• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PENYELESAIAN PENUMPUKAN PENDAFTAR KEBERANGKATAN CALON JAMAAH DALAMPENYELENGGARAAN IBADAH HAJI (STUDI KASUS KANTORWILAYAH KEMENTERIAN AGAMA KOTA SOLOK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSES PENYELESAIAN PENUMPUKAN PENDAFTAR KEBERANGKATAN CALON JAMAAH DALAMPENYELENGGARAAN IBADAH HAJI (STUDI KASUS KANTORWILAYAH KEMENTERIAN AGAMA KOTA SOLOK."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI SKRIPSISKRIPSISKRIPSI

PROSES PROSES

PROSESPROSES PENYELESAIANPENYELESAIANPENYELESAIANPENYELESAIAN PENUMPUKANPENUMPUKANPENUMPUKANPENUMPUKAN PENDAFTARPENDAFTARPENDAFTARPENDAFTAR KEBERANGKATAN

KEBERANGKATANKEBERANGKATANKEBERANGKATAN CALONCALONCALONCALON JAMAAHJAMAAHJAMAAHJAMAAH DALAMDALAMDALAMDALAM PENYELENGGARAANPENYELENGGARAANPENYELENGGARAANPENYELENGGARAAN IBADAH

IBADAH IBADAH IBADAH HAJIHAJIHAJIHAJI

(STUDI (STUDI (STUDI

(STUDI KASUSKASUSKASUSKASUS KANTORKANTORKANTORKANTOR WILAYAHWILAYAHWILAYAH KEMENTERIANWILAYAHKEMENTERIANKEMENTERIANKEMENTERIAN AGAMAAGAMAAGAMAAGAMA KOTAKOTAKOTAKOTA SOLOK)

SOLOK)SOLOK)SOLOK)

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana hukum

Oleh: Oleh: Oleh: Oleh: HERU HERU

HERUHERU PRATAMAPRATAMAPRATAMAPRATAMA 0810113444 081011344408101134440810113444 Program

ProgramProgramProgram KekhususanKekhususanKekhususanKekhususan :::: HukumHukumHukumHukum AdministrasiAdministrasiAdministrasiAdministrasi NegaraNegaraNegaraNegara

FAKULTAS

FAKULTASFAKULTASFAKULTAS HUKUMHUKUMHUKUMHUKUM REGULERREGULERREGULERREGULER MANDIRIMANDIRIMANDIRIMANDIRI UNIVERSITAS

UNIVERSITASUNIVERSITASUNIVERSITAS ANDALASANDALASANDALASANDALAS PADANG

PADANG PADANG PADANG

(2)

BAB BAB BAB BAB IIII PENDAHULUAN PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

A. A.

A.A. LatarLatarLatarLatar BelakangBelakangBelakangBelakang MasalahMasalahMasalahMasalah

Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia. Sila pertama dari Pancasila

adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini berarti bahwa Negara Republik Indonesia

berkewajiban menjamin kemerdekaan warga negaranya untuk beragama dan

beribadah menurut agamanya masing-masing.

Hampir semua agama besar di dunia memiliki pengikut di Indonesia, namun

Islam merupakan agama yang paling besar penganutnya di negeri yang berdasarkan

Pancasila ini. Indonesia bahkan tercatat sebagai negara muslim terbesar di dunia saat

ini. Agama Islam pada awalnya lahir dan berkembang pada abad ke-7 di Saudi Arabia,

kemudian menyebar ke seluruh Jazirah Arab dan wilayah Timur Tengah.

Agama Islam mengajarkan bahwa ada lima dasar utama, atau yang dikenal

dengan Rukun Islam. Rukun Islam ada lima yaitu Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat dan

Haji. Jadi, Haji merupakan Rukun Islam yang kelima, melaksanakan Haji merupakan

kewajiban bagi setiap orang Islam yang memiliki kemampuan.1 Ini dapat kita lihat

pada tingginya minat jamaah Haji asal Indonesia untuk melaksanakan Rukun Islam

yang kelima ini. Tidak dapat dipungkiri ibadah Haji merupakan sebuah panggilan hati

bagi setiap umat Islam di seluruh dunia. Di Indonesia, kuota Haji per tahun selalu

1Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz, Tanya Jawab tentang Rukun Islam, IAIN, Sumatera Utara, 2003,

(3)

meningkat dikarenakan keinginan bagi umat muslim ditanah air sangat tinggi untuk

menunaikan ibadah Haji. Selalu saja setiap tahun pemerintah atau Biro perjalanan

Haji dibuat sibuk dengan tingginya angka peminat Haji. Maka tidak jarang di

berbagai kesempatan pemerintah Kerajaan Saudi Arabia (KSA) memberikan kuota

yang lebih besar terhadap jamaah asal Indonesia setiap tahunnya. Selain itu, kadang

kala dilakukan pula pengurangan dikarenakan kelebihan kuota sehingga jamaah yang

ingin berangkat terpaksa ditunda sampai tahun berikutnya.

Sejak zaman kesultanan Islam dahulu sudah tercatat adanya jamaah Haji dari

wilayah nusantara ini, meskipun dalam jumlah yang masih kecil. Perjalanan Haji

pada waktu itu terkait dengan telah meluasnya transportasi laut berupa kapal layar

yang mengandalkan perputaran angin dan perubahan musim. Beberapa kota

pelabuhan di pesisir kepulauan nusantara memang dikenal sebagai bandar

perdagangan, bukan hanya untuk kepentingan penduduk pulau tersebut, tetapi juga

untuk keperluan antar pulau, bahkan antar dunia. Bandar-bandar nusantara memang

merupakan mata rantai penghubung bagi para pedagang Cina , India, Arab dan Persia.

Keberangkatan umat Islam Indonesia ke tanah suci Makkah tidak terhenti dengan

dijajahnya negeri ini oleh kolonialis Belanda. Bahkan, jumlah jamaah Haji Indonesia

bertambah terutama dengan digunakannya kapal laut yang menggunakan mesin uap

hingga masa perjalanan menjadi lebih nyaman dan singkat.

Kenyataan ini menuntut pemerintah kolonialis Belanda membuat peraturan

(4)

ketika ditanah air atau ketika mereka berada diluar negeri. Untuk mengurus segala

urusan tentang jamaah Haji pribumi ini, pemerintah kolonialis Belanda mendirikan

konsul di Jeddah.2

Upaya untuk terus memperbaiki dan menyempurnakan sistem dan manajemen

Penyelenggaraan ibadah Haji ini semakin digiatkan ketika Indonesia mencapai

kemerdekaannya. Berbagai peraturan perundang-undangan disahkan dan seperangkat

peraturan organik dirumuskan untuk menjadi panduan bagi pelaksanaan

penyelenggaraan ibadah Haji tersebut. Akhirnya, setelah reformasi bergulir, sebuah

undang-undang baru yang lebih integral dan komprehensif mengatur tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji disahkan yaitu Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana diubah oleh Undang-undang

Nomor 34 Tahun 2009. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 ini menetapkan

bahwa penyelenggaraan Ibadah Haji bertujuan untuk memberikan pembinaan,

pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jamaah sehingga jamaah Haji

dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran Agama Islam.

Selanjutnya ditegaskan bahwa penyelenggaraan ibadah Haji merupakan tugas

nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah dibawah koordinasi Menteri.

Menteri disini dimaksudkan adalah yang ruang lingkup tugas dan tanggung-jawabnya

meliputi bidang Agama, yakni Menteri Agama. Mengingat bahwa penyelenggaraan

ibadah Haji merupakan tugas nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah, maka

2Salah satu produk legislasi pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang cukup berpengaruh adalah

(5)

ini masuk dalam ruang lingkup Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

Negara menurut E. Utrecht adalah hukum mengenai hubungan antara alat

perlengkapan negara dengan perorangan.3

Dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan ibadah Haji, pemerintah

Indonesia mengacu pada tiga asas sebagai dasar dari penyelenggaraan ibadah Haji.

Pertama adalah “asas profesionalisme” yang telah di laksanakan oleh pemerintah

Indonesia yaitu dengan pengelolaan ibadah Haji yang di kelola secara profesional

dengan jalan mempertimbangkan dan memilih calon penyelenggara Haji sesuai

dengan kemampuan dan keahlian yang di dimiliki oleh setiap penyelenggara ibadah

Haji tersebut. Kedua “asas akuntabilitas dengan prinsip nirbala” yang telah di

jalankan oleh pemerintah Indonesia yaitu penyelenggaraan ibadah Haji yang di kelola

secara akuntabel dengan mengedepankan kepentingan jamaah Haji dengan prinsip

nirbala yang berarti bahwa penyelenggaraan ibadah Haji di lakukan secara terbuka

dan dapat dipertanggung jawabkan secara etik dan hukum dengan prinsip tidak

mencari keuntungan. Dan ketiga “asas keadilan” yang telah di jalankan oleh

pemerintah Indonesia yaitu penyelenggaraan ibadah Haji yang berpegang pada

kebenaran, tidak berat sebelah, tidak memihak dan tidak sewenang-wenang dalam

penyelenggaraan ibadah Haji.4

Didalam Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 dibunyikan

sebagai berikut : “Pendaftaran jamaah Haji dilakukan dipanitia penyelenggaraan

3E. Utrecht, “Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia”, Ichtiar, Jakarta, 1961, hlm. 21 4Kementerian Agama RI. 2010. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang

(6)

ibadah Haji dengan mengikuti prosedur dan yang telah memenuhi persyaratan”,

selanjutnya pada pasal 26 ayat (2) dibunyikan sebagai berikut : “Ketentuan lebih

lanjut mengenai prosedur dan persyaratan pendaftar diatur dalam peraturan Menteri”.

Sedangkan pada pasal 28 ayat (1) dibunyikan sebagai berikut : “Menteri menetapkan

kuota nasional, kuota Haji khusus, dan kuota Haji Provinsi dengan memperhatikan

prinsip adil dan professional”, Ayat (3) dibunyikan sebagai berikut, “Dalam hal kuota

nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak terpenuhi pada hari pendaftaran,

Menteri dapat memperpanjang masa pendaftaran dengan menggunakan kuota bebas

secara nasional”.

Kemudian di dalam keputusan Kementerian Agama Republik Indonesia

Nomor 121 Tahun 2013 Tentang Penetapan Kuota Haji Nasional tahun 1434 H/2013

M, menjelaskan bahwa adanya perubahan kuota Haji nasional 1434 H/2013 M.

Menimbang dengan adanya pengurangan kuota sebanyak 20% (dua puluh persen)

dari 211.000 (Dua Ratus Sebelas Ribu) dengan surat Menteri Haji tanggal 22 rajab

1434 H. Yang salah satunya dibunyikan sebagai berikut : “Menetapkan kuota Haji

nasional tahun 1434H/2013M sebanyak 168.800 (Seratus Enam Puluh Delapan Ribu

Enam Ratus) orang yang terdiri dari kuota Haji reguler sebanyak 152.200 (Seratus

Lima Puluh Dua Ribu Dua Ratus) orang dan kuota Haji khusus sebanyak 13.600

(Tiga belas Ribu Enam Ratus) orang ditetapkan”.

Ini juga didukung dengan hadirnya Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun

2010 tentang Prosedur dan Persyaratan Pendaftaran Jamaah Haji, menyangkut hal ini

(7)

sepanjang tahun dengan prinsip pelayanan keberangkatan sesuai dengan nomor urut

pendaftaran (nomor porsi)”.

Ini merupakan kelemahan dari (Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia

Nomor 6 Tahun 2010) pasal 1, ketentuan ini akan menyebabkan penumpukan

pendaftar calon jamaah Haji. Sehingga menimbulkan keresahan disetiap jamaah yang

akan mendaftar maupun yang telah mendaftarkan diri untuk pemberangkatan Haji.

Untuk itu Pemerintah dinilai perlu untuk merevisi aturan yang terkait dengan

permasalahan pendaftaran dan penetapan kuota secara tepat agar tidak terjadi

penumpukan pendaftar calon jama`ah.

Bagi jamaah Haji di Indonesia, pendaftaran untuk melaksanakan ibadah Haji

dilakukan melalui kantor Kementerian Agama di Kabupaten/Kota asal

masing-masing calon jama`ah Haji. Hal ini berlaku untuk semua program Haji, baik itu

program Haji regular, ONHplus maupun program Haji khusus. Meskipun pada

kenyataannya yang mengurus adalah travel ONHplus atau kelompok bimbingan

ibadah Haji (KBIH) namun tetap dilakukan pendaftaran melalui Kementerian Agama.

Pada dasarnya, mekanisme pendaftaran Haji yang dilakukan oleh Kementerian

Agama dimaksudkan untuk menertibkan dan memudahkan sistem administrasi yang

akan dilakukan. Dengan mekanisme yang dibuat oleh Pemerintah seperti yang

diungkapkan sebelumnya justru menimbulkan kekhawatiran bagi calon jamaah,

sehingga mereka berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah

Haji. Akhirnya terjadi penumpukan pendaftar, yang semakin bertambah banyak dari

(8)

pada tahun berikutnya berangkat, tapi mekanisme itu hanya berjalan 2 tahun saja.

Pada tahun 3, masa tunda keberangkatan jamaah Haji menjadi 3 sampai 4 tahun, dan

akhirnya sekarang ini masa tunda keberangkatan Haji sampai 7 sampai 8 tahun yang

akan datang ini berarti semakin hari masa tunda itu akan semakin lama.5

Kondisi yang demikian telah menimbulkan keresahan yang makin meluas

bagi masyarakat Indonesia yang akan menunaikan ibadah Haji kondisi itu juga

menimbulkan beban kejiwaan, khususnya bagi masyarakat yang sudah usia lanjut dan

baru mempunyai kemampuan biaya untuk menunaikan Ibadah Haji karena mereka

berpikir semakin tahun usia semakin tua kalau tertunda sampai 7 sampai 8 tahunan

apakah kiranya kesehatannya masih baik atau bahkan masih sempat berangkat karena

faktor kesehatan. Secara sederhana, adanya masa tunggu yang lama itu menambah

beban psikologis yang bisa membuat orang stress.

Jika itu sampai terjadi, maka akan menimbulkan kekecewaan dikalangan

calon jamaah yang telah mengantri dari beberapa tahun yang lalu. Saat ini jumlah

jamaah kota Solok yang mengantri terhitung dari tahun 1434 M/2013 H sampai 1445

M/2024 H berjumlah 1.328 orang jamaah, rata-rata per tahun 100 orang jamaah yang

mendaftar di Kantor Wilayah Kementerian Agama Kota Solok.6

Keputusan Pemerintah Arab Saudi untuk mengurangi kuota Haji Indonesia

sebesar 20% (dua puluh persen) tentu berpengaruh terhadap pemberangkatan jamaah

5http://www.hukum.ums.ac.id/berita/baca/hol17806/sistem, penyelenggaraan haji perlu diperbaiki

manajemennya,diakses 25 juli 2013.

(9)

Haji di kota Solok dan perlu segera diantisipasi, selain negosiasi agar kuota tetap

dipertahankan atau minimal tidak sampai 20% (dua puluh persen) pemotongannya.

Pemerintah juga didesak agar menjelaskan mekanisme cara penentuan siapa saja

calon jamaah Haji yang diberangkatkan tahun ini dan siapa pula yang ditunda

pemberangkatannya tahun berikutnya.7 Disamping persoalan teknis seperti itu, yang

perlu ditegaskan pemerintah adalah penyelesaian penumpukan pendaftar calon

jamaah Haji, bahwa seluruh kuota yang ada harus diberikan kepada calon jamaah

yang sudah resmi terdaftar. Dalam artian jangan ada rombongan pejabat pemerintah

yang membawa rombongan keluarga, famili, teman atau kerabat lainnya.8

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap permasalahan tersebut dengan

mengambil judul “ProsesProsesProsesProses PenyelesaianPenyelesaianPenyelesaianPenyelesaian PenumpukanPenumpukanPenumpukanPenumpukan PendaftarPendaftarPendaftarPendaftar KeberangkatanKeberangkatanKeberangkatanKeberangkatan Calon

Calon

CalonCalon JamaahJamaahJamaahJamaah DalamDalamDalamDalam PenyelenggaraanPenyelenggaraanPenyelenggaraanPenyelenggaraan IbadahIbadah HajiIbadahIbadah HajiHajiHaji (Studi(Studi(Studi(Studi KasusKasusKasusKasus KantorKantorKantorKantor Wilayah

Wilayah

WilayahWilayah KementerianKementerianKementerianKementerian AgamaAgamaAgamaAgama KotaKotaKotaKota Solok)Solok)Solok)Solok)””””.

B. B.

B.B. PerumusanPerumusanPerumusanPerumusan MasalahMasalahMasalahMasalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Apakah Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya penumpukan pendaftar

keberangkatan calon jamaah Haji di Kantor Kementerian Agama Kota Solok.

7http://m.suaramerdeka/beritaaktual/beritahaji/Pengurangan kuota haji, mekanisme harus jelas,

diakses Rabu 11 September 2013.

(10)

2. Instrumen hukum apa yang dipergunakan oleh Kantor Wilayah Kementerian

Agama Kota Solok dalam penyelesaian penumpukan pendaftar

keberangkatan calon jamaah.

C. C.

C.C. TujuanTujuanTujuanTujuan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penumpukan

pendaftar keberangkatan calon jama`ah di Kantor Wilayah Kementerian

Agama Kota Solok dalam penyelenggaraan ibadah Haji

2. Untuk mengetahui instrumen hukum yang dipergunakan oleh Kantor Wilayah

Kementerian Agama Kota Solok dalam penyelesaian penumpukan pendaftar

keberangkatan calon jama`ah dalam penyelenggaraan ibadah Haji.

.

D. D.

D.D. ManfaatManfaatManfaatManfaat PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

Manfaat penelitian yang ingin dicapai penulis dalam penulisan usulan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

(11)

a. Untuk melatih kemampuan penulis melakukan penulisan secara ilmiah

yang dituangkan dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi.

b. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama berkenaan dengan

Hukum Administrasi Negara, khususnya pada Hukum Administrasi yaitu

berkenaan dengan Proses Penyelesaian Penumpukan Pendaftar

Keberangkatan Calon Jama`ah Dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji (studi

kasus Kantor Wilayah Kementerian Agama Kota Solok)

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat positif bagi

pendukung kepentingan yaitu Kementerian Agama Kota Solok,

Pemerintah dan Masyarakat.

b. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai bahan masukan

yang bersifat Konstruktif Akademis bagi pendukung kepentingan terkait

dengan Proses Penyelesaian Penumpukan Keberangkatan Calon Jamaah

Dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji.

E. E.

E.E. MetodeMetodeMetodeMetode PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

Guna memperoleh data yang konkret, maka penelitian ini menggunakan

langkah-langkah sbagai berikut

(12)

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis-sosiologis (socio-legal

approach) atau pendekatan empiris, yaitu pendekatan penelitian yang

dilakukan dengan melihat dan mengkaji bagaimana suatu aturan

diimplementasikan di lapangan, khususnya berkenaan dengan Proses

Penyelesaian Penumpukan Pendaftar Keberangkatan Calon Jamaah Dalam

Penyelenggaraan Ibadah Haji. Dengan perkataan lain, pendekatan

yuridis-sosiologis akan melihat bagaimana penerapan hukum dalam permasalahan

yang diteliti.

2 Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitis, yaitu penelitian yang menggambarkan

atau melukiskan secara faktual objek penelitian secara sistematis yang

kemudian dianalisis melalui analisis yuridis kualitatif.9

3 Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari penelitian lapangan.

Data itu diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat

langsung. Data itu berupa : Hasil wawancara penulis dengan Kepala dan

Jajaran Biro Haji Kanwil Kemenang Kota Solok, dokumen pemberitaan

Haji dan Prosedurnya.

(13)

b. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan melalui penelitian pustaka terhadap sumber data

sekunder berupa :

1. Bahan hukum primer, merupakan bahan hukum yang bersifat

mengikat, memiliki kekuatan hukum serta dikeluarkan atau

dirumuskan oleh pemerintah dan pihak lainnya yang berwenang untuk

itu. Secara sederhana, bahan hukum primer merupakan semua

ketentuan yang ada kaitan dengan pokok pembahasan, bentuk

undang-undang dan peraturan-peraturan yang ada. Penelitian ini menggunakan

bahan hukum primer sebagai berikut :

a. Undang-Undang Dasar 1945

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2009 jo

Undang-Undang nomor 13 tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan

Ibadah Haji

c. Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Prosedur

Dan Persyaratan Pendaftaran Jamaah Haji.

d. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 121 Tahun

2013 Tentang Penetapan Kuota Haji 1434H/2013M.

2. Bahan hukum sekunder, merupakan bahan-bahan yang memberikan

penjelesan terhadap bahan hukum primer atau keterangan-keterangan

(14)

ditulis para sarjana, literatur-literatur seminar, hasil penelitian yang

telah dipublikasikan, jurnal-jurnal hukum dan lain-lain.

3. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum primer dan sekunder.

Misalnya : kamus, ensiklopedia, dan lain sebagainya.

4. Alat/Tekhnik Pengumpulan Data

a. Studi dokumen yaitu tekhnik pengumpulan data yang

dipergunakan dalam penelitian kepustakaan yaitu dengan

mempelajari bahan-bahan kepustakaan dan literature yang

berkaitan dengan penelitian ini.

b. Wawancara

Untuk mendapatkan data dan penjelasan yang akurat, maka penulis

melakukan wawancara secara semi-terstruktural. Tekhnik

penentuan responden dilakukan dengan metode purposive

sampling, wawancara dilakukan dengan para pihak yang

berkompeten ini diantaranya sebagai berikut :

1. Drs. H. M. Nasir, Selaku Kepala Kantor Wilayah Kementerian

Agama Kota Solok sekaligus merangkap jabatan sebagai

Kepala Staf Penyelenggara Haji dan Umrah.

2. Hj. Elta Suriati, S.Pd. I, Selaku Kepala Seksi Penyelenggara

Haji dan Umrah Kantor Wilayah Kementerian Agama Kota

(15)

3. Adriyanti, S.Sos, Selaku Staf dan Operator Sistem Informasi

Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Penyelenggara Haji

dan Umrah Kantor Wilayah Kementerian Agama Kota Solok.

4. Ibrahim, Selaku Staf Penyelenggara Haji dan Umrah Kantor

Wilayah Kementerian Agama Kota Solok.

5. Kaisum, S.Ag, Selaku Penyuluh Agama Islam Kantor Wilayah

Kementerian Agama Kota Solok.

3. Analisis Data

Berdasarkan data-data yang telah berhasil dikumpulkan, baik data

primer maupun data sekunder, dapat ditarik suatu kesimpulan untuk

dianalisa secara yuridis kualitatif yaitu dengan mengelompokan data

menurut aspek-aspek yang diteliti tanpa menggunakan angka-angka

atau dengan kata lain data muncul berwujud kata-kata.10

BAB BAB BAB BAB IIIIIIII

10B. Miles, Matthew dan A. Michael Huberman,Analisa Data Kualitatif,UI Press, Jakarta, 1992, hlm

Referensi

Dokumen terkait

mangrove Bandar Bakau Dumai juga tergolong tinggi untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata, pada kawasan ini terdapat 7 jenis satwa, yaitu: burung, ikan,

Berdasarkan hasil penelitian terhadap lirik lagu Banda Neira, penulis berharap Banda Neira dapat kembali meramaikan belantika musik Indonesia karena Banda Neira merupakan

Penggunaan WordNet sebagai basis pengetahuan untuk mengatasi polisemi kata oleh Dao dan Simpson dapat menghasilkan nilai kemiripan semantik yang lebih akurat

badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat adalah pengertian Farmasi Industri berdasarkanb. Surat Keputusan

o Rejection dilemma terhadap pemerintah daerah, yaitu masyarakat mempunyai masalah bahwa penolakannya terhadap posisi pemerintah tidak credible dimata pemerintah karena

Oleh karena itu, produsen harus benar-benar mengetahui kombinasi bauran pemasaran apa yang paling tepat digunakan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal sehingga

Dengan memanfaatkan Simple Network Management Protocol (SNMP) dapat dihasilkan suatu mekanisme untuk mendapatkan informasi tentang lalu lintas (traffic) data sebuah