DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ……….….………..
HALAMAN PERNYATAAN ……….………...
KATA PENGANTAR ………..……..…………
UCAPAN TERIMA KASIH ……….……….
ABSTRAK ……….………..……
DAFTAR ISI ………..……. vi
DAFTAR TABEL ………...………..……….. vii
DAFTAR GAMBAR ………..……… ix
BAB I PENDAHULUAN ……….………. 1
1.1. Latar Belakang ………..……… 1
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………..……….. 3
1.3. Tujuan Penelitian ………..………. 3
1.4. Metode Penelitian ………..……… 4
1.5. Manfaat Penelitian ………..………... 7
1.6. Struktur Organisasi Skripsi ………...…………... 7
2.1. Peranan Politik Partai Kongres dan Liga Muslim 1935-1947… 10
2.2. Pembagian India Menjadi Dua Negara Dominion
(India-Pakistan) ……… 20
2.3. Kondisi India dan Pakistan setelah Pembagian 1947 …………. 25
BAB III METODE PENELITIAN ……….….. 26
3.1. Pengumpulan Sumber (Heuristik) ……….. 29
3.2. Kritik Sumber ………..……….. 32
3.3. Historiografi (Penulisan Sejarah) ………..……. 33
BAB IV DAMPAK PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI KONGRES DAN LIGA MUSLIM TERHADAP PEMBAGIAN INDIA-PAKISTAN (1935-1947 ………. 39 4.1. Gambaran Umum Kondisi Politik India (1935-1937) setelah Keluarnya India Government Act 1935 ………..…... 39 4.1.1. Latar Belakang Munculnya India Government Act 1935 …... 39
4.1.2. India Government Act 1935 (Reformasi Politik India) .. 44
4.2. Upaya-Upaya Partai Kongres dan Liga Muslim dalam Memperkuat Kedudukan Politiknya di India (1935-1945………..……….………..
57
4.2.1. Upaya Partai Kongres dalam Mendominasi Politik India 1937-1939 ……….. 57
4.2.2. Upaya Liga Muslim dalam Memperoleh Dukungan Politik Golongan Muslim India (1940-1945) ……….
67
4.2.3. Perang Dunia II (1939-1945) dan Akhir Dominasi Partai Kongres di Pemerintahan Provinsi ………..……. 72
4.3. Kesepakatan Politik antara Inggris Partai Kongres dan Liga Muslim dalam Pembagian India-Pakistan (1945-1947) ………. 78
4.3.1. Partai Kongres dan Liga Muslim Mewakili Bangsa India dalam Konferensi Simla (1946) ……….. 78
4.3.2. Partai Kongres dan Liga Muslim membentuk Pemerintahan Interim ………... 90
4.3.3. Kemerdekaan dan Pembagian India menjadi Dua Negara Dominion (India-Pakistan) 1947 ……….. 94
4.4. Kondisi Politik India dan Pakistan setelah Pembagian tahun
4.4.2. Kondisi Politik Pakistan setelah Pembagian 1947 ….… 101
4.4.3. Dampak Sosial Pembagian India-Pakistan 1947 ……… 104
4.4.4. Masalah Kashmir antara India-Pakistan ………. 108
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI..…………..………. 110
5.1. Kesimpulan ……….………….……….. 110
5.2. Rekomendasi ………..……… 112
DAFTAR PUSTAKA ………..…. 115
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………...… 118
DAFTAR TABEL:
1. Tabel 4.1. Komposisi Penduduk India Berdasarkan Golongan Agama 1935-1947 ……….
47
2. Tabel 4.2. Hasil Pemilihan Provinsi tahun 1946 ………... 81
3. Tabel 4.3. Pembagian Grup Parlemen Provinsi di Parlemen Pusat... 85
DAFTAR GAMBAR:
1. Gambar 4.1. Peta British Raj 1935-1947 ………. 38
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ketegangan politik terjadi di India menjelang kemerdekaanya dari Inggris
dalam periode 1935-1947, yang ditandai dengan munculnya konflik-konflik
komunal antara dua golongan terbesar dalam masyarakat India yaitu golongan
Hindu dan golongan Muslim. Golongan Hindu merupakan golongan mayoritas
yang jumlahnya sekitar 250 juta jiwa dari total 400 juta penduduk India.
Sedangkan golongan Muslim jumlahnya sekitar 100 juta jiwa, yang merupakan
golongan minoritas terbesar dibandingkan dengan golongan minoritas-minoritas
lain di antaranya golongan Sikh, Budha, Parsi, dan Kristen (Anglo-Hindu) yang
seluruhnya berjumlah sekitar 50 juta jiwa (Gzaznawi, 1966: 53).
Komposisi penduduk di atas mendukung dua partai politik yaitu Partai
Kongres dan Liga Muslim untuk tampil di lini terdepan dalam perjuangan
kemerdekaan India selama periode 1935-1947. Partai Kongres sebagian besar
pendukungnya berasal dari golongan Hindu, sedangkan Liga Muslim didukung
oleh golongan Muslim. Perbedaan di antara kedua partai tersebut, menyebabkan
perjuangan kemerdekaan rakyat India selama periode 1935-1947 terpecah ke
dalam dua kekuatan politik yaitu antara Hindu dan Muslim.
dominasi golongan Hindu di dalamnya membuat tujuan politiknya cenderung
mengutamakan kepentingan-kepentingan golongan mayoritas Hindu dibanding
golongan-golongan lain di India. Sedangkan, Liga Muslim berjuang untuk
membela kepentingan-kepentingan politik golongan Muslim India dari dominasi
politik Hindu dalam Partai Kongres. Walaupun masing-masing partai memiliki
tujuan politik yang berbeda, namun dalam kurun waktu 1935-1947 keduanya
sama-sama berjuang untuk membebaskan India dari belenggu kolonialisme
Inggris.
India memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1947 berdasarkan
India Independence Act 1947, undang-undang tersebut juga dijadikan sebagai
landasan dalam pembagian India menjadi dua negara dominion. Peralihan
kekusaan (transfer of power) berlangsung dengan damai dan menempuh proses
konstitusional, namun menyisakan ironi karena di samping memperoleh
kemerdekaan dari Inggris India harus dibagi menjadi dua negara. Pembagiannya
didasarkan atas dua golongan terbesar dalam masyarakat India yaitu golongan
Hindu (negara India) dan Muslim (negara Pakistan), masing-masing negara untuk
sementara berstatus dominion Inggris sampai keduanya dapat membentuk
konstitusinya sendiri.
Pembagian India menjadi dua negara dominion merupakan hasil kesepakatan
antara Inggris dengan Partai Kongres dan Liga Muslim yang dianggap mewakili
bangsa India. Penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana peranan politik Partai
Kongres dan Liga Muslim dalam pembagian India menjadi dua negara dominion.
Periode kajiannya dibatasi dari tahun 1935-1947, dimulai semenjak Inggris
politik antara Partai Kongres dan Liga Muslim, sampai pada tahun 1947 setelah
Inggris mensahkan kemerdekaan India dan Pakistan.
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan perspektif yang berbeda dari
tulisan-tulisan sebelumnya yang mengkaji perpolitikan India dalam periode
1935-1947. Terdapat tiga perspektif utama dalam kajian sejarah India yaitu di
antaranya perspektif Hindu (India), perspektif Muslim (Pakistan), serta
tulisan-tulisan di luar bangsa India dan Pakistan yang cenderung netral. Penulis akan
membandingkan ketiga perspektif tersebut, dan menarik perspektif sendiri
berdasarkan temuan fakta-fakta yang diperoleh selama proses penelitian
berlangsung.
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Masalah utama yang dibahas dalam skripsi ini adalah “Bagaimana dampak
perkembangan politik Partai Kongres dan Liga Muslim terhadap pembagian
India-Pakistan dalam kurun waktu 1935-1947?” Untuk menjawab permasalahan
tersebut penulis merumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran umum kondisi politik India antara tahun 1935-1937
setelah Inggris mengeluarkan India Government Act 1935?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Partai Kongres dan Liga Muslim
dalam memperkuat kedudukan politiknya dalam masyarakat India?
3. Mengapa Partai Kongres dan Liga Muslim sepakat dengan keputusan
Inggris membagi India menjadi dua negara dominion (India-Pakistan)
4. Bagaimana situasi politik India dan Pakistan pada tahun 1947 setelah
terbagi menjadi dua negara dominion?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan gambaran umum kondisi perpolitikan India antara tahun
1935-1937 setelah Inggris mengeluarkan India Government Act 1935
yang memicu persaingan politik antara Partai Kongres dan Liga Muslim.
2. Mengidentifikasi upaya-upaya Partai Kongres dan Liga Muslim dalam
memperoleh dukungan rakyat dalam memperkuat kedudukan politiknya
di India dalam kurun waktu 1937-1945.
3. Menganalisis kesepakatan antara Inggris, Partai Kongres, dan Liga
Muslim dalam pembagian India menjadi dua negara dominion
berdasarkan golongan agama yaitu India (wilayah-wilayah yang
didominasi golongan Hindu) dan Pakistan (wilayah-wilayah yang
didominasi oleh golongan Muslim) pada tahun 1946-1947.
4. Menganalisis situasi politik India dan Pakistan pada tahun 1947 setelah
terbagi menjadi dua negara dominion.
1.4. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode historis yaitu suatu proses menguji dan
menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschalk,
2008: 39). Metode historis terdiri dari tiga tahap utama yaitu heuristik
(pengumpulan sumber); kritik sumber (ekstern dan intern); dan terakhir adalah
interpretasi (penafsiran), eksplanasi (penjelasan), dan ekspose (penyajian)
(Sjamsuddin, 2007: 17).
Tahap pertama, menentukkan topik dan permasalah yang akan dikaji, penulis
terlebih dahulu membaca berbagai referensi mengenai sejarah politik India pada
masa penjajahan Inggris. Penulis menetapkan permasalahan yang akan diteliti,
setelah itu membatasi periodenya sesuai dengan fokus permasalahnya. Perhatian
penulis tertuju pada peranan politik Partai Kongres dan Liga Muslim dalam
pembagian India menjadi dua dominion oleh Inggris dalam kurun waktu
1935-1947. Setelah masalah ditentukan penulis membaginya ke dalam beberapa butir
pertanyaan penelitian yang menjadi kerangka dasar (the body of knowledge) dari
keseluruhan proses penelitian ini.
Penulis melakukan pencarian sumber guna memperoleh data-data yang
diperlukan dalam menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya.
Sumber-sumber literatur diperoleh dari beberapa perpustakaan di Kota Bandung
di antaranya Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Perpustakaan
Batu Api, dan Perpustakaan Musium Konferensi Asia-Afrika. Penulis menemukan
sumber-sumber buku yang berasal dari berbagai perspektif baik itu buku yang
ditulis oleh bangsa India dan Pakistan yang berlatar belakang Hindu dan Muslim,
maupun tulisan-tulisan yang berasal dari luar bangsa India yang cenderung netral.
Selain itu sebagai tambahan penulis juga memperoleh sumber-sumber baik
dokumen digital, ebook, dan jurnal yang berasal dari internet.
Tahap kedua, penulis meringkas dan mengevaluasi sumber-sumber yang telah
mengenai peranan politik Partai Kongres dan Liga Muslim dalam pembagian
India-Pakistan (1935-1947). Pada tahap ini diperlukan kritik sumber dalam rangka
menjamin kebenaran dan validitas dari data-data yang digunakan dalam
penelitian. Menurut Sjamsuddin (2007: 50) di dalam penelitian sejarah terdapat
dua jenis kritik sumber yaitu kritik ekstern (luar/kondisi fisik) dan kritik intern
(dalam/isi).
Penulis hanya melakukan kritiks intern saja, yaitu suatu proses menilai dan
mengkritisi isi dari sebuah teks atau tulisan yang dijadikan sebagai sumber
historis. Data yang digunakan merupakan data sekunder atau tidak berasal dari
sumber aslinya (sumber primer) baik itu dokumen atau angka statistik yang
digunakan. Menurut Gottschalk (2008: 95) adapun yang dilakukan dalam proses
kritik intern yaitu memilah dan membandingkan antara fakta, pendapat, atau
beberapa kejanggalan yang biasa ditemui dalam sebuah teks sejarah baik berupa
buku atau dokumen. Hal ini dilakukan agar data-data yang digunakan dapat
dipertanggungjawabkan nilai kebenaran dan validitasnya.
Tahap terakhir adalah historigrafi, di dalamnya terdapat proses interpretasi
(penafsiran), eksplanasi (penjelasan), dan ekseposisi (penyajian) terhadap
sumber-sumber yang terpilih ke dalam sebuah tulisan sejarah. Penulis menggunakan
konsep-konsep dalam ilmu sosial baik itu ilmu politik maupun sosiologi dalam
tahap ini, yang dapat mempermudah dalam melakukan interpretasi dan eksplanasi
sejarah. Adapun dalam penyajiannya mengacu pada buku Pedoman Penulisan
1.5. Manfaat Penelitian
Sebuah hasil penelitian idealnya dapat memberikan manfaaat, baik bagi
perkembangan ilmu pengetahuan maupun bagi kemanusiaan. Adapun
manfaat-manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Membuka wawasan pembaca dalam memahami kondisi perpolitikan di
India pada masa pergerakan kemerdekaan sampai pembagiannya menjadi
dua negara dominion (India-Pakistan) (1935-1947).
2. Mengembangkan nilai-nilai perjuangan (persatuan dan kesatuan bangsa,
kerjasama, dan kesetaraan) dalam melawan segala bentuk penjajahan oleh
suatu bangsa terhadap bangsa lainnya.
3. Sebagai materi diskusi dalam pembelajaran sejarah di sekolah yang
membahas mengenai perkembangan gerakan kemerdekaan melawan
kolonialisme, yang dapat dijadikan sebagai wacana pembanding dengan
kajian sejarah pergerakan kemerdekaan yang ada di Indonesia.
1.6. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini terdiri dari lima bab, yang mengacu pada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah yang dikeluarkan oleh UPI pada tahun 2011. Bab pertama
Pendahuluan, berisi latar belakang masalah yang menjelaskan mengapa masalah
dalam skripsi ini menarik untuk diteliti serta mengapa penulis menetapkan batasan
periode penelitiannya antara 1935-1947. Dalam bab ini juga penulis menentukkan
identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian , metode penelitian, manfaat
Bab kedua Kajian Pustaka, berisi mengenai pemaparan penulis mengenai
beberapa karya literatur/tulisan terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang
sedang dibahas dalam skripsi ini mengenai peranan politik Partai Kongres dan
Liga Muslim dalam pembagian India-Pakistan (1935-1947). Dalam kajian
pustaka, penulis membandingkan, mengontraskan, dan memposisikan kedudukan
masing-masing penelitian yang dikaji dikaitkan dengan masalah yang diteliti
(Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI, 2011: 22). Penulis memaparkan
posisi penulis di antara karya-karya terdahulu yang dikaji dalam bab ini.
Bab ketiga Metode Penelitian, membahas mengenai metode dan prosedur
penelitian sejarah yang dilakukan dalam membuat skripsi ini. Proses penelitian ini
terdiri dari tiga tahap utama yaitu heuristik (pencarian sumber), kritik sumber, dan
terakhir historiografi penulisan sejarah yang di dalamnya terdapat tiga kegiatan
yaitu interpretasi, eksplanasi, dan eksposisi. Penulis memaparkan ketiga tahapan
tersebut secara deskriptif berdasarkan pengalaman selama penelitian ini
berlangsung.
Bab keempat Dampak Perkembangan Politik Partai Kongres dan Liga
Muslim terhadap Pembagian India-Pakistan 1935-1947, berisikan pemaparan dari
hasil penelitian yang terbagi ke dalam empat subbab yaitu: 4.1. Gambaran Umum
Kondisi Politik India (1935-1947) setelah Keluarnya India Government Act 1935;
4.2. Upaya-Upaya Partai Kongres dan Liga Muslim dalam Memperkuat
Kedudukan Politiknya di India (1935-1945); 4.3. Kesepakatan Politik antara
Inggris Partai Kongres dan Liga Muslim dalam Pembagian India-Pakistan
Bab kelima Kesimpulan dan Rekomendasi, dalam bab ini penulis akan
memberikan suatu kesimpulan yang merupakan inti dari keseluruhan kajian yang
dibahas dalam skripsi ini. Menurut Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI
2011 kesimpulan dan rekomendasi menyajikkan penafsiran dan pemaknaan
penulis terhadap hasil analisis temuan dalam penelitian. Kesimpulan dibuat
berpedoman pada rumusan masalah yang dibuat pada bab pertama.
Rekomendasi diajukkan kepada para pengguna hasil penelitian ini, serta
kepada penulis berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.
Penulis akan memberikan berbagai topik penelitian sejarah yang berhubungan
dengan hasil penelitian dalam skripsi ini. Selain itu, pada bagian ini penulis akan
mendeskripsikan menganai manfaat dari hasil penelitian ini yang dapat digunakan
sebagai materi diskusi dalam pembelajaran sejarah di sekolah mengenai gerakan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai kajian pustaka yang dilakukan oleh penulis
terhadap berbagai tulisan terdahulu dari para pakar sejarah dan politik yang
membahas mengenai Partai Kongres, Liga Muslim, dan masalah pembagian India
menjadi dua negara dominion pada tahun 1947. Penulis membandingkan isi dari
setiap karya literatur dan mengidentifikasi sudut pandang setiap penulis buku
terhadap subjek-subjek yang dibahasnya yang berhubungan dengan skripsi ini.
Merujuk pada Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan
India tahun 2011, dalam kajian pustaka penulis menjelaskan posisi/pendirian
penulis disertai alasan-alasannya.
Telaah terhadap karya-karya terdahulu dimaksudkan untuk menampilkan
“mengapa” dan “bagaimana” hasil tulisan dari pakar-pakar terdahulu tersebut
dapat dijadikan sebagai referensi dalam pembuatan skripsi ini. Terdapat tiga
subpokok bahasan yang dijadikan landasan penyusunan bab ini. Pertama, peranan
politik Partai Kongres dan Liga Muslim 1935-1947; kedua, pembagian India
menjadi dua negara dominion (India dan Pakistan); ketiga, kondisi Politik India
dan Pakistan tahun 1947 setelah Pembagian.
2.1. Peranan Partai Kongres dan Liga Muslim 1935-1947
Peranan politik terbangun atas dua konsep dasar yaitu “peranan” dan
“politik”, untuk menjabarkan apa yang dimaksud peranan politik dalam konteks
dan sosiologi mengenai kedua konsep tersebut. Peranan merupakan konsep yang
berasal dari ilmu sosiologi, menurut Pratama dkk. (tersedia di:
http://ardee.web.id/blog/2012/03/06/ ..., 30 Desember 2012) suatu peran mencakup tiga hal, yaitu:
a) Peran meliputi norma-norma terkait posisi dan tempat (kedudukan)
dalam masyarakat;
b) Peran merupakan konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu (atau organisasi) dalam masyarakat;
c) Peran sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial.
Struktur sosial dapat diartikan sebagai suatu jalinan atau pola
hubungan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu antara lain
kelompok-kelompok sosial, institusi sosial, norma sosial dan
stratifikasi sosial.
Budiardjo (2008: 18) mendefinisikan politik sebagai seluruh kegiatan
manusia yang menyangkut masalah memperebutkan dan mempertahankan
kekuasaan. Politik erat kaitannya dengan kehidupan bernegara, apa yang akan
penulis bahas lebih jauh dalam skripsi ini menyangkut berbagai aktivitas politik
yang berlangsung dalam suatu negara, dalam konteks di sini adalah India dalam
periode 1935-1947 yang pada saat itu masih berada dalam kekuasaan
imperialisme Inggris. Budiarjo (2008: 14) memaparkan bahwa politik dalam suatu
negara (states) berkaitan dengan masalah kekuasaan (power), pengambilan
keputusan (decision making), kebijakan publik (public policy), dan alokasi atau
Berdasarkan pada pendapat Pratama dan Budiardjo di atas, dapat disimpulkan
bahwa peranan politik mencakup perilaku-perilaku dan aktivitas-aktivitas politik
dalam masyarakat oleh individu atau kelompok-kelompok politik tertentu, yang
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan politik dalam masyarakat.
Kelompok-kelompok politik yang dimaksud dalam skripsi ini adalah Partai
Kongres dan Liga Muslim. Sebelum lebih jauh membahas mengenai kedua partai
ini, terlebih dahulu perlu sedikit dibahas makna dari partai politik pada masa
pergerakan kemerdekaan sesuai dengan konteks historisnya.
Partai politik lahir pada zaman kolonial sebagai manifestasi dari bangkitnya
kesadaran nasional (Budiardjo, 2008: 423). Pendapat tersebut diperkuat oleh
pendapat Asshiddiqie yang dikutip dari (http://ardee.web.id/blog/, 30 Desember
2012) bahwa partai politik merupakan bentuk pelembagaan dari ide-de,
gagasan-gagasan, serta cita-cita politik, berperan dalam proses dinamis perjuangan nilai
dan kepentingan dari konstituen yang diwakilinya. Berdasarkan dua pendapat
tersebut, peranan politik Partai Kongres dan Liga Muslim sebagai dua partai
politik yang lahir dalam masa pergerakan, meliputi upaya-upaya yang dilakukan
oleh keduanya dalam memperjuangkan nilai-nilai, gagasan-gagasan, serta cita-cita
kemerdekaan India agar lepas dari penjajahan Inggris.
Skripsi ini akan banyak membahas mengenai perubahan politik yang
ditimbulkan oleh Partai Kongres dan Liga Muslim berkaitan dengan peranan
politiknya sebagai partai pergerakan kemerdekaan India selama periode
1935-1947. Penulis menekankan pada aspek perubahan karena hakikat dari sejarah
adalah perubahan-perubahan penting yang disebabkan oleh tindakan-tindakan
adalah mengenai transisi kepemimpinan dari pemerintahan imperialisme Inggris
ke tangan bangsa India, yang ditandai dengan berakhirnya rejim imperial Inggris
di India, serta munculnya dua negara baru yaitu India dan Pakistan.
Hardgrave dan Kuchanek (1970: 37) memaparkan bahwa Partai Kongres
didirikan oleh A. O. Hume dan Banerjea pada tahun 1885, awalnya bertujuan
untuk mengumpulkan berbagai kaum elit India (kaum cendikia, penulis, guru, ahli
hukum, dll.) dari berbagai golongan (Hindu, Muslim, Sikh, dan Ango-Hindu)
untuk menuntut agar Inggris memberikan ruang yang lebih luas bagi rakyat India
untuk berpartisipasi dalam pemerintahan. Bunyi tuntutannya “the germ of Native
Parliament” mereka meminta agar Inggris menyediakan tempat di parlemen, bagi perwakilan rakyat pribumi India.
Hardgrave dan Kochanek (1970:36) membagi fase perkembangan partai
kongres dari 1885-1947 ke dalam tiga periode berdasarkan karakteristik dari pola
gerakannya serta para pemegang kepemimpinan yang menjadi penentu dalam
partai tersebut. Pertama, periode Moderat (1885-1905) diisi oleh golongan elit
yang bersifat moderat, yang menjadi tuntutannya masih dalam tataran partisipasi
rakyat India dalam pemerintahan Inggris-India dan belum ada konsesi mengenai
kemerdekaan India dari kolonialisme Inggris. Kedua, periode ekstrimis
(1905-1920) ditandai dengan naiknya kaum ekstrimis Hindu dalam kepemimpinan Partai
Kongres, Bahadur Tilak tampil sebagai sosok yang paling berpengaruh yang
menjadikan gerakan Partai Kongres bersifat radikal dan menggunakan cara-cara
kekerasan yang memicu timbulnya berbagai kerusuhan komunal.
Inggris. Walau pun bersifat non-kooperatif seperti halnya Tilak, namun Gandhi
tidak suka dengan cara-cara kekerasan yang dilakukan oleh pendahulnya itu. Dia
banyak menggunakan cara-cara yang halus dalam menentang kolonialisme Inggris
di India dengan perjuangan tanpa kekerasannya, yaitu dengan melakukan aksi
civil disobedience (aksi mogok), dan memobilisasi rakyat India untuk tidak
menggunakan produk-produk Inggris dengan prinsip ekonominya Swadesi,
satyagraha perjuangan dengan kebenaran, dan tidak berpatisipasi dalam
pemerintahan atau lembaga-lembaga hukum Inggris di India.
Pembagian periode perkembangan Partai Kongres antara tahun 1885-1947
oleh Hardgrave dan Kuchanek di atas menunjukkan bahwa ia hanya
mengidentifikasi gerakan partai tersebut dengan tokoh tertentu saja. Periode
1920-1947 hanya diidentifikasikan dengan satu tokoh saja yaitu Gandhi, penulis
memandang bahwa apa yang digambarkan Hardgrave dan Kuchenek itu parsial,
ada banyak peran-peran dari para partisipator sejarah India yang teralienasi.
Menurut penulis peranan politik Gandhi yang paling kuat dalam Partai Kongres
hanya sampai pada tahun 1929, karena pada periode selanjutnya Gandhi telah
digantikan oleh masuknya sosok Nehru, dan beberapa politikus lainnya seperti
Bose, Patel, Prasad, dll. yang banyak berpengaruh dalam pergerakan Partai
Kongres di parlemen.
Gandhi beralih pada peranannya dalam gerakan kelas bawah pada periode
1935-1947 dan baru terlihat setelah ia memobilisasi rakyat India dalam gerakan
Quit India pada tahun 1942. Menurut penulis gerakan Partai Kongres menemukan
karakteristiknya yang baru sejak tahun 1935, ketika Inggris mengeluarkan India
perubahan dalam perpolitikan India. Undang-undang tersebut juga mendorong
Partai Kongres untuk mengubah strategi pergerakannya yang semula bertumpu
pada aksi protes di jalanan, kembali pada polanya yang lama yaitu dengan
melakukan gerakan di tataran elit politik.
Kajian mengenai peranan politik Partai Kongres dan Liga Muslim dalam
periode 1935-1947 banyak dibahas dalam buku-buku atau tulisan-tulisan
mengenai sejarah politik dan pergerakan kemerdekaan India. Buku pertama
sebuah karya dari Moreas yang berjudul India Today (1960), fokus kajiannya
terletak pada pengaruh nilai-nilai Hinduisme dalam tatanan politik India pada
masa pra-kemerdekaan dan setelahnya. Menurut Moraes konsep nilai-nilai
Hinduisme bukan hanya sekedar agama bagi rakyat India, namun juga merupakan
acuan berbagai macam tindakan di dalam masyarakat. Ia menambahkan bahwa
Hinduisme telah masuk ke dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat India baik
itu dalam bidang sosial, ekonomi, dan politiknya (Moraes, 1960: 3). Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa besarnya peran agama dalam kehidupan politik di
India, hal itu cukup memberikan penjelasan awal pada penulis mengapa antara
periode 1935-1947 isu agama menjadi sangat sensitif, sehingga mengatarkan
bangsa India pada perpecahan yang berujung pada pembagian pada tahun 1947.
Pembahasan Moraes mengenai pergerakan kemerdekaan India yang
dilakukan oleh Partai Kongres dan Liga Muslim menekankan pada
konflik-konflik politik yang terjadi dalam tubuh Partai Kongres sebagai pemicu
terpecahnya pergerakan kemerdekaan di India. Di satu sisi Partai Kongres
ajang persaingan berbagai kelompok yang ada di India terutama antara mayoritas
Hindu dan minoritas terbesar Muslim.
Moraes dalam bukunya kurang begitu mengangkat mengenai peranan politik
Liga Muslim dalam gerakan kemerdekaan India. Namun, Moreas pada salah satu
bagian dalam bukunya menjelaskan mengenai akar konflik yang menyebabkan
kurang harmonisnya hubungan antara Partai Kongres dan Liga Muslim dalam
periode 1935-1947. Moraes hanya terfokus pada sosok Gandhi dan kurang
mengangkat peran-peran tokoh lain di Partai Kongres. Sosok-sosok seperti Nehru,
Bose, dan Muhammad Kallam Azab tidak terlalu muncul, padahal mereka
tokoh-tokoh yang juga cukup menentukkan dalam kemerdekaan India.
Herman Kulke dan Dietmer memiliki sudut pandang yang berbeda dengan
Moraes dalam bukunya yang berjudul A History of India (fourth edition) (2004),
mereka dalam bukunya banyak membahas mengenai kondisi India dalam periode
akhir kekuasaan Inggris di India antara tahun 1935-1947. Kulke cukup berimbang
dalam menjelaskan peranan masing-masing tokoh utama yang memiliki pengaruh
kuat dalam perpolitikan India, baik yang berasal dari Partai Kongres seperti
Nehru, Gandhi, dan Bose, maupun dari Liga Muslim seperti Ali Jinnah dan
Rahman Ali Khan. Tulisannya mengarahkan sudut pandang pembaca untuk
memahami kondisi politik India pada periode 1935-1947 dimulai dari keluarnya
India Government Act 1935.
India Government Act 1935 digambarkan oleh Kulke dan Dietmer sebagai
pemicu timbulnya perpecahan antara golongan Hindu dan golongan Muslim. Dia
juga banyak mengangkat peranan dari Ali Jinnah sebagai perwakilan dari Liga
mendirikan Pakistan agar terpisah dari India. Periode 1935-1947 bagi Kulke dan
Dietmer merupakan sebuah ajang persaingan politik yang terjadi di India antara
Partai Kongres dan Liga Muslim dalam memperoleh legitimasi politik dari rakyat
India. Masuk tahun 1946 Masing-masing partai memiliki wilayah kekuasaannya
sendiri, Partai Kongres di delapan provinsi, sedangkan Liga Muslim di tiga
provinsi (Bengal, Punjab, dan Sind).
Kelemahan tulisan Kulke dan Dietmer adalah terlalu menekankan pada
faktor-faktor ekstern seperti Perang Dunia II dan ancaman serangan Jepang
sebagai faktor-faktor yang paling menentukkan dalam menentukkan kondisi
politik dalam negeri India pada tahun 1947. Hal itu melahirkan pandangan bahwa
bangsa India hanya mampu bereaksi dari pada memiliki inisiatif sendiri dalam
memperjuangkan kemerdekaannya dari pihak Inggris. Kurangnya pendekatan
kultural oleh Kulke dan Dietmer dalam memahami sosok seperti Jinnah, Nehru,
dan Gandhi yang semuanya digambarkan dengan cara pandang Barat terhadap
orang Timur.
Judith E. Walsh dalam bukunya yang berjudul A Brief History of India (2006)
juga membahas mengenai dampak-dampak dari India Government Act 1935
terhadap perkembangan politik India antara tahun 1935-1947. Ia banyak
memaparkan mengenai proses politik yang berlangsung di parlemen India dalam
kurun waktu 1937-1947 antara Partai Kongres dan Liga Muslim. Dalam kajiannya
Walsh menemukan persaingan yang timbul antara kedua partai tersebut, yang
disebabkan oleh sistem pemilihan terpisah yang diterapkan oleh Inggris pada
Pemilihan parlemen provinsi pada tahun 1937 berdampak pada
merenggangnya hubungan politik antara Partai Kongres dan Liga Muslim dalam
kurun waktu 1937-1947. Kekalahan Liga Muslim dalam pemilihan semakin
menguatkan para tokoh politik Muslim untuk sadar dalam menjaga posisi
politiknya di India yang terancam oleh dominasi Partai Kongres. Liga Muslim
sebagai perwakilan dari golongan Muslim, sejak tahun 1940 memimpin sebuah
upaya menuju pembentukkan negara Pakistan yang wilayahnya adalah
provinsi-provinsi di India yang dikusai oleh Muslim meliputi Punjab, Sind, Benggala, dan
Nortwest Frontier Province.
Kelemahan dari kajian Walsh mengenai perkembangan politik India dan
perjuangannya dalam memperoleh kemerdekaan adalah terlalu terfokus pada
pembahasan mengenai pemilihan parlemen provinsi saja. Sedangkan, kondisi
politik setelah pemilihan dan masa pemerintahan Partai Kongres dan Liga Muslim
di parlemen tidak dipaparkan terlalu banyak oleh Walsh. Hal ini menimbulkan
kesan bahwa Partai Kongres dan Liga Muslim tidak lebih dari dua partai yang
berambisi untuk berkuasa di India dengan mengorbankan kepentingan dari rakyat
banyak.
Buku selanjutnya sebuah karya dari TSG. Mulia berjudul India; Sedjarah
Politik dan Pergerakan Kemerdekaan (1959), yang banyak membahas mengenai
kondisi politik India pada masa pergerakan kemerdekaan sejak permulaan abad
ke-19 sampai petengahan abad ke-20. Pada periode 1935-1947 baik Partai
Kongres maupun Liga Muslim digambarkan keduanya berkembang dengan pesat,
dan banyak wakil-wakil dari kedua partai ini yang mengisi jabatan-jabatan
dari tulisan Mulia, yaitu terletak pada sudut pandangnya yang terlalu nasional
sentris.
Mulia menggambarkan posisi bangsa India sebagai pihak yang lemah
dirugikan, dan menderita sebagai korban dari kolonialisme Inggris. Dia dalam
bukunya terlalu mensucikan faham nasionalisme dalam pengertian yang asketis.
Hal tersebut membuka ruang bagi munculnya interpretasi baru dewasa ini, ketika
nilai-nilai nasionalisme telah berevolusi. Terjadi semacam bias zaman yang
menyebabkan adanya perbedaan antara sudut pandang manusia saat ini dengan
masa lalu terhadap fenomena-fenomena nasionalisme dan kemerdekaan.
R. C. Majumdar at. al. (1950) dalam bukunya yang berjudul An Advance
History of India, ia memiliki sudut padang yang berbeda dengan Mulia. Perspektif
Majumdar bersifat western centris, kolonialisme Inggris digambarkan dengan
positif yang dianggap olehnya telah membawa India pada modernitas dan
kemajuan. Majumdar lebih banyak membahas mengenai berbagai kebijakan
Inggris yang berdampak positif bagi kemajuan rakyat India yang digambarkan
olehnya terbelakang dan percaya pada takhayul. Munculnya berbagai gerakan
kemerdekaan tidak terlepas dari berbagai program pendidikan yang dilakukan
oleh Inggris di India. Sehingga, mendorong munculnya kelompok menangah baru
(the new midle class) yaitu para kaum cendikia yang memperoleh pendidikan
Inggris.
Majumdar memaparkan mengenai proses pergerakan kemerdekaan di India
dengan pola aksi-reaksi yang terjadi antara kelompok-kelompok pergerakan
dilakukan oleh rakyat. Sebaliknya, berbagai aksi protes rakyat biasanya timbul
dikarenakan oleh ketidakpuasan terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh
Inggris di India. Majumdar menyebut periode 1935-1947 sebagai fase akhir dari
kekuasaan Inggris di India, yang ditandai pertama dengan munculnya dua partai
pergerakan yaitu Partai Kongres dan Liga Muslim yang masing-masing didukung
oleh basis massa yang kuat dari golongan Hindu dan golongan Muslim. Kedua,
semakin kuatnya desakan rakyat India dalam menuntut kemerdekaan India dari
Inggris.
2.2.Pembagian India menjadi dua negara dominion (India dan Pakistan)
Pembagian India-Pakistan (1947) dalam berbagai karya Historiografi biasa
disebut dengan istilah “partition”. Konsep “partition” dalam bahasa Inggris bermakna “pembagian”, istilah ini berkembang tidak lama setelah India terbagi
menjadi dua negara dominion berdasarkan golongan agama pada tahun 1947.
Pandey dalam bukunya menjelaskan mengenai perkembangan konsep partition
dalam menggambarkan peristiwa historis terbagi India dan Pakistan pada tahun
1947, sebagai berikut:
“Along with vernacular equivalents like batwara, vib-hajan and taqseem, and other local terms for the violence of the time that I shall have occasion
to discuss below, the English word „Partition‟ has come to be used in the region of Punjab and Delhi, UP ( Uttar Pradesh) and Bihar, Bengal and beyond, for the events (or some of the events) that marked the establishment of India and Pakistan, the Hindu–Muslim discord of that
moment and the fratricide (or „civil war‟) that occur red in 1947. In
Bangladesh, many ordinary peasants and labourers, speaking in the common Musalmani Bengali of the rural poor, refer to 1947 as
„partitioner bacchar ‟ (the year of Partition), as they refer to 1971 as „svad-hintar [or mukti-juddher ] bacchar‟ (the year of Independence, or
„of the liberation war‟ – referring to the massacres and widespread
resistance and fighting that came with the Pakistani ar my‟s actions of
Pandey dalam kutipan di atas, memaparkan bahwa konsep partition bukan
hanya sekedar menjadi bahasa historiografi, namun juga familiar dalam
masyarakat India maupun Pakistan yang digunakan di beberapa kawasan di
antaranya Punjab dan Delhi, Uttar Pradesh, Bihar, dan Benggala. Bahkan, konsep
tersebut telah diserap dalam bahasa daerah dikenal istilah „partitioner bacchar‟ (tahun pembagian/the year of partition) istilah yang digunakan oleh penduduk
Bangladesh (Pakistan Timur) dalam memperingati peristiwa historis pembagian
India dan Pakistan pada tahun 1947. Namun, dalam penelitian ini penulis akan
menggunakan konsep “pembagian” menggantikan konsep “partition” dalam
bahasa Inggris untuk mendeskripsikan peristiwa terbaginya India menjadi dua
negara dominion oleh Inggris.
Pakistan merupakan kawasan yang didominasi oleh penduduk Muslim,
kawasannya terbagi dua antara Pakistan Barat yaitu wilayah yang terdiri dari
provinsi Sind, Punjab bagian barat, Northwest Frontier Province, dan kawasan
princely states Balukistan. Pakistan Timur merupakan kawasan yang dulunya
adalah provinsi Benggala yang di bagi dua pada tahun 1947, dimana Benggala
bagian timur yang penduduknya mayoritas Muslim memilih untuk masuk dalam
Pakistan, sedangkan yang barat masuk pada India. Sejak tahun 1971 Pakistan
Timur melepaskan diri dari Pakistan Barat dan berubah menjadi negara yang
sekarang kita kenal dengan nama Bangladesh.
Kawasan-kawasan India meliputi seluruh bekas daerah jajahan Inggris di
India di luar daerah-daerah yang disebutkan di atas. Namun, beberapa kawasan
antara India dengan negara-negara tetangganya. Contohnya Kashmir yang sampai
sekarang belum selesai permasalahannya diperebutkan oleh India dan Pakistan.
India dan Pakistan resmi merdeka dari Inggris pada tahun 1947 dengan status
dominion. Status Dominion berdasarkan hasil ketetapan Imperial Conferences
(1926) adalah hubungan antara Great Britain (Inggris Raya) dengan para
dominionnya (negara-negara merdeka bekas jajahannya) sebagai „komunitas
otonom‟ yang terangkum di dalam Kerajaan Inggris, yang setara tidak ada
subordinasi (penguasaan) satu dengan yang lainnya dalam berbagai aspek baik
dalam kepentingan domestik maupun kepentingan luar negerinya. Negara-negara
dominion tersebut dipersatukan dalam sebuah kesetiaan terhadap mahkota Inggris.
Mereka mengakui monarki Inggris sebagai kedaulatannya, dan secara bebas
tergabung sebagai anggota dari negara persemakmuran Inggris (British
Commonwealth of Nations) (tersedia di: http://www.britannica.com/EBchecked,
24 Agustus 2012).
Kajian sejarah politik mengenai pembagian India-Pakistan pada tahun 1947
ditulis baik oleh penulis yang berkebangsaan India dan Pakistan maupun para
penulis dari luar bangsa India. Namun, setiap tulisan memiliki perspektif yang
berbeda terutama dalam mengidentifikasi mengenai faktor-faktor penyebab
terbaginya India menjadi dua negara dominion pada tahun 1947. Wali Khan
dalam bukunya yang berjudul Facts are Facts; The Untold Story of India‟s Partition (2004), ia membahas mengenai perpecahan politik di India setelah masa
akhir penjajahan Inggris, dan ketika Inggris membagi India menjadi dua negara
Khan melakukan kajian terhadap berbagai dokumen yang diperolehnya dari
pusat dokumen di Inggris. Hal yang menarik dari bukunya adalah perspektif Khan
yang berbeda dari kebanyakan tulisan yang membahas mengenai sejarah
kemerdekaan India, yang terlalu mendewakan sosok Gandhi dan perjuangan
Partai Kongres. Khan dalam bukunya memberikan sebuah perspektif dengan
mengangkat peranan dari gerakan politik Muslim India dengan mesin politiknya
Liga Muslim, yang berupaya untuk lepas dari kekusaan Inggris dan Hindu (Partai
Kongres).
Khan mengantarkan pembaca pada sebuah pemikiran bahwa terbaginya India
menjadi dua negara (India-Pakistan) pada tahun 1947 merupakan kreasi dari
permainan politik antara Liga Muslim dan Inggris. Menurut Khan pemisahan
India-Pakistan dianggap merupakan sesuatu yang disengaja oleh Inggris, dengan
menebarkan bibit-bibit komunalisme dalam masyarakat India selama masa
penjajahan Inggris di India. Seperti dengan membuat kebijakan sistem elektoral
terpisah (pemilihan anggota parlemen dan dewan menteri) berdasarkan
golongan-golongan (communal award) dengan keluarnya India Government Act 1919 dan
penyempurnaanya India Government Act 1935.
Khan berpendapat bahwa India Government Act 1935 dibuat oleh Inggris
untuk memecah belah antara golongan Hindu dan golongan Muslim di India. Hal
yang perlu dikritisi dari tulisan Khan adalah penggambaran mengenai Partai
Kongres dan Inggris yang bersifat antagonis, dan upaya dari penulis dalam
membentuk citra Muslim sebagai korban dari dominasi politik Partai Kongres.
Zirring berjudul Pakistan at the Crosscurrent of History (2003), yang
membahas mengenai perkembangan politik Pakistan sejak masih bergabung
dengan India. Zirring dalam bukunya memberikan penekanan pada sosok Ali
Jinnah sebagai tokoh sentral dalam pergerakan Liga Muslim untuk mendirikan
negara Pakistan. Walau fokusnya pada gerakan politik Muslim, namun buku ini
ditulis oleh penulis Barat sehingga tidak seperti Khan yang cenderung terasa
sentimen komunal dalam perpektifnya, dalam tulisanya ini Zirring memberikan
perspektif yang netral.
Kelemahan dari tulisan Zirring adalah terlalu terfokus pada pergerakan tokoh
dan kurang memberikan faktor-faktor lain yang berpengaruh bagi perjuangan
kemerdekaan India. Dia mengidentikkan Liga Muslim dengan satu tokoh saja
yaitu Ali Jinnah dan Partai Kongres dengan Gandhi, sehingga peran-peran lain
kurang terangkat. Selain itu yang perlu dipahami bahwa faktor ekstern seperti
India yang terlibat dalam Perang Dunia II antara tahun 1939-1947 juga turut
menyertai suasana politik dalam negeri India dan memiliki dampak pada proses
kemerdekaan India, namun ini justru tidak tersentuh dalam kajiannya.
Zirring mengabaikan aspek sosial dan budaya dalam tulisannya, padahal
terbetuknya Pakistan juga tidak terlepas dari sentimen-sentimen komunal yang
kuat berakar di masyarakat. Karena kajiannya terlalu fokus pada satu aspek saja
yaitu Pakistan, sehingga kajiannya menjadi parsial. Menurut penulis seharusnya
sejarah India pada periode kolonial Inggris harus mampu mempertemukan tiga
perspektif utama yaitu India dan Pakistan, lalu ditambah dengan perspektif dari
luar yang tidak memiliki kepentingan-kepentingan dan mampunyai melihat
2.3.Kondisi Politik India dan Pakistan tahun 1947 setelah Pembagian
Kondisi politik India setelah terbagi menjadi dua negara dominion juga
dibahas dalam buku-buku yang telah dipaparkan pada subbab sebelumnya.
Namun, pada bagian ini akan dibahas beberapa karya literatur yang menurut
penulis representatif untuk dijadikan sebagai bahan referensi dalam memahami
kondisi India setelah pembagian pada Agustus 1947. Adapun yang menjadi
perhatian dalam kajian ini adalah untuk memahami bagaimana dampak-dampak
politik yang ditimbulkan dari pembagian India tahun 1947 bagi rakyat India dan
Pakistan.
Gyanendra Pandey (2004) dalam berjudul Remembering Partition Violence,
Nationalism and History in India, membahas mengenai dampak pembagian
India-Pakistan pada tahun 1947 terhadap konflik politik-horizontal, dan
kekarasan-kekerasan yang dilakukan oleh negara terhadap warga sipil. Pandey
memfokus kajiannya pada perpecahan dan kekerasan genosida yang terjadi di
India, yang ditandai dengan berakhirnya sebuah rejim yaitu Inggris di India, dan
lahirnya dua rejim yang baru yaitu negara India dan Pakistan.
Pandey mencoba untuk menginvestigasi momen-momen perpecahan, dan
berbagai kekerasan yang terjadi saat sebuah negara mengklaim untuk
mendapatkan legitimasi atas indetitas kemerdekaannya. Secara spesifik dalam
buku ini dianalisis mengenai gerakan-gerakan dalam membangun populasi
nasional. Pandey menggunakan konsep budaya (culture) dan sejarah (history)
dalam konteks klaim atas kenegara-bangsaan (nation-statehood) dan pendiriaan
lokal muncul sebagai aspek nasional, dan sebaliknya aspek nasional ditampilkan
sebagai aspek lokal dalam mendukung klaim berdirinya sebuah negara.
Pandey, mencoba memberikan sesuatu yang berbeda dari tulisan-tulisan
sebelumnya yang membahas mengenai pembagian India-Pakistan. Dia
mengangkat kaitan antara komunalisme dan kekerasan yang berkembang di India
pada masa sebelum dan sesudah pembagian. Pandey memaparkan mengenai
kekerasan genosida yang biasanya menjadi isu sensitif dan kurang dibahas dalam
berbagai tulisan umumnya. Hal ini dikarenakan data statistiknya yang tidak jelas
dan juga berpotensi menimbulkan diskursus di dalam masyarakat antara Muslim
dan Hindu di India (Pandey, 2004: 4). Menurut Pandey, sejarah perpecahan
India-Pakistan lahir dengan dua wajah utama, antara perspektif yang setuju dengan
gagasan pembentukan Pakistan, dan juga pihak-pihak yang memandang itu
sebagai sebuah kegagalan bangsa dalam menjaga persatuannya.
Robert I Hardgrave dan Jr. Stanley A. Kochanek (1970), berjudul India
(Fourth Edition) Government and Politics in a Developing Nation. Dalam
bukunya Hargrave dan Kochanek membahas mengenai kondisi India setelah
kemerdekaan. Penulis banyak memperoleh informasi mengenai berbagai dampak
yang ditimbulkan dari pembagian India-Pakistan pada tahun 1947 bagi kondisi
politik dalam negeri masing-masing negara setelah terpisah. Karya Hardgrave dan
Kochanek ini sangat membantu penulis karena memberikan pemahaman dasar
mengenai kondisi India setelah pembagian pada tahun 1947.
Kondisi India setelah terbagi menjadi dua negara dominion juga cukup
banyak dibahas dalam buku Gzaznawi yang berjudul Story of India; Aggression
Pakistan yang bersifat Muslim sentris. Fokus utama dari tulisannya adalah
mengenai agresi yang dilakukan oleh golongan Hindu India terhadap minoritas
Muslim sejak zaman kolonial Inggris, masa pergerakan, sampai dengan konflik
Kashmir yang melibatkan India dan Pakistan pasca kemerdekaan 1947.
Pembagian India-Pakistan pada tahun 1947 melahirkan permasalahan selanjutnya
di kawasan-kawasan princely states, seperti yang terjadi di Kashmir ketika
masing-masing negara baik Pakistan maupun Liga Muslim, mengklaim kawasan
ini masuk dalam negaranya.
Berdasarkan hasil telaah literatur terhadap beberapa karya historiografi
terdahulu dalam bab ini, menunjukkan bahwa perjuangan kamerdekaan India
tidak terlepas dari dua aktor utamanya yaitu Partai Kongres dan Liga Muslim.
Proses historis yang terjadi antara tahun 1935 sampai dengan 1947 banyak
menunjukkan interaksi politis di antara Inggris dengan kedua partai tersebut.
Interaksi politik yang terjadi dalam periode 1935-1947 melahirkan banyak
perspektif para sejarawan dalam mengkonstruksi perkembangan sejarah politik
India. Namun, pada umumnya para penulis buku mengidentifikasi periode
tersebut sebagai sebuah proses peralihan, dari rejim lama (kolonialisme Inggris)
digantikan oleh bangkitnya rejim baru dengan munculnya dua negara yaitu India
dan Pakistan.
Penulis mengidentifikasi bahwa terdapat tiga perspektif utama dalam
penulisan sejarah India yang membahas mengenai Partai Kongres, Liga Muslim,
dan pembagian India-Pakistan antara tahun 1935-1947. Pertama adalah perspektif
perjuangan Liga Muslim dalam mendirikan Pakistan dan mendukung terhadap
pembagian India menjadi dua negara pada tahun 1947; terakhir perspekif yang
terbentuk tanpa adanya konflik kepentingan (conflict of interest) yang turut
menyertainya seperti dua perspektif sebelumnya. Pembahasannya cenderung
netral namun biasanya subjektifitas masih dapat ditemukan dari ideologi penulis
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan mengenai metode dan prosedur penelitian yang telah
dilalui oleh penulis dalam membuat skripsi ini. Menurut Nazir (1988: 51) tiga hal
yang perlu diperhatikan sebelum melakukan penelitian yaitu di antaranya:
1. Metode penelitian: panduan dalam melakukan penelitian tentang
urutan-urutan bagaimana penelitian di lakukan.
2. Prosedur penelitian: tahapan-tahapan (proses) pekerjaan yang harus
dilakukan dalam penelitian.
3. Teknik pengumpulan data: alat-alat yang digunakan dalam
mengumpulkan data.
Penulis menggunakan metode penelitian sejarah (metode historis), yaitu suatu
proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa
lampau, dalam upaya untuk merekonstruksi secara imajinatif peristiwa masa
lampau berdasarkan pada data-data yang diperoleh (Gottschalk, 2008: 39).
Prosedur penelitian historis terdiri dari tiga tahap utama yaitu heuristik
(pengumpulan sumber); kritik sumber; dan terakhir adalah historigrafi atau
penulisan sejarah yang di dalamnya terdiri dari kegiatan interpretasi (penafsiran),
eksplanasi (penjelasan), dan ekspose (penyajian) (Sjamsuddin, 2007: 17).
3.1. Pengumpulan Sumber (Heuristik)
Pengumpulan sumber dimulai dengan mengidentifikasi terlebih dahulu
kegiatan manusia pada masa lalu, sumber sejarah diklasifikasikan ke dalam dua
jenis yaitu berupa peninggalan (relics), dan yang kedua berupa catatan (record)
(Sjamsuddin, 2007: 96-97). Penulis mengalami kesulitan untuk mendapatkan
akses langsung terhadap sumber primer berupa dokumen atau pun arsip yang
sebenarnya. Sehingga penulis menggunakan sumber-sumber sekunder, baik
berupa dokumen salinan dalam bentuk digital yang penulis dapatkan melalui
website, ditambah dengan berbagai kajian terdahulu baik berupa buku, tesis,
autobigrafi, maupun jurnal.
Penulis bersandar pada pendapat Kour mengenai penggunaan sumber
sekunder dalam penelitian sejarah, yang menyatakan bahwa:
“The data for the present study has been collected from the primary and secondary sources available in India and the subject has been studied not only problemwise but in a chronological order also. The primary sources used in the present study include Government Records etc and the secondary sources used in the present study include the books, research journals, Articles, periodicals, Magazines and Newspaper clipping related to the various aspect of the problem” (Kour, 2012: 54).
Penelitian sejarah mengenai India pra-kemerdekaan semakin maju, dengan
berbagai sumber yang tersedia yang tidak hanya menggunakan sumber primer
saja. Gottschalk (2008: 94), menyebutkan bahwa terdapat empat fungsi data
sekunder di antaranya:
a) menjabarkan latar belakang yang cocok dengan bukti sezaman mengenai
subjeknya, tetapi ia harus bersiap-siap untuk menyangsikan dan
meluruskan pertelaan sekunder, bilamana suatu analisis kritis terhadap
saksi-saksi sezaman memerlukan hal itu;
c) memperoleh kutipan atau petikan dari sumber-sumber sezaman atau
sumber-sumber lain, tapi hanya jika mereka tidak bisa diperoleh secara
lebih lengkap di tempat lain dan senantiasa dengan sikap skeptik terhadap
sifat akuratnya, teurtama jika mereka diterjemahkan dari bahasa lain;
d) memperoleh interpretasi dan hipotesis mengenai masalah yang sedang
dikaji, tapi hanya dengan tujuan untuk menguji atau untuk memperbaiki,
dan jangan dengan maksud menerimanya secara total.
Penulis melakukan kunjungan ke beberapa perpustakaan di Kota Bandung
dalam upaya mengupulkan sumber-sumber literatur yang diperlukan dalam
penelitian ini. Beberapa perpustakaan yang telah dikunjungi di antaranya adalah
perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, perpustakaan
Musium Konferensi Asia-Afrika, dan perpustakaan Batu Api Jatinangor. Dari
ketiga perpustakaan tersebut peneliti memperoleh banyak sumber yang berkaitan
dengan bahasan yang sedang penulis kaji.
Beberapa buku secara khusus membahas mengenai perpolitikan India pada
masa kolonial, dan beberapa membahas India secara umum, ada juga buku-buku
yang fokus pada satu tokoh pergerakan seperti Nehru, Gandhi, Jinnah. Dari sekian
banyak buku yang ada, penulis memilih topik-topik yang sesuai, dan buku-buku
yang relevan. Penulis mengidentifikasi karakteristik buku berdasarkan latar
belakang penulisnya baik itu yang berasal dari bangsa India, Pakistan, maupun
para penulis buku yang berasal dari luar bangsa India namun memiliki
ketertarikan terhadap perkembangan sejarah politik di India. Tujuannya adalah
menentukkan perspektif tersendiri terhadap peranan politik Partai Kongres dan
Liga Muslim dalam pembagian India menjadi dua negara dominion (1935-1947).
Sumber dokumen didapatkan dalam bentuk kompilasi yang diterbitkan oleh
Kenneth N. Waltz mengenai kebijakan yang dibuat Inggris pada masa kolonial di
India. Selain itu peneliti juga banyak memperoleh dokumen-dokumen (berupa
surat, hasil sidang, foto, dan undang-undang) yang sudah di konversi ke dalam
bentuk digital yang dapat diperoleh secara online melalui situs: http://www.bl.uk/.
Sebagai tambahan, penulis menggunakan data-data yang berasal dari jurnal-jurnal
historis yang kajiannya memiliki keterkaitan dengan permasalan yang sedang
diteliti dalam skripsi ini. Autobigrafi dari Nehru berjudul Discovery India (1989)
sangat membantu dalam memahami gambaran umum suasana politik India, dilihat
dari sudut padang Nehru selaku pelaku sekaligus saksi sejarah.
3.2. Kritik Sumber
Menurut Ismaun (2005: 48) sejarawan berusaha menghampiri kebenaran
sejarah sedekat-dekatnya, ia harus mengumpulkan sumber-sumber sejarah untuk
kemudian menggunakan sumber-sumber sejarah itu dengan meneliti isinya.
Sejarah direkonstruksi dari evidensi-evindensi (bukti-bukti) yang ditemukan
dalam sumber-sumber sejarah, data-data yang terdapat dalam evidensi-evindensi
itu harus diuji secara kritis kebenarannya. Adapun yang dilakukan oleh penulis
dalam upaya mendekati nilai kebenaran tersebut yaitu dengan melakukan kritik
sumber.
Metode kritik sumber pertama kali diperkenalkan oleh Nieburh (Ismaun,
2005: 50-51) yang berupaya untuk menuliskan sejarah yang objektif yang
dikurangi. Penulis menemui kendala dalam akses terhadap sumber primer,
sehingga sumber dalam penulisan ini kebanyakan merupakan sumber
literatur/sekunder, dan beberapa dokumen yang telah diterbitkan, sehingga penulis
hanya melakukan kritik intern saja. Menurut Ismaun kritik intern adalah:
“Kritik intern atau kritik dalam untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatnya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian dari sumber lain” (Ismaun, 2005: 50).
Penulis membandingkan setiap buku yang membahas mengenai peristiwa
yang sama, sehingga dapat terlihat perbedaan perspektif dari masing-masing
penulis buku terhadap peristiwa tersebut. Selain itu, penulis juga membadingkan
berbagai fakta yang dipaparkan dalam setiap karya literatur, dan memilih
beberapa fakta dalam buku yang dipandang berimbang. Pada tahap ini penulis
memilih dan mengeliminasi beberapa data yang kurang diperlukan atau data-data
yang tidak jelas dalam mencantumkan sumber-sumber tulisannya. Sumber yang
lebih lebih awal dipilih apabila terdapat beberapa penjelasan yang sama dari setiap
sumber literatur. Adapun aspek yang diperhatikan dalam kritik intern adalah latar
belakang dari penulis buku, dan untuk lembaga apa tulisan/dokumen tersebut
dibuat.
3.3. Historiografi (Penulisan Sejarah)
Historiografi terdiri dari tiga aktivitas yaitu, interpretasi, eksplanasi, dan
eksposisi. Ketiganya dilakukan secara bersamaan pada saat penulisan sejarah
berlangsung. Berikut ini akan diuraikan secara lebih lengkap bagaimana proses
3.3.1. Interpretasi (Penafsiran)
Heideger menyatakan: “Interpretationis simply the elaboration of one’s
pre-understanding. (tersedia di: www.gerrystahl.bet/cscl/papaers/ch20.pdf, 31 Desember 2012). Interpretasi merupakan elaborasi dari pemahawan awal
(pre-understanding) seseorang mengenai suatu hal. Pendapat Heideger
tersebut, belum cukup dalam menggambarkan interpretasi yang dimaksud
dalam penelitian ini. Definisi yang lebih lengkap mengenai interpretasi
dikemukakan oleh Freeman, yaitu:
Interpretation is (An educational activity which aims to reveal meaning and relationships through the use of original objects, by firsthand experience, and by illustrative media, rather than simply to communicate factual information (Tilden, Freeman, 1957: tersedia di: www.niu.edu/-carter/courses/521/Definitions%20of%20Interpretation.pdf, 31 Desember 2012).
Berdasarkan pendapat Freeman di atas, bahwa interpretasi merupakan
sebuah aktifitas yang bertujuan untuk menghasilkan makna dan
menemukan hubungan-hubungan setiap permasalahan/peristiwa yang
menjadi objeknya, baik itu melalui pengelaman pertama, maupun
menggunakan media ilustratif. Apa yang dipaparkan oleh Freeman
tersebut, dilakukan dalam melakukan interpretasi dalam penelitian sejarah,
penulis melakukan penafsiran terhadap berbagai fakta yang ada, dengan
membuat jalinan-jalinan peristiwa sesuai dengan hukum kausalitas dalam
sejarah.
Penulis mencoba untuk menemukan makna dan keterhubungan dari
setiap fakta-fakta historis, berbagai pendapat dan sudut pandang para
penulis sejarah mengenai bagaimana perkembangan politik Partai Kongres
periode 1935-1947. Penulis mencoba menemukan keterkaitan antara
reformasi pemerintahan yang dilakukan Inggris dengan mengeluarkan
India Government Act 1935, dengan berbagai konflik komunal di
masyarakat, serta menguatnya posisi Partai Kongres dan Liga Muslim
dalam perpolitikan India selama periode 1935-1947, yang berujung pada
pembagian India menjadi dua negara dominion.
Contohnya, penulis menafsirkan bahwa berbagai bentuk interaksi
antara Inggris, Partai Kongres, dan Liga Muslim selama periode
1935-1947 memiliki dampak yang besar terhadap pembagian India menjadi dua
negara dominion. Hal di atas sesuai dengan pendapat Edward yang
menyatakan bahwa tujuan utama dari interpretasi adalah: “aims at giving
people new undestanding, new insights, new enthusiasm, new interests
(tersedia di: www.niu.edu/-carter/courses/521/Definitions%20of%20In..., 31 Desember 2012).
Berdasarkan pendapat Edward, inti dasar dari interpretasi adalah
bertujuan untuk memberikan tujuan, pemahaman, dan pandangan baru
mengenai sesuatu permasahan (peristiwa sejarah). Dengan membadingkan
berbagai pendapat yang ada, baik itu yang datang dari perspektif penulis
buku yang berlatar belakang Hindu, Muslim (India) maupun di luar dari
keduanya. Fakta-fakta mendukung penulis memberikan interpretasi yang
berbeda. Terjadinya perubahan interpretasi sesuatu yang biasa dalam
sejarah, hal tersebut membuka ruang agar penulis sejarah dapat
interpretasi dalam ilmu sejarah biasanya dianggap sebagai akibat dari
akumulasi pengetahuan serta koreksi terhadapnya, jarang sekali
disebabkan oleh hilangnya data, atau perubahan dalam objeknya.
3.3.2. Eksplanasi (Penjelasan Sejarah)
Ismaun (2005: 109) memaparkan, apabila sejarawan telah berhasil
menyusun fakta-fakta sehingga satu peristiwa memiliki keterkaitan dengan
peristiwa lainnya dan membentuk sebuah jalinan yang utuh dan
menyeluruh, selanjutnya tugasnya adalah menerangkan peristiwa-peristiwa
tersebut secara utuh dalam sebuat tulisan historis. Dua aspek yang penting
dalam eksplanasi yaitu menyangkut bagaimana seorang sejarawan dapat
menjawab pertanyaan bagaimana (how), dan kenapa (why) mengenai
permasalahan historis yang sedang ditelitinya.
Penulis sangat terbantu oleh konsep-konsep yang berasal dari ilmu
politik dan sosiologi dalam memaparkan kondisi politik masyarakat India.
Konsep-konsep membantu dalam menjabarkan berbagai bentuk interaksi
politik, serta dampaknya bagi hubungan antar golongan dalam masyarakat
India selama periode 1935-1947 ke dalam kerangka-kerangka umum
dalam ilmu politik maupun sosiologi. Konsep-konsep membantu dalam
menyederhanakan berbagai jalinan peristiwa yang rumit, dengan
mengkategorikannya berdasarkan atribut-atribut yang sama ke dalam
konsep-konsep tertentu.
3.3.3. Eksposisi (Penyajian Sejarah)
Penyajian skripsi ini berdasarkan pada rumusan permasalahan yang telah
(the body of knowledge)sehingga berbagai peristiwa yang menjadi perhatian
penulis terjalin menjadi sebuah kisah yang untuh sesuai dengan hukum kausalitas
dalam sejarah. Pembahasan dalam skripsi ini terbagi ke dalam empat pokok
bahasan yaitu: 4.1. Gambaran Umum Kondisi Politik India (1935-1947) setelah
Keluarnya India Government Act 1935; 4.2. Upaya-Upaya Partai Kongres dan
Liga Muslim dalam Memperkuat Kedudukan Politiknya di India (1935-1945);
4.3. Kesepakatan Politik antara Inggris Partai Kongres dan Liga Muslim dalam
Pembagian Pakistan (1946-1947); dan terakhir, Kondisi Politik
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Penulis pada bagian ini akan memaparkan beberapa kesimpulan yang menjadi
poin utama dalam pembahasan mengenai peranan Partai Kongres dan Liga
Muslim dalam pembagian India-Pakistan dalam kurun waktu 1935-1947. Merujuk
pada rumusan permasalahan yang telah dibuat pada bab pertama, penulis menarik
kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, India Government Act 1935 merupakan pemicu timbulnya
ketegangan politik antara Partai Kongres dan Liga Muslim di antara dua konflik
komunal antara Hindu dan Muslim. Terpecahnya India menjadi dua negara
dominion disebabkan oleh konflik-konflik politik yang terjadi antara Partai
Kongres dan Liga Muslim selama kurun waktu 1935-1947. Pada dasarnya
pembagian India tidak akan terjadi apabila terdapat kerja sama yang baik antara
Partai Kongres dan Liga Muslim dalam menyikapi India Government Act 1935.
Kedua, terdapat dua kesalahan dari upaya politik Partai Kongres yang
menyebabkan Liga Muslim tidak memiliki simpati sedikit pun pada partai ini, dan
tetap kukuh pada pendiriannya untuk mendirikan Pakistan lepas dari India.
Kesalahan pertama terletak pada Partai Kongres yang terlalu mendominasi
pemerintahan provinsi antara tahun 1937-1939 dan tidak memberikan ruang
sedikit pun bagi Liga Muslim untuk turut bagian dalam pemerintahan. Politik
provinsi yang dikuasainya menyebabkan munculnya kekhawatiran yang besar di
antara golongan Muslim, sehingga mendorong mereka bersatu di bawah panji
Liga Muslim untuk mendirikan negara tersendiri Pakistan.
Kesalahan berikutnya terletak pada saat Partai Kongres memutuskan
meninggalkan pemerintahan provinsi dan melakukan aksi protes menentang
Mission Cripps. Partai Kongres hanya memperhitungkan emosi politiknya
terhadap Inggris dengan melakukan aksi non-koperatif, mereka mengabaikan
potensi ancaman yang datang dari dalam. Pertumbuhan Liga Muslim yang
melonjak drastis dari tahun 1940 sampai dengan 1946, selama aktifitas politik
Partai Kongres terhenti sejak tahun 1942 setelah dua pemimpinnya yang paling
dominan yaitu Gandhi dan Nehru ditangkap oleh Inggris.
Ketiga, peranan politik Partai Kongres dan Liga Muslim dalam pembagian
India menjadi dua negara dominion terlihat dalam tiga aspek; pertama sistem
elektoral terpisah dalam India government Act 1935 telah mengantarkan bangsa
India ke dalam sistem dwi partai dengan munculnya Partai Kongres dan Liga
Muslim yang unggul secara nasional, mengalahkan partai-partai lokal yang
terdapat di 11 provinsi yang ada di India; Kedua, keberhasilan Partai Kongres dan
Liga Muslim dalam pemilihan provinsi tahun 1945-1946 mengantarkan mereka
untuk mewakili bangsa India berunding dengan Inggris menyiapkan kemerdekaan
India dalam konferensi Simla 1946; Ketiga, Inggris membagi India menjadi dua
negara dominion, karena Partai Kongres dan Liga Muslim gagal menciptakan
konsensus dalam membentuk Uni India sesuai dengan skema yang ditawarkan