• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dan Peran Pendamping Dengan Kemandirian Penerima Program Corporate Social Responsibility

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dan Peran Pendamping Dengan Kemandirian Penerima Program Corporate Social Responsibility"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI

DAN PERAN PENDAMPING DENGAN KEMANDIRIAN

PENERIMA PROGRAM

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(Kasus: Program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak)

ELSA DESTRIAPANI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN

MENGENAI

SKRIPSI

DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dan Peran Pendamping dengan Kemandirian Penerima Program Corporate Social Responsibility (Kasus: Program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

Elsa Destriapani

(4)
(5)

ABSTRAK

ELSA DESTRIAPANI. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dan Peran Pendamping dengan Kemandirian Penerima Program Corporate Social Responsibility. Dibimbing oleh SAHARUDDIN.

Tanggung jawab sosial perusahaan adalah bentuk komitmen dan kepedulian perusahaan terhadap sosial dan lingkungannya atas dampak dari kegiatan operasional yang telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan karakteristik sosial ekonomi penerima program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok dengan tingkat kemandirian penerima program dan mengidentifikasi hubungan peran pendamping progam pendampingan dan pembinaan UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok dengan tingkat kemandirian penerima program. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat karakteristik sosial ekonomi yaitu tingkat pendidikan, motif berwirausaha, dan pengalaman berwirausaha tidak berhubungan dengan tingkat kemandirian, sedangkan terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat kemandirian. Tingkat peran pendamping memiliki hubungan dengan tingkat kemandirian penerima program.

Kata kunci: Corporate social responsibility, karakteristik sosial ekonomi, kemandirian, peran pendamping

ABSTRACT

ELSA DESTRIAPANI. The Correlation of Socio-Economic Characteristics And The Facilitator Role With the Program Beneficiaries Independence of Corporate Social Responsibility.Supervised by SAHARUDDIN.

Corporate Social Responsibility is a corporate care and commitment toward its social and environment as the impact of operational work has been done. The aims of this research is to identify the correlation of social economy characteristic and fasilitator role of UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok with the level of program beneficiaries independence; and to identify the correlation of the facilitator role with the level of program beneficiaries independence. This research used quantitative method and supported by qualitative data. The result of the research stated that the level of socio-economic characteristics, namely education, enterpreuneur motive dan enterpreuneur experience does not have correlation with the independence level; however there is correlation between the level of income and family burden with the independence level. The level of facilitator role has the correlation with the level of program beneficiaries independence.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

ELSA DESTRIAPANI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2016

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI

DAN PERAN PENDAMPING DENGAN KEMANDIRIAN

PENERIMA PROGRAM

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dan Peran Pendamping dengan Kemandirian Penerima Program Corporate Social Responsibility” (Kasus: Program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak)” ini dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk mendapat gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Saharuddin, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Ayahanda tercinta Bapak Marjaya atas doa, kasih sayang, dan perhatiannya, Ibunda tersayang Mamah Maryati (Almh) atas cinta, doa, dan semangat yang tak henti-hentinya selama masih hidup yang menjadi motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini, Edwar Susanto dan Eka Susilawati kakak-kakak tersayang, yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis. Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada PT Aneka Tambang Tbk yang telah memberikan beasiswa kepada penulis selama empat tahun. Terimakasih juga kepada teman-teman seperjuangan SKPM 49 sebagai teman berdiskusi sekaligus memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah memberikan semangat dan doa bagi penulis dan tidak bisa disebutkan namanya satu per satu.

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2016

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Definisi dan Konsep Corporate Social Responsiblity (CSR) 5 Implementasi Program Corporate Social Responsiblity 6

Konsep Pendamping 8

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 9

Kemandirian Masyarakat 10

Kerangka Pemikiran 11

Hipotesis Penelitian 12

Definisi Operasional dan Pengukuran 13

PENDEKATAN LAPANGAN 19

Metode Penelitian 19

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Teknik Penentuan Responden dan Informan 19

Teknik Pengumpulan Data 20

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 21

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 23

Kondisi Geografis 23

Kondisi Sosial 24

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN PROGRAM CSR 27

Sejarah Perusahaan 27

Struktur Organisasi Perusahaan 28

Program CSR 29

Program Pendampingan dan Pembinaan UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok

31

Pendamping Program 31

Deskripsi jenis usaha 32

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PENERIMA PROGRAM CSR 35

Tingkat Pendidikan 35

Tingkat Pendapatan 35

Jumlah Tanggungan Keluarga 37

(12)

Pengalaman Berwirausaha 38

PERAN PENDAMPING PROGRAM CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY

39

Peran Fasilitatif 39

Peran Mendidik 41

Peran Perwakilan 42

TINGKAT KEMANDIRIAN PENERIMA PROGRAM CSR 45

Kemandirian Intelektual 45

Kemandirian Material 46

Kemandirian Manajemen 47

HUBUNGAN TINGKAT KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN

TINGKAT KEMANDIRIAN PENERIMA PROGRAM CSR 49

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kemandirian 49 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Kemandirian 50 Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Kemandirian

50 Hubungan Motif Berwirausaha dengan Tingkat Kemandirian 51 Hubungan Pengalaman Berwirausaha dengan Tingkat Kemandirian 52

HUBUNGAN PERAN PENDAMPING DENGAN TINGKAT

KEMANDIRIAN PENERIMA PROGRAM

55

SIMPULAN DAN SARAN 59

DAFTAR PUSTAKA 61

LAMPIRAN 65

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Definisi operasional karakteristik sosial ekonomi penerima program

13 Tabel 2 Definisi operasional tingkat peran pendamping 14 Tabel 3 Definisi operasional tingkat kemandirian 16

Tabel 4 Metode pengumpulan dan jenis data 20

Tabel 5 Luas wilayah dan persentase alokasi penggunaan lahan Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok

23 Tabel 6 Jumlah dan Persentase Penduduk Desa Cikotok, Desa

Ciherang, Desa Cibeber Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2015

24

Tabel 7 Jumlah dan Persentase Penduduk Desa Cikotok, Desa Ciherang, Desa Cibeber Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2015

24

Tabel 8 Jumlah dan persentase tingkat pendidikan warga di Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok

25 Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat

pendidikan

35 Tabel 10 Jumlah dan persentase tingkat pendapatan penerima program

pendampingan dan pembinaan UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok

36

Tabel 11 Jumlah dan persentase responden menurut jumlah tanggungan keluarga

37 Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut motif berwirausaha 37 Tabel 13 Jumlah dan persentase responden menurut pegalaman

berwirausaha

38 Tabel 14 Jumlah dan persentase responden menurut peranan pedamping

dalam mendampingi penerima program CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang

39

Tabel 15 Jumlah dan persentase responden menurut peran pendamping dalam memfasilitasi

39 Tabel 16 Jumlah dan persentase responden menurut peran pendamping

dalam mendidik

41 Tabel 17 Jumlah dan persentase responden menurut peran perwakilan 42 Tabel 18 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kemandirian

penerima program CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok

45

Tabel 19 Jumlah dan persentase responden menurut kemandirian intelektual

45 Tabel 20 Jumlah dan persentase responden menurut kemandirian

material

46 Tabel 21 Jumlah dan persentase responden menurut kemandirian

manajemen

47 Tabel 22 Hubungan pendidikan dan tingkat kemandirian penerima

program CSR

49 Tabel 23 Hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat kemandirian

penerima program

(14)

kemandirian penerima program

Tabel 25 Hubungan motif berwirausaha dengan tingkat kemandirian penerima program

51 Tabel 26 Hubungan pengalaman berwirausaha dengan tingkat

kemandirian

52 Tabel 27 Hasil uji korelasi antara karakteristik sosial ekonomi dengan

kemandirian penerima program

53 Tabel 28 Hubungan tingkat peran pendamping dan kemandirian penerima

program CSR

55 Tabel 29 Hasil uji korelasi antara tingkat peran pendamping dengan

tingkat kemandirian

56

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran 12

2 Struktur Organisasi PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok

28

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta kecamatan cibeber, kabupaten lebak, provinsi banten 66

2 Jadwal penyusunan skripsi tahun 2016 67

3 Hasil uji korelasi rank spearman 68

4 Kuesioner 71

5 Panduan pertanyaan mendalam 75

6 Format catatan harian lapang 78

7 Daftar responden 79

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemiskinan menjadi isu sentral di Indonesia termasuk masalah klasik dan kompleks serta bersifat multidimensional. Penanganan kemiskinan sampai saat ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Menurut data Badan Pusat Statistik pada bulan Maret 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28.59 juta orang (11.22 persen), bertambah sebesar 0.86 juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang sebesar 27.73 juta orang (10.96 persen). Permasalahan kemiskinan yang kompleks membutuhkan kerjasama, koordinasi, saling mendukung serta menguntungkan antara semua stakeholder. Salah satu

stakeholder yang berperan dalam mengurangi kemiskinan adalah perusahaan melalui corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan).

Corporate social responsibility (CSR) memiliki posisi kuat karena dalam Undang–undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dijelaskan bahwa setiap perusahaan, baik yang bergerak di sumber daya maupun lingkungan untuk melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Hal ini juga diperkuat dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-5/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, khusus untuk perusahaan-perusahaan BUMN. Program Kemitraan dijalankan dengan basis penguatan ekonomi lokal melalui pemberian bantuan dana pinjaman bergulir untuk usaha mikro dan kecil (UMK). Pemberian dana ini dibarengi dengan pembinaan, termasuk pelatihan manajemen usaha dan promosi.

CSR memiliki peran penting untuk memberdayakan ekonomi lokal. Radyati (2008) menyatakan bahwa CSR memberikan program ekonomi lokal kepada masyarakat sekitar perusahan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kemiskinan masyarakat sekitar perusahaan. Akan tetapi, program pemberdayaan ekonomi lokal yang diwujudkan dalam program usaha mikro kecil dan menengah hanya sampai pada tahap identifikasi masalah tanpa melihat peluang ekonomi jangka panjang bagi masyarakat, padahal masyarakat melalui UMKM membutuhkan pendampingan dari perusahaan untuk menata usaha dan menembus pasar.

(16)

Program CSR sudah banyak diterapkan oleh berbagai perusahaan. Akan tetapi, program CSR tersebut masih bersifat charity atau kedermawanan sosial karena tidak ada keberlanjutan program dan tidak berdampak pada pengembangan masyarakat. Mapisangka (2009) menyatakan bahwa belum semua perusahaan menerapkan konsep CSR dalam kegiatan perusahaannya. CSR masih merupakan bagian lain dari manejemen perusahaan sehingga keberadaannya dianggap tidak memberikan kontribusi positif terhadap kelangsungan perusahaan. Ambadar (2008) menyatakan bahwa jika dunia usaha ingin berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, program CSR harus mengalami perubahan dari aktivitas yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat, yakni program pemberdayaan.

Program pemberdayaan tidak lepas dari peran pendamping sebagai fasilitator dari perusahaan. Ariefianto (2015) menyatakan ciri utama dalam pendampingan ekonomi lokal dititikberatkan pada “endogenous development

yakni menggunakan potensi sumber daya manusia, institusional, dan fisik setempat untuk mencapai kemandirian. Agusta dan Fujiantarto (2014) menyatakan bahwa pengembangan kemandirian merupakan bentuk perubahan sosial diri manusia dari situasi tergantung terhadap bantuan menjadi lebih mandiri atas dasar inisiatif dan kreativitas masyarakat setempat. Pendampingan program pemberdayaan ekonomi lokal akan menciptakan kemandirian masyarakat di sekitar perusahaan. Kemandirian masyarakat dapat berupa kemandirian intelektual, kemandirian material, dan kemandirian manajemen (Nasdian 2014).

PT Aneka Tambang Tbk merupakan salah satu perusahaan yang menerapkan program CSR sebagai bentuk pengembangan masyarakat di sekitar perusahaan. PT Aneka Tambang Tbk unit Cikotok, Kabupaten Lebak Provinsi Banten, sejak tahun 2011 hingga Januari tahun 2016 menjalankan program CSR meskipun dengan status pascatambang. Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat wilayah pascatambang Cikotok melalui pengembangan ekonomi berbasis sumber daya lokal non tambang bekerjasama dengan Chemical Engineering Alliance and Innovation Center Universitas Gajah Mada (ChAIN Center UGM). Kegiatan yang dilakukan di masyarakat antara lain pendampingan pertanian terpadu, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), pengelolaan lingkungan dan energi, serta penguatan kelembagaan. Penelitian ini memfokuskan pada satu program yaitu program usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang didalamnya terdapat fasilitasi perizinan, fasilitasi pengadaan alat, fasilitasi pemasaran, fasilitasi kemasan, diversifikasi produk, pelatihan dan pendampingan kelompok usaha.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dianggap penting untuk meneliti bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi dan peran pendamping dengan kemandirian penerima program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok?

Perumusan Masalah

(17)

dilakukan. Menurut Radyati (2008) untuk dapat mewujudkan dampak ekonomi atas usaha perusahaan, maka perusahaan harus melibatkan komunitas lokal. Jika komunitas lokal tidak dilibatkan, maka program yang dimulai perusahaan tidak dapat berkelanjutan jika perusahaan sudah tidak lagi beroperasi di daerah tersebut. Yentifa (2008) menyatakan bahwa inti dari pemberdayaan adalah kemandirian masyarakat. Pemberdayaan ekonomi lokal melalui program CSR mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh dan berpartisipasi pada program. Berdasarkan landasan konseptual dan kajian empiris Papilaya (1996) dapat dirumuskan beberapa variabel terpilih baik yang terkait dengan karakteristik personal maupun karakteristik sosial ekonomi. Variabel-variabel tersebut yaitu umur, tingkat pendidikan formal, besar keluarga, motif berusaha, pengalaman berusaha, keterikatan pada adat, interaksi dengan pemimpin lokal, dukungan pembinaan usaha, serta dukungan sarana dan prasarana usaha. Oleh sebab itu penting untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi penerima program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok dengan tingkat kemandirian penerima program?

Corporate Social Responsibility dalam upaya memberdayakan ekonomi lokal tidak hanya sebatas membantu masyarakat untuk membuka usaha, akan tetapi pemberdayaan ekonomi lokal berarti memampukan masyarakat agar dapat mandiri secara ekonomi. Persoalan-persoalan yang dihadapi pelaku usaha mikro kecil dan menengah di kawasan Pascatambang Cikotok tidak hanya pada segi modal semata, akan tetapi diarahkan untuk menciptakan potensi dan produk lokal yang kompetitif agar memiliki nilai tambah, keunikan, dan kekhasan produk. Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi, permodalan, fasilitasi peralatan, dan akses pasar menjadi tujuan utama. Oleh sebab itu, penting untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan peran pendamping program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok dengan tingkat kemandirian penerima program?

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan karakteristik sosial ekonomi dan peran pendamping UMKM PT Aneka Tambang Tbk Pascatambang Cikotok dengan tingkat kemandirian penerima program. Tujuan spesifik dari penelitian ini yaitu:

1. Mengidentifikasi hubungan karakteristik sosial ekonomi penerima progam UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Pascatambang Cikotok dengan tingkat kemandirian penerima program, dan

(18)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada:

1. Akademisi

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai peran pendamping program CSR, dan menjadi metode dalam melihat, memahami, menganalisa keadaan serta mendokumentasikan dalam bentuk tulisan agar pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian ini menjadi tambahan literatur dalam hal pelaksanaan pendampingan program CSR oleh perusahaan kepada masyarakat di Indonesia.

2. Kalangan non akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi pertimbangan untuk pemerintah maupun swasta dalam penerapan CSR yang terkait dengan peran pendamping dan juga kemandirian masyarakat.

3. Masyarakat

(19)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Corporate Social Responsibility (CSR) Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut Marnely (2012) pemahaman tentang CSR pada umumnya berkisar pada tiga hal pokok, yaitu CSR adalah: (1) suatu peran yang sifatnya sukarela

(voluntary) dimana suatu perusahaan membantu mengatasi masalah sosial dan lingkungan, oleh karena itu perusahaan memiliki kehendak bebas untuk melakukan atau tidak melakukan peran ini; (2) disamping sebagai institusi profit, perusahaan menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kedermawanan (filantropi) yang tujuannya untuk memberdayakan sosial dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat eksplorasi dan eksploitasi; (3) CSR sebagai bentuk kewajiban (obligation) perusahaan untuk peduli terhadap dan mengentaskan krisis kemanusiaan dan lingkungan yang terus meningkat. Sedangkan Sukada et al (2007) dalam bukunya CSR for Better Life mengembangkan definisi CSR sebagai segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif di setiap pilar.

Menurut Tanudjaja (2006) CSR dapat diartikan sebagai komitmen industri untuk mempertanggungjawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan serta agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungannya. Sementara menurut Poerwanto (2010) tanggung jawab sosial adalah jiwa perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan bisnis yang mencakup citra perusahaan, promosi, meningkatkan penjualan, membangun percaya diri, loyalitas karyawan, serta keuntungan dalam konteks lingkungan eksternal, tanggung jawab sosial berperan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat seperti kesempatan kerja dan stabilitas sosial, ekonomi, dan budaya. Ambadar (2008) menjelaskan bahwa CSR adalah konsep manajemen yang menggunakan pendekatan “triple bottom line” yaitu keseimbangan antara

mencetak keuntungan, harus seiring dan berjalan selaras dengan fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup demi terwujudnya pembangunan yang

sustainable (berkelanjutan). Ambadar (2008) memaparkan dalam aktualisasi

Good Corporate Governance (GCC), maka kontribusi dunia usaha untuk turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus mengalami metamorfosis, dari aktivitas yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat, yakni program pemberdayaan.

Rahman (2009) menyebutkan bahwa dalam praktek di lapangan, suatu kegiatan disebut CSR ketika memiliki sejumlah unsur berikut.

1. Continuity and sustainability (berkesinambungan dan berkelanjutan)

Merupakan unsur vital dari CSR. Suatu kegiatan amal yang berdasarkan trend

(20)

long term perspective bukan instant, happening, atau booming. CSR adalah suatu mekanisme kegiatan yang terencanakan, sistematis, dan dapat dievaluasi.

2. Community empowerment (pemberdayaan komunitas)

Membedakan CSR dengan kegiatan yang bersifat charity ataupun philantropy

semata. Tindakan-tindakan kedermawanan meskipun membantu komunitas, tetapi tidak menjadikannya mandiri. Salah satu indikasi dari sukses sebuah program CSR adalah adanya kemandirian yang lebih pada komunitas, dibandingkan dengan sebelum program hadir.

3. Two ways

Artinya program CSR bersifat dua arah. Perusahaan bukan lagi berperan sebagai komunikator semata, tetapi juga harus mampu mendengarkan aspirasi dari komunitas. Hal tersebut dilakukan dengan need assessment yaitu sebuah survei untuk mengetahui needs, desires, interest, dan wants dari komunitas. Implementasi Program Corporate Social Responsibility

Implementasi CSR di perusahaan pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagaimana yang dijelaskan oleh Wibisono (2007) berikut: 1. Komitmen pimpinan

Perusahaan yang pimpinannya tidak tanggap dengan masalah sosial, jangan diharap akan mempedulikan aktivitas sosial;

2. Ukuran dan kematangan perusahaan

Perusahaan besar dan mapan lebih mempunyai potensi memberi kontribusi ketimbang perusahaan kecil dan belum mapan;

3. Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah

Semakin regulasi dan penataan pajak tidak teratur akan membuat semakin kecil ketertarikan perusahaan untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial kepada masyarakat. Sebaliknya, semakin kondusif regulasi atau semakin besar insentif pajak yang diberikan, akan lebih berpotensi memberi semangat kepada perusahaan untuk berkontribusi kepada masyarakat.

Studi Implementasi CSR yang dilakukan Wahyuningrum et al. (2014) pada CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan menyatakan bahwa konsep Corporate Social Responsibility

yang terdiri dari variabel sosial, variabel ekonomi, dan variabel lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat dilihat dari tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan masyarakat.

Yentifa (2008) menyatakan bahwa implementasi program CSR sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal dapat dilakukan dalam beberapa bentuk antara lain:

1. Bantuan Modal

Salah satu aspek permasalahan yang dihadapi masyarakat adalah permodalan. Usaha pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi melalui aspek permodalan ini yang perlu dicermati adalah:

(21)

b. Bagaimana pemecahan aspek modal ini dilakukan melalui penciptaan sistem yang kondusif baru usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah untuk mendapatkan akses di lembaga keuangan;

c. Bagaimana skema penggunaan atau kebljakan pengalokasian modal ini tidak terjebak pada perekonomian subsisten atau ekonomi kere. Tiga hal Ini penting untuk dipecahkan bersama. Inti pemberdayaan adalah kemandirian masyarakat.

2. Bantuan Pembangunan Prasarana

Tersedianya prasarana pemasaran dan atau transportasi dart lokasi produksi ke pasar akan mengurangi rantai pemasaran dan pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan petani dan pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan pengusaha menengah.

3. Bantuan Pendampingan

Pendampingan masyarakat ekonomi lemah memang perlu dan penting. Tugas utama pendamping ini adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi dan menjadi mediator untuk penguatan kemitraan baik antara usaha mikro, usaha kecil, maupun usaha menengah dengan usaha besar.

4. Penguatan Kelembagaan

Pemberdayaan ekonomi pada masyarakat lemah hendaklah dilakukan dengan pendekatan kelompok, karena akumulasi kapital akan sulit dicapai di kalangan orang miskin. Oleh sebab itu akumulasi kapital harus dilakukan bersama-sama dalam wadah kelompok atau usaha bersama.

5. Penguatan Kemitraan Usaha

Penguatan ekonomi rakyat atau pemberdayaan masyarakat dalam ekonomi, tidak berarti mengalienasi pengusaha besar atau kelompok ekonomi kuat. Pemberdayaan memang bukan menegasikan yang lain, tetapi give power to everybody.

Karakteristik penerima program adalah ciri-ciri yang melekat pada individu penerima program UMKM baik secara personal maupun dilihat dari status sosial ekonomi. Berdasarkan kajian teoritis dan studi hasil penelitian Priana

(2004) yang berjudul “Identifikasi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Tingkat Kemandirian Petani dalam Melakukan Usaha Agroforesti” menyatakan

tingkat kemandirian ditentukan oleh beberapa faktor pembentuknya. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor yang berasal dari dalam diri petani sendiri (faktor internal) yaitu tingkat pendidikan formal, pengalaman berusaha agroforesti, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan garapan dan motivasi berusaha agroforesti. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri petani (faktor eksternal) terdiri dari ketersediaan informasi tentang agroforesti, ketersediaan sarana produksi, dukungan lembaga keuangan, dukungan lembaga pemasaran, dukungan lembaga penyuluhan, pengaruh tokoh masyarakat, dan tingkat manfaat pelaksanaan program.

(22)

Konsep Pendamping

Menurut Suharto (2010) pendampingan sosial merupakan satu strategi yang sangat menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai

dengan prinsip pekerjaan sosial, yakni “membantu orang agar mampu membantu dirinya sendiri”, pemberdayaan masyarakat sangat memperhatikan pentingnya

partisipasi publik yang kuat. Suharto (2010) menambahkan pendampingan sosial berpusat pada empat bidang tugas atau fungsi yang dapat disingkat dalam akronim 4P, yakni: pemungkinan (enabling), atau fasilitasi, penguatan (empowering), perlindungan (perlindungan), dan pendukungan (supporting).

Pendamping dalam konteks pemberdayaan memiliki tugas utama mengembangkan kemampuan atau kapasitas masyarakat sehingga mampu mengorganisir dan menentukan sendiri upaya-upaya yang diperlukan dalam meningkatkan kehidupannya sesuai dengan potensi dan cara mereka (Suyono 2013). Sementara itu Soesilawati et al. (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa peran pendamping sangat mempengaruhi efektivitas dari pelaksanaan CSR. Keterlibatan pendamping sebagai aktor yang melembaga dalam suatu jaringan menyebabkan proses pemberdayaan berjalan efektif. Susanto (2010) menambahkan bahwa pendamping pengembangan masyarakat adalah orang yang terkategorikan sebagai pengantar perubahan (agent of change), baik yang berada di dalam sistem sosial masyarakat (insider change agents) maupun yang berada di luar sistem sosial masyarakat bersangkutan (outsider change agents).

Menurut Karsidi (2007) Salah satu prinsip pendampingan untuk pemberdayaan masyarakat adalah pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan lokal masyarakat. Hal ini bukanlah berarti bahwa masyarakat selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah. Kenyataan objektif telah membuktikan bahwa dalam banyak hal perkembangan pengalaman dan pengetahuan lokal (bahkan tradisional) masyarakat tidak sempat mengejar perubahan-perubahan yang terjadi dan tidak lagi dapat memecahkan masalah-masalah yang berkembang. Namun sebaliknya, telah terbukti pula bahwa pengetahuan modern dan inovasi dari luar yang diperkenalkan oleh orang luar tidak juga dapat memecahkan masalah mereka. Sementara itu, Ariefianto (2015) menjelaskan bahwa prinsip dasar yang menopang pola pendampingan Perseroan berdasarkan pada pemantapan Tridaya, yaitu daya tahan, daya tarik dan daya saing dari kekuatan ekonomi komunitas. Melalui pendampingan Tridaya itu, kelompok usaha lokal yang berbasis komunitas mengelola sumber daya yang ada dan masuk kepada penataan kemitraan baru dengan Perseroan, atau di antara mereka sendiri, untuk menciptakan pekerjaan baru dan merangsang kegiatan ekonomi wilayah. Ciri utama pendampingan Perseroan pada kekuatan ekonomi lokal dititikberatkan pada “endogenous development” yakni menggunakan potensi sumber daya manusia, institusional, dan fisik setempat untuk mencapai kemandirian.

Menurut Ife dan Tesoriero (2008) peran pendamping dikelompokkan ke dalam empat golongan yaitu sebagai berikut.

1. Peran fasilitatif

(23)

2. Peran edukasional (mendidik)

Peran edukasional meliputi empat peran yaitu membangkitkan kesadaran mayarakat, menyampaikan informasi, mengonfrontasikan dan pelatihan. 3. Peran perwakilan

Peran perwakilan meliputi enam peran, yaitu mencari sumberdaya, advokasi, memanfaatkan media, hubungan masyarakat, mengembangkan jaringan, serta membagi pengetahuan dan pengalaman.

4. Peran teknis

Peran teknis meliputi empat peran mencakup keterampilan untuk melakukan riset, menggunakan komputer, melakukan presentasi tertulis maupun verbal serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola keuangan.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Pengertian usaha mikro, kecil, dan menengah menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah:

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang, perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini,

2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang, perorangan atau badan usaha yag bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini, dan

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang, perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Menurut Partomo dan Soejoedono (2002) kriteria UKM dilihat dari ciri-cirinya pada dasarnya bisa dianggap sama, yaitu sebagai berikut: (1) struktur organisasi yang sangat sederhana; (2) tanpa staf yang berlebihan; (3) pembagian

kerja yang “kendur” (4) memiliki hirarki manajemen yang pendek; (5) aktivitas sedikit formal, dan sedikit menggunakan proses perencanaan; (6) kurang membedakan aset pribadi dari aset perusahaan.

Widyani (2013) dalam penelitiannya menyatakan manfaat yang dapat diperoleh bagi UMKM dan usaha besar yang melakukan kemitraan, diantaranya: (1) meningkatkan produktivitas dan kreativitas; (2) efisiensi; (3) jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas; (4) menurunkan resiko kerugian; (5) memberikan

(24)

Kemandirian Masyarakat

Agusta et al. (2014) menyatakan bahwa pengembangan kemandirian merupakan bentuk perubahan sosial diri manusia dari situasi tergantung terhadap bantuan menjadi lebih mandiri atas dasar inisiatif dan kreativitas masyarakat setempat. Menurut Bell dan Morse yang dikutip Agusta et al (2014) dalam perspektif pembangunan berkelanjutan (sustainable development), ketercapaian partisipasi masyarakat menghasilkan kondisi kemandirian masyarakat dengan karakteristik yaitu: (a) memiliki kapasitas diri (personal self capacity) yaitu sikap tidak tergantung, mampu memenuhi kebutuhan sesuai dengan potensinya, menyelesaikan masalah yang dihadapi, secara ekonomi mampu menghasilkan (produksi dan pendapatan) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan dapat melakukan kontrol dalam masyarakat; (b) memiliki tanggung jawab kolektif (collective responsibility), yaitu adanya pengembangan kerjasama dan kemitraan antar warga masyarakat dalam mengatasi permasalahan dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dan pengembangan jaringan sosial untuk mengakses berbagai peluang; (c) memiliki kemampuan berfikir dan bertindak secara berkelanjutan (sustainable), yaitu menjaga kualitas lingkungan sistemik dan memelihara pelayanan dan sumber daya secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Papilaya (1996) dalam tesisnya berjudul “Tingkat Kemandirian Peserta dan Non peserta Pelayanan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat” menunjukkan bahwa masalah kemandirian mendapat perhatian yang lebih besar yaitu ketegasan kemajuan yang ingin dicapai untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Bangsa yang ingin dibangun bukan hanya bangsa yang maju, tetapi juga bangsa yang mandiri, tidak hanya berdiri tetapi juga harus maju. Berdasarkan tesis Priana (2004) kemandirian dalam konteks usaha tani dapat diukur berdasarkan tiga aspek yaitu tingkat kemandirian dalam permodalan, kemandirian dalam proses produksi, dan kemandirian dalam pemasaran hasil.

Berdasarkan kajian literatur tersebut, penelitian ini mengukur kemandirian penerima program dengan merujuk pada Nasdian (2014) yang menjelaskan bahwa dengan kemampuan warga komunitas berpartisipasi diharapkan komunitas dapat mencapai kemandirian, yang dapat dikategorikan sebagai: (1) kemandirian material; (2) kemandirian intelektual; dan (3) kemandirian manajemen. Kemampuan material tidak sama dengan konsep sanggup mencukupi kebutuhan sendiri. Kemampuan material adalah kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan materi dasar serta cadangan dan mekanisme untuk dapat bertahan pada waktu krisis. Kemandirian intelektual merupakan pembentukan dasar pengetahuan otonom oleh komunitas yang memungkinkan mereka menanggulangi bentuk-bentuk dominasi yang lebih halus yang muncul di luar kontrol terhadap pengetahuan itu. Kemandirian manajemen adalah kemampuan otonom untuk membina diri dan menjalani serta mengelola kegiatan kolektif agar ada perubahan dalam situasi kehidupan mereka.

(25)

Kerangka Pemikiran

Menurut Ariefianto (2015) ciri utama pendampingan Perseroan pada kekuatan ekonomi lokal dititik beratkan pada “endogenous development” yakni menggunakan potensi sumber daya manusia, institusional dan fisik setempat untuk mencapai kemandirian. Peran pendamping dalam penelitian ini merujuk pada Ife dan Tesoriero (2008) yang mencakup peran fasilitatif, peran mendidik, dan peran perwakilan. Peran fasilitatif meliputi beberapa peran khusus yaitu peran pendamping dalam memberikan animasi sosial (semangat sosial), mediasi dan negosisasi, memberi dukungan, membentuk konsensus, fasilitasi kelompok, pemanfaatan sumberdaya dan keterampilan, serta mengorganisasi. Peran mendidik meliputi peran pendamping dalam membangkitkan kesadaran masyarakat, menyampaikan informasi, dan pelatihan. Peran perwakilan meliputi peran pendamping dalam mencari sumberdaya, advokasi, memanfaatkan media, hubungan masyarakat, mengembangkan jaringan, serta membagi pengetahuan dan pengalaman.

Berdasarkan landasan konseptual dan kajian empiris Papilaya (1996) dapat dirumuskan beberapa variabel terpilih baik yang terkait dengan karakteristik personal maupun karakteristik sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat kemandirian peserta dan non peserta program pemberdayaan ekonomi rakyat, sebagai berikut: umur, tingkat pendidikan formal, besar keluarga, motif berusaha, pengalaman berusaha, keterikatan pada adat, interaksi dengan pemimpin lokal, dukungan pembinaan usaha, serta dukungan sarana dan prasarana usaha. Akan tetapi, karakteristik sosial ekonomi penerima program UMKM dalam penelitian ini hanya dilihat melalui tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, motif berwirausaha, dan pengalaman berwirausaha.

(26)

Keterangan:

: Berhubungan

: Operasional dalam usaha

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan karakteristik sosial ekonomi dan peran pendamping program CSR dengan kemandirian penerima program

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian yang muncul adalah:

1. Terdapat hubungan antara tingkat karakteristik sosial ekonomi penerima program (tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, motif berwirausaha dan pengalaman berwirausaha) dengan tingkat kemandirian (intelektual, material, dan manajemen)

2. Terdapat hubungan antara tingkat peran pendamping (Peran fasilitatif, Peran mendidik, dan Peran perwakilan) dengan tingkat kemandirian (intelektual, material, dan manajemen)

Tingkat Kemandirian Penerima Program (Y.1) Y1.1: Kemandirian

intelektual

Y1.2: Kemandirian material Y1.3: Kemandirian

manajemen Tingkat Peran Pendamping (X.2)

X2.1: Peran fasilitatif X2.2: Peran mendidik X2.3: Peran perwakilan

Karakteristik Sosial Ekonomi Penerima Program (X.1)

X1.1: Tingkat pendidikan X1.2: Tingkat pendapatan

X1.3: Jumlah tanggungan keluarga X1.4: Motif berwirausaha

X1.5: Pengalaman berwirausaha

(27)

Definisi Operasional

Karakteristik sosial ekonomi adalah ciri yang melekat pada individu berupa tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, motif berwirausaha, dan pengalaman berwirausaha.

(28)

Tingkat Peran Pendamping

Konsep peran pendamping mengacu pada konsep Ife dan Tesoriero (2008) yang mencakup Peran fasilitatif, Peran mendidik, dan Peran perwakilan.

a. Rendah: jika total skor 19 – 28 b. Tinggi: jika total skor 29 – 38

Tabel 2 Definisi operasional tingkat peran pendamping Variabel Definisi Operasional Cara

(29)
(30)

usaha

Tingkat Kemandirian adalah tingkat kemampuan responden memanfaatkan potensi yang ada dalam diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tingkat kemandirian merujuk pada Nasdian (2014) dilihat tiga kategori: Kemandirian intelektual, kemandirian material, dan keterampilan manajemen.

a. Rendah: jika total skor 18-27 b. Tinggi: jika total skor 28-36

(31)

untuk membentuk

(32)
(33)

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian explanatory (penjelasan) yang dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dan didukung dengan data kualitatif. Menurut Singarimbun (2011) penelitian explanatory merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel atau lebih melalui pengujian hipotesis. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode sensus menggunakan instrumen kuesioner kepada seluruh populasi penelitian. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai hubungan karakteristik sosial ekonomi dan peran pendamping UMKM CSR Pascatambang Cikotok terhadap kemandirian penerima program, dan pengaruh karakteristik penerima program UMKM CSR Pascatambang Cikotok terhadap tingkat kemandirian penerima program.

Selain itu pada penelitian ini juga menggunakan data kualitatif untuk mendukung informasi yang bersifat kuantitatif. Data tersebut diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam kepada informan tertentu dengan menggunakan beberapa pertanyaan sebagai panduan. Data tersebut digunakan untuk menginterpretasikan terhadap data yang dihasilkan dari pendekatan kuantitatif mengenai hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan tingkat kemandirian, dan hubungan peran pendamping program dengan tingkat kemandirian penerima.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di tiga desa terpilih, yakni: Desa Cikotok, Desa Cibeber, dan Desa Ciherang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena wilayah ini termasuk ke dalam wilayah operasi PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok dan penerima program UMKM tersebar di desa-desa tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Cibeber merupakan salah satu wilayah yang terkena dampak dari kegiatan produksi PT Aneka Tambang Tbk baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengambilan data di lapang dilaksanakan dalam waktu satu bulan yaitu bulan Maret sampai April 2016. Adapun jadwal penyusunan skripsi dapat dilihat pada lampiran 2.

Teknik Penentuan Responden dan Informan

Penelitian ini menggunakan sumber data dari responden dan informan melalui metode sensus dan wawancara mendalam. Responden merupakan pihak yang memberikan keterangan diri dan kegiatan yang dilaksanakannya, sedangkan informan merupakan pihak yang memberikan keterangan tentang pihak lain dan lingkungannya. Unit analisis penelitian ini adalah rumah tangga yang anggota keluarganya mengikuti program pendampingan UMKM PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok.

(34)

Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok, jumlah penerima program UMKM di Kecamatan Cibeber adalah sebanyak 24 orang. Maka dari itu, keseluruhan anggota dari populasi tersebut dijadikan responden dalam penelitian ini.

Sementara itu, pemilihan terhadap informan dilakukan secara sengaja (purposive) dan jumlahnya tidak ditentukan. Penetapan informan ini dilakukan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball) yang memungkinkan perolehan data dari satu informan ke informan lainnya. Pencarian informasi ini berhenti apabila tambahan informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru atau sudah berada pada titik jenuh. Informan dalam penelitian ini adalah pihak perusahaan PT Aneka Tambang Tbk Unit Cikotok dan pihak pendamping program CSR.

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dapat dilihat pada:

Tabel 4 Metode pengumpulan dan jenis data

No Metode pengumpulan data Data yang dikumpulkan

1 Kuesioner 1. Karakteristik penerima program UMKM CSR Pascatambang Cikotok 2. Tingkat peran pendamping

3. Tingkat kemandirian penerima program 2 Wawancara mendalam 1. Kegiatan yang dilakukan oleh pelaku UMKM dari proses produksi sampai dengan pemasaran

2. Perubahan yang terjadi pada penerima program setelah adanya pendampingan program

3. Permasalahan yang dihadapi pendamping dalam mendampingi program

4. Permasalahan yang dihadapi penerima program dalam mengikuti program pendampingan

5. Peran perusahaan dalam pemberdayaan untuk menciptakan kemandirian masyarakat

3 Studi dokumen 1. Kecamatan Cibeber dalam angka 2015 2. Data monografi Desa Cikotok, Desa

Cibeber, dan Desa Ciherang

3. Profil perusahaan PT Aneka Tambang Tbk

(35)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh hasil pengukuran metode kuantitatif yaitu pengisian kuisioner oleh responden terpilih. Data kualitatif dari responden maupun informan diperoleh melalui wawancara mendalam. Data sekunder diperoleh melalui studi dokumen, data-data, informasi tertulis, maupun literatur-literatur yang berkaitan dengan topik penelitian. Data sekunder diperoleh dari penelusuran dokumen perusahaan (profil perusahaan, daftar penerima program UMKM), dokumen kecamatan (profil dan peta kecamatan), dan literatur yang mendukung. Teknik pengumpulan data pada metode kuantitatif dilakukan melalui wawancara kepada responden sesuai dengan pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Sebelumnya dilakukan uji coba kuesioner. Dari hasil uji kuesioner tersebut dilihat validitas dan realibilitasnya sebagai acuan untuk perbaikan kuesioner. Sementara itu data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam kepada informan serta penelusuran dokumen.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui kuisioner yang sudah diisi oleh responden yang kemudian disajikan ke dalam tabel frekuensi dan tabulasi silang. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excell 2010 dan statistical for social science (SPSS) 22.0 for Windows.

Pengujian variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman

untuk melihat hubungan yang nyata antar variabel dengan data berbentuk ordinal. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menentukan hubungan antara kedua variabel (variabel independen dan variabel dependen) yang ada pada penelitian ini, yaitu menguji hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penerima program dan tingkat peran pendamping program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk dengan tingkat kemandirian penerima program. Korelasi positif menunjukkan hubungan yang searah antara dua variabel yang diuji, yang berarti semakin besar variabel bebas (variabel independen) maka semakin besar pula variabel terikat (variabel dependen). Sementara itu korelasi negatif menunjukkan hubungan yang tidak searah, yang berarti jika variabel bebas besar maka variabel terikat menjadi kecil.

Kaidah pengambilan keputusan tentang hubungan antar variabel dalam uji korelasi Rank Spearman adalah dengan signifikansi/probabilitas/α digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti. Signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar α (0,05) maka artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dan tingkat kesalahan sebesar 5 persen.

Dasar pengambilan keputusan dirumuskan sebagai berikut:

a. Jika angka signifikansi hasil penelitian < 0,05 maka Ho ditolak. Jadi, hubungan kedua variabel signifikan; dan

(36)
(37)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Geografis

Kecamatan Cibeber merupakan salah satu dari 28 Kecamatan di Kabupaten Lebak yang memiliki luas wilayah 40 096.41 Ha dengan ketinggian 200 sampai 1 000 meter di atas permukaan laut. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten Lebak (Rangkasbitung) 155 km. Kecamatan Cibeber memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cipanas, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bayah, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cilograng. Kecamatan Cibeber terbagi menjadi 22 desa. Penelitian ini dilakukan di tiga desa terpilih, yakni Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok. Ketiga desa tersebut merupakan desa binaan PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok.

Desa Ciherang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut yaitu sebelah utara dan timur berbatasan dengan Desa Warung Banten, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cibeber dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cikotok. Desa Cibeber memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciherang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bayah Timur, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cidikit, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cibeber. Sedangkan Desa Cikotok memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Warung Banten, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pasir Gombong, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cibeber, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Sukamulya.

Tabel 5 Luas wilayah dan persentase alokasi penggunaan lahan Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok

No Penggunaan Lahan (Ha) Persentase

(38)

Kondisi Sosial

Berdasarkan laporan registrasi penduduk kecamatan Cibeber bulan Desember 2015, total jumlah penduduk Kecamatan Cibeber yang terdiri dari 22 Cibeber Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2015

No Jenis Kelamin Sumber: Data Monografi Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok 2015

Berdasarkan tabel 6, di antara ketiga desa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Secara keseluruhan jumlah penduduk terbanyak ada di Desa Cibeber karena didukung dengan luasan wilayah yang juga lebih luas dibandingkan dua desa yang lain. Meskipun luasan wilayah Desa Cibeber lebih luas dan penduduknya lebih banyak namun penerima program pendampingan dan pembinaan UMKM terbanyak ada di Desa Ciherang. Jumlah penduduk tidak menjadi penentu dalam menentukan jumlah penerima program CSR.

Mata pencaharian penduduk di ketiga desa sangat beragam. Penduduk berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah dan Persentase Penduduk Desa Cikotok, Desa Ciherang, Desa Cibeber Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2015

Mata Pencaharian Desa Ciherang Desa Cibeber Desa Cikotok

n % n % n %

Petani 324 32.4 542 47.7 87 9.4

Buruh tani 44 4.4 282 24.8 215 23.3

Buruh migran 79 7.9 0 0.0 3 0.3

Pegawai Negeri Sipil (PNS)

(39)

Berdasarkan tabel 7 mata pencaharian di Desa Ciherang penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta dan petani berturut-turut memiliki persentase tertinggi. Di Desa Cibeber, mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Sedangkan di Desa Cikotok mayoritas penduduk bekerja sebagai wiraswasta.

Selanjutnya adalah perbandingan tingkat pendidikan. Berikut ini terdapat perbandingan tingkatan pendidikan setiap desa yaitu Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8 Jumlah dan persentase tingkat pendidikan warga di Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok

Tingkat Pendidikan Desa Ciherang Desa Cibeber Desa Cikotok

n % n % n %

Sumber: Data Monografi Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok 2015 Secara umum tingkat pendidikan warga Desa Ciherang dan Desa Cikotok berada paling banyak yaitu tamat SD. Sedangkan Desa Cibeber yang paling banyak tamat SMA. Kemudian dibandingkan pendidikan paling rendah yaitu tidak pernah sekolah juga paling banyak di Desa Cibeber. Apabila dilihat secara keseluruhan tingkat pendidikan ketiga desa masih tergolong rendah. Padahal sudah didukung dengan sarana dan prasarana bangunan sekolah. Desa Ciherang memiliki 15 bangunan pendidikan terdiri dari gedung SD berjumlah 4, gedung TK berjumlah 2, gedung tempat bermain anak berjumlah 3, jumlah lembaga pendidikan agama berjumlah 5, dan perpusatakaan desa berjumlah 1. Desa Cibeber memiliki gedung SMA berjumlah 2, gedung SMP berjumlah 1, gedung SD berjumlah 3, dan gedung TK berjumlah 2. Sedangkan Desa Cikotok memiliki gedung SMK berjumlah 2, gedung SMP berjumlah 1, gedung SD berjumlah 4, dan gedung TK berjumlah 2.

Sebagian besar masyarakat di Desa Ciherang, Desa Cikotok, dan Desa Cibeber memeluk agama Islam yaitu 99.96 persen. Penduduk dari ketiga desa, hanya 0.02 persen yang beragama kristen, dan 0.02 persen yang beragama katolik, keduanya berada di Desa Cikotok. Hal ini dibuktikan dengan adanya sarana dan prasarana keagamaan yang ada di Kecamatan Cibeber. Desa Cikotok memiliki mesjid berjumlah 4, mushola berjumlah 5, dan gereja berjumlah 2. Desa Cibeber memiliki mesjid berjumlah 6 dan 3 mushola. Sedangkan Desa Ciherang memiliki 2 mesjid dan 3 mushola.

(40)
(41)

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN PROGRAM CSR Sejarah Perusahaan

PT Antam (Persero) Tbk didirikan pada tanggal 5 Juli 1968 yang merupakan penggabungan dari beberapa perusahaan pertambangan. Kantor pusat Antam berada di ibukota negara, DKI Jakarta, dengan sebaran wilayah kegiatan usaha dan operasi meliputi:

1. Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara (UBPN Sultra) 2. Unit Bisnis Pertambangan Nikel Maluku Utara (UBPN Malut)

3. Unit Bisnis Pertambangan Emas (UPBE) Pongkor, Bogor, Jawa Barat 4. Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulian (UBPP LM), Jakarta 5. Unit Geomin, Jakarta

6. Unit Pascatambang (UPT) Nikel di Pulau Gebe, Maluku Utara 7. Unit Pascatambang (UPT) Emas di Cikotok, Banten

8. Unit Pascatambang (UPT) Bauksit di Pulau Bintan, Kepulauan Riau 9. Unit Pascatambang (UPT) Pasir Besi di Kutoarjo, Jawa Tengah

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI pada tanggal 21 Mei 1975, badan hukum perseroan berubah dari Perusahaan Negara (PN) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Pada tahun 1997 Antam menjadi perusahaan publik dengan tercatatnya 35 persen saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Selanjutnya pada Tahun 1999, Antam mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Australia (Australian Securities Exchange, ASX).

Secara administratif wilayah kegiatan Pertambangan Emas Cikotok, masuk ke dalam Kecamatan Cibeber dan Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Secara geografis terletak pada koordinat 106° 19’ 10” - 106° 26’ 05” Bujur Timur dan 6° 51’ - 6° 54’ 15” Lintang Selatan. Kantor besar PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok bertempat di Cikotok, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Daerah kuasa pertambangaanya terdiri dari dua tempat, yaitu daerah kuasa tambang Cikotok (Banten Selatan I) seluas 2596 Ha, dan daerah kuasa tambang Cirotan (Banten Selatan II) seluas 1978 Ha. Jadi luas seluruhnya berjumlah 4574 Ha. Kegiatan pertambangannya dilakukan di tiga tempat, yaitu tambang Cikotok, Tambang Cirotan (17 km dari Cikotok), dan Pabrik pengolahan bijih pasir gombong (4 km dari Cikotok).

(42)

kerusakan berat selama pendudukan Jepang. Setelah diketahui bahwa merehabilitasi serta membangunnya kembali tambang tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar, maka perusahaan memutuskan untuk menjual tambang tersebut kepada Perusahaan Pembangunan Pertambangan. Pendiri dan pemegang saham utamanya dari Perusahaan Pembangunan Pertambangan (P3) adalah Bank Industri Negara, dan untuk pelaksanaan usaha penambangannya P3 mendirikan Tambang Emas Cikotok, kemudian dimulailah pembukaan tambang dan pabrik yang mulai berproduksi lagi untuk pertama kali pada tahun 1957. Kemudian berdasarkan keputusan Pemerintah, yakni PP No. 19/1960 Perusahaan Negara Tambang Emas Cikotok didirikan di bawah pengawasan Departemen Pertambangan.

Masa penambangan Tambang Emas Cikotok memasuki fase Pascatambang pada 2008, dan PT Aneka Tambang Tbk mengakhiri kegiatan pascatambang pada Januari 2016 sesuai persetujuan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak, Banten melalui surat persetujuan Bupati pada 11 Desember 2015. Akan tetapi PT Aneka Tambang tetap menjalankan berbagai program pascatambang yang meliputi kegiatan reklamasi, revegetasi, dan corporate social responsibility (CSR) sebagai bagian dari pengelolaan lingkungan dan pengembangan masyarakat.

Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok disajikan dalam gambar berikut ini.

(43)

Program CSR

Sejak bulan Juli 2005, pengelolaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) tidak lagi berbentuk tim, melainkan masuk ke dalam struktur organisasi perusahaan dan dibawah koordinasi Satuan Kerja Community Development (Comdev) Group. Pada tanggal 1 Agustus 2007, Comdev Group berubah namanya menjadi Corporate Social Responsibility (CSR) Group berdasarkan Keputusan Direksi No. 152.K0251/DAT/2007. PT Aneka Tambang Tbk sebagai BUMN dan sudah tercatat sebagai perusahaan terbuka terus mengedepankan pengelolaan perusahaan dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Selain itu, PT Aneka Tambang Tbk juga aktif melaksanakan PKBL yang bertujuan untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan yang lebih merata serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Setiap kegiatan PKBL, PT Aneka Tambang Tbk selalu berusaha melibatkan para pemangku kepentingan, terutama masyarakat yang berada di sekitar wilayah operasi PT Aneka Tambang Tbk. Untuk meningkatkan pengelolaan PKBL, di setiap unit bisnis Antam mempunyai Unit PKBL yang terintegrasi dalam struktur organisasi perusahaan secara keseluruhan

Pelaksanaan PKBL PT Aneka Tambang Tbk mengacu pada Peraturan Pemerintah melalui Peraturan Menteri BUMN Nomor PER 05/MBU2007. Jumlah mitra binaan secara kumulatif meningkat setiap tahunnya. Tahun 2011, jumlah mitra binaan mencapai 19.267 mitra binaan. Jumlah ini naik menjadi 32.114 mitra binaan di tahun 2012. Mitra binaan tidak hanya diberi modal usaha saja. Mereka juga diberikan pembinaan. Berbagai pembinaan yang dijalankan untuk memperkuat mitra binaan adalah:

1. Pameran

Mitra binaan diikutsertakan dalam berbagai pameran, baik di dalam dan di luar negeri. Tujuannya agar mitra binaan mempunyai akses yang baik kepada pasar. Pada tahun 2012 pameran yang diikuti antara lain Inacraft 2012, Agrinex, Gelar Karya PKBL, Pameran Kraftangan di Malaysia

2. Penyediaan Kios Bersama

Pada tahun 2012, diinisiasi penyediaan kios bersama bagi Mitra Binaan di beberapa Pusat Perbelanjaan yaitu di Pusat Grosir Cililitan (PGC) dan ITC Depok. Penyediaan kios ini bertujuan untuk membantu menyediakan sarana pemasaran yang permanen selain melalui pameran-pameran.

3. Pelatihan

Pelatihan kepada Mitra Binaan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan Mitra Binaan di bidang manajemen, produksi, pemasaran maupun peningkatan motivasi kewirausahaan. Pelatihan-pelatihan dilakukan di seluruh Unit/unit Bisnis PT Aneka Tambang Tbk yang tersebar.

Sepanjang tahun 2012, PT Aneka Tambang telah menyalurkan dana Program Bina Lingkungan sebesar Rp45.22 miliar, meningkat 61.54 persen jika dibandingkan penyaluran tahun 2011 yang hanya mencapai Rp27.83 miliar. Dana tersebut dioptimalkan untuk disalurkan ke seluruh sektor, meliputi pendidikan dan pelatihan, sarana ibadah, sarana/prasarana umum, pelestarian alam, kesehatan, bantuan korban bencana alam, dan BUMN peduli.

(44)

1. Akses jalan; berbagai jalan yang dibangun oleh Antam seperti akses jalan ke Cimaja Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi, jalan ke Cirotan, Pasirgombong, dan jalan-jalan Desa serta kampung-kampung yang sudah bisa dirasakan oleh masyarakat Cikotok dan sekitarnya sampai saat ini.

2. Penataan lahan serta bangunan di Cikotok; dengan adanya Tambang Emas maka berdirinya bangunan-bangunan kantor, rumah dinas dan rumah-rumah masyarakat yang berdiri di lahan Antam yang semula hutan belukar.

3. Listrik; awalnya, masyarakat Cikotok belum merasakan listrik seperti sekarang. akan tetapi setelah ada Antam dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Pasirgombong, Cikotok, dan sekitarnya.

4. Air; dengan adanya Antam maka dibangun pompa air Ciburial, blendungan, pompa air Cikotok, dan bak penampungan Pasirlaban. Selain air tersebut digunakan untuk operasional Antam juga dialirkan ke rumah-rumah dinas dan dialirkan ke masyarakat sekitar.

5. Pembangunan stadion, terminal dan pasar terpadu Cikotok dan sejak Januari 2016 telah diserahkan ke Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak

6. Pembangunan gedung serbaguna (pesanggrahan) dan sejak Januari 2016 telah diserahkan ke Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak

7. Pembangunan mesjid nurul iman Cikotok, pembangunan gereja-gereja dan masjid

8. Pembangunan Kantor Desa Cikotok, Kantor Desa Pasirgombong, Kantor Desa Cibeber, dan Kantor Desa Ciherang

9. Pembangunan jembatan, seperti jembatan Pasirgombong, jembatan Cihambali, dan jembatan Cikaret meskipun tidak sepenuhnya dibangun oleh Antam, karena sebagian dilakukan oleh swadaya masyarakat

10. Pembagian sembako gratis untuk masyarakat yang tidak mampu, yang dibagikan pada saat menjelang Idul Fitri

11. Pembagian bibit tanaman bagi masyarakat yang dibagikan melalui Desa, kemudian dari Desa dibagikan kepada msyarakat untuk ditanam di lahan yang masih kosong. Pembagian bibit tanaman ini sangat mendukung program penghijauan dan reboisasi

12. Bantuan beasiswa bagi siswa SMAN 1 Cibeber, SMKN 1 Cibeber, dan SMK Muhammadiyah Cikotok yang diberikan setiap tahun kkepada siswa yang tidak mampu dan berprestasi

13. Pembangunan Rumah Sakit

Selain, program diatas, pada tahun 2012, PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok melaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat wilayah Pascatambang Cikotok Melalui Pengembangan Ekonomi Berbasis Sumber Daya Lokal Nontambang bekerjasama dengan Chemical Engineering Alliance and Innovation Center Universitas Gadjah Mada (ChAIN Center UGM). Kegitan yang dilaksanakan di masyarakat adalah:

a. Pertanian terpadu, perkebunan, dan peternakan, seperti gerakan penanaman

(45)

b. Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), yaitu fasilitasi perizinan, fasilitasi pengadaan alat, fasilitasi pemasaran, fasilitasi kemasan, diversifikasi produk, pelatihan dan pendampingan kelompok usaha;

c. Pengelolaan dan energi, seperti penyediaan dan pengelolaan energi biogas, dan pengolahan limbah sampah rumah tangga dan pasar;

d. Penguatan kelembagaan, pelatihan manajemen koperasi, penyediaan outlet pemasaran, sekolah lapang pertanian, peternakan, koperasi, paguyuban usaha kecil, baik dari sisi motivasi, orientasi, maupun manajemen.

Program Pendampingan dan Pembinaan UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok

Fokus penelitian ini adalah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang didampingi oleh beberapa pendamping dari PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok dan Universitas Gajah Mada (UGM). Ring 1 menjadi fokus dalam program pendampingan dan pembinaan UMKM ini, yaitu terdiri dari tiga desa diantaranya Desa Cikotok, Desa Cibeber, dan Desa Ciherang. Jumlah penerima program yaitu 24 orang.

Kegiatan pada sektor UMKM yang dilakukan diantaranya melakukan koordinasi dengan stakeholders terkait (Camat, UPT Pertanian, dan tokoh masyarakat) dan lokakarya dalam rangka perencanaan, evaluasi, dan pengembangan program bersama masyarakat. Selain itu, fasilitasi peralatan produksi terus dilakukan kepada para pelaku usaha kecil, baik individu maupun kelompok. fasilitasi peralatan produksi kepada pelaku UMKM dijalankan dengan menggunakan skema bergulir agar jangkauan pemanfaatan program semakin luas. Peralatan yang disediakan antara lain: spinner, mesin pemarut, freezer, kuali,

oven, sealer dan golok untuk menunjang produksi usaha lanting, gula semut aren, pangsit, keripik, dan tempe margarin. Untuk hasil produksi gula semut aren dilakukan uji laboratorium kandungan logam dan air.

Pendamping program juga memfasilitasi dalam proses perizinan usaha dan produk usaha berupa PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga). Secara simultan dilakukan pengurusan izin usaha kepada pelaku usaha kecil yang benar-benar siap. Diselenggarakan pelatihan keamanan pangan sebagai syarat perolehan PIRT bagi industri kecil yang belum terakomodasi.

Pendamping Program

Pendamping program adalah seseorang yang ditugaskan oleh PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok untuk mendampingi para pelaku UMKM yang didampingi oleh Tim Ahli dari Universitas Gajah Mada (UGM). Pendamping program yang dimaksud diantaranya:

1. MJC

(46)

kegiatan dari Antam pasti mendapatkan uang. Mau mengikuti kegiatan dari Antam karena yakin akan diberi uang. Pola fikir inilah yang menjadi kendala bagi MJC. Alhasil, ketika ada program atau kegiatan tertentu yang tidak memberikan uang kepada masyarakat, masyarakat tidak mau mengikuti program tersebut. MJC memamparkan bahwa setiap ada program CSR termasuk program pendampingan dan pembinaan UMKM, masyarakat ikut dilibatkan dari mulai perencanaan hingga evaluasi program. Cara membangkitkan motivasi yang dilakukan oleh MJC kepada pelaku UMKM yaitu dengan membuka wawasan pelaku UMKM dengan dunia luar, perlunya berkelompok, bisa memanfaatkan koperasi, diajak mengikuti pameran, selain itu juga pelaku UMKM diikutsertakan dalam studi banding seperti ke Yogyakarta agar mereka memiliki gambaran mengenai usaha yang bisa menginspirasi kegiatan usaha pelaku UMKM. Pelatihan yang diberikan oleh MJC kepada pelaku UMKM diantaranya pelatihan mengenai ketahanan pangan, cara memakai alat, dan pedampingan selama pembuatan produk, mulai dari warna, tekstur, rasa, dan lain-lain. Menurut MJC, indikator keberhasilan pelaku UMKM dari suatu program yang telah didampinginya adalah mereka bisa memproduksi produknya dengan lancar, bisa meningkatkan akses pasarnya dan kualitas kehidupannya meningkat.

2. HY

HY menjadi pendamping program UMKM sejak tahun 2013. Desa yang didampinginya yaitu Desa Cikotok, Desa Cibeber, dan Desa Ciherang. HY menceritakan bahwa awalnya masyarakat yang mengikuti program UMKM cukup banyak, namun seiring berjalannya waktu semakin sedikit, karena masyarakat mengharapkan setiap kali ada pertemuan ada uang. Pelaku UMKM yang bertahan itulah yang diberikan pendampingan dan pembinaan intensif. Pendekatan awal yang dilakukan oleh HY yaitu melalui sosialisasi dengan mengunjungi ke rumah-rumah yang memiliki usaha kecil. Pelatihan yang dilakukan salah satunya adalah menajemen usaha. Pendampingan dilakuan dua kali dalam sebulan.

3. TR

TR menjadi pendamping program sejak Maret 2015. Dibandingkan dengan pendamping yang lain, TR terhitung paling baru, bergabung dengan PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok. Pendekatan yang dilakukan TR kepada pelaku UMKM yaitu pendekatan secara kekeluargaan dengan pendekatan interpersonal. Pemahaman yang diberikan TR kepada pelaku UMKM yaitu meyakinkan pelaku UMKM bahwa dari usaha yang mereka lakukan bisa dijadikan pekerjaan untuk masa depan, dari awalnya hanya sampingan sekarang bisa dijadikan pekerjaan pokok dan tak perlu lagi untuk menjadi penambang ilegal.

Deskripsi Jenis Usaha 1. Pangsit

Gambar

Tabel 25 Hubungan motif berwirausaha dengan tingkat kemandirian
Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan karakteristik sosial ekonomi dan
Tabel 1 Definisi operasional karakteristik penerima program UMKM
Tabel 2 Definisi operasional tingkat peran pendamping
+7

Referensi

Dokumen terkait

produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian smartphone Samsung jenis android pada karyawan telkomsel regional Medan. Kata Kunci : Harga, Brand Image,

Mario has published several articles in Italian and international journals, including the Journal of Banking and Finance, the Journal of Financial Services Research, the Journal

Terserah pak Onno saja deh :) karena pada OS Windows file DLL itu tidak tergantung dimana dia diletakan jadi cukup taruh di sembarang tempat yang diinginkan. Lalu register file

Gaya pendorong terjadinya proses difusi adalah gradien konsentrasi yaitu jumlah atom/molekul yang terdapat disekitar komponen dibandingkan dengan jumlah atom/molekul yang

[r]

Clearly, natural kaolin has shown better properties as a catalyst for the production of bio-oil from municipal solid waste compared with natural zeolite although natural

Hasil pengabdian masyarakat adalah tersedianya sistem informasi Posyandu yang dapat meningkatkan pengelolaan data administrasi Posyandu balita secara sistematis,

Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized. Items N