• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis risiko operasional pada PT. Karisma Teknika Citeureup-Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis risiko operasional pada PT. Karisma Teknika Citeureup-Bogor"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO OPERASIONAL PADA

PT. KARISMA TEKNIKA CITEUREUP - BOGOR

Oleh

ADHELIA OKTI BAWYNDA

H 24076001

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

ADHELIA OKTI BAWYNDA. H24076001. Analisis Risiko Operasional Pada PT. Karisma Teknika Citeureup-Bogor. Di bawah bimbingan HETI MULYATI

PT. Karisma Teknika merupakan perusahaan manufaktur perdagangan kimia yang memasok ke perusahaan otomotif. PT. Karisma Teknika dalam menjalankan kegiatan usahanya dihadapkan pada risiko operasional. Identifikasi risiko operasional dalam perusahaan dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasikan seluruh jenis risiko yang berpotensi mempengaruhi kerugian perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi dan memetakan risiko operasional yang terjadi pada perusahaan PT. Karisma Teknika, 2). Menganalisa alternatif penanganan risiko di PT.Karisma Teknika. Ruang lingkup yang diamati adalah risiko operasional yang disebabkan oleh SDM, proses dan teknologi.

Data penelitian berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi atau pengamatan langsung di lokasi perusahaan wawancara dan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan PO tahun 2010, jurnal dan buku. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 4 ( empat ) orang yaitu Direktur, Manager operasional, staf administrasi dan kepala bagian operasional. Sampel ini berdasarkan pertimbangan orang yang ahli dalam bidang operasional. Analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif rata-rata Geometrik dan dibantu dengan pengolahan data memakai software Excel 2007.

(3)
(4)

ANALISIS RISIKO OPERASIONAL PADA

PT. KARISMA TEKNIKA CITEUREUP-BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ADHELIA OKTI BAWYNDA

H 24076001

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Risiko Operasional pada PT. Karisma Teknika Citeureup-Bogor

Nama : Adhelia Okti Bawynda

NIM : H 24076001

Menyetujui Dosen Pembimbing,

(Heti Mulyati, STP, MT) NIP : 19770812 200501 2 001

Mengetahui Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP : 1961012 3198601 1 002

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Oktober 1986. Penulis merupakan puteri pertama dari pasangan Achmad Wydia Septiono dan Sri Banun.

Pada tahun 1992, penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 3 Sembawa, Palembang. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Palembang, lalu pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 10 Palembang.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya berupa kekuatan dan kesehatan lahir batin,

sehingga laporan skripsi berjudul ”Analisis Risiko Operasional pada PT. Karisma Teknika Citeureup-Bogor ” dapat diselesaikan. Penelitian ini

disusun dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis melakukan analisa risiko operasional pada PT. Karisma Teknika Citeureup-Bogor dikarenakan perusahaan tersebut dapat mengidentifikasi dan memetakan suatu kejadian risiko pada perusahaan sebagai acuan untuk melihat dampak dan frekuensi yang dapat mempengaruhi kerugian perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan risiko operasional terutama di bagian produksi harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar tidak menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Risiko operasional dapat dikurangi dengan identifikasi, pemetaan dan análisis risiko operasional. Dengan demikian, keputusan untuk menghindari atau mengurangi risiko dapat dilakukan secara tepat

Bogor, Maret 2011

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang memberikan bantuan baik material dan motivasi, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Heti Mulyati, STP, MT selaku dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi, masukan dan bimbingan yang sangat bermanfaat selama menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl., Ing., DEA dan Bapak Nurhadi Wijaya, SPT, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan berharga.

3. Bapak Dr.Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen yang selalu memotivasi untuk menyelesaikan perkuliahan.

4. Bapak Moh. Bima Aprilrianto selaku pemilik perusahaan bahan kimia dan seluruh pekerja yang telah memberikan bimbingan serta informasi dalam skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang telah banyak membantu pelaksanaan tugas akhir penulis.

6. Keluarga tercinta Papa, Mama, Adhestia Augusti Bawynda, yang selalu memberikan doa, dukungan, serta perhatiannya.

7. Hendra Bacheramsyah yang telah memberikan dorongan semangat dan motivasinya selama ini.

8. Sahabat-sahabatku terbaik di ahli jenis manajemen Thia Tastanny, Ledyana Gultom, Dewi Kashita, Damayana, Rahma Dona, Fitriani, Dwi Larasati, Yusi Saragi, Anita Yulianti, Leni Juliani, Ayu, Vonny, Khory, Dwi, Yanita Kartika Dewi dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Semoga selamanya kebersamaan dan persahabatan kita tetap terjalin.

(9)

DAFTAR ISI

2.4. Tahapan dalam Manajemen Risiko Operasional ... 15

2.4.1 Pemetaan Risiko Operasional ... 18

2.5. Konsep Penanganan Risiko... 22

2.6. Penelitian Terdahulu ... 24

III. METODE PENELITIAN ... 28

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 28

(10)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 35

4.2. Produk - produk PT. Karisma Teknika ... 39

4.3. Pemetaan Risiko operasional ... 39

4.3.1 Risiko Operasional yang Disebabkan Sumber Daya Manusia ... 40

4.3.2 Risiko Operasional yang Disebabkan Proses ... 42

4.3.3 Risiko Operasional yang Disebabkan Teknologi ... 43

4.4. Penanganan Risiko Operasional ... 44

4.4.1 Penanganan Risiko SDM ... 44

4.4.2 Penanganan Risiko Proses ... 45

4.4.3 Penanganan Risiko Teknologi ... 46

4.5. Implikasi Manajerial ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

1. Kesimpulan ... 50

2. Saran... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Tahun 2004-2009 ... 1 2. Klasifikasi risiko operasional ... 12 3. Kategori dan indikator risiko operasional pada PT. Karisma Teknika ... 32 4. Jumlah tenaga kerja PT. Karisma Teknika berdasarkan posisi

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Siklus manajemen risiko ... 8

2. Kunci identifikasi risiko ... 16

3. Tingkatan 3 ( tiga ) dimensi ... 17

4. Pemetaan risiko operasional ... 19

5. Pemetaan risiko operasional ... 22

6. Kerangka pemikiran ... 29

7. Tahapan penelitian ... 30

8. Cause and Effect Diagram ... 34

9. Struktur organisasi PT. Karisma Teknika ... 36

10. Peta risiko SDM ... 41

11. Peta risiko proses ... 43

12. Peta risiko teknologi ... 44

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor industri merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor ini memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, meningkatkan lapangan kerja dan devisa serta menunjang daya saing nasional. Salah satu industri yang mengalami pertumbuhan setiap tahunnya adalah industri pupuk, kimia dan bahan dari karet. Hal ini ditunjukkan dari persentase pertumbuhan industri tersebut pada periode 2004 - 2009 mengalami pertumbuhan rata-rata 32,43 persen. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB pada tahun 2004-2009 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Tahun 2004-2009

(15)

PT. Karisma Teknika merupakan perusahaan manufaktur bahan kimia yang menghasilkan produk yaitu chemical maintenance, agent chemical, chemical trading,dan chemical cleaning. Selain itu, perusahaan juga memasok produk kimia untuk perusahaan otomotif seperti PT. TVS Motor Company Indonesia, PT. Astra Honda Motor, PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing, dan PT. Yamaha Manufacturing West Java.

Setiap perusahaan akan mengalami berbagai risiko, diantaranya risiko operasional. PT. Karisma Teknika dalam menjalankan kegiatan usahanya dihadapkan pada risiko operasional. Hal tersebut dapat dilihat dari proses untuk menghasilkan bahan kimia dapat menimbulkan risiko operasional. Indikatornya adalah bahan kimia yang digunakan berbahaya, kerusakan kemasan, kegagalan dalam komposisi barang yang akan dikirim dan keterlambatan bahan baku karena susah diperoleh. Risiko-risiko tersebut biasanya dialami oleh PT. Karisma Teknika sehingga kegiatan operasionalnya menjadi terhambat. Dampaknya secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha perusahaan tersebut.

Identifikasi risiko operasional dalam perusahaan dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasikan seluruh jenis risiko yang berpotensi memengaruhi kerugian perusahaan. Hal tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan sehingga perusahaan harus memperhatikan faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang harus diperhatikan adalah kompleksitas struktur organisasi perusahaan, lingkup aktivitas bisnis, kualitas sumber daya manusia, dan perubahan organisasi. Sedangkan faktor eksternal yang diperhatikan adalah fluktuasi keadaan ekonomi perubahan dalam industri dan kemajuan teknologi, keadaan politik sosial dan kemungkinan bencana alam. Dampak yang terjadi dari adanya kegagalan operasional adalah invoice dibatalkan karena adanya keterlambatan bahan baku, ketidaksesuaian komposisi bahan karena bahan tersebut tidak sesuai dengan pesanan.

(16)

mengakibatkan kegagalan produk yang akan diberikan kepada client perusahaan otomotif. Risiko operasional dapat dikurangi dengan identifikasi, pemetaan dan análisis risiko operasional. Dengan demikian, keputusan untuk menghindari atau mengurangi risiko dapat dilakukan secara tepat.

1.2.Perumusan Masalah

PT. Karisma Teknika merupakan salah satu perusahaan manufaktur dan distributor produk bahan kimia untuk industri besar khususnya industri otomotif yang berlokasi di daerah Citeureup, Bogor. Kegiatan utama perusahaan ini adalah memasok dan mendistribusikan produk bahan kimia ke perusahaan otomotif, yaitu PT. TVS Motor Company Indonesia, PT. Astra Honda Motor, PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing, dan PT. Yamaha Manufacturing West Java. Risiko sering diartikan sebagai ketidakpastian. Risiko terkadang dianalisis dan dikelola secara sadar, tetapi ada kalanya risiko diabaikan, karena tidak menyadari akibat yang terjadi. Nilai kemungkinan dan dampak yang dapat menimbulkan kerugian juga berkaitan dengan risiko. Kegiatan usaha di PT. Karisma Teknika tak lepas dari permasalahan yang dapat menimbulkan risiko operasional seperti gagal dalam pembuatan produk, kualitas barang tidak memenuhi standar, bahan baku yang susah didapat dan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pekerja. Masalah tersebut jika diabaikan terlalu lama dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

(17)

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Risiko operasional apa saja yang dihadapi oleh PT. Karisma Teknika yang berkaitan dengan kegiatan proses pembuatan produk ?

2. Bagaimana strategi penanganan risiko operasional yang dapat diterapkan pada PT. Karisma Teknika ?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi dan memetakan risiko operasional yang terjadi pada perusahaan PT. Karisma Teknika

2. Menganalisa alternatif penanganan risiko operasional di PT.Karisma Teknika

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil suatu kebijakan yang tepat untuk mengurangi risiko operasional yang timbul pada kegagalan produksi.

2. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan pertimbangan bagi pembaca serta peneliti lainnya yang ingin mengembangkan penelitian mengenai tema manajemen risiko operasional.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

(18)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian di PT. Karisma Teknika di Citeureup, Bogor difokuskan untuk mengidentifikasi risiko operasional di bagian produksi bahan kimia untuk otomotif. Pengamatan dan identifikasi mengenai risiko perusahaan dilakukan di unit proses produksi. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa pada kegiatan tersebut berlangsung proses penanganan pasca pembuatan produk cat dan berhubungan dengan tingkat standar (komposisi bahan) yang berbahaya.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Risiko dan Manajemen Risiko

Risiko merupakan suatu keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Risiko dapat dikategorikan kedalam risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang dapat mengakibatkan kerugian pada perusahaan, tapi tidak ada kemungkinan menguntungkan. Pada perusahaan dalam mengahadapi suatu risiko, misalnya kekayaan berupa mesin menanggung risiko murni, adanya kemungkinan mesin mengalami kerusakan, mulai dari kerusakan kecil sampai besar. Tetapi, tidak mungkin keadaan sebaliknya bisa terjadi, berupa kekayaan gedung yang menyebabkan kehancuran karena bencana alam. Sedangkan risiko spekulatif adalah risiko yang dapat mengakibatkan dua kemungkinan, merugikan atau menguntungkan perusahaan, misalnya perusahaan yang menyimpan valuta asing seperti US$ dan JPY dapat mengalami keuntungan dan kerugian. Simpanan tersebut menguntungkan bila nilai tukar mata uang tersebut menguat (Djohanputro, 2008).

Seluruh kegiatan yang dilakukan baik perorangan atau perusahaan juga mengandung risiko. Kegiatan bisnis sangat serta kaitannya dengan risiko. Risiko dalam kegiatan bisnis juga dikaitkan dengan besarnya pengembalian yang akan diterima oleh pengambil risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi umumnya dapat diperhitungkan bahwa pengembalian yang diterima juga akan lebih besar. Pola pengambilan risiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap pengambilan risiko. Risiko adalah ketidakpastian dan dapat menimbulkan terjadinya peluang kerugian terhadap pengambilan keputusan. Ketidakpastian merupakan situasi yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, mendefinisikan risiko sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tadi ( Muslich, 2007 ).

(20)

tingkat kerugian yang diakibatkan oleh keputusan yang diambil dalam menggarap situasi yang tidak pasti. Konsep dasar manajemen risiko menurut Djohanputro (2008) yang dapat dipahami oleh pihak manajemen perusahaan adalah : manajemen risiko hanya sebuah pendekatan, tetapi manajemen risiko merupakan strategi fleksibel yang dapat diterapkan untuk berbagai skala industri.

1. Sistem manajemen risiko haruslah sistematis dan diikuti secara konsisten tetapi tidak kaku dan fleksibel.

2. Manajemen risiko bukan merupakan alat „sulap‟ yang secara ajaib akan meningkatkan penerimaan sekaligus mengurangi risiko.

3. Lingkungan usaha saat ini telah menyebabkan kompleksitas manajemen risiko menjadi sangat tinggi dan merupakan proses yang sulit.

4. Kecenderungan meningkatnya persaingan, konsumen yang semakin menuntut dan perkembangan baru dalam teknologi semakin mempersulit pengelolaan risiko.

Program manajemen risiko akan lebih efektif jika menjalankan empat langkah di dalam proses manajemen risiko :

1. Mengenal pasti potensi kerugian. 2. Mengevaluasi potensi kerugian.

3. Memilih teknik tepat, atau mengkombinasikan beberapa teknik manangani ancaman kerugian.

4. Menerapkan program penanganan kerugian yang mengancam.

Siklus manajemen risiko menurut Djohanputro (2008) terdiri dari lima tahap seperti

(21)

Gambar 1. Siklus manajemen risiko (Djohanputro, 2008) Tahap 1. Identifikasi Risiko

Tahap ini mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Langkah pertama dalam mengidentifikasi risiko adalah melakukan analisis pihak yang berkepentingan (stakeholders). Langkah kedua dapat menggunakan 7S dari McKenzie yaitu : shared value, strategy, structure, staff, skill, sistem, dan style. Tahap 2. Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko mangacu pada dua faktor yaitu kuantitatif dan kualitatif. Kuantitas risiko menyangkut berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan terhadap risiko. Sedangkan kualitatif menyangkut kemungkinan suatu risiko muncul, semakin tinggi kemugkinan risiko terjadi maka semakin tinggi pula risikonya.

Tahap 3. Pemetaan risiko

Pemetaan risiko ditujukan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan. Adanya prioritas dikarenakan perusahaan memiliki keterbatasan dalam sumber daya manusia dan jumlah uang sehingga perusahaan perlu menetapkan mana yang perlu dihadapi terlebih dahulu mana yang dinomor duakan, dan mana yang perlu diabaikan. Selain itu prioritas juga ditetapkan karena tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan.

Identifikasi Risiko

Pengukuran Risiko

Pemetaan Risiko Model

(22)

Tahap 4. Model Pengelolaan Risiko

Model pengelolaan risiko terdapat beberapa macam diantaranya model pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan modal risiko, struktur organisasi pengelolaan dan lain-lain.

Tahap 5. Monitor dan Pengendalian

Monitor dan pengendalian penting karena :

1. Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana.

2. Manajemen juga perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko cukup efektif.

3. Risiko itu sendiri berkembang, monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap kecendrungan berubahnya profil risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis pada perubahan prioritas risiko.

2.2. Risiko Operasional

Risiko operasional disebabkan oleh kegagalan atau ketidakcukupan (tidak memadainya) proses internal, manusia dan sistem atau dari kejadian eksternal. Risiko ini akan memberikan dampak kepada seluruh bisnis usaha karena risiko operasional sehari-hari. Risiko operasional dapat timbul antara lain karena adanya ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal. Risiko ini juga dapat timbul karena adanya kesalahan atau kecurangan manusia, kegagalan sistem, proses dan faktor eksternal. Dalam menghadapi risiko tersebut, cara yang dilakukan perusahaan, yaitu pemahaman tentang risiko, pengukuran, pemantauan dan pengendaliannya. Perusahaan yang melakukan proses manajemen risiko juga dapat memperkirakan skenario terburuk yang potensial terjadi terhadap perusahaan dan dampaknya. Perusahaan juga dapat mengalokasikan dana dan modal yang sengaja dicadangkan untuk menanggung potensi kerugian yang tidak dialihkan kepada pihak lain (Kountur, 2008).

(23)

sumber yang ada dalam organisasi, proses kebijakan, sistem dan teknologi, orang dan faktor-faktor lainnya. Perusahaan mulai memikirkan untuk melakukan proses manajemen risiko operasional karena risiko operasional tidak hanya terjadi di bank komersil tetapi juga terjadi di semua industri. Banyaknya perusahaan yang bangkrut atau likuidasi karena menderita kerugian operasional yang besar memberikan pelajaran bahwa risiko operasional tidak mungkin diabaikan atau dihilangkan. Menurut Djohanputro (2008) risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, sumber daya manusia (SDM), teknologi atau faktor lain. Risiko operasional bisa terjadi pada dua tingkatan yaitu teknis dan organisasi. Pada tataran teknis, risiko operasional bisa terjadi apabila sistem informasi, kesalahan mencatat, informasi yang tidak memadai dan pengukuran risiko tidak akurat dan tidak memadai. Pada tataran organisasi, risiko operasional bisa muncul karena sistem pemantauan dan pelaporan, sistem dan prosedur, serta kebijakan idak berjalan sebagaimana seharusnya. Risiko operasional bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu manusia (SDM), sistem dan prosedur, kebijakan dan struktur organisasi.

2.3. Klasifikasi Risiko Operasional

Klasifikasi risiko operasional secara umum dibagi menjadi 4 (empat) kategori menurut Aung (2008), yaitu sumber daya manusia (SDM), teknologi, proses dan faktor eksternal. Aung (2008) memerinci klasifikasi risiko operasional sebagai berikut :

1. Sumber Daya Manusia yaitu faktor yang dapat menyebabkan risiko operasional karena sumber daya manusia

2. Teknologi informasi dan komunikasi yaitu faktor yang menyebabkan risiko operasional sistem informasi yang mencakup Software dan Hardware.

3. Faktor eksternal yaitu faktor yang dapat menyebabkan risiko operasional disebabkan oleh bencana alam atau buatan manusia, lingkungan bisnis dan persaingan.

(24)

5. Tata Kelola Perusahaan yaitu faktor yang menyebabkan risiko operasional disebabkan oleh struktur dari tujuan perusahaan yang sudah ditetapkan pedoman kinerja, monitoring sebagai alat untuk pencapaian kerja dan mendorong untuk menggunakan sumber daya efisien. Kurangnya tata kelola dalam perusahaan dan perubahan lingkungan akan menyebabkan risiko operasional.

6. Budaya organisasi yaitu faktor yang menyebabkan risiko opersional disebabkan oleh suatu kepercayaan organisasi, pengetahuan, sikap dan kebiasaan. Budaya merupakan bagian dari keyakinan manajer senior dan juga karyawan terhadap perusahaan. Hal tersebut dapat mendukung atau tidak mendukung maupun berpengaruh positif atau negatif. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan karyawan atau kemauan untuk beradaptasi atau melakukan dengan baik.

7. Manajemen yaitu faktor yang dapat menyebabkan risiko operasional disebabkan oleh kurangnya manajemen yang efektif, pembinaan, pemberdayaan, fasilitasi, motivasi dan kepemimpinan.

8. Proses bisnis dalam kondisi normal yaitu faktor yang menyebabkan risiko operasional disebabkan oleh Pelaporan, Kontrol dan audit.

(25)

Tabel 2. Klasifikasi risiko operasional Faktor

Risiko Jenis Kejadian Contoh

Risiko Eksternal

Kerusakan asset Gempa bumi, kebakaran dan banjir

External fraud pembatasan visa perjalanan sistemik kerentanan (eksternal), risiko pandemi, tak terduga perubahan dalam lingkungan yang kompetitif, penyedia layanan, perubahan bisnis (M & A,

Internal fraud - Kebocoran data, pencurian oleh karyawan, dan perdagangan ilegal.

Risiko Kerja Praktek dan keselamatan

- Keamanan pekerja, kompensasi pekerja dan diskriminasi klaim

- Pelanggaran kesehatan karyawan dan

peraturan keselamatan. Risiko

Proses

Gangguan Bisnis dan Kegagalan Sistem

- Keamanan dan kerentanan sistem, kegagalan Hardware/Software

- Masalah proses telekomunikasi dan padamnya kebutuhan.

Pelaksanaan,

Pengiriman dan Proses Manajemen

Kegagalan proses dan kualitas kontrol, non standar pengukuran, kesalahan pelaporan

(26)

Menurut Trangjiwani (2008) pemahaman mengenai kejadian operasional yang menyebabkan kerugian dilakukan dengan mengelompokkan risiko operasional ke dalam sejumlah kategori kejadian risiko dan didasarkan kepada penyebab utama risiko. Risiko operasional selanjutnya dapat dibagi dalam beberapa sub-kategori seperti risiko yang melekat pada :

1. Risiko sumber daya manusia,

Karyawan merupakan asset penting tetapi juga merupakan sumber risiko operasional bagi perusahaan. Transaksi dari bagian proses ketika salah menjumlah berat barang atau komposisi bahan yang masuk merupakan kesalahan yang tidak sengaja. Kesalahan yang disengaja yaitu, kasus pencurian beberapa barang yang dilakukan oleh karyawan.

2. Risiko teknologi

Sistem teknologi dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi perusahaan di lain pihak sistem tersebut juga dapat meminimalkan risiko baru bagi perusahaan.

3. Risiko proses

Kegiatan penanganan proses atau barang terkait dengan adanya proses untuk menangani barang datang, proses penanganan barang dan proses pembagian tiap-tiap jenis dan jumlah produk ke beberapa pemasok sesuai dengan pesanan. Risiko kegagalan proses merupakan risiko yang terkait dengan kegagalan proses untuk menangani produk lebih lanjut di dalam perusahaan selama proses penanganan barang berlangsung (Trangjiwani, 2008).

4. Risiko eksternal

(27)

2.3.1 Risiko Sumber Daya Manusia

Menurut Napitupulu (2009) risiko sumber daya manusia (SDM) didefinisikan sebagai risiko yang terkait dengan pekerja. Sumber daya manusia dalam hal ini karyawan merupakan aset yang paling berharga di perusahaan. Namun demikian karyawan yang sering kali menjadi penyebab kejadian risiko operasional. Kejadian risiko manusia dapat terjadi pada fungsi manajemen risiko, dimana kualifikasi dan keahlian karyawan pada fungsi tersebut merupakan hal penting yang diutamakan. Bagian-bagian yang umumnya terkait dengan risiko sumber daya manusia adalah

1. Permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja. Hal tersebut berkaitan dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan kerja. Sasaran tempat kerja, mencakup proses produksi dan distribusi (barang dan jasa). Peranan keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja. Faktor penyebab kejadian kecelakan di industri antara lain :

a. Kegagalan komponen, misalnya alat yang tidak memadai dan tidak mampu menahan tekanan, suhu atau bahan kimia.

b. Penyimpangan dari kondisi operasi normal, seperti kegagalan dalam pemantauan proses, kesalahan prosedur, terbentuknya produk samping. c. Kesalahan manusia (human error), seperti mencampur bahan kimia tanpa mengetahui jenis dan sifatnya, kurang terampil, dan salah komunikasi

Faktor lain, misalnya sarana yang kurang memadai, bencana alam, sabotase, dan kerusuhan massa.

(28)

dalam organisasi yang membutuhkan penanganan kerja yaitu : rendahnya produktivitas, tingginya kelalaian, tingginya perputaran, rendahnya moral pekerja, penyimpangan dan rendahnya keuntungan.

3. Aktivasi dimaksudkan untuk memanfaatkan dan mendayagunakan dengan sebaik-baiknya sumberdaya manusia yang ada. Saat ini banyak sumberdaya manusia yang tidur, setengah bekerja atau tidak bekerja sama sekali tetapi masih tetap mendapat upah atau gaji. Peran serta manusia sebagai tenaga kerja merupakan unsur dominan dalam proses industri perlu mendapat perhatian khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. (Napitupulu, 2009).

2.3.2 Risiko Teknologi

Risiko teknologi adalah risiko yang terkait dengan penggunaan teknologi dan sistem. Saat ini perusahaan sangat bergantung pada sistem dan teknologi yang mendukung kegiatan proses produksi, penggunaan teknologi seperti ini banyak menimbulkan risiko operasional.

Kejadian risiko teknologi disebabkan oleh :

1. Pengendalian perubahan data yang tidak memadai yaitu adanya sistem yang kurang dikendalikan. Kesalahan input data yaitu suatu data permintaan barang dari supplier tidak sesuai dengan data yang ada, karena ada keterbatasan material.

2. Data yang tidak lengkap yaitu catatan material yang kurang perhitungan dengan barang yang ada.

Kegagalan teknologi yang digunakan perusahaan adalah terjadinya kerusakan dalam sistem teknologi yang dapat menyebabkan gagalnya produk yang akan di produksi untuk menyuplai ke pemasok (Napitupulu, 2009).

2.3.3 Risiko Proses

(29)

Kesalahan prosedur merupakan salah bentuk perwujudan risiko proses (Djohanputro, 2008).

2.3.4. Risiko Eksternalitas

Risiko eksternalitas adalah potensi penyimpangan hasil pada eksposur korporat dan strategis dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha, karena pengaruh dari faktor eksternal yang termasuk faktor eksternal antar alain, reputasi, lingkungan sosial dan hukum. (Djohanputro, 2008).

2.4. Tahapan dalam Manajemen Risiko Operasional

Tahapan dalam identifikasi manajemen risiko operasional menurut Aung (2008) adalah proses pengembangan lima tahap sebagai berikut :

Tahap 1 : Identifikasi dan justifikasi risiko operasional Tahap 2 : Penilaian dan pemetaan risiko operasional Tahap 3 : Pengembangan Key Risk Indicator (KRI) Tahap 4 : Analisis dan Penyesuaian KRI

Tahap 5 : Monitoring dan Pelaporan

Tahap 1 : Identifikasi dan Justifikasi Risiko Operasional

(30)

Lingkungan yang kompetitif, konsep nilai,

Membatasi aktivitas kinerja Key Risk Indicator

(KRI)

Gambar 2. Kunci identifikasi risiko operasional (Aung, 2008)

Gambar 2 menunjukkan aliran logis dari kunci identifikasi risiko operasional. Proses ini dimulai dengan memerinci Critical Success Factor (CSF) dan Critical Activity (CA) yang diperoleh dari kemampuan organisasi yang kompetitif, pemahaman lingkungan yang kompetitif, nilai konsep dan strategi bisnis. Suatu kegiatan kritis dapat berdampak pada Critical Success Factor (CSF). CSF mempengaruhi oleh suatu kegiatan yang dapat digunakan sebagai ukuran kinerja Key Performance Indicator (KPI) untuk menentukan tingkat kepentingan kegiatan. Risiko utama harus dilihat dalam tiga aspek yaitu : 1). bagaimana dampak risiko operasional terhadap keseluruhan ukuran kinerja organisasi, 2). bagaimana batas tingkat kinerja kegiatan kritis dan 3). bagaimana mereka mencegah unit bisnis pendek dan tujuan jangka panjang. Oleh karena itu, pada tahap ini sangat penting untuk mengidentifikasi Key Risk Indicator (KRI).

Tahap 2 : Penilaian dan Pemetaan Risiko

(31)

Gambar 3. Penilaian risiko operasional berdasarkan 3 ( tiga ) dimensi (Aung, 2008)

Tahap 3 : Pengembangan Jaringan Key Risk Indicator (KRI)

Setelah mengidentifikasi dan memeringkat poin kritis risiko selanjutnya membangun jaringan pemantauan risiko berdasarkan indikator risiko, misalnya dengan menggunakan metodologi Bayesian Network. Setiap jaringan harus dihubungkan dengan risiko titik kritis atau dihubungkan dengan critical success factor (CSF). Beberapa jaringan menggunakan sejumlah KRI komposit perusahaan untuk menelusuri risiko. Misalnya, kualitas staf indeks, keamanan informasi indeks untuk seluruh perusahaan digunakan dengan melacak beberapa titik risiko bisnis-unit. Namun, beberapa indeks bervariasi tergantung pada sifat dari unit usaha. Pengembangan Key Risk Indicator (KRI) berdasarkan pada Triple-E yaitu Effectivity (efektifitas), Effeciency (efesiensi), dan Exposure (eksposur). Aung (2005), mendefinisikan ketiga hal tersebut yaitu :

1. Efektivitas, dilihat dari produk baru 2. Efisiensi, dilihat dari :

- Tingkat memperkenalkan produk baru

- Rata-rata jumlah konflik dalam hubungan pemasok - Frekuensi survei pelanggan

- Persentase biaya iklan pada produk baru Probabilitas

 Kemungkinan risiko

Dampak

 Jumlah durasi  Pemulihan waktu

Kompleksitas  Interpendensi

 Tingkat kesulitan untuk mendeteksi, mengukur dan mencegah.

(32)

3. Eksposur dilihat dari :

- Staf dalam manajemen produk - Pengaduan pada produk baru. Tahap 4 : Analisis dan Penyesuaian KRI

Dalam prakteknya, pengembangan dan penyesuaian KRI membuat satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan jelas. Analisis dan penyesuaian KRI mencakup dua aspek yaitu Konsistensi logis dari jaringan dan, risiko sensitivitas. Tahap 5 : Monitoring dan Pelaporan

Monitoring dan pelaporan tidak hanya sekedar memantau eksposur risiko, tetapi juga dapat membantu manajer risiko dalam melakukan peramalan. Analisis kausal sebagai bukti dari risiko operasional dapat digunakan untuk menghitung diperbarui probabilitas (juga disebut sebagai posterior probabilitas) dari semua faktor penyebab.

2.4.1 Pemetaan Risiko Operasional

Pemetaan risiko merupakan suatu proses di mana berbagai unit usaha, fungsional organisasi, atau arus proses transaksi yang dipetakan berdasarkan tipe risiko (Muslich, 2007). Pemetaan risiko dapat menggambarkan berbagai pendekatan manajemen risiko operasional untuk mengontrol penilaian terhadap aktivitas dan operasi perusahaan sebagai proses identifikasi untuk memberikan penjelasan tentang cara mendapatkan produk, sumber daya yang dibutuhkan dan biaya yang terlibat. Menurut Scandizzo (2005), pemetaan risiko merupakan tahapan dalam menggambarkan risiko operasional, atau suatu rumusan untuk mengidentifikasi risiko operasional dan berbagai dimensi. Berbagai dimensi untuk memetakan risiko operasional menurut Scandizzo (2005) terdiri dari :

1. Sumber daya manusia (SDM) : Proses yang dipengaruhi oleh SDM, dimana proses tersebut dibuat formal, terjadi adaptasi, diinterpretasikan dan menanggapi keadaan. yang tidak peduli dalam mengadaptasi, menafsirkan dan berimprovisasi untuk menanggapi keadaan.

(33)

3. Proses, maksudnya terjadi proses perubahan sepanjang waktu dan pemetaan menjadi hal yang tidak digunakan lagi setelah proses selesai.

Scandizzo (2005) memberikan gambaran metodologi untuk pemetaan risiko operasional dengan memilih key risk indicator (KRI) dan merancang kegiatan pengendalian yang sesuai. Metode yang umumnya digunakan untuk memetakan risiko operasional dilihat berdasarkan dampak dan frekuensi yang terjadi dari suatu kejadian yang dapat menimbulkan risiko operasional. Menurut Scandizzo (2005) pemetaan risiko operasional dapat dilihat pada Gambar 4.

Frekuensi

Pemetaan risiko tersebut dapat membedakan antara frekuensi tinggi dan rendah dengan dampak yang ditimbulkan ( tinggi atau rendah). Cara lainnya adalah dengan memetakan risiko berdasarkan tahapan kegiatan usaha yang dapat menimbulkan risiko operasional menghasilkan output yang lebih komplek, informasi bersifat kualitatif tersebut dan memberikan indikasi yang jelas bagian mana dari proses harus diubah. Hal ini juga memungkinkan untuk identifikasi yang lebih relevan untuk setiap eksposur risiko.

Menurut Djohanputro (2008) pemetaan risiko pada prinsipnya merupakan penyusunan risiko berdasarkan kelompok tertentu sehingga manajemen dapat mengidentifikasi karakter dari masing-masing risiko dan menetapkan tindakan

(34)

yang sesuai terhadap masing-masing risiko. Sejalan dengan prinsip ekonomi yaitu terbatasnya sumber daya perusahaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan pemetaan risiko selalu dikaitkan dengan penyusunan prioritas. Dengan demikian penetapan risiko berarti proses penetapan prioritas dalam penanganan risiko dari keseluruhan risiko yang berhasil diidentifikasi. Karena risiko selalu terkait dengan dua dimensi pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Kedua dimensi yang dimaksud adalah kemungkinan terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi.

Dimensi pertama, probabilitas, menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko akan terjadi. Semakin tinggi kemungkinan suatu risiko terjadi semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan suatu risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi ke dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, rendah.

Dimensi kedua berupa dampak yaitu tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi kalau risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko, semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya, dimensi dampak dibagi ke dalam tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, rendah. Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Kuadran I terdiri dari risiko-risiko yang masuk kedalam prioritas I atau prioritas utama.

(35)

Frekuensi

Kuadran III dihuni oleh risiko-risiko dengan skala prioritas III. Risiko dalam kuadran ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang tinggi namun dampaknya rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadang-kadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul menjadi kenyataan. Namun, biasanya perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul.

Kuadran IV dihuni oleh berbagai risiko dengan skala prioritas IV. Risiko dalam kelas ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang rendah. Kalaupun terjadi dampaknya kecil bagi pencapaian tujuan dan target perusahaan. Risiko yang masuk dalam kuadran IV cenderung dapat diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumber dayanya untuk menangani risiko tersebut. Diagram pemetaan risiko operasional dapat dilihat secara rinci Gambar 5.

Gambar 5. Diagram pemetaan risiko (Djohanputro, 2008) 2.5. Konsep Penanganan Risiko

Menurut Hanafi (2006), organisasi dalam perusahaan dapat memilih alternatif untuk menangani risiko. Alternatif yang dapat dipilih untuk menangani risiko adalah

1. Penghindaran risiko

Penghindaran risiko adalah tindakan perusahaan untuk tidak melakukan bisnis atau kegiatan yang tertentu yang tidak diinginkan. Risiko yang tidak perlu jika memungkinkan bila dihilangkan tanpa ada

(36)

pengaruh negatif terhadap pencapaian tujuan, bisa dihindari. Risiko yang dihindari dapat karena tidak sesuai dengan visi perusahaan dampak sosialnya terlalu besar, atau peraturan yang tidak kondusif. Hal terpenting dalam menerapkan penghindaran risiko adalah kemampuan perusahaan melakukan studi dan identifikasi jenis risiko tertentu dari suatu bisnis atau kegiatan yang ingin dihindari.

2. Penahan risiko

Alternatif lain dari manajemen risiko adalah perusahaan menanggung risiko yang muncul (menahan risiko). Penahanan risiko bisa terjadi secara terencana dan tidak terencana. Jika suatu perusahaan mengevaluasi risiko-risiko yang ada, kemudian memutuskan untuk menahan sebagian atau seluruh risiko maka perusahaan tersebut menahan risiko dengan terencana. Perusahaan dapat menjadi tidak sadar akan adanya risiko yang dihadapinya pada situasi lain dan tidak melakukan apa-apa. Perusahaan menahan risiko dengan tidak terencana dalam situasi tersebut.

3. Pengalihan risiko

Menurut Kountur (2008) manajemen risiko memiliki alternatif lain untuk memindahkan risiko kepihak lain. Pihak lain tersebut biasanya memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan risiko, baik karena skala ekonomi yang lebih baik atau karena mempunyai keahlian untuk melakukan manajemen risiko lebih baik.

Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan berbagai arah.

a. Asuransi, metode pengalihan risiko yang paling umum khususnya untuk risiko murni. Asuransi ini merupakan dimana yang diasuransikan perusahaan bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami pihak yang diasuransikan. Pihak pengasuransi memperoleh premi asuransi sebagai balasannya.

(37)

c. Membentuk perseroan terbatas, merupakan alternatif risiko karena kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas pada modal yang disetorkan. Kewajiban tersebut tidak akan sampai pada kekayaan pribadi. Risiko perusahaan secara efektif dapat dialihkan sebagai ke pihak lain, dalam hal ini biasanya pemegang hutang (kreditur).

4. Diversifikasi Risiko

Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat kena musibah, tidak akan menghabiskan semua asset yang dimiliki (Kountur, 2008). Diversifikasi merupakan salah satu cara mitigasi yang efektif dalam mengurangi dampak risiko.

5. Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko perlu dilakukan untuk risiko yang tidak bisa dihindari oleh organisasi. Pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian, mengurangi tingkat dampak, atau keduanya dengan menggunakan dimensi probabilitas dan dampak.

Pengendalian risiko yang efektif bisa dilakukan dengan menghilangkan tindakan yang berbahaya, menghilangkan kondisi fisik yang rentan terhadap risiko. Menurut Sofyan (2005), risiko yang muncul bisa dipecah kedalam beberapa komponen :

1. Kondisi yang mendorong tejadinya risiko. 2. Lingkungan dimana risiko itu berada. 3. Interaksi antara risiko dengan lingkungan. 4. Hasil dari interaksi.

5. Konsekuensi dari hasil tersebut.

Pengendalian risiko bisa difokuskan pada usaha mengurangi kemungkinan munculnya risiko tersebut. Pengendalian risiko jika dilihat dari sisi waktu, bisa dilakukansebelum, selama, dan sesudah risiko terjadi juga bisa dilakukan saat terjadinya risiko.

(38)

Trangjiwani (2008) melakukan penelitian dengan judul ”Manajemen Risiko Operasional CV Bimandiri di Lembang, Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat”. Penelitian ini menganalisis risiko-risiko yang terdapat pada perusahaan dan melakukan tindakan penanganan untuk meminimalisasi kerugian dari berbagai aktivitas perusahaan. Analisis penelitian ini menggunakan metode aproksimasi, matrik frekuensi dan signifikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa risiko operasional yang teridentifikasi dapat dikelompokan menjadi risiko sistem, proses, SDM dan Risiko eksternal. Penanganan risiko berdasarkan nilai status risiko diutamakan untuk komoditi tomat dari empat komoditi lainnya. Alternatif penanganan risko dengan mitigasi atau detect and monitor yang dilakukan untuk : a). risiko sistem, SDM, Proses dan eksternal tomat, b). risiko sistem dan eksternal pada kol, c). risiko sistem, proses dan eksternal pada lettuce head dan d). risiko sistem proses dan eksternal pada cabe merah. Penanganan risiko secara low control dapat dilakukan untuk risiko yang memiliki nilai kemungkinan dan dampak risiko yang rendah antara lain : a). risiko sistem dan SDM pada kentang, b). risiko proses dan SDM pada kol, c). risiko SDM pada lettuce head dan c). risiko SDM pada cabai merah.

Hayati (2006) melakukan penelitian dengan judul “Identifikasi Risiko Operasional Bidang Pembiayaan pada Lembaga Keuangan Mikro (studi kasus KBMT Wihdatil Ummah)”. Penelitian ini bertujuan untuk (1). Mengetahui faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan dalam pemberian pembiayaan oleh KBMT Wihdatul Ummah, (2). Mengetahui risiko-risiko operasional yang timbul dari pemberian pembiayan oleh KBMT Wihdatul Ummah, (3). Mengetahui pengelolaan risiko operasional terhadap pembiayaan yang diberikan oleh KBMT Wihdatul Ummah. Analisis penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

(39)

risiko operasional pada pembiayaan yang timbul mencakup manajemen risiko pembiayaan, proses dan pengajuan pembiayaan serta pada saat tindak lanjut setelah pembiayaan diberikan. Risiko yang muncul dinilai dampak dan kemungkinan terjadinya untuk menunjukan tingkatan risiko. Risiko yang dinilai sangat tinggi diantaranya : perhitungan pencadangan penghapusan piutang yang tidak dilakukan setiap bulan, kurangnya sumber daya manusia yang menangani pembiayaan, analisis data mitra yang kurang tepat dalam menilai kelayakan usaha serta nilai taksasi jaminan, tidak memungkinkan pemantauan kondisi finansial dari mitra. KBMT Wihdatul Ummah melakukan beberapa upaya pengelolaan terhadap risiko operasional yang muncul tersebut dengan beberapa cara yaitu : adanya monitoring tiap satu minggu sekali untuk menilai prestasi angsuran mitra dan mengawasi prestasi angsuran mitra tersebut untuk membuat tindakan yang tepat untuk penanganan pembiayaan bermasalah. Evaluasi bulanan dan semesteran juga dilakukan untuk mengevaluasi aktivitas pembiayaan selama satu bulan dan membuat perencanaan untuk bulan berikutnya seta menyusun rencana penanganan pembiayaan yang bermasalah.

(40)

adalah cabai keriting yaitu 0,80 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,80. Sedangkan yang paling rendah adalah brokoli yakni 0,16 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 0,16. Hal ini dikarena penerimaan yang diterima lebih kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan tinggi. Analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko.

(41)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

PT. Karisma Teknika merupakan perusahaan manufaktur dan perdagangan kimia yang dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen terutama industri otomotif. PT. Karisma Teknika di dalam kegiatan usahanya, membagi menjadi tiga bagian yaitu pengadaan bahan baku, proses produksi, dan distribusi. Bagian produksi merupakan salah satu bagian dari kegiatan PT. Karisma Teknika yang terkait secara langsung dengan proses pembuatan produk-produk kimia. PT. Karisma Teknika dalam menjalankan kegiatannya banyak menghadapi permasalahan, yaitu kurangnya ketersediaan bahan baku, peralatan rusak dan sebagainya. Ketidakpastian dalam kegiatan penanganan juga dapat memunculkan risiko dari kegiatan yang diusahakan yaitu kemungkinan terjadinya kegagalan dalam produk yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan.

Kebutuhan akan sistem pengelolaan risiko operasional sangat diperlukan di PT. Karisma Teknika untuk dapat mengatasi segala kemungkinan kejadian yang merugikan di unit penanganan produksi. Hal ini disebabkan perusahaan tersebut belum memiliki sistem pengelolaan risiko. Apabila memiliki sistem pengelolaan risiko, maka perusahaan diharapkan dapat mengantisipasi dan mengelola risiko, khususnya risiko operasional.

(42)

Gambar 5. Kerangka pemikiran penelitian pada PT. Karisma Teknika Citeureup – Bogor

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. Karisma Teknika yang beralamat di Jl. Raya Sirkuit Sentul No. 82 Desa Lewinutug Citeureup – Bogor 16810. Waktu penelitian dimulai dari bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011.

Identifikasi Risiko Operasional

Penanganan Risiko Operasional

Risiko SDM Risiko Teknologi Risiko Proses

Pemetaan Risiko Operasional

Analisis Risiko Operasional

Strategi Penanganan Risiko Operasional Masalah :

Risiko operasional apa saja yang dihadapi oleh PT. Karisma Teknika dan bagaimana penanganan risiko operasional ?

PT. Karisma Teknika

(43)

3.3. Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian yang akan digunakan sebagai alur pikir penelitian. Dapat dilihat Gambar 6.

Gambar 6. Tahapan penelitian Penentuan Topik

Rumusan Masalah :

1. Risiko operasional apa saja yang terjadi dihadapi oleh PT. Karisma Teknika? 2. Strategi penanganan apa yang dapat diterapkan untuk menangani risiko

Input Data Kajian Pustaka : 1. Buku

2. Jurnal

Kesimpulan dan Saran Analisis Data :

1. Analisis statistik deskriptif, pemetaan risiko operasional 2. Cause and Effect Diagram

Hasil dan Pembahasan Rancangan Pengumpulan Data

- Kuesioner dan panduan wawancara untuk risiko operasional : SDM, Proses dan Teknologi

Pengolahan Data dengan Excel Pengumpulan Data :

-Data Primer : Kuesioner dan Wawancara

(44)
(45)

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

(46)

Tabel 3. Kategori dan Indikator Risiko Operasional pada PT. Karisma

-Karyawan mengabaikan keselamatn dan kesehatan kerja

-Pegawai tidak memakai peralatan produksi -Karyawan sakit

-Karyawan tidak adanya motivasi -Kelalaian pekerja

-Tidak melakukan pelatihan

-Terjadinya kesalahan dalam pembuatan produk

-Aktivitas kerja cenderung menurun -Tidak adanya kejujuran

-Tidak tepat waktu.

-Kegagalan perencanaan produksi -Kegagalan komposisi yang tidak sesuai -Bahan baku terlambat

-Persediaan bahan baku habis

-Pemasaran tidak berjalan dengan baik

-Salah mencampurkan bahan baku -Mutu perusahaan tidak baik -Pembuatan produk terlambat -Tidak seuai pesanan

-Pemeliharaan mesin tidak diperhatikan -Tidak adanya pelatihan memakai alat-alat

(47)

Lanjutan Tabel 3.

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia berupa laporan purchase order tahun 2010 yang diterbitkan oleh PT. Karisma Teknika serta bahan lainnya yang relevan dengan penelitian seperti data BPS, koran, laporan penelitian, jurnal.

3.5. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode non probilitas (non probability sampling). Metode ini merupakan teknik yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik sampling yang digunakan dengan mempertimbangkan kriteria tertentu. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 4 ( empat ) orang yaitu Direktur, Manager opeasional, Staff administrasi dan kepala bagian operasional. Sampel ini diambil berdasarkan pertimbangan bahwa sampel tersebut merupakan orang yang ahli dalam bidang operasional.

- Alat-alat produksi yang digunakan usang - Komputer rusak

- Kekurangan alat produksi - Alat produksi hilang

- Transaksi biaya terlambat

(48)

3.6.Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik Deskriptif dan cause and effect diagram. Statistik deskriptif yang juga disebut statistik deduktif, yaitu statistik yang hanya menggambarkan dan menganalisa data yang ada tanpa menarik kesimpulan atau tujuan lain lebih lanjut. Penyajian datanya dapat dalam bentuk tabel, grafik dan sebagainya. Rata-rata Geometrik (Geometric Mean) yaitu rata-rata geometrik digunakan untuk menghitung rata-rata laju pertumbuhan (growth rate), misalnya : pertumbuhan penduduk, penjualan, tingkat bunga.

G

n

x

x

x

  

x

n

1 2 3 ……….. (1)

Di mana G : rata-rata geometrik

xi : data ke-i

n : banyak data

(49)

Sumber Daya Manusia

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelatihan yang tidak memadai

Aktifitas organisasi

Perencanaan produksi Hardware

Proses Produksi Software

Pengendalian produksi

Risiko Proses Risiko Teknologi

Gambar 7. Sebab dan akibat Diagram (Nasution, 2004)

(50)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Karisma Teknika merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan kimia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 15 April 2004. Perusahaan ini dirintis oleh alumni Fakultas Kimia Universitas Sriwijaya, yaitu Moh. Bima Aprilrianto. Berawal dari ide untuk menjual produk-produk kimia yang digunakan dalam proses pengecatan maka keinginan yang kuat untuk mempunyai usaha sendiri serta tidak tergantung kepada orang lain menimbulkan tekad yang kuat dari beliau sendiri untuk berwiraswasta. Kegiatan awal yang dilakukan perusahaan tersebut adalah dengan melakukan uji coba produk ke berbagai perusahaan kimia khususnya perusahaan otomotif. Seiring berjalannya waktu, PT. Karisma Teknika mampu melakukan pengembangan produk.

Pada tahun 2005, PT. Karisma Teknika memasarkan beberapa produk unggulan yang dikhususkan untuk proses pengerjaan sampai dengan finishing dalam proses pengecatan. Beberapa perusahaan ternama dalam bidang otomotif dan non otomotif menjadi pelanggan tetap pemakai dari PT. Karisma Teknika hingga saat ini juga melayani jasa perontok cat, jasa pengolahan limbah dan jasa pengolahan air. PT. Karisma Teknika mengutamakan produk unggulan, pengemasan, serta komposisi agar mampu bersaing dengan perusahaan kimia lainnya. Jenis produk yang dihasilkan oleh PT. Karisma Teknika hingga tahun 2010 ini sebanyak 76 produk.

Visi PT. Karisma Teknika adalah untuk meningkatkan produk bahan kimia guna membantu terselenggaranya peningkatan produksi perusahaan otomotif dan non otomotif. Misi Perusahaan :

1. Mengadakan produk kimia yang berkualitas dan aman bagi lingkungan. 2. Meningkatkan kualitas produk, kualitas pelayanan untuk meningkatkan

kepuasan pelanggan dan konsumen.

(51)

deskripsi kerja yang meliputi tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk masing-masing jabatan. Bidang kerja pada PT. Karisma Teknika ini, secara garis besar dibagi menjadi tiga bidang, yaitu Manajer Operasional, Administrasi dan Keuangan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Struktur organisasi PT. Karisma Teknika Citeureup-Bogor

Struktur organisasi PT. Karisma Teknika sesuai dengan struktur organisasi secara umum. Fungsi utama dan tanggung jawab direktur :

a. Direktur, fungsi utamanya adalah melakukan kontrol atau pengawasan secara keseluruhan atau aktivitas perusahaan dalam memberikan arahan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan kualitas PT. Karisma Teknika. Direktur bertanggung jawab dalam :

- Bertanggung jawab atas aktivitas PT. Karisma Teknika dan melaporkan perkembangan unit PT. Karisma Teknika kepada seluruh pekerja.

- Terjaganya kondisi kerja yang aman dan nyaman di PT. Karisma Teknika. - Terbukanya hubungan kerjasama dengan pihak-pihak luar dalam rangka

mengembangkan usaha PT. Karisma Teknika

- Meningkatkan kualitas sumber daya manusia PT. Karisma Teknika

b. Manajer Operasional, fungsi utamanya adalah merencanakan, mengkoordinasi dan mengendalikan seluruh aktivitas perusahaan yang meliputi penghimpunan dana dari pihak ketiga dan penyaluran dana yang

Direktur

Keuangan Administrasi

Kepala Bagian Marketing Manajer Operasional

(52)

merupakan kegiatan utama perusahan secara langsung yang berhubungan dengan aktivitas utama dalam upaya mencari target. Manajer operasional bertanggung jawab dalam :

- Tersusunnya sasaran, rencana jangka pendek, jangka panjang, serta proyeksi (finansial dan non finansial) tahunan.

- Tercapainya target yang telah ditetapkan secara keseluruhan . - Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan.

c. Staff Administrasi, fungsi utamanya adalah melakukan pengelolaan pengadministrasian segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas pekerja. Staff administrasi bertanggung jawab dalam :

- Mengadministrasikan seluruh berkas yang menyangkut dengan surat jalan. - Mengadministrasikan semua surat-surat masuk dan keluar khususnya yang

berkaitan dengan PO (purchase order).

d. Staff Keuangan, fungsi utamanya adalah melakukan pengelolaan keuangan pada

PT. Karisma Teknika secara keseluruhan. Staff keuangan bertanggung jawab dalam:

- Membuat laporan keuangan PT. Karisma Teknika kepada pihak yang berkepentingan.

- Pengarsipan laporan keuangan dan berkas-berkas yang berkaitan secara langsung dengan keuangan.

- Menyiapkan laporan-laporan untuk keperluan analisis keuangan perusahaan

e. Kepala Bagian Operasional, fungsi utamanya merencanakan, mengarahkan, mengontrol serta mengevaluasi seluruh rangkaian aktivasi di bidang operasional baik yang berhubungan dengan pihak internal maupun eksternal yang dapat meningkatan profesionalisme khususnya dalam pelayanan terhadap pemasok dan pelanggan. Kepala bagian operasional bertanggung jawab dalam - Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan (service excellent) kepada

pemasok dan konsumen.

(53)

- Terasipkannya surat masuk dan surat keluar serta hasil produk PO.

f. Kepala Bagian Marketing, fungsi utamanya adalah merencanakan, mengarahkan serta mengevaluasi target produk serta memastikan strategi yang digunakan sudah tepat dalam upaya mencapai sasaran. Kepala bagian marketing bertanggung jawab dalam :

- Tercapainya target marketing dalam pemasaran produk kimia.

- Melakukan penilaian terhadap potensi pasar dan pengembangan pasar. Tenaga kerja di PT. Karisma Teknika terdiri dari kerja tetap, tenaga kerja harian dan tenaga kerja kontrak. Tenaga kerja tetap yang bekerja secara permanen, tenaga kerja tersebut terdiri dari staf perusahaan yang menerima gaji setiap bulan. Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja yang dihitung per hari dalam pemberian gaji dan dapat ditambah sewaktu-waktu pada saat perusahaan memerlukannya. Pada saat ini PT. Karisma Teknika memiliki 13 orang karyawan. (Tabel 4)

Tabel 4. Jumlah Tenaga Kerja PT. Karisma Teknika Berdasarkan Posisi dan Jenis Kelamin Tahun 2010

No. Posisi Laki-Laki Perempuan Jumlah (orang)

1 Direktur 1 - 1

2 Staff Manager - 1 1

3 Staff Administrasi - 1 1

4 Staff Keuangan - 1 1

5 Marketing 1 - 1

6 Kepala bagian produksi 1 - 1

7 Tenaga kerja operasional 6 - 6

8 Tenaga kerja harian 1 - 1

Total Tenaga Kerja 10 3 13

(54)

4.2. Produk – produk PT. Karisma Teknika

Produk otomotif di PT. Karisma Teknika sebesar 70 persen dan produk non-otomotif sebesar 30 persen dikarenakan PT. Karisma Teknika produknya banyak lebih ke perusahaan otomotif dibanding perusahaan non-otomotif sangat sedikit yaitu

1. Produk Bahan Kimia untuk Otomotif

Bahan kimia otomotif PT. Karisma Teknika dipasarkan ke perusahaan-perusahaan otomotif yaitu PT Astra Honda Motor, PT TVS Motor Company Indonesia, PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing, dan PT Yamaha Motor Manufacturing West Java. Produk-produk tersebut menjadi bahan campuran kimia untuk produk perusahaan otomotif, yaitu pengolahan limbah dan proses finishing produk otomotif seperti kesalahan dalam pengecatan dan sebagai pembersih karat dan anti karat pada produk yang mudah terkena karat. Perusahaan otomotif ini sudah menjadi pelanggan setia dengan setiap bulannya melakukan Purchase Order dengan membeli produk yang sama seperti perusahaan Yamaha untuk pelapisan pengecatan pada sparepart. Produk bahan kimia untuk otomotif yang dipesan perusahaan-perusahaan tersebut kepada PT. Karisma Teknika dapat dilihat pada Lampiran 2.

2. Produk Bahan Kimia untuk Non-Otomotif

Bahan kimia non-otomotif di PT. Karisma Teknika sebagaimana produknya di pasarkan ke-25 perusahaan non otomotif seperti PT Panasonic Manufacturing Indonesia. Produk-produk non otomotif ini sebagai bahan pencampuran untuk produk mereka yang dipergunakan dalam pembuatan produk dan juga pada limbah yang ada pada lingkungan mereka seperti limbah perusahaan yang akan dapat dipakai kembali. Produk bahan kimia untuk non-otomotif dapat dilihat pada Lampiran 3. 4.3. Pemetaan Risiko Operasional

(55)

operasional yang diidentifikasi pada penelitian ini adalah risiko sumber daya manusia ( SDM ), risiko proses, dan risiko teknologi. Analisis pemetaan risiko dari ketiga hal tersebut akan dibahas pada sub bab berikut :

4.3.1 Risiko Operasional yang disebabkan oleh SDM

Risiko operasional yang disebabkan oleh SDM terdiri dari kesehatan dan keselamatan kerja, pelatihan yang tidak memadai dan aktivitas organisasi. Dampak dan frekuensi yang ditimbulkan dari faktor kesehatan dan keselamatan kerja termasuk ke dalam kuadran II, artinya dampak sedang (2,41) dan frekuensi yang ditimbulkan sedang (2,20). Hal yang menyebabkan timbulnya risiko pada keselamatan dan kesehatan kerja, karena adanya bahaya pada proses produksi yang dapat mencelakai karyawan seperti luka bakar. Proses produksi yang dilakukan mengandung bahan kimia berbahaya untuk pekerja. Apabila pegawai mengabaikan keselamatan dan kesehatan kerja dengan tidak memakai alat pelindung diri seperti masker, kacamata, sarung tangan maka dapat menimbulkan risiko yang berdampak sedang. Frekuensi yang terjadi dari risiko yang ditimbulkan oleh bahan kimia tersebut kepada pegawai dikategorikan sedang artinya kejadian tersebut terjadi minimun setahun sekali. dan pelindung badan yang merupakan area yang dihuni oleh risiko-risiko dalam prioritas II. Bila ada karyawan yang sakit maka perusahaan akan memberikan jaminan sosial seperti asuransi.

Risiko yang disebabkan oleh pelatihan yang tidak memadai berada pada kuadran III dimana dampak yang ditimbulkan dari faktor tersebut tinggi (2,75) dan frekuensinya sedang ( 2,20). Hal ini disebabkan pekerja lalai dalam pencampuran bahan kimia dan tidak melakukan pelatihan pengenalan bahan baku seperti adjuster, HCL, H2SO4 dan lain-lain. Pelatihan bahan kimia tersebut

dikarenakan perusahaan belum melihat pentingnya pelatihan bagi pekerja baru. Selama ini hanya karyawan lama yang menginformasikan bahan kimia berbahaya kepada karyawan baru secara informal. Hal tersebut tidak efektif karena pekerja tidak terlalu paham terhadap kandungan bahan kimia tersebut

(56)

diakibatkan oleh tingginya pekerja yang turn over seperti kejenuhan dalam bekerja. Faktor lain yang menyebabkan risiko akibat aktifitas organisasi adanya ketidak kejujuran yang dapat merugikan perusahaan misalnya ada karyawan mengambil sisa bahan kimia sehingga dapat diperjualbelikan kembali. Faktor lainnya yang menyebabkan risiko dari aktifitas organisasi adalah pekerja yang tidak disiplin seperti ada beberapa karyawan datang tidak ontime dan bolos. Hal ini dapat mengancam pencapaian tujuan perusahaan yang menyangkut dengan produktivitas pekerja. Peta risiko operasional yang disebabkan SDM dapat dilihat pada diagram peta risiko Gambar 9.

Frekuensi

Gambar 9. Peta risiko operasional yang disebabkan SDM 4.3.2 Risiko Operasional yang disebabkan oleh Proses

(57)

sedang 2,27 dan frekuensi sedang 2,05 . Ketiga hal tersebut berada dalam kuadran II. Artinya dampak dan frekuensinya dikategorikan sedang. Risiko yang dapat terjadi karena kesalahan dalam merencanakan produksi diakibatkan kegagalan produksi hal tersebut disebabkan karena keterlambatan bahan baku yang akan digunakan seperti pengiriman bahan baku dari pemasok dan finansial perusahaan yang belum memadai. Selain itu disebabkan dokumen PO (Purchase Order) yang masuk ke bagian administrasi kurang teliti dalam hal jumlah dan jenis barang.

Risiko proses produksi yang ditimbulkan akibat adanya kegagalan seperti pencampuran komposisi produk yang tidak diawasi dengan baik mengakibatkan mutu produk tidak sesuai standar. Dalam pencampuran bahan baku, komposisi sering tidak sesuai standar. Takaran bahan baku tidak diukur dengan alat yang tepat. Biasanya pekerja mencampurkan tanpa diukur terlebih dahulu (by feeling). Kegagalan mutu produk seperti pengembalian produk dari pelanggan ke perusahaan. Pengiriman produk yang terlambat diakibatkan dari lamanya proses produksi karena kurangnya ketersediaan bahan baku.

(58)

Tinggi 3 4.3.3 Risiko Operasional yang disebabkan oleh Teknologi

Peta risiko teknologi terdiri dari hardware dan software. Risiko teknologi ini menyangkut sistem informasi perusahaan dan alat-alat yang digunakan dalam pembuatan proses produksi. Risiko teknologi pada hardware berada dalam kuadran III. Artinya dampak yang ditimbulkan tinggi (2,44) dan frekuensi sedang (2,21). Hal tersebut menandakan bahwa perusahaan masih belum memperhatikan alat-alat di dalam ruangan produksi karena tata letak ruangan produksi tidak sesuai dengan alur produksi. Selain itu perusahaan tersebut hanya memakai peralatan bekas seperti jerigen bekas dan mixer (pencampuran bahan baku kimia). Risiko yang ditimbulkan masih sederhananya software yang digunakan berada pada kuadran I dimana dampak yang ditimbulkan tinggi (2,90) dan frekuensi tinggi (2,71). Hal ini dikarenakan perusahaan masih memakai sistem informasi tradisional. Sistem informasi tradisional digunakan masih bersifat lisan dikarenakan perusahaan belum memakai jaringan Local Area Network (LAN).

(59)

Tinggi 3

Sehingga sistem informasi yang kurang memadai dapat menyebabkan tujuan perusahaan sangat sulit dicapai. Selain itu juga sistem informasi digunakan sebagai keperluan transaksi pembayaran. Peta risiko operasional disebabkan oleh teknologi dapat dilihat pada Gambar 11.

bersumber dari karyawan atau SDM dalam perusahaan. Risiko kegagalan mengelola SDM dapat berakibat pada kerugian perusahaan. Berikut dijelaskan penanganan risiko operasional untuk masing-masing kategori.

4.4.1 Penanganan Risiko Operasional yang Disebabkan SDM

Cara untuk menangani risiko keselamatan dan kesehatan kerja dengan memakai alat pelindung diri seperti baju pelindung, masker, kacamata dan sarung tangan. Selain itu alat yang diperlukan adalah semprotan api untuk mengatasi kebakaran. Hal ini yang dapat dilakukan untuk menghindari risiko kebakaran.

Gambar

Tabel 1. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Tahun 2004-2009
Gambar 2 menunjukkan aliran logis dari kunci identifikasi risiko
Gambar 3. Penilaian risiko operasional berdasarkan 3 ( tiga ) dimensi (Aung,
Gambar 5. Diagram pemetaan risiko (Djohanputro, 2008)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dan prosedur serta strategi yang diterapkan bank di dalam penerapan manajemen risiko sebagai upaya pengelolaan risiko kredit

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sumber-sumber risiko produksi pada Pasir Gaok Fish Farm, menganalisis tingkat probabilitas dan dampak risiko yang

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis sumber risiko produksi dan besarnya risiko yang terjadi pada komoditi bayam dan kangkung di Parung Farm dan (2) Membuat

Penilaian risiko spesialisasi sayuran tidak hanya dilihat dari nilai risiko produksi, tetapi juga dapat dilihat dari risiko pendapatan yang diterima petani

Variance 0,000929 Standart Deviation 0,030 Coefficient Variation 0,313 Berdasarkan Tabel 24, dapat dilihat tingkat risiko produksi yang dihadapi PT Masada Organik Indonesia

Penerapan pengelolaan risiko operasional untuk mitigasi kesalahan dalam sistem posting debitur sehat menjadi debitur hitam pada PT.Bank Sulut Go adalah peningkatan

ANALISIS RISIKO PAJANAN PM2,5 DI UDARA AMBIEN PADA MASYARAKAT DI SEKITAR INDUSTRI SEMEN KECAMATAN CITEUREUP KABUPATEN BOGOR TAHUN 2023 SKRIPSI YUSNITA RACHMAWATI 1910713046

Yusnita Rachmawati, 2023 ANALISIS RISIKO PAPARAN PM2,5DI UDARA AMBIEN PADA MASYARAKAT DI SEKITAR INDUSTRI SEMEN KECAMATAN CITEUREUP KABUPATEN BOGOR TAHUN 2023 UPN "Veteran"