• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS TEKNIK ROLE-PLAY UNTUK MENGEMBANGKAN SELF-ESTEEM PESERTA DIDIK : Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas X Negeri 15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS TEKNIK ROLE-PLAY UNTUK MENGEMBANGKAN SELF-ESTEEM PESERTA DIDIK : Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas X Negeri 15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS TEKNIK ROLE-PLAY UNTUK

MENGEMBANGKAN SELF-ESTEEM PESERTA DIDIK

(Studi Eksperimen Kuasi terhadap Peserta Didik Kelas X SMK Negeri

15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

Oleh NURAINI

1004674

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Prof. Dr. Uman Suherman AS, M. Pd NIP. 196206321986101001

Pembimbing II,

Dr. Ilfiandra, M.Pd NIP 197211241999031003

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul: “Efektivitas Teknik

Role-Play untuk Mengembangkan Self-Esteem Peserta Didik (Studi Eksperimen Kuasi

pada Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013)”

beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau

ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2013

Pembuat Pernyataan,

(4)

Nuraini. (2013). Efektivitas Teknik Role-Play untuk Mengembangkan Self-Esteem Peserta Didik (Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas X Negeri 15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013). Pembimbing I: Prof. Dr. Uman Suherman AS, M. Pd, Pembimbing II: Dr. Ilfiandra, M.Pd.

Penelitian bertujuan menguji efektivitas teknik role-play dalam mengembangkan self-esteem peserta didik. Metode penelitian menggunakan eksperimen kuasi dengan desain penelitian

nonequivalent pretest-posttest control group design dan menggunakan pendekatan

kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan angket self-esteem. Partisipan penelitian berjumlah 14 orang (11 peserta didik laki-laki dan 3 perempuan) pada masing-masing kelompok eksperimen dan kontrol dengan menggunakan teknik simple random

sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) self-esteem peserta didik berada pada

kategori sedang; (2) rumusan program intervensi teknik role-play difokuskan untuk untuk mengembangkan self-esteem peserta didik yang berada pada kategori rendah dan memelihara aspek self-esteem lainnya; dan (3) teknik role-play yang diterapkan dalam rancangan program bimbingan kelompok secara spesifik efektif mengembangkan aspek self-esteem peserta didik, kecuali indikator Adanya keikutsertaan dalam kegiatan di lingkungan sekitar pada aspek Keberartian. Rekomendasi hasil penelitian ditujukan kepada guru Bimbingan dan Konseling, kepala sekolah, serta peneliti selanjutnya. Guru Bimbingan dan konseling mengembangkan

self-esteem peserta didik dengan membantu mereka untuk dapat: (1) menerima dan mencintai

diri sendiri; (2) mengevaluasi diri secara objektif (menyadari kelebihan dan kekurangan diri); (3) mengembangkan potensi yang dimiliki; serta (4) meningkatkan prestasi dan mengembangkan coping skill. Kepala sekolah dapat menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam optimalisasi kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling bagi peserta didik. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan teknik selain role-play seperti sosiodrama dan permainan simulasi, atau teknik lain yang dianggap cocok untuk mengembangkan self-esteem peserta didik, serta dapat menggunakan alat pengumpulan data selain angket untuk memperoleh data yang lebih mendalam.

(5)

Nuraini. (2013). The Effectiveness of Role-Play Technique to Improve Student’s Self-Esteem (Quasi-Experimental Study of Class 10th SMKN 15 Jakarta in Academic Year 2012/2013). Supervisor I: Prof. Dr. Uman Suherman AS, M. Pd, Supervisor II: Dr. Ilfiandra, M.Pd.

The study aims to examine the effectiveness of role-play techniques in improving student's self-esteem. The research method used a quasi experimental research with nonequivalent pretest-posttest control group design. Data was collected using a questionnaire of self-esteem. The participants of study were students of class 10th total of 14 participants (11 male students and 3 female students) in each experimental and control group with simple random sampling technique. The results are: (1) student’s self-esteem is in moderate category; (2) an intervention program of role-play techniques focused to improve student’s self-esteem who are in the low category and maintain other aspects of self-esteem; and (3) group guidance program through the use of role-play techniques is specifically effective to improving student's self-esteem, except the indicator There is participation in activities in the neighborhood in the Aspects of Significance. The recommendations are for school counselor, principals, and further research. School counselor helping students to improve their self-esteem by helping them to: (1) accept and love themselves; (2) objectively evaluate themselves (self-aware of their advantages and disadvantages); (3) develop their potential; and (4) improve performance and develop the coping skills. Principals can provide the necessary facilities and infrastructure to optimize the activities of guidance and counseling services for students. Further researchers can use other techniques beside of role-play technique such as sociodramatic and simulation games, or other techniques that are

considered suitable to improve student’s self-esteem, and be able to use data collection tool than questionnaires to obtain more in-depth data.

(6)

DAFTAR ISI BAB II PENGEMBANGAN SELF-ESTEEM PESERTA DIDIK MELALUI TEKNIK ROLE-PLAY A. Konsep Dasar Self-Esteem ……… 17

B. Teknik Role-Play untuk Mengembangkan Self-esteem Peserta Didik……… 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian ………. 60

B. Populasi dan Sampel ...……… 62

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………. 63

D. Pengembangan Instrumen Penelitian……… 66

E. Uji Coba Instrumen Penelitian ……… 69

F. Prosedur Pengolahan Data ……….. 71

G. Teknik Analisis Data ………... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Self-Esteem Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta ……… 75 B. Program Bimbingan Kelompok dengan Menggunakan

(7)

Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta ………….. C. Validitas Rasional Rumusan Program Bimbingan ……….. D. Implementasi Teknik Role-Play untuk Mengembangkan

Self-Esteem Peserta Didik SMK Negeri 15 Jakarta………..

E. Efektivitas Teknik Role-Play untuk Mengembangkan

Self-Esteem Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta ……

F. Keterbatasan Penelitian ……….

87 98

100

107 119

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ……… 120

B. Rekomendasi ………. 121

DAFTAR PUSTAKA ……….. 123

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengungkap Self-Esteem Peserta

didik……….. 67

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Item ……… 70

Tabel 3.3 Kategori Skor Self-Esteem Peserta didik ………. 72

Tabel 3.4 Pengekategorian Self-Esteem Peserta didik ………. 72

Tabel 4.1 Gambaran Umum Self-Esteem Peserta didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta Tahun ajaran 2012/2013 ……… 75

Tabel 4.2 Profil Self-Esteem Peserta didik tiap Aspek ………. 81

Tabel 4.3 Profil Self-Esteem Peserta didik Tiap Indikator ……… 84

Tabel 4.4 Hasil Penimbangan Pakar terhadap Program ……… 99

Tabel 4.5 Uji Normalitas ……… 107

Tabel 4.6 Uji Homogenitas ……… 108

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Hasil Uji t Indenpenden Gain pada Kelompok Eksperimen dan

Kontrol ………...

Hasil Uji t Independen Gain tiap Indikator pada Kelompok

Eksperimen dan Kontrol ………

109

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-surat Penelitian

Lampiran 2 Instrumen Penelitian

Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data

Lampiran 4 Program Intervensi Layanan BK, Satuan Layanan Kegiatan

Bimbingan dan Konseling (SKLBK), Skenario Kegiatan

Role-Play, Format Kontrak/Komitmen Kelompok, dan Jurnal

Kegiatan Peserta didik

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting

untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Melalui pendidikan diharapkan

peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sangat

diperlukan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Pendidikan memiliki

peran penting dalam mencerdaskan bangsa. Dalam pendidikan tersebut, tugas

seorang peserta didik adalah belajar. Menurut Gagne (Hariyanto, 2010), belajar

merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku,

yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan

sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya

suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta

akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Menurut Hilgard (Hariyanto,

2010) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang

kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan

yang ditimbulkan oleh lainnya.

Proses belajar tidak selalu berhasil, hasil yang dicapai antara peserta didik

yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan. Berhasil tidaknya proses belajar

mengajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar peserta

didik. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya namun

digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

(11)

didik yang datang dari luar dirinya, diantaranya yaitu lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat (Sumarno, 2011).

Faktor internal diartikan sebagai faktor penyebab kesulitan belajar peserta

didik yang bersumber dari dalam dirinya. Faktor internal ini dapat dikelompokan

menjadi dua bagian yaitu: faktor psikologis dan faktor fisiologis. Jika

diklasifikasikan secara konseptual faktor psikologis dapat digolongkan terdiri

dari faktor intelektual dan faktor non-intelektual. Faktor-faktor intelektual yang

dapat mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik dapat berupa tingkat

kecerdasan intelektual (yang populer dikenal dengan sebutan IQ) dan bakat.

Sedangkan faktor non-intelektual yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar

peserta didik yang bersumber dari beberapa sifat kepribadian yang terdiri dari: (a)

sikap terhadap belajar; (b) motivasi belajar. Motivasi dalam kegiatan belajar

merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi peserta didik

untuk mendaya gunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi yang

ada diluar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar; (c) mengelola bahan belajar

yang dapat diartikan sebagai proses berpikir seseorang untuk mengolah informasi

yang diterima sehingga menjadi bermakna; (d) konsentrasi belajar yang

merupakan salah aspek psikologis yang sering kali tidak begitu mudah untuk

diketahui oleh orang lain selain diri individu yang sedang belajar. Kesulitan

berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang dihadapi

peserta didik, karena hal itu akan menjadi kendala didalam mencapai hasil belajar

yang diharapkan; (e) rasa percaya diri yang merupakan salah satu kondisi

(12)

proses pembelajaran; (f) kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang

telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam

aktifitas belajar yang dilakukannya (Sumarno, 2011).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa faktor

non-intelektual sangat mempengaruhi proses belajar peserta didik. Salah satu diantara

beberapa faktor internal yang mempengaruhi belajar peserta didik adalah rasa

percaya diri peserta didik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sulaeman

(2011), rasa percaya diri yang positif didorong oleh kondisi rasa penghargaan

terhadap diri, baik melalui pandangan personal maupun pandangan lingkungan

terhadap diri individu yang bersangkutan. Self-esteem menunjukkan peran yang

signifikan dalam optimalisasi keunikan diri individu. Keunikan individu, atau

peserta didik dalam konteks pendidikan, dapat didorong dengan cara

meningkatkan self-esteem yang bersangkutan. Tidak mungkin seseorang akan

tumbuh dengan segala keunikannya bila dirinya tidak percaya diri dan merasa

tidak berharga. Apabila kondisi tersebut terjadi, maka yang muncul adalah

perasaan rendah diri.

Self-esteem juga memengaruhi motivasi belajar peserta didik. Menurut

penelitian Sulistiyowati (2008) harga diri merupakan aspek kepribadian yang

pada dasarnya dapat berkembang. Kurangnya harga diri pada peserta didik dapat

mengakibatkan masalah akademik, olahraga, dan penampilan sosial. Selain itu

dapat menimbulkan gangguan pula pada proses berfikir dalam konsentrasi

belajar, dan berinteraksi dengan orang lain terutama yang masih mengikuti

(13)

dalam pendidikan sangat berperan dalam keberhasilan mencapai tujuan. Nilai

harga diri seseorang apabila turun atau rendah, akan diikuti motivasi belajar yang

rendah pula.

Self-esteem juga memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar peserta

didik. Menurut penelitian Tresia (Sulistiyowati, 2008) menunjukkan adanya

pengaruh antara harga diri dengan prestasi belajar dimana setiap rata-rata

peningkatan atau penurunan harga diri menyebabkan peningkatan atau penurunan

prestasi belajar.

Self-esteem memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan seorang

individu. Self-esteem adalah opini seseorang terhadap dirinya sendiri yang realistis

dan apresiatif. Realistis berarti individu dapat secara jujur dan akurat menyadari

kekuatan dan kelemahan diri serta segalanya yang berada diantaranya. Apresiatif

mewakili kemampuan individu memiliki perasaan yang baik terhadap keseluruhan

orang yang ia lihat tersebut (Schiraldi, 2007: 3).

Schiraldi (2007: 2) mengatakan bahwa individu dengan self-esteem yang

tinggi memiliki banyak keuntungan. Self-esteem berhubungan erat dengan

kebahagiaan, resiliensi psikologis, dan motivasi untuk hidup sehat dan produktif.

Self-esteem yang rendah dapat merujuk pada pengalaman depresi, kecemasan,

masalah emosi, penyakit kronis, immunosuppression, dan macam-macam gejala

fisik dan psikologis yang menyusahkan. Rosenberg (2007) menyatakan bahwa

tidak ada yang dapat lebih membuat stres daripada pengalaman kurangnya rasa

(14)

kesehatan, kemampuan mengatasi masalah, kemampuan bertahan hidup, dan

kesejahteraan individu.

Self-esteem yang tinggi atau rendah akan mempengaruhi kepribadian

seseorang. Berdasarkan penelitian Robins, et al. (2001) yang bertajuk Personality

Correlates of Self-Esteem, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

self-esteem dengan lima dimensi besar kepribadian yaitu usia, jenis kelamin, kelas

sosial, etnis dan kewarganegaraan. Memahami hubungan antara harga diri dan

kepribadian penting karena beberapa alasan. Pertama, melekatkan harga diri

dalam kerangka lima besar dimensi kepribadian akan menghubungkan pada

semua konstruksi psikologis lainnya dan hasil yang telah dikaitkan dengan lima

besar dimensi kepribadian. Kedua, harga diri dan kepribadian cenderung berbagi

akar perkembangan yang umum, dan memeriksa korelasi kepribadian dengan

harga diri di seluruh rentang kehidupan memungkinkan untuk memberikan

wawasan kedalam harga diri dan perkembangannya. Ketiga, dengan tambahan

berdasar pada etiologi umum, harga diri dan kepribadian secara langsung

mempengaruhi satu sama lain.

Pada peserta didik yang memiliki self-esteem negatif sering muncul

perilaku negatif. Berawal dari perasaan tidak mampu dan berharga, mereka

mengkompensasikannya dengan tindakan lain yang seolah-olah membuat ia lebih

berharga. Misalnya, dengan mencari pengakuan dan perhatian dari

teman-temannya. Berawal dari hal tersebut kemudian dapat muncul penyalahgunaan

obat-obatan terlarang atau tawuran (Sulaeman, 2011). Menurut Harter (1993)

(15)

fenomena sosial yang konsekuensial, termasuk penyalahgunaan narkoba,

permusuhan dan disfungsi hubungan.

Gejala-gejala peserta didik yang menunjukkan kecenderungan self-esteem

negatif terjadi di hampir semua jenjang pendidikan, dari sekolah dasar sampai

tingkat perguruan tinggi, tidak terkecuali dengan peserta didik sekolah menengah

kejuruan (SMK) yang seyogyanya merupakan pemasok utama tenaga kerja tingkat

menengah.

Pada kenyataannya, peserta didik SMK seringkali kurang diperhitungkan

oleh masyarakat karena ketidakmampuannya untuk bekerja setelah lulus dan

banyaknya dari para lulusan tersebut yang tidak meneruskan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi. Banyak diantara lulusan SMK yang mengalami

kegagalan dalam hal mempersiapkan mental dan kepribadiannya ketika memasuki

dunia kerja. Bahkan di beberapa daerah tidak sedikit dari pandangan masyarakat

yang menomorduakan pendidikan kejuruan dan menganggap bahwa peserta didik

yang masuk SMK adalah „siswa buangan‟ yang tidak lulus pada seleksi masuk

Sekolah Menengah Atas (SMA) (Kompas, 2008). Padahal pendidikan kejuruan

tidak sama dengan pendidikan umum. Pendidikan di SMK memiliki ciri tertentu

yang berbeda dengan pola pendidikan di SMA, dimana peserta didik lulusan SMK

harus memiliki kelebihan dalam penguasaan kompetensi kerja. Ironisnya, hal ini

juga yang kemudian menambah pandangan negatif masyarakat terhadap

pendidikan kejuruan manakala peserta didik lulusan SMK menjadi pengangguran

(16)

Gejala yang ditunjukkan oleh peserta didik SMK akan menghambat tujuan

pendidikan yang telah dicanangkan baik di tingkat nasional maupun di tingkat

satuan sekolah. Dalam hal ini termasuk pula tujuan-tujuan pendidikan yang

didistribusikan ke dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Isi bagi

pencapaian tujuan bimbingan konseling yang dimaksud adalah Standar

Kompetensi Kemandirian Peserta Didik. Disebutkan bahwa dalam masalah

pengembangan diri, peserta didik khususnya di SMK diharapkan mampu: (a)

mempelajari keunikan diri dalam konteks kehidupan sosial; (b) menerima

keunikan diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya; dan (c) menampilkan

keunikan diri secara harmonis dalam keragaman. Di samping itu, dikaitkan

dengan kesadaran gender, peserta didik SMK pun diharapkan mampu

berkolaborasi secara harmonis dengan lain jenis dalam keragaman peran

(Pendidikan Teknologi Vokasi, 2007). Salah satu faktor yang menunjang Standar

Kompetensi Kemandirian Peserta Didik adalah self-esteem. Oleh karena itu

peserta didik SMK diharapkan memiliki self-esteem yang tinggi dan positif

sehingga dapat mengoptimalkan diri untuk menuju kemandirian yang

berkompetensi dan siap terjun ke dunia kerja.

Berdasarkan studi pendahuluan di SMK Negeri 15 Jakarta, kondisi

self-esteem peserta didik khususnya di Kelas X cenderung rendah. Fenomena ini

mengkhawatirkan karena sebagai peserta didik SMK, mereka diharapkan dapat

mengembangkan dirinya sebaik mungkin dalam rangka mempersiapkan diri untuk

dapat segera memasuki dunia kerja setelah lulus dari sekolah. Kelas X diharapkan

(17)

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada kelas XI, yaitu mengikuti kegiatan

Pengalaman Kerja Lapangan (PKL) di perusahaan-perusahaan sebagai bekal

pengalaman kerja mereka sebelum mereka benar-benar memasuki dunia kerja

setelah lulus SMK. Self-esteem yang cenderung rendah akan merugikan mereka

saat memasuki dunia kerja nantinya, karena akan mengurangi kemampuan mereka

dalam bersaing dengan calon pekerja lainnya. Oleh sebab itulah, siswa SMK

Negeri 15 Jakarta khususnya Kelas X perlu untuk mengembangkan self-esteem

yang mereka miliki.

Salah satu upaya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan

self-esteemnya adalah dengan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bimbingan

dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Pemetaan

layanan Bimbingan dan Konseling dalam jalur pendidikan formal terdiri dari tiga

bidang, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan

kurikuler, dan bidang pembinaan peserta didik atau bimbingan dan konseling

(Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling, 2008).

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan, maka diperlukan upaya dari

pihak sekolah untuk diadakan pelaksanaan bimbingan guna membantu peserta

didik untuk mengembangkan potensi dirinya. Selain itu melalui program

bimbingan dapat mencegah dan mengatasi potensi-potensi negatif, seperti peserta

didik yang mengalami turunnya motivasi dan prestasi belajar, atau mengalami

masalah dalam bersosialisasi dengan teman sebaya karena disebabkan oleh

self-esteem yang rendah. Pada program bimbingan ini, teknik yang dipakai adalah

(18)

memfasilitasi dan membantu peserta didik untuk mengembangkan self-esteem

yang mereka miliki.

Shaftel & Shaftel (1967) menyatakan bahwa role-play, jika digunakan

dengan benar dan terampil, secara unik cocok digunakan untuk mengeksplorasi

perilaku kelompok dan dilema individu sebagaimana ia mencoba untuk

menemukan tempat di banyak kelompok di kehidupannya dan pada waktu yang

sama berjuang untuk mendirikan identitas pribadi dan integritasnya sendiri. Jika

digunakan dengan benar, role-play memungkinkan suatu "penemuan" dalam

pembelajaran yang terjadi ketika individu dalam kelompok dihadapkan pada cara

yang cenderung mereka pilih untuk menyelesaikan masalah mereka dalam

hubungan interpersonal, dan yang terjadi ketika, di bawah bimbingan dari

orang-orang yang terlatih, peserta didik akan menyadari sistem nilai pribadi mereka.

Hasilnya adalah peserta didik yang dapat membantu untuk mengembangkan

kepekaan terhadap perasaan dan kesejahteraan orang lain dan untuk

mengklarifikasi nilai-nilai mereka sendiri dalam perilaku etis. Dengan

mengembangkan kepekaan terhadap perasaan dan kesejahteraan orang lain, serta

menyadari sistem nilai pribadi mereka, maka peserta didik dapat mengembangkan

potensi yang ada pada dirinya dan secara otomatis self-esteemnya akan

(19)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan berupa wawancara dengan guru BK

SMKN 15 Jakarta, terdapat beberapa permasalahan yang diantaranya adalah

sebagai berikut: (a) self-esteem peserta didik di SMKN 15 Jakarta cenderung

rendah; (b) belum adanya upaya yang dilakukan oleh guru BK SMKN 15 Jakarta

untuk mengembangkan self-esteem peserta didik; (c) Bimbingan Konseling di

SMKN 15 Jakarta membutuhkan program bimbingan untuk mengembangkan

self-esteem peserta didik karena belum ada program bimbingan yang khusus

ditujukan untuk mengembangkan self-esteem peserta didik.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, secara umum penelitian ini

difokuskan untuk mengembangkan dan mengetahui “efektivitas program

bimbingan dengan menggunakan teknik role-play untuk mengembangkan

self-esteem peserta didik Kelas X SMKN 15 Jakarta”.

C. Tujuan Penelitian

Sasaran utama penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas teknik

role-play untuk mengembangkan self-esteem peserta didik Kelas X SMKN 15

Jakarta. Untuk mencapai tujuan umum tersebut, perlu diketahui informasi tentang:

1. Gambaran umum self-esteem peserta didik Kelas X SMKN 15 Jakarta.

2. Program bimbingan dengan teknik role-play untuk mengembangkan

self-esteem peserta didik Kelas X SMKN 15 Jakarta.

3. Efektivitas teknik role-play dalam mengembangkan self-esteem peserta

(20)

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Penelitian memiliki dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas.

Variabel terikat adalah self-esteem, sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini

adalah teknik role-play.

2. Definisi Operasional

a) Self-Esteem

Menurut Coopersmith (Burn, 1998) self-esteem merupakan evaluasi yang

dibuat individu dari kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima,

menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan,

keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan yang terdiri dari empat aspek, yaitu:

(a) kekuasaan (power), yakni kemampuan untuk mengatur dan mengontrol

tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai dengan adanya pengakuan dan

rasa hormat yang diterima individu dari orang lain; (b) keberartian (significance),

yaitu adanya kepedulian dan afeksi yang diterima dari orang lain. Menunjukkan

bahwa penghargaan dan minat dari orang lain sebagai pertanda penerimaan dan

popularitas dirinya, keadaan tersebut ditandai oleh kehangatan, keikutsertaan,

perhatian, dan rasa suka orang lain terhadap dirinya; (c) kebajikan (virtue)

meliputi ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk

menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan oleh moral, etika dan agama; (d)

kompetensi (competence), yakni kemampuan untuk sukses memenuhi tuntutan

prestasi. Ditandai dengan keberhasilan individu dalam mengerjakan bermacam

(21)

Self-esteem menurut Branden (1992) adalah: (a) kepercayaan diri dalam

kemampuan individu untuk berpikir dan mengatasi tantangan hidup; (b)keyakinan

dalam hak individu untuk menjadi bahagia, perasaan berharga, memiliki

kelayakan, berhak untuk menyatakan kebutuhan dan keinginan serta menikmati

buah dari hasil usahanya.

Self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu evaluasi diri

yang dilakukan oleh peserta didik SMK Kelas X atas kebiasaan mengamati

dirinya terhadap sikap menerima, menolak, dan mengindikasikan besarnya

kepercayaan peserta didik terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan, dan

keberhargaan dirinya yang meliputi empat aspek, yaitu: (a) kekuasaan (power),

yaitu kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain.

Kemampuan ini ditandai dengan adanya pengakuan dan rasa hormat yang

diterima peserta didik dari orang lain; (b) keberartian (significance) yaitu adanya

kepedulian dan afeksi yang diterima peserta didik dari orang lain. Keberartian

menunjukkan bahwa penghargaan dan minat yang diterima peserta didik dari

orang lain sebagai pertanda penerimaan dan popularitas dirinya, keadaan tersebut

ditandai oleh adanya kehangatan yang didapat dari orang lain, keikutsertaan

peserta didik dalam kegiatan dilingkungan sekitar dirinya, adanya perhatian dari

orang lain terhadap dirinya, dan adanya rasa suka orang lain terhadap dirinya; (c)

kebajikan (virtue) meliputi ketaatan mengikuti standar moral dan etika, yang

ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan oleh

(22)

sukses memenuhi tuntutan prestasi. Ditandai dengan keberhasilan peserta didik

dalam mengerjakan bermacam tugas pekerjaan dengan baik.

b) Teknik Role-Play

Role-play dapat berfungsi sebagai bantuan dalam mendiagnosa ketegangan

dan akibat dari sumber kerenggangan dalam kelompok; dan role-play, apabila

disusun secara terampil, dapat menjadi sebuah layanan utama sebagai prosedur

untuk membantu individu menjadi lebih nyaman dengan dirinya sendiri serta lebih

percaya diri dalam mempertahankan apa yang dia percaya. Role-play dapat

membantu kelompok untuk mendapatkan konsep yang lebih jelas akan tanggung

jawabnya untuk mendukung tiap individu. Role-play, dengan membantu untuk

mengendurkan ketegangan antara individu dan kelompok, dapat banyak

membantu guru dalam membangun sebuah iklim pembelajaran yang kondusif

(Shaftel & Shaftel, 1967).

Role-play menawarkan pada anggota kelompok beberapa kesempatan,

pertama, untuk merasakan perasaan dan mencoba untuk memahami pengalaman

orang lain; kedua, untuk memantau apa yang terjadi di dalam diri mereka sendiri;

dan ketiga, dan yang paling penting, untuk mengubah persepsi dan wawasan

mereka kedalam kemampuan merespon, yang dapat memfasilitasi eksplorasi dan

perkembangan dari para anggota kelompok (Tolan, 2001). Dengan beberapa

kesempatan yang ditawarkan oleh role-play tersebut, siswa dapat mengeksplorasi

persepsi dan wawasannya mengenai dirinya sendiri dan mengembangkan

(23)

Moreno (Corey, 2005) menyatakan bahwa sangat pentingnya untuk

belajar secara spontan dan kreatif. Moreno berpendapat bahwa spontanitas

merupakan “respons yang tepat untuk menghadapi situasi baru atau

merupakan repons baru dan tepat untuk menghadapi situasi lama”. Secara

analogi, role-play dalam mengembangkan self-esteem berusaha untuk

menciptakan suasana spontanitas dan kreativitas untuk menghilangkan

tekanan-tekanan yang menghambat peserta didik untuk mengekspresikan

dirinya dan mengembangkan self-esteem yang ia miliki.

Teknik role-play yang digunakan dalam penelitian adalah sebuah kegiatan

memainkan suatu peran yang dipimpin oleh pemandu (konselor atau guru) yang

bertujuan untuk menciptakan suasana spontanitas dan kreativitas untuk

menghilangkan tekanan-tekanan yang menghambat peserta didik Kelas X SMK

Negeri 15 Jakarta untuk mengekspresikan dirinya sehingga peserta didik dapat

mengeksplorasi wawasan mengenai dirinya sendiri serta mengembangkan

kemampuan untuk menghargai dirinya.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dalam

pengembangan teori maupun praktik pendidikan pada umumnya, dan khususnya

bimbingan dan konseling. Secara teoretis, manfaat penelitian memberikan

wawasan dalam khasanah bimbingan dan konseling di Indonesia, dan sebagai

bahan kajian dan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan

(24)

pengembangan intervensi perilaku melalui program bimbingan untuk

mengembangkan self esteem.

Sedangkan manfaat praktis yang diperoleh sebagai berikut.

1. Sebagai bahan masukan untuk guru BK dalam upaya meningkatkan dan

pengembangan perilaku yang lebih positif dengan self-esteem yang positif

pada peserta didik SMK.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi kepala sekolah terutama dalam rangka

mengembangkan self-esteem positif peserta didik melalui pemberian fasilitas,

serta wewenang dan dukungan yang memadai kepada konselor untuk

mengembangkan dan menjalankan program bimbingan yang diorientasikan

pada kepentingan peserta didik.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya

untuk berbagai implikasi masalah self-esteem peserta didik.

F. Asumsi Penelitian

1. Self-esteem yang tinggi atau rendah akan memengaruhi kepribadian seseorang

(Robins, et al., 2001).

2. Self-esteem memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan seorang

individu. Self-esteem adalah opini seseorang terhadap dirinya sendiri yang

realistis dan apresiatif. Realistis berarti kita dapat secara jujur dan akurat

menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta segalanya yang berada

diantaranya. Apresiatif menyarankan agar kita memiliki perasaan yang baik

(25)

3. Aspek kepribadian yang penting adalah harga diri. Harga diri yang tinggi akan

mempengaruhi kepribadian seseorang (Robinson dan Shaver, 1990).

4. Role-play dapat mengembangkan keterampilan dengan cara mengundang

peserta untuk terlibat dengan satu sama lain secara lebih langsung dan segera

melalui penggunaan dari peran-peran yang dimainkan (Tolan, 2001).

5. Role-play menghasilkan definisi masalah, delineasi alternatif tindakan,

eksplorasi konsekuensi dari alternatif-alternatif tersebut, dan pengambilan

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab tiga membahas tentang pendekatan dan desain penelitian, populasi

dan sampel penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan instrumen

penelitian, uji coba intrumen penelitian, prosedur pengolahan data, dan teknik

analisis data.

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan

pendekatan kuantitatif menekankan pada data berupa angka-angka (numerical)

yang pengolahan datanya dilakukan dengan metode statistik. Pendekatan

kuantitatif digunakan untuk mengetahui efektivitas teknik role-play untuk

mengembangkan self-esteem peserta didik.Pada konteks penelitian ini pendekatan

kuantitatif ditujukan untuk mengetahui perbedaan perubahan antara sebelum

dilakukan tindakan (treatment) dan setelah dilakukan tindakan.

Guna menguji efektivitas teknik role-play untuk mengembangkan

self-esteem peserta didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013,

maka peneliti menggunakan metode penelitian quasi experiment. Penelitian

eksperimen kuasi merupakan penelitian percobaan, yakni penelitian yang

membandingkan dua kelompok sasaran penelitian, satu kelompok diberi

perlakuan tertentu dan satu kelompok (kelompok kontrol) lagi dikendalikan pada

suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding. Selisih antara

(27)

Sesuai dengan rancangan penelitian bahwa penelitian ini menggunakan

metode eksperimen kuasi, maka peneliti menggunakan desain penelitian

Pretest-Postest One Nonequivalent Control Group Design, yaitu jenis desain yang

biasanya dipakai pada eksperimen yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada

sebagai kelompoknya, dengan memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama

keadaan atau kondisinya.

Pada desain ini, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol

dibandingkan secara acak (random). Dua kelompok yang ada diberi pretest,

kemudian diberikan perlakuan (treatment) berupa teknik role-play pada kelompok

eksperimen dan perlakuan konvensional pada kelompok kontrol, dan terakhir

diberikan posttest. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan

(treatment) berpengaruh terhadap perkembangan self-esteem siswa. Berikut ini

desain penelitian Pretest-Postest One Nonequivalent Control Group Design

(Sugiyono,2011).

E O1 X O2

K O3 - O4

Keterangan :

O1,3 : pre-test (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol

O2,4 : post-test (setelah perlakuan) pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol

X : teknik role-play

(28)

E : Kelompok Eksperimen

K : Kelompok Kontrol

B. Populasi dan Sampel

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah SMK Negeri 15 Jakarta di

Jl. Mataram I Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh peserta didik SMK Negeri 15 di Jakarta. Sampel adalah peserta

didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta yang berjumlah 242 orang. Pengambilan

sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling yaitu

pemilihan sekelompok subjek penelitian secara acak/random tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi (Sugiyono, 2011).

Sampel penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah penelitian.

Penentuan sampel ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang

ingin dikumpulkan. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X

SMK Negeri 15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013 yang teridentifikasi memiliki

self-esteem rendah.

Adapun langkah-langkah untuk menentukan sampel dalam penelitian ini,

yaitu: (1) memberikan pre-test kepada seluruh peserta didik kelas X yang

bertujuan untuk mengetahui peserta didik manakah yang memiliki self-esteem

rendah. Instrumen penelitian diberikan setelah di judgment oleh pakar/ahli dalam

bidang Bimbingan dan Konseling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 28

(29)

didik yang memiliki self-esteem rendah tersebut dibagi menjadi dua kelompok,

yaitu 14 peserta didik untuk kelompok eksperimen dan 14 peserta didik untuk

kelompok kontrol.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel

bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah self-esteem, sedangkan

variabel bebasnya adalah teknik role-play. Istilah-istilah dalam penelitian ini

dijelaskan secara operasional dalam uraian berikut.

1) Self-Esteem

Menurut Coopersmith (Burn, 1998) self-esteem merupakan evaluasi yang

dibuat individu dari kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima,

menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan,

keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan yang terdiri dari empat aspek, yaitu:

(a) kekuasaan (power), yakni kemampuan untuk mengatur dan mengontrol

tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai dengan adanya pengakuan dan

rasa hormat yang diterima individu dari orang lain; (b) keberartian (significance),

yaitu adanya kepedulian dan afeksi yang diterima dari orang lain. Menunjukkan

bahwa penghargaan dan minat dari orang lain sebagai pertanda penerimaan dan

popularitas dirinya, keadaan tersebut ditandai oleh kehangatan, keikutsertaan,

perhatian, dan rasa suka orang lain terhadap dirinya; (c) kebajikan (virtue)

meliputi ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk

(30)

kompetensi (competence), yakni kemampuan untuk sukses memenuhi tuntutan

prestasi. Ditandai dengan keberhasilan individu dalam mengerjakan bermacam

tugas pekerjaan dengan baik dari level yang tinggi dan usia yang berbeda.

Self-esteem menurut Branden (1992) adalah: (a) kepercayaan diri dalam

kemampuan individu untuk berpikir dan mengatasi tantangan hidup; (b)keyakinan

dalam hak individu untuk menjadi bahagia, perasaan berharga, memiliki

kelayakan, berhak untuk menyatakan kebutuhan dan keinginan serta menikmati

buah dari hasil usahanya.

Self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu evaluasi diri

yang dilakukan oleh peserta didik SMK kelas X SMK Negeri 15 Jakarta atas

kebiasaan mengamati dirinya terhadap sikap menerima, menolak, dan

mengindikasikan besarnya kepercayaan peserta didik terhadap kemampuan,

keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan dirinya yang meliputi empat aspek,

yaitu: (a) kekuasaan (power), yaitu kemampuan untuk mengatur dan mengontrol

tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai dengan adanya pengakuan dan

rasa hormat yang diterima peserta didik dari orang lain; (b) keberartian

(significance) yaitu adanya kepedulian dan afeksi yang diterima peserta didik dari

orang lain. Keberartian menunjukkan bahwa penghargaan dan minat yang

diterima peserta didik dari orang lain sebagai pertanda penerimaan dan popularitas

dirinya, keadaan tersebut ditandai oleh adanya kehangatan yang didapat dari orang

lain, keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan dilingkungan sekitar dirinya,

adanya perhatian dari orang lain terhadap dirinya, dan adanya rasa suka orang lain

(31)

dan etika, yang ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak

diperbolehkan oleh moral, etika dan agama; (d) kemampuan (competence) yaitu

kemampuan untuk sukses memenuhi tuntutan prestasi. Ditandai dengan

keberhasilan peserta didik dalam mengerjakan bermacam tugas pekerjaan dengan

baik.

2) Teknik Role-Play

Role-play dapat berfungsi sebagai bantuan dalam mendiagnosa ketegangan

dan akibat dari sumber kerenggangan dalam kelompok; dan role-play, apabila

disusun secara terampil, dapat menjadi sebuah layanan utama sebagai prosedur

untuk membantu individu menjadi lebih nyaman dengan dirinya sendiri serta lebih

percaya diri dalam mempertahankan apa yang dia percaya. Role-play dapat

membantu kelompok untuk mendapatkan konsep yang lebih jelas akan tanggung

jawabnya untuk mendukung tiap individu. Role-play, dengan membantu untuk

mengendurkan ketegangan antara individu dan kelompok, dapat banyak

membantu guru dalam membangun sebuah iklim pembelajaran yang kondusif

(Shaftel & Shaftel, 1967).

Role-play menawarkan pada anggota kelompok beberapa kesempatan,

pertama, untuk merasakan perasaan dan mencoba untuk memahami pengalaman

orang lain; kedua, untuk memantau apa yang terjadi di dalam diri mereka sendiri;

dan ketiga, dan yang paling penting, untuk mengubah persepsi dan wawasan

mereka kedalam kemampuan merespon, yang dapat memfasilitasi eksplorasi dan

(32)

kesempatan yang ditawarkan oleh role-play tersebut, peserta didik dapat

mengeksplorasi persepsi dan wawasannya mengenai dirinya sendiri dan

mengembangkan kemampuan untuk menghargai dirinya lebih baik lagi.

Moreno (Corey, 2005) menyatakan bahwa sangat pentingnya untuk

belajar secara spontan dan kreatif. Moreno berpendapat bahwa spontanitas

merupakan “respons yang tepat untuk menghadapi situasi baru atau

merupakan repons baru dan tepat untuk menghadapi situasi lama”. Secara

analogi, role-play dalam mengembangkan self-esteem berusaha untuk

menciptakan suasana spontanitas dan kreativitas untuk menghilangkan

tekanan-tekanan yang menghambat peserta didik untuk mengekspresikan dirinya

dan mengembangkan self-esteem yang ia miliki.

Teknik role-play yang digunakan dalam penelitian adalah sebuah kegiatan

memainkan suatu peran yang dipimpin oleh pemandu (konselor atau guru) yang

bertujuan untuk menciptakan suasana spontanitas dan kreativitas untuk

menghilangkan tekanan-tekanan yang menghambat peserta didik Kelas X SMK

Negeri 15 Jakarta untuk mengekspresikan dirinya sehingga peserta didik dapat

mengeksplorasi wawasan mengenai dirinya sendiri serta mengembangkan

kemampuan untuk menghargai dirinya.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah untuk mengungkapkan

self-esteem peserta didik yang dikembangkan dari definisi operasional variabel

(33)

untuk kemudian dijabarkan dalam bentuk pernyataan. Pada pengembangannya,

instrumen pengungkap self-esteem peserta didik SMK berlandaskan pada

aspek-aspek self-esteem dari Coopersmith (1967), yaitu kekuasaan (power), keberartian

(significance), kebajikan (virtue), dan kompetensi (competence).

Jenis instrumen pengungkap data penelitian adalah skala psikologi yang

diaplikasikan dengan format rating scales (skala penilaian) dengan alternatif

respon pernyataan subyek skala 2 (dua), yaitu Ya (1) dan Tidak (0).

Adapun kisi- kisi sebelum instrumen penelitian divalidasi, dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengungkap Self-Esteem Peserta Didik

Variabel Aspek Indikator Subindikator No. Item

(34)
(35)

E. Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba istrumen dilakukan untuk mengukur seakurat mungkin apa yang

seharusnya diukur, yang pada istilah lain dikenal sebagai validasi. Validasi

instrumen ini dilakukan sebanyak dua kali pengujian, yaitu pengujian empiris dan

konseptual. Namun, sebelum angket disebarkan, terlebih dahulu dilakukan analisis

(judgment instrument) oleh pakar/dosen yang ahli dalam bidang instrumen dan

bimbingan konseling. Hasil judgment dari pakar menekankan pada penguatan

materi dan tata bahasa yang digunakan dalam instrumen penelitian agar tidak

membingungkan responden.

Ketiga penimbang tersebut adalah Dr. Ipah Saripah, M.Pd dan Dr. Mubiar

Agustin, M.Pd yang merupakan pakar dalam bimbingan dan konseling, serta Dr.

Budi Susetyo, M.Pd. yang merupakan pakar dalam testing psikologi dan

konstruksi tes. Instrumen yang telah memperoleh penilaian dari ketiga pakar

kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari para penimbang tersebut.

Uji keterbacaan dilakukan pada peserta didik SMK kelas X yang tidak

menjadi sampel penelitian. Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat

keterbacaan dari tiap item pernyataan. Setelah uji keterbacaan maka untuk

pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan

kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik SMK kelas X kemudian

dilakukan uji validitas.

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat

kesahihan instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian.

(36)

secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya. Dari hasil uji

coba angket diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan digunakan

sebagai alat pengumpul data.

Langkah-langkah pengolahan data untuk menentukan validitas instrumen

dilakukan dengan metode statistika dengan menggunakan komputer program

Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0. Rumus yang digunakan untuk menghitung

validitas setiap item pernyataan adalah rank-difference correlation yang juga

dikenal dengan Spearman’s rho. Pada penelitian ini item dinyatakan valid jika

memiliki kooefisien validitas signifikan pada total aspek maupun total perangkat

instrument, dengan nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dari 0.05 (p-value

<0.05).

Hasil uji validitas setiap item dalam instrumen self-esteem peserta didik

SMK Negeri 15 Jakarta kelas X secara rinci tertera dalam Tabel 3.2 dibawah ini

Tabel 3.2

Hasil Uji Instrumen Self-Esteem Peserta Didik

Signifikasi No Item Jumlah

Valid (Dipakai) 1, 2, 3, 4, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 15, 17, 18,

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepercayaan

instrumen sebagai alat pengumpul data. Reliabilitas berkenaan dengan ketepatan

hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai,

jika instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek yang diukur beberapa

(37)

instrumen penelitian adalah dengan menggunakan internal consistency. Internal

consistency (Sugiyono, 2011:131) adalah pengujian yang hanya dilakukan dengan

mencobakan instrumen sekali saja, dimana selanjutnya data yang diperoleh

dianalisis dengan menggunakan teknik tertentu.

Reliabilitas instrumen secara operasional dinyatakan sebagai koefisien

korelasi (r) dan untuk menghitung uji reliabilitas instrumen ini digunakan rumus

Alpha Cronbach. Pada penelitian ini, kooefisien reliabilitas dianggap signifikan

pada total aspek maupun total perangkat intrumen, dengan nilai probabilitas

(p-value) lebih kecil dari 0.05 (p-value < 0.05). Adapun proses penghitungan

koefisien reliabilitas item juga dilakukan dengan bantuan software SPSS 16.0.

F. Prosedur Pengolahan Data

1) Penyeleksian Data dan Penyekoran

Penyeleksian data bertujuan untuk memilih data yang memadai untuk

diolah berdasarkan kelengkapan jawaban, baik identitas maupun jawaban. Jumlah

angket yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah angket yang disebar.

Jenis penyekoran instrumen pengungkap data penelitian ini adalah skala

psikologi yang diaplikasikan dengan format rating scales (skala penilaian) dengan

alternatif respon pernyataan subyek skala 2 (dua), yaitu Ya (1) dan Tidak (0).

2) Pengelompokkan Skor

Penentuan pengelompokkan skor digunakan sebagai standardisasi dalam

menafsirkan skor yang ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai

(38)

maupun skor total instrumen. Data-data yang diperoleh kemudian dikategorikan

berdasarkan tingkat self-esteem peserta didik, apakah berada pada kategori tinggi,

sedang atau rendah.

Pengelompokkan data untuk profil peserta didik kelas X SMK Negeri 15

Jakarta, berdasarkan tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk lebih

jelasnya disajikan dalam Tabel 3.3 sebagai berikut.

Tabel 3.3

Penentukan skor dan kedudukan subjek dalam tingkatan self-esteem

peserta didik dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (software)

Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.0 for Windows. Penjelasan

kategori perencanaan karir disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.4

Peserta didik pada kategori tinggi, diartikan memiliki karakteristik yang bersifat rasionalitas, realistis, intuitif, kreatif, mandiri, fleksibel, mampu mengoreksi kesalahan, kebajikan dan sikap kooperatif. Peserta didik yang memiliki

self-esteem tinggi juga akan lebih menghargai dirinya

atau melihat dirinya sebagai individu yang bernilai dan dapat mengenali kesalahan-kesalahannya, tetapi tetap menghargai nilai-nilai yang ada pada dirinya.

(39)

memiliki self-esteem tinggi dalam hal penerimaan diri terutama dalam perilaku, sikap dan pola pikir. Ada kalanya peserta didik dengan self-esteem sedang merasa kurang yakin dengan penilaian dirinya sehingga membutuhkan dukungan yang kuat dan penerimaan dari lingkungan. Mereka menilai diri sendiri lebih baik dari orang lain, namun tidak menilai diri sendiri sebagai orang yang paling baik.

X 28 Rendah

Peserta didik pada kategori rendah memiliki karakteristik yang bersifat tidak rasional, tidak realistis, keras kepala, takut terhadap hal yang baru, mengeluh secara berlebihan dan memusuhi orang lain. Mereka cenderung mencari keamanan terhadap sesuatu yang dikenal dengan baik, tidak memiliki keinginan dan harapan yang kuat, tidak percaya pada kemampuan dirinya. Selain itu, mereka juga memiliki perasaan ditolak, ragu-ragu, dan tidak berharga serta tidak memiliki kekuatan, hal ini menyebabkan ekspektasi mereka akan masa depan sangat rendah

Penentuan kedudukan peserta didik dalam pengkategorian tingkat

self-esteem adalah untuk menentukan peserta didik yang mendapatkan perlakuan

(treatment). Setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan

menggunakan teknik role-play, maka diadakan tes yang bersifat mengukur

kembali self-esteem peserta didik apakah terjadi perubahan atau tidak.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan

analisis statistik uji t independen (independent sample t test). Sebelum dilakukan

uji t, langkah pengujian efektifitas teknik role-play ini dilakukan juga uji

(40)

Kolmogrov – Smirnov Test, dengan menggunakan bantuan program komputer

SPSS 16.0 for Windows.

Pengambilan keputusan untuk mengetahui perbedaan dilakukan dengan

dua cara, yaitu membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau membandingkan

nilai probabilitas (Asymptotic Significance) yaitu jika probabilitas > 0,05 maka

data yang digunakan berdistribusi normal dan jika probabilitas < 0,05 maka data

yang digunakan tidak berdistribusi normal.

Setelah diperoleh nilai thitung, maka langkah selanjutnya adalah

membandingkan dengan nilat ttabel untuk mengetahui tingkat signifikansi dengan

ketentuan thitung > ttabel.

Pengujian efektivitas diuji dengan metode indenpenden sample t-test dari

data gain menggunakan perangkat lunak (software) Statistical Product and

Service Solutions (SPSS) 17.0 for windows. Dasar pengambilan keputusannya

dengan melihat perbandingan nilai Sig. (2-tailed) α, yaitu jika nilai Sig. (2-tailed)

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan dari penelitian

efektivitas teknik role-play untuk mengembangkan self-esteem peserta didik

selanjutnya diperoleh kesimpulan dan rekomendasi.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tingkat self-esteem peserta

didik kelas X SMK Negeri 15 Jakarta secara umum berada pada kategori sedang.

Hal ini berarti sebagian besar peserta didik memiliki self-esteem yang cenderung

positif pada aspek-aspek kekuasaan (power), keberartian (significance), kebajikan

(virtue), dan kompetensi (competence). Individu dengan self-esteem sedang pada

dasarnya memiliki kesamaan dengan individu yang memiliki self-esteem tinggi

dalam hal penerimaan diri terutama dalam perilaku, sikap dan pola pikir, namun

penilaian mereka mengenai kemampuan, kekuasaan, keberartian, dan kebajikan

dalam diri sendiri lebih sederhana dibanding yang lain. Mereka menilai diri

sendiri lebih baik dari orang lain, namun tidak menilai diri sendiri sebagai orang

yang paling baik.

Rancangan program bimbingan dengan menggunakan teknik role-play

untuk mengembangkan self-esteem peserta didik diintervensikan pada peserta

didik dengan tingkat self-esteem rendah dengan tujuan untuk mengembangkan

(42)

dengan menggunakan teknik role-play juga dapat diintervensikan pada seluruh

peserta didik sebagai bentuk tindakan preventif.

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian, teknik role-play yang diterapkan

dalam rancangan program bimbingan secara spesifik efektif dalam

mengembangkan self-esteem peserta didik pada aspek-aspek dan

indikator-indikator self-esteem, kecuali pada indikator-indikator adanya keikutsertaan dalam kegiatan

di lingkungan sekitar pada Aspek Keberartian. Hal tersebut dapat disebabkan

karena rasa keberartian pada diri peserta didik dipengaruhi oleh kehidupan sosial

dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Kurangnya keterlibatan peserta

didik dalam kegiatan di lingkungan sekitar dapat menyebabkan peserta didik

merasa kurang berarti dan dapat menghambat perkembangan self-esteem yang

dimilikinya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka diberikan rekomendasi kepada

pihak-pihak yang terkait, sebagai berikut.

1. Guru bimbingan dan konseling dapat menggunakan program yang dirancang

dengan memperhatikan cara meningkatkan dan mengembangkan self-esteem

peserta didik dengan membantu mereka untuk dapat: (1) menerima dan

mencintai diri sendiri; (2) mengevaluasi diri secara objektif (menyadari

kelebihan dan kekurangan diri); (3) mengembangkan potensi yang dimiliki;

serta (4) meningkatkan prestasi dan mengembangkan coping skill. Guru

(43)

dianggap cocok untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan

self-esteem yang dimilikinya. Guru Bimbingan dan Konseling juga dapat

melakukan observasi lanjutan agar keyakinan peserta didik tentang penilaian

diri yang positif dapat menetap atau semakin meningkat.

2. Kepala sekolah sebagai penanggungjawab kegiatan pendidikan di sekolah

secara menyeluruh, dapat mengkoordinasi segenap kegiatan yang

direncanakan, diprogramkan dan berlangsung di sekolah, termasuk

menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan Bimbingan

dan Konseling di sekolah. Profil self-esteem peserta didik dapat digunakan

sebagai salah satu pertimbangan dalam optimalisasi layanan Bimbingan dan

Konseling bagi para peserta didik, sehingga layanan yang diberikan pada

peserta didik dapat membantu mereka untuk mengembangkan self-esteem yang

dimiliki secara optimal.

3. Peneliti selanjutnya dapat mengaplikasikan teknik role-play dan strategi yang

ada dalam program bimbingan untuk mengembangkan self-esteem peserta

didik pada jenjang pendidikan yang berbeda, serta dapat menggunakan teknik

selain role-play, seperti sosiodrama dan permainan simulasi, atau teknik lain

yang dianggap cocok untuk mengembangkan self-esteem peserta didik. Peneliti

selanjutnya juga dapat mengujicobakan program bimbingan dengan teknik

role-play untuk mengembangkan aspek dan dimensi perkembangan

kepribadian peserta didik lainnya selain self-esteem. Peneliti selanjutnya juga

dapat menggunakan alat pengumpulan data lain selain angket untuk

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, siswandi. (2009). Role-Playing Bahasa Inggris: Landasan Teori [Online]. Tersedia: http://nazwadzulfa.wordpress.com/2009/11/21/role-playing-bahasa-inggris-landasan-teori/ [21 November 2009].

Hariyanto. (2010). Pengertian Belajar Menurut Ahli [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/ [24 Februari 2012].

Baccus, J. R., Baldwin, M. W., Packer, D. J. (2004). “Increasing Implicit Self-Esteem Through Classical Conditioning”. American Psychological Society. 15, (7), 498-502.

Branden, Nathaniel. (1981). The Psychology of Self Esteem. New York: Bantam Books.

____________ (1992). The Power of Self-Esteem. Florida: Health Communications, Inc.

Burn, R. B. (1998). Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan

Perilaku. Alih bahasa oleh Eddy. Jakarta: Arcan.

Buss, D. M., & Craik, K. H. (1983). The Act–Frequency Approach to Personality.

Psychological Review, 90, 105–126.

Cleghorn, Patricia. (1996). The Secrets of Self Esteem. Massachusset Brisbane: Element Books Limited.

Coopersmith, S. (1967). The Antecedent of Self Esteem. San Fransisco: W.H. Freeman & Company.

Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Dariuszky, G. (2004). Membangun Harga Diri. Bandung: CV. Pionir Jaya.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Naskah Akademik Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Penerbit Depdiknas.

(45)

Diwyacitta, Devi. (2011). Hubungan antara Self Esteem dengan Tingkah Laku Agresi pada Remaja Awal (Studi Deskripsi pada Siswa Kelas VIII SMPN 3 Lembang Bandung Tahun Ajaran 2011/2012). Skripsi. Program Studi Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Frey, D. C. (1994). Enhancing Self Esteem. West Virginia: Accelerated Development Inc.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Guindon, Marry H. (2010). Self-Esteem Across The Lifespan: Issues and

Interventions. New York: Taylor & Francis Group.

Hikmatunisa, Soraya. (2011). Profil Self-Esteem Siswa Korban Bullying di

Sekolah (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas VIII SMP PAsundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Jarvis, Matt. (2000). Teori-Teori Psikologi. Bandung: Nusa Media.

Mahuri. 2011. Metode Pembelajaran Role Playing [Online]. Tersedia: http://mahurianasla.blogspot.com/2011/02/metode-pembelajaran-role-playing.html [10 Februari 2011].

Mruk, Christopher J. (2006). Self-esteem research, theory, and practice: toward a

positive psychology of self-esteem ( ed.). New York: Springer Publishing Company, Inc.

Pendidikan Teknologi Vokasi. (2007). SMK : Salah Satu Jalan Dengan Rekayasa

Ulang [Online]. Tersedia:

http://mahasiswauny.blogspot.com/2007/04/smk-salah-satu-jalan-dengan-rekayasa.html. [10 Februari 2012].

Plummer, Deborah. (2006). The adventures of the Little Tin Tortoise : a self-esteem story with activities for teachers, parents, and careers. London: Jessica Kingsley Publishers.

Prayitno & Amti, Erman. (1999). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

(46)

Robins, R. W. et al. (2001). “Personality Correlates of Self-Esteem”. Journal of

Research in Personality. 35, 463–482.

Morales, Rosanna. (2008). Empowering your Pupils through Role-Play

Exploring Emotions and Building Resilience. London & New York:

Routledge.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok Di Sekolah (Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizqi.

Santrock, J.W. (2007). Remaja (Edisi ke-11 Jilid Satu). Jakarta: Erlangga.

Schiraldi, Glenn R. (2007). 10 Simple Solutions for Building Self-Esteem: How to

End Self-Doubt, Gain Confidence, and Create a Positive Self-Image.

Oakland, CA: New Harbinger Publications, Inc.

Shelarina, R. (2011). Hubungan antara Sumber-sumber Self Esteem pada Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Tipe Kepribadian Introvert dengan Perceived Social Support Pecandu Narkoba dalam Masa Pemulihan di Lingkungan Yayasan Insan Hamdani Rumah Cemara. Skripsi. Program Studi Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Suara Merdeka Cyber News. (2006). Eksistensi SMK di Persimpangan Jalan [Online].Tersedia:http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0608/0 7/nas5.htm [10 Februari 2012].

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.

Sulaeman, Endang. (2011). Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk

Meningkatkan Self-Esteem Siswa SMP Negeri 43 Bandung. Skripsi pada

FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sulistiyowati. (2008). Hubungan antara Harga Diri dengan Motivasi Belajar

Mahasiswa Semester II D IV Kebidanan UNS 2007/2008. Skripsi pada

Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan.

(47)

____________ . (2011). Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Prestasi Belajar

Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi [Online]. Tersedia:

http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/pengaruh-faktor-eksternal-terhadap-prestasi-belajar-siswa-dalam-mata-pelajaran-ekonomi [24 Februari 2012].

Tolan, Janet & Lendrum, Susan. (2001). Case Material and Role Play in

Counseling Training. New York: Routledge.

Yusuf, Syamsu. (2009). Program Bimbingan & Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2009). Landasan Bimbingan dan

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengungkap
Tabel 3.3 Self-Esteem

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Kimia Pascasarjana. ©Erlis

menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2OO5 tentang Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia Komisi Pemberantasan

Standart yang digunakan untuk mengetahui kualitas kopi adalah standart yang telah.. ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian melalui penerbitan SNI

Tabel 4.1 Indikator dan Draft Task Instrumen Penilaian Kinerja untuk Menilai Kompetensi Psikomotorik Siswa pada Materi Hidrolisis Garam .... Erlis

Jika telaahan dokumen tanggapan tidak benar maka dikembalikan kepada Kasi Pengendalian Penguasaan dan Pemilikan Tanah untuk diperbaiki. Menandatangani telaahan

Penelitian ini bertujuan mengembangkan instrumen penilaian kinerja untuk menilai kompetensi psikomotorik siswa SMA pada materi hidrolisis garam.. Desain yang

Bentuk merupakan salah satu fitur citra yang dapat digunakan untuk mendeteksi objek. atau batas

Multimedia pembelajaran merupakan media atau alat bantu mengajar yang berisi pesan-pesan pembelajaran. Pembuatan multimedia pembelajaran berbasis animasi bertujuan