• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802010026 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802010026 Full text"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA, GURU, DAN TEMAN

SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP TENDENSI AKTUALISASI

DIRI PADA REMAJA

OLEH

REESTY WIDHIA NINGTYAS

80 2010 026

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA, GURU, DAN TEMAN

SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP TENDENSI AKTUALISASI

DIRI PADA REMAJA

Reesty Widhia Ningtyas

Berta Esti Ari Prasetya

Heru Astikasari Setya Murti

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(9)

i

Penelitian ini mengukur dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua, guru, dan teman serta apakah dukungan sosial tersebut dapat menjadi prediktor terhadap aktualisasi diri pada remaja. Sampel berjumlah 263 siswa SMA Negeri 3 Salatiga yang berusia 15-18 tahun. Alat ukur yang digunakan berjumlah 4 buah, yaitu alat ukur mengenai dukungan sosial orang tua, dukungan sosial guru, dukungan sosial teman, dan alat ukur tendensi aktualisasi diri. Masing-masing alat ukur dukungan sosial terdiri atas 4 jenis dukungan sosial yang dibagi menjadi 20 item. Sedangkan alat ukur tendensi aktualisasi diri berdasarkan Brief Index of Self-Actualization yang telah dibuat oleh Sumerlin & Bunderick terdiri atas 7 karakteristik aktualisasi diri yang dibagi menjadi 40 item. Dari pengujian menghasilkan nilai F = 17,172 dan nilai R = 0,342 (p < 0,05), menunjukkan bahwa dukungan sosial orang tua dan guru sudah layak menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Angka koefisien nilai Beta dukungan sosial orang tua sebesar 0,312 dengan nilai t = 4,976 (p < 0,05). Maka dukungan sosial orang tua secara mandiri dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Serta, angka koefisien nilai Beta dukungan sosial guru sebesar 0,064 dengan nilai t = 1,022 (p > 0,05). Maka dukungan sosial guru secara mandiri belum dapat dikatakan sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Sedangkan variabel dukungan sosial teman tidak memiliki korelasi dengan tendensi aktualisasi diri dengan nilai r = 0,070 (p > 0,05). Maka variabel dukungan sosial teman tidak dapat diikutsertakan dalam pengujian regresi.

(10)

ii

Abstract

This study investigated social support from parents, teacher, and friends, and also are that social support can be predictor to self actualization tendency in adolescents. Sample from this study are 263 student of Senior High School 3 in Salatiga, aged between 15-18 years. This study used four instruments, parents social support scale, teacher social support scale, friends social support scale, and self actualization tendency scale. Each instruments of social support consist of four type social support and each instruments divided to 20 items. While, self actualization tendency scale based from Brief Index of Self Actualization by Sumerlin & Bunderick and this scale consist of seven characteristic self actualization and divided into 40 items. This study result F = 17,172 and R = 0,342 (p < 0,05), showed that social support from parents and teacher are competent as predictor to self actualization tendency in adolescents. Beta of parents social support equal to 0,312 with t = 4,976 (p < 0,05), so parents social support can be predictor toward self actualization tendency in adolscents. And, Beta of teacher social support equal to 0,064 with t = 1,022 (p > 0,05), so teacher social support cannot be predictor toward self actualization tendency in adolscents. While, friends social support

doesn’t have correlation with self actualization tendency with r = 0,070 (p > 0,05), so

(11)

Pendahuluan

Meningkatkan kualitas remaja merupakan kekuatan pembangunan negara, karena remaja yang akan menjadi pelaku dalam pembangunan di masa yang akan datang. Menurut Piaget (Hurlock, 1999), masa remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan dalam mental, emosional, sosial, dan fisik. Menurut Santrock (2007), masa remaja adalah periode peralihan perkembangan dari kanak-kanak ke masa dewasa awal. Maka, masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa (Monks, 1999). Hurlock menyatakan bahwa masa remaja dimulai pada usia 13 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Periode Masa remaja dianggap sebagai usia yang menimbulkan masalah. Sementara itu sebenarnya remaja juga memiliki potensi-potensi di dalam dirinya. Potensi tersebut akan berkembang dengan baik jika lingkungan sosial mendukung hal tersebut.

Remaja sebagai tulang punggung bangsa memiliki tanggung jawab yang besar untuk memajukan bangsa dan negara. Masa depan generasi muda merupakan masa depan bangsa. Remaja adalah generasi muda yang mempunyai potensi, bukan hanya tugas remaja tersebut untuk menghidupkan dan menggali potensi yang dimilikinya, namun ini juga merupakan tugas kaum dewasa untuk mengembangkan potensi para remaja (Mutiarsih & Atmojo, 2007). Remaja yang belum mengembangkan potensinya secara utuh, pasti akan merugikan masa depan bangsa. Oleh karena itu remaja harus menyadari setiap potensi yang dimiliki dan mengembangkannya, sehingga remaja dapat berperan dalam proses kemajuan bangsa.

(12)

individu dilahirkan dengan potensi yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu tersebut serta dapat mengarahkannya pada aktualisasi diri. Hal ini sama seperti yang dikemukakan oleh Rogers (dalam Schultz, 2002) bahwa tidak ada segi pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terlepas dari kecenderungan aktualisasi diri. Pada awal kehidupan manusia, tendensi aktualisasi berkaitan dengan kebutuhan fisiologis seperti makanan, air, dan udara. Ketika manusia bertambah usia, tendensi aktualisasi diri beralih dari yang fisiologis menjadi psikologis, dan perubahan ini mulai terjadi pada masa anak-anak dan selesai pada akhir masa remaja. Rogers juga mengemukakan bahwa aktualisasi diri merupakan proses yang berlangsung terus dan tidak bersifat statis. Menurut Maslow (Goble, 2013), aktualisasi diri adalah pemaparan tentang kebutuhan psikologis manusia untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan menggunakan kemampuannya. Goldstein berpendapat bahwa setiap kebutuhan adalah suatu keadaan kekurangan yang mendorong individu untuk menutup kekurangan tersebut (Hall & Lindzey, 1993). Pemenuhan kebutuhan ini yang disebut sebagai aktualisasi diri. Maslow juga berpendapat bahwa aktualisasi diri dapat diartikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat yang ada, serta pemenuhan semua kualitas dan kapasitas manusia (Schultz, 2002).

(13)

2010). Ada tujuh karakteristik dari aktualisasi diri (Sumerlin & Bundrick, 1996), yaitu (a) Inti Aktualisasi Diri (Core Self-actualization) yaitu persiapan untuk masa depan, kekuatan untuk menghadapi masa depan, kontribusi terhadap masyarakat, dan kebahagiaan, (b) Jonah Complex yaitu ketakutan akan potensi yang dimiliki, (c) Keingintahuan (Curiosity), jika individu tidak berhasil dalam mencari pengetahuan dan pemahaman mengenai suatu hal, akan berdampak negatif dalam pekembangan kepribadiannya (Coste, 2005), (d) Kenyamanan dalam Kesendirian (Comfort with Solitude) yaitu kenyamanan untuk mengintrospeksi diri, Maslow (1987) juga

mengatakan bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan diri akan menyukai kesendirian dan membutuhkan privasi serta merasa nyaman akan hal tersebut, (e) Keterbukaan terhadap Pengalaman (Openness to Experience), (f) Karakter Demokratis (Democratic Character) yaitu keinginan untuk membantu kemanusiaan, memberikan

dirinya untuk orang lain, dan mengerti akan kebutuhan-kebutuhan orang lain dan (g) Tujuan dan Arti Kehidupan (Life Meaning and Purpose), ketika individu mengetahui tujuan dan arti kehidupannya, dia akan lebih mudah dalam menjalani kehidupan dan berfokus pada hal yang akan mengembangkan potensinya (Ventegodt, Merrick, & Andersen, 2003).

(14)

pematangan serta pertumbuhan manusia (Schultz, 2002). Dengan adanya tendensi untuk aktualisasi diri, potensi-potensi yang dimiliki oleh individu akan berkembang. Menurut Goldstein (Hall & Lindzey, 1993) ada dua faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri, yaitu (a) potensi bawaan, membentuk tujuan serta memberi arah perkembangan dan pertumbuhan pada diri individu dan potensi tersebut juga akan mempengaruhi pilihan-pilihan untuk mencapai aktualisasi diri, dan (b) lingkungan memberikan sarana-sarana yang diperlukan oleh individu untuk dapat mencapai aktualisasi diri, seperti lingkungan bermain, lingkungan keluarga, atau lingkungan dimana individu tinggal dapat membentuk kebiasaan individu tersebut. Lingkungan, dalam perkembangan individu akan membentuk individu tersebut. Lingkungan ini terdiri atas lingkungan fisik yaitu segala sesuatu yang bersifat molekul dan lingkungan sosial yaitu seluruh manusia yang dapat mempengaruhi perkembangan individu (Dahlan, 2002). Maka, setiap individu membutuhkan orang lain untuk tumbuh dan berkembang sehingga setiap potensi yang dimilikinya akan dapat terlihat.

(15)

yaitu (a) dukungan emosional (emotional support), meliputi ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian dari orang lain, sehingga individu merasa dicintai, nyaman, dan tentram, (b) dukungan instrumental (instrumental support), meliputi bantuan secara langsung, misalnya pemberian uang atau pemberian berupa materi, (c) dukungan informasional (informational support), termasuk pemberian nasihat, petunjuk, dan saran-saran, dan (d) dukungan penghargaan (appraisal support), meliputi ungkapan hormat yang positif atau dorongan untuk maju.

Dukungan sosial ini sangat penting dalam proses mengembangkan potensi atau kemampuan dalam diri remaja. Dengan adanya dukungan sosial pada remaja, diharapkan dapat membantu remaja mengembangkan potensi dan mengarah pada tendensi aktualisasi diri. Edelman (Santrock, 2007) berpendapat bahwa pengasuhan dan perawatan anak-anak dan remaja sebagai generasi berikutnya merupakan fungsi masyarakat yang paling penting. Maka dari itu, hal ini bukan hanya tugas dari orang tua saja, namun orang di sekitar remaja seperti guru dan teman juga perlu memberikan dukungan sosial kepada remaja tersebut.

(16)

mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang baik (Dahlan, 2002). Perhatian orang tua yang penuh kasih sayang merupakan faktor penting bagi perkembangan psikologis anak tersebut. Ketika orang tua memberikan dukungan sosial, maka remaja akan merasa diri mereka berharga. Mereka akan merasa dicintai dan dihargai. Sehingga remaja akan mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya maka tendensi aktualisasi akan terlihat.

Menurut Rachman (Muhammad, 2013), bahwa kurangnya perhatian dari keluarga menyebabkan seorang pelajar menarik perhatian dengan ikut tawuran dan ikutnya remaja dalam tawuran juga disebabkan oleh kurangnya sarana aktualisasi diri bagi para pelajar. Dengan adanya kasih sayang dan dukungan dari orang tua, remaja akan merasa diterima sehingga dia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Meeus dan Dekovic (Del Valle, Bravo, dan Lopez, 2010), mengatakan bahwa dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua menjadi hal yang paling penting dalam mengembangkan hubungan personal dalam kehidupan remaja. Menurut Barrera & Li (Mendieta et al., 2012), remaja yang menerima dukungan dari orang tuanya memiliki strategi coping yang baik. Sebaliknya, dalam penelitian mengenai dukungan sosial oleh Kashani dkk (Mendieta et al., 2012), menyatakan bahwa kurangnya dukungan sosial dari orang tua menjadi faktor resiko yang penting dalam perkembangan perilaku remaja.

(17)

berhubungan dengan guru serta teman, kedua hal ini berpengaruh pada perkembangan remaja. Pengalaman yang diperoleh remaja di sekolah memberikan efek pada proses berkembangnya kedewasaan remaja, pandangan, perilaku, serta hubungan sosial mereka (Mendieta et al., 2012). Noddings (Santrock, 2009) mengatakan bahwa siswa akan berkembang ketika mereka merasa diperhatikan, maka guru diharuskan untuk mengenal siswa dengan baik.

Namun ketika guru tidak memberikan dukungan kepada remaja atau bahkan mencela yang mereka lakukan, maka remaja akan merasa diri mereka tidak berharga. Remaja juga tidak berani untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya baik namun tidak dia lakukan karena mendapat celaan dari orang disekitarnya. Remaja akan menghindari tingkah laku yang menyebabkan celaan dari orang disekitarnya, maka sebagai akibatnya kebebasan dirinya akan terbatas dan diri yang sesungguhnya tidak dapat muncul. Hal ini dapat menghambat remaja untuk mengembangkan potensinya dan tendensi aktualisasi diri tidak terlihat. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan McCombs (2001) yang menemukan bahwa siswa yang memiliki guru bersifat mendukung dan penuh perhatian, akan lebih termotivasi untuk terlibat dalam kerja akademis dibandingkan dengan siswa yang mempunyai guru tidak mendukung dan tidak memberikan perhatian (Santrock, 2009).

(18)

= 3,56), karena pada masa remaja, remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan teman dibandingkan dengan orang tua. Teman merupakan orang terpercaya yang dapat membantu remaja mengatasi masalahnya dengan memberikan dukungan emosi dan nasihat (Santrock, 2007). Howes & Tonyan (Santrock, 2009), mengatakan bahwa hubungan baik dengan teman merupakan peran penting agar perkembangan individu menjadi normal. Parker & Asher (Santrock, 2009), menyatakan bahwa persahabatan membantu remaja merasa bahwa mereka adalah individu yang berharga dan yang terpenting adalah dukungan sosial dari teman-temannya.

(19)

tahun 2004 yang dilakukan oleh Wentzel, Bary, & Caldwell (Santrock, 2009), menyatakan bahwa para siswa yang tidak memiliki teman menjadi kurang terlibat dalam perilaku prososial, mendapatkan nilai yang lebih rendah, dan lebih sedih secara emosional.

Seperti yang dikatakan Rachman (Muhammad, 2013), dengan kurangnya perhatian dari orang tua, guru, dan teman maka remaja dapat melakukan tindakan-tindakan negatif seperti tawuran, memakai narkoba, dan tindakan-tindakan kriminal. Maka dibutuhkan dukungan sosial dari orang-orang terdekat remaja, agar remaja dapat melakukan tendensi aktualisasi diri. Dukungan sosial merupakan faktor penting untuk mengembangkan potensi remaja sehingga dapat mencapai aktualisasi diri. Menurut Maslow (Dahlan, 2002), apabila seorang anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial, dan harga dirinya, maka anak tersebut dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri atau aktualisasi diri (self-actualization). Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu mengenai hubungan antara dukungan sosial orang tua (non materi) dengan aktualisasi diri pada siswa di Yogyakarta (Wijayanti, 2012), dengan koefisien korelasi sebesar 0,515. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara dukungan sosial orang tua (non materi) dengan aktualisasi diri pada siswa tersebut. Maka semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan, akan semakin baik pula aktualisasi diri para siswa.

(20)

mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh remaja. Perilaku orang tua, guru, dan teman yang menghargai remaja, akan menimbulkan rasa aman, cinta dan kasih sayang dalam diri remaja. Maka orang tua, guru, dan teman telah memberikan bekal kepada remaja untuk mempunyai tendensi aktualisasi diri sehingga dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya.

Penelitian-penelitian terdahulu telah mengukur hubungan dukungan sosial secara terpisah terhadap tendensi aktualisasi diri. Namun, penelitian ini mengukur dukungan sosial secara bersama-sama sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri. Sehingga penelitian ini menjadi berbeda dalam melihat pengaruh dukungan sosial terhadap tendensi aktualisasi diri. Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti dukungan sosial orang tua, guru, dan teman sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja.

Hipotesis

Ho : Dukungan sosial orang tua, guru, dan teman tidak sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja

H1 :

1. Dukungan sosial orang tua, guru, dan teman secara bersama-sama merupakan prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja

2. Dukungan sosial orang tua secara mandiri merupakan prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja

3. Dukungan sosial guru secara mandiri merupakan prediktor terhadap tendensi

aktualisasi diri pada remaja

4. Dukungan sosial teman secara mandiri merupakan prediktor terhadap tendensi

(21)

Metode

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 3 Salatiga yang berusia antara 15-18 tahun. Dalam penelitian yang mempunyai variabel bebas lebih dari satu, ukuran sampel idealnya 1000 dan minimal 100 dengan ketentuan semakin besar ukurannya semakin baik hasilnya (Sarwono, 2013). Dengan mempertimbangkan tenaga, waktu, dan biaya, untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil, peneliti menggunakan rumus pengambilan sampel yang berasal dari Slovin yaitu :

Keterangan

n : jumlah sampel N : jumlah populasi

e : margin error (5% = 0,05)

Jumlah populasi siswa SMA Negeri 3 Salatiga adalah 1080 siswa. Sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 291 siswa. Karena ada beberapa data dalam sampel yang bersifat ekstrim, maka peneliti memutuskan untuk menggugurkannya dan didapatkan 263 sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling yaitu melakukan randomisasi terhadap kelompok, bukan terhadap

subjek secara individual (Azwar, 2010). Dalam hal ini, sampel diambil tidak dilakukan melalui randomisasi terhadap siswa secara individual, melainkan melalui randomisasi terhadap kelas.

Pengukuran

(22)

menggunakan empat skala yaitu Skala Aktualisasi Diri, Skala Dukungan Sosial Orang Tua, Skala Dukungan Sosial Guru, dan Skala Dukungan Sosial Teman. Penelitian ini menggunakan try out terpakai, sehingga pengambilan data hanya dilakukan satu kali. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan hasil try out yang telah dilakukan sebagai bahan dalam menganalisis data.

Dukungan Sosial

Skala ini terdiri atas tiga alat ukur yaitu alat ukur dukungan sosial orang tua, alat ukur dukungan sosial guru, dan alat ukur dukungan sosial teman. Masing-masing dari sumber dukungan sosial tersebut memuat empat jenis dukungan sosial yaitu dukungan emosional, instrumental, informasional, dan penghargaan. Masing-masing alat ukur terdiri atas 20 item. Setiap alat ukur memiliki item favourable berjumlah 10 dan item unfavourable berjumlah 10.

(23)

Alat Ukur Dukungan Sosial Orang Tua. Berdasarkan uji daya diskriminasi

item yang telah dilakukan sebanyak dua kali terhadap 20 item angket dukungan sosial orang tua, 19 item bertahan sedangkan 1 item dinyatakan gugur. Item-item tersebut mempunyai koefisien daya diskriminasi item sebesar 0,341 – 0,653. Kemudian, pengujian terhadap reliabilitas alat ukur ini dengan menggunakan cronbach’s alpha. Dari uji reliabilitas didapatkan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0,890. Maka, alat ukur dukungan sosial orang tua termasuk dalam kategori reliabel. Dalam alat ukur dukungan sosial orang tua, semua aspek terwakili oleh 19 item yang bertahan.

Alat Ukur Dukungan Sosial Guru. Dari pengujian daya diskriminasi item yang

telah dilakukan sebanyak dua kali terhadap 20 item angket dukungan sosial guru, 18 item bertahan sedangkan 2 item dinyatakan gugur. Item-item tersebut mempunyai koefisien daya diskriminasi item sebesar 0,212 – 0,473. Setelah itu dilakukan uji reliabilitas yang menggunakan cronbach’s alpha. Dari pengujian tersebut, didapatkan hasil koefisien reliabilitas alat ukur ini sebesar 0,798. Hal tersebut menunjukkan bahwa alat ukur dukungan sosial guru termasuk dalam kategori cukup reliabel. Dalam alat ukur dukungan sosial guru, semua aspek terwakili oleh 18 item yang bertahan.

Alat Ukur Dukungan Sosial Teman. Berdasarkan uji daya diskriminasi item

(24)

reliabel. Dalam alat ukur dukungan sosial teman, semua aspek terwakili oleh 17 item yang bertahan.

Aktualisasi Diri

Peneliti menggunakan kuesioner mengenai aktualisasi diri yang berasal dari Brief Index of Self-Actualization yang telah dibuat oleh Sumerlin & Bunderick (1996).

Kuesioner ini terdiri atas 7 karakteristik aktualisasi diri yaitu Inti Aktualisasi Diri (Core Self-actualization), Jonah Complex, Keingintahuan (Curiosity), Kenyamanan dalam Kesendirian (Comfort with Solitude), Keterbukaan terhadap Pengalaman (Openness to Experience), Karakter Demokratis (Democratic Character), dan Tujuan dan Arti Kehidupan (Life Meaning and Purpose) yang terdiri atas 40 item. Alat ukur ini memiliki item favourable berjumlah 28 dan item unfavourable berjumlah 12. Reliabilitas dari alat ukur ini sebesar 0,87 (Sumerlin & Bundrick, 1996).

(25)

Alat Ukur Tendensi Aktualisasi Diri. Berdasarkan uji daya diskriminasi item

sebanyak dua kali pengujian dari 40 item dalam angket tendensi aktualisasi diri, 25 item bertahan sedangkan 15 item dinyatakan gugur. Item-item tersebut mempunyai koefisien daya diskriminasi item yang bergerak dari 0,205 – 0,496. Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan cronbach’s alpha. Dari uji reliabilitas didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,815. Dilihat dari koefisien reliabilitas pada angket tendensi aktualisasi diri, alat ukur ini termasuk dalam kategori reliabel. Dalam alat ukur tendensi aktualisasi diri, semua aspek terwakili oleh 25 item yang bertahan.

Hasil dan Pembahasan

Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Dari uji tersebut didapatkan hasil bahwa tiga dari empat variabel berdistribusi dengan normal, yaitu variabel tendensi aktualisasi diri dengan K-S Z 0,879 yang memiliki signifikansi 0,423 (p > 0,05), variabel dukungan sosial orang tua dengan K-S Z 0,936 yang memiliki signifikansi 0,344 (p > 0,05), dan variabel dukungan sosial guru dengan K-S Z 1,307 yang memiliki signifikansi 0,066 (p > 0,05). Sedangkan variabel dukungan sosial teman dengan K-S Z 3,003 yang memiliki signifikansi 0,000 (p < 0,05), sehingga variabel dukungan sosial teman tidak berdistribusi dengan normal.

Uji Linearitas

(26)

linearitas antara variabel dukungan sosial orang tua dengan variabel tendensi aktualisasi diri (F = 1,330) yang memiliki signifikansi sebesar 0,123 (p > 0,05), uji linearitas antara variabel dukungan sosial guru dengan variabel tendensi aktualisasi diri (F = 1,399) yang memiliki signifikansi sebesar 0,111 (p > 0,05) dan uji linearitas antara variabel dukungan sosial teman dengan tendensi aktualisasi diri (F = 1,251) memiliki signifikansi 0,210 (p > 0,05).

Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas variabel yaitu jika terjadi korelasi antarvariabel bebas dengan nilai yang sangat tinggi mendekati 1. Multikolinearitas dapat dilihat dari pearson correlation. Jika nilai korelasi antara variabel dukungan sosial orang tua dengan

dukungan sosial guru sebesar 0,372. Kemudian nilai korelasi antara variabel dukungan sosial orang tua dengan dukungan sosial teman sebesar 0,072. Dan nilai korelasi antara variabel dukungan sosial guru dengan dukungan sosial teman sebesar 0,096. Dengan demikian, semua korelasi antarvariabel bebas di atas menunjukkan bahwa tidak terjadinya multikolinearitas karena nilai tersebut masih jauh di bawah 0,9.

Hasil

Analisis Data Deskriptif

(27)

Tabel 1

Kategorisasi Skor Skala Tendensi Aktualisasi Diri

Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean SD

Tinggi 75 ≤ x ≤ 100 179 68,06% 77,89 6,372 Sedang 50 ≤ x < 75 84 31,94%

Rendah 25 ≤ x < 50 0 0 % *x : skor tendensi aktualisasi diri

Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 179 siswa (68,06%) menyatakan bahwa tendensi aktualisasi diri dalam kriteria tinggi, 84 siswa (31,94%) menyatakan bahwa tendensi aktualisasi diri dalam kriteria sedang. Rata-rata dari skor tendensi aktualisasi diri sebesar 77,89. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki tendensi aktualisasi diri yang masuk dalam kategori tinggi.

Tabel 2

Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Orang Tua

Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean SD

Tinggi 57 ≤ x ≤ 76 195 74,14% 61,61 6,969 Sedang 38 ≤ x < 57 68 25,86%

Rendah 19 ≤ x < 38 0 0 % *x : skor dukungan sosial orang tua

(28)

Tabel 3

Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Guru

Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean SD

Tinggi 54 ≤ x ≤ 72 88 33,46%

Sedang 36 ≤ x < 54 175 66,54% 51,83 4,213 Rendah 18 ≤ x < 36 0 0 %

*x : skor dukungan sosial guru

Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 88 siswa (33,46%) menyatakan bahwa dukungan sosial guru dalam kriteria tinggi, 175 siswa (66,54%) menyatakan bahwa dukungan sosial guru dalam kriteria sedang. Rata-rata dari skor dukungan sosial guru sebesar 51,83. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki dukungan sosial guru yang masuk dalam kategori sedang.

Tabel 4

Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Teman

Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean SD

Tinggi 51 ≤ x ≤ 68 148 56,27%

Sedang 34 ≤ x < 51 115 43,73% 49,48 4,724 Rendah 17 ≤ x < 34 0 0 %

*x : skor dukungan sosial teman

Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 148 siswa (56,27%) menyatakan bahwa dukungan sosial teman dalam kriteria tinggi, 115 siswa (43,73%) menyatakan bahwa dukungan sosial teman dalam kriteria sedang. Rata-rata dari skor dukungan sosial teman sebesar 49,48. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki dukungan sosial teman yang cenderung sedang.

Uji Regresi

(29)

correlation. Besarnya hubungan antara variabel dukungan sosial orang tua dengan

tendensi aktualisasi diri sebesar r = 0,336 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel positif signifikan artinya jika jumlah dukungan sosial orang tua meningkat, jumlah tendensi aktualisasi diri juga meningkat. Besarnya hubungan antara variabel dukungan sosial guru dengan tendensi aktualisasi diri sebesar r = 0,180 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel positif signifikan artinya jika jumlah dukungan sosial guru meningkat, jumlah tendensi aktualisasi diri juga meningkat. Besarnya hubungan antara variabel dukungan sosial teman dengan tendensi aktualisasi diri sebesar r = 0,070 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel dukungan sosial teman dengan tendensi aktualisasi diri tidak memiliki hubungan yang signifikan.

Setelah mengetahui korelasi dari masing-masing variabel, bahwa variabel dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru yang berkorelasi positif signifikan dengan variabel tendensi aktualisasi diri. Sedangkan variabel dukungan sosial teman tidak berkorelasi dengan variabel tendensi aktualisasi diri, maka variabel ini tidak dapat diikutsertakan dalam pengujian regresi. Oleh karena itu, pengujian regresi hanya melibatkan dua variabel bebas yaitu dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru, serta satu variabel tergantung yaitu tendensi aktualisasi diri. Selain itu peneliti juga menguji kelayakan model regresi dalam penelitian ini. Dengan ketentuan (p < 0,05).

Tabel 5

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1241.326 2 620.663 17.172 .000a

Residual 9397.252 260 36.143

Total 10638.578 262

(30)

Pada bagian ini, menunjukkan besarnya angka signifikansi pada perhitungan ANOVA yang akan digunakan untuk uji kelayakan model regresi. Dalam uji ANOVA, penelitian ini menghasilkan angka F = 17,172 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 dan nilai R = 0,342. Karena angka signifikansi 0,000 < 0,05, maka model regresi ini sudah layak digunakan untuk memprediksi tendensi aktualisasi diri. Artinya, dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru berpengaruh terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga.

Setelah mengetahui bahwa dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru berpengaruh terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga. Maka peneliti menguji besarnya pengaruh atau peranan variabel bebas yaitu dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru terhadap variabel tergantung yaitu tendensi aktualisasi diri.

Nilai Adjusted R Square dalam tabel di atas sebesar 0,110. Angka tersebut menunjukkan bahwa 0,110 atau 11% tendensi aktualisasi diri dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru. Hal ini berarti dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru berperan sebanyak 11% terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja SMA Negeri 3 Salatiga. Jika dilihat dari standar error of the estimate yang bernilai 6,012 dan jumlah ini lebih kecil dari nilai standar deviasi tendensi

(31)

Selain itu dalam tabel ini dapat dilihat otokorelasi. Otokorelasi adalah terjadinya korelasi dalam variabel bebas yang menganggu hubungan variabel bebas tersebut dengan variabel tergantung. Otokorelasi tidak terjadi jika angka Durbin-Watson (DW) : 1 < DW < 3. Nilai Durbin - Watson pada penelitian ini sebesar 1,687 (1 < DW < 3). Nilai ini mempunyai arti bahwa otokorelasi tidak terjadi dalam penelitian regresi ini.

Setelah mengetahui kelayakan dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru dalam memprediksi tendensi aktualisasi diri, peneliti menguji koefisien regresi.

Tabel 7

Untuk menguji koefisien regresi dapat dilihat dari Standardized Coefficients yang dapat menunjukkan besarnya nilai yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas secara parsial (mandiri atau sendiri-sendiri) terhadap variabel tergantung. Angka koefisien nilai Beta dukungan sosial orang tua sebesar 0,312 dengan nilai t = 4,976 (p < 0,05). Maka dukungan sosial orang tua secara mandiri dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri. Angka tersebut memiliki arti bahwa setiap penambahan 1 dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua, tendensi aktualisasi diri akan naik sebesar 0,312.

(32)

Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti apakah dukungan sosial orang tua, guru dan teman merupakan prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Seperti yang diungkapkan Maslow (Baihagi, 2008), walaupun setiap individu memiliki tendensi aktualisasi diri sejak lahir, lingkungan sosial juga berperan dalam mengembangkan potensi setiap individu. Oleh sebab itu, setiap individu membutuhkan orang lain untuk tumbuh dan berkembang sehingga setiap potensi yang dimilikinya dapat terlihat. Dengan adanya dukungan sosial yang diberikan pada remaja, diharapkan dapat membantu remaja mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya dan mengarahkannya pada tendensi aktualisasi diri.

(33)

sebanyak 11% terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga. Dari pengujian regresi yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Maka H1 yang pertama diterima, karena dukungan sosial orang tua dan guru secara bersama-sama dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja.

Dari pengujian korelasi didapatkan hasil bahwa, hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan tendensi aktualisasi diri bersifat positif signifikan, yaitu dengan nilai r = 0,336 (p < 0,05). Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wijayanti (2012) mengenai hubungan antara dukungan sosial orang tua (non materi) dengan aktualisasi diri pada siswa SMK di Yogyakarta (r = 0,515), didapatkan hasil bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial orang tua dengan aktualisasi diri. Dan dari pengujian koefisien regresi, dukungan sosial orang tua dengan tendensi aktualisasi diri memiliki nilai Beta 0,312 dengan nilai t = 4,976 (p < 0,05). Angka tersebut memiliki arti bahwa setiap penambahan 1 dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua, tendensi aktualisasi diri akan naik sebesar 0,312. Dari hasil tersebut, maka dukungan sosial orang tua sudah layak menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Maka H1 yang kedua dalam penelitian ini diterima, karena dukungan sosial orang tua secara mandiri dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga.

(34)

pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama ataupun sosial budaya merupakan faktor yang penting untuk mempersiapkan anak menjadi individu yang sehat. Dengan adanya kasih sayang dan dukungan dari orang tua, remaja akan merasa diterima dan menganggap bahwa diri mereka berharga. Maka dengan adanya dukungan sosial orang tua pada remaja akan membuat mereka merasa dicintai dan dihargai, sehingga dia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dan tendensi aktualisasi dirinya akan terlihat. Dari pengujian koefisien regresi, didapatkan hasil bahwa dukungan sosial guru dengan tendensi aktualisasi diri memiliki nilai Beta sebesar 0,064 dengan nilai t = 1,022 (p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial guru belum layak menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Maka H1 yang ketiga dalam penelitian ini ditolak, karena dukungan sosial guru secara mandiri belum dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri.

(35)

potensinya. Namun demikian, agak sulit mengharapkan guru mengenal siswanya dengan maksimal. Mungkin hal tersebut yang menyebabkan tidak mampunya dukungan sosial guru sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga.

Sedangkan untuk dukungan sosial teman, tidak memiliki korelasi dengan tendensi aktualisasi diri, sehingga pengujian regresi tidak dapat dilakukan. Maka H1 yang keempat dalam penelitian ini ditolak, karena dukungan sosial teman tidak dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh siswa yang masih membeda-bedakan teman dan juga masih terdapat persaingan di antara teman sekelas. Dengan adanya membeda-bedakan dan persaingan di antara teman, maka hubungan pertemanan tidak terjalin dengan akrab. Oleh sebab itu, hal tersebut menyebabkan belum cukupnya pemberian dukungan sosial di antara siswa, sehingga siswa tidak merasa didukung dan tidak diterima oleh teman sekitarnya.

(36)

oleh siswa tidak memberikan dampak bagi siswa tersebut. Karena siswa merasa bahwa teman sebaya memiliki otoritas atau status yang sama dengan siswa tersebut, maka persuasi yang diberikan tidak akan membuat siswa untuk memiliki keyakinan dalam mengaktualisasikan dirinya. Maka dengan adanya dukungan sosial teman yang memiliki otoritas atau status yang sama dengan siswa tersebut, tidak memberikan keyakinan dalam diri siswa untuk mengaktualisasikan dirinya karena dukungan yang diberikan bukan berasal dari pihak yang memiliki status atau otoritas yang lebih tinggi.

(37)

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil yaitu hanya dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru yang secara bersama-sama dapat menjadi prediktor terhadap aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga. Kedua variabel bebas yaitu dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru hanya berkontribusi sebesar 11% terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja, menurut pengujian yang telah dilakukan variabel dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru sudah layak menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Namun, hanya variabel dukungan sosial orang tua yang secara mandiri dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga. Sedangkan variabel dukungan sosial guru secara mandiri belum dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga. Serta, pengujian terhadap dukungan sosial teman tidak dapat dilakukan karena tidak ada korelasi antara dukungan sosial teman dengan tendensi aktualisasi diri. Sehingga variabel dukungan sosial teman tidak dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga.

Saran

Orang Tua

Oorang tua diharapkan tetap membimbing dan memberikan dukungan pada remaja sehingga mereka dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya.

Guru

(38)

dimiliki siswa. Serta sekolah, diharapkan dapat memberikan sarana-sarana kepada siswa sehingga potensi yang dimiliki siswa akan berkembang.

Teman

Dan dalam pertemanan yang dijalin oleh remaja, diharapkan setiap anggota dapat saling membantu dan memberikan dukungan bagi temannya dengan lebih baik lagi sehingga nantinya remaja dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Penelitian Selanjutnya

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Arslan, C. (2009). Anger, self-esteem, and perceived social support in adolescence. Social Behavior and Personality, 37(4), 555-564.

Azwar, S. (2010). Metode penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Baihagi. (2008). Psikologi pertumbuhan. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. Baron, R. A. & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial jilid 2. Erlangga: Jakarta.

Berk, L. E. (2012). Development through the lifespan edisi 5. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Bockhorst, C. L., Sumter S. R. & Westernberg, M. (2010). Social support From parents, friends, classmates, and teachers in children and adolescents aged 9 to 18 years: who is perceived as most Supportive? Social Development, 19(2), 417-426. Coste, B. (2005). Abraham maslow biography: the father of humanistic psychology &

self actualization theory. Diakses pada 7 Juli 2014, dari http://www.positive-parenting- ally.com/abraham-maslow.html

Dahlan, M. D. (2002). Psikologi perkembangan anak dan remaja. PT Remaja Kosda Karya: Bandung.

Del Valle, J. F., Bravo, A. & Lopez, M. (2010). Parents and peers as providers of

support in adolescents’ social network: a developmental perspective. Journal of Community Psychology, 38(1), 16-27.

Dhitaningrum, M. (2013). Hubungan antara Persepsi Mengenai Dukungan Sosial Orang Tua dengan Motivasi Belajar siswa SMA Negeri 1 Gondang Kabupaten

Tulungagung.

Dwitantyanov, A. (2012). Contoh penyususnan skala psikologi: efikasi diri. Diakses pada 6 Desember 2014, dari https://aswendo2dwitantyanov.wordpress.com /2012/05/15/contoh -penyusunan-skala-psikologi-efikasi-diri/

Feist, J. & Feist, G. J. (2010). Teori kepribadian edisi 7. Salemba Humanika: Jakarta. Goble, F. G. (2013). Mazhab ketiga: psikologi humanistik abraham maslow. Kanisius:

Yogyakarta.

Hall, C. S. & Lindzey, G. (1993). Teori-teori holistik (organismik-fenomenologis). Kanisius: Yogyakarta.

(40)

Maslow, A. H. (1987). Motivation and personality third edition. Longman: United State of America.

Mendieta, I. H., Jacinto, L. G., Fuentez, J. M. D., Leiva, P. G. & Trave, M. C. (2012). Types of social support provided by parents, teachers, and Classmates during adolescence. Journal of Community Psychology, 40(6), 645-664.

Monks, F.J, dkk. (1999). Psikologi perkembangan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Muhammad, D. (2013). Arief rachman: kurangi tawuran, perbanyak sarana aktualisasi diri untuk pelajar. Diakses pada 27 Agustus 2013, dari http://www.republika.

co.id/berita/pendidikan/eduaction/13/08/26/ms4rp2-ariefrachman-kurangi-tawuran -perbanyak-sarana- aktualisasi-diri-untuk-pelajar

Mutiarsih, E. & Atmojo, A. S. S. (2007). Memahami psikologi remaja. Yayasan Pustaka Nusatama: Yogyakarta.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak jilid 1. Erlangga: Jakarta. Santrock, J. W. (2007). Remaja jilid 1. Erlangga: Jakarta.

Santrock, J. W. (2007). Remaja jilid 2. Erlangga: Jakarta.

Santrock, J. W. (2009). Psikologi pendidikan edisi 3 buku 2. Salemba Humanika: Jakarta.

Sarwono, J. (2013). Statistik multivariat aplikasi untuk riset skripsi. Penerbit Andi: Yogyakarta.

Schultz, D. (2002). Psikologi pertumbuhan: model-model kepribadian sehat. Kanisius: Yogyakarta.

Sumerlin, J. R. & Bundrick, C. M. (1996). Brief index of self-actualization: a measure of

maslow’s model. Journal Of Social Behavior and Personality, 11(2), 253-271.

Ventegodt, S., Merrick, J. & Andersen, N. J. (2003). Quality of life theory maslow revisited. The Scientific World Journal, 3, 1050-1057.

Gambar

Tabel 1 Kategorisasi Skor Skala Tendensi Aktualisasi Diri
Tabel 4 Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Teman
Model SummaryTabel 6 b
CoefficientsTabel 7 a

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rasional tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengungkap isi dan pelaksanaan program pelayanan pada klien eks-pecandu narkoba yang telah terlaksana di Kota

Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara metode eksperimen melalui laboratorium riil dan virtuil, kemampuan berfikir kritis dan gaya belajar

Hal ini, bagi saya, juga menjadi salah satu dilema dari perempuan di negara dunia ketiga: tetap berpaku pada tradisinya yang bisa jadi ikut membantu dalam merusak alam, atau

Menggunakan kamus juga merupakan solusi yang banyak dilakukan mahasiswa dalam mengatasi problematika cepatnya pengucapan atau percakapan dalam menyimak film berbahasa Arab

Dalam pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Ppserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi kebangkrutan, debt default, dan kondisi keuangan berpengaruh terhadap opini audit going concern, sedangkan kualitas audit tidak

Hasil identifikasi cacing dari 60 sampel ikan yang telah diperiksa pada saluran pencernaan ikan salem ( scomber japonicus ) di Pangkalan Pendaratan Ikan.. Muara Angke