DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
ABSTRAK ... ... viii
DAFTAR ISI ... ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Pertanyaan Penelitian ... 7
D. Tujuan Penelitian... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Asumsi ... 8
G. Hipotesis ... 9
BAB II URGENSI ASESMEN KINERJA DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN GENERIK DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA
DALAM PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI ... 11
A. Keterampilan Generik Sains ... 11
B. Penguasaan Konsep ... 14
C. Asesmen Kinerja ... 16
D. Tes Tertulis (Paper and Pencil Test) ... 23
E. Praktikum Fluida Berbasis Inkuiri ... 25
F. Tinjauan Materi Fluida Dinamis untuk SMA/MA ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35
A. Desain Penelitian ... 35
B. Populasi dan Sampel ... 35
C. Instrumen Penelitian ... 37
D. Teknik Analisis Instrumen ... 38
E. Teknik Analisis Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
A. Keadaan Sekolah ... 44
B. Hasil Penelitian ... 44
C. Pembahasan ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70
A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1A. Analisis Konsep Fluida Dinamis ... 75
1B. Rencana Pembelajaran Praktikum Fluida Berbasis Inkuiri ... 77
1C. Lembar Kerja Siswa Praktikum Fluida Berbasis Inkuiri ... 90
2A. Tes Fluida Dinamis ... 103
2B. Kisi-kisi Kuesioner Tanggapan Siswa ... 116
2C. Angket Tanggapan Siswa ... 117
3A. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ... 119
3B. Analisis Daya Pembeda Butir Soal ... 120
3C. Analisis Tingkat Kemudahan Butir Soal ... 122
3D. Perhitungan Statistik Butir Soal ... 125
3E. Kisi-Kisi Instrumen Butir Soal ... 127
4A. Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Untuk Keterampilan Generik dan Penguasaan Konsep Siswa ... 147
4B. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Statistik Keterampilan Generik... 148
4C. Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Untuk Keterampilan Generik dan Penguasaan Konsep Siswa ... 151
4D. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Statistik Penguasaan Konsep ... 152
4E. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Statistik Penguasaan Konsep Tiap Jenjang Kognitif ... 153
4F. Rubrik Asesmen Kinerja Untuk Keterampilan Generik ... 156
4G. Analisis Data Keterampilan Generik Untuk Tiap Materi... 157
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1. Kategori validitas butir soal ... 37
3.2. Kategori reliabilitas butir soal ... 38
3.3. Kategori tingkat kemudahan butir soal ... 39
3.4. Kategori daya pembeda butir soal ... 40
4.1. Deskripsi rata-rata skor keterampilan generik ... 43
4.2. Deskripsi skor penguasaan konsep fluida dinamis... 46
4.3. Deskripsi skor penguasaan konsep fluida dinamis tiap jenjang kognitif 47 4.4. Deskripsi rata-rata keterampilan generik ... 51
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1.Penampang lapisan fluida yang mengalir dalam pipa ... 30
2.2. Aliran fluida pada sebuah pipa ... 30
2.3. Aliran fluida dengan gaya tertentu ... 32
2.4. Pipa berujung beda penampang ... 34
3.1. Desain perbandingan kelompok-statis ... 36
3.2. Kerangka alir penelitian ... 36
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan praktikum harus merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran sains. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan praktikum untuk mencapai tujuan pendidikan sains. Woolnough & Allsop (dalam Rustaman, 2005), mengemukan empat alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum sains. Pertama, praktikum membangkitkan motivasi belajar sains. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Keempat, praktikum menunjang materi pelajaran.
Pentingnya kegiatan praktikum dalam pembelajaran sains dapat disiasati guru dengan melakukan kegiatan praktikum berbasis inkuiri. Praktikum berbasis inkuiri dikembangkan melalui pendekatan heuristik yang memandang saintis sebagai penemu (discoverer). Model praktikum ini berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Kegiatan tersebut menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar.
(observable), dan prilaku-prilakunya dapat diukur (measurable behaviors). Karakteristik utama inkuiri tersebut dikembangkan melalui praktikum berbasis inkuiri.
Praktikum berbasis inkuiri jika dipersiapkan dengan baik, maka para siswa tidak hanya mendapatkan pengalaman empiris namun juga dapat menggali keterampilan bernalarnya. Keterampilan bernalar sangat penting untuk mengembangkan keterampilan generik yang dapat digunakan untuk kehidupan siswa lebih lanjut. Menurut Heuvalen dalam Hartono (2006), pengetahuan itu sendiri pada dasarnya kurang penting dibandingkan dengan keterampilan generik fisika yang dapat membantunya dalam belajar. Selanjutnya menurut Brotosiswoyo (2001), bahwa ada kemampuan berpikir yang bersifat generik yang dapat ditumbuhkan melalui belajar fisika. Ini berarti mestinya pembelajaran fisika tidak tertuju pada jumlah pengetahuan yang harus diberikan menurut tuntutan kurikulum nasional, namun lebih diorentasikan pada kemampuan dan keterampilan siswa agar dapat berjalan lebih lanjut.
yang dapat digunakan adalah kegiatan praktikum berbasis inkuiri. Kegiatan praktikum berbasis inkuiri adalah salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk memperoleh dan meningkatkan pengetahuan siswa. Praktikum berbasis inkuiri memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang dimilikinya, baik yang lama maupun yang baru melalui praktikum.
Berdasarkan uraian di atas terungkap bahwa pengembangan karaktersitik praktikum berbasis inkuiri akan menghasilkan kemampuan miltidimensi yaitu keterampilan bernalar dan pengalaman empiris. Kemampuan multidimensi tersebut dapat terukur dengan baik jika asesmen yang diberikan bisa menilai seluruh aspek dari kegiatan yang dilakukan siswa. Penilaian pada level ability (menurut Haladyna, 1997 dalam Wulan, 2007) diperlukan untuk menilai hasil belajar secara multidimensi. Dalam konteks praktikum berbasis inkuiri, asesmen mempunyai arti bagaimana mengukur kemajuan siswa dalam hal pemahaman konsep, kemampuan melakukan inkuiri, dan pemahaman tentang inkuirinya (NRC, dalam Anggraini 2006). Berdasarkan hal tersebut asesmen praktikum berbasis inkuiri semestinya berbeda dari asesmen penilaian tradisional (paper and pencil test).
karena mengabaikan kekritisan siswa, yang memainkan peran utama dalam proses pembelajaran. Akibat dari penggunaan asesmen yang tidak tepat memungkinkan rendahnya kontribusi pembelajaran sains terhadap kelulushidupan warga negara sehingga warga negara hanya dipersiapkan untuk menguasai pengetahuan (National Research Council/NRC, 1996 dalam Wulan, 2007). Selain itu masih menurut ahli, tes tradisional juga sulit mengukur pemahaman tentang hakekat sains dan proses bagaimana saintis bekerja (Marzano, 1994; NRC, 2000 dalam Wulan, 2007). Dengan demikian tes tradisional kurang sesuai untuk mengukur kemampuan miltidimensi yaitu keterampilan bernalar dan pengalaman empiris.
tertulis yaitu keterampilan dan kreatifitas, kedua asesmen kinerja memberi peluang yang lebih banyak kepada guru untuk menganalisis siswa secara total, ketiga asesmen kinerja untuk melihat kemampuan siswa pada saat proses pembelajaran tanpa menunggu proses akhir.
Asesmen kinerja yang akan dipakai untuk mengukur kemampuan multidimensi yaitu keterampilan bernalar dan pengalaman empiris, kreteria kinerjanya harus dilakukan pada awal kegiatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan kinerja adalah: (a) penspesifikasian dalam menuliskan semua elemen kunci dari kinerja, dan (b) mendefinisikan kinerja yang berurutan untuk masing-masing elemen; misalnya dimulai dengan menuliskan kualitas kinerja yang paling jelek, paling bagus, dan diantaranya. Kejelasan dan kesesuain kinerja adalah penting untuk asesmen kinerja yang baik.
Asesmen kinerja yang menekankan kepada keterampilan bernalar dan pengalaman empiris mempunyai sasaran yang harus dicapai. Berkaitan dengan pencapaian sasaran yang harus dicapai pada proses pembelajaran ada hal pokok yang harus dilakukan dalam asesmen kinerja yaitu pemberian umpan balik (feed back) langsung pada saat pembelajaran. Seperti yang digambarkan oleh Black
and William (dalam Etkina, E. et.al , 2006), aktivitas penilaian formatif adalah semua aktivitas yang dikerjakan oleh guru dan oleh siswa dalam menilai diri mereka sendiri, dan menyediakan informasi untuk digunakan sebagai umpan balik dalam memodifikasi aktivitas pembelajaran.
back juga meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk membangun struktur-struktur pengetahuan baru yang diperoleh melalui penyelesaian tugas. Selanjutnya, feed back juga dapat mengintegrasi berbagai pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas. Hal tersebut bersesuai dengan pendapat ahli Zainul (2008) bahwa pemberian feed back memberikan dampak yang sangat besar pada perbaikan belajar siswa. Umpan balik yang diberikan guru tidak terlepas dari kriteria kinerja yang telah dikembangkan. Hal tersebut dilakukan agar ada keterkaitan antara umpan balik dan kriteria kinerja yang dikembangkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu dilakukan suatu penelitian mengenai penggunaan asesmen kinerja pada praktikum fluida berbasis inkuiri untuk meningkatkan keterampilan generik dan penguasaan konsep siswa SMA.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan asesmen kinerja pada praktikum fluida berbasis inkuiri dapat meningkatkan keterampilan generik dan penguasaan konsep siswa SMA dibandingkan dengan penggunaan paper and pencil test pada praktikum fluida berbasis inkuiri?
C. Pertanyaan penelitian
Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka perumusan masalah di atas diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perbandingan peningkatan keterampilan generik siswa SMA
pada praktikum fluida berbasis inkuiri antara siswa yang mendapatkan asesmen kinerja dan siswa yang mendapatkan paper and pencil test ?
2. Bagaimanakah perbandingan peningkatan penguasaan konsep siswa SMA pada praktikum fluida berbasis inkuiri antara siswa yang mendapatkan asesmen kinerja dan siswa yang mendapatkan paper and pencil test ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji penggunaan asesmen kinerja pada praktikum fluida berbasis inkuiri dalam meningkatkan keterampilan generik dan penguasaan konsep siswa SMA dibandingkan dengan paper and pencil test.
E. Manfaat Penelitian
Proses dan hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya, terutama:
1. Bagi guru fisika, proses penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam pengembangan asesmen kinerja dan uji implementesinya, sedangkan hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memutuskan untuk mengadopsi asesmen kinerja dalam kegiatan praktikum fisika di sekolahnya. 2. Bagi peneliti lain, proses dan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian,
rujukan, atau pembanding bagi penelitian yang sedang atau akan dilakukannya.
3. Hasil penelitian ini dapat memperkaya dan melengkapi hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dalam kajian sejenis.
F. Asumsi
Asumsi dalam penelitian ini didasarkan pada:
1. Asesmen kinerja dapat menilai kemampuan siswa secara lebih komprehensif (Wulan, 2008)
2. Asesmen kinerja dapat menilai kemampuan inkuiri pada pembelajaran sains
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Penggunaan asesmen kinerja pada praktikum fluida berbasis inkuiri dapat lebih meningkatkan keterampilan generik siswa SMA dibandingkan dengan penggunaan paper and pencil test.
2. Penggunaan asesmen kinerja pada praktikum fluida berbasis inkuiri dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa SMA dibandingkan dengan penggunaan paper and pencil test.
H. Definisi Operasional
b. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa yang diukur melalui tes awal dan tes akhir siswa melalui tes pilihan ganda pada jenjang memahami, menerapkan dan menganalisis pada konsep fluida dinamis.
c. Asesmen kinerja adalah penilaian kinerja siswa yang muncul pada saat kegiatan praktikum berlangsung dilengkapi dengan umpan balik (feed back). d. Paper and pencil test adalah tes kognitif dalam bentuk essay yang diberikan
setiap akhir kegiatan praktikum.
e. Praktikum berbasis inkuiri adalah praktikum inkuiri terbimbing (guided inquiry) yang dilakukan dengan cara siswa merancang percobaan sendiri pada
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu dan deskriptif, dengan desain eskperimennya adalah perbandingan kelompok statis. Metode eksperimen digunakan untuk mendapat gambaran peningkatan keterampilan generik dan penguasaan konsep siswa, sedangkan metode deskriptif digunakan untuk mendapat gambaran tanggapan siswa terhadap penggunaan penilaian kinerja pada praktikum fluida berbasis inkuiri. Gambar 3.1. menunjukkan desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini .
X1 O --- X2 O
Gambar 3.1. Desain Perbandingan Kelompok-Statis (Fraenkel, 1993) Keterangan:
--- : Menunjukkan bahwa dua kelompok yang sedang dibandingkan telah terbentuk sebelumnya
X1 : Praktikum fluida berbasis inkuiri dengan menggunakan asesmen kinerja
X2 : Praktikum fluida berbasis inkuiri dengan menggunakan Paper and pencil test
2 O : Menunjukkan bahwa pengukuran dua kelompok terjadi pada waktu yang sama
B. Populasi dan Sampel
[image:16.595.114.510.241.633.2]purposive sampling dengan alasan kedua kelas tersebut merupakan kelas unggulan dan sudah terbiasa melakukan guided inquiry Gambar 3.1. menunjukkan alur penelitian. Studi Pendahuluan Rumusan Masalah Bahan Kajian Fluida Dinamis Keterampilan Generik Sains Penguasaan Konsep Siswa Asesmen Kinerja dengan Umpan Balik (Feed Back) Analisis Materi Fluida Dinamis Analisis Indikator Keterampilan Generik Analisis Indikator Penguasaan Konsep Fluida Dinamis Pengembangan Rubrik Asesmen Kinerja
Rancangan Pembelajaran dan Instrumen Penelitian
Uji Coba Instrumen Tes
Tes Awal Kelas Kontrol
Tes Awal Kelas Eksperimen
Praktikum Fluida Berbasis Inkuiri
Praktikum Fluida Berbasis Inkuiri
Asesmen Kinerja Angket
Asesmen Kinerja dengan Umpan
Balik (Feed
Back)
Paper and Pencil Test dengan
Umpan Balik
(Feed bac)k
Paper and Pencil Test
Tes Akhir Kelas Kontrol
Tes Akhir Kelas Eksperimen
Data
Analisis Data
Kesimpulan
C. Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap upaya memperoleh konsep yang benar digunakan instrumen sebagai alat pengambil data. Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Tes
Perangkat tes yang digunakan berbentuk tes pilihan ganda dan essay yang
berisi butir-butir soal yang bertujuan untuk mengukur keterampilan generik dan
penguasaan konsep siswa tentang konsep fluida sebelum maupun sesudah
pembelajaran. Berdasarkan uji coba instrumen dari 40 butir soal pilihan ganda hanya
dipakai 30 butir soal untuk dijadikan instrumen dalam penelitian. Tiga puluh butir
soal tersebut mempunyai kategori, 23% berkategori mudah, 70% sedang, dan 7 %
sukar. Sedangkan kategori dari daya pembeda tes diperoleh 50% mempunyai daya
pembeda jelek, 20% cukup, dan 30% baik. Selanjutnya untuk validitas tes 4%
berkategori tinggi, 33% berkategori sedang dan 63% berkategori rendah. Sedangkan
reliabilitas tesnya bernilai 0,57 berkategori cukup.
2. Angket
Angket digunakan untuk mengungkap tanggapan siswa terhadap penerapan
perlakuan. Angket diberikan pada kelas eksperimen setelah perlakuan selesai
dilaksanakan. Isi angket mencakup: (a) pendapat siswa tentang asesmen kinerja, (b)
aktivitas siswa dalam praktikum dengan menggunakan asesmen kinerja, (c)
antuisismen dalam berpraktikum, (d) pengaruh praktikum dengan menggunakan
3. Rubrik Asesmen Kinerja
Rubrik asesmen kinerja disusun dan disederhanakan untuk indikator esensial
atau penting bertujuan memperoleh gambaran secara langsung kemampuan kinerja
masing-masing siswa. Rubrik disusun berdasarkan tiap keterampilan generik untuk
menilai keterampilan pengamatan langsung, bahasa simbolik, inferensi logis dan
hukum sebab akibat. Rubrik yang dikembangkan berpedoman pada kualitas performance assessment yang dikemukakan pada http://www.Usoe.k12.ut.us/curr /science/Perform/ PAST5.htm (Wulan, 2007) yaitu: esensial dan valid; otentik; integratif; pengukuran bersifat open ended; mendorong siswa menjadi pemikir yang divergen dan bijaksana; penggunaan kelompok kerja dapat merangsang proses berpikir individual; pengalaman siswa menjadi umpan balik untuk perbaikan; siswa memiliki beberapa format pilihan untuk produk akhir; kreteria kualitas jelas bagi siswa sejak awal kegiatan; panduan penskoran mudah digunakan.
D. Teknik Analisis Instrumen
Tes yang baik sangat diperlukan pada proses pengumpulan data. Tes yang
baik adalah yang memenuhi kriteria validitas tinggi, reliabitas tinggi, daya pembeda
yang baik, dan tingkat kesukaran yang layak. Sebelum dipergunakan tes tersebut
harus diuji coba untuk mendapatkan gambaran validitas, reliabilitas, daya pembeda,
1. Uji Validitas Tes
Validitas adalah suatu konsep sejauh mana suatu butir soal dapat mengukur
apa yang seharusnya diukur. Suatu butir soal akan memiliki validitas yang tinggi jika
skor butir soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap seluruh soal yang
ada. Validitas tes menggunakan perhitungan statistik berbantuan program komputer.
Interpretasi besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel 3.1 Menurut Arikunto
(2006), butir soal yang valid adalah butir soal yang memiliki koefisien korelasi yang
[image:20.595.112.513.237.609.2]tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefesien korelasi 0,4.
Tabel 3.1. Kategori validitas butir soal
Batasan Kategori
0,80 ≤ r ≤1,00 sangat tinggi 0,60 ≤ r < 0,80 Tinggi 0,40 ≤r < 0,60 Sedang 0,20 ≤ r < 0,40 Rendah
r < 0,20 sangat rendah
Hasil lengkap perhitungan statistik disajikan pada lampiran 3A. Dari lampiran
tampak bahwa 30 butir soal memiliki harga p < 0,05, kecuali butir 2, 14, 17, 22, 29,
31, 33, 35, 38 dan 39, sehingga 10 butir soal tersebut dinyatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Suatu butir soal dikatakan reliabel jika hasil-hasil tes tersebut bersifat tetap
atau ajeg jika diteskan berkali-kali. Perhitungan koefisien reliabilitas instrumen
diperoleh dengan cara belah dua Guttman berdasarkan nomor genap dan ganjil,
sehingga diperoleh dua tes yang masing-masing panjangnya setengah panjang tes
mula-mula. Kedua tes tersebut kemudian dikorelasikan, sedangkan untuk menghitung
komputer. Interpretasi reliabilitas butir soal menurut Arikunto (2006) dapat dilihat
[image:21.595.106.513.182.634.2]pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Kategori reliabilitas butir soal
Batasan Kategori
0,80 < r ≤1,00 sangat tinggi 0,60 < r ≤0,80 Tinggi
0,40 < r ≤0,60 Cukup
0,20 < r ≤0,40 Rendah
R ≤0,20 sangat rendah
Hasil lengkap perhitungan statistik disajikan pada lampiran 3A. Dari hasil
pengujian diperoleh koefisien korelasi adalah 0,57. Dari hasil analisis statistik
disimpulkan bahwa perangkat tes ini reliabel.
3. Tingkat Kemudahan
Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal. Besarnya tingkat kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,0.
Soal dengan tingkat kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar,
sebaliknya tingkat 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. tingkat
kesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dihitung dengan rumus:
JS B
P= (Arikunto, 2006)
Keterangan: P : tingkat kemudahan
B : jumlah siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 3.3. Kategori tingkat kemudahan butir soal
Batasan Kategori
P = 0,00 soal sangat sukar
0,00 < P ≤ 0,30 Soal sukar 0,30 < P ≤ 0,70 soal sedang 0,70 < P ≤ 1,00 soal mudah
Hasil selengkapnya analisis tingkat kemudahan butir soal terdapat di lampiran
3B. Dari 40 soal pilihan ganda yang di uji cobakan, diperoleh 17% butir soal
termasuk dalam kategori mudah; 53% butir soal dalam kategori sedang; serta 30%
butir soal dalam kategori sukar.
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka
yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut Indeks diskriminasi (D). Rumus
untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:
A B B B A A P P J B J B
D= − = − (Arikunto, 2006)
Keterangan :
JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah
BA: banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
BB: banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar
PA: proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB : proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Kategori daya pembeda dapat dilihat pada tabel 3.4. Soal yang baik jika
kategorinya dari cukup hingga sangat baik. Hasil analisis daya pembeda soal terdapat
di lampiran 3C. Dari analisis ini diperoleh 22% butir soal dalam kategori baik; 23%
Tabel 3.4. Kategori daya pembeda butir soal
Batasan Kategori
D ≤ 0,10 Sangat jelek
0,10 < D ≤ 0,20 Jelek
0,20 < D ≤ 0,40 Cukup
0,40 < D ≤ 0,70 Baik
0,70 < D ≤ 1,00 Sangat Baik
E. Teknik Analisis Data
1. Jenis Data
Ada empat jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu: (1)
kemampuan generik fisika diperoleh dari nilai tes awal dan tes akhir, (2) kemampuan
generik dinilai melalui asesmen kinerja, (3) penguasaan konsep diperoleh dari nilai
tes awal dan tes akhir, dan (4) tanggapan siswa terhadap asesmen kinerja
2. Pengolahan Data Awal
Data berupa skor kemampuan generik dan penguasaan konsep fisika
dianalisis secara statistik sebagai berikut: (a) menguji normalitas skor tes awal dan tes
akhir kelas eksperimen, (b) menguji normalitas gain kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Menurut Cheng et al (2004), persamaan gain yang dinormalisasi adalah:
x100% Skor
Skor
Skor Skor
g
pretes maks
pretes postes
− −
=
Sedangkan data keterampilan generik dengan asesmen kinerja dianalisis
dengan membandingkan rata-rata nilai tiap keterampilan generik antara kelas
3. Analisis data
Data berupa skor gain dari keterampilan generik dan penguasaan konsep
fisika dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis dengan uji beda dua rerata
dependen (dependent t-test). Uji tersebut dilakukan karena peneliti memberikan
perlakukan di dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada uji beda dua
rerata dependent, asumsi homogenitas varians tidak menjadi syarat untuk melakukan
uji beda dua rerata dependent, sehingga peneliti hanya menguji normalitas data. Uji
normalitas data dihitung dengan menggunakan tes one-sample Kolmogorof-semirnov
test yang terdapat dalam perangkat lunak komputer, bertujuan untuk mengetahui
normal tidaknya suatu distribusi data. Sedangkan uji beda dua rerata dependent
(dependent t-test) menggunakan persamaan:
Y X Y X hyp Y X S rS S S Y X t 2 ) ( ) ( 2
2 + −
− − −
= µ µ (Wahyudin, 2008)
Keterangan:
X = nilai rata-rata siswa yang menggunakan asesmen kinerja
Y = nilai rata-rata siswa yang menggunakan paper and pencil test
2 X
S = varians nilai siswa yang menggunakan asesmen kinerja
2 Y
S = varians nilai siswa yang menggunakan paper and pencil test
2 X
µ = mean siswa yang menggunakan asesmen kinerja
2 Y
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bertolak dari hasil analisis data dan pembahasan di bab IV, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: peningkatan keterampilan generik siswa yang menggunakan penilaian kinerja pada praktikum fluida berbasis inkuiri lebih tinggi secara signifikan dengan taraf signifikansi 95% dibandingkan dengan siswa yang menggunakan paper and pencil test. Peningkatan tertinggi terdapat pada indikator pengamatan langsung dan terendah pada indikator bahasa simbolik.
Peningkatan penguasaan konsep fluida dinamis bagi siswa yang menggunakan penilaian kinerja pada praktikum fluida berbasis inkuiri lebih tinggi secara signifikan dengan taraf signifikansi 95% dibandingkan siswa yang menggunakan paper and pencil test pada praktikum fluida berbasis inkuiri. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan penilaian kinerja yang diberikan feed back pada akhir pembelajaran, dengan pemberian feed back membuat siswa mendapat penghargaan bagi usahanya dan dapat lebih menumbuhkan motivasi belajar siswa.
besar. (3) perlakukan di kedua kelas terlalu berlebihan, sehingga banyak data yang diambil tidak digunakan sebagai pendukung hasil penelitian.
B. Saran
Saran yang dapat peneliti berikan setelah menyelesaikan penelitian ini adalah: a. Bagi guru, rubrik asesmen kinerja yang telah dikembangkan oleh peneliti
dapat dipakai sebagai dasar pengembangan rubrik asesmen kinerja untuk materi lain.
DAFTAR PUSTAKA
Amien, M. (1987). Mengajarkan IPA dengan Menggunakan Metode ”Discovery” dan ”Inquiry” Bagian I. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Arikunto, S. (1999). Prosedur Penelitian; Jakarta: Rieneka Cipta
____. (2006). Prosedur Penelitian; Suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rieneka Cipta
Brotosiswoyo, B.S. (2001). Hakekat Pembelajaran MIPA di Perguruan Tinggg: Fisika. Jakarta: PAU-PPAI Dirjen Dikti Depdiknas
Budi, T.P. (2006). SPSS 13.0; Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: Andi Fisika. Jakarta: PAU-PPAI Dirjen Dikti Depdiknas
Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Dawes, Judith M. (2002). Generic Skills in Physics. [Online]. Tersedia: http://www. Physics.mq.edu.au. Diakses: 9 April 2009
Deborah, L. et.al. (2007). Collaborative Action Research To Improve Classroom Assessment In An Introductory Physich Course Fo Teachers. Journal Phys. Tchr. Educ Online, 4(2),Winter 2007
Depdiknas (2006). Peraturan Mentri No 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) untuk satuan Pendidikan dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas
Doran, R. L. (1993). Alternative Assessment of High School Laboratory Skill . Journal Research in Science Teaching. Jhon Wiley and Sons. 30 (9) 1121-1131
Fraenkel, J.R. dan Noumen,W. (2006), How To Design and evaluate Research in Education. 6 th edition , New York. Mc Graw Hill
Etkina, E et.al. (2006). Scientific Abilities and Their Assessment. Journal Physics Education Research 2, 020103 (2006)
Holidah, I. (1997). Keterampilan Siswa Menggunakan Mikroskop dalam Kegiatan Praktikum. Skripsi FPMIA: tidak diterbitkan
Kuhn, Thomas S. (2002). Peran Paradigma dalam Revolusi Sains. [Terjemahan dari The Structure of Scientific Revolutions]. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mabout, et al. (2006). The Use of a Predict-Observe-Explain Sequence in The Laboratory to Improve Students’ Conceptual Understanding of Motion in Tertiary Physich in Thailand. [Makalah disampaikan pada konferensi Internasional dalam Pendidikan Science di NIE Singapore]. Singapore: National Institute of Education.
Majid, A. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya
Marzano, R.J. et al. J.P. et al. (1993). Assessing Students Out Comes Performance Assessment Using the Dimension of Learning Model. Virginia: ASCD.
Mestre, J.P. et al. (1997). Promoting Active Learning in Large Classes Using A Classroom Comunication System, University Massachussets, Departement of phisics.
PUSKUR/Pusat Kurikulum. (2006). Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Reichel, A.G (1994). Performance Assessment: Five Practical Approach. Journal Science of Children, 32 (2); 21-25
Resnick, H (1998). Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Rustaman, N.Y. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: IKIP Malang (UM) Press.
Rustaman, N.Y. & Rustaman A. (1997). Pokok-pokok Pengajaran Biologi dan Kurikulum 1994. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (UM) Press.
Stigins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York, Mac Millan College Publishing Company.
Subali, B. (2000). Asesmen Sebagai Paradigma. FPMIPA: UNY Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Tipler, Paul A. (1998). Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Erlangga
Wahidin, D. (1996). Berpikir Kreatif dan Perkembangannya dalam Pengajaran IPA. Khazanah Pengajaran IPA 1 (2): 23-31.
Wartono. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Malang: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Negeri Malang
Wulan, A.R. (2007). Pembekalan Kemampun Performance Assessment Kepada Calon Guru Biologi dalam Menilai Kemampuan Ikuiri. Disertasi Doktor pada PPS UPI: tidak diterbitkan
Wulan, A.R. (2008). Skenario Baru bagi Implementasi Asesmen Kinerja pada Pembelajaran Sains di Indonesia. Mimbar Pendidikan: Jurnal Kependidikan No. 3, Vol. XXXII, 4-12.
Zainul, A. (2001). Alternative assessment. Jakarta: Dirjen Dikti
Zainul, A. (2008). Asesmen Sumatif dan Formatif. Bahan Kuliah Evaluasi Pendidikan IPA di SPs UPI Bandung.