• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ( PBAS ) dalam Menimgkatkan Hasil Belajar IPA Siswa SD Kelas V.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ( PBAS ) dalam Menimgkatkan Hasil Belajar IPA Siswa SD Kelas V."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR………... iii

UCAPAN TERIMA KASIH……….... iv

DAFTAR ISI………... vii

DAFTAR TABEL……… xi

DAFTAR BAGAN……… .... xv

HALAMAN PENYANTAAN……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN……….. xvii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ……….. … 10

C. Definisi Operasional ……… 13

D. Tujuan Penelitian ……….. 16

E. Asumsi Dasar……….. 17

F. Hipotesis……….. 17

G. Manfaat Penelitian ……… …….... 19

BAB II LANDASAN TEOORITIS ……….... 22

A. Belajar ………... 22

1. Pengertian Belajar dan Hakikat Belajar ……….. 22

2.Aliran Teori Belajar ………... 27

3. Ciri Belajar ……….... 29

4. Aktivitas Belajar ……… ……. 32

(2)

6. Gaya Belajar ……….. 39

B. Mengajar ……….. 42

1. Pengertian Mengajar ………... 42

2. Metode Mengajar……….. 44

C. Pembelajaran ……… 49

1. Pengertian Pembelajaran……….... 49

2. Pendekatan Pembelajaran ……… ……. 52

D. Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ( PBAS ) …………. 55

1. Landasan PBAS………... 55

2. Pengertian PBAS ……….. 63

3. Asumsi yang Mendasari PBAS ……….... 65

4. Konsep dan Tujuan PBAS ……… 69

5. Peran Guru dalam Penerapan PBAS ………... 71

6. Penerapan PBAS dalam Pembelajaran ………. 73

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan PBAS…….. 74

8. Cara Mengaktifkan Siswa ……….... 77

E. Hasil Belajar Siswa ……….. 80

1. Pengertian Hasil belajar ……… 80

2. Teknik Pengukuran Hasil Belajar ……….. 80

3. Alat Pengukur Hasil belajar ……….. 85

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 91

A.Metode dan Desain Penelitian ………... 91

1. Metode Penelitian ……… ……… 91

2. Desain Penelitian ………. 98

(3)

1. Populasi ……… 100

2. Sampel Penelitian………. 104

3. Lokasi Penelitian ………. 108

C. Tehnik dan Alat Pengumpul Data ……….. 109

1. Teknik Observasi dan Pengamatan ……… 109

2. Tes ………. 111

a. Validitas Tes ………. 114

b. Reliabilitas Tes ……… 116

c. Tingkat Kesukaran ……… 117

d. Daya Pembeda ……… 118

D. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ……….. 120

E. Teknik Analisis Data ………. 122

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ……… 126

A. Deskripsi Hasil Penelitian……… 126

1. Kegiatan Belajar siswa pada Penerapan PBAS……… 126

2. Uji Normalitas .……… ….. 135

3. Uji Beda ……….. 142

B. Pembahasan Hasil Penelitian ……… …. 164

1. Efektivitas PBAS dalam Meningkatkan Hasil Belajar…… 163

2. Efek Penerapan PBAS dalam Meningkatkan Hasil Belajar 168 3. Efek Pemberian TES Awal pada Penerapan PBAS……… . 171

4. Perbedaan Efek Perlakuan PBAS dengan Efek Pemberian Tes Awal………. 174

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 182

(4)

B. Saran………. ……….... 183

DAFTAR PUSTAKA ……… ………… 186

BIODATA PENULIS………. 190

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Taksonomi Tingkah Laku……… 27 Tabel 2.2 Perbedaan Aliran Behavioristik dan Aliran Kognitif……….. 30

Tabel 2.3 Alat Pengukuran yang Digunakan untuk Mengukur Hasil

Belajar IPA ……….. 91 Tabel 3.1 Desain Penelitian Solomon Four-Group Design……….. 100 Tabel 3.1 Cuplikan Tabel Ross dan Stanley ……… 119 Tabel 4.1 Skor Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Sebelum

Penelitian……….. 127 Tabel 4.2 Skor Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Selama Kegiatan

Eksperimen……….. 128 Tabel 4.3 Skor Pre Tes Siswa SD Negeri Karawang Kulon 2 Kelas V-B (Kelompok

Ekeperimen 1)……….. 129 Tabel 4.4 Skor Pre Tes Siswa SD Negeri Karawang Kuluon III Kelas

V-B (Kelompok Kontrol 1)……… 130 Tabel 4.5 Skor Pos Tes Siswa SD Negeri Karawang Kulon II Kelas V-B (Kelompok

Eksperimen 1)……… 131

Tabel 4.6 Skor Pos Tes Siswa SD Negeri Karawang Kulon III Kelas V-B (Kelompok Kontrol 1)……….. 132

Tabel 4.7 Skor Pos Tes Siswa SD Swasta Puri Artha Kelas V-B

(Kelompok Eksperimen 2)………... 133 Tabel 4.8 Skor Pos Tes Siswa SD Negeri Sirnabaya III Kelas V-B

(6)

Siswa SD Kelas V ………. 136 Tabel 4.10 Uji Kolmogorov-Smirnov Nilai Pretes dan Nilai Postes

Siswa Sekolah Dasar Negeri Karawang Kulon II ( Kelompok Eksperimen 1 )………. 137

Tabel 4.11 Uji Kolmogorov-Smirnov Nilai Pretes dan Nilai Postes

Siswa Sekolah Dasar Negeri Karawang Kulon III ( Kelompok Kontrol 1)……… 138

Tabel 4.12 Uji Kolmogorov-Smirnov Rata-rata Nilai Postes Siswa

Sekolah Dasar Swasta Puri Artha ( Kelompok Eksperimen 2 ) 140

Tabel 4.13 Uji Kolmogorov-Smirnov Rata-rata Nilai Postes Siswa Sekolah Dasar Negeri Sirnabaya III ( Kelompok Kontrol 2 )……….. 141

Tabel 4.14 Rata-rata Nilai Pretes Kelompok Eksperimen (E.1) dan Rata-

rata Nilai Pretes Kelompok Kontrol (K.1)……… 144 Tabel 4.15 Beda Rata-rata Nilai Pretes Kelompok Eksperimen (E.1) dan

Rata-rata Nilai Pretes Kelompok Kontrol (K.1) ………... 145 Tabel 4.16 Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.1) dan Rata-

rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.1)………. 147 Tabel 4.17 Beda Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.1) dan

Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.1)………. 148 Tabel 4.18 Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.1) dan

Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.2)…………. 150 Tabel 4.19 Beda Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.1)

dan Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.2)…….. 151 Tabel 4.20 Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.2) dan

(7)

Tabel 4.21 Beda Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.2)

dan Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.2)………. 154 Tabel 4.22 Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.1) dan

Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.2)………. 156 Tabel 4.23 Beda Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.1)

dan Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.2)….. 157 Tabel 4.24 Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.1)dan Rata-

rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.2)……… 159 Tabel 4.25 Beda Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.1) dan

Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.2)………….. 160 Tabel 4.26 Rata-rata Nilai Postes Kelompok Ekspeprimen (E.2) dan

Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.1)………….. 162 Tabel 4.27 Beda Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.2)

dan Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.1)……… 163

Tabel 4.28 Hasil Uji-t Tentang Efektivitas Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ( PBAS ) Pada Siswa Sekolah

Dasar Kelas V………. 169 Tabel 4.29 Hasil Uji-t Tentang Efek Perlakuan PBAS Pada Siswa

Sekolah Dasar Kelas V……….. 171 Tabel 4.30 Hasil Uji-t (Independent Samples Test) Tentang Efek

Tes Awal Kelompok Ekspperimen dan Kelompok Kontrol

Siswa Sekolah Dasar Kelas V……….. 175 Tabel 4.31 Hasil Uji-t (Independent Samples Test) Tentang Perbedaan Efek Perlakuan PBAS dengan Efek Tes Awal Pada Siswa

(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia secara umum saat ini masih mengalami banyak

masalah. Masalah tersebut menyangkut banyak faktor yang terkait dengan pendidikan, diantaranya berkaitan dengan kurikulum, sarana dan prasarana, pengelolaan maupun kebijakan pendidikan. Salah satu permasalahan pendidikan tersebut diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Secara lebih jelas masalah pendidikan tersebut khususnya pendidikan dasar meliputi beberapa faktor seperti dikemukakan oleh Wasliman, Iim dalam modulnya yang berjudul Problematika Pendidikan Dasar (2007 : 21)

bahwa, ” Masalah-masalah tersebut meliputi : 1) Pemerataan, 2) Mutu, 3) Relevansi, 4) Efisiensi dan 5) Masih lemahnya manajemen/pengelolaan

pendidikan.” Dari masalah-masalah tersebut peneliti hanya memfokuskan perhatian khusus pada masalah mutu pendidikan, yang sampai saat ini mutu pendidikan Indonesia masih sangat rendah. Rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari prestasi atau hasil belajar siswa seperti dikemukakan oleh Wasliman, Iim (2007 : 23), bahwa :

Indikator rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari prestasi siswa. 1) Menurut laporan Bank Dunia anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu

(10)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa anak-anak di Indoensia masih rendah dalam kemampuan penalaran. Kenyataan ini merupakan konsekuensi dari pembelajaran sebelumnya yang masih berpusat pada guru. Kemampuan penalaran ini merupakan kemampuan kumulatif dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Kemampuan kumulatif ini akan berkembang bila proses pengembangan potensi siswa dilakukan melalui pengalaman langsung, yaitu melalui proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa serta mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengalaman hidup sehari-hari.

Masalah rendahnya mutu pendidikan, tidak akan lepas dari masalah rendahnya kualitas guru itu sendiri. Masalah rendahnya kualitas guru, akan memberikan dampak langsung terhadap kualitas pembelajaran. Sedangkan prestasi siswa sebenarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan tidak bisa mengabaikan perhatian terhadap peningkatan kualitas guru dan pembelajarannya. Terkait kualitas pembelajaran, maka sangat erat hubungannya dengan pendekatan pembelajaran, model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran dan taktik pembelajaran.

(11)

pembelajaran sangat menentukan ketercapaian target kurikulum. Berbicara pembelajaran, artinya berbicara tentang pendekatan, model, strategi, metode, teknik sampai pada yang lebih individual yaitu taktik dalam mengajar.

Sebuah pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa apabila disajikan dengan pendekatan, strategi dan metode yang sesuai dengan karakteristik materi tersebut. Kemampuan guru dalam memilih dan menentukan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran akan sangat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh sejumlah faktor,diantaranya adalah guru, siswa, fasilitas, kurikulum, pemerintah, industri, dunia usaha, dan masyarakat setempat. Diantara faktor-faktor tersebut guru merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan. Terkait dengan masalah pembelajaran, Trianto dalam bukunya yang berjudul Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik ( 2007 : 1 ), mengemukakan bahwa:

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu ( belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya.

(12)
(13)

Memahami peserta didik secara mendalam, merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, merancang dan mengevaluasi pembelajaran, mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya.

Salah satu indikator dari kompetensi tersebut diantaranya adalah menetapkan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik. Keterampilan atau kemampuan guru dalam menentukan dan memilih variasi strategi pembelajaran harus menjadi kemampuan yang melekat dalam pelaksanaan tugas penyusunan program pembelajaran. Djamarah mengemukakan dalam bukunya Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (2005 : 124), bahwa “ Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu ; 1 Variasi dalam gaya mengajar, 2 Variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, serta 3 Variasi dalam interaksi guru dengan siswa”.

Keterampilan guru dalam melakukan variasi sangat diperlukan, agar peserta didik tidak merasa bosan dan jenuh berada dalam ruangan kelas yang serba monoton. Guru sebagai pelaksana teknis kurikulum, artinya guru sebagai pendidik harus mampu melakukan suatu proses pembelajaran yang menyenangkan (PAKEM). Seperti halnya dikemukakan oleh Suparlan (2008 : 25) :

(14)

karakteristik dan potensi siswa. Empat peran tersebut harus melekat dalam jiwa dan perilaku seorang guru sehingga membentuk profil guru yang ideal.

Pendapat lain tentang peran dan tugas guru dikemukan oleh Oemar

Hamalik, ( 2009 : 19 ) : “ Guru mengemban tugas-tugas sosial kultural yang berfungsi menyiapkan generasi muda, sesuai dengan cita-cita bangsa. Demikian pula masalah guru di negara kita dapat dikatakan mendapat titik sentral dalam dunia pendidikan.” Pendapat Hamalik memberikan makna bahwa guru sebagai sentral pigur bagi siswa, karena dari profil dan kerja keras guru inilah akan melahirkan generasi muda yang diharapkan akan mampu membangun bangsa menjadi lebih baik.

(15)

mengkolaborasikan model, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran sangat dibutuhkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Tidak ada satu metode yang efektif untuk semua mata pelajaran, karena setiap mata pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga diperlukan pendekatan pembelajaran yang sesuai, baik dengan karakteristik mata pelajaran itu sendiri maupun karakteristik siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih tentang pembelajaran dalam mata pelajaran IPA. Berdasarkan karakteristik mata pelajarannya, bahwa hasil belajar IPA meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu pembelajaran yang sesuai untuk mata pelajaran IPA adalah pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa. Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah :

1. Hasil penelitiah yang dilakukan oleh Neni Hermita tahun 2007 tentang pembelajaran IPA dengan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sain siswa sekolah dasar, menyimpulkan bahwa :

a. Penggunaan pembelajaran inquiri secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana dibanding model pembelajaran konvensional.

(16)

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Sa’ariah Kanita tahun 2005 tentang: Pengembangan problem based learning berbasis ecoschool untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi di SMP, menyimpulkan bahwa :

a. Kemampuan kognitif siswa meningkat setelah menggunakan model pembelajaran Problem Base Learning ( PBL ) berbasis Ecoschool.

b. Kemampuan afektif siswa kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran PBL berbasis Ecoschool mempunyai selisih rata-rata persentasi lebih besar dari pada selisih rata-rata persentasi kelompok kontrol yang menggunakan Direct Instruction (DI).

c. Kemampuan psikomotor siswa kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran PBL berbasis Ecoschool mempunyai selisih rata-rata lebih besar dari pada selisih rata-rata skor kelompok kontrol yang menggunakan Direct Instruction (DI).

Kedua hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemilihan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPA sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian perlu dicobakan lagi berbagai pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA lainnya. Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian tersebut, maka Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) sebagai pendekatan pembelajaran yang relevan dengan karakteristik mata pelajaran IPA.

(17)

indikator kualitas pembelajaran yang akan bermuara menjadi indikator sumber daya manusia sebagai hasil pembangunan bidang pendidikan. Hal yang harus mendapat perhatian dalam pembangunan pendidikan adalah perlu adanya pemahaman yang benar dan menyeluruh terhadap pembangunan pendidikan itu sendiri. Permasalahan pembangunan pendidikan bukanlah pembangunan fisik seperti membangun sebuah gedung yang apabila pembangunan itu selesai, akan segera dapat dirasakan mamfaat dari hasil pembangunan itu. Tetapi pembangunan pendidikan merupakan pembangunan mental yang memerlukan waktu sangat panjang dan berkesinambungan. Berfikir tentang pembangunan pendidikan berarti berfikir masalah manusia untuk 20 tahun atau 25 tahun yang akan datang. Anak-anak yang sedang dididik sekarang akan memasuki masa kehidupan yang sesungguhnya sebagai salah satu komponen bangsa pada 25 tahun yang akan datang. Pada saat itu suatu generasi akan dirasakan sebagai produk dari suatu program pendidikan.

(18)

berkualitas apabila dapat menyajikan kegiatan belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa.

B. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat

didentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan masih rendahnya mutu pendidikan terutama pada mata pelajaran IPA. Masalah dalam penelitian ini terutama berkaitan dengan faktor guru, kurikulum ( perencanaan, implementasi dan evaluasi ), pembelajaran ( pendekatan, strategi, metode dan tehnik ).

1. Masalah yang berkaitan dengan guru diantaranya adalah pola fikir guru yang sudah terbentuk sejak bertahun-tahun mengajar menggunakan pendekatan berpusat pada guru ( teacher centered ) dengan penekanan pada aspek kognitif dan siswa dianggap sebagai obyek dalam pembelajaran. Pola fikir seperti ini sangat sulit untuk dirubah sehingga berbagai macam pendekatan, strategi dan metode mengajar diperkenalkannya, tetapi ketika kembali di dalam kelas pembelajaran pun kembali seperti semula.

(19)
(20)

terkait dengan masalah kehidupan sehari-hari sehingga kemandirian siswa dalam kehidupan sosial tidak terbentuk.

Berdasarkan pada uraian di atas diperlukan adanya pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas dan menemukan sendiri pemecahan masalah-masalah melalui aktivitas langsung. Tetapi meskipun demikian aktivitas siswa tersebut tidak berarti menggantikan peran dan fungsi guru. Pembelajaran yang relevan adalah Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS). Banyak pembelajaran yang berpusat pada siswa ( student centered ), diantaranya adalah Strategi Pemebelajaran Inkuiri (SPI), Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM), Strategi Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPKB), Strategi Pembelajaran Kelompok (SPK), Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL). Permasalahan dalam penelitian ini adalah pembelajaran berorientasi aktivitas siswa seperti apa yang sesuai sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa sekolah dasar. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, secara umum peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut, “ Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ( PBAS ) dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa sekolah dasar

kelas V . ” Agar rumusan tersebut menjadi lebih jelas dan lebih terarah, maka

dirumuskan lebih rinci dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :

(21)

2. Bagaimana perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional ?

3. Bagaimana efek pemberian tes awal pada penerapan PBAS dalam meningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa Sekolah Dasar kelas V ?

4. Bagaimana perbedaan antara efek penerapan PBAS dengan efek pemberian tes awal terhadap peningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa SD kelas V?

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalah fahaman dalam memaknai kata yang

merupakan inti dari penelitian ini sehingga akan menyebabkan komunikasi kurang berhasil termasuk mengkomunikasi hasil penelitian ini, maka berikut ini penulis uraikan makna dari kata-kata tersebut dalam bentuk definisi operasional. Definisi operasional ini diharapkan dapat memberikan kejelasan pada kata-kata yang mengandung sifat keberagaman atau kata tersebut memiliki sifat berjenjang. 1. Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa.

a. Penerapan

(22)

b. Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)

Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menempatkan siswa dan guru sama-sama sebagai subyek dalam pembelajaran. Artinya siswa aktif dan terlibat secara optimal dalam proses pembelajaran yang meliputi aktivitas fisik, mental, emosional dan intelektual. Aktivitas siswa tersebut bisa dalam bentuk kegiatan mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, memecahkan masalah, menyusun laporan, dan banyak lagi aktivitas lainnya yang bisa dilakukan dalam kontek pembelajaran. Sedangkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran artinya siswa diberi kesempatan untuk terlibat dalam merencanakan pembelajaran mulai dari merumuskan tujuan, kegiatan belajar yang harus dilakukan, dan bagaimana evaluasi yang akan dilakukan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran.

(23)

2. Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar a. Meningkatkan

Meningkatkan dalam penelitian ini diartikan sebagai upaya menaikan derajat menjadi lebih baik atau menjadi lebih tinggi dari sebelumnya melalui pemberian perlakuan tertentu. Kata “ sebelumnya” merupakaan keadaan yang ditetapkan berdasarkan hasil pretes. Menaikan diartikan sebagai nilai tambah yang merupakan bentuk perubahan positif dari hasil suatu perlakuan.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku yang ditampilkan oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu yang dibuktikan dengan hasil tes prestasi belajar.

c. Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diartikan sebagai sebuah mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). IPA dalam penelitian ini tidak memisahkan antara fisika dan biologi, tetapi keduanya tergabung sebagai sebuah mata pelajaran yang berupaya mencari tahu tentang alam secara sistematis dengan mengunakan metoda ilmiah.

d. Siswa Sekolah Dasar

(24)

Dari uraian tersebut, maka yang dimaksud meningkatkan hasil belajar adalah memberikan penambahan nilai sebagai nilai lebih dari hasil suatu perlakuan, yaitu pelaksanaan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dibanding dengan perlakuan sebelumnya atau pembelajaran yang telah biasa dilakukan oleh guru yang disebut pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPA siswa sekolah dasar.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, secara umum adalah mencari dan menemukan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa sekolah dasar. Secara lebih khusus penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Mendapatkan gambaran tentang hasil belajar mata pelajaran IPA siswa SD kelas V dengan menggunakan PBAS.

2. Mendapatkan gambaran tentang perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

3. Mendapatkan gambaran efek pemberian tes awal pada penerapan PBAS terhadap peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa Sekolah Dasar kelas V.

(25)

E. Asumsi Dasar

Asumsi dasar merupakan sesuatu yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan lagi, paling tidak bagi masalah yang akan diteliti saat ini. Asumsi dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran Berorientasi aktivitas siswa (PBAS) sesuai dengan karakter mata pelajaran IPA dan perkembangan kreativitas maupun perkembangan belajar siswa saat ini sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Pembelajaran dengan proses ekplorasi dan elaborasi (PBAS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa lebih tinggi dibanding dengan pembelajaran konvensional.

3. Tes hasil belajar yang diberikan sebelumnya dapat memberikan kontribusi terhadap tes hasil belajar berikutnya.

4. Proses pembelajaran memberikan efek lebih tinggi terhadap peningkatan hasil belajar siswa dibanding dengan pemberian tes awal.

F.Hipotesis Penelitian

(26)

1. Untuk menjawab pertanyaan pertama dirumuskan hipotesis sebagai berikut : a. Hipotesis Nol :

Ho : Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) secara signifikan tidak dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa Sekolah Dasar kelas V.

b. Hipotesis kerja :

Ha : Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa Sekolah Dasar kelas V.

2. Untuk menjawab pertanyaan kedua dalam penelitian ini, dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

a.Hipotesis nol:

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA siswa yang diberi perlakuan PBAS dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional.

b. Hipotesis kerja :

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA siswa yang diberi perlakuan PBAS dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional.

3. Untuk menjawab pertanyaan ketiga dirumuskan hipotesis sebagai berikut : a. Hipotesis Nol :

(27)

b. Hipotesis kerja :

Ha : Terdapat efek pemberian tes awal pada penerapan PBAS terhadap peningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa SD kelas V. 4. Untuk menjawab pertanyaan keempat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : a. Hipotesis Nol :

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara efek perlakuan PBAS dengan efek pemberian tes awal dalam meningkatkan hasil be;lajar mata pelajar IPA siswa SD kelas V.

b. Hipotesis kerja :

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara efek perlakuan PBAS dengan efek pemberian tes awal dalam meningkatkan hasil be;lajar mata pelajar IPA siswa SD kelas V.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat yang cukup penting terhadap pembangunan pendidikan terutama dalam bidang pengembangan strategi pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar, baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

(28)

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengembangan wawasan tentang interaksi belajar siswa yang diharapkan dalam standar proses pendidikan terkait dengan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). c. Memberikan pemahaman tentang keyakinan bahwa pembelajaran di sekolah

akan efektif apabila dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dan memiliki keterkaitan dengan kehidupan siswa secara nyata.

2. Manfaat Praktis

a. Khusus untuk para guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa dengan menyajikan materi pembelajaran yang menuntut aktivitas siswa secara kolaboratif dan melibatkan siswa di dalam pembelajaran mulai dari perencanaan, implementasi dan evaluasi hasil belajar.

b. Bagi para siswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi secara optimal melalui berbagai kegiatan dan aktivitas belajar secara langsung dalam memecahkan masalah, kerjasama, menemukan solusi atas berbagai masalah yang dihadapi serta implikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

c. Bagi sekolah, diharapkan akan memberikan citra positif sebagai implikasi dari proses pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. d. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan lebih dalam

(29)

pembelajaran yang sesuai serta memberikan kemudahan bagi para pembelajar.

e. Bagi Dinas Pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengatasi berbagai masalah pendidikan yang berkaitan dengan upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

f. Bagi fihak terkait seperti komite sekolah, KKG dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan, dan pertimbangan dalam memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

g. Bagi pengawas dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan dan data ilmiah akademik dalam melakukan pembinaan dan pembimbingan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi baik oleh kepala sekolah maupun oleh guru-guru berkaitan dengan hasil belajar siswa.

h. Kepala sekolah dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai masukan dan sumber data untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh guru sehubungan dengan upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

(30)
(31)

91 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian dalam kehidupan sehari hari atau kehidupan masyarakat awam

pada umumnya lebih cenderung memiliki pengertian mengamati, menelaah, membandingkan dan menghubungkan. Sedangkan dalam kehidupan akademis penelitian memiliki pengertian yang bervariasi tergantung latar belakang dan pengalamannya. Sukmadinata dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan ( 2008 ; 5 ) bahwa, “ Penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.” Dalam pengertian ini penelitian menggambarkan suatu kegiatan yang sistematis mulai dari proses pengumpulan data sampai pada analisis data secara logis dan ilmiah untuk mencapai tujuan yang jelas. Agar pelaksanaan penelitian menjadi lebih terarah dan lebih jelas prosedurnya, maka perlu ditentukan metode serta desain penelitian yang digunakan.

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sukmadinata ( 2008:52 ) mengemukakan pengertian metode penelitian sebagai berikut, “ Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

(32)

masalah, fenomena yang ada, masalah-masalah yang menjadi pertanyaan penelitian, perubahan-perubahan dan perkembangan yang dihadapi. Setiap permasalahan penelitian yang berbeda memerlukan metode penelitian yang berbeda pula, sehingga dalam menentukan metode penelitian yang tepat diperlukan suatu desain atau rancangan penelitian. Desain atau rancangan penelitian ini akan memberikan petunjukan sistematis atau menggambarkan langkah-langkah yang harus dilakukan, waktu pelaksanaan penelitian, sumber data, untuk apa data itu dikumpulkan, bagaimana cara mengumpulkan data tersebut, serta bagaimana data itu diolah dan dianalisis.

(33)

Penelitian eksperimen dilakukan dengan cara membandingkan satu kelompok eksperimen atau lebih yang diberi perlakukan, dengan satu kelompok pembanding atau lebih yang tidak diberi perlakuan. Penelitian eksperimen dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu eksperimen murni ( true experimental), eksperimen kuasi (quasi experimental), eksperimen lemah ( weak experimental), eksperimen subyek tunggal ( single subyect experimental).

(34)

hasil dari penelitian ini akan digeneralisasikan keberlakuan terhadap obyek yang sejenis diluar sampel penelitian.

Dalam penelitian eksperimen, proses pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur hasil suatu perlakuan atau manipulasi terhadap sampel penelitian. Ada yang mengatakan bahwa proses pengumpulan data dikatakan melalui penelitian jika dilakukan dengan cara eksperimen. Meskipun pendapat ini tidak benar sepenuhnya, tetapi penelitian eksperimen merupakan penelitian yang memiliki ciri khas tersendiri yaitu adanya manipulasi atau perlakukan yang perubahannya selalu dikontrol dan dibandingkan dengan sampel lainnya. Pengontrolan dan pembandingan dilakukan untuk mengetahui apakah perubahan yang terjadi itu memang merupakan akibat dari suatu perlakuan atau bukan. Maksimalisasi obyektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka , pengolahan statistik , struktur dan percobaan terkontrol. Metode ini bersifat validation atau menguji sutu variabel atau lebih terhadap variabel lain.

Variabel yang memberi pengaruh dikelompokkan sebagai variabel bebas ( independent variables ), dan variabel yang dipengaruhi dikelompokkan

sebagai variabel terikat ( dependent variables ).

(35)

karena itu semua variabel di luar variabel bebas harus dikontrol. Pengontrolan variabel dilakukan dengan men yamakan karakteristik sampel dalam variabel-variabel tersebut.

Penelitian eksperimen murni membutuhan beberapa syarat, diantaranya

seperti dikemukakan oleh Arikunto (2009:208) yaitu sebagai berikut, “ Memaksimalkan varian yang berhubungan dengan hipotesis, meminimalkan

varian ekstra, meminimalkan kesalahan.” Agar dapat mendekati terpenuhinya syarat tersebut, maka dalam menentukan sampel penelitian maupun dalam penentuan posisi kelompok dilakukan tehnik random. Dalam bidang pendidikan metode kesperimen murni memang sangat sulit untuk dilakukan, karena untuk mendapatkan sampel yang memiliki karakteristik yang yama sangat sulit. tetapi dengan dasar pertimbangan tertentu serta argumentasi yang kuat dan logis, maka metode eksperimen murni dapat dilakukan dalam bidang pendidikan karena tidak semua variabel harus diuji pada saat itu. Hal ini seperti dikemukakan oleh Sukmadinata (2008 :197) bahwa :

Dengan mempertimbangkan beberapa hal, upaya mendapatkan kelompok random ( memiliki karakteristik yang sama ) dapat dilakukan. Dalam pelaksanaan penelitian mungkin hanya beberapa karakteristik saja yang perlu pengukuran pada saat itu. Beberapa variabel lain seperti kecerdasan, bakat, sikap, minat dan motivasi, latar belakang sosial ekonomi dan pengalaman bekerja dapat dicari berdasarkan studi dokumenter.

(36)

sebelumnya), 2) Latar belakang sosial ekonomi ( dari status kepegawaian orang tua yaitu tetap/tidak tetap), 3) Tingkat usia ( dari tahun kelahiran), 4) Minat, disiplin dan motivasi ( dari kehadiran siswa), 5) Derajat kesehatan ( mengidap penyakit kronis/tidak, dari data pribadi siswa), 6) Tempat tinggal sekarang ( orang tua kandung/bukan, dari data pribadi siswa), 7) Asuhan dalam keluarga ( kedua orang tua kandung lengkap/tidak lengkap, dari data pribadi siswa), 8) Jarak dari kesekolah (satu kelurahan dengan sekolah/tidak lebih dari dua km atau diluar kelurahan/lebih dari dua km). Dengan delapan variabel yang sama kiranya sampel dalam penelitian ini dapat dianggap cukup memiliki karakteristik yang mendekati pada tingkat representatife sebagai salah satu persyaratan dalam penelitian eksperimen bidang penndidikan.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sujana ( 1989:24 ) mengemukakan bahwa :

Variabel dalam penelitian dibedakan menjadi dua kategori , yakni variabel bebas dan variabel terikat atau vsriabel independen dan variabel dependen. Variabel bebas adalah variabel perlakuan atau sengaja dimanipulasi untuk mengetahui intensitasnya terhadap variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang timbul akibat variabel bebas , oleh sebab itu variabel terikat menjadi tolok ukur atau indikator keberhasilan variabel bebas.

(37)

Kemudian Sarwono (2009:16) mengemukakan pengertian variabel bebas dan variabel terikat sebagai berikut :

Variabel bebas merupakan variabel yang variabilitasnya diukur , dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. Variabel tergantung adalah variabel yang variabilitasnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas.

Menurut Sarwono, variabel bebas maupun variabel terikat, keduanya sama-sama diukur. Variabel bebas diukur berapa intensitasnya yang ditimbulkan terhadap suatu gejala obyek yang diteliti. Sedangkan variabel terikat diukur berapa intensitas dampak yang ditimbulkan oleh variabel bebas.

Berdasarkan pada kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel bebas adalah variabel yang diukur intensitas pengaruh, intensitas hubungan untuk diketahui signifikansinya terhadap suatu gejala atau obyek yang diteliti. Variabel terikat diukur perubahannya untuk menentukan berapa intensitas pengaruh atau intensitas hubungan yang dapat ditimbulkan oleh variabel bebas. Perubahan tersebut diketahui minimal dengan menentukan selisih hasil pretes dengan hasil postes.

(38)

variable ) terhadap hasil belajar IPA sebagai variabel terikat ( dependent

variable ).

Kemudian untuk menguji tingkat keefektifan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, maka eksperimen dalam penelitian ini dilakukan terhadap empat kelompok siswa yang memiliki karakteristik serta jenjang yang sama ( representative ) hampir mendekati sama, yaitu siswa SD kelas V pada empat sekolah dasar. Untuk mendapatkan sampel yang hapir sama dalam penelitian ini, memilih sekolah yang diperkirakan memiliki karakter lingkungan yang mirif, yaitu lingkungan masyarakat yang pada umumnya berkehidupan sebagai pegawai, baik pegawai swasta maupun pegawai negeri. Keempat kelompok tersebut dilakukan pengundian untuk menentukan posisi kelompok dalam penelitian, yaitu dua kelompok diposisikan sebagai kelompok eksperimen, satu kelompok sebagai kelompok kontrol, dan satu kelompok sebagai kelompok pembanding. Kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan dengan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ( PBAS ), sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan dengan PBAS, tetapi dengan perlakuan sebagai mana biasa oleh guru sebelumnya.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu pedoman langkah-langkah proses yang

(39)

“ 1. Pretest-posttest control group design dengan satu macam perlakuan, 2. Pretest-posttest control group design dengan dua macam perlakuan, 3. Solomon

four-group design.” Dalam penelitian ini desain eksperimen murni yang

digunakan adalah Solomon Four Group Design. Pada desain ini terdapat empat kelompok siswa yang akan dijadikan sampel penelitian, yaitu dua kelompok eksperimen, satu kelompok kontrol dan satu kelompok pembanding. Menggunakan desain eksperimen Solomon Four Group Design, dapat dianalisis efek dari semua variabel yang terkait ( program/perlakuan, tes awal, variabel terkait lainnya ).

Skema desain eksperimen Solomon Four-Group Design digambarkan oleh Arikunto ( 2009 : 210 ) dalam bukunya Manajemen Penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian Solomon Four-Group Design

Kelompok Eksperimen (E.1) O1 X O2 Kelompok Kontrol ( K.1 ) O1 O2 Kelompok Eksperimen ( E.2 ) X O2 Kelompok Kontrol ( K.2) O2

Keterangan : O 1 = Pretes

(40)

Data skor yang dihasilkan dari penelitian dengan menggunakan desain ini, akan dianalisis untuk menentukan efek dari variabel yang terkait yaitu program PBAS dan tes awal. Analisis tersebut dilakukan sebagai berikut :

a. Dari kelompok eksperimen ( E.1) dengan kelompok kontrol ( K.1 ) dapat diketahui efek perlakuan tetapi dipertanyakan adanya efek tes awal.

b. Dari kelompok eksperimen ( E.1 ) dengan kelompok pembanding ( K.2) dapat diketahui efek tes awal, sekaligus perlakuan.

c. Dari kelompok eksperimen ( E.2 ) dengan kelompok pembanding ( K.2) dapat diketahui efek perlakuan saja.

d. Dari kelompok eksperimen ( E.1 ) dengan kelompok eksperimen ( E.2 ) dapat diketahui efek tes awal tetapi ada juga efek perlakuan.

e. Dari kelompok kontrol ( K.1 ) dengan kelompok pembanding ( K.2) dapat diketahui efek tes awal.

f. Dari kelompok eksperimen ( E.2 ) dengan kelompok kontrol ( K.1 ) dapat diketahui perbedaan efek tes awal dengan efek perlakuan.

B. Populasi, Sampel Penelitian dan Lokasi

1. Populasi

Dalam penelitian perlu diadakan pembatasan terhadap populasi yang

(41)

didefinisikan baik orang, peristiwa atau obyek. Sedangkan Sugiyono ( 2009:80 ) memberikan pengertian bahwa :

(42)

sebelum penelitian dilakukan sebagai daerah atau wilayah keberlakukan hasil penelitian.

Kemudian Sukmadinata (2008:250) dalam bukunya Metodologi Penelitian Pendidikan mengemukakan bahwa :

Dalam penelitian, populasi ini dibedakan antara populasi secara umum dengan populasi target atau “ target population”. Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran keberlakuan kesimpulan penelitian kita. Orang-orang, lembaga, organisasi , benda-benda yang menjadi sasaran penelitian merupakan anggota populasi. Anggota populasi yang terdiri atas orang-orang biasa disebut subyek penelitian, tetapi kalau bukan orang disebut obyek penelitian.

Pendapat Sukmadinata tentang populasi ini mengandung pengertian bahwa keberlakuan hasil penelitian hanya berlaku untuk populasi yang memang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu populasi yang sudah ditargetkan dalam penelitian. Subyek atau obyek yang sama tetapi tidak termasuk dalam ketentuan populasi target dalam penelitian, maka populasi tersebut tidak bisa dikenai kesimpulan hasil penelitian.

(43)

Berdasarkan kajian terhadap beberapa pendapat di atas maka populasi

adalah seluruh data dan keadaan yang menjadi perhatian peneliti dalam ruang lingkup dan waktu yang ditentukan berkaitan dengan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data dalam bentuk jumlah maupun sifat atau karakteristik yang dimiliki oleh subyek atau obyek penelitian. Populasi dibedakan menjadi populasi umum, populasi target dan populasi akses. Populasi umum merupakan seluruh subyek dan obyek yang memiliki kulitas dan karakteristik yang ditentukan oleh peneliti. Populasi target adalah populasi yang ditetapkan dan direncanakan dalam penelitian dengan alasan kuat memiliki kesamaan karakteristik dengan populasi terukur. Sedangkan populasi akses adalah populasi yang dapat ditemui sebagai sasaran penelitian baik sebagai kelompok kontrol maupun sebagai kelompok eksperimen. Populasi akses atau populasi terukur ini merupakan populasi yang ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian dan telah memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam penelitian. Jika penelitian dilakukan terhadap seluruh populasi maka penelitian itu disebut penelitian populasi, sedangkan apabila penelitian itu dilakukan terhadap sebagian populasi maka penelitian itu disebut penelitian sampel.

Sebagai populasi umum dalam penelitian ini adalah siswa sekolah dasar negeri sebanyak 38 kelas dari kelas satu sampai kelas enam, dan sebagai populasi targetnya adalah siswa sekolah dasar kelas lima pada :

(44)

c. Sekolah Dasar Swasta Puri Artha Telukjambe. d. Sekolah Dasar Negeri Sirnabaya III Telukjambe. 2. Sampel Penelitian

Sampel adalah anggota populasi yang dengan persyaratan tertentu dapat mewakili populasi. Arikunto (2006:131) mengemukakan bahwa, “ Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Menurut pengertian ini sampel harus memiliki sifat-sifat dan karakteristik yang sama dengan populasi penelitian, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan keberlakuannya. Sugiyono (2009:81) mengemukakan pendapatnya tentang sampel yaitu sebagai berikut :

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi itu besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada dalam populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili). Sampel merupakan bagian dari anggota populasi yang karakteristiknya dimiliki oleh populasi secara keseluruhan, sehingga kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian terhadap sampel merupakan kesimpulan yang dapat diberlakukan terhadap seluruh populasi. Melalui sampel ini dapat diambil kesimpulan dengan biaya yang lebih hemat dan waktu yang lebih singkat, tetapi diyakini dapat mewakili sejumlah populasinya.

(45)

hasil penelitian. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.” Berdasarkan pengertian tentang sampel di atas, bahwa sampel penelitian harus memiliki sifat-sifat dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Karena kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian terhadap sampel tersebut akan diberlakukan secara umum terhadap populasi.

Dalam penelitian pendidikan, sampel harus memenuhi syarat kecukupan ( jumlah ) dan representatif ( mewakili karakteristik populasi ), sehingga sampel yang dipilih benar-benar mewakili populasi yang diteliti. Artinya karakteristik yang dimiliki oleh populasi juga dimiliki oleh sampel. Kedua syarat tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena hasil penelitian akan digeneralisasikan keberlakuannya. Dalam penelitian pendidikan untuk mendapatkan kelompok sampel yang memenuhi kedua syarat itu sangat sulit, tetapi kesulitan tersebut dapat diminimalisir sehingga kelompok sampel tersebut bisa mendekati terpenuhinya syarat tersebut. Hal ini seperti dikemukakan oleh Sukmadinata ( 2008 : 197 ) dalam bukunya Metodologi Penelitian, bahwa :

Tidak berarti menutup kemungkinan melakukan eksperimen (murni) pada bidang sosial, dengan mempertimbangkan beberapa hal, upaya mendapatkan kelompok random ( memiliki karakteristik yang sama ) dapat dilakukan. Dalam pelaksanaan penelitian mungkin hanya beberapa karakteristik saja yang perlu pengukuran pada saat itu.

(46)
(47)

biasanya. Siswa yang terpilih sebagai sampel penelitian tersebut dianggap sama berdasarkan delapan karakteristik seperti dibawah ini.

1) Tingkat kecerdasan ( dari prestasi belajar semester sebelumnya).

2) Latar belakang sosial ekonomi ( dari status kepegawaian orang tua yaitu tetap/tidak tetap).

3) Tingkat usia ( dari tahun kelahiran) = 11 tahun.

4) Minat, disiplin dan motivasi ( dari kehadiran siswa ) = di atas 90 %. 5) Derajat kesehatan ( mengidap penyakit kronis/tidak) = Pernah/tidak. 6) Tempat tinggal sekarang ( Orang Tua Kandung/bukan ) = OTK/Bukan. 7) Asuhan dalam keluarga ( kedua orang tua kandung lengkap/tidak lengkap). 8) Jarak dari sekolah = Dekat (Tidak lebih dari 2 km atau dalam satu kelurahan)/

Jauh (Lebih dari 2 km atau diluar kelurahan).

Setelah dipilih berdasarkan delapan karakteristik tersebut, selanjutnya diambil sebanyak 20 orang siswa dari tiap SD kelompok sampel itu untuk dijadikan sampel eksperimen. Pengambilannya dilakukan secara random atau diundi. Data selengkapkan dapat dilihat pada lampiran.4.

Anggota populasi yang dijadikan sampel dan posisi dalam penelitian adalah sebagai berikut :

a. 20 orang siswa sekolah dasar kelas lima SD Negeri Karawang Kulon II, sebagai kelompok eksperimen ( E.1).

(48)

c. 20 orang siswa sekolah dasar kelas lima SD Negeri Karawang Kulon III, sebagai kelompok kontrol ( K.1 ).

d. 20 orang siswa sekolah dasar kelas lima SD Negeri Sirnabaya III Telukjambe, sebagai kelompok kontrol ( K.2 ).

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada empat sekolah dasar negeri dan swasta di Kabupaten Karawang. Penentuan SD sebagai sekolah sebagai kelompok sampel ditetapkan dengan mempertimbangkan persyaratan yang diperlukan dalam penelitian eksperimen, yaitu sampel berasal dari latar belakang yang sama. Berdasarkan pertimbangan ini, maka SD yang ditetapkan sebagai obyek penelitian diambil dari dua kecamatan maju di Kabupaten Karawang, yaitu Kecamatan Karawang Barat dan Kecamatan Telukjambe Timur. Setelah ditetapkan SD tersebut selanjutnya ditetapkan posisi dalam penelitian, yaitu sebagai kelompok eksperimen 1 ( E.1 ), kelompok eksperimen 2 ( E.2 ), kelopmpok kontrol ( K ) dan kelompok pembanding ( P ). Penetapan posisi ini dilakukan secara random yaitu dengan cara diundi, sehingga setiap kelompok sampel memiliki peluang yang sama terhadap status kelompok dalam penelitian, yaitu :

1. Sekolah Dasar Negeri Karawang Kulon II Kecamatan Karawang Barat sebagai kelompok eksperimen ( E.1).

2. Sekolah Dasar Swasta Puri Artha Kecamatan Telukjambe Timur sebagai kelompok eksperimen ( E.2 ).

(49)

4. Sekolah Dasar Negeri Sirnabaya III Kecamatan Telukjambe Timur sebagai kelompok kontrol( K.2 ).

C. Teknih dan Alat Pengumpulan Data

1. Observasi atau Pengamatan

Observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Purwanto, M.Ngalim dalam bukunya Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (2009:149) mengemukakan bahwa, “ Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.” Observasi ini merupakan teknik penilaian yang tidak hanya menekankan pada aspek proses belajar atau proses terjadinya tingkah laku, tetapi melalui observasi ini akan dapat dilakukan pengukuran atau penilaian hasil dan proses belajar siswa yang dilakukan secara

langsung dengan melakukan pencatatan terhadap apa yang dilihat. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk melihat bagaimana aktivitas

(50)

a. Observasi Sehari-hari ( Daily Observation )

Tehnik observasi ini dilakukan secara insidental terhadap suatu kegiatan, perilaku yang menonjol dan tidak direncanakan secara khusus. Pelaksanaan observasi biasanya tidak menggunakan pedoman observasi karena pelaksanaan dilakukan tidak secara khusus tetapi sambil melakukan pekerjaan atau tugas rutin. Observasi dapat dilakukan oleh orang yang banyak berhubungan dengan

yang diobservasi. Hasil observasi dengan teknik ini disebeut catatan anekdot ( anecdotal record ).

b. Observasi Sistematis ( Systematic Observation )

Tehnik observasi ini dilakukan melalui perencanaan dan dipersiapkan sebelumnya. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi yang memuat pertanyaan-pertanyaan tentang perilaku atau hal lain yang akan diobservasi, dan memuat pula tujuan observasi, subyek observasi, lokasi serta waktu pelaksanaan observasi. Observasi ini dapat dilakukan dengan cara partisipatif maupun nonpartisipatif.

c. Observasi Partisipatif ( Partisipative Observation )

(51)

d. Observasi Non Partisipatif ( Non Partisipative Observation )

Pada tehnik observasi ini observer tidak secara langsung bergabung dalam kegiatan siswa, tetapi berada diluar itu bahkan lebih baik dilakukan dari jauh, agar tidak mengahasilkan data yang bias karena terjadi perilaku yang dibuat-buat.

Adapun observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur ( structured observation ) yaitu dengan menggunakan sebuah daftar yang telah

disusun sebagai pedoman observasi yang memuat jenis-jenis aspek kegiatan yang harus dinilai. Sedangkan tehnik pelaksanaan dilakukan dengan tehnik observasi nonpartisipatif. Penggunaan teknik observasi ini didasarkan pada pertimbangan agar pelaksanaan observasi dapat dilakukan dengan terprogram, terarah dengan waktu yang tidak lama.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, teknik observasi tersebut dilakukan dengan cara observasi partisipasi yaitu pengamatan langsung melibatkan diri dalam proses kegiatan yang sedang dilakukan olej siswa.

2. Tes

Dalam dunia pendidikan istilah tes bukanlah hal yang baru, karena tes merupakan bagian dari kegiatan evaluasi. Tes merupakan prosedur yang sistematis dimana individu yang di tes dipresentasikan dengan suatu set stimulasi

jawaban mereka yang dapat menunjukan kedalam angka. Arifin, Zaenal ( 2009:118 ) mengemukakan bahwa :

(52)

Dari kutipan tersebut bahwa tes bertujuan untuk mengukur perubahan aspek perilaku siswa. Melalui tes dapat diketahui seberapa besar perubahan yang terjadi setelah siswa mengikuti pembelajaran. Dalam penelitian ini tes dilakukan dengan tujuan untuk mengukur tingkat keefektifan pendekatan pembelajaran yang diteliti. Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran adalah hasil belajar. Oleh karena itu tes yang dilakukan adalah tes hasil belajar untuk mengukur tingkat penguasaan pengetahuan atau kemampuan peserta didik berkenaan dengan bahan atau kompetensi yang telah dipelajarinya. Tes hasil belajar memiliki beberapa fungsi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tes dilakuan sebelum perlakuan ( pretes ) dan setelah perlakuan ( postes ) terhadap kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan, sedangkan postes dilakukan untuk mengukur tingkat kemajuan dan perbandingan peningkatan hasil belajar setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa.

(53)

Instrumen disusun dengan teliti dalam upaya mendapatkan data hasil penelitian yang akurat melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar berdasarkan kata kerja operasional yang digunakan.

2. Menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar serta

mengembangkannya menjadi indikator keberhasilan belajar siswa yang diharapkan.

3. Menyusun silabus sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah dianalisis serta indikator yang telah dikembangkan berdasarkan hasil analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar.

4. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. 5. Menyusun kisi-kisi intsrumen tes hasil belajar.

6. Menyusun instrumen tes hasil belajar berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun. 7. Mengadakan try Out atau uji coba instrumen tes untuk mendapatkan gambaran

tentang validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran item soal. Uji coba dilakukan terhadap siswa diluar sampel penelitian.

(54)
(55)

Kriteria korelasi koefisien menurut Purwanto ( 2009 :139 ) adalah sebagai berikut :

0,00 - 0,20 = sangat rendah ( hampir tidak ada korelasi). 0,20 - 0,40 = Korelasi rendah.

0,40 - 0,70 = Korelasi cukup. 0,70 - 0,90 = Korelasi tinggi.

0,90 - 1,00 = Korelasi sangat tinggi ( sempurna ).

Untuk menguji tingkat validitas tes ini, peneliti melakukan dua kali uji coba instrumen tes yang sama terhadap siswa yang berbeda, yaitu siswa kelas V.A dan siswa kelas V.B SD Negeri Puseur Jaya. Dari hasil uji coba tersebut diperoleh skor seperti terlihat pada tabel.8 dan tabel.10 lampiran.2. Berdasarkan skor hasil uji coba tersebut, maka untuk meguji tingkat validitas digunakan rumus Product moment of correlation seperti di bawah ini :

r ∑ x y

∑ x ∑ y

r ∑ .

√ . .

.

.

=

0,77

(56)

bahwa tingkat validitas tes tersebut tinggi, artinya tes tersebut memiliki tingkat validitas yang tinggi.

b. Reliabilitas tes ( test reliability ) menggambarkan tingkat ketetapan atau keajegan instrumen. Instrumen dianggap reliabel jika digunakan beberapa kali mengukur aspek yang diukur menggambarkan hasil yang sama atau relatif sama. Dalam melakukan uji tingkat reliabilitas tes, penulis melakukan uji coba tes yang sama sebanyak dua kali pada siswa yang sama dalam waktu yang berbeda, yaitu siswa kelas V.A SD Puseur Jaya, Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang. Skor hasil tes ke-1 dan tes ke-2 tersebut kemudian di susun menjadi rangking atau urutan mulai dari paling tinggi sampai yang paling rendah. Deskripsi hasil uji coba tersebut dapat dilihat pada lampiran.2.

Untuk menguji tingkat reliabilitas tes, digunakan metode Spearman yaitu rank method of correlation, dengan rumus seperti di bawah ini :

ρ 1 6 ∑ D

1

ρ 1

= 1 - .

= 1 – 0,06

= 0,94

(57)

tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tes yang disusun memiliki tingkat reliabilitas atau kehandalan yang baik.

c. Tingkat kesukaran ( difficulty index ) item soal adalah gambaran kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal tes. Item soal yang bagus adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal.

B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal.

N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan. Tingkat kesukaran tersebut menurut Sudjana (2009 : 137 )

diklasifikasikan sebagai berikut : 0,00 - 0, 30 = soal kategori sukar. 0,31 - 0,70 = soal kategori sedang. 0,71 - 1,00 = soal kategori mudah.

Di bawah ini disajikan perhitungan analisis tingkat kesulitan butir soal berdasarkan hasil uji coba pada siswa kelas V.A SD Negeri Puseur Jaya, Telukjambe Timur. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.16 lampiran .1.

(58)

Berdasarkan tabel tersebut, dari 90 item soal yang diuji cobakan diperoleh hasil sebagai berikut :

1). Klasifikasi sukar = 19 item. 2). Klasisifkasi sedang = 52 item. 3). Klasifikasi mudah = 19 item.

d. Daya pembeda ( discriminating power ) menggambarkan kemampuan suatu tes tersebut memisahkan antara subyek yang pandai dengan subyek yang kurang pandai. Dalam mencari daya pembeda subyek dipisahkan menjadi dua sama besar berdasarkan atas skor total yang mereka peroleh. Untuk menentukan daya pembeda dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria Rose dan Stanley, yaitu dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

SR = Jumlah siswa yang menjawab salah kelompok rendah. ST = Jumlah siswa yang menjawab salah kelompok tinggi.

Pengelompokan siswa menjadi kelompok rendah dan kelompok tinggi yaitu dengan perhitungan 27 % dari jumlah siswa. Sedangkan kriteria yang digunakan dari table Ross dan Stanley adalah sebagai berikut.

(59)

Tabel 3.2

Cuplikan Tabel Ross dan Stanley

Jumlah siswa N

(27 % x N ) Option

28 - 31 4 5 5 5

32 - 35 5 5 5 5

36 - 38 5 5 5 5

Dan seterusnya dapat dilihat pada tabel Ross dan Stanley.

Dari hasil perhitungan daya pembeda setiap butir soal, maka diperoleh hasil sebagai mana terlihat dalam tabel.3.18. Hasil perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 2.

Dari tabel tersebut diperoleh hasil analisis daya pembeda sebagai berikut: a. Jumlah soal = 90 item.

b. Diterima = 75 item. c. Ditolak = 15 item.

Setelah analisis validitas, analisis reliabilitas, analisis tingkat kesulitan dan analisis daya pembeda selesai, selanjutkan dilakukan rekapitulasi item soal berdasarkan analisis tingkat kesulitan dan analisis daya pembeda untuk menentukan nomor item soal yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai instrumen penelitian, seperti telihat pada lampiran 2.

Berdasarkan rekapitulasi pada tabel tersebut, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

(60)

b. Berdasarkan analisis tingkat kesulitan maka dari 76 item yang diterima terdapat klasifikasi sbb :

1) 14 item klasifikasi mudah yaitu 18 % dari jumlah item yang diterima. 2) 44 item klasifikasi sedang yaitu 58 % dari jumlah item yang diterima. 3) 18 item klasifikasi sukar yaitu 24 % dari jumlah item yang diterima. Dari 76 item soal yang diterima, selanjutkan diambil 60 item soal

sebagai instrumen pre tes dan pos tes pada penelitian eksperimen dengan komposisi sebagai berikut :

1) 20 % soal klasifikasi mudah = 12 item. 2) 60 % soal klasifikasi sedang = 36 item. 3) 20 % soal klasifikasi sukar = 12 item.

D. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini adalah 1) Sudi perdahuluan tentang kondisi sebelum dilaksanakan penelitian, 2) Mengadakan prestes untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, 3) Mengadakan pelakuan untuk kelompok eksperimen, 4) Mengadakan postes untuk kelompok kontrol, kelompok eksperimen dan kelompok pembanding.

1.Studi Pendahuluan

(61)

meliputi aktivitas fisik, non fisik, bertanya, memberikan jawaban, kerja kelompok, memecahkan masalah.

2. Persiapan

a. Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta melakukan analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar.

b. Mengembangkan kompetensi dasar menjadi indikator hasil belajar.

c. Menyusun materi pembahasan sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar.

d. Menyusun silabus mata pelajaran sesuai dengan ketentuan dalam KTSP e. Menyusun RPP yang menggambarkan aktivitas siswa yang meliputi

aktivitas fisik, mental, intelektual.

f. Menyusun instrumen penelitian yang meliputi instrumen aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

g. Melakukan uji coba ( Try Out ) instrumen penelitian yang dilakukan diluar sekolah yang menjadi obyek penelitian.

3. Melaksanakan eksperimen

a. Menetapkan siswa sebagai kelompok eksperimen, kelompok kontrol, dan kelompok pembanding.

b. Melakukan pretes baik kepada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

(62)

kontrol dengan pembelajaran konvensional, sedangkan kelompok pembanding hanya diberikan pos tes saja.

d. Memberikan postes kepada kelompok eksperimen, kelompok kontrol maupun kelompok pembanding.

3. Pengolahan data hasil penelitian.

4. Membuat penafsiran dan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

5. Menyusun laporan hasil penelitian

E. Teknik Analisis Data

(63)

1. Nilai rata-rata ( mean ) atau rata-rata hitung merupakan ukuran gejala pusat yang sering digunakan karena memiliki konsep yang sama dengan konsep rata-rata yang biasa dipelajari di sekolah-sekolah. Untuk menghitung mean data kelompok dilakukan dengan mengambil titik tengah yaitu setengah dari jumlah ujung bawah kelas dan ujung atas kelas untuk mewakili setiap kelas interval. Tujuannya adalah untuk menghindari adanya data yang ada disetiap interval mempunyai nilai lebih besar atau lebih kecil dari titik tengah. Perhitungannya dilakuian digunakan SPSS atau secara manual dengan rumus :

"# ∑ $∑ '% . &%

(

Keterangan X = Mean.

)* = Titik tengah +* = Frekuensi

∑ ( )* )* ) = Jumlah frekuensi.

(64)

membuat distribusi prekuensi dan mencari nilai median. Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS atau secara manual dengan rumus :

,-

.

/

0 1

2 34 5'

6

Keterangan:

Me = Nilai median.

./ = Batas bawah kelas sebelum nilai median akan terletak.

P = Panjang kelas nilai median. n = Jumlah data.

f = Banyaknya frekuensi kelas median.

Jf = Jumlah dari semua frekuensi kumulatif sebelum kelas median.

3. Variansi ( variance ) dan simpangan baku ( standar deviation ) merupakan dua buah ukuran yang paling sering digunakan. Variansi adalah kuadrat dari simpangan baku, sedangkan simpangan baku adalah akar dari variansi.

4. Nilai terendah dan nilai tertinggi yaitu jumlah skor terendah atau skor tertinggi yang dimiliki kelompok tersebut.

Untuk mengetahui tingkat signifikansi yang ditimbulkan melalui penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ( PBAS ), maka dirumuskan hipotesis dengan kaidah keputusan :

• Jika 7 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Sig atau ( 7 = 0,05

(65)

• Jika 7 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Sig atau ( 7 = 0,05 <

Sig ), maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Gambar

Gambar    3.1     Gambar Skema Uji Coba   Instrumen……...………………    115
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Cuplikan Tabel Ross dan Stanley

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk adalah Guru merencanakan suatu pendekatan pembelajaran berdasarkan kurikulum yang

KM 49 (2005) menyebutkan bahwa angkutan perdesaan adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang berada

Nilai-nilai pendidikan karakter bangsa pada pembelajaran matematika adalah nilai-nilai yang mencitrakan karakter yang dimiliki warga Negara Indonesia berdasarkan

Setelah data terkumpul, analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara mengidentifikasi jenis tuturan berdasarkan modus kalimat yang digunakan, serta

Pengaruh cukup dalam diartikan bahwa orang tua tetap mengawasi dan menegur apabila melakukan tindakan merokok di rumah, namun apabila sudah di luar rumah kontrol

[r]

Aplikasi yang dibuat ini juga dapat digunakan untuk melakukan pencarian data barang, customer, supplier serta dapat menghasilkan pencetakkan output berupa data barang dan

[r]