• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN SENI BACA AL-QUR’AN UNTUK MENGHASILKAN SANTRI YANG MEMILIKI KOMPETENSI SENI ISLAMI DI PESANTREN AL FALAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN SENI BACA AL-QUR’AN UNTUK MENGHASILKAN SANTRI YANG MEMILIKI KOMPETENSI SENI ISLAMI DI PESANTREN AL FALAH."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………. i

LEMBAR PENGESAHAN ………... ii

HALAMAN PERNYATAAN……… iii

ABSTRAK……….. iv

KATA PENGANTAR ………. vi

DAFTAR ISI ……… ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah... ……… 11 C. Tujuan Penelitian ………. 12

D. Penjelasan Penelitian ……… 12

E. Sistematika Penulisan ………... 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep dan Program Pembelajaran ………...………… 15

1. Batasan dan Karakteristik ………... 15

2. Komponen Pembelajaran ………. 18

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran …….. 22

4. Evaluasi Program Pembelajaran ……….. 26

B. Konsep Seni Baca Al- Qur’an ……… 42

(2)

a. Aspek-aspek Seni Baca Al- Qur’an ……….. 45

b. Suara Manusia ……...…….………….. 51

c. Lagam dalam Membaca Al- Qur’an ……….….... 58

C. Konsep Pesantren Sebagai Pusat Pembinaan ……....…….. 68

1. Batasan dan Karakteristik Pesantren …....………... 68

2. Tipologi Pesantren ………...………. 72

3. Sistem Pembelajaran di Pesantren ………..……… 74

D. Konsep Pembelajaran ………...……….. 80

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ……...……….. 83

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ……….. . 85 C. Teknik Pengumpulan Data ... 87

D. Teknik Analisis Data ………...……… 91

E. Proses Pelaksanaan ...……….. 92

F. Keabsahan Hasil Penelitian ………... 95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Pesantren Al Falah ………. . 99

B. Program Seni Baca Al-Qur’an di Pesantren Al Falah…... 102

C. Pelaksanaan Pembelajaran Seni Baca Al-Qur’an di Pesantren Al Falah... 109

D. Pembahasan Hasil Penelitian... …...……... 124

(3)

B. Implikasi ………... 141

DAFTAR PUSTAKA ………... 143 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sejarah Islam, seni merupakan fenomena yang memiliki keterkaitan dengan kesadaran religius seseorang yang mengekspresikannya. Ungkapan I’art pour art (seni untuk seni) yang sempat menggema di dunia tak memiliki tempat dan preseden dalam sejarah umat Islam. Sejarah seni dalam Islam tak lepas dari nilai-nilai religius.

Seni Islam memang bukan sekedar berkaitan dengan bahan-bahan material yang dipergunakan, melainkan juga meliputi unsur kesadaran religius kolektif yang menjiwai bahan-bahan material tersebut. Dengan kata lain, seni Islam memainkan fungsi spiritual yang cukup penting.

Seni suci Islam, Menurut Nasr (1993, 13-14)

berhubungan langsung dengan praktik-praktik utama agama dan kehidupan spiritual. Seni Islam dan kekuatan-kekuatan serta prinsip-prinsip yang mendasarinya memiliki keterkaitan erat dengan pandangan dunia Islam yang mempengaruhi seni Islam pada umumnya.

(5)

Seni Islam merupakan hasil pengejawantahan keesaan pada bidang keanekaragaman. Ia merefleksikan kandungan prinsip keesaan Ilahi, kebergantungan seluruh keanekaragaman kepada yang Esa, kesementaraan dunia dan kualitas-kualitas positif dari eksistensi kosmos atau makhluk sebagaimana difirmankan oleh Allah Swt di dalam Al-Quran, Ya Tuhan Kami! Tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia (QA 3: 191). Seni Islam mewujudkan, dalam taraf fisik yang secara langsung dapat dipahami oleh pikiran yang sehat, realitas-realitas dasar dan perbuatan-perbuatan, sebagai tangga bagi pendakian jiwa dari tingkat yang dapat dilihat dan didengar menuju ke Yang Gaib yang juga merupakan keheningan di atas setiap bunyi.

Terkait dengan resepsi estetik umat Islam terhadap Al-Quran, Kermani (2002: 255) menegaskan bahwa fenomena estetik tersebut harus dilihat sebagai bagian penting dari praktik religius keislaman. Setidaknya di negara-negara yang

menggunakan Bahasa Arab sebagai bahasa kesehariannya. “Tak perlu diragukan

sedikit pun bahwa dalam sejarah penerimaannya, Al-Quran memiliki efek estetik yang tak tertandingi oleh teks sastra dunia mana pun” (Kermani, 2002: 255)

Sejarah mencatat dalam Haikal (2006: 77), menjelaskan bahwa:

Sayyidina Umar Bin Khathab masuk Islam setelah mendengarkan alunan ayat-ayat suci Al Qur‟an yang dibacakan oleh saudaranya, Fatimah. Padahal pada saat itu, emosi kejahiliyahan beliau muncul karena Nabi Muhammad SAW secara perlahan-lahan berhasil mengajak sebagian masyarakat Quraisy untuk memeluk Islam. Dengan menghunus pedang beliau mencari Nabi, tapi kemudian ada yang memberitahu bahwa adiknya sendiri, Fatimah sudah memeluk Islam beserta suaminya. Akhirnya amarah beliau semakin bertambah dan beralih kepada adiknya. Setelah sampai di dekat Fatimah, ternyata dia sedang membaca Al Qur‟an. Ketika mengetahui kedatangan kakaknya yang memang dikenal seorang yang keras, Fatimah menghentikan bacaannya, tapi ternyata Umar menyuruh untuk meneruskannya. Luluh hati Umar dan pedang pun terjatuh, selanjutnya Umar meminta diantar menghadap Rasulullah untuk berikrar Syahadat.

Ke-Islaman Umar, sebagai salah seorang tokoh sentral Quraisy yang disegani kaumnya merupakan bukti nyata bahwa Al Qur‟an mempunyai daya

(6)

"Al Qur‟an adalah firman Allah yang bersifat mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang tertulis dalam mushaf yang diriwayatkan dengan jalan mutawatir dan dipandang beribadah membacanya” (Masjfuk Zuhdi, 1982:1-2). Dari definisi tersebut, apabila disebut kata Al Qur‟an, ia mengandung beberapa hakikat, seperti kalamullah, mu‟jizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw disampaikan secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah.

Al Qur‟an sebagai sumber ilmu dan transformasi kehidupan selalu

mengajak manusia untuk meningkatkan kualitas hidup di segala bidang kehidupan terutama dalam menghadapi arus globalisasi. Umat Islam dituntut untuk memiliki kualitas ilmu yang memadai agar dapat menjadi partisipan dalam mencapai kemaslahatan umat. Membekali diri dengan ilmu yang memadai merupakan salah satu syarat sah seseorang untuk sukses, dunia juga akhirat. Perintah tersebut senada dengan sabda Rasulullah saw:

ْي عف دا ا ْ ْ عْ ب ْي عف ة خأا دا ا ْ ، ْ عْ ب ْي عف يْ ا

دا ا ْ

ْ عْ ب

Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia, maka kuasailah ilmunya dan barang siapa menghendaki kebahagiaan akhirat maka kuasailah ilmunya dan barang siapa menghendaki kebahagiaan dunia dan akhirat maka kuasailah ilmunya (HR. Muslim).

Sejarah menunjukkan bahwa pembelajaran, pendidikan dan pengembangan intelektual mampu merubah peradaban manusia secara menyeluruh. Sebagai Muslim kita harus bangga bahwa Al Qur‟an merupakan

bukti otentik sebagai sumber ilmu pengetahuan dan tugas kita pula untuk

(7)

membacanya karena hanya Al Qur‟an satu-satunya bacaan yang memiliki keutamaan berlipat baik bagi orang yang membaca maupun yang mendengarkannya, yang sudah baik bacaannya maupun yang masih mengalami kesulitan, sebagaimana Rasulullah saw bersabda:

Orang yang membaca Al Qur‟an dan mahir dalam membacanya, kelak

akan dihimpun bersama para malaikat safarah yang mulia lagi bertaqwa. Dan orang yang membaca Al Qur‟an tetapi mengalami kesulitan dalam membacanya hingga amat berat dirasakannya, ia memperoleh dua pahala (HR. Syaikhan)

Al Qur‟an sebagai bacaan mulia bernilai ibadah dan termasuk salah satu

rukun shalat yang harus terpenuhi secara maksimal dalam memelihara kualitas bacaannya, maka setiap muslim dianjurkan untuk memiliki kemampuan dalam

membaca Al Qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu Tajwid

serta tuntutan Allah swt sebagaimana Firmannya:

اْي ْ أْ ا ِ

“…dan bacalah Al Qur‟an itu dengan perlahan-lahan”.

(QS.Al-Mujammil: 4).

Tartil Al Qur‟an menurut Shihab Q (2002: 516) adalah: “Membacanya

dengan perlahan-lahan sambil memperjelas huruf-huruf berhenti dan memulai (ibtida‟), sehingga pembaca dan pendengarnya dapat memahami dan menghayati

kandungan pesan-pesannya”.

Al Qur‟an merupakan firman Allah yang agung, yang dijadikan pedoman

(8)

dengan yang diajarkan oleh Rasulullah saw, inilah salah satu tujuan mempelajari ilmu tajwid, sebagaimana diterangkan Syekh Muhammad al-Mahmud.

Tujuan (mempelajari ilmu tajwid) ialah agar dapat membaca ayat-ayat Al Qur‟an secara betul (fashih) sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi saw, dengan kata lain, agar dapat memelihara lisan dari kesalahan-kesalahan ketika membaca kitab Allah Ta‟ala.

Setiap muslim dituntut untuk mempelajari Al Qur‟an dengan baik dan

benar. Ternyata letak kebaikan manusia itu, bukan hanya bagi yang mempelajari

Al Qur‟an saja tapi juga yang mengajarkannya. Karena dengan mengajarkan Al

Qur‟an, berarti menjembatani orang yang belajar baca Al Qur‟an, yang kemudian

disebut Qori, dan orang yang mengajarkan tentang baca Al Qur‟an, kemudian disebut dengan Ustadz atau pengajar. Penilaian ini menggambarkan betapa besar penghargaan Allah kepada orang-orang yang terlibat dalam proses pembelajaran ini. Mengingat begitu pentingnya kemampuan membaca Al Qur‟an, maka

diperlukan upaya maksimal dari kaum muslimin untuk meningkatkan kemampuan membaca Al Qur‟an. Upaya terebut dapat terlihat dari banyaknya penyelenggaraan pendidikan Al Qur‟an seperti TKA/TPA, madrasah, pesantren,

pengajian di mesjid, di rumah, dan lembaga-lembaga yang lainnya, dengan tujuan agar kaum muslimin dapat belajar membaca Al Qur‟an. Upaya peningkatan kemampuan membaca dan menulis Al Qur‟an sejalan dengan:

1. Instruksi Menag RI Nomor 3 Tahun 1990, tanggal 26 September 1990 tentang pelaksanaan upaya peningkatan Baca Tulis Al Qur‟an.

(9)

peningkatan kemampuan Baca Tulis Huruf Al Qur‟an bagi umat Islam dalam

rangka peningkatan penghayatan dan pengamalan Al Qur‟an sehari- hari. Untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan baca Al Qur‟an

di kalangan muslim, maka perlu diadakan satu proses pembelajaran baca Al Qur‟an yang efektif mulai dari awal sampai tahap tinggi yang ditangani secara

serius dan profesional. Selama ini berbagai upaya sudah dilakukan baik secara perorangan seperti proses pembelajaran di rumah dari orang tua kepada anaknya, maupun secara kelompok berupa kelompok pengajian ibu-ibu, kalangan muda sampai anak-anak melalui program Madrasah Diniyah juga PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), termasuk juga kiprah beberapa Pesantren, yang khusus mendalami Al Qur‟an maupun pesantren salaf sampai modern. Antusiasme

masyarakat terhadap program pengembangan baca Al Qur‟an sudah baik, namun

ternyata kenyataan di lapangan proses pembelajarannya masih perlu penanganan yang lebih serius dari berbagai pihak yang kompeten dalam bidang ini.

Salah satu problem yang ada yaitu masih banyaknya tenaga pengajar yang belum memenuhi standar kompetensi yang diharuskan dan para santri yang belum memadai untuk masuk pada tahapan seni baca Al Qur‟an.

Dengan pembelajaran seni baca Al Qur‟an diharapkan dapat untuk

menumbuh suburkan kemampuan dan kecintaan masyarakat muslim terhadap Al

Qur‟an dan menjadikannya sebagai salah satu bacaan baku pribadi dan keluarga.

اا ي ب س ا ي ه ك ي ه ي ب ي ب ي ف ع جا

ي ف ه ك ئا ا ح ح ا ي ش غ ي س ا ي ع ز

ع

(10)

kecuali ketenangan turun atas mereka, rahmat menyelimuti mereka, dan para malaikat mengerumini mereka , Allah akan menyebut mereka di kalangan para malaikat yang dekat di sisinya. (HR.Abu Hurairah ra)

Berikut adalah ayat-ayat yang berhubungan dengan Al Qur‟an: “Kitab (ini) diturunkan dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS

Al‐Jasiyah: 2), dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang‐orang yang benar. (QS Al‐Baqarah: 23), katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab‐kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang‐orang yang beriman”. (QS Al‐Baqarah: 97).

Ayat‐ayat di atas menyatakan bahwa al‐Qur‟anul Karim adalah kalam Allah dengan lafalnya yang berbahasa Arab; dan bahwa Jibril telah menurunkannya ke dalam hati Rasulullah s.a.w.; dan bahwa turunnya ini bukanlah turunnya yang pertama kali ke langit dunia. Al Qur‟an merupakan

mu‟jizat nabi Muhammad saw. yang paling besar dan merupakan kewajiban yang

utama bagi setiap muslim untuk membaca dan mempelajarinya. Hal ini sesuai

dengan yang difirmankan Allah SWT dalam Al Qur‟an surat al-„Alaq ayat

pertama yang berisi tentang perintah membaca.

خ ي ا كب ْس ب ْأ ْ ا

(ا ع :1)

(11)

Perintah membaca merupakan perintah paling berharga yang dapat diberikan kepada umat manusia karena membaca merupakan jalan yang mengantar manusia mencapai derajat kemanusiaan yang sempuma sehingga tidak berlebihan bila dikatakan bahwa membaca adalah syarat utama guna membangun peradaban (Shihab Q, 2000:170).

Adapun tingkatan yang paling mendasar dalam mempelajari Al Qur‟an

adalah belajar membaca Al Qur‟an dengan baik sesuai dengan kaidah tata cara membacanya. Selain dari itu membacanya juga merupakan suatu nilai ibadah yang akan memperoleh pahala dari Allah SWT. sebagaimana sabda Rasul:

ف ه ك ْ فْ ح أ ْ

ف أ ْ

فْ ح ا ْ أ ا ثْ أ ْشعب سحْ ا سح

ْي فْ ح ا فْ ح

Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan dengan sepuluh (pahala). Aku (rasul) tidak mengatakan ا adalah satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf (HR. Turmudzi dari Ibnu Mas‟ud).

Untuk mencapai kebaikan tersebut diperlukan suatu ilmu yang mengantarkan kepada kaidah-kaidah yang mengatur tata cara membunyikan lapadz dari huruf atau ayat-ayat Al Qur‟an, dan salah satu ilmu yang mengatur tentang hal itu adalah ilmu tajwid. Dalam hal ini E. Hidayat (1986 1-2) menyatakan bahwa:

Ilmu tajwid menurut bahasa artinya membaguskan. Sedangkan menurut istilah ialah suatu ilmu untuk membaguskan dan membetulkan

bacaan-bacaan Al Qur‟an menurut aturan-aturan tertentu. Aturan-aturan itu antara

(12)

tertentu bagi tiap huruf, ukuran panjang dan pendeknya suatu bacaan dan hukum penentuan berhenti atau terusnya suatu bacaan. Aturan-aturan ini terutama berlaku pada ayat-ayat suci Al Qur‟an, yang mana ilmu tajwid itu adalah suatu cabang pengetahuan untuk mempelajari cara membaca Al Qur‟an.

Berdasarkan penjelasan di atas, dituntut kesungguhan dari para ahli yang kapabel dalam bidang baca Al Qur‟an untuk mengembangkan pembelajaran baca

Al Qur‟an bagi setiap kalangan. Hal ini dilakukan dalam upaya membantu

masyarakat muslim untuk memenuhi tuntutan agama dan kebutuhan spiritualisme dalam menghadapi kehidupannya kini dan masa yang akan datang.

Perkembangan pembelajaran Al Qur‟an di masyarakat tidak hanya dalam

menjaga dan membina kemampuan baca tahap awal, tapi juga pembelajaran seni baca Al Qur‟an, pembelajaran tahfidz Al Qur‟an, sampai dengan kajian tafsir Al

Qur‟an yang bersumber dari literatur ulama salaf maupun khalaf.

Eksistensi seni baca Al Qur‟an diharapkan dapat menjadi filter untuk

membendung arus globalisasi dan sekularisme yang melahirkan peradaban Barat. Mereka memisahkan antara kebudayaan, adat istiadat bangsa dan agama. Walaupun sekulerisme ini sangat bertentangan dengan aqidah, kebudayaan dan peradaban Islam namun pada kenyataannya sistem ini telah tumbuh dan berkembang di kalangan kaum muslimin sehingga terjadi akulturasi kebudayaan Barat dan Islam.

Namun demikian ada juga fenomena yang cukup menggembirakan dengan adanya tradisi positif pada sebagian masyarakat Muslim, dengan

menjadikan pembacaan ayat Al Qur‟an sebagai pembuka atau pengisi pada acara

(13)

syukuran keluarga, pengajian di rumah ataupun dalam acara pernikahan. Di instansi, lembaga swasta atau pemerintah baik yang bersifat formal maupun

non-formal, membaca Al Qur‟an sering dijadikan pembuka acara sebelum acara lain

di gelar oleh lembaga atau instansi yang bersangkutan. Hal ini cukup memberikan gambaran bahwa membaca Al Qur‟an di kalangan masyarakat sudah dijadikan

pengisi acara yang wajib diadakan oleh kalangan muslim dalam terpukau dengan suaranya. Abdullah bin Mughaffal menggambarkan suaranya menggelegar, bergelombang, dan berirama sehingga unta yang dinaikinya terperanjat (salah satu ayat yang dibaca adalah surat al-Fath). Namun beliau sendiri senang sekali mendengarkan orang lain membaca

Al Qur‟an, diantaranya bacaan Abdullah bin Mas‟ud dan Abu Musa al

-Asy‟ari (Syihab Q, 2002: 545).

Berdasarkan paparan di atas, membaca dan mempelajari Al Qur‟an bagi umat Islam adalah wajib hukumnya tetapi pada kenyataanya masih banyak umat Islam yang belum mempelajarinya bahkan masih ada yang belum dapat membaca

Al Qur‟an. Untuk itu pembelajaran baca Al Qur‟an perlu ditangani secara serius

oleh semua umat muslim terutama oleh lembaga-lembaga pendidikan Islam. Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang berkewajiban memberikan pembelajaran baca Al Qur‟an bagi masyarakat. Kemudian

(14)

Pesantren Al Falah merupakan salah satu pesantren yang menekankan pembelajaran seni baca Al Qur‟an. Santri yang belajar di tuntut untuk mendalami Al Quran khususnya dalam pembacaan ayat-ayat suci Al Qur‟an. Santri yang menuntut ilmu di pesantren Al Falah diharapkan menjadi santri yang memiliki kompetensi seni islam, yang ahli melantunkan seni baca Al Qur‟an.

Di pesantren Al Falah ini setiap santri diharapkan menjadi qori yang handal, dituntut menjadi santri yang kreatif, dan mampu mengamalkan ilmunya di masyarakat serta mampu bersaing di era globalisasi ini, bersaing dalam arti mampu eksis di tengah arus teknologi dan persaingan di tengah masyarakat dalam segi ekonomi, pendidikan serta sosial, sehingga santri tidak hanya mempunyai bekal ilmu agama tetapi juga handal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi,dengan kompetensi seni islam yang dimilikinya.

Menyikapi fenomena di atas maka penulis sangat tertarik untuk meneliti

“Pembelajaran Seni Baca Al-Quran Untuk Menghasilkan Santri yang Memiliki Kompetensi Seni Islami di Pesantren Al Falah”.

B. Rumusan Masalah

Dari beberapa permasalahan yang akan dikemukakan di atas, penulis merumuskan masalah bagaimana pembelajaran seni baca Al-Quran untuk menghasilkan santri yang memiliki kompetensi seni islam. Untuk itu dijabarkan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Program apa saja yang dikembangkan dalam pembelajaran seni baca Al

Qur‟an untuk menghasilkan santri yang memiliki kompetensi seni Islam di

(15)

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran seni baca Al Qur‟an untuk menghasilkan santri yang memiliki kompetensi seni Islam di Pesantren Al-Falah ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembelajaran seni baca

Al Qur‟an yang dikembangkan di Pesantren Al Qur‟an Al-Falah. Hasil Kajian ini

diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan seni baca Al Qur‟an di kalangan masyarakat muslim terutama mereka yang memiliki minat yang tinggi dalam bidang ini.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Program apa saja yang dikembangkan dalam pembelajaran seni baca Al Qur‟an untuk menghasilkan santri yang memiliki kompetensi seni Islam di Pesantren Al-Falah.

2. Pelaksanaan pembelajaran seni baca Al Qur‟an untuk menghasilkan santri yang memiliki kompetensi seni Islam di Pesantren Al-Falah.

D. Penjelasan Istilah

(16)

peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran.

2. Seni baca Al Qur‟an ialah membaca Al Qur‟an dengan menggunakan kaidah

ilmu tajwid, adab al-tilawat, serta diperindah dengan teknik vokal yang baik (KH. Q. Ahmad Syahid, tt: 19).

3. Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari (Mastuhu, 1994: 9).

E. Sistematika Penulisan

(17)
(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bermaksud mengungkap tentang pembelajaran seni baca Al Qur’an di pesantren Al Falah Cicalengka Penelitian dilatar belakangi oleh pentingnya pembelajaran membaca Al Qur’an di masyarakat yang pada

kenyataannya masih banyaknya umat Islam yang belum faham tentang membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Masalah utama penelitian adalah bagaimana

pembelajaran seni baca Al Qur’an yang dikembangkan oleh lembaga pendidikan Islam khususnya di Pesantren Al Falah Cicalengka agar dapat menghasilkan santri yang mandiri.

Dalam penelitian ini yang penulis menggunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Menurut Sukmadinata (2008:60), penelitian kualitatif (cualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskrifsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok,penelitian kualitatif bersifat induktif: peneliti membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun untuk pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetil disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen.

Guba dan Liconla dalam A Chaedar Al Wasilah (2003:104-107) membahas secara rinci 14 karakteristik penelitia kualitatif sebagai berikut:

(19)

2. Manusia (peneliti) sebagai instrumen

3. Pemanfaatan pengetahuan non-proporsional. Peneliti naturalistik meligitimasi penggunaan intuisi, perasaan, firasat, dan pengetahuan lain yang tak terbahaskan (tacil knowledge) selain pengetahuan proporsional (proposional knowledge) karena pengetahuan jenis pertama banyak digunakan dalam proses

interaksi antara peneliti dengan responden. 4. Menggunakan metode-metode kualitatif

5. Sampel purposif buan sampel acak atau refresentatif, karena peneliti ingin meningkatkan cakupan dan jarak data yang dicari demi terlandaskan secara lebih mantap . karena prosesnya melibatkan kondisi dan nilai lokal yang saling mempengaruhi.

6. Analisis data secara induktif

7. Teori dilandaskan pada data lapangan.

8. Desain penelitian mencuat secara alamiah, bukan diawal penelitian. 9. Hasil peneitian berdasarkan negoisasi

10. Cara pelaporan kasus, sehingga mudah diadaptasi terhadap deskripsi realitas lapangan.

11. Interpretasi idografik. Data yang terkumpul termasuk kesimpulannya akan diberi tafsir secara idiografik, yaitu secara kasus, khusus dan kontekstual secara tidak nomotetis yakni berdasarkan hukum-hukum generalisasi.

12. Aplikasi tentatif

(20)

14. Kepercayaan terhadap kriteria seperti internal validity, aksternal valitdity, reability, dan objektivity.

Dari pendapat di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan suasana yang sangat alami karena peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengadakan wawancara, observasi, studi dokumen dan menarik kesimpulan secara obyektif.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah jawaban dari Pemimpin pesantren, pengajar (pelaksana) dan peserta didik/ santri. Peneliti akan mencoba mengamati apa yang dilakukan oleh para pelaksana program pembelajaran seni baca Al Qur’an di pesantren Al Falah Cicalengka.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Sukmadinata (2008:102), mengungkapkan bahwa:

Pemilihan lokasi atau (site selection) berkenaan dengan penentuan unit, bagian, kelompok, dan tempat dimana orang-orang terlibat di dalam kegiatan atau peristiwa yang ingin diteliti. Pemilihan lokasi perlu dirumuskan dengan jelas, terutama dalam tema atau fokus-fokus penelitian yang kompleks, seperti penerapan kebijakan otonomi di bidang pendidikan, pembinaan guru, dan peningkatan mutu pembelajaran. Satuan yang dipilih hendaknya yang secara nyata di mana kegiatan-kegiatan tersebut efektif dilaksanakan.

(21)

Makasar Ujung Pandang, dengan tekad yang kuat dan tanggungjawab sosial yang tinggi, di tengah himpitan keterbatasan ekonomi dan kondisi sosial yang tidak ramah, pada tanggal 03 Mei 1971 Ia merintis pendirian Pesantren Al-Qur’an Al -Falah, di atas lahan seluas 2100 M2 dengan sebuah rumah tua yang dibeli dan KH. Romli lshaq dengan uang hasil rekaman PH di Remaco sebesar Rp 60.000 (1970). Dari lahan itu dibangun ruangan untuk kelas, pendopo, mesjid, pondokan/kamar dan rumah pengasuh. Di rumah tua itulah, dengan penuh saka cita beliau tinggal bersama isteri tercinta Hj. Euis Kultsum, dan sekaligus memulai misi “profetis “-nya, untuk mengajarkan Al-Qur’an dan menyemaikan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penuh ketekunan & keikhlasan ngawuruk ngaji (dibaca: ta’lim, tarbiyah dan ta’dib), meski muridnya hanya tiga orang santri.

(22)

membuka kesempatan bagi semua elemen masyarakat yang ingin mempersiapkan anak-anaknya untuk memiliki bekal pengetahuan dan wawasan yang luas serta keterampilan hidup (life Skill) dan kepribadian yang soleh, sebagaimana tuntunan Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

Adapun subyek penelitian yang dijadikan sebagai sumber data atau sumber informasi adalah: Pimpinan pesantren, para pengajar dan santri yang mendapat pembelajaran seni baca Al Qur’an. Melalui sampel diharapkan peneliti menghasilkan berbagai data yang akurat, lengkap dan obyektif mengenai pembelajaran seni baca Al Qur’an. Dalam penetapan subyek penelitian dengan mempertimbangkan beberapa karakteristik, maka penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat secara langsung dalam pelaksanaan program pembelajaran seni baca Al Qur’an di pesantren Al Falah Cicalengka.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis melakukan tiga tahap sebagaimana disarankan oleh Nasution (2003:33) yaitu tahap orientasi, tahap eksplorasi dan tahap member check. Berdasarkan pada uraian tersebut maka yang menjadi langkah penelitian berkaitan dengan program pembelajaran seni baca Al Qur’an di pesantren Al Falah Cicalengka Kabupaten Bandung adalah:

1. Tahap Orientasi

(23)

a. Studi penjajagan ke lokasi penelitian untuk mendapatkan informasi awal tentang pesantren mengenai masalah yang diteliti dan melakukan pendekatan terhadap sumber informasi dan responsen.

b. Mempersiapkan kelengkapan administrasi penelitian berupa surat izin penelitian dari SPS UPI Bandung.

c. Membuat desain penelitian tentang pedoman wawancara dan alat bantu penelitian.

d. Menghubungi Pesantren yang dijadikan tempat penelitian untuk mendapatkan kesempatan dengan sumber informasi dan responden.

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap orientasi lapangan ini yaitu untuk mengetahui situasi dan kondisi yang berkaitan dengan program pembelajaran seni baca Al Qur’an di pesantren Al Falah Cicalengka Kabupaten Bandung.

2. Tahap Eksplorasi

(24)

penulis melakukannya dengan teknik: observasi, wawancara, dan studi dokumenter.

Dalam tahap eksplorasi ini, peneliti melakukan observasi dan berusaha memahami situasi dan kondisi tempat penelitian secara selektif. Dalam hal ini peneliti berupaya dapat membedakan mana informasi yang diperlukan dan mana yang tidak diperlukan. Data dan informasi yang relevan dikumpulkan sebanyak mungkin dari subyek peneliti. Pada observasi ini kegiatan hanya ditujukan pada hal-hal yang ada kaitannya dengan fokus penelitian.

(25)

3. Tahap Pengecekan (member check)

Tahap ini merupakan tahap seleksi dan penafsiran data. Setiap perolehan data selalu dikonfirmasikan dan diteliti kembali pada sumbernya, selanjutnya diolah dan ditafsirkan untuk diminta persetujuan dengan memberi kewenangan kepada responden untuk mengoreksi, menambah atau memperjelas informasi terdahulu yang telah diberikan. Pengecekan dilakukan setiap saat selesai melakukan pengumpulan data.

Secara operasional tahap pengecekan, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut

a. Melakukan pengecekan ulang semua data yang terkumpul.

b. Apabila data yang terkumpul belum lengkap, maka penelitian ulang kepada sumber utama yaitu pimpinan pesantren, wakil pimpinan pesantren, guru / pengajar dan santri yang dijadikan subyek penelitian.

c. Meminta kejelasan dan kepastian tertentu apabila terdapat pernyataan yang membingungkan dari subyek penelitian.

d. Pengecekan kembali kepada sumber utama atau pihak terkait lainnya sehingga data dan informasi lebih lengkap terhadap sesuai dengan yang diharapkan.

(26)

responden sewaktu diobservasi, dan (3) mengkonfirmasi perspektif emik responden terhadap suatu proses yang sedang berlangsung.

Pengecekan ini berguna agar informasi yang didapat penulis sesuai dengan pandangan responden, maka informasi ini perlu dikonfirmasi oleh responden dengan melakukan koreksi, mengubah atau menambahkan informasi. Disarankan juga agar peneliti berbagi pengalaman dengan responden, sehingga responden dapat (1) memverifikasi bahwa Anda merefleksikan perspektif emik, (2) memberitahu Anda bagian mana dari laporan penelitian yang mungkin menimbulkan masalah politik atau etis manakala dipublikasikan, dan (3) membantu Anda menemukan interpretasi baru. (Alwasilah 2009: 178).

D. Teknik Analisis Data

Membuat konsep dasar analisis data, pada kegiatan ini menurut Patton (1980:268), adalah:“Proses mengatur urutan data, mengorganisasinya ke dalam suatu pola, kategori, suatu uraian dasar. Kemudian Bogdan dan Taylor (1975 :79), menyatakan bahwa “analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara

formal untuk menentukan tema (ide)”.

Setelah data dan informasi telah diperoleh, selanjutnya akan dianalisa dan secara terus menerus dari pendahuluan sampai akhir penelitian. Analisis dan interpretasi data dan informasi merujuk pada landasan teoretis yang berhubungan dengan masalah-masalah yang diteliti. Tahapan yang dilakukan yaitu:

(27)

hal-hal yang relevan dengan fokus penelitian yang sedang diteliti. Kemudian disusun secara sistematis agar mendapatkan gambaran yang jelas di samping itu untuk mempermudah pelacakan bila terjadi kekurangan data informasi.

2. Melakukan proses Triangulasi yakni mengecek kebenaran data dengan membandingkan data dari sumber lain yang relevan, yaitu dokumen-dokumen yang ada pada pesantren melalui studi dokumentasi.

3. Display data yaitu dengan mensistematikan pokok-pokok informasi dengan materi dan polanya. Data yang nampak ditarik kesimpulan, sehingga data dan informasi yang dikumpulkan akan benar.

4. Kesimpulan dan verifikasi atas rangkuman data dan informasi yang nampak dalam display sehingga bermakna, karena kesimpulan awal vertifikasi selama penelitian berlangsung dan kesimpulan akan lebih

E. Proses Pelaksanaan

Menurut Creswell (2003:1) penelitian kualitatif adalah sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia, berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informasi secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar alamiah.

(28)

memudahkan dalam membuat kesimpulan “seperti yang diungkapkan oleh

Sugiyono (1998:27) bahwa teknik pengumpulan data adalah cara yang ditempuh dan alat-alat yang digunakan peneliti di dalam mengumpulkan data”.

Sukmadinata, (2008:60) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama menggambarkan dan mengungkap (to desribe and explore), kedua menggambarkan dan menjelaskan (to describle and explain). Kebanyakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan eksplanatori.

Berdasarkan paparan di atas, maka dalam penulisan tesis ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi literatur.

Trisnamansyah dan Sukmadinata (2004:6) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian empirik yang datanya dikumpulkan dan disajikan bukan dalam bentuk angka-angka tetapi dalam bentuk naratif. Tetapi dalam penelitian kualitatif tidak dilarang dimunculkan angka-angka sepanjang memberikan gambaran keadaan umum dari subyek yang diteliti. Namun fokus penyajian data adalah dalam bentuk narasi dan tidak akan ditemukan analisis statistik karena tidak didesain seperti penlitian kuantitatif.

Dalam kegiatan wawancara yang dilakukan penulis adalah melakukan tanya jawab dengan pimpinan pesantren sebagai penanggung jawab, guru/ pengajar sebagai pelaksana pembelajaran, dan santri sebagai peserta didik.

Kegiatan observasi dilakukan dengan cara mengamati berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para pelaksana, guru/ pengajar dan peserta didik. Sedangkan studi literatur penulis mengkaji berbagai buku sumber yang berkaitan dengan Program pembelajaran seni baca Al Qur’an.

(29)

sangat penting dalam suatu penelitian. Seperti diungkapkan oleh Sukmadinata (2008:144) bahwa:

Sebelum pengumpulan data dimulai, peneliti berusaha menciptakan hubungan baik (raport), menumbuhkan kepercayaan serta hubungan yang akrab dengan individu-individu dan kelompok yang menjadi sumber data. Peneliti memulai wawancara dengan beberapa informan yang telah dipilih untuk kemudian dilanjutkan dengan teknik bola salju atau member check. Pengumpulan data melalui interview dilengkapi dengan data pengamatan dan data dokumen (triangulasi). Data pada pertemuan pertama belum dicatat, tetapi data pada pertemuan-pertemuan selanjutnya dicacat, disusun, dikelompokkan secara intensif kemudian diberi kode agar memudahkan dalam analisis data.

Berdasarkan uraian di atas maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah: observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik-teknik tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi penelitian adalah pengamatan sistematematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reliabilitasnya (Alwasilah, 2009: 211)

(30)

2. Wawancara

Dengan teknik wawancara peneliti dapat berkomunikasi secara langsung untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan fokus penelitian secara lebih mendalam.

Beberapa pertanyaan diajukan peneliti kepada pimpinan pesantren, dan guru/ para pengajajar dalam suatu wawancara. Jenis pertanyaan disesuaikan dengan data dan keterangan yang ingin diketahui. Dalam wawancara peneliti mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan program pembelajaran seni baca Al Qur’an dalam upaya pengembangan santrei yang mandiri.

3. Studi Dokumentasi

Untuk melengkapi data dan informasi yang diperlukan dari dua teknik terdahulu dilengkapi dengan teknik studi dokumentasi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari berbagai dokumen yang berhubungan dengan program pembelajaran seni baca Al Qur’an dalam upaya pengembangan santri yang mandiri. Untuk efektifnya pengumpulan data, peneliti membuat kisi-kisi untuk dijadikan pedoman pengumpulan data.

F. Keabsahan Hasil Penelitian

(31)

1. Kredibilitas (kepercayaan)

Dalam penelitian ini, bermaksud untuk menggambarkan kecocokan konsep penelitian dengan konsep yang ada pada responden. Untuk mencapai hal tersebut dalam penelitian ini yang dilakukan antara lain:

1) Triangulasi

Triangulasi merupakan pemeriksaan kesahihan data yang diperoleh dengan cara memanfaatkan data dari sumber lain untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang ada. Triangulasi dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :

(a) Membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara tertulis dan hasil rekaman.

(b) Membandingkan informasi yang diperoleh dari para responden. Proses triangulasi ini tidak hanya sekedar menilai kebenaran data, tetapi menyelidiki pula validasi tafsiran mengenai data itu serta melengkapi kekurangan dalam informasi.

2) Pembicaraan dengan kolega (peer debriefing) dilakukan dengan membahas catatan-catatan lapangan dengan kolega teman sejawat yang mempunyai kompetensi dengan bidang yang berkaitan dengan penelitian.

3) Penggunaan bahan referensi digunakan untuk mengamankan berbagai informasi yang didapat dari lapangan;

(32)

sehingga apabila ada kekeliruan dapat diperbabaiki atau bila ada kekurangan ditambah dengan informasi baru.

2. Tranferabilitas

Dalam penelitian kualitatif diusahakan tercapainya generalisasi yang menunjukkan hingga sejauh manakah hasil penelitian dapat diterapkan atau diaplikasikan dalam konteks situasi lain. Generalisasi menunjukkan validitas eksternal, sedangkan pada penelitian kualitatif, mulai transfer berkenaan dengan pertanyaan hingga manakah hasil penelitian itu dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi lain.

3. Dependabilitas

Dependabilitas atau ketergantungan adalah suatu kriteria kebenaran dalam penelitian kualitatif yang pengertiannya sejajar dengan reliabilitas, yakni mengupas tentang konsistensi hasil penelitian. Konsep ketergantungan lebih luas dari reliabilitas karena dalam peninjauannya lebih dari konsep dan memperhitungkan segala-galanya yang ada pada reliabilitas itu sendiri.

4. Konfirmabilitas

(33)

a) Data mentah yang diperoleh direkapitulasi dalam laporan lapangan yang lengkap dan cermat;

b) Data mentah disusun dalam hasil analisis dengan cara menyeleksi, kemudian merangkum dalam bentuk deskripsi yang lebih sistematis;

c) Melaporkan seluruh proses penelitian sejak pra survey dan penyususnan disain pengolahan data, hingga penulisan laporan akhir (tesis).

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

1. Program yang dikembangkan dalam pembelajaran seni baca Al Qur’anuntuk menghasilkan santri yang memiliki kompetensi seni Islam di pesantren Al-Falah adalah dengan metode pembelajaran yang dikenal dengan sebutan Marhalat al-Ta’limi Al Qur’an atau tahapan-tahapan pembelajaran baca Al

Qur’an, sebelum akhirnya sampai ke tingkat seni baca Al Qur’an (Mushhaf

al-Mujawwad). Program tahapan pembelajaran baca Al Qur’an disusun sedemikian rupa berdasarkan kemampuan santri ketika awal masuk pesantren melalui penempatan (Placement ), sehingga memudahkan santri maupun para ustadz dalam memasuki proses pembelajaran selanjutnya, terutama tingkat seni baca Al Qur’an atau Mushhaf al-Mujawwad.

2. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan tahapan pembelajaran baca Al Qur’an dan setiap tahapan disajikan dengan teknik pembelajaran dengan

menggunakan lagu yang berbeda dan untuk pembelajaran lagu-lagu Al Qur’an, di pesantren Al-falah jarang memakai patokan tausyih, akan tetapi langsung membaca ayat- ayat Al Qur’an yang disusun dan berbagai lagu yang telah dipersiapkan Kiai.

Adapun beberapa tahapan pembelajaran seni baca Al Qur’an, adalah

sebagai berikut:

(35)

(menyebutkan) satuan huruf beserta harokatnya yang sudah dirangkai menjadi kalimat

b. Mushhafu Al-Mu’allam, tahapan ini lebih menekankan pada penertiban bacaan yang sesuai dengan disipilin ilmu tajwid serta menggunakan lagu yang sesuai,

c. Mushhafu Al-Murattal, tahapan ini lebih menekankan kepada adab al-tilawat (al-Waqaf wa al-Ibtida), serta dengan dimasukan satu variasi lagu dasar atau

lagu yang baku dari tujuh lagu pokok,

d. Mushafu Al-Mujawwad, tahapan ini lebih menekankan pada seni baca Al Qur’an serta teknik vocal dan pernafasan dengan tidak keluar dari kaidah

ilmu tajwid serta adab al-tilawat.

B. Implikasi

Pondok Pesantren Al Qur’an Al-Falah Cicalengka sebagai pesantren yang memilki kekhassan dalam bidang Al Qur’an, untuk saat ini dipandang perlu

memiliki rumusan model pembelajaran seni baca Al Qur’an yang jelas melalui

teori manajemen dan kurikulum yang mengarah kepada efektivitas dan efisiensi serta produktivitas sehingga dapat mencetak santri yang tidak hanya memiliki ilmu agama yang tinggi dan handal dalam bidang seni baca Al Qur’an tetapi

menguasai IPTEK.

(36)

Hal ini untuk lebih mempopulerkan seni baca Al Qur’an di tengah masyarakat, serta membawa nama harum bagi pesantren juga santrinya.

Selama proses pembelajaran berlangsung hendaknya dihindari pembelajaran system klasikal demi terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif, efektif dan efisien. Perlunya upaya kaderisasi tenaga pengajar secara kontinyu supaya tidak terjadi kevakuman dalam proses pembelajaran seni baca Al Qur’an, ketika ustadz utama berhalangan.

Pembelajaran seni baca Al Qur’an yang efektif perlu mendapatkan

perhatian dari masrarakat khususnya para ahli yang kapabel dalam bidang ini. Hasil penelitian menggambarkan bahwa proses pembelajaran seni baca Al Qur’an

di Pesantren Al-Falah, ternyata belum di manfaatkan dengan maksimal oleh sebagian besar masyarakat untuk itu penelitian ini diharapkan akan semakin menarik minat masyarakat muslim untuk melestarikan seni bernuansa Islam khususnya seni baca Al Qur’an sehingga semakin banyak santri yang menjadi

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, J.1989. Pola dan Program Manajemen Pendidikan.Yogyakarta: Airlangga.

Al wasilah Chaedar. 2009. Pokoknya Kualitatif. Rosdakarya: Bandung.

Ali, M. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Alfabet Alisjahbana. 1966. Beberapa Pendekatan Pendidikan, Bandung: Alfabet

Al-Juraisy, Syekh Muhammad Makki Nasr. 2003. Nihayatu Al-qauli Al-Mufid. Bairut Libanon: Dar Al- Kutub

Al-Muwattha Azis Muslim. 2000. Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an. Jakata Online.

Alsa, C. 2003. Prosedur Penelitian. Bandung: Angkasa

Arikunto, S. 1992. Prosedur Penelitian, Suatu pendekatan Praktek. Jakarta. Athiyyat Abdul Kholik Kholil. 1984. Nahad Ahmad Hafidz, maktabah Al-Anjalu

Al-Mishriyyah.

Atthiyat Abdul Kholiq & Anhaq Ahmad Hafidz Fan Trarbiyyatushaut wa Ilmi Tajwid Maktabah al-Aanjaln al-Mashriyyah, 1984.

Bates, A.W. 1995. Technologi Open Learning and Distance Education. London : Routledge.

Bishop, M. 1989. Education Management. London: Penguin Books.

Bogdan, R. dan Biklen.1982. Qualitative Research for Education An Introduction to Theory and method. Boston: Allynad Bacon Inc.

Dahlan, 1990. Model-Model Mengajar. Jakarta: CV Diponegoro,

Daud, Abu (t.t),Sunan Abu Daud bin Syarh al-Ma’bud ,Bairut: Daar Al-Fiqr, Juz IV.

(38)

Departemen Agama. 2007. Kumpulan Aturan Perundang-Undangan. Jakarta: DEPAG RI

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2007 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (1996), Pedoman

Ekonomi UPI.

Engkim, S. 2000. Teknologi pendidikan. Bandung: FTP IKIP Bandung.

Engkoswara. 2001. Membina Indonesia Merdeka Melalui Pendidikan. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

Fathurrohman, Pupuh , M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama.

Fattah, N. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Andira. Gaffar, F. 1989. Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Gerstmer, L. V. 1995. Reinventing Education. New York : Hartcourt Berkovich Gramedia Widiyasarana.

Haag, E.D. dan Keen 1996. Teknologi Informasi (terj.). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Hamalik, O.2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hariyadi, D. 1998. Pendidikan Berbasis TIK. Bandung: Alfabet.

Hayat, B. 2001. Pembaharuan Kebijakan Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. Hendayaningrat, R. 1995. Manajemen dan Fungsi-Fungsinya. Bandung: Tarsito. Hermawan, A.1999. Analisis Metode Pengajaran Bidang Studi Ekonomi di

Indonesia (Strategi Reformasi Pendidikan Nasional). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

(39)

Jamal, H. L. dan Idris, H. Z. 1992. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Khadijah Shalihah. 1983. Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Kholiq, Atiyat Abdul dan Nahd Abdul Kholiq.1984. Tarbiyyah Asshout wa Ilmu Tajwid. Mesir: Al-Anjalu.

Knezevich, S. (1990). Administration of Public Education: A Source Book for the Leadership and Management of Education Institution. New Jersey: Prentice-hall.

Komaruddin. 1979. Ensiklopedi Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Lincoln, Y. S. dan Guba. 1990. Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: SAGE Publications.

Locke, M. dkk. (1993), Penelitian Kualitatif (terj.), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Martin, L.1999. Teknologi Informasi dan Komunikasi Sebuah pengantar.

Bandung: Tarsito.

Mason, J. 1994. The Future Education. London: Bantam Classic.

Miles E. dan Huberman. 1992. Research Method An Introduction. London: Penguin Books.

Moleong, L. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rosdakarya. Muammar ZA. Bunga rampai Mutiara Al-Qur’an. Jakarta: Online.

Mukhopadhyay. 1990. Pendidikan dalam Era Globalisasi (terj.). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Munir, M. 2001. Pendidikan Berbasis Komputerisasi. Jakarta: Gema Insani Press

Nasional.

(40)

Poewadarminta, WJS. 1976. Kamus Besur Bahasa Indonesia. Surabaya : Usaha Profesional. Bandung: Angkasa.

Purnawarman, D. 2002. Upaya Pemberdayaan Pegawai Guna Meningkatkan Kinerja Pegawai (Studi Deskriptif Analitik di Bagian Administrasi FMIPA UNPAD. Bandung: Skripsi Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI.

Razik, E. dan Swanson. 1995. The Productive Education. New york: Hartcourt Berkovich.

Romiszowski, V. dan Mason. 1996. Computer-based Multimedia Comunication. London: Bantam Classic.

Rosenberg, E. 1990. Pengajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Teknologi (terj.). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sagala ,Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta. Salim, Muhsin. 2004. Ilmu Naghom Al-Qur’an. Jakarta: PT Kebayoran Widya

Cipta.

Samana, A. 1998. Profèsionalisme Keguruan. Bandung: Angkasa. Satori, D. 2000. Mimbar Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta,

Soeharto, M. 1982. Membina Paduan Suara dan Grup Vocal. Jakarta: PT Gramedia.

Soepardi, D. 1988. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan. Jakarta: Gema Insani Press.

Stewart, A. 2000. Psikologi Organisasi, Konsep Dasar dan Penerapannya (terj.). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Strauss, L. dan Corbin. 1990. Qualitative Research Method. New York: Hartcourt Berkovich.

Sutisna, O. 1993. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek

(41)

Terry, G.R. 1989. Introduction to Management. London: SAGE Publications. Tilaar, H. 2000. Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia.

Bandung: Remaja Rosdakarya

Tim Penyusun .2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Laporan Buku, Makalah, dan Skripsi. Bandung: IKIP \

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini, adalah: Untuk menjelaskan peran guru sebagai konselor terhadap pembentukan karakter siswa di SMPN 2 Kayan

Pertanyaannya adalah bagaimanakah proses pembelajaran dalam perkuliahan geometri untuk mahasiswa calon guru matematika yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan berpikir

Asli Surat Pernyataan yang dibuat sendiri oleh yang bersangkutan di atas kerlas bermaterai cukup (Rp. 6.000), bahwa bersedia untuk tidak merangkap sebagai Pejabat

Pohon meliputi kesinambungan antara id, ego, dan superego dari tokoh utama yakni Jaya dan Pak Sentot; (3) terdapat 15 nilai pendidikan karakter dalam novel Sekolah Pohon

Pelajar lepasan sekolah menengah rendah Australia pula akan melanjutkan pelajaran ke Sekolah Menengah Atas atau ke Program Vokasional selama 3 tahun untuk mendapat

proses rekrutmen yang sesuai dengan ketentuan pada umumnya untuk beberapa posisi.. di dalamnya, akan tetapi ada beberapa posisi yang proses rekrutmennya

Ketika seorang siswa berusaha mencapai tujuan belajar atau dia ingin mencapai prestasi belajar yang optimal maka dia akan menjumpai sejumlah faktor-faktor yang dapat mendorong

“Membangun Keunggulan Kompetitif Melalui Aliansi Stratejik Untuk Meningkatkan Kinerja Perusahaan.” Program Pasca Sarjana.. Universitas