• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH IMPLEMENTASI DAN KARAKTERISTIK INOVASI SMM ISO 9001 : 2000 Terhadap kepuasan staf pada inovasi SMM ISO ISO 9001 : 2000 DI LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH IMPLEMENTASI DAN KARAKTERISTIK INOVASI SMM ISO 9001 : 2000 Terhadap kepuasan staf pada inovasi SMM ISO ISO 9001 : 2000 DI LPMP Provinsi Kalimantan Barat."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

(2)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.5. Instrumen Penelitian ... 74

4.1.3. Deskripsi variabel penelitian ... 103

4.2. Analisis Verifikatif ... 113

4.2.1. Uji asumsi ... 113

4.2.2. Analisis korelasi dan regresi ... 120

4.3. Pembahasan hasil penelitian ... 129

4.3.1. Gambaran implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 ... 129

4.3.2. Gambaran karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 ... 132

4.3.3. Gambaran Kepuasan staf terhadap inovasi ... 133

4.3.4. Pengaruh implementasi terhadap kepuasan staf ... 135

4.3.5. Pengaruh karakteristik terhadap kepuasan staf ... 140

(3)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

4.2. Karakteristik responden berdasarkan bagian ... 98

4.3. Karakteristik responden berdasarkan pangkat/golongan ... 99

4.4. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 100

4.5. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman mengikuti diklat ... 101

4.6. Karakteristik responden berdasarkan latar belakang pendidikan ... 102

4.7. Histogram variabel implementasi inovasi SMM 9001:2000 ... 105

4.8. Perbandingan rata-rata skor dimensi variabel implementasi ... 106

4.9. Histogram variabel karakteristik inovasi SMM 9001:2000 ... 108

4.10. Perbandingan rata-rata skor dimensi variabel karakteristik ... 109

4.11. Histogram variabel kepuasan staf terhadap inovasi SMM 9001:2000 111 4.12. Perbandingan rata-rata skor dimensi variabel kepuasan... 112

(4)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

2.1. Perbedaan mutu menurut Deming, Juran dan Crosby ... 15

3.1. Jumlah sampel penelitian ... 70

3.2. Kisi-kisi instrumen implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 ... 75

3.3. Kisi-kisi instrumen karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 ... 76

3.4. Kisi-kisi instrumen kepuasan staf terhadap inovasi ISO 9001:2000 ... 77

3.5. Hasil uji validitas instrumen implementasi SMM ISO 9001:2000 ... 80

3.6. Hasil uji validitas instrumen karakteristik SMM ISO 9001:2000 ... 82

3.7. Hasil uji validitas instrumen kepuasan staf terhadap inovasi ... 84

3.8. Hasil uji reliabilitas ... 86

3.9. Tabel kriteria... 88

3.10. Pedoman interprestasi koefisien korelasi ... 92

4.1. Jumlah staf LPMP Provinsi Kalimantan Barat ... 96

4.2. Karakteristik responden berdasarkan bagian ... 97

4.3. Karakteristik responden berdasarkan pangkat/golongan ... 99

4.4. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 100

4.5. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman mengikuti diklat ... 101

4.6. Karakteristik responden berdasarkan latar belakang pendidikan ... 102

4.7. Distribusi frekuensi skor variabel implementasi ... 104

4.8. Deskripsi statistik variabel implementasi ... 104

4.9. Distribusi frekuensi skor variabel karakteristik ... 107

4.10. Deskripsi statistik variabel karakteristik ... 108

4.11. Distribusi frekuensi skor variabel kepuasan ... 110

4.12. Deskripsi statistik variabel kepuasan ... 111

4.13. Hasil uji normalitas ... 114

(5)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.15. Hasil uji multikolinieralitas ... 119

4.16. Hasil uji heteroskedastisitas ... 120

4.17. Pedoman interprestasi koefisien korelasi ... 121

4.18. Hasil korelasi data penelitian antara variabel bebas dan terikat ... 121

4.19. Ringkasan model regresi �1 terhadap Y ... 123

4.20. Hasil regresi parsial �1 terhadap Y ... 123

4.21. Ringkasan model regresi �2 terhadap Y ... 125

4.22. Hasil regresi parsial �2 terhadap Y ... 126

4.23. Ringkasan model regresi �1 dan �2 terhadap Y ... 128

(6)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat ijin penelitian ... 154

Lampiran 2 Kisi-kisi instrumen penelitian ... 155

Lampiran 3 Instrumen penelitian ... 158

Lampiran 4 Hasil uji validitas dan reliabilitas ... 167

Lampiran 5 Data hasil penelitian ... 174

Lampiran 6 Uji prasyarat ... 180

Lampiran 7 Pengujian hipotesis ... 187

(7)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Mutu merupakan kebutuhan utama setiap orang, setiap institusi bahkan

setiap negara sehingga muncul slogan Quality is everybody business, dimana

usaha untuk memperoleh dan meningkatkan mutu merupakan agenda utama setiap

orang. Mutu menjadi salah satu tantangan bagi institusi bisnis maupun pendidikan

karena mereka dihadapkan pada persoalan bagaimana mengelola sebuah mutu

dalam menghadapi persaingan global. Mutu pertama kali muncul dalam dunia

industri, namun dewasa ini mutu juga menjadi kebutuhan dalam dunia pendidikan.

Dalam dunia industri, mutu adalah nilai jual yang menjadi prioritas utama dan

menjadi faktor pembeda yang dibutuhkan oleh konsumen, sedangkan dalam dunia

pendidikan dapat diartikan sebagai derajat keunggulan suatu produk atau hasil

kerja baik yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat tetapi dapat

dirasakan yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang

diharapkan. Hal ini ditujukan agar institusi pendidikan mampu bertahan dalam

dunia persaingan yang sangat kompetitif serta mampu memberikan pelayanan

yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Dewasa ini, perkembangan pemikiran manajemen mutu dalam pendidikan

mengarah pada sistem manajemen yang disebut TQM (Total Quality

(8)

merupakan salah satu strategi manajemen untuk menjawab tantangan eksternal

suatu organisasi guna memenuhi kepuasan pelanggan. Pengertian Total Quality

Management (TQM), menurut Edward Sallis (2011: 73) adalah sebuah filosofi

tentang perbaikan secara terus menerus yang dapat memberikan seperangkat alat

praktis kepada setiap institusi untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan

para pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang. TQM merupakan

perluasan dan pengembangan dari jaminan mutu. TQM adalah tentang usaha

menciptakan sebuah kultur mutu yang mendorong semua anggota stafnya untuk

memuaskan pelanggan.

Manajemen mutu terpadu merupakan suatu teori ilmu manajemen yang

mengarahkan pimpinan organisasi dan personelnya untuk melakukan program

perbaikan mutu secara berkelanjutan yang terfokus pada pencapaian kepuasan

para pelanggan. Jargon utama yang mendasari falsafah manajemen mutu terpadu

terfokus pada pernyataan “Do the right things, first time, every time”, yang artinya

kerjakan sesuatu yang benar sejak pertama kali, setiap waktu. Dasar pemikiran

perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar dapat bersaing

dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan mutu yang

terbaik. TQM memberikan suatu filosofi perangkat alat untuk memperbaiki mutu

dengan prinsip dasar bahwa pelanggan dan kepentingannya harus diutamakan.

TQM memiliki suatu ide yang mudah dipahami namun untuk

mengimplementasikannya membutuhkan komitmen yang tinggi dan upaya

(9)

Penerapan TQM dalam suatu organisasi dapat memberikan beberapa

manfaat utama yang pada gilirannya dapat meningkatkan laba serta daya saing

perusahaan yang bersangkutan. TQM merupakan konsep yang mempunyai

nilai-nilai yang baik untuk perkembangan organisasi di semua sektor kehidupan. TQM

telah banyak di adopsi kedalam berbagai bidang terutama pada dunia bisnis dan

ekonomi. TQM tidak hanya terpaku pada aspek bisnis dan ekonomi saja, tetapi

nilai-nilai yang ada dalam manajemen mutu terpadu dapat diimplementasikan

dalam dunia pendidikan.

Suatu organisasi dapat memutuskan untuk mengawali inisiatif TQM-nya

dengan menggunakan sistem manajemen mutunya sendiri atau menggunakan

sistem yang telah ada dan diakui secara internasional. Sistem manajemen mutu

menunjukkan bagaimana cara suatu organisasi menjaga dan meningkatkan

kualitas produk. Berbagai cara dapat dilakukan mulai dari komitmen manajemen,

manajemen sumber daya, proses realisasi produk, serta pengukuran, analisa dan

perbaikan di sistem manajemen mutu sehingga produknya selalu terjaga

kualitasnya dan terus menerus ditingkatkan untuk kepuasan pelanggan.

Untuk menuju profesionalisme manajemen maka diperlukan satu sistem

manajemen mutu. Salah satu sistem manajemen mutu yang telah berstandar

internasional adalah sistem manajemen mutu (SMM) ISO. ISO adalah organisasi

internasional untuk standarisasi yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan the

International Organization for Standardization Organisasi ini didirikan pada

tahun 1987 berkedudukan di Jenewa Swiss. ISO terdiri dari beberapa kelompok

(10)

merupakan salah satu standar sistem manajemen mutu yang diakui dunia

internasional dan bersifat global untuk berbagai bidang usaha dan merupakan

standarisasi eksternal sebagai bentuk pengakuan terhadap penyelenggaraan

jaminan mutu pada suatu organisasi. Kepemilikan terhadap pengakuan ini akan

membuat suatu organisasi mengupayakan disiplin untuk menspesifikasi dan

mendokumentasikan sistem manajemen mutunya agar mendapatkan akreditasi

dari pihak ketiga, karena penggunaan SMM ISO menuntut seluruh aktivitas

produksi barang atau jasa dilakukan dengan prosedur yang terdokumentasikan.

Sertifikasi ISO adalah alat pemasaran yang sangat jitu bagi organisasi dengan

menunjukkan logo registrasinya. Keuntungan penggunaan standar ISO daripada

standar buatan sendiri adalah kepemilikan terhadap validasi dan pengakuan

eksternal.

Penggunaan SMM ISO merupakan suatu inovasi bagi organisasi yang baru

menggunakannya. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang

dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau

sekelompok orang atau organisasi baik itu merupakan hasil invention maupun

discovery yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan

suatu masalah tertentu (Saud 2009 : 3). Suatu inovasi sebelum diadopsi akan

melalui tahapan proses keputusan inovasi, yaitu proses yang dilalui/dialami

individu (unit pengambil keputusan yang lain). Proses keputusan inovasi bukan

kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan

yang melalui suatu proses sehingga individu atau organisasi dapat menilai

(11)

menolak atau menerima inovasi dan menerapkannya (Saud, 2009 : 35). Suatu

model proses keputusan inovasi terdiri dari empat tahap yaitu pengetahuan,

persuasi, keputusan dan konfirmasi. Tahap pengetahuan merupakan tahap awal

dimana inovasi tersebut diperkenalkan dan diketahui oleh calon adopter. Pada

tahap persuasi adopter membentuk persepsinya terhadap inovasi dengan

memperoleh karakteristik yang merupakan ciri-ciri inovasi dalam pengamatannya.

Karakteristik inovasi menurut Everett M Roger (1971 : 137-155) terdiri dari

keuntungan relatif, kompabilitas (compatibility), kompleksitas (complexity),

triabilitas (triability), observabilitas (observability). Karakteristik inovasi

mempengaruhi cepat lambatnya penerimaan inovasi, tetapi pada tahap konfirmasi

karakteristik ini juga dapat mempengaruhi kepuasan terhadap inovasi yang dapat

menyebabkan terjadinya diskontinuansi/penghentian adopsi inovasi. Kemudian

pada tahap keputusan, dihasilkan sikap menerima atau menolak inovasi yang

diperoleh berdasarkan keputusan sendiri, keputusan bersama atau berdasarkan

paksaaan (kekuasaan). Terdapat tiga jenis keputusan inovasi (Saud, 2009:41),

yaitu yaitu keputusan inovasi opsional, kolektif dan otoritas. Keputusan inovasi

opsional, yaitu pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi dibuat oleh

individu independen dari anggota sistem. Keputusan inovasi kolektif, yaitu pilihan

untuk mengadopsi atau menolak inovasi dibuat melalui konsensus di antara para

anggota dari suatu sistem. Keputusan inovasi otoritas, yaitu pilihan untuk

mengadopsi atau menolak inovasi yang dibuat oleh individual relatif sedikit dalam

(12)

Inovasi paling cepat diterima dengan menggunakan tipe keputusan otoritas,

tetapi dalam implementasinya sering terjadi kebohongan dan keterpaksaan yang

mempengaruhi efektifitas implementasinya. Selanjutnya pada tahap konfirmasi

terjadi dua tindakan yaitu terus mengadopsi dan penghentian terhadap

penggunaan inovasi yang terjadi karena mengganti inovasi dengan yang baru atau

karena adanya ketidakpuasan.

Menurut Susilo (2003: 1) Sejak tahun 1988 hingga saat ini tidak kurang

dari 4000 perusahaan swasta dan BUMN telah mengadopsi sistem manajemen

mutu standar internasional ISO 9000. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

terhadap sejumlah perusahaan pengguna SMM ISO menunjukkan bahwa lebih

dari 80% perusahaan tersebut ternyata tidak menjalankan sistem manajemen mutu

karena dipersyaratkan oleh pelangan. Umumnya sertifikasi pun diupayakan

tergesa-gesa dan implementasi selanjutnya hanya sekedar untuk memenuhi

persyaratan normatif. Lebih lanjut dikatakan bahwa menurut survei, mayoritas

perusahaan pemegang sertifikat khususnya kelompok besar justru merasa tidak

puas dengan dampak yang ditimbulkan setelah sekian lama menjalankan sistem.

Terdapat beberapa kesalahan serius pada implementasi SMM ISO

9001:2000 yaitu implementasinya dilakukan seperti bermain sandiwara.

Persyaratan sistem yang telah dibangun dijalankan dengan rekayasa atau teknik

tipuan yang dilakukan semata-mata untuk menunjukkan kesesuaian fiktif,

akibatnya sistem manajemen mutu yang diadopsi tidak menjadi alat pengendali

mutu dan alat manajemen untuk memberdayakan organisasi, malah sebaliknya

(13)

yang tidak memahami esensi dan falsafah sistem manajemen mutu secara tepat

dan benar walaupun sertifikat SMM ISO 9001:2000 sudah diadopsi selama

bertahun-tahun.

Penggunaan inovasi SMM ISO 9001:2000 (sekarang 9001: 2008)

merupakan suatu inovasi bagi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)

Provinsi Kalimantan Barat. LPMP sebagai unit pelaksana teknis (UPT) yang

berada dibawah Depdiknas (sekarang Kemendikbudnas) mengadopsi ISO dalam

rangka mendukung pencapaian Renstra Depdiknas. Inovasi yang didasarkan atas

keputusan inovasi otoritas, yaitu dari unit organisasi yang berada pada posisi yang

lebih tinggi tersebut menyebabkan pengadopsian menjadi lebih cepat karena

orang yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan inovasi lebih sedikit.

Adopsi inovasi dengan menggunakan tipe keputusan inovasi otoritas tersebut

dapat mempengaruhi implementasinya apabila inovasi tidak terintegrasi kedalam

perilaku dan cara kerja staf sebagai individu yang mengimplementasikannya.

Implementasi inovasi yang didasarkan pada upaya pemenuhan kewajiban dapat

menimbulkan keterpaksaan sehingga mempengaruhi kepuasan staf terhadap

inovasi yang diadopsi.

LPMP berhasil memperoleh sertifikasi SMM ISO 9001:2000 dalam

manajemen mutu. pada tahun 2008. Pengadopsian inovasi tersebut hanya

berlangsung selama 2 tahun, yaitu pada tahun 2008 dan diperpanjang

penggunaannya pada tahun 2009, kemudian pada tahun 2010 terjadi penghentian

penggunaan inovasi SMM ISO 9001:2000 setelah sebelumnya mengadopsi

(14)

inovasi dilaksanakan oleh seluruh staf LPMP yang terdiri dari 92 orang, meliputi

1 kelompok fungsional (widyaiswara), 4 kelompok struktural yang meliputi 3

Seksi, 1 Subbag. Inovasi SMM ISO 9001:2000 yang diadopsi berdasarkan proses

keputusan inovasi otoritas tersebut tidak dilakukan melalui tahapan dalam proses

inovasi seperti pengetahuan dan persuasi. Hal ini berarti pengetahuan dan

pemahaman terhadap karakteristik yang dimiliki oleh inovasi tersebut kurang

dimiliki oleh staf sebagai individu yang mengimplementasikannya. SMM ISO

9001:2000 merupakan suatu alat yang dapat berguna secara optimal dan dapat

memberikan kepuasan dalam pengadopsiannya apabila digunakan dengan tepat

dan dipahami karakteristiknya, begitupula sebaliknya dapat menyebabkan

ketidakpuasan apabila implementasinya tidak tepat dan karakteristiknya tidak

dipahami.

1.2. Identifikasi dan Batasan Masalah

Inovasi merupakan bagian dari perubahan sosial. Inovasi yang terjadi

dalam organisasi melibatkan individu yang ada dalam organisasi sebagai

pelaksananya. Suatu inovasi yang telah diadopsi akan menghadapi konsekuensi

terjadinya diskontinuansi yaitu penghentian penggunaan inovasi apabila tingkat

kepuasan yang diperoleh terhadap inovasi tersebut rendah atau tidak sesuai

keinginan. Rendahnya tingkat kepuasan atau ketidakpuasan dalam penggunaan

inovasi dapat disebabkan karena :

1. Implementasi inovasi yang tidak tepat

(15)

3. Inovasi yang dipaksakan

4. Tingkat pendidikan adopter yang kurang.

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, terdapat beberapa variabel yang

dapat mempengaruhi tingkat kepuasan terhadap inovasi, tetapi dalam penelitian

ini yang menjadi perhatian adalah variabel implementasi inovasi dan karakteristik

inovasi, karena kedua variabel ini merupakan faktor yang mempengaruhi

kepuasan terhadap suatu inovasi. Disamping pembatasan variabel, ruang lingkup

penelitian ini juga dibatasi di lingkungan LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi serta batasan masalah yang ada,

maka secara spesifik rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui secara jelas dan akurat mengenai :

1. Bagaimanakah gambaran umum implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000

di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

2. Bagaimanakah gambaran umum karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000

di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

3. Bagaimanakah gambaran umum kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO

9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

4. Bagaimanakah pengaruh implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 terhadap

kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi

(16)

5. Bagaimanakah pengaruh karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 terhadap

kepuasan staf pada inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi

Kalimantan Barat.

6. Bagaimanakah pengaruh implementasi dan karakteristik inovasi SMM ISO

9001:2000 terhadap kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 di

LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan hasil yang akan diperoleh setelah penelitian

selesai dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui gambaran umum implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 di

LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

2. Mengetahui gambaran umum karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 di

LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

3. Mengetahui gambaran umum kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO

9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

4. Mengetahui pengaruh implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 terhadap

kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi

Kalimantan Barat.

5. Mengetahui pengaruh karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 terhadap

kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 LPMP Provinsi

(17)

6. Mengetahui pengaruh implementasi dan karakteristik inovasi SMM ISO

9001:2000 terhadap kepuasan staf pada inovasi SMM ISO 9001:2000 LPMP

Provinsi Kalimantan Barat.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dipilah menjadi dua kategori, yaitu manfaat akademis

dan manfaat praktis. Manfaat akademis terkait dengan kontribusi tertentu dari

penyelenggaraan penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu pengetahuan

serta dunia akademis. Sedangkan manfaat praktis berkaitan dengan kontribusi

praktis yang diberikan dari penyelenggaraan penelitian terhadap objek penelitian,

baik individu, kelompok maupun organisasi.

1. Manfaat Akademis

Manfaat akademis yang didapat dari penelitian ini adalah :

1) Menjadi sumbangan wawasan tentang teori implementasi inovasi SMM

ISO 9001:2000.

2) Menjadi sumbangan wawasan tentang teori karakteristik inovasi SMM

ISO 9001:2000.

3) Menjadi sumbangan wawasan tentang teori kepuasan terhadap inovasi

SMM ISO 9001:2000.

4) Menjadi sumber inspirasi bagi penelitian di bidang kajian yang sama.

2. Manfaat praktis

(18)

1) Menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan bagi pemerintah

dalam pengambilan kebijakan dan penyebaran inovasi.

2) Menjadi bahan masukan bagi LPMP dalam penggunaan dan penyebaran

inovasi yang merupakan kebijakan dari pemerintah agar pelaksanaannya

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

3) Menjadi bahan masukan bagi sekolah dan instansi pemerintah yang ingin

mengadopsi inovasi agar mengambil langkah-langkah yang tepat dalam

proses adopsi dan penggunaan inovasi untuk mendapatkan hasil yang

(19)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Subjek Populasi

3.1.1.Lokasi, Tempat dan waktu penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di kota Pontianak yang merupakan ibukota

Provinsi Kalimantan Barat, dan yang menjadi tempat penelitian adalah

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Kalimantan Barat

sebagai Lembaga yang telah mengadopsi inovasi sistem manajemen mutu

(SMM) ISO 9001:2000. Penelitian akan dilaksanakan selama 30 hari dari

tanggal 1 April s.d. 1 Mei 2012.

3.1.2. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian merupakan keseluruhan subjek yang akan

diteliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2010:90). Untuk

mendapatkan populasi yang relevan maka peneliti terlebih dahulu harus

mengidentifikasi jenis-jenis data yang diperlukan dalam penelitian tersebut

dan mengarah pada permasalahan dalam penelitian. Populasi penelitian ini

(20)

Pada umumnya penelitian hanya menggunakan sebagian dari seluruh

populasi yang disebut sampel untuk menghemat biaya, waktu dan tenaga.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2006:131). Penarikan atau pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik cluster stratified random sampling karena populasi yang

diambil berkelompok dengan memperhatikan strata yang ada dalam populasi

tersebut. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane

atau Slovin (Akdon, 2008 : 107) sebagai berikut:

n = N

(N.d2+t)

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N= Jumlah populasi

d2= Presisi ( ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%)

Berdasakan rumus tersebut diatas maka didapat jumlah sampelnya adalah

sebagai berikut :

n = 92

(92) x (0,05)2 + 1

n = 92 = 74,79

(92 x 0,0025)+1

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh jumlah sampel sebanyak 75 orang.

Objek penelitian ini adalah tiga variabel yaitu kepuasan staf terhadap

(21)

9001:2000 variabel bebas 1 (X1) dan karakteristik SMM ISO 9001:2000

sebagai variabel bebas 2 (X2).

Tabel 3.1. Jumlah Sampel Penelitian

No Nama Bagian Gol/Pangkat Jumlah

staf

Total Subbag Umum 41 41/93x75=33

2 Seksi PMS IV 1 1/14x11=1

III 13 13/14x11=11

Total Seksi PMS 14 14/93x75=12

3 Seksi FSP IV 1 1/15x11=1

III 11 11/15x11=9

II 3 3/15x11=2

Total seksi FSP 15 15/93x75=12

4 Seksi PSI III 9 9/11x9=8

II 2 2/11x9=2

Total Seksi PSI 12 11/93x75=10

5 Widyaiswara IV 7 7/11x9=6

III 4 4/11x9=3

Total Widyaiswara 11 9/93x75=9

TOTAL 92 75

3.2.Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data,

(22)

ciri-ciri keilmuwan yang bersifat rasional, empiris dan sistematis. Metode

dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis

deskriptif yang menggunakan korelasi dan regresi. Analisis deskriptif berupa

tabel frekuensi dan histogram digunakan untuk memudahkan dalam

melakukan interprestasi data mengenai gambaran secara umum mengenai

implementasi inovasi, karakteristik inovasi dan kepuasan staf terhadap

inovasi SMM ISO 9001:2000. Analisis deskriptif dilakukan untuk

mengkategorikan implementasi inovasi, karakteristik inovasi dan kepuasan

staf terhadap inovasi berdasarkan prosentase sehingga dapat diketahui

penggolongan dalam klasifikasi tinggi, cukup tinggi, sedang, rendah, sangat

rendah. Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai pengaruh implementasi SMM ISO

9001:2000 dan karakteristik inovasi terhadap kepuasan staf pada inovasi

SMM ISO 9001:2000 berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dilapangan.

Setelah melakukan analisis deskriptif, dilanjutkan dengan uji prasyarat

yang meliputi uji normalitas, linieritas, uji multikolinieralitas dan uji

heterokedastisitas. Uji-uji tersebut dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan

sebelum melakukan analisis uji korelasi dan regresi.

3.3.Desain Penelitian

Objek penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu variabel

implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 1) dan karakteristik inovasi

(23)

terikat yaitu kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 (Y).

Penelitian ini dilakukan untuk melihat keterkaitan antara variabel tersebut

yang meliputi pengaruh antara implementasi inovasi SMM ISO 9001: 2000

dengan kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001: 2000, pengaruh

karakteristik inovasi SMM ISO 9001: 2000 terhadap kepuasan staf pada

inovasi SMM ISO 9001: 2000 dan pengaruh secara secara simultan antara

implementasi dan karakteristik inovasi SMM ISO 9001: 2000 terhadap

kepuasan staf pada inovasi SMM ISO 9001: 2000.

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

1= Implementasi Inovasi SMM ISO 9001:2000

2= Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000

Y = Kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 p 1y

1

2

Y 2

1y, 2y

(24)

3.4.Definisi Operasional

Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan pengamatan terhadap data

yang dikumpulkan dan untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam

menginterprestasi variabel-variabel penelitian, perlu dirumuskan definisi

operasional dari masing-masing variabel.

Berikut ini adalah definisi operasional dari variabel-variabel dalam

penelitian :

1. Implementasi Sistem Manajemen Mutu SMM ISO 9001:2000, adalah

kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemenuhan persyaratan yang

telah ditetapkan dalam SMM ISO 9001:2000. Implementasi Sistem

Manajemen Mutu ini dapat dilihat dari pelaksanaan pada beberapa aspek

yang menjadi persyaratan umum dalam implementasi SMM ISO

9001:2000 antara lain :

1. Sistem manajemen mutu

2. Tanggungjawab manajemen

3. Manajemen sumberdaya

4. Pengukuran, analisis dan peningkatan

2. Karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 merupakan sifat-sifat atau

ciri-ciri yang dimiliki oleh inovasi SMM ISO 9001:2000 yang meliputi

(25)

3. Kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 merupakan sikap,

penilaian dan respon emosional yang ditunjukkan oleh staf setelah

penggunaan inovasi SMM ISO 9001:2000 yang berasal dari evaluasi

terhadap pengalaman mengggunakan inovasi tersebut. Kepuasan staf ini

diukur dengan menggunakan elemen-elemen kepuasan konsumen yang

meliputi expectation, performance, comparison, confirmation.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa angket atau

kuesioner. Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara

tertulis kepada seseorang atau responden (Arikunto, 2005:101). Pemilihan

angket sebagai instrumen penelitian dengan harapan dapat memperoleh

informasi mengenai fakta yang diperoleh secara langsung dari responden

mengenai implementasi inovasi, karakteristik inovasi dan kepuasan staf

terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000. Pernyataan-pernyataan pada angket

dibuat dengan mengacu kepada skala yang dikembangkan oleh Likert. Skala

Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial.

Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini dijabarkan menjadi

dimensi variabel, kemudian dimensi tersebut dijabarkan menjadi indikator

yang akan menjadi dasar dalam membuat pernyataan-pernyataan dalam

instrumen yang digunakan. Adapun kisi-kisi Instrumen disajikan dalam tabel

(26)

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000

Variabel Aspek Indikator No

Butir

a. Perencanaan sumberdaya 15,16,17

b. Pengelolaan sumberdaya 18,19,20

c. Evaluasi sumberdaya 21,22

1.4Pengukuran, analisis dan peningkatan

a. Pelaksanaan Audit internal 23,24

(27)

c. Melakukan tindakan

Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000

Variabel Aspek Indikator No Butir

2. Karakteristik

a.Ada nilai prestise (gengsi) 1,2

b.Adanya peningkatan

2.3.Kompleksitas a.Tingkat kemudahan

pemahaman

13,14

b.Tingkat kemudahan

penggunaan

15,16

2.4.Triabilitas a. Mudah dilakukan ujicoba 17,18

b. Ujicoba dapat dilakukan

dalam proses kegiatan

19,20

(28)

b. Prosesnya dapat diamati

setiap orang

23,24,25

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Kepuasan staf terhadap Inovasi SMM ISO

9001:2000

Variabel Aspek Indikator No Butir

3. Kepuasan

(Wilkie)

2.1.Expectations a.Penyediaan input 1,2,3,4

b.Proses pelaksanaan 5,6,7,8,9,

10,11,12,

13

c.Output yang diharapkan 14,15,16

2.2.Performance a. Kinerja aktual yang

diterima

17,18,19

2.3.Comparison a. Perbandingan dari sistem

sebelumnya

20,21

2.4.Confirmation a. Berniat untuk

menggunakan kembali

22,23

b. Menyarankan orang lain

untuk menggunakan

24,25

3.6. Ujicoba Instrumen Penelitian

Ujicoba terhadap instrumen penelitian dilakukan sebelum pengumpulan

data yang sebenarnya dilakukan. Ujicoba instrumen dilakukan untuk

(29)

dilakukan pada populasi yang mempunyai karakteristik yang sama tetapi

responden tidak termasuk responden penelitian yang sebenarnya.

Ujicoba instrumen penelitian ini dilaksanakan di LPMP Provinsi Jawa

Barat terhadap 30 responden yang dipilih secara acak. Responden uji

instrumen tersebut ditetapkan dengan pertimbangan bahwa staf tersebut

memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian.

3.6.1. Uji Validitas Instrumen

Pengujian validitas suatu instrumen dilakukan untuk mengetahui

seberapa tepat instrumen (alat ukur) itu mampu melakukan fungsinya yaitu

mampu menghasilkan data sesuai dengan ukuran yang sesungguhnya ingin

diukur. Penelitian ini menggunakan validitas internal karena data yang

dihasilkan berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil

yang dicapai. Pertama peneliti menggunakan validitas konstruk dengan

mengkonstruksi instrumen menggunakan landasan teori yang relevan dengan

variabel penelitian. Kedua, peneliti menggunakan validitas isi dengan

mengukur apakah butir-butir instrumen telah menggambarkan indikator dari

variabel-variabel penelitian. Penyusunan kisi-kisi instrumen dapat membantu

uji validitas konstruk dan validitas isi.

Uji validitas butir instrumen menggunakan analisis butir dengan

bantuan program SPSS 17.0 for windows. Untuk mengetahui tingkat validitas

butir insrumen dapat dilihat dari korelasi antara skor butir dengan skor total

(30)

korelasinya. Nilai koefisien korelasi dihitung menggunakan rumus Pearson

Product Moment sebagai berikut:

= ∑ � � − ∑ � (∑ �

∑ �2− �2 ∑ �2− �2

Keterangan :

= Koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total ( ℎ� )

∑ � = Jumlah skor butir/item

∑ � = Jumlah skor total (seluruh item)

= Jumlah responden

Selanjutnya nilai ℎ� dibandingkan dengan nilai . Jika nilai

ℎ� � lebih besar dari � (nilai ℎ� � > � maka butir tersebut

dinyatakan valid (sahih).

Hasil uji coba instrumen terhadap 30 responden dapat dilihat sebagai

berikut :

1) Variabel implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000

Hasil uji validitas butir instrumen impelemtasi inovasi SMM ISO

(31)

Tabel 3.5. Hasil uji analisis butir instrumen implementasi inovasi SMM ISO

9001:2000

No soal Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

(32)

26 0.570 0,372 Valid

27 0.774 0,372 Valid

28 0.644 0.372 Valid

29 0.697 0,372 Valid

30 0.468 0,372 Valid

Sumber : Data hasil penelitian 2012

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada hasil ujicoba yang

dilakukan dengan menggunakan Alpha-Cronbach dapat diketahui pertanyaan

yang valid dan tidak valid.

Hasil tersebut diketahui dengan cara membandingkan ℎ� dengan

� . Jika ℎ� � > � . Maka butir soal tersebut dinyatakan valid dan

sebaliknya Jika ℎ� < maka butir soal tersebut tidak valid.

Berdasarkan hasil uji diatas, tampak bahwa dari 30 item pertanyaan terdapat

item dibawah nilai yaitu 0,372, dan dinyatakan tidak valid yaitu item

nomor 1,4,13,16,23. Berdasarkan pertimbangan bahwa masih ada item lain

yang dapat digunakan setelah dikurangi item yang tidak valid, dan

mempertimbangkan masukan dari dosen pembimbing, maka beberapa item

yang tidak valid tersebut dibuang dan tidak dikutsertakan dalam instrumen

penelitian. Selanjutnya, jumlah item yang dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data berjumlah 25 item.

2) Variabel karakteristik SMM ISO 9001:2000

Hasil uji validitas butir instrumen karakteristik inovasi SMM ISO

(33)

Tabel 3.6.Hasil uji analisis butir instrumen karakteristik inovasi SMM ISO

9001:2000

(34)

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada hasil ujicoba yang

dilakukan dengan menggunakan Alpha-Cronbach dapat diketahui pertanyaan

yang valid dan tidak valid.

Hasil tersebut diketahui dengan cara membandingkan ℎ� dengan

� . Jika ℎ� � > � . Maka butir soal tersebut dinyatakan valid dan

sebaliknya Jika ℎ� < maka butir soal tersebut tidak valid.

Berdasarkan hasil uji diatas, tampak bahwa dari 30 item pertanyaan terdapat

item dibawah nilai yaitu 0,372, dan dinyatakan tidak valid yaitu item

nomor 9,10,16,17,20,23. Berdasarkan pertimbangan bahwa masih ada item

lain yang dapat digunakan setelah dikurangi item yang tidak valid, dan

mempertimbangkan masukan dari dosen pembimbing, maka beberapa item

yang tidak valid tersebut dibuang dan tidak dikutsertakan dalam instrumen

penelitian. Selanjutnya, jumlah item yang dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data berjumlah 19 item.

3) Variabel kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000

Hasil uji validitas butir instrumen kepuasan staf terhadap inovasi SMM

(35)

Tabel 3.7.Hasil uji analisis butir instrumen kepuasan staf terhadap inovasi

SMM ISO 9001:2000

No soal Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

1 0.684 0,372 Valid

Sumber : Data hasil penelitian 2012

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada hasil ujicoba yang

dilakukan dengan menggunakan Alpha-Cronbach dapat diketahui pertanyaan

(36)

Hasil tersebut diketahui dengan cara membandingkan ℎ� dengan

� . Jika ℎ� � > � . Maka butir soal tersebut dinyatakan valid dan

sebaliknya jika ℎ� < maka butir soal tersebut tidak valid.

Berdasarkan hasil uji diatas, tampak bahwa dari 30 item pertanyaan terdapat

item dibawah nilai yaitu 0,372, dan dinyatakan tidak valid yaitu item

nomor 4. Berdasarkan pertimbangan bahwa masih ada item lain yang dapat

digunakan setelah dikurangi item yang tidak valid, dan mempertimbangkan

masukan dari dosen pembimbing, maka beberapa item yang tidak valid

tersebut dibuang dan tidak dikutsertakan dalam instrumen penelitian.

Selanjutnya, jumlah item yang dapat digunakan sebagai alat pengumpul data

berjumlah 19 item.

3.6.2. Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

kepercayaan (keyakinan) terhadap instrumen. Suatu instrumen dikatakan

realibel apabila dipergunakan beberapa kali untuk mengukur objek penelitian

yang sama akan menghasilkan data yang sama pula. Untuk mengetahui

tingkat reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency yaitu

melakukan uji coba instrumen yang kemudian dianalisis dengan teknik belah

dua (split half) Spearman Brown menggunakan SPSS 17.0 for Windows.

Instrumen yang valid dibagi kedalam dua kelompok yang kemudian

dikorelasikan skornya, selanjutnya dimasukkan kedalam rumus Spearman

(37)

ℎ� �= 1+2

Keterangan :

ℎ� � = Koefisien korelasi Spearman Brown

= Koefisien korelasi product moment antara skor butir ganjil dan butir

genap

Tingkat reliabilitas instrumen dapat dilihat dari nilai ℎ� . Tingkat

reliabilitas instrumen dapat diukur berdasarkan nilai ℎ� dibandingkan

� . Jika nilai ℎ� � lebih besar dari � (nilai ℎ� � > � ) maka

butir tersebut dikatakan reliabel.

Setelah diperoleh item/butir yang tidak valid atau tidak reliabel maka

instrumen penelitian dianalisis, jika butir tersebut penting maka harus

diperbaiki, sebaliknya jika butir tersebut sudah terwakili oleh butir-butir yang

lain maka butir yang tidak valid/reliabel dihilangkan. Hasil uji reliabilitas

instrumen secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.8. sebagai berikut.

Tabel 3.8. Hasil uji reliabilitas

No Variabel r tabel Guttman

Split-Half Coefficient

Kesimpulan

1 Implementasi 0,372 867 Reliabel

2 Karakteristik 0,372 731 Reliabel

3 Kepuasan 0,372 852 Reliabel

Sumber : Data hasil penelitian 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa angket/instrumen

variabel implementasi SMM ISO 9001:2000, variabel karakteristik SMM ISO

(38)

reliabel, sehingga instrumen-instrumen tersebut dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data.

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

3.7.1.Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum

tentang deskripsi skor tiap variabel yang diperoleh dalam penelitian, meliputi

skor minimum, skor maksimum, range atau rentang skor, rata-rata, nilai

tengah, modus, standar deviasi dan varians serta menampilkan data dalam

bentuk tabel dan grafik distribusi frekuensi.

Untuk mengetahui prosentase responden terhadap skor jawaban

menggunakan rumus sebagai berikut :

Skor (%) =

� x 100

Keterangan :

n = Jumlah skor jawaban responden

N = Jumlah skor jawaban ideal

Penentuan kategori prosentase dari setiap indikator ditempuh dengan tahapan

sebagai berikut :

1. Menentukan angka prosentase tertinggi

� x 100

5

(39)

2. Menentukan angka prosentase terendah

� �

� x 100

1

5 x 100 =20

3. Rentang prosentase

100 – 20 = 80

4. Interval kelas prosentase

80 : 5 = 16

Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor prosentase

yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel kriteria 3.9 sebagai berikut :

Tabel 3.9 Tabel kriteria

Nomor Rentang % Skor Kategori

1 80 < Skor ≤ 100 Sangat tinggi

2 68 < Skor ≤ 84 Tinggi

3 52 < Skor ≤ 68 Cukup

4 36 < Skor ≤ 52 Kurang

5 Skor ≤ 36 Rendah

3.7.2.Analisis Verifikatif

Selain menggunakan analisis deskriptif, penelitian ini juga

menggunakan analisis verifikatif yaitu dengan analisis regresi. Analisis

regresi digunakan untuk menganalisis data yang berkaitan dengan upaya

mengukur koefisien antara variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian ini

(40)

ganda. Apabila dalam penelitian terdapat satu variabel bebas maka digunakan

analisis regresi linier sederhana dan jika terdapat lebih dari satu variabel

bebas maka digunakan analisis regresi berganda.

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mencari besarnya

pengaruh antara variabel bebas implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000

( 1) terhadap variabel terikat kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO

9001:2000 (Y) dan variabel bebas karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000

( 2) terhadap variabel terikat kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO

9001:2000 (Y). Analisis regresi linier ganda digunakan untuk mencari

besarnya pengaruh secara bersama-sama antara variabel bebas implementasi

inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 1) dan karakteristik inovasi SMM ISO

9001:2000 ( 2) terhadap kepuasan staf pada inovasi SMM ISO 9001:2000

(Y).

Penggunaan analisis regresi dalam suatu penelitian harus memenuhi

beberapa persyaratan antara lain :

A. Uji normalitas

Persyaratan kedua yang harus dipenuhi dalam suatu penelitian yang

menggunakan analisis korelasi dan regresi adalah data yang dianalisis harus

berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah

dalam sebuah model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau

(41)

adalah berdisribusi normal atau mendekati normal. Ada beberapa cara untuk

melihat normalitas data penelitian yaitu :

1. Melihat histogram residual, apakah memiliki bentuk lonceng atau tidak.

Cara pertama ini dapat menjadi fatal karena pengambilan keputusan

hanya berpedoman pada pengamatan gambar saja.

2. Menggunakan rasio skewness dan ratio kurtosis Rasio ini dapat dijadikan

petunjuk apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak.

3. Uji Kolmogorov-Smirnov (Setyadarma, 2010:2).

B. Uji Linearitas

Persyaratan ketiga yang harus dipenuhi dalam suatu penelitian yang

menggunakan analisis korelasi dan regresi adalah data yang dianalisis harus

linier. Uji linearitas menunjukkan hubungan variabel bebas dan variabel

terikat yang saling membentuk kurva linier. Kurva linier dapat terbentuk

apabila setiap kenaikan skor variabel bebas diikuti oleh kenaikan skor

variabel terikat. Untuk menentukan hasil perhitungan uji linieralitas,

digunakan nilai signifikansi (Sig) pada deviation from linearity, apabila >

0,05 yang berarti bahwa garis regresi tersebut adalah linier.

C. Uji Multikolinieralitas

Uji multikolinieralitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui

apakah ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Penilaian tentang

(42)

(Variance inflation factor). Apabila nilai VIF<10 maka tingkat kolinieralitas

masih dapat ditoleransi. Nilai eigenvalue yang mendekati nol memberikan

petunjuk tentang adanya multikolinieralitas dan serta nilai toleransi harus

lebih dari 0,1.

D. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas merupakan uji yang dilakukan untuk

mengetahui apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila ditemukan

variance residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka

dinamakan homoskedastisitas, dan apabila berbeda maka dinamakan

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah apabila terdapat

homoskedastisitas atau tidak terdapat heteroskedastisitas.

E. Uji korelasi dan regresi

Setelah melakukan pengolahan data hasil penelitian dengan

menggunakan analisis deskriptif dan analisis verifikatif, kemudian

dilanjutkan dengan pengujian korelasi dan regresis. Teknik yang dilakukan

dalam menganalisa hubungan antara variabel adalah dengan menggunakan

persamaan korelasi product moment. Analisis Pearson product moment

merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji bagaimana

hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih variabel. Penelitian ini

melakukan pengujian terhadap tiga hipotesis yaitu :

1. Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan menggunakan korelasi

(43)

implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 1) terhadap variabel terikat

kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 (Y).

2. Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan menggunakan korelasi

product moment untuk menghitung koefisien korelasi antara karakteristik

inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 2) terhadap variabel terikat kepuasan staf

terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 (Y).

3. Uji hipotesis ketiga dilakukan dengan mengunakan regresi linier

berganda untuk menentukan besarnya koefisien korelasi antara

implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 1) dan karakteristik

inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 2) terhadap kepuasan staf pada inovasi

SMM ISO 9001:2000 (Y).

Pengujian signifikasi koefisien korelasi dapat dihitung dengan

menggunakan uji t yang dibandingkan dengan . Penfasiran terhadap

koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil berpedoman pada

ketentuan sebagai berikut : (Sugiyono, 2007:231)

Tabel 3.10 Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi

No Interval Koefisien Tingkat hubungan

1 0,00 - 0199 Sangat rendah

2 0,20 – 0,399 Rendah

3 0,40 – 0,599 Sedang

4 0,60 – 0,799 Kuat

(44)

Selanjutnya, untuk melihat pengaruh dari setiap variabel bebas dengan

variabel terikat secara bersama-sama, dipergunakan persamaan regresi linier

berganda. Persamaan regresi liner berganda digunakan untuk memprediksi

hasil penelitian berdasarkan perubahan nilai-nilai variabel bebas.

Persamaan regresi liner sebagai berikut :

a. Menggunakan satu variabel independen (regresi sederhana)

=

0+ 1X

b. Menggunakan dua variabel independen (regresi berganda)

=

0+ 1 1+ 2 2

Keterangan :

= Kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000

0= Konstanta

1 2= Koefisien regresi

1= Implementasi Inovasi SMM ISO 9001:2000

2= Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan taraf signifikasi

sebesar 0,05. Apabila signifikansi F ≤ 0,05 maka hipotesis nihil (� ) ditolak,

dan sebaliknya apabila signifikansi F

>

0,05 maka hipotesis nihil (� )

diterima. Untuk memudahkan proses pengolahan data, maka seluruh analisa

(45)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

1. Implementasi terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 tidak selalu

dilakukan untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Dimensi yang memperoleh nilai tertinggi adalah sistem manajemen

mutu, yang merupakan langkah awal dalam implementasi SMM ISO,

sedangkan implementasi pada dimensi lainnya seperti tanggungjawab

manajemen, manajemen sumberdaya, mengalami penurunan. Pada

dimensi pengukuran, analisis dan peningkatan yang merupakan tahap

evaluasi dalam implementasi memperoleh nilai yang paling rendah.

Hal ini menunjukkan kurangnya konsistensi dalam implementasi

inovasi SMM ISO 9001:2000.

2. Karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 menurut staf dianggap

memiliki karakteristik yang biasa saja. Dimensi yang memperoleh

skor tertinggi adalah dimensi triabilitas, yang berarti bahwa inovasi

SMM ISO 9001:2000 dianggap dapat dicoba oleh seluruh staf,

sedangkan dimensi lainnya yaitu keuntungan relatif, kompabilitas,

kompleksitas dan observabilitas memiliki nilai lebih rendah yang

(46)

biasa saja. Dimensi yang memperoleh nilai terendah adalah

observabilitas yang berarti bahwa inovasi SMM ISO 9001:2000

dianggap sulit dilihat dan diamati hasilnya, karena inovasi dalam

bentuk sistem manajemen mutu menekankan pada proses dan

membutuhkan waktu untuk dapat dilihat hasilnya apalagi jika tidak

seluruh staf memperoleh pemahaman dan pengetahuan yang cukup

tentang inovasi SMM ISO 9001:2000.

3. Kepuasan yang diperoleh staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000

berada pada tingkat yang biasa saja, yang berarti bahwa kepuasan

yang diperoleh staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 belum

mencapai hasil yang maksimal. Dimensi yang memperoleh skor

tertinggi adalah dimensi comparison, sedangkan expectation,

performance dan confirmation memperoleh skor yang lebih rendah.

Hal ini berarti bahwa walaupun rata-rata kepuasan staf terhadap

inovasi SMM ISO 9001:2000 berada pada kategori biasa saja, tetapi

inovasi SMM ISO 9001:2000 masih dianggap lebih baik dari sistem

sebelumnya. Dimensi confirmation memperoleh nilai terendah yang

berarti bahwa staf kurang memberikan konfirmasi yang positif

terhadap inovasi tersebut.

4. Implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 berkorelasi positif dan

sedang terhadap kepuasan staf dalam penggunaan inovasi SMM ISO

9001:2000. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi implementasi

(47)

5. Karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 berkorelasi positif dan

rendah terhadap kepuasan staf dalam penggunaan inovasi SMM ISO

9001:2000. Hal ini berarti bahwa karakteristik inovasi kurang

berpengaruh signifikan terhadap kepuasan staf terhadap inovasi SMM

ISO 9001:2000.

6. Implementasi dan karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000

berkorelasi positif dan sedang terhadap kepuasan staf pada inovasi

SMM ISO 9001:2000. Secara simultan, implementasi inovasi SMM

ISO 9001:2000 memberikan pengaruh signifikan terhadap kepuasan

staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000, sedangkan karakteristik

inovasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan staf terhadap

inovasi. Hal ini bermakna implementasi berpengaruh kuat terhadap

kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000.

5.2.Rekomendasi

1. Untuk meningkatkan implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000

terutama pada dimensi pengukuran, analisis dan peningkatan

dilakukan dengan cara melibatkan seluruh staf secara aktif dalam

dalam pelaksanaan audit internal dan audit eksternal, evaluasi

terhadap hasil audit internal dan eksternal serta perbaikan terus

menerus terhadap hasil evaluasi yang telah dilakukan.

2. Untuk meningkatkan karakteristik yang positif pada inovasi SMM

(48)

dengan cara memfasilitasi segala bentuk kegiatan dalam rangka

peningkatan pemahaman, pengetahuan dan penumbuhan kesadaran

tentang sistem manajemen mutu kepada seluruh staf melalui

pendidikan dan pelatihan, wokshop, seminar tentang sistem

manajemen mutu yang digunakan.

3. Untuk meningkatkan kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO

9001:2000 terutama pada dimensi confirmation dapat dilakukan

dengan cara melakukan evaluasi secara berkala terhadap tingkat

kepuasan staf melalui pengisian kuesioner kepuasan, melakukan

evaluasi meliputi perbaikan dan peningkatan terus menerus terhadap

hasil evaluasi kepuasan tersebut sehingga diperoleh konfirmasi yang

positif dari staf terhadap inovasi sistem manajemen mutu yang

digunakan.

4. Intansi pemerintahan yang berperan sebagai agent of change (agen

perubahan) seperti Kemendibudnas, dapat memfasilitasi kegiatan

dalam rangka peningkatan kesadaran mutu dan membuat kebijakan

yang tidak berorientasi pada hasil tetapi pada proses peningkatan

mutu serta melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja

implementasi kebijakan yang dibuat yaitu sistem manajemen mutu

yang yang diadopsi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada

dibawah naungannya, sehingga adopsi inovasi SMM ISO 9001:2000

yang dilakukan tidak hanya sekedar untuk memenuhi kewajiban atau

(49)

5. Sekolah, instansi pemerintahan yang sebagai calon adopter, untuk

melakukan berbagai tahapan sebelum mengadopsi inovasi, seperti

peningkatan kesadaran akan pentingnya sistem manajemen mutu,

pendidikan dan pelatihan tentang SMM ISO 9001:2000 dan

penumbuhan komitmen bagi seluruh staf agar dapat inovasi SMM

ISO yang akan diadopsi dapat diimplementasikan dengan baik dan

konsisten sehingga diperoleh hasil yang maksimal.

6. Untuk penelitian selanjutnya, agar diteliti secara lebih mendalam

bagaimana proses adopsi inovasi SMM ISO 9001:2000 yang

dilakukan untuk memenuhi kewajiban seperti pada RSBI dan SMK,

apakah implementasinya telah dilakukan sesuai dengan apa yang

seharusnya dilakukan atau hanya sekedar untuk memenuhi

Gambar

Tabel 3.1. Jumlah Sampel Penelitian
tabel frekuensi dan histogram digunakan untuk memudahkan dalam
Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000
Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Usaha Pertanian, Perdagangan Umum, Pengangkutan, Perindustrian dan Jasa Atau Pelayanan Jumlah Saham yang ditawarkan 240.000.000 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan return on equity, current ratio, total asset turnover dan price to book value tidak berpengaruh

Jumlah Target dan Realisasi Penerimaan Anggaran per Kelurahan di Kecamatan Bandung Wetan Tahun

Pengetahuan siswa kelas eksperimen, replikasi 1, dan replikasi 2 pada materi fluida statis mengalami peningkatan yang signifikan dengan kategori tinggi setelah

Hasil analisis SWOT kualitatif terhadap faktor internal dan eksternal untuk menganalisis kesiapan Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam implementasiMasyarakat Eekonomi Asean (MEA)

Sistem komputerisasi diperlukan untuk membantu sistem pencetakan invoice agar pelayanan kepada klien dapat dilakukan dengan baik dan cepat. Dengan sistem yang

Untuk itu penulis menggunakan metode kuadrat terkecil pada perusahaan untuk mengistimasi biaya reparasi dan pemeliharaan mesin Diaf KB 100 Cone Mixer, Jadi perusahaan dapat