• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802009058 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802009058 Full text"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH AUTHORITATIVE DENGAN

KONSEP DIRI REMAJA AKHIR

Oleh ASRI W. PUTRI

802009058

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH AUTHORITATIVE DENGAN

KONSEP DIRI REMAJA AKHIR

Asri W. Putri Ratriana Y.E. Kusumiati

Enjang Wahyuningrum

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

SALATIGA

(8)

i Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pola asuh authoritative dengan

konsep diri pada remaja akhir. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UKSW

Fakultas Ekonomi program studi Akutansi angkatan 2014 . Teknik yang digunakan dalam

penelitian dini adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala TSCS (Tennessee Self Concept

Scale) dari Fitts (1971) dan skala pola asuh PPQ (Authoritative Parenting Practice

Questionaire) dari Robinson, Mandleco, Olsen, dan Hart (1995). Hasil analisa data penelitian

ini menggunakan uji korelasi product moment person. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh authoritative dengan konsep diri remaja,

dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,483 dan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05).

(9)

ii Abstract

The research has purposed to explore the relationship of authoritative parenting and self

concept. The population in this study were UKSW college student of accounting force 2014

at the faculty of economic. The sampling technique in this research is purposive sampling.

The sample in this study amounted to 50 people. The subscale used in this research are TSCS

(Tennessee Self Concept Scale) from Fitts (1971) and PPQ (Authoritative Parenting Practice

Questionnaire) from Robinson, Mandleco, Olsen, and Hart (1995). The results of the analysis

using product moment correlation test person. The results showed that there is a significant

relationship between authoritative parenting style with adolescent self-concept, with a

correlation coefficient (r) of 0.483 and a significance of 0.000 (p <0.05).

(10)

1

PENDAHULUAN

Permasalahan atau pergolakan emosi yang terjadi pada remaja muncul

akibat adanya tuntutan dan harapan baru, baik dari dalam maupun dari luar diri

individu. Permasalahan yang dialami remaja merupakan suatu hal yang harus

dihadapi dan dipecahkan karena jika tidak segera diselesaikan akan menimbulkan

kecemasan, ketegangan, dan konflik yang secara tidak langsung akan

mempengaruhi kepribadiannya. Salah satu aspek kepribadian yang paling penting

bagi remaja adalah konsep diri. Hurlock (2005) menyatakan bahwa konsep diri

merupakan inti pola kepribadian yang mempengaruhi bentuk berbagai sifat.

Konsep diri menjadi penting karena akan mempengaruhi remaja dalam

berinteraksi dengan lingkungan. Remaja yang memiliki konsep diri positif akan

tampil lebih percaya diri dalam menghadapi berbagai situasi. Sebaliknya remaja

yang mengembangkan konsep diri negatif, mempunyai kesulitan dalam

menerima dirinya sendiri, sering menolak dirinya serta sulit bagi mereka untuk

melakukan penyesuaian diri yang baik. Melalui konsep diri yang positif akan

membantu remaja dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan sebaliknya

remaja yang mempunyai konsep diri yang negatif akan kesulitan dalam

menyelesaikan masalahnya (Montana, 2001).

Arti konsep diri menurut Fitts (1971) adalah diri sebagaimana dilihat dan

dialami atau dirasakan oleh individu itu sendiri. Burns (1993) menyatakan

konsep diri adalah pandangan keseluruhan yang dimiliki individu tentang dirinya

sendiri dan terdiri dari kepercayaan, evaluasi, dan kecenderungan berperilaku.

Aspek-aspek konsep diri menurut Fitts (1971) adalah sebagai berikut: aspek diri

(11)

2

dirinya secara fisik; aspek diri pribadi merupakan pandangan, pikiran, perasaan,

dan penilaian terhadap keadaan pribadinya; aspek diri sosial merupakan

pandangan, pikiran, perasaan dan penilaian terhadap interaksi dirinya dengan

orang lain dan lingkungan sekitarnya; aspek diri moral etik merupakan

pandangan, pikiran, perasaan dan penilaian terhadap dirinya sendiri yang dilihat

dari standar perimbangan nilai moral dan etika; aspek diri keluarga merupakan

perasaan dan harga diri seorang individu terhadap kedudukannya sebagai anggota

keluarga; dan aspek diri akademik merupakan pandangan, pikiran, perasaan, dan

penilaian terhadap dirinya berdasarkan akademik.

Hurlock (2005) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep

diri yaitu: jasmani, cacat jasmani, kondisi fisik, produksi kelenjar tubuh,

pakaian, nama dan panggilan, kecerdasan, tingkat aspirasi, emosi, pola

kebudayaan, sekolah, status sosial, dan keluarga.

Salah satu faktor yang dapat membentuk konsep diri remaja adalah

lingkungan keluarga, yaitu pola pengasuhan orang tua. Pola asuh merupakan cara

orang tua membesarkan anak dengan memenuhi kebutuhan anak, memberi

perlindungan, mendidik anak, serta mempengaruhi tingkah laku anak dalam

kehidupan sehari-hari Baumrind (dalam Berk, 1994). Adapun tujuan orang tua

mengasuh anaknya adalah untuk membentuk kepribadian yang matang. Dengan

pengasuhan orang tua tersebut maka remaja akan belajar tentang peran-peran

yang ada dalam masyarakat seperti nilai-nilai, sikap serta perilaku yang pantas

dan tidak pantas, atau baik dan buruk. Segala perlakuan dari orang tua terhadap

remaja sejak masa kanak-kanak, akan memberikan makna tertentu. Pemberian

(12)

3

Pola asuh orangtua dalam keluarga mempengaruhi pembentukan konsep

diri anak. Konsep diri terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

dari interaksi dengan lingkungan, khususnya dalam lingkungan keluarga (Yusuf,

2006). Santrock (2007) mengklasifikasikan gaya-gaya pola asuh ke dalam gaya

yang bersifat otoriter, demokratis, dan permisif. Pengasuhan otoriter adalah gaya

yang membatasi dan menguhukum, dimana orang tua mendesak anak untuk

mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka.

Pengasuhan demokrasi adalah pola asuh yang mendorong anak untuk mandiri

namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Pengasuhan

permisif adalah gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan

anak.

Salah satu bentuk pola asuh yang dikenal adalah pola asuh demokratis

dimana pola asuh yang ditandai dengan dengan sikap orang tua yang menerima,

responsive, dan sangat memperhatikan kebutuhan anak yang disertai tuntutan,

kontrol, dan pembatasan. Gaya pengasuhan authoritative orang tua menunjukkan

perilaku yang membantu remaja mengembangkan ketrampilan sebagai

kedewasaan secara psikososial, mampu bekerjasama dengan teman sebaya dan

orang dewasa kebebasan yang bertanggung jawab serta berhasil secara akademik.

Pengasuhan authoritative mempunyai 4 unsur yaitu kehangatan dan keterlibatan

(warmth and involvement), pertimbangan (reasoning/induction), keikutsertaan

yang demokratis (democratic participation) serta pengasuhan yang baik (good

natured/easy going) Baumrind (Robinson C.C, Mandleco B, Olsen S.F, & Hart

(13)

4

Menurut Hurlock (1999) faktor yang dapat mempengaruhi persepsi pola

asuh demokratis orang tua adalah; faktor nilai yang dianut orang tua yaitu nilai

budaya mengenai cara terbaik memperlakukan anak secara otoriter, secara

demokratis, maupun realistis, akan mempengaruhi sikap orang tua dan cara

mereka memperlakukananak mereka sendiri. Faktor kepribadian adalah cara anak

bereaksi terhadap orang tua dimana hal tersebut mempengaruhi sikap orang tua

terhadapnya. Dan faktor pendidikan orang tua, apabila orang tua berpendidikan

tinggi umumnya akan memiliki banyak pengetahuan maupun pendidikan tentang

cara mengasuh anak yang sesuai dengan kebutuhannya.

Santrock (2013) mengatakan bahwa pola asuh authoritative (demokratis)

lebih efisien bagi perkembangan remaja dibandingkan pola authoritarian

(otoriter) dan permissive (permisif). Hasil penelitian Ulfa (2013) mengatakan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh authoritative (demokratis)

orang tua dengan konsep diri remaja. Penelitian serupa juga mengatakan bahwa

ada korelasi antara pola asuh demokratis dengan konsep diri (Nirwana, 2013).

Rahayu dkk (2008) dalam penelitiannya tentang pola asuh otoriter

menunjukkan bahwa dalam kebudayaan Timur yang memiliki ciri kolektivisme,

pola asuh otoriter tidak selalu menunjukkan dampak negatif, sedangkan Jahju

(2011) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pola asuh

otoriter dengan konsep diri remaja. Persepsi pola asuh permisif menurut

penelitian Respati (2006) menghasilkan konsep diri yang negatif. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Respati (2006) ternyata pola asuh authoritative (demokratis)

menghasilkan rata-rata konsep diri paling besar dari pada pola asuh otoriter dan

(14)

5

memanjakan anak ternyata menghasilkan harga diri lebih tinggi dibandingkan

pola asuh demokratis.

Berdasarkan uraian diatas, diasumsikan bahwa pola asuh authoritative

(demokratis) orang tua akan membentuk konsep diri yang positif dari pada pola

asuh otoriter dan permisif. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih

jauh tentang hubungan antara pola asuh authoritative (demokratis) dengan

konsep diri remaja akhir.

METODE PENELITIAN

Partisipan

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja usia 18-22 tahun, mahasiswa

Fakultas Ekonomi program studi Akuntansi UKSW angkatan 2014. Sampel

berjumlah 50 mahasiswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel secara

sengaja dan sesuai persyaratan.

Alat Ukur

Penelitian ini menggunkan dua skala psikologi, yaitu skala konsep diri

dan skala pola asuh authoritative (demokratis). Item dalam dua skala ini

dikelompokkan dalam pernyataan favorable dan unfavorable dengan

menggunakan 4 alternatif jawaban yang disusun menggunakan Skala Likert,

yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju

(STS). Keseluruhan data diperoleh dari skala psikologi yang diberikan kepada

(15)

6

Skala konsep diri yang disusun oleh Fitts (1971) Tennessee Self-Concept

Scale Second Edition terdiri dari aspek fisik, aspek pribadi, aspek sosial, aspek

moral etik, aspek keluarga, aspek akademik. Berdasarkan pengujian yang

dilakukan sebanyak dua kali didapatkan koefisien seleksi item yang bergerak

antara 0,274 sampai dengan 0,652, sehingga jumlah item valid berjumlah 23

item.

Tabel 1

Blue print Skala Konsep Diri

ASPEK

Nomor Item Jumlah Item

Valid Favorable Unvaforable

Diri Fisik 1,3*,4*,5,6*,7* 2*,8* 2

Diri Pribadi 9,10*,11*,15,19,21 12,13,14,16*,17,18,20 10

Diri Sosial 23,24*,25*,26* 22,27* 2

Diri Moral Etik 28,30, 31,32* 29 4

Diri Keluarga 33*,35,36,42,43* 34*,37*,38*,39*,40,41*,44* 4

Diri Akademik 45,48* 46*,47* 1

Total 12 11 23

Keterangan: Tanda (*) menunjukkan nomor item yang gugur

Sedangkan skala pola asuh authoritative (demokratis) menggunakan skala

Parenting Practice Questionaire (PPQ) yang disusun oleh Robinson, Mandleco,

Olsen, dan Hart (1995) yang terdiri dari unsur kehangatan dan keterlibatan

(warmth and involvement), pertimbangan (reasoning/induction), keikutsertaan

yang demokratis (democratic participation) serta pengasuhan yang baik (good

natured/easy going).Sedangkan dalam seleksi item skala pola asuh authoritative

(demokratis) terdapat 5 item gugur dari total 23 item, sehingga item valid

(16)

7

Tabel 2

Blueprint Skala Pola Asuh Authoritative

ASPEK

Nomor Item Jumlah Item

Valid

Keterangan: Tanda (*) menunjukkan nomor item yang gugur

Reliabilitas Alat Ukur

Dalam seleksi item skala konsep diri terdapat 25 item gugur dari total 48

item soal yang diujikan, karena memiliki nilai koefisien korelasi yang lebih

rendah dari 0,25 (Azwar, 2003). Azwar (2003) menyatakan bahwa suatu alat

ukur akan memiliki koefisien reliabilitas yang tinggi jika semakin mendekati

angka 1,00. Skala konsep diri memiliki reliabilitas sebesar 0,733. Sedangkan

pada skala pula asuh authoritative memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,756,

sehingga reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini dapat dikategorikan cukup

(17)

8

Tabel 3

Uji Reabilitas variabel Konsep Diri

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.733 24

Tabel 4

Uji Reabilitas Variabel Pola Asuh Authoritative

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.756 19

Uji Normalitas

Hasil uji prasyarat analisis yang berupa uji normalitas sebaran nilai

variabel menggunakan SPSS 16 for Windows menunjukkan harga koefisien

Kolmogorov-Smirnov sebesar Z= 0,724 dengan P= 0,671 untuk variabel konsep

diri. Sedangkan nilai Z=0,882 dengan P=0,419 untuk variabel pola asuh

demokratis. Maka dalam hal ini variabel konsep diri, pola asuh orang tua

demokratis, memiliki nilai p > 0,05 dan dapat dikatakan sebaran nilainya normal

(18)

9

Tabel 5

Uji Normalitas Variabel Konsep Diri

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

skor

N 50

Normal Parametersa Mean 68.80

Std. Deviation 7.637

Most Extreme Differences Absolute .102

Positive .054

Negative -.102

Kolmogorov-Smirnov Z .724

Asymp. Sig. (2-tailed)

.671

a. Test distribution is Normal

Tabel 6

Uji Normalitas Variabel Pola Asuh Authoritative

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

skor

N 50

Normal Parametersa Mean 60.36

Std. Deviation 7.545

Most Extreme Differences Absolute .125

Positive .089

Negative -.125

Kolmogorov-Smirnov Z .882

Asymp. Sig. (2-tailed) .419

(19)

10

Uji Linearitas

Uji linieritas hubungan antara variabel Konsep Diri dengan variabel Pola

Asuh Authoritative (Demokratis) menunjukkan Nilai signifikansi sebesar 0,352

< 0,05 sehingga sebaran nilai variabel konsep diri terhadap variabel pola asuh

authoritative (demokratis) dikatakan memiliki hubungan yang linier.

Tabel 7

Berdasarkan perhitungan terhadap penelitian yang sudah dilakukan,

didapatkan skor variabel konsep diri dengan nilai maksimum 83 dan nilai

minimum 49. Mean atau rata-rata yang diperoleh sebesar 68,80 dengan standar

deviasi 7,637. Analisis data menunjukkan bahwa secara keseluruhan skor

variable konsep diri dalam penelitian ini termasuk dalam kategori tinggi yaitu

(20)

11

Tabel 8

Kategori Skor Skala Konsep Diri

No. Interval Kategori Frekuensi % Mean SD

Sedangkan perhitungan terhadap skor variabel pola asuh authoritative

didapatkan nilai maksimum 72 dan nilai minimum 25. Mean atau rata-rata yang

diperoleh sebesar 60,36 dengan standar deviasi 7,545. Analisis data menunjukkan

bahwa secara keseluruhan skor variabel pola asuh authoritative dalam penelitian

ini termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 50%.

Tabel 8

Kategori Skor Skala Pola Asuh Authoritative

(21)

12

Uji Korelasi Product Moment

Dari hasil analisis diperoleh nilai r sebesar 0,483 dengan nilai p= 0,000

<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pola

asuh authoritative (demokratis) dengan konsep diri remaja akhir.

Tabel 10

Uji Korelasi Product Moment

Correlations

konsepdiri polasuh

konsepdiri Pearson Correlation 1 .483**

Sig. (2-tailed) .000

N 50 50

polasuh Pearson Correlation .483** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pola asuh authoritative

dengan konsep diri remaja akhir menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar

0,483 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan positif signifikan antara pola asuh authoritative (demokratis)

dengan konsep diri remaja akhir, dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini diterima. Semakin tinggi tingkat pola asuh orang tua yang

menerapkan pola asuh authoritative (demokratis), maka semakin tinggi konsep

(22)

13

dikemukakan Santrock (2013) bahwa pola asuh authoritative (demokratis) lebih

efisien bagi perkembangan remaja. Hasil penelitian ini juga didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Ulfa (2013) dan Nirwana (2013) yang

mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh authoritative

orang tua dengan konsep diri remaja.

Pola asuh orang tua dalam keluarga mempengaruhi pembentukan konsep

diri anak. Konsep diri terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

dari interaksi dengan lingkungan, khususnya dalam lingkungan keluarga (Yusuf,

2006). Sikap positif orang tua yang diterima oleh anak akan menumbuhkan

konsep diri dan pemikiran yang positif, serta sikap menghargai diri sendiri (Hardi

& Hayes, 1998). Dengan persepsi remaja terhadap pola asuh authoritative ini,

maka remaja akan merasa bahwa orang tua mempercayakan dirinya untuk

melakukan sesuatu dengan caranya sendiri. Meskipun remaja diberikan

kesempatan untuk melakukan sesuatu dengan caranya sendiri, namun orang tua

tetap memiliki aturan atau larangan yang tujuannya untuk mengarahkan remaja

agar memiliki kepribadian yang lebih matang.

Orang tua yang menerapkan pola asuh authoritative (demokratis) akan

menciptakan komunikasi dua arah dengan remaja, yaitu dengan cara berdiskusi

dan memberi penjelasan tentang aturan yang dibuat. Dengan demikian remaja

menjadi lebih mengerti akan aturan tersebut. Di samping itu komunikasi yang

terjadi antara orang tua dan remaja membuat remaja lebih terbuka tentang

masalah yang dihadapinya dan merasakan dukungan orang tua sehingga dapat

(23)

14

Konsep diri positif merupakan pandangan positif terhadap keadaan diri

dan merasa yakin dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga dapat

menimbulkan rasa percaya diri dan harga diri Nirwana (2013). Remaja dengan

konsep diri yang positif membuat mereka mampu mengatasi keadaan sulit yang

sedang dihadapi sehingga menghasilkan sesuatu yang positif dan dapat diterima

oleh lingkungan sekitar, dengan hal tersebut remaja dapat terhindar dari

kenakalan remaja. Jadi, apabila seseorang memiliki konsep diri positif, segala

perilakunya akan selalu tertuju pada keberhasilan.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan koefisien determinasi (r2) sebesar

0,233 yang menunjukkan bahwa sumbangan efektif pola asuh authoritative

(demokratis) terhadap konsep diiri remaja akhir adalah sebesar 23,3%, sedangkan

sisanya (76,7%) disumbang oleh faktor lain.

Secara keseluruhan remaja akhir memiliki konsep diri pada kategori

tinggi. Dari 50 remaja, sebanyak 34 remaja (68%) memiliki konsep diri pada

kategori tinggi. Sedangkan remaja yang memiliki orang tua yang menerapkan

pola asuh authoritative (demokratis) juga berada pada kategori tinggi, yaitu

sebesar 50%.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara pola asuh

authoritative (demokratis) dengan konsep diri pada remaja akhir, dapat ditarik

(24)

15

1. Terdapat hubungan positif signifikan antara pola asuh authoritative dengan

konsep diri remaja akhir. Semakin tinggi nilai pola asuh authoritative

(demokratis) orang tua, maka semakin tinggi konsep diri remaja.

2. Rerata konsep diri pada remaja akhir adalah 68,80, sedangkan rerata pola

asuh authoritative adalah 60,36.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka peneliti

menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi orang tua, hendaknya mempertahankan pola asuh demokratis dalam

mendidik anaknya;

2. Bagi remaja, dapat terus mempertahankan konsep diri yang positif sehingga

lebih dapat mengenal diri dan mengembangkan potensi-potensi yang dapat

dikembangkan;

3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengembangkan penelitian

tentang konsep diri disarankan untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain

yang berpengaruh pada konsep diri, maupun mempertimbangkan karakteristik

(25)

16

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2003). Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bacus, M.P. (2014). Parenting Styles, Self-Concept and Attitude of Student: A Causal Model on Academic Performance. International Conference on

Economics, Social Sciences and Languages (ICESL’14).

Baumrind, D. (1971). Current patterns of parental authority. Developmental Psychology Monographs, 4(1, Pt.2).

Bong, M.(2003). Academic Self-Concept and Self-Efficacy: How Different Are They Really? Educational Psychology Review, 15, 1-40.

Coopersmit, S. (1967). The Antecedent of Self Esteem. California University of

Hardy, M. & Hayes, S. (1998). Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E.B. (2005). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

___________. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayati & Soedjarwo. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Jahju, H. (2011). Hubungan Pola Asuh Otoriter Orang Tua dan Kecemasan Sosial Remaja dengan Konsep Diri Remaja Akhir di SMA Negeri 10 Surabaya.

Jurnal Bimbingan Konseling Volume 56 No. 1.

Malik, M. A. (2003). Pengaruh Kualitas Interaksi Orang tua-Anak dan Konsep Diri Terhadap Kecerdasan Emosional Pada Siswa SMU di Makasar. Jurnal Psikologi No.1, 51-63.

Megawati, C. T. (2004). ”Cara Mengembangkan Konsep Diri”. Journal Character

Building I, Universitas Bina Nusantara, Jakarta.

Montana. (2001). Positive & Negative Self Concept, http://www.montana.edu/www4h/self.html

(26)

17

Papalia, D.E.(2004). “Human Development”, (9th ed), Mc Graw Hill, New York

Respati, W.S. (2006). Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempresepsi Pola Asuh Orang Tua Authoritarian, Permissive dan Authoritative.Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2.

Robinson, C.C, Barbara, M, Olsen, S. F & Hart, C. (1995). Authoritative Authotitarian, and Permissive Parenting Practice : Development Of a New Measure. 77, 819-830.

Santrock, J.W. (2003). Perkembangan Remaja (edisi keenam), Terjemahan: Penerbit Erlangga.

Tauschek, K. L. (2001). A Comparison Between The Social and Total Self Concept

of Stident in A School’s Emotional Distrubance Program. Thesis : University

of Wisconsin-Stout.

Ulfa, M. (2013). Hubungan Pola Asuh Demokratis Orang Tua, Konsep Diri, dan Penyesuaian Sosial dengan Perilaku Asertif Siswi SMK Muhammadiyah 1 Seleman Yogyakarta. Jurnal Psikologi Terapan dan Pendidikan Vol. 1 No. 1.

Widiana, A. A. & Nugraheni, N. (2012). Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis dengan Kemandirian Pada remaja. Jurnal Psikologi.

Yan, K. & Haihui, Z. (2005).A decade comparison: Self-concept of gifted and non-gifted adolescents.International Education Journal6(2).

Gambar

Tabel 1 Blue print Skala Konsep Diri
Tabel 2
Tabel 3 Uji Reabilitas variabel Konsep Diri
Uji Normalitas Variabel Pola Asuh Tabel 6 Authoritative
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan, maka data yang diperlukan adalah data yang terkait dengan sumber data primer dan sumber data sekunder yang

Fungsi LP2M STKIP PGRI Bangkalan dalam eksistensi tridarma perguruan tinggi. Pada kegiatan LP2M STKIP PGRI Bangkalan belum sepenuhnya

1) Kelompok fauna daratan / terestrial yang umumnya menempati bagian atas pohon mangrove, terdiri atas: insekta, ular, primata, dan burung. Kelompok ini tidak memiliki sifat

Cara kerja dari produk ini adalah; 1) Pembiayaan salam adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu untuk transaksi jual beli barang

Berdasarkan 17 (tujuh belas) data kasus yang digunakan untuk pengujian, sistem menghasilkan 5 (lima) data kasus yang memiliki urutan nilai akhir terbesar

Adapunyang menyebabkan penerapan syariah menjadi sangat urgen dalam bisnis jasa konstruksi, antara lain dikarenakan maraknya budaya bisnis yang tidak sehat dalam dunia