Try Nugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA NGARUAT ANAK TUNGGAL
DI LEBAK MEKAR KABUPATEN CIREBON
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Gelar Sarjana
Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni Musik
Oleh
TRY NUGRAHA 0805428
JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
Try Nugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA NGARUAT ANAK TUNGGAL DI LEBAK MEKAR KABUPATEN CIREBON
2013 Contoh Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1
Pertunjukan Kesenian
Pantun Rajah
Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal
Dalam Acara
Ngaruat
Anak Tunggal
DI Lebak Mekar Kabupaten Cirebon
Oleh Try Nugraha
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa Dan Seni
© Try Nugraha 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Try Nugraha, 2013
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
LEMBAR PENGESAHAN
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA NGARUAT ANAK TUNGGAL
DI LEBAK MEKAR KABUPATEN CIREBON
Try Nugraha 0805428
Disahkan dan disetujui oleh pembimbing:
Pembimbing I
Nanang Supriatna, S.Sen, M.Pd NIP. 196106011986011001
Pembimbing II
Suwardi Kusmawardi, M.Sn NIP. 195604011991011001
Mengetahui
Try Nugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA NGARUAT ANAK TUNGGAL DI LEBAK MEKAR KABUPATEN CIREBON
ABSTRAK
TRY NUGRAHA (0805428), “PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA
NGARUAT ANAK TUNGGAL DI LEBAK MEKAR KABUPATEN CIREBON”
diambil sebagai judul yang berisi mengenai struktur pertunjukan dan instrument musik yang terdapat dalam kesenian Pantun Rajah Ngaruat anak tunggal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara jelas mengenai kesenian Pantun Rajah Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal.
Pendekatan dan metode penelitian yang diambil adalah pendekatan kualitatidf dan metode deskriptif analitis yang bermaksud agar dalam pengumpulan data mengenai kesenian Pantun Rajah dapat diperoleh secara menyeluruh dan valid serta dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.
Kesenian Pantun Rajah yang dibawakan oleh Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal sudah berdiri sejak tahun 1993 sampai dengan sekarang dan dipimpin oleh Rastani. Dalam pertunjukannya Grup ini menampilkan struktur pertunjukan yang sarat dengan keagamaan dan hiburan serta alunan music yang mengiri. Pada awal pertunjukan dibuka dengan memanjatkan doa dan dilanjutkan dengan lantunan kidung yang diiringi dengan alat music kecapi dan kecrek setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan cerita Sunda dimana pada sela-sela pembacaan dongeng terdapat suara alok yang menimpa dongeng tersebut. Pertunjukan ini di akhiri oleh Pantun Sunda yang menghibur dan ditutup dengan doa serta dilanjutkan dengan prosesi ritual anak tunggal. Ritual anak tunggal dilakukan oleh dalang dan anak tunggal yang diruat dengan cara anak yang diruat dimandikan dan dibacakan doa lalu melemparkan umbi-umbian pada empat arah mata angin. Dengan tujuan untuk menjauhkan bala yang mendekat.
Berdasarkan penelitian yang diteliti, peneliti menyimpulkan bahwa kesenian Pantun Rajah ini adalah kesenian daerah yang sangat kental dengan unsur agama serta kesenian alat music tradisional. Karena sepanjang pertunjukan tidak lepas dari pemanjatan doa serta alunan music kecapi yang mengiri. Kesenian ini bertujuan untuk memberikan keselamatan pada orang yang diruat beserta keluarganya dan memberikan hiburan bagi para penikmat kesenian.
TRY NUGRAHA (0805428) , " Rajah rhymes PERFORMANCE ART HERITAGE GROUP GENTRA PANCA SINGLE SINGLE CHILD IN THE EVENT NGARUAT DISTRICT IN LEBAK MEKAR CIREBON " taken as a title that contains the structure of musical instrument performances and art contained in Pantun Rajah Ngaruat child. This study aims to gain a clear picture of the art Pantun Rajah Group of Five Singles Gentra Heritage.
Try Nugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA Poem Art Rajah presented by the Group of Five Singles Gentra Heritage had stood since 1993 until now and is led by Rastani . In this group show featuring the structure of the show is loaded with religious and entertainment as well as the strains of music that is envy . At the beginning of the show opened with a prayer and continued with chanting hymns accompanied by harp music instrument and manacle then continued with the reading of the story of Sunda where the sidelines are storytelling voice that struck alok these tales . This show ends by Pantun Sundanese entertaining and closed with prayer and ritual procession followed by a single child . Child ritual performed by a single puppeteer and children in a way that diruat diruat children bathed and recited a prayer and threw tubers in four cardinal directions . With the aim to keep the approaching reinforcements.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... KATA PENGANTAR dan UCAPAN TERIMAKASIH . ... DAFTAR ISI ... ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN ... ...
A. Latar Belakang Masalah ... ...
B. Rumusan Masalah ... ……….
C. Tujuan Penelitian ………...
D. Manfaat Penelitian ………
E. Asumsi ...
F. Metode Penelitian ... ...
G. Lokasi dan Subjek Penelitian ...
BAB II LANDASAN TEORETIS... A. Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Seni ...
1. Pengertian Seni ...
2. Tujuan dan Fungsi Seni ...
B. Kesenian Tradisional, Tradisi, dan Daerah Budaya ...
1. Kesenian Tradisional...
2. Tradisi...
3. Daerah Budaya (Culture Area)... C. Pengertian, Wujud dan Sifat Kebudayaan ...
TryNugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA 1. Pengertian Kebudayaan...
2. Wujud Kebudayaan...
3. Unsur Kebudayaan...
4. Sifat Kebudayaan...
D. Pengertian dan Bentuk Struktur Seni Pertunjukan...
1. Pengertian Seni Pertunjukan...
2. Bentuk Pertunjukan...
3. Struktur Seni Pertunjukan...
E. Teori Upacara Sesaji...
F. Pengertian Sejarah dan Fungsi Kesenian Pantun Rajah... 1. Pengertian Kesenian Pantun Rajah... 2. Sejarah Kesenian Pantun Rajah... 3. Fungsi Pantun Rajah... BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... ... A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... ...
1. Pendekatan Penelitian...
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...
4. Penguji Keabsahan Data...
E. Tahap-tahap Penelitian ...
1. Tahan Pra Penelitian ...
2. Tahan Pelaksanaan...
3. Tahap Analisis Data ...
F. Definisi Operasional ... ...
1. Pertunjukan Seni ...
2. Kesenian...
3. Pantun Rajah...
4. Ngaruat Anak Tunggal...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... A. Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal...
1. Profil Kesenian Gentra Pusaka Panca Tunggal ...
2. Struktur Gentra Pusaka Panca Tunggal...
a. Rastani...
b. Suka...
c. Kusma...
d. Pemain Biola...
B. Hasil Penelitian...
1. Struktur Penyelenggaraan Pertunjukan Kesenian Pantun
Rajah...
2. Fungsi dan Hubungan Kesenian Pantun Rajah dalam acara
Ngaruat Anak Tunggal terhadap Masyarakat... a. Sebagai Hiburan………...
b. Sebagai Acara Pemerintahan...
c. Sebagi Acara Peresmian Gedung Baru...
d. Pelengkap Acara Kerohanian ...
e. Sebagai Saran Pendidikan ...
TryNugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA f. Sebagai Wadah Mengekpresikan Kesenian Tradisional..
g. Sebagai Wadah Kreativitas ...
h. Persepsi Masyarakat mengenai Pantun Rajah... C. Pembahasan ...
1. Struktur Penyajian Pertunjukan Pantun Rajah Ngaruat Anak Tunggal ...
2. Fungsi dan Hubungan Kesenian Pantun Rajah dalam acara
Ngaruat Anak Tunggal Dengan Masyarakat………..
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... ... A. Kesimpulan ... ...
B. Saran ... ...
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
67
67
68
70
70
72
75
75
DAFTAR TABEL
A. Tabel 4.1 ………...
B. Tabel 4.2 ……….
40
TryNugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA DAFTAR GAMBAR
A. Gambar 4.1 ………...
B. Gambar 4.2 ………...
C. Gambar 4.3 ………...
D. Gambar 4.4 ………...
E. Gambar 4.5 ………...
F. Gambar 4.6 ………...
G. Gambar 4.7 ………...
H. Gambar 4.8 ………...
I. Gambar 4.9 ………...
J. Gambar 4.10 ……….
K. Gambar 4.11 ……….
L. Gambar 4.12………..
42
43
44
45
49
49
50
51
52
53
56
DAFTAR LAMPIRAN
A. Surat Keputusan Skripsi B. Tabel Instrumen Penelitian C. Jadwal Penelitian
D. Partitur 1 E. Partitur 2 F. Partitur 3
G. Gambar Piagam Penghargaan H. Gambar Wawancara 1
I. Gambar Wawancara 2 J. Gambar Wawancara 3
K. Gambar Pertunjukan Kesenian Pantun Rajah L. Gambar Pelakon Pertunjukan Pantun Rajah M. Gambar Penonton Pertunjukan Pantun Rajah N. Lirik Kidung (Rajah) Pamunah
O. Lirik Kidung Rahayu
P. Cerita Sunda “Lutung Leutik”
Q. Cerita Sunda “Ratu Pakuan”
R. Instrumen Penelitian untuk Anggota Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal
S. Instrumen Penelitian untuk Masyarakat Setempat
1
Try Nugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jawa Barat adalah salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan kesenian
tradisional, kesenian yang ada di Jawa Barat mempunyai bentuk serta ciri-ciri
tersendiri. Dari beragam kesenian yang ada di Jawa Barat pada umumnya tumbuh
dan berkembang sejalan dengan perkembangan lingkungan sosial dan budaya
masyarakat sekitarnya.
Kesenian tradisional lahir dalam sekelompok masyarakat yang proses
perkembangannya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi
berikutnya, sehingga kesenian tersebut akan hidup dan berkembang selama masih
ada generasi yang mengelola, mendukung, dan melestarikannya. Seperti yang
diungkapkan oleh Yoety dalam Suryawijaya (2003:2) bahwa “Kesenian tradisional rakyat adalah kesenian yang sejak lama turun temurun telah hidup dan
berkembang pada suatu daerah tertentu”.
Di Jawa Barat, salah satu daerah yang memiliki kesenian tradisional adalah
Kota Cirebon, tepatnya di Kecamatan Greged terdapat kesenian tradisional yang
merupakan peninggalan sekaligus kekayaan yang diwariskan oleh para leluhurnya
secara turun termurun, salah satu kesenian tradisional tersebut adalah kesenian
Pantun Rajah.
Kesenian Pantun Rajah bersifat turun temurun dari generasi ke generasi yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sosial masyarakat. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya keterkaitan dan interaksi antara kesenian Pantun Rajah
dengan dinamika hidup masyarakat Cirebon pada umumnya. Dalam
pelaksanaannya kesenian Pantun Rajah sangat kental dengan nuansa Islami dimana dalam pertunjukannya kesenian Pantun Rajah selalu melakukan ritual, memanjatkan doa pada Tuhan Yang Maha Esa dan para leluhur.
Kesenian ini dalam setiap penyajiannya terdapat beberapa acara
2
Dalam acara Ngaruat Anak Tunggal dilaksanakan pada saat acara mendoakan seorang anak yang lahir dari sebuah keluarga tanpa memiliki adik atau kakak. Hal
tersebut bertujuan agar anak tunggal dari keluarga tersebut tidak memiliki sifat
yang jelek dan berdampak negatif terhadap diri sendiri dan kedua orang tuanya.
Kondisi kesenian Pantun Rajah menurut hasil penelitian awal dalam eksistensinya sudah mencapai 500 pertunjukan dari tahun 1993 sampai
dengan sekarang. Dalam pertunjukannya menampilkan beberapa kesenian berupa
Kidung, Sayembara Dongeng, dan salah satunya adalah Pantun Rajah.
Dalam era globalisasi posisi kesenian ini tergeser dengan kebudayaan luar
yang mulai masuk ke daerah Cirebon. Masuknya kebudayaan luar membuat
peminat dari kalangan remaja menurun secara drastis, hal ini terlihat dari
kurangnya minat remaja untuk mengenal kesenian Pantun Rajah secara mendalam dari segi musik, cerita, dan pantun Sunda. Pantun Rajah adalah kesenian yang menggunakan alat music kecapi kawih, dalam pertunjukannya dan
sampai saat ini masih belum ada generasi penerus dari kalangan remaja yang
menguasai alat musik kecapi di daerah Cirebon khususnya di daerah Lebak
Mekar. Begitupun halnya dalam cerita dan pantun Sunda.
Tidak adanya generasi penerus dari kalangan remaja membuat
kehawatiran tersendiri pada kaum orang tua yang sudah mengenal kesenian ini
sejak dahulu. Kehawatiran ini di titik beratkan pada hilangnya kesenian Khas
Cirebon yang sudah menjadi hiburan rakyat apabila para pemain pertunjukan
Pantun Rajah sudah mulai memasuki usia lanjut. Oleh sebab itu Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal mulai mengenalkan kesenian ini secara mendalam pada
keuarga sedarah agar masih ada penerus yang dapat meneruskan kesenian ini.
Gentra Pusaka Panca Tunggal adalah sebuah grup kesenian Cirebon
tepatnya di desa Lebak Mekar Kecamatan Greged yang dipimpin oleh Rastani
yang masih mempertahankan kesenian Pantun Rajah. Grup kesenian ini masih aktif menerima panggilan untuk menampilkan kesenian Pantun Rajah dalam acara hajatan. Meskipun mengalami banyak kendala dalam pengenalan kesenian
3
Try Nugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA moyang.
Setelah melakukan studi pendahuluan melalui observasi pada grup
kesenian Pantun Rajah Gentra Pusaka Panca Tunggal ini bahwa kesenian Pantun Rajah memang sulit berkembang, namun tidak dianggap hilang secara seutuhnya dalam kesenian tradisional Cirebon. Kurangnya minat masyarakat terhadap
kesenian tersebut dikarenakan banyak masyarakat umum yang masih kurang
mengetahui mengenai kesenian Pantun Rajah.
Berdasarkan permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
umum banyak yang tidak mengenal kesenian Pantun Rajah. Dengan demikian mereka merasa tidak tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang kesenian
tersebut. Namun bagi sekelompok orang yang mencintai kesenian ini tetap
berusaha mempertahankan agar tidak punah ataupun diambil oleh Negara lain.
Berpijak dari permasalahan tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA
NGARUAT ANAK TUNGGAL DI LEBAK MEKAR KABUPATEN CIREBON. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti
mengidentifikasi masalah umum yang akan diungkapkan adalah kesenian Pantun Rajah dalam Acara Ngaruat Anak Tunggal.
Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian, maka peneliti
membatasi masalah yang akan diteliti menjadi sebuah rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana struktur pertunjukan kesenian Pantun Rajah Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal dalam acara Ngaruat Anak Tunggal di Lebak Mekar Kabupaten Cirebon?
4
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menggambarkan secara mendalam mengenai proses dan inti kesenian Pantun Rajah dalam Acara Ngaruat Anak Tunggal di Lebak Mekar Kabupaten Cirebon. 2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui struktur pertunjukan kesenian Pantun Rajah grup Gentra Pusaka Panca Tunggal dalam Acara Ngaruat Anak Tunggal di Lebak Mekar Kabupaten Cirebon.
b. Mengetahui fungsi kesenian Pantun Rajah grup Gentra Pusaka Panca Tunggal dalam acara Ngaruat Anak Tunggal terhadap masyarakat di Lebak Mekar Kabupaten Cirebon.
D. Manfaat Penelitian
penelitian yang dilakukan ini hasilnya diharapkan dapat memberikan
manfaat khususnya bagi:
1. Peneliti
a. Peneliti sendiri, dapat mengetahui informasi dan gambaran tentang
kesenian Pantun Rajah serta sebagai salah satu upaya untuk menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan langsung dalam mengkaji, selain
itu dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan pendidikan seni, terutama kesenian tradisional.
b. Peneliti berikutnya, dapat dijadikan bahan acuan atau sebagai referensi
pembelajaran mengenai kesenian tradisional suatu daerah dan
memperkaya tulisan yang terkait dengan kesenian Pantun Rajah. 2. Lembaga Akademik
a. Jurusan Pendidikan Seni Musik FPBS UPI, penelitian ini diharapkan dapat
menambah wacana seni dari salah satu kajian skripsi ilmu pengetahuan
dan pengalaman tentang adanya kesenian Pantun Rajah. Selain itu juga dijadikan sebagai wahana guna memperkaya ilmu pengetahuan tentang
seni tradisional bagi para akademik Jurusan Pendidikan Seni Musik FPBS
5
Try Nugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA b. Sekolah, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran
musik nusantara sebagai salah satu kesenian tradisional yang berasal dari
kota Cirebon.
3. Masyarakat
a. penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan untuk mengembangkan
dan melestarikan kesenian Pantun Rajah.
b. Penikmat Kesenian Pantun Rajah dapat menambah wawasan dan informasi tentang Kesenian Pantun Rajah serta menumbuhkan rasa kesadaran masyarakat untuk merasa memiliki bahwa Pantun Rajah
sebagai aset nasional yang berharga, sehingga dapat melestarikannya.
E. Asumsi
Kesenian Pantun Rajah grup Gentra Pusaka Panca Tunggal dalam acara
Ngaruat Anak Tunggal di Lebak Mekar Kabupaten Cirebon ini dalam penyajiannya masih menggunakan aturan-aturan yang sudah ada dari sejak dahulu
yang dilakukan secara turun temurun. Pantun yang terdapat dalam Pantun Rajah
berupa kata yang berisikan nasehat-nasehat dan dikemas dalam bentuk seni
pantun yang di iringi alunan musik kecapi kawih. Dalam penyajiannya
menceritakan dongeng yang terkait dengan kondisi si penanggap, selain itu
memberikan pembelajaran tentang kehidupan seorang anak agar anak tunggal dari
keluarga tersebut tidak memiliki sifat yang jelek dan berdampak negatif terhadap
diri sendiri dan kedua orang tuanya.
E. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif sangat tepat untuk digunakan dalam penelitian yang peneliti
lakukan, karena penelitian ini sangat memungkinkan untuk meneliti fokus
permasalahan yang akan peneliti teliti secara mendalam. Sehubungan dengan
6
yang memang harus terjun langsung ke lapangan dan peneliti menjadi instrumen
utama dalam pelaksanaan penelitian.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitis. Metode deskriptif analitis dilakukan untuk meneliti suatu objek, suatu
kondisi yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, secara sistematis
terhadap masalah yang sudah dikaji. Metode ini menggambarkan hal-hal yang
memang menjadi objek suatu penelitian dan berkaitan dengan peristiwa-peristiwa
yang sedang berlangsung.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:
a. Observasi
Dengan melakukan observasi secara langsung, tujuan dari metode
deskriptif analitis dalam penelitian ini diharapkan akan dapat mengungkap
fakta-fakta secara lebih mendalam dan leluasa.
Observasi ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara nyata dan
jelas tentang proses pelaksanaan Pantun Rajah serta kendala dan upaya pemecahan masalah yang dihadapi dalam mempertahankan eksistensi di dunia
seni dan pendidikan.
b. Wawancara
Peneliti menggunakan teknik wawancara karena dianggap lebih luwes
dalam penyampaian pertanyaan yang diajukan. Penyusunan dalam penyampaian
pertanyaan dapat diubah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pada saat
wawancara.
Wawancara yang akan peneliti lakukan akan ditujukan kepada grup
Kesenian Pantun Rajah Gentra Pusaka Panca Tunggal, Penyelenggara Acara
Ngaruat Anak Tunggal, dan masyarakat umum. Wawancara ini berfungsi untuk mengetahui kesenian Pantun Rajah secara jelas dan aktual.
7
Try Nugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA Studi dokumentasi dimaksud untuk memperkuat hasil wawancara dan
observasi yang telah dilaksanakan terkait maksud, tujuan, dan manfaat penelitian.
Dokumentasi yang dapat dikumpulkan berupa foto, peta konsep, gambar, serta
arsip-arsip yang dapat memperkuat penelitian yang penulis lakukan.
I. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi yang peneliti teliti adalah grup Gentra Pusaka Panca Tunggal di
Lebak Mekar Kabupaten Cirebon. Peneliti memilih lokasi ini karena dianggap
memiliki seni dan ciri khas yang berbeda dengan grup kesenian lain dalam
menyampaikan kesenian Pantun Rajah.
Subjek yang peneliti pilih adalah kesenian Pantun Rajah grup Gentra Pusaka Panca Tunggal karena di anggap sebagai informan yang mengetahui
dengan jelas mengenai kesenian Pantun Rajah. Selain itu peneliti menjadikan masyarakat serta penyelenggara acara kesenian Pantun Rajah dijadikan subjek tambahan dikarenakan masyarakat menjadi penonton dan turut menyimak saat
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut
Nasution dalam Prastowo (2010: 14) “dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan
terutama oleh peneliti sendiri secara pribadi dengan memasuki lapangan”. Pernyataan
di atas diperkuat oleh Sugiyono (2009:15) yang mengemukakan bahwa,
Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Selain itu Moleong (2007: 27) berpendapat bahwa,
penelitian kualitatif bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, dan rancangan penelitiannya bersifat sementara serta hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian.
Peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utama yang terjun ke lapangan
serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui pengamatan atau wawancara.
Pendekatan kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan deskriptif
analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh sasaran penelitian yang bersangkutan secara
tertulis atau lisan, dan perilaku nyata.
2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif yang dimaksud adalah suatu bentuk penelitian yang
fenomena-27
Try Nugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA fenomena yang bersifat ilmiah ataupun tanpa rekayasa. Peneliti terlebih dahulu
mengumpulkan data yang diperlukan sebanyak-banyaknya, kemudian peneliti dapat
menggambarkan serta mendeskripsikan data-data secara sistematis dan akurat tentang
kesenian Pantun Rajah grup Gentra Pusaka Panca Tunggal. B. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
1) Wawancara
Wawancara menurut Moleong (2000:150) adalah,
wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Menurut pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan teknik wawancara pertanyaan akan lebih luwes untuk disampaikan.
Pertanyaan yang diberikan pada narasumber dapat disesuaikan dengan kondisi pada
saat itu dan tidak terpatok pada naskah yang harus disampaikan. Wawancara dalam
penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur, dimana pertanyaan yang
dilontarkan dapat disesuaikan dengan kondisi dan secara garis besarnya saja. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2012:197) yang menyatakan bahwa
wawancara tidak terstruktur yaitu,
wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Maka dapat disimpulkan bahwa wawancara tidak terstruktur adalah
wawancara yang tidak terpatok pada pedoman wawancara yang tersusun secara
sistematis. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar atau pokok
28
kepada pimpinan Grup Kesenian Pantun Rajah grup Gentra Pusaka Panca Tunggal, para pemain alat musik, penyelenggara acara, dan masyarakat sebagai penikmat
kesenian tradisional. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui struktur musik dan
pertunjukan Pantun Rajah.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa
narasumber yang bersangkutan dengan kesenian Pantun Rajah. Adapun kegiatan awal wawancara dilakukan pada tanggal 31 Mei 2012 di kediaman Suka di Desa
Lebak Mekar Blok Cantilan Kabupaten Cirebon. Setelah itu peneliti mendatangi
kediaman Kusma di Desa Lebak Mekar Blok Cantilan Kabupaten Cirebon.
Mengingat data-data yang diperlukan itu tidak hanya dari tokoh atau pemain
yang terlibat secara langsung dalam kesenian Pantun Rajah tersebut, maka peneliti merasa perlu mewawancarai salah seorang seniman sekaligus penasihat Pantun Rajah. Oleh karena itu, pada tanggal 19 April 2013, peneliti mendatangi kediaman Karta di Desa Lebak Mekar Kabupaten Cirebon untuk melakukan wawancara
selanjutnya.
Wawancara yang dilakukan terhadap beberapa narasumber tersebut sebagai
bahan perbandingan yang terkait dengan sejarah atau asal mula Pantun Rajah, pengertian Pantun Rajah, dan beberapa pertanyaan lainnya, guna mengungkapkan bagaimana proses dan bentuk pertunjukan Pantun Rajah. Dalam hal ini, peneliti menyusun beberapa pertanyaan wawancara terlebih dahulu sebelum melakukan
wawancara terhadap beberapa narasumber kesenian Pantun Rajah. 2) Observasi
Danial dan Warsiah (2007: 77) mengemukakan bahwa,
29
Try Nugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA Dengan melakukan observasi tujuan dari metode deskriptif tercapai.
Penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan fakta-fakta secara mendasar yang
terdapat dalam kesenian Pantun Rajah. Peneliti merasa lebih leluasa dalam mengumpulkan data yang dilakukan melalui teknik observasi.
Selain itu Sugiono (2012:204) mengemukakan bahwa,
Dalam observasi berperan serta, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak
Menurut pendapat di atas peneliti berperan serta dalam pencarian data. Dalam
penelitian ini peneliti mengamati struktur pertunjukan kesenian Pantun Rajah dari awal hingga akhir. Selain itu peneliti dapat memperoleh data yang akurat. Observasi
ini bertujuan untuk mendapat gambaran mengenai struktur pertunjukan Pantun Rajah
dan Instrumen musik yang dipergunakan dalam pertunjukan. Selain itu dengan
observasi data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.
Observasi awal (survey) dilakukan pada tanggal 15 April 2012 yaitu di
kediaman Rastani sebagai dalang dan pimpinan grup Gentra Pusaka Panca Tunggal,
yang beralamat di Desa Lebak Mekar Kabupaten Cirebon. Dalam observasi awal
peneliti melakukan pengecekan lokasi dan sasaran penelitian, serta melakukan
wawancara guna mendapatkan informasi tentang penyajian kesenian Pantun Rajah
yang akan dipertunjukan.
Observasi atau pengamatan selanjutnya dilakukan pada tanggal 7 Maret 2013
yaitu bertepatan dengan acara Ngaruat Anak Tunggal di Desa Lebak Mekar Kabupaten Cirebon. Pada saat itulah dipertunjukannya kesenian Pantun Rajah grup Gentra Pusaka Panca Tunggal. Peneliti melakukan pengamatan ketika kesenian
Pantun Rajah berlangsung. Namun dalam hal ini, pengamatan yang dilakukan peneliti bersifat observasi non partisipan (pasif), dimana peneliti tidak ikut serta
30
dan pemain yang terlibat dalam penyajian kesenian Pantun Rajah guna memperkaya data yang dibutuhkan dalam bab pembahasan masalah.
3) Dokumentasi
Danial dan Wasriah (2007: 66) mengungkapkan bahwa “Studi dokumentasi adalah pengumpulan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data
informasi sesuai dengan masalah penelitian”. Selain itu, Arikunto (1993:202) menyatakan bahwa “Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti dan sebagainya”.
Dari dua pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan studi dokumentasi dapat memperkuat hasil penelitian yang dilakukan
melalui wawancara terlebih dahulu. Studi dokumentasi dapat dikumpulkan melalui
dokumen-dokumen, foto, video, dan rekaman yang dilakukan pada saat observasi,
wawancara, ataupun pada prapenelitian. Alat perekam suara juga digunakan untuk
melengkapi catatan-catatan wawancara. Dengan alat perekam suara sangat membantu
peneliti dalam melengkapi jawaban yang tidak sempat tertulis, yaitu dengan cara
memutar kembali hasil rekaman yang telah dilakukan.
4) Catatan Lapangan
Menurut Moleong (2010: 153) berpendapat bahwa :
catatan lapangan bisa diubah ke dalam catatan yang lengkap dan dinamakan catatan lapangan setelah peneliti tiba dirumah. Proses itu dilakukan setiap kali selesai mengadakan pengamatan, wawancara, tidak boleh dilalaikan karena akan tercampur dengan informasi lain dan ingatan seseorang itu sifatnya terbatas.
Catatan yang diperoleh oleh peneliti adalah catatan-catatan yang peniliti
selama melakukan penelitian di Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal. Catatan
lapangan adalah catatan yang ditulis dan tidak terstruktur. Catatan lapangan yang
31
Try Nugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA 5) Studi Literatur
Ahmad (2010:85) mengungkapkan bahwa,
Studi literatur/kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti:. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan,buku tahunan, ensikklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.
Studi literatur diperlukan dalam penelitian ini untuk menambah data yang
telah diperoleh. Data-data dapat diperoleh dari skripsi, tesis, kamus, ensiklopedia,
bahkan dari internet. Dengan studi literatur dapat memperoleh teori-teori yang
relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa literatur berupa buku,
kamus, skripsi, artikel dan jurnal mengenai kesenian Pantun Rajah Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal sebagai reverensi dalam penelitian ini. Teknik studi literatur
ini merupakan tahap pengumpulan data dari sumber-sumber tertulis atau sumber
kepustakaan baik berupa buku-buku, majalah, maupun media bacaan lainnya yang
berkaitan dan berguna dalam mencari sumber informasi mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan objek penelitian. Dalam penelitian ini, studi literatur
digunakan hanya untuk mendukung tulisan tentang kesenian Pantun Rajah seperti pengertian, asal usul, alat yang digunakan dan sebagainya.
Adapun buku yang digunakan peneliti dalam penelitian kesenian Pantun Rajah sebagai sumber yaitu sebagai berikut:
a) “Seni pertunjukan” yang disusun oleh Edi Sedyawati
b) “Metode penelitian” yang ditulis oleh Moh. Nazir Ph.D
c) “Pertumbuhan Seni Pertunjukan” yang ditulis oleh Edi Sedyawati
d) “Mengenal Alat Musik Tradisional Jawa Barat” yang ditulis oleh Rahmat H.M
32
e) “Pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia” yang
disusun oleh Departemen Pendidikan Nasional (2011).
f) Rohidi, T. R. 2011. Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima
Nusantara. Dalam buku ini berisi tentang metode penelitian yang berguna untuk
penulisan skripsi khususnya penelitian dibidang seni.
g) Prastowo, Andi. 2010. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: DIVA Press. Buku ini membahas tentang data kualitatif
serta metodologi penelitian praktis dan sangat efektif untuk mahasiswa.
C. Subjek Penelitian
Menurut Arikunto (2009: 152) “Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data untuk variable penelitian yang dipermasalahkan melekat”. Subjek penelitian adalah poin utama dalam sebuah penelitian. Subjek penelitian ditentukan
sebelum dilakukannya sebuah penelitian.
Subjek penelitian kesenian Pantun Rajah adalah pimpinan kesenian dan anggota Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal, penyelenggara kesenian, dan
masyarakat umum yang menikmati kesenian tersebut.
1. Pimpinan Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal sebagai subjek utama yang
mengetahui sejarah awal terbentuknya grup kesenian tradisional Pantun Rajah
dan mengetahui seluk beluk dan perkembangan mengenai kesenian ini dari awal
hingga sekarang.
2. Anggota Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal sebagai pemain alat musik yang
mengetahui instrument apa saja yang akan dimainkan. Dalang dan alok memiliki peran tersendiri dan memiliki arti dan maksud tertentu dalam pertunjukan
kesenian ini. Mengetahui alat musik apa yang digunakan dan lantunan musik
seperti apa yang dipakai dalam pertunjukan kesenian Pantun Rajah.
3. Masyarakat umum adalah penikmat kesenian Pantun Rajah yang dapat memberikan kritik serta saran. Selain itu masyarakat sebagai pengamat kesenian
33
Try Nugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA ataupun perkembangan kesenian Pantun Rajah Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal.
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Gray dan Malins dalam Rohidi (2011: 230) mengemukakan bahwa,
analisis bukan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian. Analisis senantiasa berjalan seiring dengan pengumpulan dan penelusuran data dan dalam satu proses siklus. Analisis berfungsi dan memberi peluang untuk saling-silang bagi setiap tahapan kegiatan untuk menegaskan satu dengan yang lainnya sebagai satu kesatuan proses.
Teknik pengolahan dan analisis data adalah poin utama dalam setiap
penelitian, karena data mentah yang telah diperoleh diolah sehingga mendapatkan
makna dan hasil yang sebenarnya.
Nasution (2003:129) berpendapat bahwa,
Tidak ada suatu cara tertentu yang dapat dijadikan pendirian bagi semua peneliti, salah satu cara yang dapat dianjurkan ialah mengikuti langkah-lagkah berikut yang bersifat umum yaitu reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Selain itu Sugiyono (2009: 335) mengungkapkan analisis data sebagai berikut,
analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Rohidi (2011: 231) yang menyebutkan “Analisis merupakan suatu kegiatan reflektif, bertujuan untuk bergerak dari data ke tahap konseptual. Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Kegiatan reduksi data tidak dapat dipisahkan dari kegiatan analisis. Kegiatan
34
pemilahan, mengatur serta menyederhanakan data melalui seleksi yang ketat, melalui
ringkasan atau uraian yang ringkas, menggolongkannya ke dalam satu pola yang
lebih luas dan sebagainya. Dengan demikian kegiatan ini dapat memudahkan peniliti
dalam memahami data yang dikumpulkan di lapangan. Adapun aspek-aspek
permasalahan yang direduksi dalam penelitian ini yaitu meliputi data-data kesenian
Pantun Rajah grup Gentra Pusaka Panca Tunggal pada acara Ngaruat Anak Tunggal di Desa Lembak Mekar Kabupaten Cirebon yang diperoleh melalui wawancara
melalui nara sumber.
2. Penyajian Data
Langkah kedua setelah melakukan reduksi data yaitu menyajikan data-data
kesenian Pantun Rajah secara sistematis dan jelas, yang berkaitan dengan judul serta rumusan masalah. Dengan adanya penyajian data akan diperoleh pemahaman tentang
apa yang dilakukan lebih lanjut sehingga pada akhirnya menghasilkan suatu
kesimpulan.
3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi Data
Langkah terakhir dalam menganalisi data yaitu pengambilan kesimpulan yang
merupakan intisari dari hasil penelitian untuk memberikan gambaran secara pasti
masalah yang diteliti. Selanjutnya verifikasi data adalah sebuah upaya untuk
mempelajari kembali data-data yang telah dikumpulkan dan kemudian meminta
pertimbangan berbagai pihak yang relevan dalam penelitian ini.
4. Penguji Keabsahan Data
Sugiyono (2009: 366) menyebutkan bahwa,
untuk menetapkan keabasahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan tersebut meliputi uji, credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan
confirmability (objektivitas). a. Credibility (Validitas Internal)
35
Try Nugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, analisis kasus negative, menggunakan bahan referensi, dan member check.
Untuk membuktikan kebenaran hasil penelitian agar dapat
dipertanggungjawabkan yaitu dengan cara:
1) Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan diperlukan untuk menguji keabsahan data yang
telah diperoleh dilapangan pada saat observasi. Data-data yang telah diperoleh dicek
dan di singkronkan apakah data sudah benar atau masih ada yang kurang. Apabila
data yang diperoleh sudah absah maka perpanjangan pengamatan dapat diakhiri,
begitupun sebaliknya apabila data masih tidak singkron maka perpanjangan
pengamatan dapat diperpanjang.
2) Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan adalah melakukan penelitian lebih teliti dan
berkesinambungan, dengan demikian maka dapat memperoleh keabsahan data dan
urutan peristiwa yang dapat direkam secara sistematis.
3) Triangulasi
Sugiyono (2008:372) mengungkapkan bahwa “triangulasi dalam pengajuan
kredibilitas adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu”. Triangulasi adalah pengecekan berbagai sumber yang diperoleh dan triangulasi diperoleh dari informasi yang peneliti dapat dari narasumber.
4) Analisis Kasus Negatif
Sugiyono (2008:374) mengungkapkan “Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu”. Analisis kasus negative bertujuan untuk mencari data apakah ada yang bertentangan atau tidak,
apabila tidak ada data bertentangan dengan data yang diperoleh maka data yang telah
36
5) Menggunakan Bahan Referensi
Bahan referensi adalah pendukung yang membuktikan data yang telah
ditemukan, berupa cacatan pada saat wawancara, foto-foto, dan dokumen lainnya
yang diambil dengan cara tidak mengganggu atau menarik perhatian sumber. Dalam
penelitian ini data-data dikemukakan melalui foto-foto dan dokumen yang otentik.
6) Mengadakan Member Check
Sugiyono (2008:375) berpendapat bahwa “member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check
ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data”. Member check adalah adanya pengecekan data yang telah diperoleh dari narasumber. Apabila narasumber merasa keberata dengan data
yang diperoleh maka perlu diadakannya diskusi dengan narasumber dan harus
menyesuaikan dengan apa yang telah diberikan narasumber.
E. Tahap-Tahap Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti harus melalui beberapa tahapan
penelitian terlebih dahulu, berikut ini adalah tahapan-tahapan yang harus dilakukan:
1. Tahap Pra Penelitian
Sebelum peneliti dapat terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data,
terlebih dahulu peneliti melakukan tahap pra penelitian. Peneliti melakukan berbagai
persiapan sampai akhirnya peneliti memenuhi persyaratan untuk dapat terjun ke
lapangan. Rancangan penelitian mulai disusun dengan mempersiapkan masalah yang
akan diteliti, lokasi penelitian, serta mengurus surat perijinan.
Masalah dipilih lalu menentukan judul serta lokasi penelitian merupakan
kegiatan pertama dalam tahap pra penelitian. Setelah masalah dan judul dinilai telah
mencukupi dan disetujui oleh pembimbing maka peneliti melakukan studi lapangan
untuk mendapat hipotesis awal atau gambaran secara umum mengenai subjek yang
akan diteliti. Setelah diperoleh gambaran umum mengenai kondisi subjek penelitian,
37
Try Nugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA format observasi sebagai alat pengumpul data yang disesuaikan dengan fokus
penelitian.
Sebelum menyusun pedoman wawancara, peneliti menyusun instrumen
penelitian. Instrument berupa garis besar dari tiap rumusan masalah yang akan
diteliti. Setelah menyusun instrument penelitian, peneliti mulai menyusun pedoman
wawancara yang dibuat terdiri dari tujuh bagian yaitu pedoman wawancara untuk
Pimpinan Kesenian Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal, tiga anggota grup kesenian
dan pedoman wawancara Masyarakat umum. Langkah selanjutnya, proposal
penelitian, pedoman wawancara, dan observasi tersebut dikonsultasikan dengan
pembimbing, kemudian setelah disetujui dijadikan sebagai pedoman penulis dalam
mengadakan penelitian dilapangan.
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah melewati tahap persiapan penelitian, dan persiapan-persiapan yang
menunjang telah lengkap, maka peneliti langsung terjun ke lapangan untuk
melaksanakan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti sebagai instrumen
utama dibantu oleh pedoman observasi dan pedoman wawancara antara peneliti
dengan responden. Pedoman wawancara yang penulis persiapkan untuk Pimpinan
Kesenian Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal, tiga anggota grup kesenian dan
pedoman wawancara Masyarakat umum
Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan agar dapat menjawab permasalahan penelitian yang tidak dapat penulis
ketahui. Peneliti menuliskan kembali data-data yang terkumpul kedalam catatan
lapangan, dengan tujuan supaya dapat mengungkapkan data secara detail dan
lengkap.
3. Tahap Analisis Data
Tahap yang terakhir adalah analisis data. Kegiatan analisis data dilakukan
setelah data yang diperlukan terkumpul. Pada tahap ini peneliti berusaha
38
Demikian tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam mengolah dan
menganalisis data serta informasi yang diperoleh dalam penelitian mengenai Program
Ujian Kader dalam Meningkatkan etika politik kader.
F. Definisi Operasional
Didalam penelitian ini terdapat beberapa istilah dan singkatan-singkatan kata,
terutama dalam judul. Untuk menghindari penyalahgunaan istilah, maka peneliti
memberi batasan pengertian sebagai berikut
1. Pertunjukan seni
Pertunjukan seni: mempertunjukan; memperlihatkan; mempertontonkan;
(gambaran, sandiwara, dan tari-tarian), memperlihatkan; mendemonstrasikan
kepandaian dan keterampilan manusia untuk menciptakan hal-hal yang indah dan
bernilai tinggi bagi kehidupan, baik untuk sendiri maupun untuk masyarakat umum.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 1229)
2. Kesenian
Kesenian merupakan suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat
sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatannya ia dapat mengingatnya,
menyarankan, mendidik, dan berpesan kepada masyarakat (Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1992:2)
3. Pantun Rajah
Menurut keterangan Rastani dalam menyebutkan bahwa,
Pantun Rajah adalah kesenian khas Cirebon yang sudah ada turun temurun dari nenek moyang. Pantun yaitu Panuntun dan Rajah yaitu Ritual. Namun karena masyarakat tidak mengenal Pantun Rajah (dalam proses maupun kegunaan) secara baik, maka mereka tidak merasa tertarik untuk belajar maupun menggemari kesenian ini. (wawancara pada tanggal 15/04/2012)
Dilihat dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pantun Rajah
merupakan suatu kebiasaan yang harus dijalankan oleh masyarakat kota Cirebon
39
Try Nugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA 4. Ngaruat Anak Tunggal
Seperti keterangan Rastani bahwa,
ngaruat Anak Tunggal dapat diartikan yaitu Mendoakan seorang anak yang lahir dari sebuah keluarga tanpa memiliki adik atau kakak. Hal tersebut bertujuan agar anak tunggal dari keluarga tersebut tidak memiliki sifat yang jelek dan berdampak negatif terhadap diri sendiri dan kedua orang tuanya. (wawancara, 15/04/2012)
Dari pengertian di atas maka disimpulkan bahwa ngaruat adalah mendoakan seorang anak yang terlahir satu-satunya dalam sebuah keluarga, diharapkan setelah
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah melakukan penelitian mengenai Pantun Rajah Ngaruat Anak Tunggal Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal di Desa Lebak Mekar Kabupaten
Cirebon, maka peneliti memperoleh sebuah kesimpulan dari data yang telah
diolah.
A.Kesimpulan
Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal adalah sebuah Grup Kesenian
Cirebon yang mempertunjukan sebuah kesenian Pantun Rajah dalam Ngaruat,
termasuk Ngaruat Anak Tunggal. Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal adalah grup kesenian yang mempertunjukan sebuah kesenian yang didalamnya terdapat
instrument musik dan dalang. Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal yang sekarang
dipimpin oleh Rastani sudah ada selama enam generasi dan Grup ini mencoba
untuk mempertahankan eksistensi kesenian tradisional agar dapat dikenal secara
global dan tidak punah.
Ada beberapa kategori yang harus diruat diantaranya adalah ruatan bangunan baru, lahan kosong, anak kembar dan salah satunya adalah anak tunggal
laki-laki ataupun perempuan. Acara Ngaruat Anak Tunggal dimaksudkan agar anak tunggal yang diruat menjadi anak yang berbakti pada orangtua dan menjadi anak sholeh/sholehah. Masyarakat Cirebon meyakini bahwa ada beberapa hal
yang perlu mendapatkan ruatan agar dijauhkan dari marabahaya dan tidak tertimpa sial.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat akan terjadi sesuatu hal yang
menimpa anak tunggal apabila anak tersebut tidak diruat. Sesuatu itu berupa sifat anak tunggal yang sering membangkang orangtua, watak anak akan menjadi keras
kepala dan bertindak seenaknya, serta tertimpa suatu penyakit ataupun kesialan
terhadap anak maupun kedua orangtuanya.
76
Try Nugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA dari awal sampai akhir. Pertunjukan dibuka dengan pemanjatan doa-doa dan diteruskan dengan lantunan kidung yang diiringi oleh alunan musik.
Dalam penyampaian pertunjukan didalamnya terdapat penyampaian cerita
yang berkenaan dengan ngaruat anak tunggal yaitu Lutung Leutik. Penyampaian cerita diiringi oleh alunan musik kecapi yang dimainkan oleh dalang dan diselingi
oleh kecrek serta sautan dari alok sehingga menimbulkan sebuah instrument musik yang dinamis dan dilanjutkan dengan penyampaian pantun. Sebagai syarat
pertunjukan harus disediakan beberapa sesajen dengan maksud bersyukur atas
nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Pertunjukan Pantun Rajah ditutup pula oleh kidung dan pemanjatan doa serta dilanjutkan oleh acara ritual. Dalam pelaksanaan ritual anak yang diruat
harus dimandikan oleh dalang dan ditutup dengan pelemparan umbi-umbian pada
empat arah mata angin. Hal tersebut dimaksudkan agar segala marabahaya yang
datang dijauhkan dari keluarga yang diruat. B.Saran
Mengingat keberadaan kesenian Pantun Rajah yang menjadi kesenian tradisional Kota Cirebon semakin kurang peminatnya dari segi para remaja serta
kurangnya pengetahuan mengenai kesenian ini oleh masyarakat luas maka
diharapkan:
1. Kesenian Pantun Rajah dijadikan sebagai kesenian khas Cirebon yang dipelajari oleh para peserta didik dilingkungan persekolahan sebagai
ekstrakulikuler maupun intrakulikuler. Hal tersebut bertujuan agar adanya
regenerasi dari para remaja yang dapat meneruskan kesenian tradisional dan
menarik minat dari para peserta didik untuk mempelajari kesenian ini.
2. Perlunya perhatian dari pemerintah setempat khususnya Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan untuk mendukung kesenian tradisional Pantun Rajah agar dapat terus berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas sehingga dapat menjadi
salah satu objek pariwisata yang dimiliki oleh Kota Cirebon.
3. Grup Gentra Pusaka Panca Tunggal diharapkan memiliki cirri khusus bagi
77
Hal tersebut bertujuan untuk menarik minat para penikmat seni agar lebih
Try Nugraha, 2013
PERTUNJUKAN KESENIAN PANTUN RAJAH GRUP GENTRA PUSAKA PANCA TUNGGAL DALAM ACARA DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku:
Arikunto, Suharsimi. (1998). Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian. Jakarta: Gelar Pustaka Mandiri.
Departemen Pendidikan Nasional. (2011). Pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Depdiknas
Edi Sedyawati (1981).Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan
Jacobus, Ranjabar. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia
Kayam, Umar. (1981). Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan
___________. ( 1990). Memposisikan Musik Tradisional Dalam Kehidupan
Masyarakat. Bandung: Taristo
Ki Kamal. (1987) . Carita Lutung Luetik, Pantun Sunda. Jakarta : Depatemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Dareah
Koentjaraningrat. (1981). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
____________. (1987). Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Kubarsah, Ubun. (1995). Waditra, MengenalAlat-alatKesenian Daerah Jawa Barat. Bandung: CV BringinSakti.
Moleong, J.X. (2000).MetodePenelitianKualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya. Nasution.(2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito
Nurlela, Enur. (2005). Struktur Penyajian Kesenian Gembyung Rumalega Sebagai Syiar Islam di Desa Panjalu. Bandung: UPI
Poerwanto, Hari. (2010). Kebudayaan dan lingkungan dalam perspektif antropologi, cetakan ke lima. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Setiadi, Hakam, dan Effendi. (2007). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung: Kencana Prenada Media Gup
Setyobudi.(2007). Seni Budaya. Jakarta: Erlangga
Supando, Atik. (1970). TeoriDasarKarawitan. Bandung: PelitaMasa
Supardan, Dadang. (2009). Pengantar Ilmu Sosial : Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara
Wijaya, Taufik. (2010). Kekayaan Budaya Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. B. Skripsi, Dokumen, dan Sumber Lainnya
Direktorat Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Kamus Besar Bahasa Indonesia