• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI SAYURAN

PADA PETANI GAPOKTAN RUKUN TANI

DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN

BOGOR JAWA BARAT

FADLI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
(4)

ABSTRAK

FADLI. Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.

Diversifikasi sayuran merupakan salah satu bentuk solusi yang sangat baik diterapkan oleh petani sayuran untuk mengurangi risiko yang ada. Bentuk diversifikasi yang bisa diterapkan petani sayuran umumnya terdiri dari kombinasi pengusahaan antara berbagai jenis sayuran antara lain buncis, kacang panjang, tomat, cabai keriting, dan sawi. Gapoktan Rukun Tani merupakan salah satu Gapoktan yang memiliki petani anggota paling banyak mengusahakan komoditas sayuran tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan identifikasi risiko yang dihadapi petani, menganalisis usaha diversifikasi yang dilakukan petani dalam upaya mengurangi risiko, mengetahui besarnya penurunan risiko setelah dilakukan usaha diversifikasi, dan menganalisis alternatif strategi yang dapat dilakukan petani untuk menangani risiko usaha sayuran.

Pengambilan sampel petani pada penelitian ini menggunakan metode purpossive. Selanjutnya, teknik pengumpulan data meliputi wawancara dengan petani yang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada quesioner, diskusi, dan observasi pada lahan petani. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. Sedangkan, ukuran risiko yang digunakan meliputi peluang, expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Alat analisis yang paling tepat digunakan untuk mengetahui besarnya risiko dari setiap return yang diperoleh petani yaitu menggunakan coefficient variation. Terdapat 2 kegiatan yang dihitung ukuran risikonya yaitu kegiatan spesialisasi dan kegiatan diversifikasi. Hasil analisis menunjukkan cabai keriting sangat baik jika diusahakan secara spesialisasi karena coefficient variation yang diperoleh paling kecil sebesar 0,259. Namun, untuk komoditi kacang panjang, buncis, tomat, dan sawi sangat baik jika diusahakan melalui kegiatan diversifikasi. Karena nilai coefficient variation yang diperoleh pada kegiatan spesialisasi dapat diturunkan besarnya melalui kegiatan diversifikasi.

Kata kunci: spesialisasi, diversifikasi, peluang, expected return, variance, standard deviation, coefficient variation

ABSTRACT

FADLI. Risk Analysis of Diversification in Vegetables Business on Farmer Group of Rukun Tani, Ciawi District, Bogor Regency, West Java. Supervised by ANNA FARIYANTI.

(5)

analyze diversification business died by farmer in solution reduce of risk, to know magnitude of the risk decline after to do diversification business, and to analyze alternative strategy that can farmer doing to handle of risk vegetable business.

Taking sample from farmer in this research use purpossive method. Furthermore, techniques of data collection include interview with farmer that appropriate with questions in questionnaire, discussions, and observation on farmer’s field. its processing have done by using Microsoft Excel 2007. Whereas, risk measure used consists of opportunities, expected return, variance, standard deviation, and coefficien variation. There are two activities that calculated measure of risk are spesialisation and diversification activities. The result show curly chili the best cultivated spesialisation because the smallest coefficient variation earned by 0.259. However, for commodity beans, chickpeas, tomatoes, and mustard are the best if cultivated with diversification activities. Because result value coefficient variation on the spesialisation activity can be reduced through diversification activities.

(6)
(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI SAYURAN

PADA PETANI GAPOKTAN RUKUN TANI

DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN

BOGOR JAWA BARAT

FADLI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Nama : Fadli

NIM : H34104013

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fariyanti. MSi Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

(12)

Judul Skripsi : Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat

Nama : Fadli NIM : H34104013

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah Risiko, dengan Judul Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat .

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku dosen pembimbing, Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator pada saat penulis kolokium, Dr Ir Nunung Kusnadi, MS sebagai dosen penguji utama dan Ir Harmini, MSi sebagai Komdik pada saat penulis ujian skripsi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada H. Misbah sebagai ketua Gapoktan Rukun Tani, Bapak Jamil sebagai sekretaris Gapoktan Rukun Tani, serta para petani responden atas informasi yang diberikan untuk keperluan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (H. Basri), ibu (Hj. Rohyan), para pengurus Faster periode 2010-2011 dan 2011-2012, para pengurus Forum Wacana Lembah Intelek (Mulyadi, Rudi, Maman, Hardi, Medi, Bayu, Muhsin, Ari, Zulfi, Fadel, dan Fadlon) serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 8

Ruang Lingkup Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA 8

Peran dan Potensi Usahatani Sayuran 8

Analisis Sumber-Sumber Risiko Produksi 10

Strategi Mengurangi Risiko Produksi 11

KERANGKA PEMIKIRAN 12

Kerangka Pemikiran Teoritis 12

Kerangka Pemikiran Operasional 17

METODE PENELITIAN 19

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Jenis dan Sumber Data 19

Teknik Pengumpulan Data 19

Alat dan Prosedur Analisis Data 20

GAMBARAN UMUM GAPOKTAN 27

Sejarah dan Perkembangan Gapoktan Rukun Tani 27

Program PUAP di Gapoktan Rukun Tani 28

Potensi Wilayah Gapoktan Rukun Tani 29

Unit Usaha Gapoktan Rukun Tani 31

Aspek Sumber Daya Gapoktan Rukun Tani 31

Organisasi Gapoktan Rukun Tani 32

Pola Usahatani yang Diterapkan Gapoktan 32

Modal dan Fasilitas Usahatani yang Dimiliki Gapoktan 33

Biaya Produksi Usahatani Sayuran 34

HASIL DAN PEMBAHASAN 39

Analisis Risiko Usaha Sayuran 39

Strategi Penanganan Risiko Usaha Sayuran 55

SIMPULAN DAN SARAN 58

Simpulan 58

Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 59

(15)

DAFTAR TABEL

1 Produk Domestik Bruto di Indonesia Menurut Lapangan

Usaha Tahun 2007 – 2012 (persen) 1

2 Pertumbuhan Volume Ekspor Subsektor Pertanian 2

3 Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Yang Berlaku 2

4 Tingkat Konsumsi Perkapita Sayuran dan Buah 3

5 Tingkat Produksi Tanaman Hortikultura Tahun 2007 sampai 2009 3

6 Data Produktivitas Sayuran Pada Daerah Sentra Sayuran 4

7 Jenis Usaha Kelompoktani pada Gapoktan Rukun Tani 30

8 Sumber dan Jumlah Modal Usaha Gapoktan Rukun Tani 33

9 Fasilitas Usahatani yang dimiliki Gapoktan Rukun Tani 34

10 Rata – Rata Biaya Usahatani Cabai Keriting 35

11 Rata – Rata Biaya Usahatani Buncis 36

12 Rata – Rata Biaya Usahatani Kacang Panjang 36

13 Rata – Rata Biaya Usahatani Tomat 37

14 Rata – Rata Biaya Usahatani Sawi 38

15 Rata-rata Produktivitas dan Pendapatan Sayuran 39

16 Perhitungan Expected Return Berdasarkan Produktivitas dan Pendapatan 43

17 Penilaian Risiko berdasarkan Produktivitas 45

18 Perhitungan Nilai Risiko Berdasarkan Pendapatan 46

19 Perhitungan Nilai Fraction 48

20 Expected Return pada Sayuran Cabai Keriting, Tomat, Kacang Panjang, Buncis, dan Sawi pada Kegiatan Portofolio di Gapoktan Rukun Tani 49

21 Perhitungan Risiko Pendapatan pada Kombinasi Dua Komoditi Berdasarkan Pendapatan di Gapoktan Rukun Tani 50

22 Perhitungan Risiko Pendapatan pada Kombinasi Tiga Komoditi Berdasarkan Pendapatan di Gapoktan Rukun Tani 51

23 Perhitungan Risiko Pendapatan pada Kombinasi Empat Komoditi 52

24 Perhitungan Risiko Pendapatan pada Kombinasi Lima Komoditi 52

25 Perbandingan Risiko Pendapatan Pada Spesialisasi dan Diversifikasi 53

DAFTAR GAMBAR

1 Produktivitas Sayuran di Kabupaten Bogor 5

2 Produktivitas Petani Gapoktan 6

3 Harga-Harga Komoditi Sayuran 7

4 Rangkaian Kejadian Berisiko dengan Kejadian Tidak Pasti 12

5 Hubungan antara Return (Pendapatan) dengan Risiko 13

6 Kerangka Pemikiran Operasional 18

7 Pola Tanam Tanaman Pangan, Palawija dan Hortikultura 33

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rekapitulasi Produksi Sayuran 62

2 Rekapitulasi Harga Sayuran 63

3 Data Curah Hujan 64

4 Jenis Usaha Gapoktan Rukun Tani 65

5 Struktur Kepengurusan Gapoktan Rukun Tani 66

6 Perhitungan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation 67

7 Kegiatan-Kegiatan Petani dan Kondisi Tanaman Petani 75

(17)
(18)
(19)
(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki daratan yang sangat luas sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk terletak pada sektor pertanian. Pertanian menjadi sektor andalan yang memiliki kontribusi besar dalam meningkatkan perekonomian bangsa. Berdasarkan data dari FAO (2011) bahwa luas lahan pertanian Indonesia sekitar 54 500 000 ha atau 1.11 persen dari luas lahan pertanian dunia. Melihat luasnya lahan sektor pertanian di Indonesia sehingga sektor pertanian indonesia mampu mendominasi penyerapan tenaga kerja di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 35.86 persen dari total tenaga kerja. Disamping itu, Indonesia sebagai penyumbang terhadap devisa negara1.

Sektor pertanian memiliki peran dalam menyediakan lapangan usaha dalam jumlah besar. Hal ini dapat dilihat pada peran dan pertumbuhan sektor pertanian Indonesia dalam kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menurut lapangan usaha pada Tabel 1.

Tabel 1 Produk Domestik Bruto di Indonesia menurut lapangan usaha Tahun 2007-2012 (persen)

Lapangan Usaha Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012 PPertanian, Peternakan, Kehutanan dan

Perikanan.

Pertambangan dan Penggalian. Industri Pengolahan.

Listrik Gas dan Air Bersih. Konstruksi.

Perdagangan, Hotel dan Restoran. Pengangkutan dan Komunikasi.

Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan. Jasa-jasa 13.72 11.15 27.05 0.88 7.72 14.99 6.69 7.73 10.08 14.48 10.94 27.81 0.83 8.48 13.97 6.31 7.44 9.74 15.29 10.56 26.36 0.83 9.90 13.28 6.31 7.23 10.24 15.29 11.16 24.8 0.76 10.25 13.69 6.56 7.24 10.24 14.70 11.85 24.30 0.77 10.17 13.80 6.62 7.21 10.56 14.44 11.78 23.94 0.79 10.45 13.90 6.66 7.26 10.78

PDB 100 100 100 100 100 100

Sumber : Badan Pusat Statistik (2012)2

Berdasarkan Tabel 1 diatas, sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan mampu menyediakan lapangan usaha terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan. Lapangan usaha yang disediakan pada sektor tersebut pada tahun 2012 sekitar 14.44 persen dari total PDB. Keberhasilan petani, peternak, nelayan, dan kehutanan dalam menyediakan lapangan usaha dan meningkatkan jumlah produksinya menjadi penentu utama sektor tersebut dalam memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan perekonomian bangsa.

Sektor pertanian secara umum terdiri dari beberapa subsektor meliputi subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Salah satu

1

Data Badan Pusat Statistik (2011)

2

(21)

subsektor pertanian yang memiliki kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) adalah subsektor hortikultura. Kontribusi tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk perdagangan internasional terutama terkait dengan pertumbuhan volume ekspor. Volume ekspor subsektor hortikultura mengalami peningkatan pada tahun 2008. Namun, pada tahun 2009 volume ekspor hortikultura mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena pada tahun 2009 terjadi krisis global. Krisis global berdampak terhadap naiknya nilai tukar dolar sehingga nilai rupiah menjadi terdepresiasi. Langkah terbaik yang diambil pemerintah ketika nilai rupiah terdepresiasi adalah menurunkan volume ekspor. Untuk mengetahui pertumbuhan volume ekspor subsektor hortikultura dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Pertumbuhan volume ekspor subsektor hortikultura di Indonesia pada tahun 2007-2009

Tahun Volume (Ton) Pertumbuhan (%)

2007 456 502 -

2008 524 485 14.89

2009 447 609 -14.66

Sumber : Pusat Data dan Informasi Pertanian (2010)

Subsektor hortikultura terdiri dari empat kelompok komoditi yaitu buah-buahan, sayuran, biofarmaka, dan tanaman hias. Salah satu dari empat kelompok komoditi tersebut yang memiliki kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu kelompok komoditi sayuran. Kelompok komoditi sayuran dari tahun 2007 sampai dengan 2010 megalami peningkatan kontribusi PDB berdasarkan harga yang berlaku. Kontribusi kelompok komoditi sayuran pada tahun 2007 sebesar 33.32 persen, tahun 2008 sebesar 33.50 persen, tahun 2009 sebesar 34.53 persen, dan tahun 2010 sebesar 36.09 persen dari total nilai PDB. Untuk melihat lebih lanjut mengenai data nilai PDB sayuran berdasarkan harga berlaku dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kontribusi hortikultura terhadap PDB berdasarkan harga berlaku di Indonesia tahun 2007-2010.

No Kelompok Komoditi

Kontribusi PDB (%)

2007 2008 2009 2010

1. Buah-buahan 55.162 55.889 54.834 52.541

2 Sayuran 33.319 33.496 34.535 36.093

3 Tanaman Hias 6.174 6.039 6.220 4.234

4 Biofarmaka 5.345 4.576 4.412 7.132

Total 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Ditjen Hortikultura (2012)

(22)

2005 menjadi 41.60 persen dan tahun 2008 menjadi 44.73 persen. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat konsumsi sayuran dan buah-buahan di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Tingkat konsumsi perkapita sayuran dan buah di Indonesia

Komoditas Konsumsi Perkapita (%)

2002 2005 2008

Sayuran 52.82 58.40 55.27

Buah - Buahan 47.18 41.60 44.73

Total 100 100 100

Sumber : BPS, dalam Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

Tingkat konsumsi komoditas sayuran yang lebih besar dari konsumsi buah-buahan menjadi suatu peluang bagi para pelaku bisnis untuk menjalankan usaha dibidang sayuran. Untuk itu, diperlukan peningkatan produksi sayuran dari tahun ke tahun agar permintaan terpenuhi. Pemerintah sebagai pihak yang membuat kebijakan harus terus berupaya mendukung dan membantu petani untuk terus meningkatkan produksi sayuran di Indonesia.

Tabel 5 menunjukkan kontribusi produksi sayuran dari tahun 2007 sampai dengan 2009 terhadap total produksi hortikultura. Total produksi sayuran dari tahun 2007 sampai dengan 2009 paling rendah dibandingkan dengan kelompok komoditi yang lainnya termasuk kelompok komoditi buah-buahan. Produksi yang rendah dapat disebabkan karena petani yang menanam sayuran lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok komoditi yang lainnya dan bisa juga karena luas lahan untuk menanam sayuran lebih sempit dibandingkan dengan lahan untuk menanam kelompok komoditi yang lainnya. Lebih rendahnya produksi sayuran dibandingkan dengan produksi kelompok komoditi yang lainnya karena benih yang digunakan petani mungkin masih banyak menggunakan benih yang tidak bersertifikat.

Tabel 5 Kontribusi produksi sayuran terhadap total produksi hortikultura antara tahun 2007- 2009

No Kelompok Komoditi Kontribusi Produksi (%)

2007 2008 2009

1 Sayuran 1.46 1.59 1.52

2 Buah 2.64 2.86 2.68

3 Tan.Hias Bunga Potong 27.66 32.60 37.80

4 Biofarmaka Rimpang 68.24 62.95 58.0

Total 100 100 100

Sumber : Ditjen Hortikultura (diolah), 2011

(23)

mengetahui data produktivitas sayuran pada beberapa daerah sentra produksi sayuran di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Produktivitas sayuran pada beberapa daerah sentra sayuran di Jawa Barat tahun 2007-2011

Komoditi Kabupaten/ kota

Produktivitas (Ton/ha)

2007 2008 2009 2010 2011

Kacang Panjang

Bogor 9.757 10.265 9.700 8.687 10.113

Sukabumi 10.082 8.532 7.854 8.450 7.440

Karawang 11.297 11.633 18.653 13.389 14.537

Cabai Besar

Bogor 8.806 9.942 7.797 6.224 12.827

Sukabumi 10.746 8.478 6.627 7.214 7.725

Cianjur 15.898 5.048 12.218 12.081 20.122

Tomat

Bogor 15.689 16.754 17.201 11.583 18.079

Bandung 28.041 48.791 94.918 62.171 118.442

Garut 26.805 27.788 46.805 27.128 21.734

Sawi

Bogor 9.949 8.179 10.992 5.470 9.623

Cianjur 20.531 14.114 14.829 8.247 7.316

Bandung 23.043 21.277 20.738 20.450 19.004

Buncis

Bogor 9.483 8.340 6.660 7.783 14.685

Cianjur 21.778 8.750 15.630 10.835 22.503

Garut 13.269 16.320 18.983 14.440 12.830

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2012)3

Kegiatan pemasaran produk sayuran terkendala pada mutu produk sayuran yang terkadang sulit diterima oleh konsumen. Produk sayuran yang dijual terkadang ada yang sudah busuk, layu, dan tidak segar lagi. Hal ini disebabkan karena sayuran terlalu lama disimpan dan tidak dipacking dengan baik. Sayuran secara umum memiliki keriteria yaitu mudah busuk, tidak tahan disimpan lama, dan mudah rusak.

Penjelasan singkat tentang usaha komoditi sayuran tersebut dapat menggambarkan bahwa dalam usahatani sayuran memiliki kendala yang lebih besar dibandingkan dengan usahatani komoditi yang lainnya. Kendala yang dimaksud adalah tingginya tingkat risiko yang dihadapi, baik yang terkait dengan risiko produksi maupun pemasarannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan terhadap risiko produksi dan pendapatan petani. Upaya ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi petani dalam memperbaiki dan meningkatkan peluang keberhasilan dalam usahatani sayuran.

Diversifikasi merupakan salah satu bentuk solusi yang sangat baik diterapkan oleh para petani untuk mengurangi risiko yang ada. Bentuk diversifikasi yang bisa diterapkan petani sayuran umumnya terdiri dari kombinasi pengusahaan antara berbagai jenis sayuran antara lain buncis, kacang panjang, cabai keriting, sawi dan tomat.

Alternatif strategi pengelolaan risiko yang baik sangat diperlukan dalam usahatani sayuran terutama pada saat menghadapi risiko. Upaya ini diharapkan membantu petani dalam meminimalkan risiko yang dihadapi. Oleh karena itu,

3

(24)

penting untuk dilakukan penelitian mengenai analisis risiko usaha diversifikasi sayuran di Gapoktan Rukun Tani.

Perumusan Masalah

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani merupakan salah satu Gapoktan yang salah satu usaha petaninya bergerak dalam bidang budidaya sayuran. Gapoktan yang berdiri sejak tahun 2007 ini memilih usaha sayuran karena kondisi tanah dan iklim yang cocok untuk budidaya sayuran dan juga ketua Gapoktan Rukun Tani merupakan seorang pengusaha sayuran yang mengetahui informasi pasar sehingga mempermudah petani dalam memasarkan produk sayuran tersebut.

Gapoktan Rukun Tani terdiri dari 7 (tujuh) kelompoktani yaitu kelompoktani Pondok Menteng, Sukamaju, Bina Mandiri, Silih Asih, Sawah Lega, Tani Jaya, dan KWT Citapen Berkarya. Diantara 7 kelompoktani tersebut terdapat 2 kelompoktani yang membudidayakan sayuran yaitu kelompoktani Pondok Menteng dan kelompoktani Tani Jaya. Gapoktan Rukun Tani ini melalui dua kelompoktani tersebut memfokuskan pada budidaya sayuran yang dapat tumbuh dengan baik di desa Citapen dan memiliki prospek bisnis yang baik, seperti tomat, kacang panjang, buncis, cabai keriting, sawi, jagung manis, timun, jagung acar, cabai rawit, kapri, terong kecil, lenca, bawang daun, terong panjang, dan lain-lain. Namun, yang menjadi komoditi unggulan bagi para petani pada Gapoktan ini antara lain kacang panjang, tomat, buncis, sawi, dan cabai keriting karena produksi dan harga lima komiditi ini lebih baik dibandingkan dengan komoditi sayuran yang lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

Produktivitas sayuran kacang panjang, buncis, cabai keriting, sawi, dan tomat yang diperoleh petani mengalami fluktuasi. Hal ini mengindikasikan adanya risiko produksi yang dialami oleh petani, seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Produktivitas Sayuran di Kabupaten Bogor.

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat (2012), diolah4.

Produktivitas kacang panjang, tomat, cabai keriting, buncis dan sawi di Kabupaten Bogor mengalami fluktuasi dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Adanya fluktuasi produktivitas tersebut menunjukkan petani sayuran yang ada di Kabupaten Bogor menghadapi risiko produksi. Penyebab terjadinya fluktuasi

4

Diperta. Jabarprov.go.id

0 5 10 15 20

2007 2008 2009 2010 2011

Sawi/Cesin Kacang Panjang

Buncis Tomat Cabe Keriting

Produktivitas

Ton/ha

(25)

produktivitas dapat berasal dari kondisi cuaca yang tidak mendukung, serangan hama dan penyakit, kelalaian dari petani, dan lain-lain. Fluktuasi produktivitas yang dihadapi oleh petani akan berdampak terhadap ketidakstabilan pendapatan yang diperoleh petani.

Petani sayuran yang ada di Gapoktan Rukun Tani juga menghadapi risiko produksi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya perbedaan produktivitas petani selama mengusahakan sayuran. Petani yang ada di Gapoktan Rukun Tani menghadapi kejadian produktivitas yang tinggi, normal, dan rendah seperti terlihat pada Gambar 2

Gambar 2 Produktivitas petani gapoktan rukun tani berdasarkan kejadian Sumber : Gabungan Kelompoktani Rukun Tani (2013)

Kejadian produktivitas tertinggi, terendah, dan normal yang dialami petani seperti pada Gambar 2 menjadi salah satu gambaran adanya ketidakstabilan produktivitas yang diperoleh petani yang ada di Gapoktan Rukun Tani. Menurut Saragih (2013), ketidakstabilan produktivitas yang dialami petani disebabkan karena terjadinya perubahan iklim (suhu udara yang meningkat dan pola curah hujan yang tidak menentu, komoditas benih yang ditanam tidak sesuai dengan kondisi iklim, tidak dilakukan pengendalian hama dengan baik, tidak dilakukan pemupukan yang baik, pemeliharaan tidak intensif, dan penanganan panen yang kurang tepat.

Petani tidak hanya sering menghadapi fluktuasi produktivitas, tetapi juga sering mengadapi ketidakstabilan harga jual sayuran. Secara umum harga yang diterima petani setiap menjual sayuran tidak stabil. Begitu juga halnya dengan petani yang ada di Gapoktan Rukun Tani juga sering mengalami ketidakstabilan harga jual sayuran. Hal ini mengindikasikan terdapatnya risiko harga yang dihadapi petani Gapoktan Rukun Tani. Harga beli yang ditetapkan oleh Gapoktan Rukun Tani sesuai dengan harga yang berlaku di pasar. Jika harga di pasar mahal, maka harga beli Gapoktan ke petani menjadi mahal. Sebaliknya, jika harga sayuran di pasar murah, maka harga beli ke petani murah. Seperti pada Gambar 3 menggambarkan ketidakstabilan harga sayuran sawi, cabai keriting, buncis, tomat, dan kacang panjang.

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

Tertinggi Terendah Normal

Cabai Keriting

Buncis

Kacang Panjang Tomat

Sawi

Kejadian Produktivitas Produktivitas

(26)

Gambar 3. Harga – Harga komoditi sayuran setiap bulan pada tahun 2012 Sumber : Gabungan Kelompok tani Rukun Tani (2013)

Petani anggota Gapoktan Rukun Tani dalam mengusahakan komoditi sayuran dilakukan dengan dua cara yaitu secara spesialisasi dan diversifikasi. Kegiatan spesialisasi adalah kegiatan mengusahakan sayuran dilakukan secara spesifik untuk satu komoditi. Sedangkan diversifikasi adalah kegiatan mengusahakan sayuran lebih dari satu komoditi. Kegiatan Diversifikasi ini diharapkan dapat meminimalkan risiko usaha yang sering dihadapi oleh petani baik yang terkait dengan produksi maupun harga. Diversifikasi yang dilakukan petani dalam mengusahakan sayuran cabai keriting, kacang panjang, buncis, tomat, dan sawi bisa dalam bentuk monokultur dan bisa juga dengan tumpangsari.

Penerapan diversifikasi dalam upaya meminimalisir risiko merupakan sesuatu yang menarik untuk diteliti karena melihat kondisi ketidakstabilan produktivitas yang dihadapi oleh petani Gapoktan Rukun Tani, tetapi masih tetap melanjutkan usahatani sayuran tersebut. Selain itu, dengan adanya kegiatan diversifikasi ini diharapkan ancaman perubahan iklim yang terjadi terhadap penurunan produktivitas tanaman sayuran dapat dihindari.

Berdasarkan uraian, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah diversifikasi yang dilakukan oleh petani anggota dapat meminimalkan risiko ?

2. Berapa penurunan risiko dengan penerapan diversifikasi?

3. Bagaimana alternatif strategi petani anggota Gapoktan Rukun Tani dalam menangani risiko usaha sayuran ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Melakukan identifikasi risiko yang dihadapi petani

2. Menganalisis usaha diversifikasi yang dilakukan petani dalam upaya mengurangi risiko

3. Mengetahui besarnya penurunan risiko setelah dilakukan usaha diversifikasi

0 5000 10000 15000 20000 25000

Jan Fe

b M ar A p r M e i

Jun Jul Agst

(27)

4. Menganalisis alternatif strategi yang dapat dilakukan petani anggota Gapoktan Rukun Tani dalam menangani risiko usaha sayuran.

Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan bagi petani di Gapoktan Rukun Tani untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menjalankan usaha sayuran.

2. Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama kuliah, serta melatih kemampuan analisis dalam pemecahan masalah.

3. Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan agar dapat mengembangkan dan mengaplikasikan penelitian ini serta dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Diversifikasi usaha dalam penelitian ini meliputi beberapa jenis sayuran yaitu buncis, cabai keriting, tomat, kacang panjang dan sawi.

2. Harga yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga rata-rata pada masing-masing komoditi tahun 2010-2012, karena harga yang diterima petani setiap panen tidak sama.

3. Penelitian ini menggunakan data produksi musiman petani yang menjadi responden dan rekapitulasi data produksi sayuran di Gapoktan Rukun Tani dari tahun 2007 sampai tahun 2012. Sedangkan, untuk data harga jual menggunakan harga yang ditetapkan oleh Gapoktan Rukun Tani selama membeli Sayuran dari petani anggota.

4. Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko diversifikasi usaha sayuran.

TINJAUAN PUSTAKA

Peran dan Potensi Usahatani Sayuran Peran Diversifikasi Usahatani

Diversifikasi usahatani merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan petani dengan mengusahakan lebih dari satu komoditi tanaman dalam kegiatan usahatani. Diversifikasi usahatani menjadi salah satu langkah yang paling tepat diambil oleh petani dalam meningkatkan pendapatannya. Menurut Alibasyah (2009), diversikasi pertanian merupakan suatu kegiatan yang dinamis dan tidak monoton dalam upaya meningkatkan produksi hasil pertanian. “Artinya tidak mono, kalau selama ini yang ditanam adalah padi saja, tetapi kalau diversifikasi tidak hanya satu tanaman, tetapi juga bisa dipadu dengan tanaman sayuran dan buah”5.

5

(28)

Menghadapi tantangan gejolak iklim yang sulit sehingga diperlukan usaha serius dan kreatif untuk menyikapi banyak perubahan yang terjadi di sektor pertanian. Adanya gejolak iklim yang sulit dapat mengakibatkan kemerosotan produksi atau gagal panen. Upaya diversifikasi ini menjadi salah satu upaya untuk menyikapi adanya gejolak iklim yang sulit. Upaya diversifikasi menjadi salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan pada satu komoditas dan menjadi salah satu cara yang bijak untuk menyelamatkan usahatani para petani dan meningkatkan pendapatan petani.

Menurut Saragih (2013) menyatakan banyak komoditi tanaman hortikultura yang tahan kekeringan tetapi secara keseluruhan nilai ekonomisnya rendah, sebaliknya banyak tanaman hortikultura yang kurang tahan terhadap perubahan iklim tetapi nilai ekonomisnya tinggi. Oleh karena itu, untuk mendapatkan nilai ekonomis yang tinggi dan mengurangi kegagalan panen dapat dilakukan upaya diversifikasi antara tanaman ekonomis tinggi dengan ekonomis rendah.

Potensi dan Karakteristik Usahatani Sayuran

Sayuran merupakan salah satu sektor agribisnis yang memiliki peran dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan dan membangun perekonomian negara terutama dalam kontribusinya terhadap PDB nasional. Produk Sayuran Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi komoditas unggulan ekspor, namun produk sayuran di Indonesia masih dibawah produk sayuran Australia, China, Taiwan dan Malaysia. Hal ini disebabkan produk sayuran Indonesia masih belum memberikan jaminan kesinambungan terkait dengan mutu produknya, jumlah pasokan minimumnya, dan ketepatan waktu penyampaiannya.

Sayuran sebagai tanaman pertanian memiliki sifat-sifat tertentu yang membedakannya dengan tanaman pertanian lainnya. Menurut Rahardi (2000), sayuran memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1. Tidak tergantung musim

Sayuran dapat dibedakan menjadi sayuran musiman dan tahunan. Sayuran musiman yang paling banyak ditemukan oleh konsumen di pasar, namun sayuran yang sifatnya tahunan agak jarang ditemukan konsumen. Biasanya sayuran yang sifatnya tahunan tersebut memiliki harga yang relatif mahal. Sayuran dapat dibudidayakan kapan dan dimana saja asal syarat tumbuhnya terpenuhi.

2. Memiliki risiko yang tinggi

Produk sayuran umumnya mudah rusak, mudah busuk, dan voluminous. Karena produk sayuran yang memiliki risiko yang tinggi, maka diperlukan penanganan yang baik ketika pascapanen sehingga sayuran tersebut tetap terlihat segar dan memiliki harga yang tinggi. Untuk itu, sebaiknya lokasi usaha sayuran dari produsen ke konsumen lebih dekat, karena keadaan ini sangat menguntungkan terutama dalam menghemat biaya pengangkutan.

3. Perputaran modalnya lebih cepat

Perputaran modal untuk usaha sayuran relatif lebih cepat dibandingkan dengan usaha pada komoditas pertanian lainnya, walaupun usaha di bidang sayuran relatif memiliki risiko yang tinggi. Hal ini disebabkan karena umur tanaman sayuran relatif lebih singkat dan permintaannya terus meningkat.

(29)

dibuat saluran pembuangan air (drainase) yang cukup, sehingga lahan tanaman sayuran tidak tergenangi air. Tetapi pada saat musim kemarau, saluran drainase tidak terlalu dibutuhkan6. Sayuran dataran rendah adalah sayuran yang hanya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dataran rendah. Begitu juga sebaliknya sayuran dataran tinggi dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah dataran tinggi.

Menurut Kurnia (2004), pertumbuhan dan perkembangan tanaman sayuran tidak lepas dari pengaruh lingkungan seperti iklim dan topografi lingkungan lahan tanam. Secara umum, sentra produksi sayuran dataran tinggi terletak pada ketinggian 700-2.500 m diatas permukaan laut (dpl), dengan suhu udara rata-rata sekitar 22ºC. Selain itu, curah hujan di sentra produksi sayuran dataran tinggi berkisar 2 500 hingga 4 000 mm/tahun dan merupakan daerah yang dipengaruhi oleh aktivitas gunung merapi baik statusnya masih aktif maupun yang sudah tidak aktif lagi.

Analisis Risiko Produksi

Kegiatan produksi pada sektor pertanian memiliki banyak risiko produksi yang akan dihadapi. Risiko produksi yang paling sering dihadapi oleh petani adalah terjadi gagal panen dan fluktuasi produksi. Menurut penelitian dari Safitri (2009), Purwanti (2011), Utami (2009), Wahyuningsih (2012), Situmeang (2011), Mandasari (2012) dan Tarigan (2009), bahwa sumber-sumber risiko produksi yang sering dihadapi oleh petani berasal dari faktor-faktor alam, seperti faktor hama dan penyakit, faktor cuaca dan iklim, dan kondisi kesuburan tanah. Namun, Purwanti (2011) menambahkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan risiko produksi yang lainnya adalah kerusakan sistem irigasi dan keterampilan tenaga kerja yang masih kurang.

Ukuran analisis risiko diperlukan dalam menganalisis besarnya risiko produksi yang dihadapi petani. Berdasarkan penelitian Tarigan (2009), Mandasari (2012), Situmeang (2011), Utami (2009) menggunakan analisis risiko seperti variance, standard deviation, coefficient variation dalam menganalisis risiko produksi pada kegiatan usahatani, baik secara spesialisasi maupun diversifikasi.

Penelitian Tarigan (2009) menjelaskan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi pada brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting, diperoleh risiko yang paling tinggi terdapat pada bayam hijau sebesar 0.225. Nilai 0.225 artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 0.225. Risiko paling rendah adalah cabai keriting sebesar 0.048. Nilai 0.048 artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 0.048. Hal ini dikarenakan bayam hijau sangat rentan terhadap penyakit terutama pada musim hujan. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi pada cabai keriting sebesar 0.80. Nilai 0.80 artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 0.80. Sedangkan yang paling rendah adalah brokoli sebesar 0.16. Nilai 0.16 artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 0.16.

Mandasari (2012) memaparkan lebih lanjut mengenai hasil penelitiannya yang dilakukan pada kegiatan spesialisasi baik berdasarkan produktivitas maupun

6

(30)

berdasarkan pendapatan bersihnya bahwa risiko produksi tomat lebih tinggi dibandingkan dengan risiko produksi cabai merah. Hal ini dapat dilihat pada nilai coefficient variation dimana risiko produksi berdasarkan produktivitas pada tomat sebesar 68.7 persen lebih tinggi dibandingkan cabai merah yang hanya 62.9 persen. Sedangkan, diversifikasi usahatani pada penelitiannya yaitu dengan menanam tomat dan cabai merah secara bersamaan dapat menurunkan risiko produksi menjadi 59.6 persen berdasarkan produktivitasnya dan 63.3 persen berdasarkan pendapatan bersihnya. Kegiatan diversifikasi ini dapat lebih rendah jika petani mengusahakan cabai merah dengan luas tanam yang lebih tinggi dibandingkan dengan luas tanam tomat yaitu 60 persen untuk luas tanam cabai merah dan 40 persen untuk luas tanam tomat.

Hasil penelitian Utami (2009) menunjukkan hasil perhitungan nilai expected value dari produktivitas bawang merah sebesar 101.41 kwintal per hektar. Sementara nilai standard deviation dari produktivitas bawang merah sebesar 21.97 kwintal perhektar dengan nilai coefficient variation sebesar 0.203. Dilihat dari sisi penerimaan usahatani, diperoleh nilai expected return sebesar Rp. 25 949 621.9 per hektar. Sementara risiko yang diterima oleh petani bawang merah di kabupaten Brebes sebesar 60.09 persen dari nilai return yang diperoleh petani dengan standar deviasi rata-rata sebesar Rp 11 768 995 per hektar. Dari nilai tersebut, maka jika dibandingkan dengan penghitungan risiko dari sisi produktivitas, nilai risiko yang dihitung dari sisi penerimaan atau return ternyata jauh lebih tinggi.

Strategi Mengurangi Risiko Produksi

Petani yang melakukan kegiatan usahatani tidak terlepas dari risiko produksi. Risiko produksi yang dialami petani terutama terkait dengan penurunan produksi maupun gagal panen. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu strategi yang tepat dalam mengurangi risiko produksi. Menurut Tarigan (2009), menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko. Penanganan risiko produksi dapat dilakukan dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada. Disamping itu, untuk mengurangi risiko produksi yaitu dengan melakukan kegiatan kemitraan produksi dengan petani sekitar yang memproduksi sayuran organik serta kemitraan dalam penggunaan input dan perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik.

Menurut Fariyanti (2008), terdapat beberapa upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko produksi dan harga seperti melakukan kegiatan diversifikasi tanaman, menggunakan benih yang tahan terhadap penyakit dan kekeringan, serta penggunaan teknologi irigasi yang baik. Selain itu, dilakukan upaya penyediaan sarana dan prasarana penyimpanan secara berkelompok, melakukan sistem kontrak baik secara vertikal maupun horizontal, menciptakan kelembagaan pemasaran sebagai upaya untuk meminimalisir risiko harga yang dihadapi para petani, dan menerapkan sistem bagi hasil.

(31)

(2012), alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko yaitu dengan melakukan perbaikan pola tanam, pengendalian hama dan penyakit, serta pengolahan lahan ketika sebelum ditanami. Selain itu, alternatif lain yang dapat dilakukan dalam mengurangi kerugian akibat terjadinya risiko produksi yaitu dengan pengembangan kreativitas para ibu rumah tangga dengan menggunakan alat yang sudah ada.

Menurut Utami (2009), beberapa hal yang dilakukan untuk mengurangi risiko adalah dengan pengaturan pola tanam, pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan pascapanen, menyimpan dan atau menjual hasil panen. Untuk itu dalam penelitian utami ini, strategi yang dilakukan untuk mengurangi risiko adalah dengan melakukan strategi preventif.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko dan Ketidakpastian

Harwood et al. (1999) mengartikan risiko sebagai kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian. Jenis-jenis risiko yang sering ditemukan pada sektor pertanian antara lain: risiko produksi, risiko pasar atau harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan, dan risiko finansial.

Menurut Debertin (1986), ketidakpastian lingkungan adalah kemungkinan hasil dan kemungkinan kejadian tersebut tidak dapat diketahui. Sedangkan risiko adalah hasil dan kemungkinan dari suatu kejadian dapat diketahui. Peluang suatu kejadian yang tidak dapat diukur maka kejadian tersebut termasuk kedalam kategori ketidakpastian. Hal ini menunjukkan risiko dan ketidakpastian memiliki perbedaan dapat dilihat pada Gambar 4.

Probabilitas dan hasil Probabilitas dan hasil diketahui tidak diketahui

Gambar 4 Rangkaian kejadian berisiko dengan kejadian tidak pasti

Sumber : Debertin (1986)

Gambar 4 menunjukkan bahwa pada sisi sebelah kiri menggambarkan kejadian berisiko memiliki peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan. Sedangkan pada sisi sebelah kanan menggambarkan kejadian tidak pasti memiliki peluang dan hasil dari suatu kejadian yang tidak diketahui oleh pengambil keputusan.

Robison dan Barry (1987), menyatakan bahwa risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan dalam bisnis. Sedangkan ketidakpastian menunjukkan peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Peluang kejadian

(32)

yang tidak diketahui secara kuantitatif dikarenakan tidak ada informasi atau data pendukung untuk menghitung nilai peluangnya. Perilaku setiap individu dalam menghadapi risiko berbeda-beda satu sama lain. Terdapat tiga kategori individu dalam menghadapi risiko, yaitu Risk Averse, Risk Neutral, dan Risk Lover. Gambar 5 menunjukkan hubungan antara expected income dengan income variance.

[image:32.595.107.506.186.534.2]

Gambar 5 Hubungan antara income variance dan expected income

Sumber : Debertin (1986)

Gambar 5 menjelaskan hubungan antara income variance yang menjadi ukuran tingkat risiko yang dihadapi, dengan income yang diharapkan (expected income) yang menjadi ukuran tingkat pendapatan yang diharapkan oleh pembuat keputusan. Sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori sebagai berikut :

1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (Risk Averse) menunjukkan perilaku individu yang takut terhadap risiko, dan cenderung akan menghindari risiko. Kurva Risk Averse menunjukkan sikap pembuat keputusan yang takut terhadap risiko yaitu jika terjadi kenaikan ragam pendapatan (income variance) yang merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan menaikkan expected income.

2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk Neutral) menunjukkan perilaku indivisu yang apabila terjadi kenaikan income variance yang merupakan ukuran tingkat risiko tidak akan diimbangi dengan menaikkan Expected Income

Income Variance

Expected Income

Income Variance

Expected Income

Income Variance

Risk Averse Risk Neutral

(33)

income yang diharapkan. Artinya, semakin tinggi income variance, maka expected income akan tetap.

3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (Risk Taker/Lover) yaitu perilaku individu yang menyukai risiko. Sikap ini menunjukkan adanya kenaikan income variance akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan kesediannya menerima income yang diharapkan lebih rendah. Risk Taker cenderung menganggap risiko sebagai suatu hal yang tidak perlu dikhawatirkan.

Sumber-Sumber Risiko

Mengetahui penyebab dari suatu kejadian itu sangat penting, karena dengan mengetahui penyebab dari kejadian tersebut maka akan lebih mudah untuk melakukan strategi yang tepat untuk mengurangi atau mencegah dari kejadian tersebut. Beberapa sumber risiko yang sering dihadapi oleh para petani menurut Harwood et al.(1999), yaitu risiko produksi, risiko pasar atau harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan, dan risiko finansial. Sumber-sumber risiko tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Sumber risiko yang berasal dari risiko produksi, meliputi gagal panen, penurunan produktivitas, kerusakan hasil produksi akibat serangan hama dan penyakit, perubahan cuaca, dan kelalaian sumberdaya manusia misalnya ketidaksesuaian dalam pemupukan.

2. Sumber risiko yang berasal dari risiko pasar, meliputi keru dsakan produk sehingga tidak memenuhi mutu pasar akibatnya tidak dapat dijual, permintaan terhadap produk rendah, fluktuasi harga input dan output, serta daya beli masyarakat menurun.

3. Sumber risiko yang berasal dari risiko kelembagaan adalah adanya aturan yang membuat anggota dari suatu organisasi menjadi kesulitan dalam memasarkan ataupun meningkatkan produksinya.

4. Sumber risiko yang berasal dari risiko kebijakan adalah adanya suatu kebijakan tertentu dari pemerintah yang mempengaruhi sektor pertanian dan dapat menghambat kemajuan bisnis. Contohnya kebijakan dari pemerintah untuk memberikan atau mengurangi subsidi dari harga input dan kebijakan tarif ekspor.

5. Sumber risiko yang berasal dari risiko finansial adalah adanya piutang tidak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha menjadi terhambat, laba menurun karena terjadinya krisis ekonomi.

Analisis Risiko Diversifikasi

Menurut Harwood et al. (1999), menjelaskan teori diversifikasi merupakan manajemen strategi untuk menekan risiko dengan cara mengusahakan beberapa aktivitas usaha atau aset. Sedangkan, Elton dan Gruber (1995) menyatakan bahwa risiko portofolio lebih kompleks dibandingkan dengan risiko pada aset individu, dimana diharapkan salah satu aset memiliki return yang baik ketika aset lain memiliki return yang menurun. Dengan demikian, Elton dan Gruber lebih menekankan untuk melakukan kombinasi dua aset atau lebih (portofolio).

(34)

Erp = WaEra + WbErb+… + WnErn

Dimana proporsi dari masing-masing aset adalah: Wa + Wb+ … + Wn = 1

Perhitungan variance untuk risiko portofolio lebih dari dua aset dapat dirumuskan dengan :

σ

p2 = Wa

σ

ra2 + Wb

σ

rb2 + ··· + Wn

σ

rn2 + 2WaWbCOV(ra,rb) +

2WaWcCOV(ra,rc) + ··· + 2WaWnCOV(ra,rn) + 2WbWcCOV(rb,rc) +

2WbWdCOV(rb,rd) + ··· + 2WbWnCOV(rb,rn)

Keterangan :

E (rp) : expected return dari keseluruhan usaha diversifikasi (1,2,…, n)

Wa, Wb, …, Wn : fraction (proporsi) penggunaan masing-masing aset (1,2,…,n)

σ

p2 : variance portofolio untuk masing-masing investasi (1,2,…, n)

COV(ra,rb;…; ra,rn; rb,rc;…; rb,rn) : Covariance antara masing- masing asset (ra,rb;…; ra,rn; rb,rc;…; rb,rn)

Pemilik modal banyak yang melakukan diversifikasi karena ingin mengurangi risiko yang dihadapi dalam menjalankan bisnis. Akan tetapi, tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) dari masing-masing usaha yang membentuk portofolio dan standar deviasi lebih kecil dari rata-rata tertimbang sejauh koefisien korelasi antar usaha yang membentuk portofolio tersebut lebih kecil dari satu. Untuk itu, semakin kecil koefisien korelasi, maka semakin efektif penurunan standar deviasi.

Nilai variance portofolio (

σ

ij2) menunjukkan ukuran risiko portofolio yang

dihadapi petani dalam mengkombinasikan beberapa kegiatan usahanya. Nilai variance portofolio sangat ditentukan oleh korelasi antara usaha i dan j. Nilai koefisien korelasi antara usaha i dan j dapat bernilai positif satu (+1) atau bernilai negative satu (-1). Menurut Elton dan Gruber (1995), terdapat beberapa kemungkinan korelasi yang terjadi pada kegiatan analisis portofolio antara lain : 1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) berarti kombinasi dua usaha i dan j

bergerak bersama.

2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) berarti kombinasi dua usaha i dan j bergerak berlawanan arah.

(35)

Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko itu dilakukan untuk mengetahui relatif tingkat pentingnya dari pengukuran risiko itu dan untuk memperoleh informasi dalam menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Informasi yang diperlukan berkenaan dengan dua dimensi risiko yang perlu diukur, yaitu frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi dan tingkat kerugiannnya atau keparahan dari kerugian tersebut. Tiap-tiap dimensi yang ingin diketahui tersebut meliputi rata-rata nilainya dalam periode anggaran, variasi nilai dari satu periode anggaran ke periode sebelumnya dan sesudahnya, serta dampak keseluruhan dari kegiatan-kegiatan seandainya kerugian itu ditanggung sendiri.

Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai variasi (variance), standar deviasi (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation), dimana ketiga alat analisis ini saling berkaitan satu sama lain. Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standar deviasi yang menjadi ukuran yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Pengukuran dengan koefisien variasi adalah ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh baik berupa pendapatan, produksi atau harga.

Strategi Pengelolaan Risiko

Harwood et al (1999) menjelaskan beberapa strategi pilihan yang digunakan untuk penanganan risiko. Strategi-strategi yang digunakan dalam penanganan risiko antara lain :

1. Kegiatan Diversifikasi

Kegiatan diversifikasi merupakan salah satu bentuk strategi penanganan risiko pada kegiatan usahatani tanaman pertanian dengan tidak terfokus pada satu jenis komoditi tanaman, tetapi dengan penganekaragaman jenis tanaman yang diusahakan. Tujuan dari kegiatan ini adalah apabila satu jenis komodti tanaman memiliki hasil yang rendah maka tanaman-tanaman lainnya akan memiliki hasil yang lebih tinggi.

2. Asuransi Pertanian

Asuransi pertanian merupakan salah satu alternatif yang tepat dilakukan oleh petani dalam penanganan risiko. Penanganan risiko melalui alternatif asuransi sebagai bentuk upaya yang dilakukan petani untuk mengalihkan risiko usaha yang dihadapi ke pihak lain. Pengalihan risiko idealnya dilakukan oleh petani pada risiko yang tidak dapat dikendalikan.

3. Kontrak Produksi

(36)

Kerangka Pemikiran Operasional

Gapoktan Rukun Tani memiliki salah satu fokus usaha dalam kegiatan usahatani sayuran. Ada sekitar 15 jenis komoditi sayuran yang diproduksi di Gapoktan ini, lima diantaranya adalah buncis, cabai keriting, kacang panjang, tomat dan sawi. Jenis-jenis sayuran tersebut ini memiliki banyak permintaan, namun produksinya sering tidak sesuai dengan jumlah permintaan. Hal ini karena petani sering mengalami risiko produksi terutama gagal panen. Gagal panen petani dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi cuaca yang tidak menentu, hama dan penyakit menyerang sayuran tersebut, lahan yang menjadi tempat usaha sayuran kurang subur, serta benih yang ditanam tidak memiliki viabilitas yang baik. Sayuran yang sudah terserang penyakit tersebut akan berdampak terhadap menurunnya kualitas dan produksi. Sedangkan untuk risiko pasar yang sering dihadapi petani Gapoktan Rukun Tani adalah produk sayuran yang dijual tidak laku di pasar dan produk sayuran tersebut melebihi permintaan sehingga harga jual menjadi rendah. Hal ini dapat mengakibatkan fluktuasi penerimaan petani. Penerimaan petani yang fluktuatif dan biaya usahatani sayuran yang tidak stabil sehingga menyebabkan terjadinya ketidakstabilan atau fluktuasi pendapatan yang diterima oleh petani.

Pendapatan petani yang tidak stabil menjadi indikasi adanya risiko usaha yang dihadapi petani. Risiko usaha yang dihadapi petani bisa dalam bentuk risiko usaha spesialisasi dan risiko usaha diversifikasi. Risiko usaha spesialisasi berupa risiko usaha yang dihadapi petani pada kegiatan usaha pada satu jenis sayuran, sedangkan diversifikasi untuk beberapa jenis kombinasi sayuran.

Petani yang mengalami kegagalan dalam kegiatan produksi sayuran perlu dilakukan analisis mengenai penyebab dari kegagalan tersebut, sehingga dapat dengan mudah memberikan masukan mengenai alternatif strategi yang tepat dalam mengatasi risiko yang dihadapi petani. Strategi penanganan risiko tersebut bisa dengan strategi menghindar, strategi mencegah, strategi mengurangi kerugian, strategi mengalihkan dan dengan strategi mendanai.

(37)
[image:37.595.105.482.77.734.2]

Terjadi Fluktuasi Total Penerimaan

Gambar 6. Kerangka pemikiran operasional

Terjadi Fluktuasi Produksi Harga Sayuran Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Sayuran :

- Hama dan Penyakit - Cuaca

- Benih

- Tingkat Kesuburan Lahan

Biaya Sayuran Terjadi Fluktuasi Pendapatan

Risiko Usaha Sayuran : - Spesialisasi - Diversifikasi

(38)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Gapoktan Rukun Tani yang berlokasi di Pondok Menteng, desa Citapen, kecamatan Ciawi, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Gapoktan Rukun Tani merupakan salah satu Gapoktan yang membina dan membantu petani yang melakukan usahatani sayuran. Kegiatan pengambilan data terkait dengan produksi dan harga sayuran dimulai pada minggu ke 1 bulan Januari – Akhir Januari 2013.

Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang bentuknya berupa keterangan dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bukan angka (non numerik). Data kualitatif meliputi keterangan-keterangan mengenai perkembangan produksi sayuran yang meliputi buncis, cabai keriting, kacang panjang, tomat, dan sawi di Gapoktan Rukun Tani, kondisi usahatani, peralatan yang digunakan, teknis pelaksanaan kegiatan usahatani, dan sebagainya yang berhubungan dengan penelitian. Data kuantitatif adalah data angka atau numerik seperti omset Gapoktan dalam menjalankan kegiatan operasional usahataninya, jumlah produksi per periode, jumlah input, harga jual dan harga input.

Berdasarkan sumber datanya, data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan melalui observasi dan wawancara dengan pihak Gapoktan baik dengan pengurus, maupun dengan petani anggota di Gapoktan Rukun Tani. Tujuannya adalah untuk mengetahui proses produksi sayuran, mengetahui risiko yang terjadi di Gapoktan Rukun Tani, dan penyebab risiko yang terjadi di Gapoktan tersebut terutama terkait dengan risiko produksi dan pendapatan. Data sekunder adalah data yang dipakai untuk menunjang data primer. Data sekunder diperoleh dari penelusuran melalui studi literatur, seperti jurnal, data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan bahan pustaka lainnya.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan subjek yang akan dijadikan sumber informasi. Terdapat beberapa bentuk teknik pengumpulan data, yaitu :

1. Wawancara dan diskusi. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data secara langsung sesuai dengan kondisi kebenaran di lapangan. Teknik ini dilakukan terhadap para petani yang tergabung dalam kelompoktani Pondok Menteng dan Tani Jaya pada Gapoktan Rukun Tani

2. Observasi di lahan petani untuk melihat secara langsung mengenai kegiatan produksi sayuran.

(39)

dipilih sebagai responden tanpa melalui proses random atau acak dan tanpa melihat daftar petani yang tergabung di Gapoktan Rukun Tani. Petani yang ditemukan datang membawa hasil panen sayuran ke Gapoktan Rukun Tani secara langsung dijadikan sebagai responden. Petani yang menjadi responden adalah petani yang melakukan kegiatan produksi sayuran terutama untuk jenis komoditi kacang panjang, cabai keriting, buncis, tomat dan sawi. Jumlah petani yang menjadi responden pada penelitian ini adalah 11 orang.

Alat dan Prosedur Analisis Data

Data yang berbentuk angka yang sudah diperoleh diolah menggunakan microsoft office excel 2007. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis dengan pendekatan deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai keadaan umum Gapoktan dan manajemen risiko yang diterapkan oleh Gapoktan Rukun Tani. Sedangkan analisis kuantitatif meliputi analisis risiko yang menganalisis penjualan dan risiko pada kegiatan produksi pada Gapoktan Rukun Tani.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis manajemen risiko yang diterapkan Gapoktan Rukun Tani untuk meminimalkan risiko dan ketidakpastian yang dihadapinya. Analisis manajemen risiko produksi yang diterapkan yaitu berdasarkan penilaian pengambilan keputusan di Gapoktan Rukun Tani secara subjektif yang dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko produksi. Pengelolaan risiko dilakukan dengan mengidentifikasi penyebab-penyebab adanya risiko produksi, kemudian dilakukan pengukuran risiko, menangani risiko dan mengevaluasi risiko pada Gapoktan Rukun Tani.

Analisis Risiko

Analis risiko yang digunakan adalah ukuran untuk menilai penyimpangan. Penyimpangan diartikan sebagai selisih antara target atau harapan perusahaan dengan realita yang diterima. Bentuk-bentuk alat ukur yang digunakan terdiri dari ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coeficient variation). Namun, ukuran-ukuran simpangan ini juga dibantu oleh alat ukur lainnya yaitu perhitungan peluang dan expected return. Risiko yang dianalisis adalah risiko yang terkait dengan risiko pada kegiatan spesialisasi dan kegiatan diversifikasi. Karena kegiatan spesialisasi dan diversifikasi merupakan dua metode tanam sayuran yang banyak diterapkan oleh petani yang ada di Gapoktan Rukun Tani.

Analisis Risiko Spesialisasi

(40)

1. Peluang (probability)

Peluang adalah kemungkinan terjadinya suatu kejadian atau peristiwa dari serangkaian peristiwa yang mungkin terjadi. Peluang menunjukkan distribusi frekuensi terhadap suatu kejadian. Besar kecilnya nilai peluang suatu kejadian sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan internal dan eksternal. Peluang hanya suatu kemungkinan, nilai dari suatu peluang bukan merupakan nilai mutlak dalam suatu kondisi.

Penentuan peluang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian pada kegiatan budidaya yang dapat diukur dari pengalaman yang telah dialami Gapoktan Rukun Tani dalam menjalankan kegiatan usahataninya. Nilai peluang ini ditentukan dengan melakukan observasi kejadian yang sudah terjadi. Peluang dari masing-masing kegiatan akan diperoleh pada setiap kondisi yaitu tertinggi, normal dan terendah. Pengukuran peluang diperoleh dari frekuensi kejadian setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama proses produksi, secara sistematis dapat dituliskan

Peluang (P) =

Keterangan :

F = Banyaknya kejadian setiap kondisi (tertinggi, terendah, normal) T = Periode waktu selama proses produksi

Pij menunjukkan nilai peluang dari suatu kejadian pada masing-masing

kondisi. Peluang dari suatu kejadian pada kegiatan usaha dapat diukur berdasarkan pada pengalaman yang telah dialami pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan usaha. Misalkan saja dalam menjalankan kegiatan produksi, pelaku bisnis mengahadapi produktivitas yang tinggi, rendah dan normal. Hal itu menunjukkan terdapat tiga kejadian yang dihadapi pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan bisnis. Masing-masing kejadian tersebut harus dihitung peluang kejadiannya.

Rumus expected return dituliskan sebagai berikut : N

E (Rj) = Σ Pij . Rij

i=1

Dimana :

E(Rj) = Expected return

Pij = Peluang dari suatu kejadian (i = sayuran tomat, buncis, cabai keriting,

kacang panjang, dann sawi ; j = tertinggi, normal dan terendah)

Rij = Return/nilai penjualan (i = sayuran tomat, buncis, cabai keriting, kacang

panjang, dan sawi; j= tertinggi, normal dan terendah) N = Frekuaensi kejadian

(41)

1. Nilai Varian

Pengukuran varian dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan pluang dari setiap kejadian. Untuk memperoleh nilai varian dapat diperoleh rumus varian dari return tersebut yang dapat dituliskan dengan rumus dibawah ini:

(

σ

i)2 =

Keterangan :

(

σ

i)2 = varian dari return masing-masing kelompok sayuran (i = sayuran tomat,

buncis, cabai keriting, kacang panjang, dan sawi)

Pij = peluang dari suatu kejadian (i= sayuran tomat, buncis, cabai keriting,

kacang panjang, dan sawi; j= tertinggi, terendah, dan normal)

Rij = return/nilai penjualan (sayuran tomat, buncis, cabai keriting, kacang

panjang, dan sawi; j= tertinggi, normal dan terendah)

= expected return dari masing-masing kelompok sayuran (sayuran tomat, buncis, cabai keriting, kacang panjang, dan sawi)

2. Standar Deviasi

Standar deviasi dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai varian. Standar deviasi menggambarkan rata-rata perbedaan penyimpangan. Makna dari ukuran standar deviasi seperti halnya varian, artinya semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Standar deviasi dirumuskan dengan :

Keterangan :

σ

i2 = varian dari masing-masing kelompok sayuran (i = sayuran tomat, buncis,

cabai keriting, kacang panjang, dan sawi)

σ

i = standar deviasi dari masing-masing kelompok sayuran (i = sayuran tomat,

buncis, cabai keriting, kacang panjang, dan sawi) 3. Koefisien Variasi

Koefisien variasi diukur dari rasio diukur dari rasio standar deviasi dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return (expected return). Semakin kecil nilai koefisien variasi maka semakin rendah risiko yang dihadapi. Secara matematis koefisien variasi (CV) dapat dituliskan sebagai berikut:

CV=

(42)

Analisis Risiko Pada Kegiatan Usaha Diversifikasi

Kegiatan usahatani sayuran dapat dilakukan dengan dua bentuk kegiatan yaitu kegiatan spsesialisasi dan diversifikasi. Kegiatan spesialisasi dilakukan petani dalam mengusahakan sayuran secara monokultur dalam suatu hamparan. Sedangkan, kegiatan diversifikasi dapat dilakukan secara tumpangsari pada suatu hamparan lahan dan dapat juga dilakukan secara monokultur antara petakan yang satu dengan yang lainnya pada suatu hamparan lahan yang dimiliki petani. Menurut Elton dan Gruber (1995), kegiatan usaha diversifikasi adalah salah satu upaya untuk meminimalisasi risiko yang dihadapi. Risiko yang dihadapi disebut dengan risiko portofolio. Untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha. Diversifikasi yang dilakukan Gapoktan Rukun Tani adalah dengan cara diversifikasi berbagai kelompok tanaman sayuran yang terdiri dari komoditi cabai keriting, tomat, kacang panjang, sawi dan buncis.

Varian gabungan dari beberapa usaha pada diversifikasi menggunakan fraction tertentu. Dalam penelitian ini, fraction diperoleh berdasarkan luas lahan yang digunakan untuk menanam cabai keriting, buncis, tomat, kacang panjang dan sawi. Hasil penelitian Cher (2011), fraction portofolio atau bobot komoditi yang diperoleh pada masing-masing komoditi ditentukan dari perbandingan luas lahan komoditi dengan total luas lahan yang diusahakan pada kegiatan portofolio tersebut. Total bobot dari beberapa kegiatan portofolio berjumlah satu.

1. Cara menghitung fraction pada kombinasi dua komoditi sebagai berikut :

W2( i ) =

W2( j ) =

2. Cara mengitung fractiion pada kombinasi tiga komoditi sebagai berikut :

W3( i ) =

W3( j ) =

W3( k ) =

TerjadiFluktuasi Pendapatan Luas Lahan ( i ) + Luas Lahan ( j )

Luas Lahan ( j )

Luas Lahan ( i ) + Luas Lahan ( j )

Luas Lahan ( i )

Luas Lahan ( i ) + Luas Lahan ( j ) + Luas Lahan ( k ) Luas Lahan ( j )

Luas Lahan ( i ) + Luas Lahan ( j ) + Luas Lahan (k) Luas Lahan ( k )

(43)

3. Cara menghitung fraction pada kombinasi empat komoditi

W4( i ) =

W4( j ) =

W4( k ) =

W4( l ) =

4. Cara menghitung fraction pada kombinasi lima komoditi sebagai berikut :

W5( i ) =

W5( j ) =

W5( k ) =

W5( l ) =

W5( m ) =

Keterangan :

W2( i ) = Fraction kombinasi dua komoditi i

W2( j ) = Fraction kombinasi dua komoditi j

W3( i ) = Fraction kombinasi tiga komoditi i

W3( j ) = Fraction kombinasi tiga komoditi j

W3( k ) = Fraction kombinasi tiga komoditi k

W4( i ) = Fraction kombinasi empat komoditi i

W4( j ) = Fraction kombinasi empat komoditi j

W4( k ) = Fraction kombinasi empat komoditi k

W4( l ) = Fraction kombinasi empat komoditi l

W5( i ) = Fraction kombinasi lima komoditi i

W5( j ) = Fraction kombinasi lima komoditi j

Luas Lahan ( k ) Luas Lahan ( i + j + k + l )

Luas Lahan ( l ) Luas Lahan ( k ) Luas Lahan ( j )

Luas Lahan ( i + j + k + l )

Luas Lahan ( i + j + k + l )

Luas Lahan ( i + j + k + l)

Luas Lahan ( i )

Luas Lahan ( i + j + k + l + m ) Luas Lahan ( j )

Luas Lahan ( i + j + k + l + m ) Luas Lahan ( k )

Luas Lahan ( i + j + k + l + m ) Luas Lahan ( l )

Luas Lahan ( i + j + k + l + m ) Luas Lahan ( k )

(44)

W5( k ) = Fraction kombinasi lima komoditi k

W5( l ) = Fraction kombinasi lima komoditi l

W5( m ) = Fraction kombinasi lima komoditi m

I = Komoditi sayuran buncis/cabai keriting/sawi/kacang panjang/tomat J = Komoditi sayuran buncis/cabai keriting/sawi/kacang panjang/tomat K = Komoditi sayuran buncis/cabai keriting/sawi/kacang panjang/tomat L = Komoditi sayuran buncis/cabai keriting/sawi/kacang panjang/tomat M = Komoditi sayuran buncis/cabai keriting/sawi/kacang panjang/tomat

Apabila fraction kombinasi untuk lima komoditi telah ditemukan hasilnya, maka selanjutnya dilakukan perhitungan mengenai expected return portofolio pada beberapa komoditi. Perhitungan expected return portofolio dilakukan secara berurutan yang dimulai dari perhitungan untuk kombinasi dua komoditi, tiga komoditi, empat komoditi, dan lima komoditi.

1. Rumus perhitungan expected return portofolio kombinasi dua komoditi sebagai berikut :

E (RP)2 = [ E(Ri) x W2( i ) ] + [ E (Rj) x W2 ( j )]

2. Rumus perhitungan expected return portofolio kombinasi tiga komoditi sebagai berikut :

E (Rp)3 = [ E(Ri) x W3( i ) ] + [ E(Rj) x W3( j ) ] + [ E(Rk) x W3( k ) ]

3. Rumus perhitungan expected return portofolio kombinasi empat komoditi sebagai berikut :

E (Rp)4 = [ E (Ri) x W3( i ) ] + [ E (Rj) x W3 ( j )] + [ E(Rk) x W3( k )]

+ [E(Rl) x W3( l )]

4. Rumus perhitungan expected return portofolio kombinasi lima komoditi sebagai berikut :

E (Rp)5 = [ E (Ri) x W3( i ) ] + [ E (Rj) x W3 ( j )] + [ E(Rk) x W3( k ) ]

+ [E(Rl) x W3( l )] + [E(Rm

Gambar

Tabel 1 Produk Domestik Bruto di Indonesia menurut lapangan usaha Tahun
Tabel 3 Kontribusi hortikultura terhadap PDB berdasarkan harga berlaku di
Tabel 4 Tingkat konsumsi perkapita sayuran dan buah di Indonesia
Tabel 6 Produktivitas sayuran pada beberapa daerah sentra sayuran di Jawa Barat tahun 2007-2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil perbandingan risiko pada keempat komoditas sayuran organik brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel yang dilakukan Pinewood Organic Farm

Pada pemetaan risiko diperoleh hasil pada kuadaran I terdapat sumber risiko produksi yaitu proses kegagalan sterilisasi baglog (pengukusan) dan penyakit.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis risiko produksi dalam pengelolaan stroberi dan sayuran pada kegiatan spesialisasi dan portofolio (diversifikasi) yang dilakukan Puncak

Beberapa sumber risiko produksi yang terjadi pada setiap tahapan proses produksi jamur tiram putih di Rimba Jaya Mushroom mulai dari tahap persiapan bahan baku sampai

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden, meliputi data: (1) Status sosial ekonomi petani sayuran, (2) Tingkat kesadaran petani sayuran

Variance 0,000929 Standart Deviation 0,030 Coefficient Variation 0,313 Berdasarkan Tabel 24, dapat dilihat tingkat risiko produksi yang dihadapi PT Masada Organik Indonesia

Tingkat keuntungan dan kontribusi usahatani sayuran terhadap pendapatan keluarga dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Kabupaten karo diketahui rata-rata produksi petani

terpilah dari kedua gender adalah (1) seperti apa karakteristik petani laki-laki dan perempuan dan jenis kelompok yang ada pada komunitas petani sayuran organik