EFEKTIVITAS TEKNIK ROLE-PLAY UNTUK
MENGEMBANGKAN SELF-ESTEEM PESERTA DIDIK
(Studi Eksperimen Kuasi terhadap Peserta Didik Kelas X SMK Negeri
15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling
Oleh NURAINI
1004674
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Prof. Dr. Uman Suherman AS, M. Pd NIP. 196206321986101001
Pembimbing II,
Dr. Ilfiandra, M.Pd NIP 197211241999031003
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul: “Efektivitas Teknik
Role-Play untuk Mengembangkan Self-Esteem Peserta Didik (Studi Eksperimen Kuasi
pada Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013)”
beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Januari 2013
Pembuat Pernyataan,
Nuraini. (2013). Efektivitas Teknik Role-Play untuk Mengembangkan Self-Esteem Peserta Didik (Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas X Negeri 15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013). Pembimbing I: Prof. Dr. Uman Suherman AS, M. Pd, Pembimbing II: Dr. Ilfiandra, M.Pd.
Penelitian bertujuan menguji efektivitas teknik role-play dalam mengembangkan self-esteem peserta didik. Metode penelitian menggunakan eksperimen kuasi dengan desain penelitian
nonequivalent pretest-posttest control group design dan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan angket self-esteem. Partisipan penelitian berjumlah 14 orang (11 peserta didik laki-laki dan 3 perempuan) pada masing-masing kelompok eksperimen dan kontrol dengan menggunakan teknik simple random
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) self-esteem peserta didik berada pada
kategori sedang; (2) rumusan program intervensi teknik role-play difokuskan untuk untuk mengembangkan self-esteem peserta didik yang berada pada kategori rendah dan memelihara aspek self-esteem lainnya; dan (3) teknik role-play yang diterapkan dalam rancangan program bimbingan kelompok secara spesifik efektif mengembangkan aspek self-esteem peserta didik, kecuali indikator Adanya keikutsertaan dalam kegiatan di lingkungan sekitar pada aspek Keberartian. Rekomendasi hasil penelitian ditujukan kepada guru Bimbingan dan Konseling, kepala sekolah, serta peneliti selanjutnya. Guru Bimbingan dan konseling mengembangkan
self-esteem peserta didik dengan membantu mereka untuk dapat: (1) menerima dan mencintai
diri sendiri; (2) mengevaluasi diri secara objektif (menyadari kelebihan dan kekurangan diri); (3) mengembangkan potensi yang dimiliki; serta (4) meningkatkan prestasi dan mengembangkan coping skill. Kepala sekolah dapat menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam optimalisasi kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling bagi peserta didik. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan teknik selain role-play seperti sosiodrama dan permainan simulasi, atau teknik lain yang dianggap cocok untuk mengembangkan self-esteem peserta didik, serta dapat menggunakan alat pengumpulan data selain angket untuk memperoleh data yang lebih mendalam.
Nuraini. (2013). The Effectiveness of Role-Play Technique to Improve Student’s Self-Esteem (Quasi-Experimental Study of Class 10th SMKN 15 Jakarta in Academic Year 2012/2013). Supervisor I: Prof. Dr. Uman Suherman AS, M. Pd, Supervisor II: Dr. Ilfiandra, M.Pd.
The study aims to examine the effectiveness of role-play techniques in improving student's self-esteem. The research method used a quasi experimental research with nonequivalent pretest-posttest control group design. Data was collected using a questionnaire of self-esteem. The participants of study were students of class 10th total of 14 participants (11 male students and 3 female students) in each experimental and control group with simple random sampling technique. The results are: (1) student’s self-esteem is in moderate category; (2) an intervention program of role-play techniques focused to improve student’s self-esteem who are in the low category and maintain other aspects of self-esteem; and (3) group guidance program through the use of role-play techniques is specifically effective to improving student's self-esteem, except the indicator There is participation in activities in the neighborhood in the Aspects of Significance. The recommendations are for school counselor, principals, and further research. School counselor helping students to improve their self-esteem by helping them to: (1) accept and love themselves; (2) objectively evaluate themselves (self-aware of their advantages and disadvantages); (3) develop their potential; and (4) improve performance and develop the coping skills. Principals can provide the necessary facilities and infrastructure to optimize the activities of guidance and counseling services for students. Further researchers can use other techniques beside of role-play technique such as sociodramatic and simulation games, or other techniques that are
considered suitable to improve student’s self-esteem, and be able to use data collection tool than questionnaires to obtain more in-depth data.
DAFTAR ISI BAB II PENGEMBANGAN SELF-ESTEEM PESERTA DIDIK MELALUI TEKNIK ROLE-PLAY A. Konsep Dasar Self-Esteem ……… 17
B. Teknik Role-Play untuk Mengembangkan Self-esteem Peserta Didik……… 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian ………. 60
B. Populasi dan Sampel ...……… 62
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………. 63
D. Pengembangan Instrumen Penelitian……… 66
E. Uji Coba Instrumen Penelitian ……… 69
F. Prosedur Pengolahan Data ……….. 71
G. Teknik Analisis Data ………... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Self-Esteem Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta ……… 75 B. Program Bimbingan Kelompok dengan Menggunakan
Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta ………….. C. Validitas Rasional Rumusan Program Bimbingan ……….. D. Implementasi Teknik Role-Play untuk Mengembangkan
Self-Esteem Peserta Didik SMK Negeri 15 Jakarta………..
E. Efektivitas Teknik Role-Play untuk Mengembangkan
Self-Esteem Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta ……
F. Keterbatasan Penelitian ……….
87 98
100
107 119
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ……… 120
B. Rekomendasi ………. 121
DAFTAR PUSTAKA ……….. 123
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengungkap Self-Esteem Peserta
didik……….. 67
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Item ……… 70
Tabel 3.3 Kategori Skor Self-Esteem Peserta didik ………. 72
Tabel 3.4 Pengekategorian Self-Esteem Peserta didik ………. 72
Tabel 4.1 Gambaran Umum Self-Esteem Peserta didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta Tahun ajaran 2012/2013 ……… 75
Tabel 4.2 Profil Self-Esteem Peserta didik tiap Aspek ………. 81
Tabel 4.3 Profil Self-Esteem Peserta didik Tiap Indikator ……… 84
Tabel 4.4 Hasil Penimbangan Pakar terhadap Program ……… 99
Tabel 4.5 Uji Normalitas ……… 107
Tabel 4.6 Uji Homogenitas ……… 108
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Hasil Uji t Indenpenden Gain pada Kelompok Eksperimen dan
Kontrol ………...
Hasil Uji t Independen Gain tiap Indikator pada Kelompok
Eksperimen dan Kontrol ………
109
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat-surat Penelitian
Lampiran 2 Instrumen Penelitian
Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data
Lampiran 4 Program Intervensi Layanan BK, Satuan Layanan Kegiatan
Bimbingan dan Konseling (SKLBK), Skenario Kegiatan
Role-Play, Format Kontrak/Komitmen Kelompok, dan Jurnal
Kegiatan Peserta didik
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting
untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Melalui pendidikan diharapkan
peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sangat
diperlukan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Pendidikan memiliki
peran penting dalam mencerdaskan bangsa. Dalam pendidikan tersebut, tugas
seorang peserta didik adalah belajar. Menurut Gagne (Hariyanto, 2010), belajar
merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku,
yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan
sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya
suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta
akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Menurut Hilgard (Hariyanto,
2010) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang
kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan
yang ditimbulkan oleh lainnya.
Proses belajar tidak selalu berhasil, hasil yang dicapai antara peserta didik
yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan. Berhasil tidaknya proses belajar
mengajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar peserta
didik. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya namun
digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
didik yang datang dari luar dirinya, diantaranya yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat (Sumarno, 2011).
Faktor internal diartikan sebagai faktor penyebab kesulitan belajar peserta
didik yang bersumber dari dalam dirinya. Faktor internal ini dapat dikelompokan
menjadi dua bagian yaitu: faktor psikologis dan faktor fisiologis. Jika
diklasifikasikan secara konseptual faktor psikologis dapat digolongkan terdiri
dari faktor intelektual dan faktor non-intelektual. Faktor-faktor intelektual yang
dapat mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik dapat berupa tingkat
kecerdasan intelektual (yang populer dikenal dengan sebutan IQ) dan bakat.
Sedangkan faktor non-intelektual yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar
peserta didik yang bersumber dari beberapa sifat kepribadian yang terdiri dari: (a)
sikap terhadap belajar; (b) motivasi belajar. Motivasi dalam kegiatan belajar
merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi peserta didik
untuk mendaya gunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi yang
ada diluar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar; (c) mengelola bahan belajar
yang dapat diartikan sebagai proses berpikir seseorang untuk mengolah informasi
yang diterima sehingga menjadi bermakna; (d) konsentrasi belajar yang
merupakan salah aspek psikologis yang sering kali tidak begitu mudah untuk
diketahui oleh orang lain selain diri individu yang sedang belajar. Kesulitan
berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang dihadapi
peserta didik, karena hal itu akan menjadi kendala didalam mencapai hasil belajar
yang diharapkan; (e) rasa percaya diri yang merupakan salah satu kondisi
proses pembelajaran; (f) kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang
telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam
aktifitas belajar yang dilakukannya (Sumarno, 2011).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa faktor
non-intelektual sangat mempengaruhi proses belajar peserta didik. Salah satu diantara
beberapa faktor internal yang mempengaruhi belajar peserta didik adalah rasa
percaya diri peserta didik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sulaeman
(2011), rasa percaya diri yang positif didorong oleh kondisi rasa penghargaan
terhadap diri, baik melalui pandangan personal maupun pandangan lingkungan
terhadap diri individu yang bersangkutan. Self-esteem menunjukkan peran yang
signifikan dalam optimalisasi keunikan diri individu. Keunikan individu, atau
peserta didik dalam konteks pendidikan, dapat didorong dengan cara
meningkatkan self-esteem yang bersangkutan. Tidak mungkin seseorang akan
tumbuh dengan segala keunikannya bila dirinya tidak percaya diri dan merasa
tidak berharga. Apabila kondisi tersebut terjadi, maka yang muncul adalah
perasaan rendah diri.
Self-esteem juga memengaruhi motivasi belajar peserta didik. Menurut
penelitian Sulistiyowati (2008) harga diri merupakan aspek kepribadian yang
pada dasarnya dapat berkembang. Kurangnya harga diri pada peserta didik dapat
mengakibatkan masalah akademik, olahraga, dan penampilan sosial. Selain itu
dapat menimbulkan gangguan pula pada proses berfikir dalam konsentrasi
belajar, dan berinteraksi dengan orang lain terutama yang masih mengikuti
dalam pendidikan sangat berperan dalam keberhasilan mencapai tujuan. Nilai
harga diri seseorang apabila turun atau rendah, akan diikuti motivasi belajar yang
rendah pula.
Self-esteem juga memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar peserta
didik. Menurut penelitian Tresia (Sulistiyowati, 2008) menunjukkan adanya
pengaruh antara harga diri dengan prestasi belajar dimana setiap rata-rata
peningkatan atau penurunan harga diri menyebabkan peningkatan atau penurunan
prestasi belajar.
Self-esteem memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan seorang
individu. Self-esteem adalah opini seseorang terhadap dirinya sendiri yang realistis
dan apresiatif. Realistis berarti individu dapat secara jujur dan akurat menyadari
kekuatan dan kelemahan diri serta segalanya yang berada diantaranya. Apresiatif
mewakili kemampuan individu memiliki perasaan yang baik terhadap keseluruhan
orang yang ia lihat tersebut (Schiraldi, 2007: 3).
Schiraldi (2007: 2) mengatakan bahwa individu dengan self-esteem yang
tinggi memiliki banyak keuntungan. Self-esteem berhubungan erat dengan
kebahagiaan, resiliensi psikologis, dan motivasi untuk hidup sehat dan produktif.
Self-esteem yang rendah dapat merujuk pada pengalaman depresi, kecemasan,
masalah emosi, penyakit kronis, immunosuppression, dan macam-macam gejala
fisik dan psikologis yang menyusahkan. Rosenberg (2007) menyatakan bahwa
tidak ada yang dapat lebih membuat stres daripada pengalaman kurangnya rasa
kesehatan, kemampuan mengatasi masalah, kemampuan bertahan hidup, dan
kesejahteraan individu.
Self-esteem yang tinggi atau rendah akan mempengaruhi kepribadian
seseorang. Berdasarkan penelitian Robins, et al. (2001) yang bertajuk Personality
Correlates of Self-Esteem, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
self-esteem dengan lima dimensi besar kepribadian yaitu usia, jenis kelamin, kelas
sosial, etnis dan kewarganegaraan. Memahami hubungan antara harga diri dan
kepribadian penting karena beberapa alasan. Pertama, melekatkan harga diri
dalam kerangka lima besar dimensi kepribadian akan menghubungkan pada
semua konstruksi psikologis lainnya dan hasil yang telah dikaitkan dengan lima
besar dimensi kepribadian. Kedua, harga diri dan kepribadian cenderung berbagi
akar perkembangan yang umum, dan memeriksa korelasi kepribadian dengan
harga diri di seluruh rentang kehidupan memungkinkan untuk memberikan
wawasan kedalam harga diri dan perkembangannya. Ketiga, dengan tambahan
berdasar pada etiologi umum, harga diri dan kepribadian secara langsung
mempengaruhi satu sama lain.
Pada peserta didik yang memiliki self-esteem negatif sering muncul
perilaku negatif. Berawal dari perasaan tidak mampu dan berharga, mereka
mengkompensasikannya dengan tindakan lain yang seolah-olah membuat ia lebih
berharga. Misalnya, dengan mencari pengakuan dan perhatian dari
teman-temannya. Berawal dari hal tersebut kemudian dapat muncul penyalahgunaan
obat-obatan terlarang atau tawuran (Sulaeman, 2011). Menurut Harter (1993)
fenomena sosial yang konsekuensial, termasuk penyalahgunaan narkoba,
permusuhan dan disfungsi hubungan.
Gejala-gejala peserta didik yang menunjukkan kecenderungan self-esteem
negatif terjadi di hampir semua jenjang pendidikan, dari sekolah dasar sampai
tingkat perguruan tinggi, tidak terkecuali dengan peserta didik sekolah menengah
kejuruan (SMK) yang seyogyanya merupakan pemasok utama tenaga kerja tingkat
menengah.
Pada kenyataannya, peserta didik SMK seringkali kurang diperhitungkan
oleh masyarakat karena ketidakmampuannya untuk bekerja setelah lulus dan
banyaknya dari para lulusan tersebut yang tidak meneruskan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Banyak diantara lulusan SMK yang mengalami
kegagalan dalam hal mempersiapkan mental dan kepribadiannya ketika memasuki
dunia kerja. Bahkan di beberapa daerah tidak sedikit dari pandangan masyarakat
yang menomorduakan pendidikan kejuruan dan menganggap bahwa peserta didik
yang masuk SMK adalah „siswa buangan‟ yang tidak lulus pada seleksi masuk
Sekolah Menengah Atas (SMA) (Kompas, 2008). Padahal pendidikan kejuruan
tidak sama dengan pendidikan umum. Pendidikan di SMK memiliki ciri tertentu
yang berbeda dengan pola pendidikan di SMA, dimana peserta didik lulusan SMK
harus memiliki kelebihan dalam penguasaan kompetensi kerja. Ironisnya, hal ini
juga yang kemudian menambah pandangan negatif masyarakat terhadap
pendidikan kejuruan manakala peserta didik lulusan SMK menjadi pengangguran
Gejala yang ditunjukkan oleh peserta didik SMK akan menghambat tujuan
pendidikan yang telah dicanangkan baik di tingkat nasional maupun di tingkat
satuan sekolah. Dalam hal ini termasuk pula tujuan-tujuan pendidikan yang
didistribusikan ke dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Isi bagi
pencapaian tujuan bimbingan konseling yang dimaksud adalah Standar
Kompetensi Kemandirian Peserta Didik. Disebutkan bahwa dalam masalah
pengembangan diri, peserta didik khususnya di SMK diharapkan mampu: (a)
mempelajari keunikan diri dalam konteks kehidupan sosial; (b) menerima
keunikan diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya; dan (c) menampilkan
keunikan diri secara harmonis dalam keragaman. Di samping itu, dikaitkan
dengan kesadaran gender, peserta didik SMK pun diharapkan mampu
berkolaborasi secara harmonis dengan lain jenis dalam keragaman peran
(Pendidikan Teknologi Vokasi, 2007). Salah satu faktor yang menunjang Standar
Kompetensi Kemandirian Peserta Didik adalah self-esteem. Oleh karena itu
peserta didik SMK diharapkan memiliki self-esteem yang tinggi dan positif
sehingga dapat mengoptimalkan diri untuk menuju kemandirian yang
berkompetensi dan siap terjun ke dunia kerja.
Berdasarkan studi pendahuluan di SMK Negeri 15 Jakarta, kondisi
self-esteem peserta didik khususnya di Kelas X cenderung rendah. Fenomena ini
mengkhawatirkan karena sebagai peserta didik SMK, mereka diharapkan dapat
mengembangkan dirinya sebaik mungkin dalam rangka mempersiapkan diri untuk
dapat segera memasuki dunia kerja setelah lulus dari sekolah. Kelas X diharapkan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada kelas XI, yaitu mengikuti kegiatan
Pengalaman Kerja Lapangan (PKL) di perusahaan-perusahaan sebagai bekal
pengalaman kerja mereka sebelum mereka benar-benar memasuki dunia kerja
setelah lulus SMK. Self-esteem yang cenderung rendah akan merugikan mereka
saat memasuki dunia kerja nantinya, karena akan mengurangi kemampuan mereka
dalam bersaing dengan calon pekerja lainnya. Oleh sebab itulah, siswa SMK
Negeri 15 Jakarta khususnya Kelas X perlu untuk mengembangkan self-esteem
yang mereka miliki.
Salah satu upaya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan
self-esteemnya adalah dengan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bimbingan
dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Pemetaan
layanan Bimbingan dan Konseling dalam jalur pendidikan formal terdiri dari tiga
bidang, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan
kurikuler, dan bidang pembinaan peserta didik atau bimbingan dan konseling
(Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling, 2008).
Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan, maka diperlukan upaya dari
pihak sekolah untuk diadakan pelaksanaan bimbingan guna membantu peserta
didik untuk mengembangkan potensi dirinya. Selain itu melalui program
bimbingan dapat mencegah dan mengatasi potensi-potensi negatif, seperti peserta
didik yang mengalami turunnya motivasi dan prestasi belajar, atau mengalami
masalah dalam bersosialisasi dengan teman sebaya karena disebabkan oleh
self-esteem yang rendah. Pada program bimbingan ini, teknik yang dipakai adalah
memfasilitasi dan membantu peserta didik untuk mengembangkan self-esteem
yang mereka miliki.
Shaftel & Shaftel (1967) menyatakan bahwa role-play, jika digunakan
dengan benar dan terampil, secara unik cocok digunakan untuk mengeksplorasi
perilaku kelompok dan dilema individu sebagaimana ia mencoba untuk
menemukan tempat di banyak kelompok di kehidupannya dan pada waktu yang
sama berjuang untuk mendirikan identitas pribadi dan integritasnya sendiri. Jika
digunakan dengan benar, role-play memungkinkan suatu "penemuan" dalam
pembelajaran yang terjadi ketika individu dalam kelompok dihadapkan pada cara
yang cenderung mereka pilih untuk menyelesaikan masalah mereka dalam
hubungan interpersonal, dan yang terjadi ketika, di bawah bimbingan dari
orang-orang yang terlatih, peserta didik akan menyadari sistem nilai pribadi mereka.
Hasilnya adalah peserta didik yang dapat membantu untuk mengembangkan
kepekaan terhadap perasaan dan kesejahteraan orang lain dan untuk
mengklarifikasi nilai-nilai mereka sendiri dalam perilaku etis. Dengan
mengembangkan kepekaan terhadap perasaan dan kesejahteraan orang lain, serta
menyadari sistem nilai pribadi mereka, maka peserta didik dapat mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya dan secara otomatis self-esteemnya akan
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan studi pendahuluan berupa wawancara dengan guru BK
SMKN 15 Jakarta, terdapat beberapa permasalahan yang diantaranya adalah
sebagai berikut: (a) self-esteem peserta didik di SMKN 15 Jakarta cenderung
rendah; (b) belum adanya upaya yang dilakukan oleh guru BK SMKN 15 Jakarta
untuk mengembangkan self-esteem peserta didik; (c) Bimbingan Konseling di
SMKN 15 Jakarta membutuhkan program bimbingan untuk mengembangkan
self-esteem peserta didik karena belum ada program bimbingan yang khusus
ditujukan untuk mengembangkan self-esteem peserta didik.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, secara umum penelitian ini
difokuskan untuk mengembangkan dan mengetahui “efektivitas program
bimbingan dengan menggunakan teknik role-play untuk mengembangkan
self-esteem peserta didik Kelas X SMKN 15 Jakarta”.
C. Tujuan Penelitian
Sasaran utama penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas teknik
role-play untuk mengembangkan self-esteem peserta didik Kelas X SMKN 15
Jakarta. Untuk mencapai tujuan umum tersebut, perlu diketahui informasi tentang:
1. Gambaran umum self-esteem peserta didik Kelas X SMKN 15 Jakarta.
2. Program bimbingan dengan teknik role-play untuk mengembangkan
self-esteem peserta didik Kelas X SMKN 15 Jakarta.
3. Efektivitas teknik role-play dalam mengembangkan self-esteem peserta
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Penelitian memiliki dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas.
Variabel terikat adalah self-esteem, sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini
adalah teknik role-play.
2. Definisi Operasional
a) Self-Esteem
Menurut Coopersmith (Burn, 1998) self-esteem merupakan evaluasi yang
dibuat individu dari kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima,
menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan,
keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan yang terdiri dari empat aspek, yaitu:
(a) kekuasaan (power), yakni kemampuan untuk mengatur dan mengontrol
tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai dengan adanya pengakuan dan
rasa hormat yang diterima individu dari orang lain; (b) keberartian (significance),
yaitu adanya kepedulian dan afeksi yang diterima dari orang lain. Menunjukkan
bahwa penghargaan dan minat dari orang lain sebagai pertanda penerimaan dan
popularitas dirinya, keadaan tersebut ditandai oleh kehangatan, keikutsertaan,
perhatian, dan rasa suka orang lain terhadap dirinya; (c) kebajikan (virtue)
meliputi ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk
menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan oleh moral, etika dan agama; (d)
kompetensi (competence), yakni kemampuan untuk sukses memenuhi tuntutan
prestasi. Ditandai dengan keberhasilan individu dalam mengerjakan bermacam
Self-esteem menurut Branden (1992) adalah: (a) kepercayaan diri dalam
kemampuan individu untuk berpikir dan mengatasi tantangan hidup; (b)keyakinan
dalam hak individu untuk menjadi bahagia, perasaan berharga, memiliki
kelayakan, berhak untuk menyatakan kebutuhan dan keinginan serta menikmati
buah dari hasil usahanya.
Self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu evaluasi diri
yang dilakukan oleh peserta didik SMK Kelas X atas kebiasaan mengamati
dirinya terhadap sikap menerima, menolak, dan mengindikasikan besarnya
kepercayaan peserta didik terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan, dan
keberhargaan dirinya yang meliputi empat aspek, yaitu: (a) kekuasaan (power),
yaitu kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain.
Kemampuan ini ditandai dengan adanya pengakuan dan rasa hormat yang
diterima peserta didik dari orang lain; (b) keberartian (significance) yaitu adanya
kepedulian dan afeksi yang diterima peserta didik dari orang lain. Keberartian
menunjukkan bahwa penghargaan dan minat yang diterima peserta didik dari
orang lain sebagai pertanda penerimaan dan popularitas dirinya, keadaan tersebut
ditandai oleh adanya kehangatan yang didapat dari orang lain, keikutsertaan
peserta didik dalam kegiatan dilingkungan sekitar dirinya, adanya perhatian dari
orang lain terhadap dirinya, dan adanya rasa suka orang lain terhadap dirinya; (c)
kebajikan (virtue) meliputi ketaatan mengikuti standar moral dan etika, yang
ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan oleh
sukses memenuhi tuntutan prestasi. Ditandai dengan keberhasilan peserta didik
dalam mengerjakan bermacam tugas pekerjaan dengan baik.
b) Teknik Role-Play
Role-play dapat berfungsi sebagai bantuan dalam mendiagnosa ketegangan
dan akibat dari sumber kerenggangan dalam kelompok; dan role-play, apabila
disusun secara terampil, dapat menjadi sebuah layanan utama sebagai prosedur
untuk membantu individu menjadi lebih nyaman dengan dirinya sendiri serta lebih
percaya diri dalam mempertahankan apa yang dia percaya. Role-play dapat
membantu kelompok untuk mendapatkan konsep yang lebih jelas akan tanggung
jawabnya untuk mendukung tiap individu. Role-play, dengan membantu untuk
mengendurkan ketegangan antara individu dan kelompok, dapat banyak
membantu guru dalam membangun sebuah iklim pembelajaran yang kondusif
(Shaftel & Shaftel, 1967).
Role-play menawarkan pada anggota kelompok beberapa kesempatan,
pertama, untuk merasakan perasaan dan mencoba untuk memahami pengalaman
orang lain; kedua, untuk memantau apa yang terjadi di dalam diri mereka sendiri;
dan ketiga, dan yang paling penting, untuk mengubah persepsi dan wawasan
mereka kedalam kemampuan merespon, yang dapat memfasilitasi eksplorasi dan
perkembangan dari para anggota kelompok (Tolan, 2001). Dengan beberapa
kesempatan yang ditawarkan oleh role-play tersebut, siswa dapat mengeksplorasi
persepsi dan wawasannya mengenai dirinya sendiri dan mengembangkan
Moreno (Corey, 2005) menyatakan bahwa sangat pentingnya untuk
belajar secara spontan dan kreatif. Moreno berpendapat bahwa spontanitas
merupakan “respons yang tepat untuk menghadapi situasi baru atau
merupakan repons baru dan tepat untuk menghadapi situasi lama”. Secara
analogi, role-play dalam mengembangkan self-esteem berusaha untuk
menciptakan suasana spontanitas dan kreativitas untuk menghilangkan
tekanan-tekanan yang menghambat peserta didik untuk mengekspresikan
dirinya dan mengembangkan self-esteem yang ia miliki.
Teknik role-play yang digunakan dalam penelitian adalah sebuah kegiatan
memainkan suatu peran yang dipimpin oleh pemandu (konselor atau guru) yang
bertujuan untuk menciptakan suasana spontanitas dan kreativitas untuk
menghilangkan tekanan-tekanan yang menghambat peserta didik Kelas X SMK
Negeri 15 Jakarta untuk mengekspresikan dirinya sehingga peserta didik dapat
mengeksplorasi wawasan mengenai dirinya sendiri serta mengembangkan
kemampuan untuk menghargai dirinya.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
pengembangan teori maupun praktik pendidikan pada umumnya, dan khususnya
bimbingan dan konseling. Secara teoretis, manfaat penelitian memberikan
wawasan dalam khasanah bimbingan dan konseling di Indonesia, dan sebagai
bahan kajian dan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan
pengembangan intervensi perilaku melalui program bimbingan untuk
mengembangkan self esteem.
Sedangkan manfaat praktis yang diperoleh sebagai berikut.
1. Sebagai bahan masukan untuk guru BK dalam upaya meningkatkan dan
pengembangan perilaku yang lebih positif dengan self-esteem yang positif
pada peserta didik SMK.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi kepala sekolah terutama dalam rangka
mengembangkan self-esteem positif peserta didik melalui pemberian fasilitas,
serta wewenang dan dukungan yang memadai kepada konselor untuk
mengembangkan dan menjalankan program bimbingan yang diorientasikan
pada kepentingan peserta didik.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya
untuk berbagai implikasi masalah self-esteem peserta didik.
F. Asumsi Penelitian
1. Self-esteem yang tinggi atau rendah akan memengaruhi kepribadian seseorang
(Robins, et al., 2001).
2. Self-esteem memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan seorang
individu. Self-esteem adalah opini seseorang terhadap dirinya sendiri yang
realistis dan apresiatif. Realistis berarti kita dapat secara jujur dan akurat
menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta segalanya yang berada
diantaranya. Apresiatif menyarankan agar kita memiliki perasaan yang baik
3. Aspek kepribadian yang penting adalah harga diri. Harga diri yang tinggi akan
mempengaruhi kepribadian seseorang (Robinson dan Shaver, 1990).
4. Role-play dapat mengembangkan keterampilan dengan cara mengundang
peserta untuk terlibat dengan satu sama lain secara lebih langsung dan segera
melalui penggunaan dari peran-peran yang dimainkan (Tolan, 2001).
5. Role-play menghasilkan definisi masalah, delineasi alternatif tindakan,
eksplorasi konsekuensi dari alternatif-alternatif tersebut, dan pengambilan
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab tiga membahas tentang pendekatan dan desain penelitian, populasi
dan sampel penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan instrumen
penelitian, uji coba intrumen penelitian, prosedur pengolahan data, dan teknik
analisis data.
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan
pendekatan kuantitatif menekankan pada data berupa angka-angka (numerical)
yang pengolahan datanya dilakukan dengan metode statistik. Pendekatan
kuantitatif digunakan untuk mengetahui efektivitas teknik role-play untuk
mengembangkan self-esteem peserta didik.Pada konteks penelitian ini pendekatan
kuantitatif ditujukan untuk mengetahui perbedaan perubahan antara sebelum
dilakukan tindakan (treatment) dan setelah dilakukan tindakan.
Guna menguji efektivitas teknik role-play untuk mengembangkan
self-esteem peserta didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013,
maka peneliti menggunakan metode penelitian quasi experiment. Penelitian
eksperimen kuasi merupakan penelitian percobaan, yakni penelitian yang
membandingkan dua kelompok sasaran penelitian, satu kelompok diberi
perlakuan tertentu dan satu kelompok (kelompok kontrol) lagi dikendalikan pada
suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding. Selisih antara
Sesuai dengan rancangan penelitian bahwa penelitian ini menggunakan
metode eksperimen kuasi, maka peneliti menggunakan desain penelitian
Pretest-Postest One Nonequivalent Control Group Design, yaitu jenis desain yang
biasanya dipakai pada eksperimen yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada
sebagai kelompoknya, dengan memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama
keadaan atau kondisinya.
Pada desain ini, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
dibandingkan secara acak (random). Dua kelompok yang ada diberi pretest,
kemudian diberikan perlakuan (treatment) berupa teknik role-play pada kelompok
eksperimen dan perlakuan konvensional pada kelompok kontrol, dan terakhir
diberikan posttest. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan
(treatment) berpengaruh terhadap perkembangan self-esteem siswa. Berikut ini
desain penelitian Pretest-Postest One Nonequivalent Control Group Design
(Sugiyono,2011).
E O1 X O2
K O3 - O4
Keterangan :
O1,3 : pre-test (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol
O2,4 : post-test (setelah perlakuan) pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol
X : teknik role-play
E : Kelompok Eksperimen
K : Kelompok Kontrol
B. Populasi dan Sampel
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah SMK Negeri 15 Jakarta di
Jl. Mataram I Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh peserta didik SMK Negeri 15 di Jakarta. Sampel adalah peserta
didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta yang berjumlah 242 orang. Pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling yaitu
pemilihan sekelompok subjek penelitian secara acak/random tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi (Sugiyono, 2011).
Sampel penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah penelitian.
Penentuan sampel ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang
ingin dikumpulkan. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X
SMK Negeri 15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013 yang teridentifikasi memiliki
self-esteem rendah.
Adapun langkah-langkah untuk menentukan sampel dalam penelitian ini,
yaitu: (1) memberikan pre-test kepada seluruh peserta didik kelas X yang
bertujuan untuk mengetahui peserta didik manakah yang memiliki self-esteem
rendah. Instrumen penelitian diberikan setelah di judgment oleh pakar/ahli dalam
bidang Bimbingan dan Konseling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 28
didik yang memiliki self-esteem rendah tersebut dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu 14 peserta didik untuk kelompok eksperimen dan 14 peserta didik untuk
kelompok kontrol.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel
bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah self-esteem, sedangkan
variabel bebasnya adalah teknik role-play. Istilah-istilah dalam penelitian ini
dijelaskan secara operasional dalam uraian berikut.
1) Self-Esteem
Menurut Coopersmith (Burn, 1998) self-esteem merupakan evaluasi yang
dibuat individu dari kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima,
menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan,
keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan yang terdiri dari empat aspek, yaitu:
(a) kekuasaan (power), yakni kemampuan untuk mengatur dan mengontrol
tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai dengan adanya pengakuan dan
rasa hormat yang diterima individu dari orang lain; (b) keberartian (significance),
yaitu adanya kepedulian dan afeksi yang diterima dari orang lain. Menunjukkan
bahwa penghargaan dan minat dari orang lain sebagai pertanda penerimaan dan
popularitas dirinya, keadaan tersebut ditandai oleh kehangatan, keikutsertaan,
perhatian, dan rasa suka orang lain terhadap dirinya; (c) kebajikan (virtue)
meliputi ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk
kompetensi (competence), yakni kemampuan untuk sukses memenuhi tuntutan
prestasi. Ditandai dengan keberhasilan individu dalam mengerjakan bermacam
tugas pekerjaan dengan baik dari level yang tinggi dan usia yang berbeda.
Self-esteem menurut Branden (1992) adalah: (a) kepercayaan diri dalam
kemampuan individu untuk berpikir dan mengatasi tantangan hidup; (b)keyakinan
dalam hak individu untuk menjadi bahagia, perasaan berharga, memiliki
kelayakan, berhak untuk menyatakan kebutuhan dan keinginan serta menikmati
buah dari hasil usahanya.
Self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu evaluasi diri
yang dilakukan oleh peserta didik SMK kelas X SMK Negeri 15 Jakarta atas
kebiasaan mengamati dirinya terhadap sikap menerima, menolak, dan
mengindikasikan besarnya kepercayaan peserta didik terhadap kemampuan,
keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan dirinya yang meliputi empat aspek,
yaitu: (a) kekuasaan (power), yaitu kemampuan untuk mengatur dan mengontrol
tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai dengan adanya pengakuan dan
rasa hormat yang diterima peserta didik dari orang lain; (b) keberartian
(significance) yaitu adanya kepedulian dan afeksi yang diterima peserta didik dari
orang lain. Keberartian menunjukkan bahwa penghargaan dan minat yang
diterima peserta didik dari orang lain sebagai pertanda penerimaan dan popularitas
dirinya, keadaan tersebut ditandai oleh adanya kehangatan yang didapat dari orang
lain, keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan dilingkungan sekitar dirinya,
adanya perhatian dari orang lain terhadap dirinya, dan adanya rasa suka orang lain
dan etika, yang ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak
diperbolehkan oleh moral, etika dan agama; (d) kemampuan (competence) yaitu
kemampuan untuk sukses memenuhi tuntutan prestasi. Ditandai dengan
keberhasilan peserta didik dalam mengerjakan bermacam tugas pekerjaan dengan
baik.
2) Teknik Role-Play
Role-play dapat berfungsi sebagai bantuan dalam mendiagnosa ketegangan
dan akibat dari sumber kerenggangan dalam kelompok; dan role-play, apabila
disusun secara terampil, dapat menjadi sebuah layanan utama sebagai prosedur
untuk membantu individu menjadi lebih nyaman dengan dirinya sendiri serta lebih
percaya diri dalam mempertahankan apa yang dia percaya. Role-play dapat
membantu kelompok untuk mendapatkan konsep yang lebih jelas akan tanggung
jawabnya untuk mendukung tiap individu. Role-play, dengan membantu untuk
mengendurkan ketegangan antara individu dan kelompok, dapat banyak
membantu guru dalam membangun sebuah iklim pembelajaran yang kondusif
(Shaftel & Shaftel, 1967).
Role-play menawarkan pada anggota kelompok beberapa kesempatan,
pertama, untuk merasakan perasaan dan mencoba untuk memahami pengalaman
orang lain; kedua, untuk memantau apa yang terjadi di dalam diri mereka sendiri;
dan ketiga, dan yang paling penting, untuk mengubah persepsi dan wawasan
mereka kedalam kemampuan merespon, yang dapat memfasilitasi eksplorasi dan
kesempatan yang ditawarkan oleh role-play tersebut, peserta didik dapat
mengeksplorasi persepsi dan wawasannya mengenai dirinya sendiri dan
mengembangkan kemampuan untuk menghargai dirinya lebih baik lagi.
Moreno (Corey, 2005) menyatakan bahwa sangat pentingnya untuk
belajar secara spontan dan kreatif. Moreno berpendapat bahwa spontanitas
merupakan “respons yang tepat untuk menghadapi situasi baru atau
merupakan repons baru dan tepat untuk menghadapi situasi lama”. Secara
analogi, role-play dalam mengembangkan self-esteem berusaha untuk
menciptakan suasana spontanitas dan kreativitas untuk menghilangkan
tekanan-tekanan yang menghambat peserta didik untuk mengekspresikan dirinya
dan mengembangkan self-esteem yang ia miliki.
Teknik role-play yang digunakan dalam penelitian adalah sebuah kegiatan
memainkan suatu peran yang dipimpin oleh pemandu (konselor atau guru) yang
bertujuan untuk menciptakan suasana spontanitas dan kreativitas untuk
menghilangkan tekanan-tekanan yang menghambat peserta didik Kelas X SMK
Negeri 15 Jakarta untuk mengekspresikan dirinya sehingga peserta didik dapat
mengeksplorasi wawasan mengenai dirinya sendiri serta mengembangkan
kemampuan untuk menghargai dirinya.
D. Pengembangan Instrumen Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah untuk mengungkapkan
self-esteem peserta didik yang dikembangkan dari definisi operasional variabel
untuk kemudian dijabarkan dalam bentuk pernyataan. Pada pengembangannya,
instrumen pengungkap self-esteem peserta didik SMK berlandaskan pada
aspek-aspek self-esteem dari Coopersmith (1967), yaitu kekuasaan (power), keberartian
(significance), kebajikan (virtue), dan kompetensi (competence).
Jenis instrumen pengungkap data penelitian adalah skala psikologi yang
diaplikasikan dengan format rating scales (skala penilaian) dengan alternatif
respon pernyataan subyek skala 2 (dua), yaitu Ya (1) dan Tidak (0).
Adapun kisi- kisi sebelum instrumen penelitian divalidasi, dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengungkap Self-Esteem Peserta Didik
Variabel Aspek Indikator Subindikator No. Item
E. Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba istrumen dilakukan untuk mengukur seakurat mungkin apa yang
seharusnya diukur, yang pada istilah lain dikenal sebagai validasi. Validasi
instrumen ini dilakukan sebanyak dua kali pengujian, yaitu pengujian empiris dan
konseptual. Namun, sebelum angket disebarkan, terlebih dahulu dilakukan analisis
(judgment instrument) oleh pakar/dosen yang ahli dalam bidang instrumen dan
bimbingan konseling. Hasil judgment dari pakar menekankan pada penguatan
materi dan tata bahasa yang digunakan dalam instrumen penelitian agar tidak
membingungkan responden.
Ketiga penimbang tersebut adalah Dr. Ipah Saripah, M.Pd dan Dr. Mubiar
Agustin, M.Pd yang merupakan pakar dalam bimbingan dan konseling, serta Dr.
Budi Susetyo, M.Pd. yang merupakan pakar dalam testing psikologi dan
konstruksi tes. Instrumen yang telah memperoleh penilaian dari ketiga pakar
kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari para penimbang tersebut.
Uji keterbacaan dilakukan pada peserta didik SMK kelas X yang tidak
menjadi sampel penelitian. Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat
keterbacaan dari tiap item pernyataan. Setelah uji keterbacaan maka untuk
pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan
kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik SMK kelas X kemudian
dilakukan uji validitas.
Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat
kesahihan instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian.
secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya. Dari hasil uji
coba angket diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan digunakan
sebagai alat pengumpul data.
Langkah-langkah pengolahan data untuk menentukan validitas instrumen
dilakukan dengan metode statistika dengan menggunakan komputer program
Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0. Rumus yang digunakan untuk menghitung
validitas setiap item pernyataan adalah rank-difference correlation yang juga
dikenal dengan Spearman’s rho. Pada penelitian ini item dinyatakan valid jika
memiliki kooefisien validitas signifikan pada total aspek maupun total perangkat
instrument, dengan nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dari 0.05 (p-value
<0.05).
Hasil uji validitas setiap item dalam instrumen self-esteem peserta didik
SMK Negeri 15 Jakarta kelas X secara rinci tertera dalam Tabel 3.2 dibawah ini
Tabel 3.2
Hasil Uji Instrumen Self-Esteem Peserta Didik
Signifikasi No Item Jumlah
Valid (Dipakai) 1, 2, 3, 4, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 15, 17, 18,
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepercayaan
instrumen sebagai alat pengumpul data. Reliabilitas berkenaan dengan ketepatan
hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai,
jika instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek yang diukur beberapa
instrumen penelitian adalah dengan menggunakan internal consistency. Internal
consistency (Sugiyono, 2011:131) adalah pengujian yang hanya dilakukan dengan
mencobakan instrumen sekali saja, dimana selanjutnya data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan teknik tertentu.
Reliabilitas instrumen secara operasional dinyatakan sebagai koefisien
korelasi (r) dan untuk menghitung uji reliabilitas instrumen ini digunakan rumus
Alpha Cronbach. Pada penelitian ini, kooefisien reliabilitas dianggap signifikan
pada total aspek maupun total perangkat intrumen, dengan nilai probabilitas
(p-value) lebih kecil dari 0.05 (p-value < 0.05). Adapun proses penghitungan
koefisien reliabilitas item juga dilakukan dengan bantuan software SPSS 16.0.
F. Prosedur Pengolahan Data
1) Penyeleksian Data dan Penyekoran
Penyeleksian data bertujuan untuk memilih data yang memadai untuk
diolah berdasarkan kelengkapan jawaban, baik identitas maupun jawaban. Jumlah
angket yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah angket yang disebar.
Jenis penyekoran instrumen pengungkap data penelitian ini adalah skala
psikologi yang diaplikasikan dengan format rating scales (skala penilaian) dengan
alternatif respon pernyataan subyek skala 2 (dua), yaitu Ya (1) dan Tidak (0).
2) Pengelompokkan Skor
Penentuan pengelompokkan skor digunakan sebagai standardisasi dalam
menafsirkan skor yang ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai
maupun skor total instrumen. Data-data yang diperoleh kemudian dikategorikan
berdasarkan tingkat self-esteem peserta didik, apakah berada pada kategori tinggi,
sedang atau rendah.
Pengelompokkan data untuk profil peserta didik kelas X SMK Negeri 15
Jakarta, berdasarkan tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk lebih
jelasnya disajikan dalam Tabel 3.3 sebagai berikut.
Tabel 3.3
Penentukan skor dan kedudukan subjek dalam tingkatan self-esteem
peserta didik dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (software)
Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.0 for Windows. Penjelasan
kategori perencanaan karir disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.4
Peserta didik pada kategori tinggi, diartikan memiliki karakteristik yang bersifat rasionalitas, realistis, intuitif, kreatif, mandiri, fleksibel, mampu mengoreksi kesalahan, kebajikan dan sikap kooperatif. Peserta didik yang memiliki
self-esteem tinggi juga akan lebih menghargai dirinya
atau melihat dirinya sebagai individu yang bernilai dan dapat mengenali kesalahan-kesalahannya, tetapi tetap menghargai nilai-nilai yang ada pada dirinya.
memiliki self-esteem tinggi dalam hal penerimaan diri terutama dalam perilaku, sikap dan pola pikir. Ada kalanya peserta didik dengan self-esteem sedang merasa kurang yakin dengan penilaian dirinya sehingga membutuhkan dukungan yang kuat dan penerimaan dari lingkungan. Mereka menilai diri sendiri lebih baik dari orang lain, namun tidak menilai diri sendiri sebagai orang yang paling baik.
X 28 Rendah
Peserta didik pada kategori rendah memiliki karakteristik yang bersifat tidak rasional, tidak realistis, keras kepala, takut terhadap hal yang baru, mengeluh secara berlebihan dan memusuhi orang lain. Mereka cenderung mencari keamanan terhadap sesuatu yang dikenal dengan baik, tidak memiliki keinginan dan harapan yang kuat, tidak percaya pada kemampuan dirinya. Selain itu, mereka juga memiliki perasaan ditolak, ragu-ragu, dan tidak berharga serta tidak memiliki kekuatan, hal ini menyebabkan ekspektasi mereka akan masa depan sangat rendah
Penentuan kedudukan peserta didik dalam pengkategorian tingkat
self-esteem adalah untuk menentukan peserta didik yang mendapatkan perlakuan
(treatment). Setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan
menggunakan teknik role-play, maka diadakan tes yang bersifat mengukur
kembali self-esteem peserta didik apakah terjadi perubahan atau tidak.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan
analisis statistik uji t independen (independent sample t test). Sebelum dilakukan
uji t, langkah pengujian efektifitas teknik role-play ini dilakukan juga uji
Kolmogrov – Smirnov Test, dengan menggunakan bantuan program komputer
SPSS 16.0 for Windows.
Pengambilan keputusan untuk mengetahui perbedaan dilakukan dengan
dua cara, yaitu membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau membandingkan
nilai probabilitas (Asymptotic Significance) yaitu jika probabilitas > 0,05 maka
data yang digunakan berdistribusi normal dan jika probabilitas < 0,05 maka data
yang digunakan tidak berdistribusi normal.
Setelah diperoleh nilai thitung, maka langkah selanjutnya adalah
membandingkan dengan nilat ttabel untuk mengetahui tingkat signifikansi dengan
ketentuan thitung > ttabel.
Pengujian efektivitas diuji dengan metode indenpenden sample t-test dari
data gain menggunakan perangkat lunak (software) Statistical Product and
Service Solutions (SPSS) 17.0 for windows. Dasar pengambilan keputusannya
dengan melihat perbandingan nilai Sig. (2-tailed) α, yaitu jika nilai Sig. (2-tailed)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan dari penelitian
efektivitas teknik role-play untuk mengembangkan self-esteem peserta didik
selanjutnya diperoleh kesimpulan dan rekomendasi.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tingkat self-esteem peserta
didik kelas X SMK Negeri 15 Jakarta secara umum berada pada kategori sedang.
Hal ini berarti sebagian besar peserta didik memiliki self-esteem yang cenderung
positif pada aspek-aspek kekuasaan (power), keberartian (significance), kebajikan
(virtue), dan kompetensi (competence). Individu dengan self-esteem sedang pada
dasarnya memiliki kesamaan dengan individu yang memiliki self-esteem tinggi
dalam hal penerimaan diri terutama dalam perilaku, sikap dan pola pikir, namun
penilaian mereka mengenai kemampuan, kekuasaan, keberartian, dan kebajikan
dalam diri sendiri lebih sederhana dibanding yang lain. Mereka menilai diri
sendiri lebih baik dari orang lain, namun tidak menilai diri sendiri sebagai orang
yang paling baik.
Rancangan program bimbingan dengan menggunakan teknik role-play
untuk mengembangkan self-esteem peserta didik diintervensikan pada peserta
didik dengan tingkat self-esteem rendah dengan tujuan untuk mengembangkan
dengan menggunakan teknik role-play juga dapat diintervensikan pada seluruh
peserta didik sebagai bentuk tindakan preventif.
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian, teknik role-play yang diterapkan
dalam rancangan program bimbingan secara spesifik efektif dalam
mengembangkan self-esteem peserta didik pada aspek-aspek dan
indikator-indikator self-esteem, kecuali pada indikator-indikator adanya keikutsertaan dalam kegiatan
di lingkungan sekitar pada Aspek Keberartian. Hal tersebut dapat disebabkan
karena rasa keberartian pada diri peserta didik dipengaruhi oleh kehidupan sosial
dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Kurangnya keterlibatan peserta
didik dalam kegiatan di lingkungan sekitar dapat menyebabkan peserta didik
merasa kurang berarti dan dapat menghambat perkembangan self-esteem yang
dimilikinya.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, maka diberikan rekomendasi kepada
pihak-pihak yang terkait, sebagai berikut.
1. Guru bimbingan dan konseling dapat menggunakan program yang dirancang
dengan memperhatikan cara meningkatkan dan mengembangkan self-esteem
peserta didik dengan membantu mereka untuk dapat: (1) menerima dan
mencintai diri sendiri; (2) mengevaluasi diri secara objektif (menyadari
kelebihan dan kekurangan diri); (3) mengembangkan potensi yang dimiliki;
serta (4) meningkatkan prestasi dan mengembangkan coping skill. Guru
dianggap cocok untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan
self-esteem yang dimilikinya. Guru Bimbingan dan Konseling juga dapat
melakukan observasi lanjutan agar keyakinan peserta didik tentang penilaian
diri yang positif dapat menetap atau semakin meningkat.
2. Kepala sekolah sebagai penanggungjawab kegiatan pendidikan di sekolah
secara menyeluruh, dapat mengkoordinasi segenap kegiatan yang
direncanakan, diprogramkan dan berlangsung di sekolah, termasuk
menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan Bimbingan
dan Konseling di sekolah. Profil self-esteem peserta didik dapat digunakan
sebagai salah satu pertimbangan dalam optimalisasi layanan Bimbingan dan
Konseling bagi para peserta didik, sehingga layanan yang diberikan pada
peserta didik dapat membantu mereka untuk mengembangkan self-esteem yang
dimiliki secara optimal.
3. Peneliti selanjutnya dapat mengaplikasikan teknik role-play dan strategi yang
ada dalam program bimbingan untuk mengembangkan self-esteem peserta
didik pada jenjang pendidikan yang berbeda, serta dapat menggunakan teknik
selain role-play, seperti sosiodrama dan permainan simulasi, atau teknik lain
yang dianggap cocok untuk mengembangkan self-esteem peserta didik. Peneliti
selanjutnya juga dapat mengujicobakan program bimbingan dengan teknik
role-play untuk mengembangkan aspek dan dimensi perkembangan
kepribadian peserta didik lainnya selain self-esteem. Peneliti selanjutnya juga
dapat menggunakan alat pengumpulan data lain selain angket untuk
DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho, siswandi. (2009). Role-Playing Bahasa Inggris: Landasan Teori [Online]. Tersedia: http://nazwadzulfa.wordpress.com/2009/11/21/role-playing-bahasa-inggris-landasan-teori/ [21 November 2009].
Hariyanto. (2010). Pengertian Belajar Menurut Ahli [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/ [24 Februari 2012].
Baccus, J. R., Baldwin, M. W., Packer, D. J. (2004). “Increasing Implicit Self-Esteem Through Classical Conditioning”. American Psychological Society. 15, (7), 498-502.
Branden, Nathaniel. (1981). The Psychology of Self Esteem. New York: Bantam Books.
____________ (1992). The Power of Self-Esteem. Florida: Health Communications, Inc.
Burn, R. B. (1998). Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan
Perilaku. Alih bahasa oleh Eddy. Jakarta: Arcan.
Buss, D. M., & Craik, K. H. (1983). The Act–Frequency Approach to Personality.
Psychological Review, 90, 105–126.
Cleghorn, Patricia. (1996). The Secrets of Self Esteem. Massachusset Brisbane: Element Books Limited.
Coopersmith, S. (1967). The Antecedent of Self Esteem. San Fransisco: W.H. Freeman & Company.
Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Dariuszky, G. (2004). Membangun Harga Diri. Bandung: CV. Pionir Jaya.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Naskah Akademik Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Penerbit Depdiknas.
Diwyacitta, Devi. (2011). Hubungan antara Self Esteem dengan Tingkah Laku Agresi pada Remaja Awal (Studi Deskripsi pada Siswa Kelas VIII SMPN 3 Lembang Bandung Tahun Ajaran 2011/2012). Skripsi. Program Studi Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Frey, D. C. (1994). Enhancing Self Esteem. West Virginia: Accelerated Development Inc.
Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Guindon, Marry H. (2010). Self-Esteem Across The Lifespan: Issues and
Interventions. New York: Taylor & Francis Group.
Hikmatunisa, Soraya. (2011). Profil Self-Esteem Siswa Korban Bullying di
Sekolah (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas VIII SMP PAsundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Jarvis, Matt. (2000). Teori-Teori Psikologi. Bandung: Nusa Media.
Mahuri. 2011. Metode Pembelajaran Role Playing [Online]. Tersedia: http://mahurianasla.blogspot.com/2011/02/metode-pembelajaran-role-playing.html [10 Februari 2011].
Mruk, Christopher J. (2006). Self-esteem research, theory, and practice: toward a
positive psychology of self-esteem ( ed.). New York: Springer Publishing Company, Inc.
Pendidikan Teknologi Vokasi. (2007). SMK : Salah Satu Jalan Dengan Rekayasa
Ulang [Online]. Tersedia:
http://mahasiswauny.blogspot.com/2007/04/smk-salah-satu-jalan-dengan-rekayasa.html. [10 Februari 2012].
Plummer, Deborah. (2006). The adventures of the Little Tin Tortoise : a self-esteem story with activities for teachers, parents, and careers. London: Jessica Kingsley Publishers.
Prayitno & Amti, Erman. (1999). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Robins, R. W. et al. (2001). “Personality Correlates of Self-Esteem”. Journal of
Research in Personality. 35, 463–482.
Morales, Rosanna. (2008). Empowering your Pupils through Role-Play –
Exploring Emotions and Building Resilience. London & New York:
Routledge.
Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok Di Sekolah (Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizqi.
Santrock, J.W. (2007). Remaja (Edisi ke-11 Jilid Satu). Jakarta: Erlangga.
Schiraldi, Glenn R. (2007). 10 Simple Solutions for Building Self-Esteem: How to
End Self-Doubt, Gain Confidence, and Create a Positive Self-Image.
Oakland, CA: New Harbinger Publications, Inc.
Shelarina, R. (2011). Hubungan antara Sumber-sumber Self Esteem pada Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Tipe Kepribadian Introvert dengan Perceived Social Support Pecandu Narkoba dalam Masa Pemulihan di Lingkungan Yayasan Insan Hamdani Rumah Cemara. Skripsi. Program Studi Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Suara Merdeka Cyber News. (2006). Eksistensi SMK di Persimpangan Jalan [Online].Tersedia:http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0608/0 7/nas5.htm [10 Februari 2012].
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.
Sulaeman, Endang. (2011). Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk
Meningkatkan Self-Esteem Siswa SMP Negeri 43 Bandung. Skripsi pada
FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sulistiyowati. (2008). Hubungan antara Harga Diri dengan Motivasi Belajar
Mahasiswa Semester II D IV Kebidanan UNS 2007/2008. Skripsi pada
Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan.
____________ . (2011). Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Prestasi Belajar
Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi [Online]. Tersedia:
http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/pengaruh-faktor-eksternal-terhadap-prestasi-belajar-siswa-dalam-mata-pelajaran-ekonomi [24 Februari 2012].
Tolan, Janet & Lendrum, Susan. (2001). Case Material and Role Play in
Counseling Training. New York: Routledge.
Yusuf, Syamsu. (2009). Program Bimbingan & Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi.
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2009). Landasan Bimbingan dan