Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta. Erlangga.
Lowenfels, B. (1979). Siswa tunanetra di Sekolah Bab II-IX. Terjemahan. Jakarta : BP3K.
Maleong, J Lexy. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rosda Karya
Mason, H. (1999). Assesmen of Vision. London : Ally dan Bacon
Nawawi, A. (2007). Hand Out Perkuliahan. Pada FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan
Scneiders, Alexander. (1964). Personal Adjustment & Mental Health. New York : Holt Rinehart
& Witson
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D).
Bandung : Alfabeta.
Tarsidi, D. (2007). Dampak ketunanetraan. [online]. Tersedia ;
http://d-tarsidi.blogspot.com/2007/11/dampak-ketunanetraan-terhadap.html.[12-April-2010]
Tarsidi, D. (2009). Model Konseling Rehabilitasi bagi individu Tunanetra Dewasa. Disertasi.
Pada SPS UPI bandung
Santoso ,S.(2010).Penerapan Psikologi Sosial.Surabaya:Aditama
http://infopublik.kominfo.go.id/index.php?page=news&newsid=29063
http://onnybudi.blogspot.com/2011/05/makalah-pendidikan-tuna-netra.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan ABK dalam
menyuarakan hak–haknya, maka kemudian muncul konsep pendidikan inklusi.
Dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 2
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab III ayat 5 dinyatakan bahwa
setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan.
Pendidikan inklusi adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkin
mengakomodasi semua anak termasuk anak yang memiliki kebutuhan khusus atau
anak luar biasa di sekolah atau lembaga pendidikan (diutamakan yang terdekat
dengan tempat tinggal anak) bersama dengan teman-teman sebayanya dengan
memperhatikan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak. (Tim
Pendidikan Inklusi Jawa Barat, 2003:4).
Keterbatasan-keterbatasan yang terkait dengan ketunaan sebagian besar
diakibatkan oleh lingkungan yang nonakomodatif dan sikap diskriminatif dari
orang-orang non-ketunaan, bukan oleh kekurangan fungsional yang terkait dengan
ketunaan itu sendiri (Seelman, 1998 - dalam Bellini & Rumrill, 1999). Helen
Keller (Tarsidi, 2007) bahkan mengamati bahwa hambatan utama bagi seorang
tunanetra bukanlah ketunanetraannya itu sendiri melainkan sikap masyarakat
terhadap ketunanetraan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan, yaitu dengan
reguler, maka diperoleh informasi bahwa pelajaran yang menempati posisi
pertama sebagai mata pelajaran yang paling tidak disukai dan sulit untuk
dipelajari oleh siswa tunanetra adalah matematika. Pelajaran matematika di
sekolah reguler merupakan salah satu syarat bagi kenaikan kelas dan kelulusan
bagi siswa. Jika nilai matematika yang diperoleh siswa tidak mencapai nilai
minimal untuk kenaikan atau kelulusan, maka siswa tersebut tidak akan naik atau
lulus dan atas dasar itulah yang menjadi latar belakangi penelitian yang penulis
lakukan.
Salah satu sekolah reguler yang menerima siswa tunanetra adalah sekolah
menengah atas (SMA) Puragabaya Bandung. Sudah ada beberapa siswa tunanetra
yang lulus dari sekolah ini. Penyesuaian diri siswa tunanetra dalam belajar
matematika di sekolah integrasi khususnya di SMA Puragabaya Bandung sangat
penting sekali untuk dikaji. Ketidak berhasilan atau kesulitan penyesuaian siswa
tunanetra dalam belajar matematika akan sangat berdampak besar, yaitu
menimbulkan kegagalan dalam mengikuti pembelajaran di sekolah reguler, yang
pada akhirnya dapat menimbulkan masalah sosial yang dialami oleh siswa
tunanetra itu sendiri. Oleh karena itulah skripsi ini penulis dedikasikan untuk
meneliti mengenai prihal “Penyesuaian Diri Siswa Tunanetra dalam Belajar
Matematika di SMA Puragabaya Bandung”,dan juga merupakan judul dari skripsi
yang penulis buat ini.
Kurang diterapkannya layanan pendidikan berbasis inklusi di SMA reguler
merupkan salah satu kendala utama pelayanan pendidikan bagi siswa tunanetra,
penyandang tunanetra sulit berkembang di SMA reguler. Begitu pula yang penulis
amati di SMA Puragabaya Bandung, terutama dalam matapelajaran matematika.
Peroses pembelajaran serta perlakukan secara umum bagi setiap siswa terutama
siswa tunanetra merupakanhal yang harus di evaluasi dari kegiatan pembelajaran
di setiap sekolah reguler dan tidak terkecuali di SMA puragabaya.Selain
dariupada itu media pembelajaran yang kurang bisa memfasilitasi siswa tunanetra
dalam proses pembelajaran ikut menjadi sebuah beban bagi pelayanan pendidikan
bagi siswa penyandang tunanetra yang seharusnya semaksimal mungkin
mengakomodasi semua anak termasuk anak yang memiliki kebutuhan khusus atau
anak luar biasa di sekolah atau lembaga pendidikan (diutamakan yang terdekat
dengan tempat tinggal anak) bersama dengan teman-teman sebayanya dengan
memperhatikan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak. (Tim
Pendidikan Inklusi Jawa Barat, 2003:4).
Besar harapan penulis dengan adanya skripsi ini dapat menjadi sebuah
bahan evaluasi dan juga gambaran untuk perbaikan pendidikan bagi siswa
tunanerta yang bersekolah di sekolah reguler .
B. Fokus Penelitian
Untuk memberikan batasan yang jelas tentang permasalahan yang akan
diteliti, maka perlu kiranya dikemukakan terlebih dahulu fokus masalah dari
penelitian ini. Adapun yang menjadi fokus permasalahan di sini adalah :
“Bagaimana penyesuaian diri siswa tunanetra dalam belajar matematika di
Dari fokus permasalahan tersebut peneliti merincinya menjadi beberapa
sub fokus masalah agar lebih terarah. Adapun yang menjadi sub fokus masalah itu
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penyesuaian siswa tunanetra terhadap kegiatan pembelajaran
matematika di kelas?
2. Bagaimana penyesuaian siswa tunanetra dalam mengikuti evaluasi
pembelajaran matematika?
3. Apa yang menjadi hambatan penyandang tunanetra dalam proses maupun
evaluasi pemblajaran matematika?
4. Bagaimana upaya siswqa tunanetra dalam mengatasi hambatan proses
maupun evaluasi pembelajaran matematika?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran tentang penyesuaian
diri siswa tunanetra dalam belajar matematika di SMA Puragabaya, yang
dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan yang lebih spesifik, sebagai berikut :
1. Mengetahui penyesuaian siswa tunanetra dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran matematika di kelas.
2. Memperoleh informasi mengenai penyesuaian siswa tunanetra dalam
mengikuti evaluasi pembelajaran matematika.
3. Mengetahui hambatan atau kesulitan apa saja yang dihadapi oleh siswa
tunanetra dalam penyesuaian diri untuk mengikuti proses maupun ealuasi
4. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah serta siswa
dalam penyesuaian diri siswa tunanetra dalam proses dan evaluasi
pembelajaran matematika.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Sebagai bahan tinjauan serta evaluasi guru matapelajaran matemetika di
sekolah regular dalam memahami maupun evaluasi pembelajaran terhadap
siswa tunanetra.
2. Sebagai bahan kajian, masukan dan pertimbangan bagi pihak sekolah untu
mengembangkan kurikulum maupun kegiatan belajar mengajar dalam
dunia pendidikan .
3. Memberikan pengetahuan mengenai penyesuaian diri bagi siswa
tunanetra,terutama dalam proses penyesuaian diri terhadap proses
pembelajaran matematika .
4. Sebegai solusi efektif dalam memaksimalkan proses pemebelajaran
matematika bagi siswa penyandang tunanetra di sekolah regular.
5. Mengetahui hambatan serta kesulitan belajar siswa tunanerta dalam
pembelajaran matematika dikelas serta bagaimana cara tunanetra
menghadapi evaluasi proses pembelajaran.
6. Sebagai bahan penelitian selanjutnya.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
ini ialah melukiskan keadaan sesuatu atau yang sedang terjadi pada saat penelitian
berlangsung terkait memaksimalkan proses maupun evaluasi pembelajaran di
sekolah regular terkait penyesuaian diri siswa tunanetra.
Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari tahap
pra-lapangan, tahap pekerjaan pra-lapangan, sampai tahap pemeriksaan keabsahan data
mengikuti apa yang disampaikan oleh Moleong (1993:85-103). Sedangkan untuk
tahap analisis data, peneliti merujuk pada apa yang disampaikan oleh Miles &
Huberman (1992:16-18).
Pada tahap pra lapangan penulis melakukan langkah strategis dengan Menyusun
Rancangan Penelitian berupa penyusunan rangkaian penelitian yang diajukan
dalam bentuk proposal pembuatan skripsi peneliti dilanjutkan dengan memilih
latar penelitian yang di data yang ditemukan oleh peneliti pada tahap pra observasi di
SMA Puragabaya Bandung Menyiapkan Peralatan Penelitian untuk memperjelas dan
mempermudah kegiatan pengumpulan data yang diperoleh di lapangan. Serta
mempersiapkan kisi-kisi instrumen penelitian yang terdiri dari pedoman wawancara
dan pedoman observasi.
Setelah itu pada tahap pekerjaan lapangan peneliti melakukan persiapan berupa
pengenalan identitas dan juga pemaparan waktu penelitian pada perangkat sekolah
dan pada saat memasuki lapangan mencoba mengumpulkan datadengan cara
berinteraksi melalui kegiatan wawancara berdasarkan pengarahan batas studi.
Pengarahan batas studi dilakukan dengan memperhatikan batasan studi berdasarkan
fokus masalah yang akan diteliti, yaitu Penyesuaian diri siswa tunanetra dalam
dilakukan pada saat dan sesudah berlangsung pengumpulan data, baik pada
saat kegiatan wawancara maupun pada saat dan sesudah kegiatan observasi
berlangsung. Data yang dicatat antara lain adalah wawancara dan observasi, dalam
penelitian ini data yang dicatat dalam wawancara bersumber dari subjek dua orang
guru dan satu orang siswa, yaitu:
a) Dua orang guru Matematika di kelas X dan kelas XI.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan Penelitian
Penelitian mengenai Penyesuaian Diri Siswa Tunanetra dalam Belajar
Matematika di SMA Puragabaya Bandung ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Metode yang digunakan bermaksud untuk
memahami, mengungkap dan menjelaskan berbagai gambaran atas
fenomena-fenomena yang ada di lapangan, kemudian dirangkum menjadi kesimpulan
deskriptif berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berupaya memecahkan
masalah dan menjawab berbagai pertanyaan dari masalah yang sedang dihadapi
tersebut serta bertujuan untuk memahami fenomena sosial dari perspektif para
partisipan yang melibatkan kehidupan semua orang yang terlibat. Sebagaimana
seorang ahli mengemukakan:
Penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (Kirk & Miller dalam Moleong, 1993:3).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa dalam penelitian
kualitatif peneliti sendiri yang menjadi instrumen kunci (key instrumen) dalam
upaya mengumpulkan informasi tentang data yang akan diteliti, sedangkan
instrumen lainnya hanyalah sebagai pelengkap. Peneliti juga sekaligus sebagai
perencana, pelaksana pengumpulan data, penganalisis data, dan pada akhirnya akan
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang guru Matematika kelas X
dan XI, dan satu orang siswa tunanetra kelas XI SMA Puragabaya Bandung.
Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang bersedia memberikan
informasi-informasi berisi keterangan dan data penting yang dibutuhkan dalam penelitian
ini. Informasi langsung didapat dari dua orang guru Matematika di kelas X dan
kelas XI, dan satu orang siswa tunanetra kelas XI.
Tabel 3.1.
Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari tahap
pra-lapangan, tahap pekerjaan pra-lapangan, sampai tahap pemeriksaan keabsahan data
mengikuti apa yang disampaikan oleh Moleong (1993:85-103). Sedangkan untuk
Huberman (1992:16-18). Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat
pada bagan berikut ini :
Bagan 3.1 Tahap-tahap penelitian
1. Tahap Pra lapangan
a. Menyusun Rancangan Penelitian. Kegiatan ini merupakan tahap awal
dari serangkaian proses penelitian. Intinya berupa penyusunan
rancangan penelitian yang diajukan dalam bentuk proposal pembuatan
skripsi peneliti.
b. Memilih Latar Penelitian. Proses pemilihan latar penelitian ini diawali
dengan data yang ditemukan oleh peneliti yang selama ini peneliti amati
pada SMA Puragabaya Bandung tersebut yang berada di jalan Dr.
Djunjunan Bandung.
c. Mengurus Perizinan Penelitian. Pengurusan perizinan yang bersifat
administratif dilakukan dengan memulai dari tingkat Jurusan, Fakultas,
dan Universitas serta lembaga-lembaga terkait dan sekolah tersebut.
d. Menyiapkan Peralatan Penelitian. Pada tahap ini, peneliti menyiapkan
segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk memperlancar, memperjelas
dan mempermudah kegiatan pengumpulan data yang diperoleh di
lapangan. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah mempersiapkan kisi-kisi
instrumen penelitian yang terdiri dari pedoman wawancara dan pedoman
observasi.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
a. Memahami Latar Penelitian
1) Pembatasan penelitian. Pemahaman latar penelitian menjadi sangat
efektif. Adapun latar penelitian ini dibatasi pada lokasi dimana kasus
berada.
2) Penampilan. Dalam melakukan penelitian, peneliti juga sangat
memperhatikan penampilan. Karena salah satu lokasi penelitian ini di
sekolah, maka peneliti juga berusaha untuk tampil dengan sopan dan
formal.
3) Pengenalan hubungan peneliti di lapangan. Penelitian ini bersifat
pengamatan langsung tanpa berperan serta, maka peneliti berusaha agar
hubungan dengan lingkungan yang ada di lokasi penelitian tetap penuh
keakraban, tanpa harus mempengaruhi berbagai kondisi dan perilaku
alami yang ada di lokasi penelitian.
4) Jumlah waktu studi. Peneliti mengalokasikan waktu penelitian di
lapangan selama tiga minggu, diharapkan dengan jumlah waktu
yang sangat terbatas ini berbagai data penelitian dapat terkumpul
dengan baik.
b. Memasuki lapangan
1) Keakraban hubungan. Keakraban hubungan peneliti dengan lingkungan
sosial di lokasi penelitian selalu berusaha dijaga oleh peneliti, agar
mempermudah peneliti dalam upaya memperoleh berbagai data yang
diinginkan.
2) Peranan peneliti. Peranan peneliti dalam aktivitas yang ada di lokasi
penelitian tidak besar, karena penelitian ini dilakukan dengan
peneliti menghindari peran serta langsung, karena dikhawatirkan hal
tersebut akan mempengaruhi kondisi dan perilaku yang terjadi di
lokasi penelitian.
c. Berinteraksi dan mengumpulkan data
1) Pengarahan batas studi. Pengarahan batas studi dilakukan dengan
memperhatikan batasan studi berdasarkan fokus masalah yang akan
diteliti, yaitu Penyesuaian diri siswa tunanetra dalam belajar
matematika oleh guru Matematika di sekolah tersebut. Pengarahan
batas studi ini menjadi penting, agar pada saat berada di lokasi
penelitian, peneliti tidak terjebak pada masalah-masalah yang berada di
luar fokus masalah penelitian.
2) Mencatat Data, dilakukan pada saat dan sesudah berlangsung
pengumpulan data, baik pada saat kegiatan wawancara maupun
pada saat dan sesudah kegiatan observasi berlangsung.
3) Data yang dicatat antara lain adalah wawancara dan observasi, dalam
penelitian ini data yang dicatat dalam wawancara bersumber dari subjek
dua orang guru dan satu orang siswa, yaitu:
a) Dua orang guru Matematika di kelas X dan kelas XI.
b) Satu orang siswa tunanetra kelas XI.
Adaptasi Siswa Tunanetra
1. Apakah sekolah menyediakan fasilitas khusus bagi siswa tunanetra dalam
kegiatan pembelajaran maupun evaluasi matematika?
2. Bagaimana perlakuan dan sikap guru/siswa awas pada saat pembelajaran dan
evaluasi matematika?
3. Apakah kamu mendapatkan perlakuan khusus dari guru ketika pembelajaran
matematika di kelas?
4. Media dan metode apa yang biasa dipakai oleh guru dalam pembelajaran
matematika?
5. Apakah media atau metode yang dipakai sesuai untuk siswa tunanetra?
6. Apakah kamu sering terlibat atau dilibatkan dalam kegiatan diskusi kelas?
7. Bagaimana pendapat mengenai kurikulum (matematika) yang dipakai oleh
sekolah?
8. Apakah guru atau teman sekelas sering membantumu dalam kegiatan belajar
matematika di kelas?
9. Bagaimana bentuk evaluasi matematika?
10. Bagaimana pelaksanaan evaluasi pembelajaran matematika?
11. Apakah mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran matematika?
12. Apakah mengalami kesulitan terhadap bentuk dan pelaksanaan evaluasi
pembelajran matematika?
13. Bagaimana upaya kamu lakukan dalam mengatasi hambatan kegiatan
3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menilai apakah data-data yang diperoleh itu sudah sahih dan
dapat dipercaya atau valid, maka peneliti perlu melakukan pemeriksaan
secara seksama dan teliti, sebab, hanya data yang valid yang dapat diteliti.
Kevalidan suatu data dilihat dari substansi, sumber data, maupun
pengambilan datanya. Dalam melaksanakan pemeriksaan keabsahan data
dilakukan beberapa teknik yaitu sebagai berikut:
a. Ketekunan Pengamatan. Untuk memperoleh keabsahan data diperlukan
ketekunan pengamatan dalam bersosialisasi maupun dalam melakukan
interaksi dilingkungan kasus berada. Apapun yang berkaitan dengan
keadaan di lokasi kasus berada, serta berbagai perilaku yang ditunjukkan
kasus dicatat, dan dokumentasikan.
b. Pemeriksaan melalui Diskusi. Teknik ini dilakukan dengan cara
mengekspos hasil sementara, atau hasil akhir yang diperoleh dalam
bentuk diskusi analitik dengan pihak-pihak yang dianggap mampu
memberikan masukan terhadap penelitian ini yaitu:
1) Diskusi dengan Dosen Pembimbing peneliti yang mempunyai
keahlian dalam bidang ketunanetraan
2) Diskusi dengan Informan. Diskusi dengan informan dilakukan untuk
mencari kebenaran tentang masalah yang berkaitan dengan tema
penelitian. Proses ini dilakukan setelah peneliti mendapat temuan
3) Diskusi dengan teman yang lebih berkompeten. Dimana diskusi
dengan teman tentang masalah yang berkaitan dengan tema penelitian
dan memberikan masukan kepada penyusun.
c. Triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan sumber, metode
dan teori. Penjelasan berikut menjelaskan bahwa:
Moleong (1993:178) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan orang secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan prespektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang.
Data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi
direduksi, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu isi dari data, kemudian dilakukan
pengkodean dengan menggunakan analisis konten, dan diorganisasi
dengan cara sedemikian rupa dengan menggunakan analisis domain
berdasarkan kategori-kategori yang ditemukan. Kemudian dilakukan
data tersebut. Setiap sumber data di crosschek dengan sumber data
lainnya. Dengan demikian, validitas data yang ada dapat
dipertanggung jawabkan, karena data akhir yang didapat adalah
hasil perbandingan dari berbagai sumber data yang ada.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data diproleh melalui observasi dan wawancara.
Sebagaimana dikemukakan oleh Cathrine Marshall, Gretchen B. Rossman
(Sugiyono:2008) bahwa dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan
pada natural setting (kondisi yang alamiah) sumber data primer, dan teknik
pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participation
observation) dan wawancara mendalam (in depth interview).
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke
dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Patton dalam Moleong,
1993:103).
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia,
baik data primer maupun data sekunder. Proses analisis data yang dilakukan
dalam penelitian ini mengacu pada proses analisis data yang disampaikan oleh
Miles & Huberman yaitu: ”Setelah data dibaca, dipelajari, dan ditelaah, maka
selanjutnya data direduksi, disajikan, dan ditarik kesimpulan serta verifikasinya” (Miles & Huberman, 1962:16).
a. Penyajian Data. Berupa sekumpulan informasi tersusun yang memberi
b. Reduksi Data. Data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi
direduksi, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu isi dari data, kemudian dilakukan pengkodean
dengan menggunakan analisis konten, dan diorganisasi sedemikian rupa
dengan menggunakan analisis domain berdasarkan kategori-kategori yang
ditemukan. Kemudian dilakukan analisis komparatif dengan
melakukan crosscheck atau cek silang di antara kedua data tersebut.
Setiap sumber data di crosschek dengan sumber data lainnya. Dengan
demikian, validitas data yang ada dapat dipertanggung jawabkan.
c. Menarik kesimpulan dan verifikasi. Sejak awal pengumpulan data,
peneliti mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan,
pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur
sebab-akibat, dan proposisi. Setelah didapat kesimpulan-kesimpulan
sementara, kemudian menjadi lebih rinci dan menjadi kuat dengan
adanya bukti-bukti dari data. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data diuji kebenarannya,
kekokohannya, dan kecocokannya, yakni sebagai validitas dari data itu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Penyesuaian diri siswa tunanetra sangat mempengaruhi terhadap
keberhasilan pembelajaran matematika di sekolah. Keberhasilan tersebut
diperoleh siswa tunanetra dengan memanfaatkan fasilitas sekolah yang
ada untuk mengakses materi yang diperlukan dan tepat sesuai dengan
kebutuhan siswa tunanetra. Penyesuaian diri siswa tunanetra yang baik
dapat dengan cepat beradaptasi dan berinteraksi dengan siswa pada
umumnya untuk mempermudah pada proses pembelajaran khususnya
pembelajaran matematika, sehingga kesamaan kesempatan, penerimaan
atau sikap dari sekolah kepada siswa tunanetra menjadi hal yang saling
berkaitan secara keseluruhan dan dengan cepat akan didapat peningkatan
dalam bentuk prestasi yang dicapai siswa tunanetra dalam proses
2. Informasi dan data yang diperoleh oleh peneliti dari guru matematika dan
siswa tunanetra tersebut mendapatkan hasil yang relevan sehingga tidak
ada data yang bersimpangan dan tumpang tindih satu sama lain, hal ini
menunjukkan bahwa siswa tunanetra berperan aktif dalam penyesuaian
proses pembelajaran matematika dan peran guru dalam penelitian ini ialah
tidak hanya memiliki perhatian dan kepedulian yang besar, akan tetapi
bagaimana memberikan materi pada siswa tunanetra agar dapat
tersampaikan dan dimengerti dengan baik oleh siswa tunanetra dengan
cara pengulangan materi secara pembelajaran individu.
3. Adapun hambatan siswa tunanetra dalam penyesuain diri pada proses
pembelajaran matematika ialah sekolah yang diwakili oleh guru masih
kesulitan dalam penyediaan jasa reader untuk dapat membantu siswa
tunanetra dalam menuangkan alur pikiran ketika menghadapi ujian, agar
hasil ujian siswa tunanetra dapat di periksa atau diolah oleh guru
matematika tersebut serta ketiadaan guru khusus yang dapat
mengakses/membaca Braille.
B. Rekomendasi
1. Bagi sekolah, dukungan sosial sangat membantu terhadap perkembangan
mental dan karakter siswa, sehingga pemberian dukungan yang optimal
dari sekolah akan sangat membantu siswa untuk bersosialisasi dengan
teman dan lingkungan sekolah serta juga dapat membantu siswa untuk
belajar secara mandiri sehingga menumbuhkan motivasi bagi siswa
tersebut.
2. Bagi siswa tunanetra, penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar
khususnya sekolah dapat menjadi tolok ukur keberhasilan kita terhadap
proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika yang terbilang
sulit bagi tunanetra serta tambahan motivasi belajar yang sanagt kuat yang
harus dimiliki dalam diri siswa tunanetra sendiri, karena akan
mempermudah siswa tunanetra untuk menempuh pendidikan dimana pun
DAFTAR ISI
ABSTRAK………. i
KATA PENGANTAR ……….. ii
UCAPAN TERIMAKASIH ……….… iii
DAFTAR ISI……….… v
DAFTAR TABEL ……….… viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………...… 1
B. Fokus Penelitian ...………... 3
C. Tujuan Penelitian .……… 4
D. Manfaat Penelitian……… 5
E. Metode Penelitian …..……… 5
BAB II PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA TUNANETRA A. Ketunanetraan ……… ……... 8
1. Pengertian Tunanetra ……….…... 8
2. Klasifikasi Tunanetra ……….... 16
3. Karakteristik Tunanetra ………... 18
4. Keterbatasan Tunanetra ……….. 20
B. Pembelajaran bagi Siswa Tunanetra …………...……. 36
1. Konsep Pembelajaran bagi Siswa Tunanetra ... 36
2. Strategi Pembelajaran Anak Tunanetra …………. 37
3. Pola Pembelajaran ………..………… 41
4. Prinsip-prinsip Belajar bagi Siswa Tunanetra …. 41 5. Kurikulum Pembelajaran bagi Tunanetra………. 42
6. Aksesibilitas belajar bagi Siswa Tunanetra…….. 42
C. Penyesuaian Diri Siswa Tunanetra dalam Pembelajaran 47 D. Pembelajaran Matematika netra………..…… 54
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian …..……….. 56
B. Subjek Penelitian……….... ………. 57
C. Tahap-tahap Penelitian……….…….. 57
1. Tahap Pra Lapangan……… ……. 59
2. Tahap Pekerjaan Lapangan………. ……. 59
3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data ..……….… 63
D. Teknik Pengumpulan Data………..……. 65
E. Teknik Analisis Data………... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Gambaran Informan ….………..……. 68
B. Hasil Penelitian………... ……. 69
C. Analisis Data……….. 73
E. Pembahasan……… ……. 97
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan……….……… 100
B. Rekomendasi ….………. 102
DAFTAR PUSTAKA ………..… 103
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL