• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS TERHADAP PERILAKU KREATIF PESERTA DIDIK : Studi Quasi Eksperimen Pada Pembelajaran Ekonomi Kelas X di SMAN 3 Sumedang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS TERHADAP PERILAKU KREATIF PESERTA DIDIK : Studi Quasi Eksperimen Pada Pembelajaran Ekonomi Kelas X di SMAN 3 Sumedang."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Sari Sri Handani, 2012

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

LEMBAR PENGESAHAN ...ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

ABSTRAK ...vi

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ... ... x

DAFTAR GAMBAR ... .. xi

DAFTAR LAMPIRAN ... .. xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Rumusan Masalah ...9

C.Tujuan Penelitian ...10

D.Manfaat Penelitian ...11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka ...12

1. Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah Tipe SSCS ...12

(2)

Sari Sri Handani, 2012

3. Definisi Perilaku Kreatif ... 29

4. Fungsi Kreativitas ...35

B. Penelitian Terdahulu ...37

C. Kerangka Pemikiran ...39

D. Hipotesis Penelitian ...44

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ...45

B. Metode Penelitian ...45

C. Populasi dan Sampel ...46

D. Definisi Operasional ...47

E. Instumen Penelitian ...50

F. Prosedur Penelitian ...52

G. Teknik Analisis Data ...54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...56

B. Hasil Analisis Data ...58

C. Hasil Observasi ...67

D. Hasil Wawancara ...72

E. Pembahasan Hasil Penelitian ...76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...89

(3)

Sari Sri Handani, 2012

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman 1.1. Analisis Pengukuran Kemampuan Peserta Didik Pada Mata Pelajaran

Ekonomi Kelas X SMA Negeri 3 Sumedang ... 4

2.1 Aktivitas Peserta Didik Pada Setiap Fase ………. 17

2.2. Keuntungan Metode Problem Solving SSCS Menurut Pizzini ... 19

3.1. Desain Penelitian ... 46

3.2. Variabel Penelitian ... 48

4.1. Uji Kenormalan Data Sampel ...59

4.2. Uji Homogenitas Varians ………... 60

4.3. Uji t / Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Postest) ... 61

4.4. Uji t / Uji Kesamaan Dua Rata-rata Kelas Eksperimen ... 63

4.5. Uji t / Uji Kesamaan Dua Rata-rata Kelas Kontrol ... 65

DAFTAR PUSTAKA ...93

(4)

Sari Sri Handani, 2012

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

2.1. Siklus Metode Problem Solving Tipe SSCS ...17

2.2. Teori Persimpangan Kreativitas ...28

2.3. Kerangka Pemikiran ...43

4.1. Rata-rataSkor Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...62

4.2. Rata-rataSkor Pretest dan Postest Kelas Eksperimen ...64

(5)

Sari Sri Handani, 2012

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Quisioner ...96

2. Lembar Observasi Penampilan Guru Di dalam Kelas ...100

3. Lembar Observasi Diskusi Kelompok Peserta Didik ...102

4. Pedoman Wawancara Dengan Guru ...103

5. Pedoman Wawancara Dengan Peserta Didik ...106

6. Hasil Uji Coba Instrumen ...108

7. Data Kelas Eksperimen ...112

8. Data Kelas Kontrol ...113

9. Hasil Perhitungan SPSS ...114

10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 117 11. Draft Kerja Kelompok ...129

12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ...131

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ditinjau dari berbagai aspek kehidupan, kebutuhan akan kreativitas sangatlah penting untuk mengatasi ancaman terhadap kelangsungan hidup. Pada saat ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan baik dalam kehidupan ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan serta sosial dan budaya. Secara khusus, dalam bidang pendidikan permasalahan tampak pada proses pembelajaran yang lebih menekankan pada hapalan, dan berorientasi pada hasil. Proses-proses pembelajaran yang kreatif kurang mendapat perhatian.

Kreativitas penting dipupuk dan dikembangkan dalam diri peserta didik di sekolah. Dengan alasan sebagai berikut :

(7)

Kurikulum 2006, mengamanatkan pentingnya mengembangkan kreativitas peserta didik dan kemampuan berpikir kreatif melalui aktivitas-aktivitas kreatif dalam pembelajaran Ekonomi. Kreativitas dapat dipandang sebagai produk dari berpikir kreatif, sedangkan aktivitas atau perilaku kreatif merupakan kegiatan dalam pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong atau memunculkan kreativitas peserta didik. Kurikulum tersebut juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Tetapi, kenyataannya guru lebih sering menggunakan tes tertulis dengan soal-soal yang rutin daripada menggunakan soal-soal yang mengandung pemecahan masalah. Ini berarti kreativitas khususnya perilaku kreatif peserta didik masih jarang diperhatikan, padahal perilaku kreatif peserta didik dalam memecahkan masalah sangat penting. Bahkan dalam kehidupan pribadi dan keluarga tampak ada kecenderungan kuat ke arah penstereotipan (perilaku klise), seakan-akan perilaku orisinal atau yang “lain

daripada yang lain” dipandang aneh bahkan dapat berbahaya (Munandar, 2002:5).

Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain; sebagaimana telah ditekankan oleh Guilford pada tahun 1950 dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden American Psychological Association (Munandar, 2002: 5-6), bahwa

(8)

Maka dari itu pembelajaran IPS terutama pembelajaran ekonomi dipersekolahan sangat dibutuhkan untuk membantu anak memecahkan masalah kehidupannya. Menyadari peranan penting mata pelajaran ekonomi dalam menyelesaikan masalah sehari-hari, peserta didik perlu diajarkan pemecahan masalah. Mata pelajaran ekonomi di tingkat persekolahan yang merupakan bagian IPS, materinya terdiri dari konsep-konsep dan teori-teori yang mengkaji peristiwa-peristiwa ekonomi di dalam masyarakat. Oleh karena itu, untuk mengkaji berbagai peristiwa dan permasalahan ekonomi di masyarakat diperlukan tindakan kreatif untuk mencari solusi dalam memecahkan masalah. Optimalisasi peserta didik dalam pembelajaran mampu memberikan kesempatan yang luas bagi mereka untuk terlibat dalam proses kreatif, yang nantinya dapat bermanfaat dalam kehidupan mereka di masyarakat.

Sejalan dengan permasalahan pendidikan di atas khususnya mengenai rendahnya perilaku kreatif peserta didik dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran ekonomi maupun masalah sosial. Maka lebih spesifik berdasarkan hasil pra penelitian, diperoleh fakta dan informasi bahwa pembelajaran ekonomi khususnya di SMA Negeri 3 Sumedang selama ini (1) lebih menekankan pada hafalan, (2) lebih mementingkan isi daripada proses, (3) kurang diarahkan pada pembelajaran yang bermakna dan berfungsi bagi kehidupan peserta didik (meaningful learning and functional knowledge), (4) pembelajaran lebih berpusat

(9)

konvergen dan belum tercipta suasana belajar yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar aktif dalam mengkontruksi pemikirannya dan kurang memberikan stimulus kepada peserta didik untuk berperilaku kreatif, sehingga perilaku kreatif peserta didik dalam memecahkan masalah sangat rendah.

[image:9.595.114.509.238.613.2]

Selain itu berdasarkan hasil analisis instrumen pengukuran kemampuan peserta didik (tes) pada soal ujian semester pada mata pelajaran Ekonomi kelas X tahun ajaran 2011/2012 dapat terlihat dari tabel berikut ini :

Tabel 1.1

Analisis Pengukuran Kemampuan Peserta Didik Pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 3 Sumedang

Kemampuan Jumlah Soal Persentase

Mengingat 30 60

Memakai 13 26

Mengerti 7 14

Menganalisis 0 0

Menilai 0 0

Menciptakan 0 0

Total 50 100

Sumber : Soal Ujian Semester 2011/2012

Tabel hasil analisis instrumen pengukuran kemampuan peserta didik

(10)

didik pada tingkat mengingat, mengerti dan memakai. Kemampuan mengingat merupakan kemampuan yang paling banyak diukur dalam soal hasil belajar, sedangkan untuk kemampuan lainnya seperti menganalisis, menilai dan menciptakan belum tersentuh. Dari hasil analisis pengukuran kemampuan peserta didik tersebut pula dapat kita ketahui bahwa peserta didik jarang untuk dilibatkan dalam proses berpikir kreatif dan jarang ditantang dengan soal-soal yang menuntut peserta didik untuk berpikir dan bertindak kreatif.

Pengamatan peneliti juga menunjukan bahwa rendahnya kreativitas peserta didik disebabkan karena guru cenderung lebih disibukan dengan pemikiran bagaimana materi pelajaran dapat tersampaikan kepada peserta didik, sehingga peserta didik mampu menjawab soal-soal ujian yang diberikan. Permasalahan tersebut merupakan dampak dari pembelajaran yang hanya berorientasi pada hasil. Guru merasa berhasil ketika peserta didik lulus dengan mendapat nilai yang baik. Padahal kenyataannya tidak sedikit peserta didik yang dinyatakan mampu menjawab soal ujian, namun tidak dapat menyelesaikan masalah kehidupan mereka. Jika peserta didik yang dianggap berkualitas adalah hanya peserta didik yang lulus dalam ujian, maka tidak seharusnya tingkat pengangguran terdidik terus mengalami peningkatan.

(11)

alasan mengapa peneliti menganggap bahwa kreativitas itu merupakan sesuatu yang penting dan harus ditanamkan dalam diri peserta didik sejak dini. Untuk terus dapat mengasah potensi kreatif yang ada pada diri peserta didik, peneliti menganggap perlunya penerapan metode pembelajaran yang bervariasi, dimana metode tersebut dapat menjadikan peserta didik sebagai subjek. Hal senada juga

dikemukakan oleh Myrmel (2003:1) bahwa “Students need the tools and skills to

become deliberately more creative. Creative problem solving skills can be

taught”.

Syamsudin (2007:24) berpendapat bahwa “pola-pola perilaku itu dapat

dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan (reinforcment) dengan mengkondisikan stimulus (conditioning) dalam lingkungan (environmentalistik). Oleh karena itu perilaku kreatif dapat dibentuk salah satunya melalui proses pembelajaran.

(12)

penyelesaian masalah. Kemampuan berpikir kreatif akan mempengaruhi perilaku kreatif peserta didik.

Ciri-ciri perilaku yang ditemukan Torrance pada orang-orang yang memberikan sumbangan kreatif yang menonjol terhadap masyarakat digambarkan sebagai berikut :

Berani dalam pendirian dan keyakinan, melit (ingin tahu), mandiri dalam berpikir dan dalam memberi pertimbangan, bersibuk diri terus-menerus dengan pekerjaannya atau apa yang menarik perhatiannya, intuitif, ulet, tidak bersedia menerima pendapat orang lain (termasuk otoritas) begitu saja jika tidak sesuai dengan keyakinannya (Munandar, 2002:55).

Rangsangan atau stimulus yang dilakukan oleh guru, agar peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran dapat memberikan respon, hal ini dapat dilihat dari perubahan tingkah laku. Untuk dapat menghasilkan perubahan tingkah laku yang kreatif maka rangsangan yang diberikan harus kreatif pula, dengan cara guru mencermati setiap rangsangan pada waktu sebelum dan sesudah pembelajaran. Dengan demikian akan diketahui apakah rangsangan yang diberikan dapat direspon oleh peserta didik atau tidak dan seberapa jauh peserta didik merespon setiap rangsangan yang diberikan oleh guru.

(13)

adanya hubungan kreatif antara guru dan peserta didik dan menggunakan metode-metode pembelajaran yang dapat mengembangkan daya kreatif. Hubungan guru dan peserta didik dalam pembelajaran kreatif, oleh guru diwujudkan dalam bentuk : menghargai pertanyaan dan ide-ide peserta didik, berusaha memahami apa yang dipikirkan peserta didik, mendorong untuk berpikir lebih mendalam dan terbuka serta berperilaku kreatif. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kreativitas, yang penerapannya membutuhkan metode dan sarana pembelajaran yang tepat, salah satunya adalah metode pemecahan masalah tipe SSCS. Pendapat tersebut didukung oleh Myrmel (2003:3) "creative problem solving is based upon the belief that all people are creative, that creativity skills can be taught, and

everyone can learn to problem solve better."

Maka dari itu untuk meningkatkan perilaku kreatif peserta didik dibutuhkan sebuah metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (Search Solve Create and Share) adalah metode pembelajaran yang menggunakan

pendekatan problem solving yang didesain untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif terhadap konsep ilmu. Penggunaan model ini dalam pembelajaran di kelas dapat memberikan bantuan kepada guru untuk mengembangkan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran yang berorientasi pada masalah. Peneliti menggunakan metode pembelajaran SSCS (Search Solve Create and Share) karena metode ini praktis, efektif, dan mudah untuk digunakan (Pizzini,

(14)

Pada tahap search peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan penyelidikan tentang topik yang mereka sukai untuk diselidiki. Selanjutnya pada tahap solve peserta didik membuat desain untuk rancangan yang akan digunakan untuk penyelidikan tersebut. Setelah melakukan penyelidikan peserta didik melakukan analisa dan menginterpretasikan data yang diperolehnya. Peserta Didik selanjutnya menentukan cara yang akan digunakan untuk mengkomunikasikan temuannya, dan tahap ini merupakan tahap create. Tahap terakhir dalam metode pembelajaran SSCS adalah share. Pada tahap ini peserta didik membagi atau memberikan hasil dan evaluasi dari penyelidikan yang dilakukannya. Diharapkan dalam penggunaan metode pembelajaran problem solving SSCS (Search Solve Create and Share) ini dapat meningkatkan perilaku kreatif peserta didik.

Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk melalukan sebuah penelitian yang berjudul : “Pengaruh Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah Tipe SSCS terhadap Perilaku Kreatif Peserta Didik (Studi Quasi Eksperimen

Pada Pembelajaran Ekonomi Kelas X Di SMAN 3 Sumedang)”

B. Rumusan Masalah

(15)

1. Apakah terdapat perbedaan hasil postest perilaku kreatif peserta didik antara kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS dengan kelompok kontrol?

2. Apakah terdapat perbedaan antara hasil pretest dengan postest perilaku kreatif peserta didik pada kelompok kontrol?

3. Apakah terdapat perbedaan antara hasil pretest dengan postest perilaku kreatif peserta didik pada kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh penerapan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS pada pembelajaran ekonomi dan melihat potensinya dalam meningkatkan perilaku kreatif peserta didik kelas X SMAN 3 Sumedang.

Tujuan umum tersebut dijabarkan ke dalam beberapa tujuan khusus, yaitu: 1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil postest perilaku kreatif peserta

didik antara kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS dengan kelompok kontrol.

2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan antara hasil pretest dengan posttest perilaku kreatif peserta didik pada kelompok kontrol.

(16)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan baik bagi pihak peneliti maupun bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan (secara akademik). Secara lebih rinci penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan informasi mengenai alternatif lain penggunaan metode pembelajaran selain metode konvensional.

2. Gambaran mengenai penggunaan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS dalam memilih metode pembelajaran yang tepat.

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan setelah peneliti melakukan studi awal penelitian dan telah mendapat persetujuan dari pihak sekolah untuk dilaksanakannya kegiatan penelitian.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji coba penerapan pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share) melihat pengaruhnya terhadap perilaku kreatif peserta didik di SMA. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share) dan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran

konvensional yaitu dengan metode ceramah. Data penelitian berupa data kuantitatif, yaitu skor pre-test dan post-test perilaku kreatif peserta didik sebelum dan setelah pembelajaran. Desain eksperimen yang digunakan adalah Quasy Experimental Design dengan bentuk Nonequivalent Control Group Design

(18)
[image:18.595.113.512.157.603.2]

Tabel 3.1

Desain Penelitian

Kelas Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen 0 X 0

Kontrol 0 0

Keterangan :

X : Perlakuan pembelajaran dengan metode Problem solving tipe search, solve, create and share (SSCS)

0 : Tes perilaku kreatif peserta didik

C. Populasi Dan Sampel

(19)

sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan metode ceramah.

D. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dengan melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Metode

pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share), sedangkan varibel terikatnya (Y) adalah perilaku kreatif peserta didik. Berikut adalah penjelasan varibel beserta indikatornya :

1. Metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS

Metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (Search Solve Create and Share) adalah metode pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem

solving yang didesain untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif terhadap konsep ilmu. Penggunaan model ini dalam pembelajaran di kelas dapat memberikan bantuan kepada guru untuk mengembangkan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran yang berorientasi pada masalah. Peneliti menggunakan metode pembelajaran SSCS (Search Solve Create and Share) karena metode ini praktis, efektif, dan mudah untuk digunakan (Pizzini, 1991:5).

(20)

selanjutnya menentukan cara yang akan digunakan untuk mengkomunikasikan temuannya, dan tahap ini merupakan tahap create. Tahap terakhir dalam metode pembelajaran SSCS adalah share. Pada tahap ini peserta didik membagi atau memberikan hasil dan evaluasi dari penyelidikan yang dilakukannya. Diharapkan dalam penggunaan metode pembelajaran problem solving SSCS (Search Solve Create and Share) ini dapat meningkatkan perilaku kreatif peserta didik.

2. Perilaku Kreatif

Menurut Munandar (2002:70), perilaku kreatif dioperasionalisasi dalam dimensi sebagai berikut: keterbukaan terhadap pengalaman baru, kelenturan dalam berpikir, kebebasan dalam ungkapan diri, menghargai fantasi, minat terhadap kegiatan kreatif, kepercayaan terhadap gagasan sendiri dan kemandirian dalam memberi pertimbangan.

[image:20.595.110.535.241.737.2]

Dari uraian di atas dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator

Metode Pembelajaran Problem Solving SSCS (X)

(Pizzini, Abel dan Shepardson, 1988)

1. Search, 1. Memahami soal atau kondisi

yang diberikan kepada peserta didik, yang berupa apa yang diketahui, apa yang tidak diketahui, apa yang ditanyakan, 2. Melakukan observasi dan

investigasi terhadap kondisi tersebut,

3. Membuat

pertanyaan-pertanyaan kecil,

(21)

2. Solve,

3. Create

4. Share.

1. Menghasilkan dan

melaksanakan rencana untuk mencari solusi

2. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif, membentuk hipotesis yang dalam hal ini berupa dugaan jawaban,

3. Memilih metode untuk memecahkan masalah,

4. Mengumpulkan data dan menganalisis

1. Menciptakan produk yang berupa solusi masalah berdasarkan dugaan yang telah dipilih pada fase sebelumnya. 2. Menguji dugaan yang dibuat

apakah benar atau salah.

3. Menampilkan hasil yang sekreatif mungkin dan jika perlu

peserta didik dapat

menggunakangrafik, poster atau model

1. Berkomunikasi dengan guru dan teman sekelompok dan kelompok lain atas temuan, solusi masalah. Peserta didik dapat menggunakan media rekaman, video, poster, dan laporan

2. Mengartikulasikan pemikiran mereka, menerima umpan balik dan mengevaluasi solusi.

Perilaku Kreatif (Y) (Munandar, 2009 : 70)

1. Keterbukaan terhadap

pengalaman baru

1.Menganggap sesuatu sebagi petualangan atau tantangan 2.Memiliki rasa ingin tahu

terhadap sesuatu/benda

(22)

2. Fleksibilitas dalam sikap

1.Terbuka terhadapperbedaan 2.Tidak terpaku terhadap satu cara

pandang 3. Kebebasan dalam

ungkapan diri

1.Merasa bebas untuk

mengungkapkan pikiran sendiri

2.Merasa bebas untuk

mengungkapkan perasaan sendiri 4. Menghargai

Fantasi

1. Melakukan kegiatan berfantasi (berkhayal)

2. Mendokumentasikan/

menyimpan hasil/ objek khayalan

5. Minat terhadap kegiatan kreatif

1.Permaianan konstruktif 2.Minat dalam humor

6. Kepercayaan terhadap gagasan sendiri

1. Memiliki keberanian untuk mengungkapkan hasil pikiran atau perasaan kepada orang lain. 2. Memiliki keyakinan bahwa gagasan sendiri merupakan sesuatu yang baik

7. Kemandirian dalam memberikan pertimbangan

1. Mampu menentukan penilaian sendiri terhadap suatu hal

2. Tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga macam instrumen yaitu, angket dan lembar observasi peserta didik. Angket sebagai instrumen untuk mengukur Perilaku kreatif peserta didik dan lembar pengamatan keterlaksanaan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS.

(23)

Angket bertujuan untuk mengukur perilaku kreatif peserta didik merupakan angket yang sudah baku yang dibuat oleh Dennis Hocevar (1979) yaitu Creative Behavior Inventory (CBI). Angket ini berupa pertanyaan mengenai perilaku kreatif peserta didik yang berjumlah 77 butir. Pertanyaan meliputi inventarisasi kegiatan peserta didik di bidang sastra, musik, kerajinan, kesenian, akting, matematika dan ilmu pengetahuan. Inventori kreatif hanyalah sebuah daftar kegiatan dan yang umumnya dianggap untuk menjadi kreatif, frekuensi dari perilaku remaja dan dewasa.

2. Lembar pengamatan keterlaksanaan metode pembelajaran problem solving tipe Search, Solve, Create and Share (SSCS)

Lembar pengamatan ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan Metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share) (SSCS) sesuai dengan Rencana Program Pembelajaran (RPP) kegiatan

Metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share).

3. Wawancara

Wawancara ini merupakan tanggapan dari peserta didik dan guru bidang studi ekonomi di SMAN 3 Sumedang yang berhubungan dengan keberhasilan implementasi Metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share).

Dalam menguji kesahihan tes dengan bantuan software SPSS Versi 16 for Windows, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

(24)

Validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur apa yang harus diukur. Peneliti melakukan uji validitas angket dengan bantuan software SPSS Versi 16 for Windows.

b) Reliabilitas tes

Reliabilitas merupakan ketetapan suatu tes apabila dicobakan pada subjek yang sama. Reliabilitas berhubungan dengan tingkat kepercayaan, dimana suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk melihat reliabilitas tes dengan bantuan software SPSS Versi 16 for Windows.

Berdasarkan hasil uji coba instrumen yaitu Creative Behavior Inventory (CBI) pada 150 responden di SMAN 3 Sumedang untuk mengukur reliabilitas alat

tes diperoleh koefisien Cronbach Alpha sebesar 0,924. Artinya instrumen ini valid dan reliabel dan masing-masing item sebanyak 77 butir pun semuanya reliabel di atas 0,9. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat di lampiran.

c) Uji Hipotesis

Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows versi 16 dengan teknik analisis Independent Sample Tes dan Paired

Sample t Test.

F. Prosedur Penelitian

(25)

45 Menit. Pretes dilakukan sebelum pembelajaran berlangsung dan postest dilakukan setelah pembelajaran selesai.

Prosedur yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengadakan pra penelitian sebagai penjajakan awal di SMAN 3 Sumedang diantaranya memohon ijin kepada kepala sekolah untuk melaksanakan penelitian dan berdiskusi dengan guru ekonomi kelas X untuk memperoleh gambaran mengenai kreativitas peserta didik khususnya perilaku kreatif peserta didik dan penerapan Metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share) .

2. Melakukan studi dokumentasi dan penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan cara diundi.

3. Melaksanakan uji coba instrumen penelitian pada responden sebanyak 150 orang dan dilanjutkan dengan menganalisis data hasil uji coba instrument. 4. Melakukan tes awal (pretest) pada peserta didik kelas eksperimen dan kelas

kontrol untuk mendapatkan gambaran mengenai perilaku kreatif peserta didik sebelum diberikan perlakuan.

(26)

6. Mengadakan tes akhir (Postes) untuk mengetahui perilaku kreatif peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, baik pada peserta didik kelompok eksperimen maupun peserta didik kelompok kontrol.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam pengujian hipotesis penelitian ini diperoleh dengan menggunakan SPSS for windows versi 16.

Langkah-langkah pengolahan dan analisis data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis pertama, melakukan analisis data pretest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maksudnya untuk mengetahui keadaan awal subjek yang akan diteliti. Pada tahap ini, kondisi subjek penelitian secara statistik diharapkan sama antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk sampel yang independen. Keadaan awal subjek yang akan dikenai perlakuan adalah sama, jika hasil statistik uji t memiliki peluang kekliruan (α) lebih besar dari 0,05.

Dalam hal lain berarti kondisi awal sebelum perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda.

(27)

berarti kondisi awal setelah perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen dan kontrol adalah sama.

3. Analisis ketiga, membandingkan skor pretest dan postest kelompok eksperimen. Tujuannya adalah untuk melihat perbedaan yang ditimbulkan oleh perlakuan yang diberikan pada subjek, apakah naik atau turun. Secara statistik diharapkan hasil postest lebih tinggi dibandingkan dengan pretest. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk paired sample. Hasil postest lebih baik dibandingkan dengan hasil pretest pada kelompok eksperimen jika harga statistik uji t memiliki memiliki peluang kekliruan (α) lebih kecil dari 0,05. Dalam hal lain, berati kondisi setelah perlakuan diberikan pada kelompok sama.

4. Analisis keempat membandingkan skor pretest dan postest kelompok kontrol. Tujuannya adalah untuk melihat perbedaan yang ditimbulkan oleh perlakuan yang diberikan pada subjek, apakah naik atau turun. Secara statistik diharapkan hasil postest lebih tinggi dibandingkan dengan pretest. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk paired sample. Hasil postest lebih baik dibandingkan dengan hasil pretest pada kelompok kontrol jika harga statistik uji t memiliki memiliki peluang kekliruan (α) lebih kecil dari

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah peneliti memaparkan beberapa kondisi dan proses pembelajaran serta beberpa temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu tentang pengaruh

metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share) terhadap perilaku kreatif peserta didik dalam pembelajaran ekonomi. Maka

kesimpulan secara umum bahwa metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share) dan metode konvensional mampu meningkatkan perilaku kreatif peserta didik. Metode pengajaran yang disajikan oleh guru secara kreatif mampu meningkatkan perilaku kreatif peserta didik. Meskipun terjadi peningkatan perolehan nilai rata-rata (Postest) perilaku kreatif peserta didik di kelas kontrol tanpa perlakuan. Namun Terjadi perbedaan yang lebih tinggi dari skor postest kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol.

Secara khusus kesimpulan yang berkenaan dengan rumusan masalah dan hipotesis penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share) dengan pembelajaran konvensional di kelas kontrol terhadap perilaku

(29)

search, solve, create and share (SSCS) dengan metode konvensional dalam

meningkatkan perilaku kreatif peserta didik. Hal tersebut disebabkan terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi sehingga hasil penelitian menunjukan tidak adanya perbedaan. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada pembahasan, adapun faktor yang diindikasikan telah mempengaruhi yaitu keterbatasan waktu dalam penelitian, kesulitan guru memberikan treatment yang berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam materi dan hari yang bersamaan dan faktor yang ketiga adalah sedikitnya jumlah sampel yang diteliti.

2. Pada kelas kontrol tanpa terdapat perbedaan perilaku kreatif peserta didik yang signifikan antara pengukuran awal dengan pengukuran akhir. Ini berarti proses pembelajaran di kelas kontrol mampu mengubah perilaku kreatif peserta didik menjadi lebih baik.

3. Pada kelas eksperimen, terdapat perbedaan perilaku kreatif peserta didik yang signifikan antara pengukuran awal dengan pengukuran akhir dengan menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share). Ini menunjukkan bahwa metode SSCS tersebut

secara efektif mampu meningkatkan perilaku kreatif peserta didik.

(30)

sedangkan perilaku kreatif membutuhkan pembiasaan dalam waktu yang relatif lama, kesulitan guru memberikan treatment yang berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam materi dan hari yang bersamaan dan faktor yang ketiga adalah sedikitnya jumlah sampel yang diteliti.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share) sebagai salah satu metode pembelajaran di kelas-kelas lainnya untuk meningkatkan perilaku kreatif peserta didik.

2. Untuk dapat membantu peserta didik meningkatkan perilaku kreatifnya diperlukan guru yang kreatif pula. Oleh karena itu diharapkan kepada seluruh guru untuk dapat terus mengasah dan meningkatkan potensi kreatif yang dimilikinya dengan cara mengikuti pendidikan dan pelatihan-pelatihan. 3. Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat mendukung segala aktivitas guru

(31)

4. Mengingat berbagai kelemahan dan penelitian ini, peneliti menyarankan kepada peneliti – peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian yang serupa diharapkan dapat melakukannya dalam waktu yang lebih lama dan dalam jumlah sampel yang lebih besar, dan pastikan guru yang memberikan treatment dapat membedakan perlakuan yang diberikan kepada kelas

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Al-Khalili. ( 2005). Mengembangkan Kreatifitas Anak. Jakarta : Al-Kautsar. Anshori, F dan Muchtaram, R.D. (2002). Mengembangkan Kreativitas dalam

Perspektif Psikologi Islam.Yogyakarta:Menara Kudus.

Ayan, J. E. (2002). Bengkel Kreativitas. Bandung : Kaifa.

Bobbi de Porter dan Mike, Hernacki. (2005). Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Mizan Media Utama.

Cropley, J. A. (1997). More Ways Than One : Fostering Creativity.New Jersey : Ablex Publishing Corporation.

Filsaime, Dennis K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.

Fisher and Williams. (2004). Unlocking Creativity Teaching Accros The Curiculum. London : David Fulan Publisher.

Munandar, S.C.U. (2002). Kreativitas & Keberbakatan. Strategi Mewujudkan potensi kreatif & Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

---.(2009). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:PT Gramedia Widya Indonesia.

Ormord, J. E. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Pizzini, E. L., Abel, S.K, & Shepardson, D. P. (1988). Rethinking Thingking in the Science Classroom, The Science Teacher, December.p 22-25.

Pizzini, E.L. (1991). SSCS Implementation Handbook Useful Problem Solving. Iowa City : The University of Iowa.

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

(33)

Soemardjan, Selo. (1983). Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya. Jakarta:PT Gramedia.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supriadi, D. (2001). Kreativitas, Kebudayaan, dan Pengembangan IPTEK. Bandung : Depdikbud – PT Alfabeta.

Syamsudin, M.A. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sumber Skripsi, Tesis dan Disertasi :

Daties, M.M. (2010). Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving (Cps) Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa : Studi Eksperimen Mata Pelajaran IPS Kelas VII Pokok Bahasan Kreativitas Dalam Tindakan Ekonomi Di SMP Negeri 143 Jakarta Utara. Tesis Pada SPs UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Dessy, T.R. (2010). Pengaruh Metode Role Playing Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran IPS-Ekonomi (Studi Eksperimen di SMA Nusantara Indah Sintang Kalimantan Barat). Tesis Pada SPs UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Irwan. (2011). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis dan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa Melalui Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create and Share (SSCS). Disertasi Pada SPs UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Kardius, R. (2009). Model Pembelajaran Inkuiri Sosial Dalam Mengembangkan Berfikir Kreatif Siswa Pada Bidang Studi IPS-Ekonomi Melalui Isu-isu Ekonomi Kontemporer di SMA (Studi Eksperimen Di SMA Panca Setya Sintang Kalimantan Barat). Tesis Pada SPs UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Mushofahah, S. (2009). Hubungan Antara Kreativitas Non-Aptitude Trait dengan Penyesuaian sosial siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif-Analitik Terhadap Siswa Kelas V SD Assalam Bandung Tahun Ajaran 2008/2009). Skripsi Pada Jurusan Psikologi FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan. Ramson. (2010). Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS)

(34)

Sumber Internet :

Alexander, K.D. (2007). Effect of Instruction in Creative Problem Solving on Cognition, Creativity and Staisfaction among Ninth Grade Students in An Introduction to World Agricultural Science and Technology Course. Disertation. The Graduate Faculty of Texas Teach University. [Online]. Tersedia : http://www.scirus.com [20 Desember 2011]

Awang, H dan Ramli. (2008). Creative Thinking Skill Approach Through Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in the Engineering Classroom. International Journal of Social Sciences 3:1. [Online]. Tersedia : www.waset.org/journal/ijhss/v3/v3-1-3.pdf [ 24 Oktober 2011] Hocevar, D. (1979). Creative Behavior Inventory. [Online]. Tersedia :

http://www.creativelearning.com/creative-problem-solving/25/50-assessing-creativity-test-16.html [28 Januari 2012].

Juliantine, T. (2009). Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pendidikan Jasmani. Makalah. [Online].Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAH RAGA/196807071992032TITE_JULIANTINE/19.__MAKALAH_SEMI NAR_PENGBANGAN_KREATIVITAS_MELALUI_PEMB_INKUIRIx. pdf [24Maret2012]

Myrmel, M. K. (2003). Effect Of Using Creative Problem Solving in Eight Grade Technology Education Class At Hopkins North Junior High School. Research Paper to Submitted in Partial Fulfillment of The Requirements for Master of Science Degree. The Graduate School University of

Winconsin: Stout. [Online]. Tersedia :

http://www2.uwstout.edu/content/lib/thesis/2003/2003myrmelm.pdf [12 Juni 2012].

Pizzini, Edward L., dan Shepardson, Daniel P. (1990). A comparison of the classroom dynamics of a problem-solving and traditional laboratory

model of instruction using path analysis. [Online].Tersedia

http://adsabs.harvard.edu/abs/ 1992JRScT. .29...243P, [24 Oktober 2011]

Sumber Dokumen :

(35)

Gambar

Tabel 1.1 Analisis Pengukuran Kemampuan Peserta Didik Pada Mata
Tabel 3.1
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Bagan Gambaran Dinamika : Menulis Refleksi Diri Membantu Proses Perkembangan Pribadi Seminaris Menjadi Lebih berkualitas. dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan yang dimiliki siswa kelas IXA yang bahasa pertamanya bahasa Indonesia adalah baik dengan nilai rata-rata sebesar 81,25; kemampuan

Framework of audit model of academic IS consists of several interconnected parameters, among others are (a) internal business processes of higher education, (b)

Dengan membuat sebuah sistem yang baru yaitu dengan memberikan nilai bobot kepada kriteria spesifikasi smartphone diharapkan dapat menjadikan solusi kepada pembeli

 Gentrification is a back to the city movement of capital, not people. 

Jumlah kunjungan neonatus 1 (KN1) idealnya sama atau lebih rendah dibandingkan dengan jumlah ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan (linakes). Oleh karena

Untuk menjadi manusia seperti itu, kata Syamsuddin, bila tidak memiliki karakter yang kuat untuk berhasil maka semua kelebihannya akan sia-sia; ketika membimbing

 • Siswa mengidentifikasikan tokoh utama dan tokoh lain yang ia temukan, siswa mengidentifikasi di mana cerita tersebut terjadi..  • Siswa menggunakan