Rita Darnila, 2012
Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat
Rita Darnila, 2012
Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3.5. Instrumen Penelitian ... 74
4.1.3. Deskripsi variabel penelitian ... 103
4.2. Analisis Verifikatif ... 113
4.2.1. Uji asumsi ... 113
4.2.2. Analisis korelasi dan regresi ... 120
4.3. Pembahasan hasil penelitian ... 129
4.3.1. Gambaran implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 ... 129
4.3.2. Gambaran karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 ... 132
4.3.3. Gambaran Kepuasan staf terhadap inovasi ... 133
4.3.4. Pengaruh implementasi terhadap kepuasan staf ... 135
4.3.5. Pengaruh karakteristik terhadap kepuasan staf ... 140
Rita Darnila, 2012
Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
4.2. Karakteristik responden berdasarkan bagian ... 98
4.3. Karakteristik responden berdasarkan pangkat/golongan ... 99
4.4. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 100
4.5. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman mengikuti diklat ... 101
4.6. Karakteristik responden berdasarkan latar belakang pendidikan ... 102
4.7. Histogram variabel implementasi inovasi SMM 9001:2000 ... 105
4.8. Perbandingan rata-rata skor dimensi variabel implementasi ... 106
4.9. Histogram variabel karakteristik inovasi SMM 9001:2000 ... 108
4.10. Perbandingan rata-rata skor dimensi variabel karakteristik ... 109
4.11. Histogram variabel kepuasan staf terhadap inovasi SMM 9001:2000 111 4.12. Perbandingan rata-rata skor dimensi variabel kepuasan... 112
Rita Darnila, 2012
Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR TABEL
2.1. Perbedaan mutu menurut Deming, Juran dan Crosby ... 15
3.1. Jumlah sampel penelitian ... 70
3.2. Kisi-kisi instrumen implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 ... 75
3.3. Kisi-kisi instrumen karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 ... 76
3.4. Kisi-kisi instrumen kepuasan staf terhadap inovasi ISO 9001:2000 ... 77
3.5. Hasil uji validitas instrumen implementasi SMM ISO 9001:2000 ... 80
3.6. Hasil uji validitas instrumen karakteristik SMM ISO 9001:2000 ... 82
3.7. Hasil uji validitas instrumen kepuasan staf terhadap inovasi ... 84
3.8. Hasil uji reliabilitas ... 86
3.9. Tabel kriteria... 88
3.10. Pedoman interprestasi koefisien korelasi ... 92
4.1. Jumlah staf LPMP Provinsi Kalimantan Barat ... 96
4.2. Karakteristik responden berdasarkan bagian ... 97
4.3. Karakteristik responden berdasarkan pangkat/golongan ... 99
4.4. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 100
4.5. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman mengikuti diklat ... 101
4.6. Karakteristik responden berdasarkan latar belakang pendidikan ... 102
4.7. Distribusi frekuensi skor variabel implementasi ... 104
4.8. Deskripsi statistik variabel implementasi ... 104
4.9. Distribusi frekuensi skor variabel karakteristik ... 107
4.10. Deskripsi statistik variabel karakteristik ... 108
4.11. Distribusi frekuensi skor variabel kepuasan ... 110
4.12. Deskripsi statistik variabel kepuasan ... 111
4.13. Hasil uji normalitas ... 114
Rita Darnila, 2012
Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4.15. Hasil uji multikolinieralitas ... 119
4.16. Hasil uji heteroskedastisitas ... 120
4.17. Pedoman interprestasi koefisien korelasi ... 121
4.18. Hasil korelasi data penelitian antara variabel bebas dan terikat ... 121
4.19. Ringkasan model regresi �1 terhadap Y ... 123
4.20. Hasil regresi parsial �1 terhadap Y ... 123
4.21. Ringkasan model regresi �2 terhadap Y ... 125
4.22. Hasil regresi parsial �2 terhadap Y ... 126
4.23. Ringkasan model regresi �1 dan �2 terhadap Y ... 128
Rita Darnila, 2012
Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat ijin penelitian ... 154
Lampiran 2 Kisi-kisi instrumen penelitian ... 155
Lampiran 3 Instrumen penelitian ... 158
Lampiran 4 Hasil uji validitas dan reliabilitas ... 167
Lampiran 5 Data hasil penelitian ... 174
Lampiran 6 Uji prasyarat ... 180
Lampiran 7 Pengujian hipotesis ... 187
Rita Darnila, 2012
Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Mutu merupakan kebutuhan utama setiap orang, setiap institusi bahkan
setiap negara sehingga muncul slogan Quality is everybody business, dimana
usaha untuk memperoleh dan meningkatkan mutu merupakan agenda utama setiap
orang. Mutu menjadi salah satu tantangan bagi institusi bisnis maupun pendidikan
karena mereka dihadapkan pada persoalan bagaimana mengelola sebuah mutu
dalam menghadapi persaingan global. Mutu pertama kali muncul dalam dunia
industri, namun dewasa ini mutu juga menjadi kebutuhan dalam dunia pendidikan.
Dalam dunia industri, mutu adalah nilai jual yang menjadi prioritas utama dan
menjadi faktor pembeda yang dibutuhkan oleh konsumen, sedangkan dalam dunia
pendidikan dapat diartikan sebagai derajat keunggulan suatu produk atau hasil
kerja baik yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat tetapi dapat
dirasakan yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
diharapkan. Hal ini ditujukan agar institusi pendidikan mampu bertahan dalam
dunia persaingan yang sangat kompetitif serta mampu memberikan pelayanan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dewasa ini, perkembangan pemikiran manajemen mutu dalam pendidikan
mengarah pada sistem manajemen yang disebut TQM (Total Quality
merupakan salah satu strategi manajemen untuk menjawab tantangan eksternal
suatu organisasi guna memenuhi kepuasan pelanggan. Pengertian Total Quality
Management (TQM), menurut Edward Sallis (2011: 73) adalah sebuah filosofi
tentang perbaikan secara terus menerus yang dapat memberikan seperangkat alat
praktis kepada setiap institusi untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan
para pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang. TQM merupakan
perluasan dan pengembangan dari jaminan mutu. TQM adalah tentang usaha
menciptakan sebuah kultur mutu yang mendorong semua anggota stafnya untuk
memuaskan pelanggan.
Manajemen mutu terpadu merupakan suatu teori ilmu manajemen yang
mengarahkan pimpinan organisasi dan personelnya untuk melakukan program
perbaikan mutu secara berkelanjutan yang terfokus pada pencapaian kepuasan
para pelanggan. Jargon utama yang mendasari falsafah manajemen mutu terpadu
terfokus pada pernyataan “Do the right things, first time, every time”, yang artinya
kerjakan sesuatu yang benar sejak pertama kali, setiap waktu. Dasar pemikiran
perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar dapat bersaing
dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan mutu yang
terbaik. TQM memberikan suatu filosofi perangkat alat untuk memperbaiki mutu
dengan prinsip dasar bahwa pelanggan dan kepentingannya harus diutamakan.
TQM memiliki suatu ide yang mudah dipahami namun untuk
mengimplementasikannya membutuhkan komitmen yang tinggi dan upaya
Penerapan TQM dalam suatu organisasi dapat memberikan beberapa
manfaat utama yang pada gilirannya dapat meningkatkan laba serta daya saing
perusahaan yang bersangkutan. TQM merupakan konsep yang mempunyai
nilai-nilai yang baik untuk perkembangan organisasi di semua sektor kehidupan. TQM
telah banyak di adopsi kedalam berbagai bidang terutama pada dunia bisnis dan
ekonomi. TQM tidak hanya terpaku pada aspek bisnis dan ekonomi saja, tetapi
nilai-nilai yang ada dalam manajemen mutu terpadu dapat diimplementasikan
dalam dunia pendidikan.
Suatu organisasi dapat memutuskan untuk mengawali inisiatif TQM-nya
dengan menggunakan sistem manajemen mutunya sendiri atau menggunakan
sistem yang telah ada dan diakui secara internasional. Sistem manajemen mutu
menunjukkan bagaimana cara suatu organisasi menjaga dan meningkatkan
kualitas produk. Berbagai cara dapat dilakukan mulai dari komitmen manajemen,
manajemen sumber daya, proses realisasi produk, serta pengukuran, analisa dan
perbaikan di sistem manajemen mutu sehingga produknya selalu terjaga
kualitasnya dan terus menerus ditingkatkan untuk kepuasan pelanggan.
Untuk menuju profesionalisme manajemen maka diperlukan satu sistem
manajemen mutu. Salah satu sistem manajemen mutu yang telah berstandar
internasional adalah sistem manajemen mutu (SMM) ISO. ISO adalah organisasi
internasional untuk standarisasi yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan the
International Organization for Standardization Organisasi ini didirikan pada
tahun 1987 berkedudukan di Jenewa Swiss. ISO terdiri dari beberapa kelompok
merupakan salah satu standar sistem manajemen mutu yang diakui dunia
internasional dan bersifat global untuk berbagai bidang usaha dan merupakan
standarisasi eksternal sebagai bentuk pengakuan terhadap penyelenggaraan
jaminan mutu pada suatu organisasi. Kepemilikan terhadap pengakuan ini akan
membuat suatu organisasi mengupayakan disiplin untuk menspesifikasi dan
mendokumentasikan sistem manajemen mutunya agar mendapatkan akreditasi
dari pihak ketiga, karena penggunaan SMM ISO menuntut seluruh aktivitas
produksi barang atau jasa dilakukan dengan prosedur yang terdokumentasikan.
Sertifikasi ISO adalah alat pemasaran yang sangat jitu bagi organisasi dengan
menunjukkan logo registrasinya. Keuntungan penggunaan standar ISO daripada
standar buatan sendiri adalah kepemilikan terhadap validasi dan pengakuan
eksternal.
Penggunaan SMM ISO merupakan suatu inovasi bagi organisasi yang baru
menggunakannya. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang
dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang atau organisasi baik itu merupakan hasil invention maupun
discovery yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan
suatu masalah tertentu (Saud 2009 : 3). Suatu inovasi sebelum diadopsi akan
melalui tahapan proses keputusan inovasi, yaitu proses yang dilalui/dialami
individu (unit pengambil keputusan yang lain). Proses keputusan inovasi bukan
kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan
yang melalui suatu proses sehingga individu atau organisasi dapat menilai
menolak atau menerima inovasi dan menerapkannya (Saud, 2009 : 35). Suatu
model proses keputusan inovasi terdiri dari empat tahap yaitu pengetahuan,
persuasi, keputusan dan konfirmasi. Tahap pengetahuan merupakan tahap awal
dimana inovasi tersebut diperkenalkan dan diketahui oleh calon adopter. Pada
tahap persuasi adopter membentuk persepsinya terhadap inovasi dengan
memperoleh karakteristik yang merupakan ciri-ciri inovasi dalam pengamatannya.
Karakteristik inovasi menurut Everett M Roger (1971 : 137-155) terdiri dari
keuntungan relatif, kompabilitas (compatibility), kompleksitas (complexity),
triabilitas (triability), observabilitas (observability). Karakteristik inovasi
mempengaruhi cepat lambatnya penerimaan inovasi, tetapi pada tahap konfirmasi
karakteristik ini juga dapat mempengaruhi kepuasan terhadap inovasi yang dapat
menyebabkan terjadinya diskontinuansi/penghentian adopsi inovasi. Kemudian
pada tahap keputusan, dihasilkan sikap menerima atau menolak inovasi yang
diperoleh berdasarkan keputusan sendiri, keputusan bersama atau berdasarkan
paksaaan (kekuasaan). Terdapat tiga jenis keputusan inovasi (Saud, 2009:41),
yaitu yaitu keputusan inovasi opsional, kolektif dan otoritas. Keputusan inovasi
opsional, yaitu pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi dibuat oleh
individu independen dari anggota sistem. Keputusan inovasi kolektif, yaitu pilihan
untuk mengadopsi atau menolak inovasi dibuat melalui konsensus di antara para
anggota dari suatu sistem. Keputusan inovasi otoritas, yaitu pilihan untuk
mengadopsi atau menolak inovasi yang dibuat oleh individual relatif sedikit dalam
Inovasi paling cepat diterima dengan menggunakan tipe keputusan otoritas,
tetapi dalam implementasinya sering terjadi kebohongan dan keterpaksaan yang
mempengaruhi efektifitas implementasinya. Selanjutnya pada tahap konfirmasi
terjadi dua tindakan yaitu terus mengadopsi dan penghentian terhadap
penggunaan inovasi yang terjadi karena mengganti inovasi dengan yang baru atau
karena adanya ketidakpuasan.
Menurut Susilo (2003: 1) Sejak tahun 1988 hingga saat ini tidak kurang
dari 4000 perusahaan swasta dan BUMN telah mengadopsi sistem manajemen
mutu standar internasional ISO 9000. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
terhadap sejumlah perusahaan pengguna SMM ISO menunjukkan bahwa lebih
dari 80% perusahaan tersebut ternyata tidak menjalankan sistem manajemen mutu
karena dipersyaratkan oleh pelangan. Umumnya sertifikasi pun diupayakan
tergesa-gesa dan implementasi selanjutnya hanya sekedar untuk memenuhi
persyaratan normatif. Lebih lanjut dikatakan bahwa menurut survei, mayoritas
perusahaan pemegang sertifikat khususnya kelompok besar justru merasa tidak
puas dengan dampak yang ditimbulkan setelah sekian lama menjalankan sistem.
Terdapat beberapa kesalahan serius pada implementasi SMM ISO
9001:2000 yaitu implementasinya dilakukan seperti bermain sandiwara.
Persyaratan sistem yang telah dibangun dijalankan dengan rekayasa atau teknik
tipuan yang dilakukan semata-mata untuk menunjukkan kesesuaian fiktif,
akibatnya sistem manajemen mutu yang diadopsi tidak menjadi alat pengendali
mutu dan alat manajemen untuk memberdayakan organisasi, malah sebaliknya
yang tidak memahami esensi dan falsafah sistem manajemen mutu secara tepat
dan benar walaupun sertifikat SMM ISO 9001:2000 sudah diadopsi selama
bertahun-tahun.
Penggunaan inovasi SMM ISO 9001:2000 (sekarang 9001: 2008)
merupakan suatu inovasi bagi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
Provinsi Kalimantan Barat. LPMP sebagai unit pelaksana teknis (UPT) yang
berada dibawah Depdiknas (sekarang Kemendikbudnas) mengadopsi ISO dalam
rangka mendukung pencapaian Renstra Depdiknas. Inovasi yang didasarkan atas
keputusan inovasi otoritas, yaitu dari unit organisasi yang berada pada posisi yang
lebih tinggi tersebut menyebabkan pengadopsian menjadi lebih cepat karena
orang yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan inovasi lebih sedikit.
Adopsi inovasi dengan menggunakan tipe keputusan inovasi otoritas tersebut
dapat mempengaruhi implementasinya apabila inovasi tidak terintegrasi kedalam
perilaku dan cara kerja staf sebagai individu yang mengimplementasikannya.
Implementasi inovasi yang didasarkan pada upaya pemenuhan kewajiban dapat
menimbulkan keterpaksaan sehingga mempengaruhi kepuasan staf terhadap
inovasi yang diadopsi.
LPMP berhasil memperoleh sertifikasi SMM ISO 9001:2000 dalam
manajemen mutu. pada tahun 2008. Pengadopsian inovasi tersebut hanya
berlangsung selama 2 tahun, yaitu pada tahun 2008 dan diperpanjang
penggunaannya pada tahun 2009, kemudian pada tahun 2010 terjadi penghentian
penggunaan inovasi SMM ISO 9001:2000 setelah sebelumnya mengadopsi
inovasi dilaksanakan oleh seluruh staf LPMP yang terdiri dari 92 orang, meliputi
1 kelompok fungsional (widyaiswara), 4 kelompok struktural yang meliputi 3
Seksi, 1 Subbag. Inovasi SMM ISO 9001:2000 yang diadopsi berdasarkan proses
keputusan inovasi otoritas tersebut tidak dilakukan melalui tahapan dalam proses
inovasi seperti pengetahuan dan persuasi. Hal ini berarti pengetahuan dan
pemahaman terhadap karakteristik yang dimiliki oleh inovasi tersebut kurang
dimiliki oleh staf sebagai individu yang mengimplementasikannya. SMM ISO
9001:2000 merupakan suatu alat yang dapat berguna secara optimal dan dapat
memberikan kepuasan dalam pengadopsiannya apabila digunakan dengan tepat
dan dipahami karakteristiknya, begitupula sebaliknya dapat menyebabkan
ketidakpuasan apabila implementasinya tidak tepat dan karakteristiknya tidak
dipahami.
1.2. Identifikasi dan Batasan Masalah
Inovasi merupakan bagian dari perubahan sosial. Inovasi yang terjadi
dalam organisasi melibatkan individu yang ada dalam organisasi sebagai
pelaksananya. Suatu inovasi yang telah diadopsi akan menghadapi konsekuensi
terjadinya diskontinuansi yaitu penghentian penggunaan inovasi apabila tingkat
kepuasan yang diperoleh terhadap inovasi tersebut rendah atau tidak sesuai
keinginan. Rendahnya tingkat kepuasan atau ketidakpuasan dalam penggunaan
inovasi dapat disebabkan karena :
1. Implementasi inovasi yang tidak tepat
3. Inovasi yang dipaksakan
4. Tingkat pendidikan adopter yang kurang.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, terdapat beberapa variabel yang
dapat mempengaruhi tingkat kepuasan terhadap inovasi, tetapi dalam penelitian
ini yang menjadi perhatian adalah variabel implementasi inovasi dan karakteristik
inovasi, karena kedua variabel ini merupakan faktor yang mempengaruhi
kepuasan terhadap suatu inovasi. Disamping pembatasan variabel, ruang lingkup
penelitian ini juga dibatasi di lingkungan LPMP Provinsi Kalimantan Barat.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi serta batasan masalah yang ada,
maka secara spesifik rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui secara jelas dan akurat mengenai :
1. Bagaimanakah gambaran umum implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000
di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.
2. Bagaimanakah gambaran umum karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000
di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.
3. Bagaimanakah gambaran umum kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO
9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.
4. Bagaimanakah pengaruh implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 terhadap
kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi
5. Bagaimanakah pengaruh karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 terhadap
kepuasan staf pada inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi
Kalimantan Barat.
6. Bagaimanakah pengaruh implementasi dan karakteristik inovasi SMM ISO
9001:2000 terhadap kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 di
LPMP Provinsi Kalimantan Barat.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hasil yang akan diperoleh setelah penelitian
selesai dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui gambaran umum implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 di
LPMP Provinsi Kalimantan Barat.
2. Mengetahui gambaran umum karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 di
LPMP Provinsi Kalimantan Barat.
3. Mengetahui gambaran umum kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO
9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.
4. Mengetahui pengaruh implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 terhadap
kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi
Kalimantan Barat.
5. Mengetahui pengaruh karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 terhadap
kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 LPMP Provinsi
6. Mengetahui pengaruh implementasi dan karakteristik inovasi SMM ISO
9001:2000 terhadap kepuasan staf pada inovasi SMM ISO 9001:2000 LPMP
Provinsi Kalimantan Barat.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dipilah menjadi dua kategori, yaitu manfaat akademis
dan manfaat praktis. Manfaat akademis terkait dengan kontribusi tertentu dari
penyelenggaraan penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu pengetahuan
serta dunia akademis. Sedangkan manfaat praktis berkaitan dengan kontribusi
praktis yang diberikan dari penyelenggaraan penelitian terhadap objek penelitian,
baik individu, kelompok maupun organisasi.
1. Manfaat Akademis
Manfaat akademis yang didapat dari penelitian ini adalah :
1) Menjadi sumbangan wawasan tentang teori implementasi inovasi SMM
ISO 9001:2000.
2) Menjadi sumbangan wawasan tentang teori karakteristik inovasi SMM
ISO 9001:2000.
3) Menjadi sumbangan wawasan tentang teori kepuasan terhadap inovasi
SMM ISO 9001:2000.
4) Menjadi sumber inspirasi bagi penelitian di bidang kajian yang sama.
2. Manfaat praktis
1) Menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan bagi pemerintah
dalam pengambilan kebijakan dan penyebaran inovasi.
2) Menjadi bahan masukan bagi LPMP dalam penggunaan dan penyebaran
inovasi yang merupakan kebijakan dari pemerintah agar pelaksanaannya
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
3) Menjadi bahan masukan bagi sekolah dan instansi pemerintah yang ingin
mengadopsi inovasi agar mengambil langkah-langkah yang tepat dalam
proses adopsi dan penggunaan inovasi untuk mendapatkan hasil yang
Rita Darnila, 2012
Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Subjek Populasi
3.1.1.Lokasi, Tempat dan waktu penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di kota Pontianak yang merupakan ibukota
Provinsi Kalimantan Barat, dan yang menjadi tempat penelitian adalah
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Kalimantan Barat
sebagai Lembaga yang telah mengadopsi inovasi sistem manajemen mutu
(SMM) ISO 9001:2000. Penelitian akan dilaksanakan selama 30 hari dari
tanggal 1 April s.d. 1 Mei 2012.
3.1.2. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian merupakan keseluruhan subjek yang akan
diteliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2010:90). Untuk
mendapatkan populasi yang relevan maka peneliti terlebih dahulu harus
mengidentifikasi jenis-jenis data yang diperlukan dalam penelitian tersebut
dan mengarah pada permasalahan dalam penelitian. Populasi penelitian ini
Pada umumnya penelitian hanya menggunakan sebagian dari seluruh
populasi yang disebut sampel untuk menghemat biaya, waktu dan tenaga.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2006:131). Penarikan atau pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik cluster stratified random sampling karena populasi yang
diambil berkelompok dengan memperhatikan strata yang ada dalam populasi
tersebut. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane
atau Slovin (Akdon, 2008 : 107) sebagai berikut:
n = N
(N.d2+t)
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N= Jumlah populasi
d2= Presisi ( ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%)
Berdasakan rumus tersebut diatas maka didapat jumlah sampelnya adalah
sebagai berikut :
n = 92
(92) x (0,05)2 + 1
n = 92 = 74,79
(92 x 0,0025)+1
Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh jumlah sampel sebanyak 75 orang.
Objek penelitian ini adalah tiga variabel yaitu kepuasan staf terhadap
9001:2000 variabel bebas 1 (X1) dan karakteristik SMM ISO 9001:2000
sebagai variabel bebas 2 (X2).
Tabel 3.1. Jumlah Sampel Penelitian
No Nama Bagian Gol/Pangkat Jumlah
staf
Total Subbag Umum 41 41/93x75=33
2 Seksi PMS IV 1 1/14x11=1
III 13 13/14x11=11
Total Seksi PMS 14 14/93x75=12
3 Seksi FSP IV 1 1/15x11=1
III 11 11/15x11=9
II 3 3/15x11=2
Total seksi FSP 15 15/93x75=12
4 Seksi PSI III 9 9/11x9=8
II 2 2/11x9=2
Total Seksi PSI 12 11/93x75=10
5 Widyaiswara IV 7 7/11x9=6
III 4 4/11x9=3
Total Widyaiswara 11 9/93x75=9
TOTAL 92 75
3.2.Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data,
ciri-ciri keilmuwan yang bersifat rasional, empiris dan sistematis. Metode
dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis
deskriptif yang menggunakan korelasi dan regresi. Analisis deskriptif berupa
tabel frekuensi dan histogram digunakan untuk memudahkan dalam
melakukan interprestasi data mengenai gambaran secara umum mengenai
implementasi inovasi, karakteristik inovasi dan kepuasan staf terhadap
inovasi SMM ISO 9001:2000. Analisis deskriptif dilakukan untuk
mengkategorikan implementasi inovasi, karakteristik inovasi dan kepuasan
staf terhadap inovasi berdasarkan prosentase sehingga dapat diketahui
penggolongan dalam klasifikasi tinggi, cukup tinggi, sedang, rendah, sangat
rendah. Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai pengaruh implementasi SMM ISO
9001:2000 dan karakteristik inovasi terhadap kepuasan staf pada inovasi
SMM ISO 9001:2000 berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dilapangan.
Setelah melakukan analisis deskriptif, dilanjutkan dengan uji prasyarat
yang meliputi uji normalitas, linieritas, uji multikolinieralitas dan uji
heterokedastisitas. Uji-uji tersebut dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan
sebelum melakukan analisis uji korelasi dan regresi.
3.3.Desain Penelitian
Objek penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu variabel
implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 1) dan karakteristik inovasi
terikat yaitu kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 (Y).
Penelitian ini dilakukan untuk melihat keterkaitan antara variabel tersebut
yang meliputi pengaruh antara implementasi inovasi SMM ISO 9001: 2000
dengan kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001: 2000, pengaruh
karakteristik inovasi SMM ISO 9001: 2000 terhadap kepuasan staf pada
inovasi SMM ISO 9001: 2000 dan pengaruh secara secara simultan antara
implementasi dan karakteristik inovasi SMM ISO 9001: 2000 terhadap
kepuasan staf pada inovasi SMM ISO 9001: 2000.
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan :
1= Implementasi Inovasi SMM ISO 9001:2000
2= Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000
Y = Kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 p 1y
1
2
Y 2
1y, 2y
3.4.Definisi Operasional
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan pengamatan terhadap data
yang dikumpulkan dan untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam
menginterprestasi variabel-variabel penelitian, perlu dirumuskan definisi
operasional dari masing-masing variabel.
Berikut ini adalah definisi operasional dari variabel-variabel dalam
penelitian :
1. Implementasi Sistem Manajemen Mutu SMM ISO 9001:2000, adalah
kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemenuhan persyaratan yang
telah ditetapkan dalam SMM ISO 9001:2000. Implementasi Sistem
Manajemen Mutu ini dapat dilihat dari pelaksanaan pada beberapa aspek
yang menjadi persyaratan umum dalam implementasi SMM ISO
9001:2000 antara lain :
1. Sistem manajemen mutu
2. Tanggungjawab manajemen
3. Manajemen sumberdaya
4. Pengukuran, analisis dan peningkatan
2. Karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 merupakan sifat-sifat atau
ciri-ciri yang dimiliki oleh inovasi SMM ISO 9001:2000 yang meliputi
3. Kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 merupakan sikap,
penilaian dan respon emosional yang ditunjukkan oleh staf setelah
penggunaan inovasi SMM ISO 9001:2000 yang berasal dari evaluasi
terhadap pengalaman mengggunakan inovasi tersebut. Kepuasan staf ini
diukur dengan menggunakan elemen-elemen kepuasan konsumen yang
meliputi expectation, performance, comparison, confirmation.
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa angket atau
kuesioner. Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara
tertulis kepada seseorang atau responden (Arikunto, 2005:101). Pemilihan
angket sebagai instrumen penelitian dengan harapan dapat memperoleh
informasi mengenai fakta yang diperoleh secara langsung dari responden
mengenai implementasi inovasi, karakteristik inovasi dan kepuasan staf
terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000. Pernyataan-pernyataan pada angket
dibuat dengan mengacu kepada skala yang dikembangkan oleh Likert. Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial.
Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini dijabarkan menjadi
dimensi variabel, kemudian dimensi tersebut dijabarkan menjadi indikator
yang akan menjadi dasar dalam membuat pernyataan-pernyataan dalam
instrumen yang digunakan. Adapun kisi-kisi Instrumen disajikan dalam tabel
Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000
Variabel Aspek Indikator No
Butir
a. Perencanaan sumberdaya 15,16,17
b. Pengelolaan sumberdaya 18,19,20
c. Evaluasi sumberdaya 21,22
1.4Pengukuran, analisis dan peningkatan
a. Pelaksanaan Audit internal 23,24
c. Melakukan tindakan
Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000
Variabel Aspek Indikator No Butir
2. Karakteristik
a.Ada nilai prestise (gengsi) 1,2
b.Adanya peningkatan
2.3.Kompleksitas a.Tingkat kemudahan
pemahaman
13,14
b.Tingkat kemudahan
penggunaan
15,16
2.4.Triabilitas a. Mudah dilakukan ujicoba 17,18
b. Ujicoba dapat dilakukan
dalam proses kegiatan
19,20
b. Prosesnya dapat diamati
setiap orang
23,24,25
Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Kepuasan staf terhadap Inovasi SMM ISO
9001:2000
Variabel Aspek Indikator No Butir
3. Kepuasan
(Wilkie)
2.1.Expectations a.Penyediaan input 1,2,3,4
b.Proses pelaksanaan 5,6,7,8,9,
10,11,12,
13
c.Output yang diharapkan 14,15,16
2.2.Performance a. Kinerja aktual yang
diterima
17,18,19
2.3.Comparison a. Perbandingan dari sistem
sebelumnya
20,21
2.4.Confirmation a. Berniat untuk
menggunakan kembali
22,23
b. Menyarankan orang lain
untuk menggunakan
24,25
3.6. Ujicoba Instrumen Penelitian
Ujicoba terhadap instrumen penelitian dilakukan sebelum pengumpulan
data yang sebenarnya dilakukan. Ujicoba instrumen dilakukan untuk
dilakukan pada populasi yang mempunyai karakteristik yang sama tetapi
responden tidak termasuk responden penelitian yang sebenarnya.
Ujicoba instrumen penelitian ini dilaksanakan di LPMP Provinsi Jawa
Barat terhadap 30 responden yang dipilih secara acak. Responden uji
instrumen tersebut ditetapkan dengan pertimbangan bahwa staf tersebut
memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian.
3.6.1. Uji Validitas Instrumen
Pengujian validitas suatu instrumen dilakukan untuk mengetahui
seberapa tepat instrumen (alat ukur) itu mampu melakukan fungsinya yaitu
mampu menghasilkan data sesuai dengan ukuran yang sesungguhnya ingin
diukur. Penelitian ini menggunakan validitas internal karena data yang
dihasilkan berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil
yang dicapai. Pertama peneliti menggunakan validitas konstruk dengan
mengkonstruksi instrumen menggunakan landasan teori yang relevan dengan
variabel penelitian. Kedua, peneliti menggunakan validitas isi dengan
mengukur apakah butir-butir instrumen telah menggambarkan indikator dari
variabel-variabel penelitian. Penyusunan kisi-kisi instrumen dapat membantu
uji validitas konstruk dan validitas isi.
Uji validitas butir instrumen menggunakan analisis butir dengan
bantuan program SPSS 17.0 for windows. Untuk mengetahui tingkat validitas
butir insrumen dapat dilihat dari korelasi antara skor butir dengan skor total
korelasinya. Nilai koefisien korelasi dihitung menggunakan rumus Pearson
Product Moment sebagai berikut:
= ∑ � � − ∑ � (∑ �
∑ �2− �2 ∑ �2− �2
Keterangan :
= Koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total ( ℎ� �)
∑ � = Jumlah skor butir/item
∑ � = Jumlah skor total (seluruh item)
= Jumlah responden
Selanjutnya nilai ℎ� � dibandingkan dengan nilai � . Jika nilai
ℎ� � lebih besar dari � (nilai ℎ� � > � maka butir tersebut
dinyatakan valid (sahih).
Hasil uji coba instrumen terhadap 30 responden dapat dilihat sebagai
berikut :
1) Variabel implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000
Hasil uji validitas butir instrumen impelemtasi inovasi SMM ISO
Tabel 3.5. Hasil uji analisis butir instrumen implementasi inovasi SMM ISO
9001:2000
No soal Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan
26 0.570 0,372 Valid
27 0.774 0,372 Valid
28 0.644 0.372 Valid
29 0.697 0,372 Valid
30 0.468 0,372 Valid
Sumber : Data hasil penelitian 2012
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada hasil ujicoba yang
dilakukan dengan menggunakan Alpha-Cronbach dapat diketahui pertanyaan
yang valid dan tidak valid.
Hasil tersebut diketahui dengan cara membandingkan ℎ� � dengan
� . Jika ℎ� � > � . Maka butir soal tersebut dinyatakan valid dan
sebaliknya Jika ℎ� � < � maka butir soal tersebut tidak valid.
Berdasarkan hasil uji diatas, tampak bahwa dari 30 item pertanyaan terdapat
item dibawah nilai � yaitu 0,372, dan dinyatakan tidak valid yaitu item
nomor 1,4,13,16,23. Berdasarkan pertimbangan bahwa masih ada item lain
yang dapat digunakan setelah dikurangi item yang tidak valid, dan
mempertimbangkan masukan dari dosen pembimbing, maka beberapa item
yang tidak valid tersebut dibuang dan tidak dikutsertakan dalam instrumen
penelitian. Selanjutnya, jumlah item yang dapat digunakan sebagai alat
pengumpul data berjumlah 25 item.
2) Variabel karakteristik SMM ISO 9001:2000
Hasil uji validitas butir instrumen karakteristik inovasi SMM ISO
Tabel 3.6.Hasil uji analisis butir instrumen karakteristik inovasi SMM ISO
9001:2000
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada hasil ujicoba yang
dilakukan dengan menggunakan Alpha-Cronbach dapat diketahui pertanyaan
yang valid dan tidak valid.
Hasil tersebut diketahui dengan cara membandingkan ℎ� � dengan
� . Jika ℎ� � > � . Maka butir soal tersebut dinyatakan valid dan
sebaliknya Jika ℎ� � < � maka butir soal tersebut tidak valid.
Berdasarkan hasil uji diatas, tampak bahwa dari 30 item pertanyaan terdapat
item dibawah nilai � yaitu 0,372, dan dinyatakan tidak valid yaitu item
nomor 9,10,16,17,20,23. Berdasarkan pertimbangan bahwa masih ada item
lain yang dapat digunakan setelah dikurangi item yang tidak valid, dan
mempertimbangkan masukan dari dosen pembimbing, maka beberapa item
yang tidak valid tersebut dibuang dan tidak dikutsertakan dalam instrumen
penelitian. Selanjutnya, jumlah item yang dapat digunakan sebagai alat
pengumpul data berjumlah 19 item.
3) Variabel kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000
Hasil uji validitas butir instrumen kepuasan staf terhadap inovasi SMM
Tabel 3.7.Hasil uji analisis butir instrumen kepuasan staf terhadap inovasi
SMM ISO 9001:2000
No soal Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan
1 0.684 0,372 Valid
Sumber : Data hasil penelitian 2012
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada hasil ujicoba yang
dilakukan dengan menggunakan Alpha-Cronbach dapat diketahui pertanyaan
Hasil tersebut diketahui dengan cara membandingkan ℎ� � dengan
� . Jika ℎ� � > � . Maka butir soal tersebut dinyatakan valid dan
sebaliknya jika ℎ� � < � maka butir soal tersebut tidak valid.
Berdasarkan hasil uji diatas, tampak bahwa dari 30 item pertanyaan terdapat
item dibawah nilai � yaitu 0,372, dan dinyatakan tidak valid yaitu item
nomor 4. Berdasarkan pertimbangan bahwa masih ada item lain yang dapat
digunakan setelah dikurangi item yang tidak valid, dan mempertimbangkan
masukan dari dosen pembimbing, maka beberapa item yang tidak valid
tersebut dibuang dan tidak dikutsertakan dalam instrumen penelitian.
Selanjutnya, jumlah item yang dapat digunakan sebagai alat pengumpul data
berjumlah 19 item.
3.6.2. Uji Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kepercayaan (keyakinan) terhadap instrumen. Suatu instrumen dikatakan
realibel apabila dipergunakan beberapa kali untuk mengukur objek penelitian
yang sama akan menghasilkan data yang sama pula. Untuk mengetahui
tingkat reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency yaitu
melakukan uji coba instrumen yang kemudian dianalisis dengan teknik belah
dua (split half) Spearman Brown menggunakan SPSS 17.0 for Windows.
Instrumen yang valid dibagi kedalam dua kelompok yang kemudian
dikorelasikan skornya, selanjutnya dimasukkan kedalam rumus Spearman
ℎ� �= 1+2
Keterangan :
ℎ� � = Koefisien korelasi Spearman Brown
= Koefisien korelasi product moment antara skor butir ganjil dan butir
genap
Tingkat reliabilitas instrumen dapat dilihat dari nilai ℎ� �. Tingkat
reliabilitas instrumen dapat diukur berdasarkan nilai ℎ� � dibandingkan
� . Jika nilai ℎ� � lebih besar dari � (nilai ℎ� � > � ) maka
butir tersebut dikatakan reliabel.
Setelah diperoleh item/butir yang tidak valid atau tidak reliabel maka
instrumen penelitian dianalisis, jika butir tersebut penting maka harus
diperbaiki, sebaliknya jika butir tersebut sudah terwakili oleh butir-butir yang
lain maka butir yang tidak valid/reliabel dihilangkan. Hasil uji reliabilitas
instrumen secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.8. sebagai berikut.
Tabel 3.8. Hasil uji reliabilitas
No Variabel r tabel Guttman
Split-Half Coefficient
Kesimpulan
1 Implementasi 0,372 867 Reliabel
2 Karakteristik 0,372 731 Reliabel
3 Kepuasan 0,372 852 Reliabel
Sumber : Data hasil penelitian 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa angket/instrumen
variabel implementasi SMM ISO 9001:2000, variabel karakteristik SMM ISO
reliabel, sehingga instrumen-instrumen tersebut dapat digunakan sebagai alat
pengumpul data.
3.7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
3.7.1.Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum
tentang deskripsi skor tiap variabel yang diperoleh dalam penelitian, meliputi
skor minimum, skor maksimum, range atau rentang skor, rata-rata, nilai
tengah, modus, standar deviasi dan varians serta menampilkan data dalam
bentuk tabel dan grafik distribusi frekuensi.
Untuk mengetahui prosentase responden terhadap skor jawaban
menggunakan rumus sebagai berikut :
Skor (%) =
� x 100
Keterangan :
n = Jumlah skor jawaban responden
N = Jumlah skor jawaban ideal
Penentuan kategori prosentase dari setiap indikator ditempuh dengan tahapan
sebagai berikut :
1. Menentukan angka prosentase tertinggi
�
� x 100
5
2. Menentukan angka prosentase terendah
� �
� x 100
1
5 x 100 =20
3. Rentang prosentase
100 – 20 = 80
4. Interval kelas prosentase
80 : 5 = 16
Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor prosentase
yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel kriteria 3.9 sebagai berikut :
Tabel 3.9 Tabel kriteria
Nomor Rentang % Skor Kategori
1 80 < Skor ≤ 100 Sangat tinggi
2 68 < Skor ≤ 84 Tinggi
3 52 < Skor ≤ 68 Cukup
4 36 < Skor ≤ 52 Kurang
5 Skor ≤ 36 Rendah
3.7.2.Analisis Verifikatif
Selain menggunakan analisis deskriptif, penelitian ini juga
menggunakan analisis verifikatif yaitu dengan analisis regresi. Analisis
regresi digunakan untuk menganalisis data yang berkaitan dengan upaya
mengukur koefisien antara variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian ini
ganda. Apabila dalam penelitian terdapat satu variabel bebas maka digunakan
analisis regresi linier sederhana dan jika terdapat lebih dari satu variabel
bebas maka digunakan analisis regresi berganda.
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mencari besarnya
pengaruh antara variabel bebas implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000
( 1) terhadap variabel terikat kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO
9001:2000 (Y) dan variabel bebas karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000
( 2) terhadap variabel terikat kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO
9001:2000 (Y). Analisis regresi linier ganda digunakan untuk mencari
besarnya pengaruh secara bersama-sama antara variabel bebas implementasi
inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 1) dan karakteristik inovasi SMM ISO
9001:2000 ( 2) terhadap kepuasan staf pada inovasi SMM ISO 9001:2000
(Y).
Penggunaan analisis regresi dalam suatu penelitian harus memenuhi
beberapa persyaratan antara lain :
A. Uji normalitas
Persyaratan kedua yang harus dipenuhi dalam suatu penelitian yang
menggunakan analisis korelasi dan regresi adalah data yang dianalisis harus
berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah
dalam sebuah model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau
adalah berdisribusi normal atau mendekati normal. Ada beberapa cara untuk
melihat normalitas data penelitian yaitu :
1. Melihat histogram residual, apakah memiliki bentuk lonceng atau tidak.
Cara pertama ini dapat menjadi fatal karena pengambilan keputusan
hanya berpedoman pada pengamatan gambar saja.
2. Menggunakan rasio skewness dan ratio kurtosis Rasio ini dapat dijadikan
petunjuk apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak.
3. Uji Kolmogorov-Smirnov (Setyadarma, 2010:2).
B. Uji Linearitas
Persyaratan ketiga yang harus dipenuhi dalam suatu penelitian yang
menggunakan analisis korelasi dan regresi adalah data yang dianalisis harus
linier. Uji linearitas menunjukkan hubungan variabel bebas dan variabel
terikat yang saling membentuk kurva linier. Kurva linier dapat terbentuk
apabila setiap kenaikan skor variabel bebas diikuti oleh kenaikan skor
variabel terikat. Untuk menentukan hasil perhitungan uji linieralitas,
digunakan nilai signifikansi (Sig) pada deviation from linearity, apabila >
0,05 yang berarti bahwa garis regresi tersebut adalah linier.
C. Uji Multikolinieralitas
Uji multikolinieralitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui
apakah ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Penilaian tentang
(Variance inflation factor). Apabila nilai VIF<10 maka tingkat kolinieralitas
masih dapat ditoleransi. Nilai eigenvalue yang mendekati nol memberikan
petunjuk tentang adanya multikolinieralitas dan serta nilai toleransi harus
lebih dari 0,1.
D. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas merupakan uji yang dilakukan untuk
mengetahui apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila ditemukan
variance residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka
dinamakan homoskedastisitas, dan apabila berbeda maka dinamakan
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah apabila terdapat
homoskedastisitas atau tidak terdapat heteroskedastisitas.
E. Uji korelasi dan regresi
Setelah melakukan pengolahan data hasil penelitian dengan
menggunakan analisis deskriptif dan analisis verifikatif, kemudian
dilanjutkan dengan pengujian korelasi dan regresis. Teknik yang dilakukan
dalam menganalisa hubungan antara variabel adalah dengan menggunakan
persamaan korelasi product moment. Analisis Pearson product moment
merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji bagaimana
hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih variabel. Penelitian ini
melakukan pengujian terhadap tiga hipotesis yaitu :
1. Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan menggunakan korelasi
implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 1) terhadap variabel terikat
kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 (Y).
2. Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan menggunakan korelasi
product moment untuk menghitung koefisien korelasi antara karakteristik
inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 2) terhadap variabel terikat kepuasan staf
terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 (Y).
3. Uji hipotesis ketiga dilakukan dengan mengunakan regresi linier
berganda untuk menentukan besarnya koefisien korelasi antara
implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 1) dan karakteristik
inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 2) terhadap kepuasan staf pada inovasi
SMM ISO 9001:2000 (Y).
Pengujian signifikasi koefisien korelasi dapat dihitung dengan
menggunakan uji t yang dibandingkan dengan � . Penfasiran terhadap
koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil berpedoman pada
ketentuan sebagai berikut : (Sugiyono, 2007:231)
Tabel 3.10 Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi
No Interval Koefisien Tingkat hubungan
1 0,00 - 0199 Sangat rendah
2 0,20 – 0,399 Rendah
3 0,40 – 0,599 Sedang
4 0,60 – 0,799 Kuat
Selanjutnya, untuk melihat pengaruh dari setiap variabel bebas dengan
variabel terikat secara bersama-sama, dipergunakan persamaan regresi linier
berganda. Persamaan regresi liner berganda digunakan untuk memprediksi
hasil penelitian berdasarkan perubahan nilai-nilai variabel bebas.
Persamaan regresi liner sebagai berikut :
a. Menggunakan satu variabel independen (regresi sederhana)
′=
0+ 1X
b. Menggunakan dua variabel independen (regresi berganda)
′=
0+ 1 1+ 2 2
Keterangan :
′= Kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000
0= Konstanta
1 2= Koefisien regresi
1= Implementasi Inovasi SMM ISO 9001:2000
2= Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan taraf signifikasi
sebesar 0,05. Apabila signifikansi F ≤ 0,05 maka hipotesis nihil (� ) ditolak,
dan sebaliknya apabila signifikansi F
>
0,05 maka hipotesis nihil (� )diterima. Untuk memudahkan proses pengolahan data, maka seluruh analisa
Rita Darnila, 2012
Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
1. Implementasi terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 tidak selalu
dilakukan untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Dimensi yang memperoleh nilai tertinggi adalah sistem manajemen
mutu, yang merupakan langkah awal dalam implementasi SMM ISO,
sedangkan implementasi pada dimensi lainnya seperti tanggungjawab
manajemen, manajemen sumberdaya, mengalami penurunan. Pada
dimensi pengukuran, analisis dan peningkatan yang merupakan tahap
evaluasi dalam implementasi memperoleh nilai yang paling rendah.
Hal ini menunjukkan kurangnya konsistensi dalam implementasi
inovasi SMM ISO 9001:2000.
2. Karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 menurut staf dianggap
memiliki karakteristik yang biasa saja. Dimensi yang memperoleh
skor tertinggi adalah dimensi triabilitas, yang berarti bahwa inovasi
SMM ISO 9001:2000 dianggap dapat dicoba oleh seluruh staf,
sedangkan dimensi lainnya yaitu keuntungan relatif, kompabilitas,
kompleksitas dan observabilitas memiliki nilai lebih rendah yang
biasa saja. Dimensi yang memperoleh nilai terendah adalah
observabilitas yang berarti bahwa inovasi SMM ISO 9001:2000
dianggap sulit dilihat dan diamati hasilnya, karena inovasi dalam
bentuk sistem manajemen mutu menekankan pada proses dan
membutuhkan waktu untuk dapat dilihat hasilnya apalagi jika tidak
seluruh staf memperoleh pemahaman dan pengetahuan yang cukup
tentang inovasi SMM ISO 9001:2000.
3. Kepuasan yang diperoleh staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000
berada pada tingkat yang biasa saja, yang berarti bahwa kepuasan
yang diperoleh staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 belum
mencapai hasil yang maksimal. Dimensi yang memperoleh skor
tertinggi adalah dimensi comparison, sedangkan expectation,
performance dan confirmation memperoleh skor yang lebih rendah.
Hal ini berarti bahwa walaupun rata-rata kepuasan staf terhadap
inovasi SMM ISO 9001:2000 berada pada kategori biasa saja, tetapi
inovasi SMM ISO 9001:2000 masih dianggap lebih baik dari sistem
sebelumnya. Dimensi confirmation memperoleh nilai terendah yang
berarti bahwa staf kurang memberikan konfirmasi yang positif
terhadap inovasi tersebut.
4. Implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 berkorelasi positif dan
sedang terhadap kepuasan staf dalam penggunaan inovasi SMM ISO
9001:2000. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi implementasi
5. Karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 berkorelasi positif dan
rendah terhadap kepuasan staf dalam penggunaan inovasi SMM ISO
9001:2000. Hal ini berarti bahwa karakteristik inovasi kurang
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan staf terhadap inovasi SMM
ISO 9001:2000.
6. Implementasi dan karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000
berkorelasi positif dan sedang terhadap kepuasan staf pada inovasi
SMM ISO 9001:2000. Secara simultan, implementasi inovasi SMM
ISO 9001:2000 memberikan pengaruh signifikan terhadap kepuasan
staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000, sedangkan karakteristik
inovasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan staf terhadap
inovasi. Hal ini bermakna implementasi berpengaruh kuat terhadap
kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000.
5.2.Rekomendasi
1. Untuk meningkatkan implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000
terutama pada dimensi pengukuran, analisis dan peningkatan
dilakukan dengan cara melibatkan seluruh staf secara aktif dalam
dalam pelaksanaan audit internal dan audit eksternal, evaluasi
terhadap hasil audit internal dan eksternal serta perbaikan terus
menerus terhadap hasil evaluasi yang telah dilakukan.
2. Untuk meningkatkan karakteristik yang positif pada inovasi SMM
dengan cara memfasilitasi segala bentuk kegiatan dalam rangka
peningkatan pemahaman, pengetahuan dan penumbuhan kesadaran
tentang sistem manajemen mutu kepada seluruh staf melalui
pendidikan dan pelatihan, wokshop, seminar tentang sistem
manajemen mutu yang digunakan.
3. Untuk meningkatkan kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO
9001:2000 terutama pada dimensi confirmation dapat dilakukan
dengan cara melakukan evaluasi secara berkala terhadap tingkat
kepuasan staf melalui pengisian kuesioner kepuasan, melakukan
evaluasi meliputi perbaikan dan peningkatan terus menerus terhadap
hasil evaluasi kepuasan tersebut sehingga diperoleh konfirmasi yang
positif dari staf terhadap inovasi sistem manajemen mutu yang
digunakan.
4. Intansi pemerintahan yang berperan sebagai agent of change (agen
perubahan) seperti Kemendibudnas, dapat memfasilitasi kegiatan
dalam rangka peningkatan kesadaran mutu dan membuat kebijakan
yang tidak berorientasi pada hasil tetapi pada proses peningkatan
mutu serta melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja
implementasi kebijakan yang dibuat yaitu sistem manajemen mutu
yang yang diadopsi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada
dibawah naungannya, sehingga adopsi inovasi SMM ISO 9001:2000
yang dilakukan tidak hanya sekedar untuk memenuhi kewajiban atau
5. Sekolah, instansi pemerintahan yang sebagai calon adopter, untuk
melakukan berbagai tahapan sebelum mengadopsi inovasi, seperti
peningkatan kesadaran akan pentingnya sistem manajemen mutu,
pendidikan dan pelatihan tentang SMM ISO 9001:2000 dan
penumbuhan komitmen bagi seluruh staf agar dapat inovasi SMM
ISO yang akan diadopsi dapat diimplementasikan dengan baik dan
konsisten sehingga diperoleh hasil yang maksimal.
6. Untuk penelitian selanjutnya, agar diteliti secara lebih mendalam
bagaimana proses adopsi inovasi SMM ISO 9001:2000 yang
dilakukan untuk memenuhi kewajiban seperti pada RSBI dan SMK,
apakah implementasinya telah dilakukan sesuai dengan apa yang
seharusnya dilakukan atau hanya sekedar untuk memenuhi