran

dengan penggunaan model pembelajaran TGT bagi siswa yang akan menjadi

subjek penelitian, karena untuk menggunakan model TGT diperlukan waktu

yang relatif banyak.

2. Bagi para guru dan calon guru, model pembelajaran TGT dapat dijadikan

sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan materi yang cukup banyak

kepada siswa. Respon positif terhadap model pembelajaran TGT memberikan

peluang penggunaan model pembelajaran ini pada konsep biologi lainnya atau

bahkan mata pelajaran yang lain.

3. Pada penelitian ini yang diukur hanya aspek kognitif saja, untuk penelitian

yang sejenis dapat dikembangkan dengan menambahkan aspek afektif dan

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. (2007). Memahami Berpikir Kritis. Tersedia online: http://www.fk.undip.ac.id/Pengembangan-Pendidikan/critical-reasoning-dan berpikir-kritis.html. [Akses tanggal 26 Maret 2012].

Arikunto, S. (2008).Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asnani. (2009). Sistem Gerak Manusia. Tersedia online: http://asnani-biology.blogspot.com/2009/04/sistem-gerak-pada-manusia.html. [Akses tanggal 26 Maret 2012].

Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Nitchel, L.G. (2004). Biologi: Edisi Kelima Jilid

3. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dimyati, & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneke Cipta.

Djamarah, S & Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Ennis, R. W. (1985). Critical Thinking. New Jersey: Prentice-hall.

Fadhilah, G. A. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem Indera.Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak

diterbitkan.

Fisher, A. (2008). Berpikir kritis: sebuah pengantar. Terjemahan Benyamin Hadinata. Critical thinking: An Introduction. Jakarta: Erlangga.

Hassoubah, Z. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa.

Ibrahim, M & Nur, M. (2000). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press.

Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP.

Isjoni. (2010). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Koentjaraningrat. (1990). Metode Penelitian Kemasyarakatan. Jakarta: Gramedia. Kurnadi, K. A. (2009). Dasar-dasar Anantomi dan Fisiologi Tubuh

(30)

Lestari, P. P. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament

(TGT) Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan hasil Belajar dan Interaksi Sosial Siswa.Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Lie, A. (2010). Cooperative learning. Jakarta. Grasindo.

Makmun, A.S. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Nasution. (1992). Motivasi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Pearce, E. C. (1985). Anatomi dan Fisiologi Manusia untuk Paramedis. Jakarta: PT GRAMEDIA

Redhana & Liliasari. (2009). Studi Efektifitas Program Pembelajaran Berbasis Masalah Terbimbing Pada Topik Laju Reaksi. Jurnal Penelitian IPA. 3,

(2). 101-110.

Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Rustaman, N. Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochiantaniawati, D.N, Nurjhani, K. M. (2005). Strategi Belajar

Mengajar Biologi. Malang: UM Press.

Rustini, I. (2001). Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran

Kooperatif Teknik Think-Pair-Square dalam Kegiatan Praktikum Materi Pencemaran Air. Skripsi Jurusan Pendidikan FPMIPA UPI. Bandung:

Tidak diterbitkan.

Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Schafersman, D. D. (1991). An Introduction to Critical Thinking.Journal of

Mathematic and Science Education.1-13.

Slameto. (2010). Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R. E. (2009).Cooperative Learning Teory, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sugiyono. (2010). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(31)

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Belajar.

Wibowo, D. S., Paryana W. (2007). Anatomi Tubuh Manusia. Bandung: Graha Ilmu.

Wina S. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Yunita, S. N. (2006). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams-Games-Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Siswa SMA. Skripsi pada FPMIPA UPI

Bandung : tidak diterbitkan.

Zohar, A. (1994). “The Effect of Biology Critical Thinking Project on the

Development of Critical Thinking”. Journal of Research in Science

Gambar

Gambar
Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Desain
Tabel 3.2 Interpretasi Indeks Validitas
Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran
+6

Referensi

Dokumen terkait

Profil Resiliensi Siswa Yang Berlatar Belakang Orangtua Tunggal (Studi Deskriptif Pada Siswa SMP Negeri 18 Tasikmalaya TA 2013/ 2014)1. Universitas Pendidikan Indonesia |

Atas kehendak-Nya sehingga dapat diselesaikannya skripsi dengan judul “ PENERAPAN METODE DRILL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASING BAWAH BOLAVOLI PADA SISWA

The direct method approach based on the direct multiple shooting is used to solve the trajectory of missile with terminal bunt manoeuvre with state and control

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.. Konsep dan

Locus of control adalah variabel kepribadian yang mengukur seberapa jauh seseorang memandang kemungkinan adanya hubungan antara perbuatan yang dilakukan dengan hasilnya

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu

Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara mahasiswa dengan pusat kendali internal dan mahasiswa dengan pusat kendali

Relung makanan adalah kebiasaan makan suatu spesies ikan terhadap satu atau beberapa jenis makanan yang mengindikasikan adanya perbedaan sumberdaya makanan