• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYESUAIAN DIRI SISWA TUNANETRA DALAM BELAJAR MATEMATIKA DI SMA PURAGABAYA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENYESUAIAN DIRI SISWA TUNANETRA DALAM BELAJAR MATEMATIKA DI SMA PURAGABAYA BANDUNG."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta. Erlangga.

Lowenfels, B. (1979). Siswa tunanetra di Sekolah Bab II-IX. Terjemahan. Jakarta : BP3K.

Maleong, J Lexy. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rosda Karya

Mason, H. (1999). Assesmen of Vision. London : Ally dan Bacon

Nawawi, A. (2007). Hand Out Perkuliahan. Pada FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Scneiders, Alexander. (1964). Personal Adjustment & Mental Health. New York : Holt Rinehart

& Witson

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D).

Bandung : Alfabeta.

Tarsidi, D. (2007). Dampak ketunanetraan. [online]. Tersedia ;

http://d-tarsidi.blogspot.com/2007/11/dampak-ketunanetraan-terhadap.html.[12-April-2010]

Tarsidi, D. (2009). Model Konseling Rehabilitasi bagi individu Tunanetra Dewasa. Disertasi.

Pada SPS UPI bandung

Santoso ,S.(2010).Penerapan Psikologi Sosial.Surabaya:Aditama

http://infopublik.kominfo.go.id/index.php?page=news&newsid=29063

http://onnybudi.blogspot.com/2011/05/makalah-pendidikan-tuna-netra.html

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan ABK dalam

menyuarakan hak–haknya, maka kemudian muncul konsep pendidikan inklusi.

Dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 2

tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab III ayat 5 dinyatakan bahwa

setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan.

Pendidikan inklusi adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkin

mengakomodasi semua anak termasuk anak yang memiliki kebutuhan khusus atau

anak luar biasa di sekolah atau lembaga pendidikan (diutamakan yang terdekat

dengan tempat tinggal anak) bersama dengan teman-teman sebayanya dengan

memperhatikan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak. (Tim

Pendidikan Inklusi Jawa Barat, 2003:4).

Keterbatasan-keterbatasan yang terkait dengan ketunaan sebagian besar

diakibatkan oleh lingkungan yang nonakomodatif dan sikap diskriminatif dari

orang-orang non-ketunaan, bukan oleh kekurangan fungsional yang terkait dengan

ketunaan itu sendiri (Seelman, 1998 - dalam Bellini & Rumrill, 1999). Helen

Keller (Tarsidi, 2007) bahkan mengamati bahwa hambatan utama bagi seorang

tunanetra bukanlah ketunanetraannya itu sendiri melainkan sikap masyarakat

terhadap ketunanetraan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan, yaitu dengan

(3)

reguler, maka diperoleh informasi bahwa pelajaran yang menempati posisi

pertama sebagai mata pelajaran yang paling tidak disukai dan sulit untuk

dipelajari oleh siswa tunanetra adalah matematika. Pelajaran matematika di

sekolah reguler merupakan salah satu syarat bagi kenaikan kelas dan kelulusan

bagi siswa. Jika nilai matematika yang diperoleh siswa tidak mencapai nilai

minimal untuk kenaikan atau kelulusan, maka siswa tersebut tidak akan naik atau

lulus dan atas dasar itulah yang menjadi latar belakangi penelitian yang penulis

lakukan.

Salah satu sekolah reguler yang menerima siswa tunanetra adalah sekolah

menengah atas (SMA) Puragabaya Bandung. Sudah ada beberapa siswa tunanetra

yang lulus dari sekolah ini. Penyesuaian diri siswa tunanetra dalam belajar

matematika di sekolah integrasi khususnya di SMA Puragabaya Bandung sangat

penting sekali untuk dikaji. Ketidak berhasilan atau kesulitan penyesuaian siswa

tunanetra dalam belajar matematika akan sangat berdampak besar, yaitu

menimbulkan kegagalan dalam mengikuti pembelajaran di sekolah reguler, yang

pada akhirnya dapat menimbulkan masalah sosial yang dialami oleh siswa

tunanetra itu sendiri. Oleh karena itulah skripsi ini penulis dedikasikan untuk

meneliti mengenai prihal Penyesuaian Diri Siswa Tunanetra dalam Belajar

Matematika di SMA Puragabaya Bandung”,dan juga merupakan judul dari skripsi

yang penulis buat ini.

Kurang diterapkannya layanan pendidikan berbasis inklusi di SMA reguler

merupkan salah satu kendala utama pelayanan pendidikan bagi siswa tunanetra,

(4)

penyandang tunanetra sulit berkembang di SMA reguler. Begitu pula yang penulis

amati di SMA Puragabaya Bandung, terutama dalam matapelajaran matematika.

Peroses pembelajaran serta perlakukan secara umum bagi setiap siswa terutama

siswa tunanetra merupakanhal yang harus di evaluasi dari kegiatan pembelajaran

di setiap sekolah reguler dan tidak terkecuali di SMA puragabaya.Selain

dariupada itu media pembelajaran yang kurang bisa memfasilitasi siswa tunanetra

dalam proses pembelajaran ikut menjadi sebuah beban bagi pelayanan pendidikan

bagi siswa penyandang tunanetra yang seharusnya semaksimal mungkin

mengakomodasi semua anak termasuk anak yang memiliki kebutuhan khusus atau

anak luar biasa di sekolah atau lembaga pendidikan (diutamakan yang terdekat

dengan tempat tinggal anak) bersama dengan teman-teman sebayanya dengan

memperhatikan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak. (Tim

Pendidikan Inklusi Jawa Barat, 2003:4).

Besar harapan penulis dengan adanya skripsi ini dapat menjadi sebuah

bahan evaluasi dan juga gambaran untuk perbaikan pendidikan bagi siswa

tunanerta yang bersekolah di sekolah reguler .

B. Fokus Penelitian

Untuk memberikan batasan yang jelas tentang permasalahan yang akan

diteliti, maka perlu kiranya dikemukakan terlebih dahulu fokus masalah dari

penelitian ini. Adapun yang menjadi fokus permasalahan di sini adalah :

“Bagaimana penyesuaian diri siswa tunanetra dalam belajar matematika di

(5)

Dari fokus permasalahan tersebut peneliti merincinya menjadi beberapa

sub fokus masalah agar lebih terarah. Adapun yang menjadi sub fokus masalah itu

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penyesuaian siswa tunanetra terhadap kegiatan pembelajaran

matematika di kelas?

2. Bagaimana penyesuaian siswa tunanetra dalam mengikuti evaluasi

pembelajaran matematika?

3. Apa yang menjadi hambatan penyandang tunanetra dalam proses maupun

evaluasi pemblajaran matematika?

4. Bagaimana upaya siswqa tunanetra dalam mengatasi hambatan proses

maupun evaluasi pembelajaran matematika?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran tentang penyesuaian

diri siswa tunanetra dalam belajar matematika di SMA Puragabaya, yang

dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan yang lebih spesifik, sebagai berikut :

1. Mengetahui penyesuaian siswa tunanetra dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran matematika di kelas.

2. Memperoleh informasi mengenai penyesuaian siswa tunanetra dalam

mengikuti evaluasi pembelajaran matematika.

3. Mengetahui hambatan atau kesulitan apa saja yang dihadapi oleh siswa

tunanetra dalam penyesuaian diri untuk mengikuti proses maupun ealuasi

(6)

4. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah serta siswa

dalam penyesuaian diri siswa tunanetra dalam proses dan evaluasi

pembelajaran matematika.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Sebagai bahan tinjauan serta evaluasi guru matapelajaran matemetika di

sekolah regular dalam memahami maupun evaluasi pembelajaran terhadap

siswa tunanetra.

2. Sebagai bahan kajian, masukan dan pertimbangan bagi pihak sekolah untu

mengembangkan kurikulum maupun kegiatan belajar mengajar dalam

dunia pendidikan .

3. Memberikan pengetahuan mengenai penyesuaian diri bagi siswa

tunanetra,terutama dalam proses penyesuaian diri terhadap proses

pembelajaran matematika .

4. Sebegai solusi efektif dalam memaksimalkan proses pemebelajaran

matematika bagi siswa penyandang tunanetra di sekolah regular.

5. Mengetahui hambatan serta kesulitan belajar siswa tunanerta dalam

pembelajaran matematika dikelas serta bagaimana cara tunanetra

menghadapi evaluasi proses pembelajaran.

6. Sebagai bahan penelitian selanjutnya.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

(7)

ini ialah melukiskan keadaan sesuatu atau yang sedang terjadi pada saat penelitian

berlangsung terkait memaksimalkan proses maupun evaluasi pembelajaran di

sekolah regular terkait penyesuaian diri siswa tunanetra.

Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari tahap

pra-lapangan, tahap pekerjaan pra-lapangan, sampai tahap pemeriksaan keabsahan data

mengikuti apa yang disampaikan oleh Moleong (1993:85-103). Sedangkan untuk

tahap analisis data, peneliti merujuk pada apa yang disampaikan oleh Miles &

Huberman (1992:16-18).

Pada tahap pra lapangan penulis melakukan langkah strategis dengan Menyusun

Rancangan Penelitian berupa penyusunan rangkaian penelitian yang diajukan

dalam bentuk proposal pembuatan skripsi peneliti dilanjutkan dengan memilih

latar penelitian yang di data yang ditemukan oleh peneliti pada tahap pra observasi di

SMA Puragabaya Bandung Menyiapkan Peralatan Penelitian untuk memperjelas dan

mempermudah kegiatan pengumpulan data yang diperoleh di lapangan. Serta

mempersiapkan kisi-kisi instrumen penelitian yang terdiri dari pedoman wawancara

dan pedoman observasi.

Setelah itu pada tahap pekerjaan lapangan peneliti melakukan persiapan berupa

pengenalan identitas dan juga pemaparan waktu penelitian pada perangkat sekolah

dan pada saat memasuki lapangan mencoba mengumpulkan datadengan cara

berinteraksi melalui kegiatan wawancara berdasarkan pengarahan batas studi.

Pengarahan batas studi dilakukan dengan memperhatikan batasan studi berdasarkan

fokus masalah yang akan diteliti, yaitu Penyesuaian diri siswa tunanetra dalam

(8)

dilakukan pada saat dan sesudah berlangsung pengumpulan data, baik pada

saat kegiatan wawancara maupun pada saat dan sesudah kegiatan observasi

berlangsung. Data yang dicatat antara lain adalah wawancara dan observasi, dalam

penelitian ini data yang dicatat dalam wawancara bersumber dari subjek dua orang

guru dan satu orang siswa, yaitu:

a) Dua orang guru Matematika di kelas X dan kelas XI.

(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian mengenai Penyesuaian Diri Siswa Tunanetra dalam Belajar

Matematika di SMA Puragabaya Bandung ini menggunakan metode kualitatif

dengan pendekatan deskriptif. Metode yang digunakan bermaksud untuk

memahami, mengungkap dan menjelaskan berbagai gambaran atas

fenomena-fenomena yang ada di lapangan, kemudian dirangkum menjadi kesimpulan

deskriptif berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berupaya memecahkan

masalah dan menjawab berbagai pertanyaan dari masalah yang sedang dihadapi

tersebut serta bertujuan untuk memahami fenomena sosial dari perspektif para

partisipan yang melibatkan kehidupan semua orang yang terlibat. Sebagaimana

seorang ahli mengemukakan:

Penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (Kirk & Miller dalam Moleong, 1993:3).

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa dalam penelitian

kualitatif peneliti sendiri yang menjadi instrumen kunci (key instrumen) dalam

upaya mengumpulkan informasi tentang data yang akan diteliti, sedangkan

instrumen lainnya hanyalah sebagai pelengkap. Peneliti juga sekaligus sebagai

perencana, pelaksana pengumpulan data, penganalisis data, dan pada akhirnya akan

(10)

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang guru Matematika kelas X

dan XI, dan satu orang siswa tunanetra kelas XI SMA Puragabaya Bandung.

Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang bersedia memberikan

informasi-informasi berisi keterangan dan data penting yang dibutuhkan dalam penelitian

ini. Informasi langsung didapat dari dua orang guru Matematika di kelas X dan

kelas XI, dan satu orang siswa tunanetra kelas XI.

Tabel 3.1.

Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari tahap

pra-lapangan, tahap pekerjaan pra-lapangan, sampai tahap pemeriksaan keabsahan data

mengikuti apa yang disampaikan oleh Moleong (1993:85-103). Sedangkan untuk

(11)

Huberman (1992:16-18). Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat

pada bagan berikut ini :

Bagan 3.1 Tahap-tahap penelitian

(12)

1. Tahap Pra lapangan

a. Menyusun Rancangan Penelitian. Kegiatan ini merupakan tahap awal

dari serangkaian proses penelitian. Intinya berupa penyusunan

rancangan penelitian yang diajukan dalam bentuk proposal pembuatan

skripsi peneliti.

b. Memilih Latar Penelitian. Proses pemilihan latar penelitian ini diawali

dengan data yang ditemukan oleh peneliti yang selama ini peneliti amati

pada SMA Puragabaya Bandung tersebut yang berada di jalan Dr.

Djunjunan Bandung.

c. Mengurus Perizinan Penelitian. Pengurusan perizinan yang bersifat

administratif dilakukan dengan memulai dari tingkat Jurusan, Fakultas,

dan Universitas serta lembaga-lembaga terkait dan sekolah tersebut.

d. Menyiapkan Peralatan Penelitian. Pada tahap ini, peneliti menyiapkan

segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk memperlancar, memperjelas

dan mempermudah kegiatan pengumpulan data yang diperoleh di

lapangan. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah mempersiapkan kisi-kisi

instrumen penelitian yang terdiri dari pedoman wawancara dan pedoman

observasi.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

a. Memahami Latar Penelitian

1) Pembatasan penelitian. Pemahaman latar penelitian menjadi sangat

(13)

efektif. Adapun latar penelitian ini dibatasi pada lokasi dimana kasus

berada.

2) Penampilan. Dalam melakukan penelitian, peneliti juga sangat

memperhatikan penampilan. Karena salah satu lokasi penelitian ini di

sekolah, maka peneliti juga berusaha untuk tampil dengan sopan dan

formal.

3) Pengenalan hubungan peneliti di lapangan. Penelitian ini bersifat

pengamatan langsung tanpa berperan serta, maka peneliti berusaha agar

hubungan dengan lingkungan yang ada di lokasi penelitian tetap penuh

keakraban, tanpa harus mempengaruhi berbagai kondisi dan perilaku

alami yang ada di lokasi penelitian.

4) Jumlah waktu studi. Peneliti mengalokasikan waktu penelitian di

lapangan selama tiga minggu, diharapkan dengan jumlah waktu

yang sangat terbatas ini berbagai data penelitian dapat terkumpul

dengan baik.

b. Memasuki lapangan

1) Keakraban hubungan. Keakraban hubungan peneliti dengan lingkungan

sosial di lokasi penelitian selalu berusaha dijaga oleh peneliti, agar

mempermudah peneliti dalam upaya memperoleh berbagai data yang

diinginkan.

2) Peranan peneliti. Peranan peneliti dalam aktivitas yang ada di lokasi

penelitian tidak besar, karena penelitian ini dilakukan dengan

(14)

peneliti menghindari peran serta langsung, karena dikhawatirkan hal

tersebut akan mempengaruhi kondisi dan perilaku yang terjadi di

lokasi penelitian.

c. Berinteraksi dan mengumpulkan data

1) Pengarahan batas studi. Pengarahan batas studi dilakukan dengan

memperhatikan batasan studi berdasarkan fokus masalah yang akan

diteliti, yaitu Penyesuaian diri siswa tunanetra dalam belajar

matematika oleh guru Matematika di sekolah tersebut. Pengarahan

batas studi ini menjadi penting, agar pada saat berada di lokasi

penelitian, peneliti tidak terjebak pada masalah-masalah yang berada di

luar fokus masalah penelitian.

2) Mencatat Data, dilakukan pada saat dan sesudah berlangsung

pengumpulan data, baik pada saat kegiatan wawancara maupun

pada saat dan sesudah kegiatan observasi berlangsung.

3) Data yang dicatat antara lain adalah wawancara dan observasi, dalam

penelitian ini data yang dicatat dalam wawancara bersumber dari subjek

dua orang guru dan satu orang siswa, yaitu:

a) Dua orang guru Matematika di kelas X dan kelas XI.

b) Satu orang siswa tunanetra kelas XI.

(15)

Adaptasi Siswa Tunanetra

1. Apakah sekolah menyediakan fasilitas khusus bagi siswa tunanetra dalam

kegiatan pembelajaran maupun evaluasi matematika?

2. Bagaimana perlakuan dan sikap guru/siswa awas pada saat pembelajaran dan

evaluasi matematika?

3. Apakah kamu mendapatkan perlakuan khusus dari guru ketika pembelajaran

matematika di kelas?

4. Media dan metode apa yang biasa dipakai oleh guru dalam pembelajaran

matematika?

5. Apakah media atau metode yang dipakai sesuai untuk siswa tunanetra?

6. Apakah kamu sering terlibat atau dilibatkan dalam kegiatan diskusi kelas?

7. Bagaimana pendapat mengenai kurikulum (matematika) yang dipakai oleh

sekolah?

8. Apakah guru atau teman sekelas sering membantumu dalam kegiatan belajar

matematika di kelas?

9. Bagaimana bentuk evaluasi matematika?

10. Bagaimana pelaksanaan evaluasi pembelajaran matematika?

11. Apakah mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran matematika?

12. Apakah mengalami kesulitan terhadap bentuk dan pelaksanaan evaluasi

pembelajran matematika?

13. Bagaimana upaya kamu lakukan dalam mengatasi hambatan kegiatan

(16)

3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menilai apakah data-data yang diperoleh itu sudah sahih dan

dapat dipercaya atau valid, maka peneliti perlu melakukan pemeriksaan

secara seksama dan teliti, sebab, hanya data yang valid yang dapat diteliti.

Kevalidan suatu data dilihat dari substansi, sumber data, maupun

pengambilan datanya. Dalam melaksanakan pemeriksaan keabsahan data

dilakukan beberapa teknik yaitu sebagai berikut:

a. Ketekunan Pengamatan. Untuk memperoleh keabsahan data diperlukan

ketekunan pengamatan dalam bersosialisasi maupun dalam melakukan

interaksi dilingkungan kasus berada. Apapun yang berkaitan dengan

keadaan di lokasi kasus berada, serta berbagai perilaku yang ditunjukkan

kasus dicatat, dan dokumentasikan.

b. Pemeriksaan melalui Diskusi. Teknik ini dilakukan dengan cara

mengekspos hasil sementara, atau hasil akhir yang diperoleh dalam

bentuk diskusi analitik dengan pihak-pihak yang dianggap mampu

memberikan masukan terhadap penelitian ini yaitu:

1) Diskusi dengan Dosen Pembimbing peneliti yang mempunyai

keahlian dalam bidang ketunanetraan

2) Diskusi dengan Informan. Diskusi dengan informan dilakukan untuk

mencari kebenaran tentang masalah yang berkaitan dengan tema

penelitian. Proses ini dilakukan setelah peneliti mendapat temuan

(17)

3) Diskusi dengan teman yang lebih berkompeten. Dimana diskusi

dengan teman tentang masalah yang berkaitan dengan tema penelitian

dan memberikan masukan kepada penyusun.

c. Triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan sumber, metode

dan teori. Penjelasan berikut menjelaskan bahwa:

Moleong (1993:178) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Hal ini dapat dilakukan dengan jalan:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan orang secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4) Membandingkan keadaan prespektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang.

Data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi

direduksi, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu isi dari data, kemudian dilakukan

pengkodean dengan menggunakan analisis konten, dan diorganisasi

dengan cara sedemikian rupa dengan menggunakan analisis domain

berdasarkan kategori-kategori yang ditemukan. Kemudian dilakukan

(18)

data tersebut. Setiap sumber data di crosschek dengan sumber data

lainnya. Dengan demikian, validitas data yang ada dapat

dipertanggung jawabkan, karena data akhir yang didapat adalah

hasil perbandingan dari berbagai sumber data yang ada.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data diproleh melalui observasi dan wawancara.

Sebagaimana dikemukakan oleh Cathrine Marshall, Gretchen B. Rossman

(Sugiyono:2008) bahwa dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan

pada natural setting (kondisi yang alamiah) sumber data primer, dan teknik

pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participation

observation) dan wawancara mendalam (in depth interview).

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke

dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Patton dalam Moleong,

1993:103).

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia,

baik data primer maupun data sekunder. Proses analisis data yang dilakukan

dalam penelitian ini mengacu pada proses analisis data yang disampaikan oleh

Miles & Huberman yaitu: ”Setelah data dibaca, dipelajari, dan ditelaah, maka

selanjutnya data direduksi, disajikan, dan ditarik kesimpulan serta verifikasinya” (Miles & Huberman, 1962:16).

a. Penyajian Data. Berupa sekumpulan informasi tersusun yang memberi

(19)

b. Reduksi Data. Data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi

direduksi, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu isi dari data, kemudian dilakukan pengkodean

dengan menggunakan analisis konten, dan diorganisasi sedemikian rupa

dengan menggunakan analisis domain berdasarkan kategori-kategori yang

ditemukan. Kemudian dilakukan analisis komparatif dengan

melakukan crosscheck atau cek silang di antara kedua data tersebut.

Setiap sumber data di crosschek dengan sumber data lainnya. Dengan

demikian, validitas data yang ada dapat dipertanggung jawabkan.

c. Menarik kesimpulan dan verifikasi. Sejak awal pengumpulan data,

peneliti mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan,

pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur

sebab-akibat, dan proposisi. Setelah didapat kesimpulan-kesimpulan

sementara, kemudian menjadi lebih rinci dan menjadi kuat dengan

adanya bukti-bukti dari data. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian

berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data diuji kebenarannya,

kekokohannya, dan kecocokannya, yakni sebagai validitas dari data itu

(20)
(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Penyesuaian diri siswa tunanetra sangat mempengaruhi terhadap

keberhasilan pembelajaran matematika di sekolah. Keberhasilan tersebut

diperoleh siswa tunanetra dengan memanfaatkan fasilitas sekolah yang

ada untuk mengakses materi yang diperlukan dan tepat sesuai dengan

kebutuhan siswa tunanetra. Penyesuaian diri siswa tunanetra yang baik

dapat dengan cepat beradaptasi dan berinteraksi dengan siswa pada

umumnya untuk mempermudah pada proses pembelajaran khususnya

pembelajaran matematika, sehingga kesamaan kesempatan, penerimaan

atau sikap dari sekolah kepada siswa tunanetra menjadi hal yang saling

berkaitan secara keseluruhan dan dengan cepat akan didapat peningkatan

dalam bentuk prestasi yang dicapai siswa tunanetra dalam proses

(22)

2. Informasi dan data yang diperoleh oleh peneliti dari guru matematika dan

siswa tunanetra tersebut mendapatkan hasil yang relevan sehingga tidak

ada data yang bersimpangan dan tumpang tindih satu sama lain, hal ini

menunjukkan bahwa siswa tunanetra berperan aktif dalam penyesuaian

proses pembelajaran matematika dan peran guru dalam penelitian ini ialah

tidak hanya memiliki perhatian dan kepedulian yang besar, akan tetapi

bagaimana memberikan materi pada siswa tunanetra agar dapat

tersampaikan dan dimengerti dengan baik oleh siswa tunanetra dengan

cara pengulangan materi secara pembelajaran individu.

3. Adapun hambatan siswa tunanetra dalam penyesuain diri pada proses

pembelajaran matematika ialah sekolah yang diwakili oleh guru masih

kesulitan dalam penyediaan jasa reader untuk dapat membantu siswa

tunanetra dalam menuangkan alur pikiran ketika menghadapi ujian, agar

hasil ujian siswa tunanetra dapat di periksa atau diolah oleh guru

matematika tersebut serta ketiadaan guru khusus yang dapat

mengakses/membaca Braille.

(23)

B. Rekomendasi

1. Bagi sekolah, dukungan sosial sangat membantu terhadap perkembangan

mental dan karakter siswa, sehingga pemberian dukungan yang optimal

dari sekolah akan sangat membantu siswa untuk bersosialisasi dengan

teman dan lingkungan sekolah serta juga dapat membantu siswa untuk

belajar secara mandiri sehingga menumbuhkan motivasi bagi siswa

tersebut.

2. Bagi siswa tunanetra, penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar

khususnya sekolah dapat menjadi tolok ukur keberhasilan kita terhadap

proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika yang terbilang

sulit bagi tunanetra serta tambahan motivasi belajar yang sanagt kuat yang

harus dimiliki dalam diri siswa tunanetra sendiri, karena akan

mempermudah siswa tunanetra untuk menempuh pendidikan dimana pun

(24)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR ……….. ii

UCAPAN TERIMAKASIH ……….… iii

DAFTAR ISI……….… v

DAFTAR TABEL ……….… viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………...… 1

B. Fokus Penelitian ...………... 3

C. Tujuan Penelitian .……… 4

D. Manfaat Penelitian……… 5

E. Metode Penelitian …..……… 5

BAB II PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA TUNANETRA A. Ketunanetraan ……… ……... 8

1. Pengertian Tunanetra ……….…... 8

2. Klasifikasi Tunanetra ……….... 16

3. Karakteristik Tunanetra ………... 18

4. Keterbatasan Tunanetra ……….. 20

(25)

B. Pembelajaran bagi Siswa Tunanetra …………...……. 36

1. Konsep Pembelajaran bagi Siswa Tunanetra ... 36

2. Strategi Pembelajaran Anak Tunanetra …………. 37

3. Pola Pembelajaran ………..………… 41

4. Prinsip-prinsip Belajar bagi Siswa Tunanetra …. 41 5. Kurikulum Pembelajaran bagi Tunanetra………. 42

6. Aksesibilitas belajar bagi Siswa Tunanetra…….. 42

C. Penyesuaian Diri Siswa Tunanetra dalam Pembelajaran 47 D. Pembelajaran Matematika netra………..…… 54

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian …..……….. 56

B. Subjek Penelitian……….... ………. 57

C. Tahap-tahap Penelitian……….…….. 57

1. Tahap Pra Lapangan……… ……. 59

2. Tahap Pekerjaan Lapangan………. ……. 59

3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data ..……….… 63

D. Teknik Pengumpulan Data………..……. 65

E. Teknik Analisis Data………... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Gambaran Informan ….………..……. 68

B. Hasil Penelitian………... ……. 69

C. Analisis Data……….. 73

(26)

E. Pembahasan……… ……. 97

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan……….……… 100

B. Rekomendasi ….………. 102

DAFTAR PUSTAKA ………..… 103

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(27)

DAFTAR TABEL

Gambar

Tabel 3.1.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan pemilu legislative 2009 / tinggal sehari lagi // TPS 11 / diwilayah Giwangan / ternyata masih mengalami kendala// Karena 94 surat suara yang ada di TPS tersebut /

Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel nilai perusahaan tereliminasi (dikeluarkan dari model persamaan regresi) di mana variabel tersebut

Wilayah Sub DAS I tidak ada masalah dengan Sub DAS lainnya, sebab Sub DAS I terisolir oleh Kali Semarang dan Banjir Kanal Barat, tetapi karena pengaturan tata letak

[r]

Analisis Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Dalam Aspek pengelolaan Limbah Medis Padat (Studi Kasus Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah).. xvi+112 halaman+4

Dengan adanya protokoler yang mengharuskan suatu jamuan resmi semua tamu atau undangan harus selalu memperhatikan keadaan pada waktu makan, agar jangan

[r]

DISPORA /OLYilXlz}14 tanggal 01 September 2014, bersama disampaikan Pelaksana untuk :. Nama Kegiatan Nama