• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCHING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VB SD NEGERI DEMAKIJO 1 SLEMAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCHING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VB SD NEGERI DEMAKIJO 1 SLEMAN."

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCHING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VB SD NEGERI DEMAKIJO 1 SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Made Wahyu Utami NIM 12108241038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever.”

(Mahatma Gandhi)

“Attānameva pațhamam patirūpe nivesaye attaňňamanusāseyya na kilisseyya paņdito”

Hendaknya orang terlebih dahulu mengembangkan dirinya sendiri dalam hal-hal yang patut, dan selanjutnya melatih orang lain. Orang bijaksana yang berbuat

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

1. Hyang Widhi Wasa, semoga skripsi ini menjadi salah satu bagian dari wujud ibadahku kepadaMu.

(7)

vii

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCHING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VB SD NEGERI DEMAKIJO 1 SLEMAN

Oleh:

Made Wahyu Utami NIM 12108241038

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Sleman dengan model active learning tipe index card match.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjeknya adalah siswa kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Sleman yang berjumlah 31 siswa. Desain PTK menggunakan model Kemmis dan Taggart yang meliputi perencanaan, tindakan dan observasi, serta refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan catatan lapangan. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu lembar observasi keaktifan siswa, lembar observasi kegiatan guru, dan catatan lapangan. Analisis data yang digunakan deskriptif kuantitatif untuk menganalisis keaktifan siswa serta kualitatif untuk menganalisis aktivitas guru dan keaktifan siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model active learning tipe index card match dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Sleman. Persentase setiap butir pengamatan keaktifan siswa meningkat dari pra tindakan pada kegiatan visual persentase sebesar 32,26%, pada siklus I sebesar 91,40%. Aktivitas lisan pada pra tindakan sebesar 11,61%, pada siklus I menjadi 58,71%. Aktivitas mendengarkan, pada pra tindakan sebesar 20,00%, pada siklus I sebesar 70,32%. Aktivitas menulis pada pra tindakan persentase sebesar 43,55%, pada siklus I sebesar 80,65%. Aktivitas mental pada pra tindakan 0,00%, pada siklus I sebesar 72,90%. Data tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I, keaktifan siswa sudah meningkat namun peningkatan persentase pada tiga butir indikator pengamatan keaktifan siswa belum mencapai ≥75% sehingga dibutuhkan pelaksanaan siklus II. Pada siklus II diperoleh hasil peningkatan yaitu 96,77% pada aktivitas visual, 89,03% pada aktivitas lisan, 93,55% pada aktivitas mendengarkan, 85,48% pada aktivitas menulis, dan 93,55% pada aktivitas mental. Persentase pada siklus II menunjukkan seluruh indikator pengamatan pengamatan keaktifan siswa telah mencapai ≥75%. Peningkatan keaktifan siswa sejalan dengan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa. Hal ini dapat diihat dari peningkatan ketuntasan KKM yang mengalami peningkatan dari pra siklus, siklus I sampai sikus II. Pada pra tindakan rata-rata nilai siswa 48,26, siklus I 81,77, dan siklus II berhasil mencapai 90,48.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi guna memenuhi tugas akhir. Adapun judul skripsi ini yaitu “PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCHING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VB SD NEGERI

DEMAKIJO 1 SLEMAN”.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan menuntut ilmu di UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan izin dalam penyusunan skripsi ini. 3. Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan izin dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ketua Jurusan PSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan izin dalam penyusunan skripsi ini.

(9)

6. Kepala

Sekolah Dasar Negeri Demakijo

1 Sleman

yang telah memberikan izin penelitian,

7.

Guru-guru SD Negeri Demakijo I Sleman yang telah membantu

dalam pelaksanaan penel itian.

8.

Kedua orang tuaku, Bapak Wayan Setiawan dan Ibu Made Sukerti

yang selalu memberi motivasi, doa serta dukukan baik secara moril

maupul materiil.

9.

Keluarga yang selalu memberi semangat dan doa.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi

ini

dapat bermanfaat bagi

pembacanya.

Yogyakarta, Maret 2016 Penulis

lx

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………..………...

HALAMAN PERSETUJUAN ………...

hal i ii

HALAMAN PERNYATAAN ………..………....

HALAMAN PENGESAHAN ………...

MOTTO ………...

PERSEMBAHAN ………...………...

ABSTRAK ………

KATA PENGANTAR ………..

iii iv v vi vii viii

DAFTAR ISI ………..………...

DAFTAR GAMBAR ……….………...

DAFTAR TABEL ………...

DAFTAR LAMPIRAN ………...

x xii xiv xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………..

B. Identifikasi Masalah ……….

C. Batasan Masalah ………...

D. Rumusan Masalah ……….

E. Tujuan Penelitian ………..

F. Manfaat Penelitian ………

BAB II KAJIAN TEORI

A. Ilmu Pengetahuan Alam ………

B. Keaktifan Siswa ………

C. Model Active Learning Tipe Index Card Match ……….. D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ………...

E. Penelitian Relevan ……….

F. Kerangka Berpikir ……….

(11)

xi

G. Hipotesis Tindakan ………...

H. Definisi Operasional ……….

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ………..

B. Model Penelitian ………...

C. Subjek dan Objek Penelitian ……….

D. Tempat dan Waktu Penelitian ………...

E. Teknik Pengumpulan Data ………

F. Instrumen Penelitian ……….

G. Validasi ………...

H. Teknik Anlisis Data ………..

I. Indikator Keberhasilan ………..

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ……….

B. Pembahasan ………..

C. Keterbatasan Penelitian ……….

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………...

B. Saran ………..

32 32 34 34 37 37 37 39 41 41 43 44 74 79 80 81

DAFTAR PUSTAKA………..…….. 82

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 01. Contoh Card Soal yang Dipakai dalam Penelitian ………... Gambar 02. Contoh Card Jawaban yang Dipakai dalam Penelitian …………

Gambar 03. Model PTK Kemmis dan Taggart ………. Gambar 04. Diagram Batang Keaktifan Siswa Pra Tindakan ………...

Gambar 05. Diagram Batang Peningkatan Persentase Keaktifan Siswa pada

Siklus I ………

Gambar 06. Diagram Batang Peningkatan Persentase Keaktifan Siswa pada Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ………..

Gambar 07. Siswa menyimak dan menanggapi apersepsi guru ………. Gambar 08. Guru Menyampaikan Tujuan Pembelajaran ………

Gambar 09. Siswa Membaca Materi Batuan yang Keluar saat Gunung Api

Meletus ………

Gambar 10. Siswa Melakukan Diskusi Materi dengan Kelompok ………….. Gambar 11. Guru Membimbing Diskusi Kelompok Kecil ……….. Gambar 12. Siswa Menulis Jawaban LKS ………..……….. Gambar 13. Guru Menjelaskan Materi Pelajaran ………..……… Gambar 14. Guru Menjelaskan Aturan Penggunaan Index Card ………. Gambar 15. Siswa Menerima Kartu Indeks secara Acak ……..……… Gambar 16. Siswa Mencari Pasangan Kartu Indeks …………..………... Gambar 17. Siswa Duduk Berdekatan dengan Siswa yang Membawa

Pasangan Kartu ………..………..……

Gambar 18. Siswa Memberi Nama Pada Kartu Indeks ………. Gambar 19. Guru Mengecek Siswa saat Membaca Materi ………... Gambar 20. Guru Membagikan dan Menjelaskan Aturan Penggunaan Kartu

Indeks ………...………...………

Gambar 21. Guru Memandu Presentasi ……...………...………….. Gambar 22. Siswa yang Duduk Tenang Bisa Memulai Presentasi …………... Gambar 23. Siswa Mengecek Kebenaran Hasil Presentasi ………...………… Gambar 24. Siswa Mengumpulkan Kartu Indeks ………...………….. Gambar 25. Guru Membacakan Aturan Pengisian Lembar Evaluasi ………... Gambar 26. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi ………...……….

(13)

xiii

Gambar 27. Siswa Menyimak apersepsi guru ………...……… Gambar 28. Siswa Menyimak Tujuan Pembelajaran …………...………. Gambar 29. Guru Membagikan Materi Pelapukan Batuan ……...……… Gambar 30. Siswa Membaca Materi Pelapukan Batuan ……...……… Gambar 31. Siswa Melakukan Diskusi ……...………...…………... Gambar 32. Siswa Mengisi LKS ……...………...…………... Gambar 33. Guru Membimbing Diskusi Kelompok Kecil ………...………… Gambar 34. Guru Menyimak pertanyaan Siswa ………...……….... Gambar 35. Guru Menjelaskan Materi Pelapukan Batuan ……….... Gambar 36. Guru Menulis Materi di Papan Tulis ……...………... Gambar 37. Siswa Menyimak Aturan Penggunaan Kartu Indeks …………... Gambar 38. Siswa Menerima Kartu Indeks ………. Gambar 39. Siswa Mencari Pasangan Kartu Indeks ………. Gambar 40. Siswa Duduk sesuai Pasangan Kartu Indeks ………. Gambar 41. Siswa Menunjukkan Kartu Masing-masing ……….. Gambar 42. Siswa Diberi Kesempatan untuk Mencari Pasangan Kartu jika

Dirasa Belum Sesuai ………..………..

Gambar 43. Siswa Mempresentasikan Hasil Mencari Pasangan Kartu Indeks Gambar 44. Guru Melempar Pertanyaan untuk Menguji Kebenaran Pasangan

Kartu Indeks ………..………..……….

Gambar 45. Guru Membimbing Siswa Menyimpulkan Materi Pelajaran …… Gambar 46. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi …………..……….

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 01. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator ………..

Tabel 02. Kisi-kisi Instrumen Observasi Keaktifan Siswa ………... Tabel 03. Kisi-kisi Instrumen Soal Evaluasi ………. Tabel 04. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa …….. Tabel 05. Refleksi Siklus 1 dan Rencana Perbaikan ……….

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01. Surat-surat Penelitian ………... Lampiran 02. Hasil Validasi Instrumen ………... Lampiran 03. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……….. Lampiran 04. Hasil Observasi Keaktifan Siswa ………... Lampiran 05. Hasil Observasi Kegiatan Guru ……….. Lampiran 06. Foto Dokumentasi Penelitian ………. Lampiran 07. Catatan Lapangan ………... Lampiran 08. Hasil Belajar Siswa ……….

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang menawarkan berbagai cara agar dapat mempelajari serta memahami gejala-gejala alam dan agar kita dapat hidup di alam ini. Sebagai sebuah produk, IPA tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya sebagai proses, sehingga IPA bukan hanya berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori tetapi IPA juga merupakan cara berpikir, cara bekerja, dan cara memecahkan masalah.

Muatan kurikulum sekolah dasar meliputi sejumlah mata pelajaran, salah satunya adalah IPA. Tujuan mata pelajaran IPA di sekolah dasar tertuang pada Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 yaitu untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif , dan mandiri.

Mata pelajaran IPA di sekolah dasar ditekankan pada pembelajaran sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat (Sri Sulistyorini, 2007:39). Oleh karena itu, IPA untuk anak SD harus dimodifikasi agar anak-anak dapat mempelajarinya. Ide-ide dan konsep-konsep harus disederhanakan agar sesuai dengan kemampuan anak untuk memahaminya (Srini M. Iskandar, 1997:1).

(17)

2

Darmodjo dan Jenny R.E Kaligi (1993:12) yang menyarankan digunakannya tujuh prinsip dalam proses belajar mengajar agar suatu kegiatan IPA dapat berhasil. Ketujuh prinsip itu adalah (1) prinsip keterlibatan siswa secara aktif, (2) prinsip belajar berkesinambungan, (3) prinsip motivasi, (4) prinsip multi saluran, (5) prinsip penemuan, (6) prinsip totalitas, (7) prinsip perbedaan individual. Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA saat ini menekankan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang didukung pengajaran oleh guru.

Salah satu ciri-ciri belajar adalah proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (William Burton dalam Oemar Hamalik, 2001:31). Dengan demikian sasaran utama kegiatan belajar adalah keaktifan siswa. Siswa dan kegiatannya merupakan subjek sekaligus objek, guru sebagai arsitek dan sutradara sekaligus pelaku dalam pengajaran (Nana Sudjana, 1990:59). Tanpa keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran maka kegiatan belajar mengajar tidak akan berlangsung baik. Guru berperan untuk menciptakan lingkungan belajar yang dapat menunjang keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar yang baik tentunya berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru.

(18)

3

fasilitator. Peran sebagai fasilitator tentu tidak mudah. Guru harus mampu memilih model dan metode yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar dan mendesain sebuah suasana belajar yang membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif yang nantinya dapat mengantarkan siswa pada tujuan belajar yang ditetapkan.

Pada pelaksanaan di lapangan seringkali metode ceramah menjadi pilihan dalam kegiatan belajar mengajar. Metode ini kurang menuntut adanya keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami (Oemar Hamalik, 2001:27). Rendahnya keaktifan siswa pada kegiatan belajar mengajar juga berpengaruh pada rendahnya pemahaman dan penguasaan materi yang disampaikan guru.

Masalah yang sering muncul dalam kegiatan belajar mengajar IPA adalah kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPA seingga berdampak pada rendahnya hasil belajar. Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan pada 10 Oktober 2015 dengan guru kelas VB SD Negeri Demakijo 1 yang menyatakan bahwa ketika guru menjelaskan siswa asyik dengan berbicara dengan teman dikelompoknya, ketika diberi pertanyaan tentang materi yang dijelaskan siswa tidak menjawab, dan ketika diberi kesempatan untuk bertanya siswa diam dan menunduk melihat kearah buku meskipun sudah ditunjuk oleh guru.

(19)

4

proses pembelajaran di kelas, penyebabnya diperkirakan seperti: (1) selama proses pembelajaran siswa terbagi menjadi enam kelompok namun tujuan duduk dengan kelompok belum tercapai, bahkan memberikan kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan yang tidak mendukung proses pembelajaran misalnya berbicara dengan teman dikelompoknya; berbuat usil dengan menyembunyikan alat tulis teman dikelompoknya; mengambil buku teman secara paksa sehingga menimbulkan keributan, (2) ketika guru menjelaskan materi pembelajaran, siswa yang duduk dikelompok bagian pojok belakang berbicara dengan teman sekelompok namun topik pembicaraan diluar materi pelajaran, (3) saat diberi tugas berupa soal, ada siswa yang sama sekali tidak mengerjakan, (4) ketika melakukan pembahasan soal, siswa menjawab cenderung siswa yang sama.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa kelas VB, didapatkan beberapa anggapan bahwa (1) IPA membosankan karena diberi banyak tugas di buku, (2) IPA sulit karena materi sangat banyak dan banyak menghafal. Hal ini berpengaruh pada hasil belajar IPA siswa kelas VB. Rata-rata nilai ulangan harian IPA yaitu 60,32 dan rata-rata nilai ulangan tengah semester adalah 48,26. Tentu saja angka tersebut menunjukan hasil yang kurang optimal karena syarat ketuntasan minimal adalah 65,00.

(20)

5

aktif melakukan aktivitas belajar sehingga siswa mampu mempelajari suatu pelajaran dan tercermin dari hasil belajarnya. Salah satu model yang dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa yaitu active learning. Pembelajaran aktif adalah istilah payung bagi berbagai model pembelajaran yang berfokus kepada siswa sebagai penanggung jawab belajar (Warsono dan Hariyanto, 2013:5). Active learning dipandang dapat menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran sehingga dapat mengubah cara belajar yang berpusat pada guru (teacher center) menjadi belajar yang berpusat pada siswa (student center). Ada dua macam active learning yaitu active learning individual mandiri dan active learning

kolaboratif (Warsono dan Hariyanto, 2013:5). Active learning individual mandiri memberikan kegiatan untuk siswa secara individu, sedangkan active learning kolaboratif membutuhkan partner untuk membentuk suatu

kegiatan.

(21)

6

sehingga dapat berpengaruh pada peningkatan hasil belajar IPA di kelas VB.

Berkaitan dengan masalah belajar IPA di kelas VB SD Negeri Demakijo 1 yang telah dikemukakan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Model Active Learning tipe Index Card Matching untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa pada Mata Pelajaran

IPA Kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Sleman”. B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Ketika guru menjelaskan siswa asyik berbicara dengan teman dikelompoknya.

2. Ketika diberi pertanyaan tentang materi yang dijelaskan siswa tidak menjawab, dan ketika diberi kesempatan untuk bertanya siswa diam dan menunduk melihat kearah buku meskipun sudah ditunjuk oleh guru.

(22)

7

4. Ketika guru menjelaskan materi pembelajaran, siswa yang duduk dikelompok bagian pojok belakang berbicara dengan teman sekelompok namun topik pembicaraan diluar materi pelajaran.

5. Saat diberi tugas berupa soal, ada siswa yang sama sekali tidak mengerjakan.

6. Ketika melakukan pembahasan soal, siswa menjawab cenderung siswa yang sama.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa kelas VB, didapatkan beberapa anggapan bahwa.

1. Siswa menganggap IPA membosankan karena diberi banyak tugas di buku.

2. Siswa mengatakan IPA sulit karena materi sangat banyak dan banyak menghafal.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, peneliti melakukan suatu batasan masalah pada meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Sleman dengan model active learning tipe index card matching. Materi yang diambil adalah perubahan

yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.

D. Rumusan Masalah

(23)

8

card matching dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Sleman?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini untuk meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA kelas VB SD Negeri Demakijo 1 dengan menggunakan model active learning tipe index card matching.

F. Manfaat Penelitian

a. Bagi siswa

Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPA yang nantinya diharapkan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa.

b. Bagi guru

Memberikan pengalaman menggunakan model active learning tipe index card matching yang nantinya diharapkan dapat menginspirasi

guru untuk selalu mengembangkan model pembelajaran lainnya untuk mengurangi intensitas penggunaan metode ceramah.

c. Bagi sekolah

(24)

9 d. Bagi peneliti

(25)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ilmu Pengetahuan Alam

1. Pengertian Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sebagai proses (Srini M. Iskandar, 1997:1). IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2006:484). Belajar IPA selain untuk memahami konsep konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, juga untuk mengembangkan berbagai nilai (Cross dalam Usman Samatowa, 2011:8).

IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen atau sistematis artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu system, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku oleh satu orang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang konsisten (Usman Samatowa, 2011:3).

(26)

11 2. Tujuan Pembelajaran IPA

Mata Pelajaran IPA di sekolah dasar bertujuan untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan besertan ciptaan-Nya (Usman Samatowa, 2006:102). Selanjutnya tujuan IPA menurut Hendro Darmojo dan Jenny R.E. Kaligis (1993:6) yaitu untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat.

Mata Pelajaran IPA di SD/MI dalam standar isi KTSP bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. (BSNP, 2006:484)

(27)

12

dalam memecahkan masalah serta meningkatkan kesadaran untuk menghargai dan memelihara alam ciptaan Tuhan.

3. Ruang Lingkup IPA

Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang diberikan dari SD sampai SMP yang merupakan integrasi dari ilmu-ilmu alam. Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat

dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.(BSNP, 2006: 485)

Terdapat tujuh standar kompetensi yang dipelajari di kelas V SD terbagi atas beberapa kompetensi dasar. Dalam penelitian ini standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang digunakan yaitu:

Tabel 01. Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator 7.Memahami

perubahan yang

terjadi di alam dan

hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. 7.1 mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan.

7.1.1 menyebutkan macam-macam proses pelapukan batuan.

7.1.2 menyebutkan bahan batuan yang keluar pada saat gunung api meletus.

(28)

13 B. Keaktifan Siswa

1. Pengertian Keaktifan Siswa

Keaktifan dalam kamus besar bahasa Indonesia berasal dari kata aktif mendapat awalan ke- dan akhiran –an yang berarti kesibukan; melakukan aktivitas. Belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri (John Dewey melalui Yatim Riyanto, 2012: 73). Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri (Dimyati dan Mudjiono, 2002:44).

Dari pendapat ahli tersebut dapat dikatakan keaktifan adalah suatu keadaan dimana siswa melakukan kegiatan atau aktivitas, dalam hal ini siswa melakukan aktivitas untuk membangun pengalamannya dalam pembelajaran. Hal ini didukung pula oleh pendapat Mulyasa (2010: 187) proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.

2. Jenis Aktivitas Belajar

(29)

14 a. Aktivitas visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b. Aktivitas lisan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertayaan, member saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

c. AKtivitas mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d. Aktivitas menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket. e. Aktivitas menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. f. Aktivitas metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

(30)

15

Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

h. Aktivitas emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegitan dan overlap satu sama lain.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar sangat bervariasi dan kompleks. Aktivitas-aktivitas tersebut nantinya akan mendukung keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini difokuskan kepada lima jenis aktivitas belajar siswa yaitu:

a. Aktivitas visual meliputi, mengamati ciri-ciri batuan, mengamati media.

b. Aktivitas lisan meliputi, mempresentasikan hasil mencari pasangan kartu, mengemukakan pendapat saat diskusi, menanggapi pertanyaan atau pernyataan, dan mengajukan pertanyaan.

c. Aktivitas mendengarkan meliputi, menyimak presentasi dan menyimak informasi atau arahan.

(31)

16

e. Aktivitas mental meliputi, memecahkan masalah yang disajikan pada LKS, mencocokan media kartu indeks, dan menjawab pertanyaan pada evaluasi.

3. Mengaktifkan Siswa

Keaktifan siswa dalam menjalani kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Agar dapat mengembangkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Mengembangkan keberanian dan rasa percaya diri peserta didik serta mengurangi perasaan-perasaan yang kurang menyenangkan.

b. Memberi kesempatan pada seluruh peserta didik untuk berkomunikasi secara aktif dan terarah.

c. Melibatkan peserta didik dalam menentukan tujuan belajar dan penilaian hasilnya.

d. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter.

e. Melibatkan mereka secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. (Mulyasa, 2010: 188)

Selain adanya aktivitas belajar yang melibatkan siswa, motivasi juga yang mempengaruhi keaktifan siswa dalam belajar. Beberapa hal yang dapat menimbulkan motivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran menurut Masnur Muslich (2010: 68) yaitu:

a. Siswa megetahui maksud dan tujuan pembelajaran

(32)

17

b. Tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung

Keaktifan siswa akan timbul apabila terdapat fasilitas, sumber belajar yang menarik dan cukup untuk mendukung kegiatan belajar. Begitu juga dengan kondisi lingkungan yang kondusif akan membiat siswa bersemangat untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.

c. Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap siswa

Guru wajib membangun dan menjaga interaksi dengan siswa. Selain itu, pemberian apresiasi terhadap pendapat atau gagasan dari masing-masing siswa juga penting untuk menghargai potensi masing-masing siswa dan menjaga siswa untuk selalu percaya diri.

d. Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam KBM

Penerapan pemberian reward atau punishment dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung secara konsisten dan adil. Hal ini akan berdampak negatif bagi siswa jika dalam penerapannya terjadi kesalahan.

e. Adanya pemberian penguatan dalam KBM

(33)

18

penguatan penting untuk menumbuhkan motivasi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

f. Jenis kegiatan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan menantang

Pemilihan kegiatan yang bersifat menarik, menyenangkan, dan menantang dapat menjaga keaktifan peserta didk dalam proses belajar mengajar.

g. Penilaian hasil belajar dilakukan secara serius, objektif, teliti, dan terbuka

Penilaian dilaksanakan sesuai dengan ketentuannya dan hasil penilaian harus diumumkan secara terbuka. Hasil penilaian sangat berpengaruh pada semangat siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran di kelas dilakukan dengan memberikan sejumlah aktivitas yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan serta memunculkan hal-hal yang dapat menumbukan motivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran.

C. Model Active Learning tipe Index Card Matching 1. Pengertian model active learning

Active learning atau pembelajaran aktif adalah istilah payung bagi

(34)

19

learning mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar

yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang apat dilakukannya selama pembelajaran (Warsono dan Hariyanto, 2013:12). Centre for Research on learning and Teaching University of Michigan

mengemukakan pembelajaran aktif adalah suatu proses yang memberikan kesempatan kepada para siswa terlibat dalam tugas-tugas pemikiran tingkat tinggi seperti menganalisis, melakukan sintesis, dan evaluasi.

Pembelajaran siswa aktif diperkenalkan di Indonesia pada satuan pendidikan dasar dan menengah pada tahun 1980-an sebagai pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) (Warsono, 2013:7). Esensi CBSA yang diterapkan saat itu adalah pertama, belajar hakikatnya merupakan hasil proses interaksi antara individu dan lingkungan sekitarnya yang dapat dicapai melalui proses yang bersifat aktif. Ada dua dimensi agar pembelajaran dapat berlangsung aktif, yaitu (a) kebermaknaan bahan serta proses belajar mengajar, dan (b) modus kegiatan belajar-mengajar (David Ausumbel dalam Warsono, 2013:7). Kedua, hal yang harus ditekankan pada pendekatan ini adalah usaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa setinggi mungkin.

Terkait hal-hal diatas, ada tujuh dimensi implementasi pembelajaran siswa aktif yang dikemukakan oleh Mc Keachie melalui Warsono (2013:8) yang meliputi:

a. Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan pembelajaran;

(35)

20

c. Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, terutama yang berbentuk interaksi antar murid; d. Penerimaan guru terhadap perbuatan atau sumbangan siswa

yang kurang relevan atau karena siswa berbuat kesalahan; e. Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok;

f. Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan yang penting dalam kegiatan sekolah;

g. Jumlah waktu yang digunakan menangani masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan ataupun yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa active learning atau pembelajaran aktif adalah model pembelajaran yang

berpusat pada aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar yang optimal. Hal ini dipertegas oleh John Dewey sebagai tokoh pragmatism dengan slogannya yaitu learning by doing. Sedangkan, Confucius melalui Mel Silberman (2001:1) menyatakan: Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya paham. Pernyataan-pernyataan ini membicarakan bobot penting pembelajaran aktif, yang bermakna bahwa siswa harus melakukan aktivitas dalam belajar untuk mencapai pengalaman belajar yang baik. 2. Peran guru dan siswa dalam model active learning

a. Peran guru

(36)

21

berbagai fasilitas untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Tugas pokok fasilitator atau peran guru saat tatap muka di kelas menurut Tylee dalam Warsono (2013:21) adalah:

1) menilai para siswa

2) merencanakan pembelajaran,

3) mengimplementasi rancangan pembelajaran, dan 4) melaksanakan evaluasi proses pembelajaran. b. Peran siswa

Pelaksanaan model active learning berfokus pada peran siswa dalam pembelajaran. Adapun peran siswa menurut Warsono dan Hariyanto (2013:9)

1) belajar secara individual maupun kelompok untuk mempelajari dan menerapkan konsep, prinsip, dan hukum keilmuan,

2) membentuk kelompok untuk memecahkan masalah, 3) berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas

yang diberikan oleh guru,

4) berani bertanya, mengajukan pendapat, serta mengungkapkan kritik yang relevan,

(37)

22

6) menjalin hubungan sosial sebagai bentuk interaksi pembelajaran,

7) berkesempatan menggunakan berbagai sumber belajar dan media belajar yang tersedia atau dibawanya sendiri dari rumah sebagai hasil improvisasinya, karena telah diberitahu oleh guru tentang jenis pembelajaran yang akan dilaksanakan hari itu, dan

8) berupaya menilai proses dan hasil belajarnya sendiri, walau tidak secara formal.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran siswa dalam active learning adalah siswa sebagai pelaksana pembelajaran dengan difasilitasi oleh guru. Siswa aktif melaksanakan berbagai aktivitas yang telah direncanakan oleh guru sesuai dengan tujun pembelajaran.

3. Active learning tipe index card matching

Active Learning menawarkan berbagai tipe pembelajaran yang melibatkan dan mendukung keaktifan siswa dalam pembelajaran. Tipe-tipe active learning menurut Hisyam Zaini, Bermawy, dan Sekar Ayu (2008:24) yaitu true or false, bernar salah berantai, debat pendapat, reading aloud, kekuatan dua kepala, semua bisa jadi guru, member

(38)

23

learning tipe index card matching. Index card matching merupakan

salah satu tipe dari pembelajaran aktif yang memungkinkan peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis kepada kawan sekelas (Mel SIlberman, 2001:232). Dalam Bahasa Indonesia, Index card matching berarti mencocokan kartu indeks. Index dalam bahasa Indonesia indeks menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan daftar kata atau istilah penting yang terdapat pada buku cetakan (biasanya pada akhir buku) tersusun menurut abjad yang memberikan informasi mengenai halaman tempat kata atau istilah itu ditemukan. Card dalam bahasa Indonesia yaitu kartu. Kartu menurut kamus besar

Bahasa Indonesia adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang untuk berbagai keperluan. Matching dalam bahasa Indonesia artinya cocok atau sebanding. Dalam kegiatan ini mencocokkan dua hal atau lebih yang dapat dipasangkan.

Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa index card matching merupakan urutan kegiatan yang memungkinkan siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan kartu yang telah didesain dalam kartu soal dan kartu jawaban yang nantinya meminta siswa untuk mecocokan kartu sesuai dengan pasangannya.

Index card yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa kertas

(39)

24

berisi soal atau jawaban. Soal atau jawaban di tuliskan pada card yang berbeda, dimana satu card berisikan satu buah soal atau jawaban.

[image:39.595.172.484.139.349.2]

Apa ciri-ciri batu apung?

Gambar.01 contoh card persoalan yang dipakai dalam penelitian

Berwarna keabu-abuan, berpori-pori, ringan, dan

dapat terapung dalam air

Gambar. 02 contoh card jawaban yang dipakai dalam penelitian 4. Langkah-langkah active learning tipe index cardmatching

Langkah-langkah penerapan model active learning tipe index card matching menurut Mel Silberman (2001: 232) yaitu:

a. Pada kartu indeks yang terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang diajarkan di kelas. Buatlah kartu pertanyaan dengan jumlah yang sama dengan stengah jumlah siswa.

b. Pada kartu yang terpisah, tulislah jawaban atas masing-masing pertanyaan itu.

c. Campurkan dua kumpulan kartu itu dan kocoklah beberapa kali agar benar-benar tercampuraduk.

(40)

25

e. Perintahkan siswa untuk mencari kartu pasangan mereka. Yaitu kartu yang berupa soal dengan kartu yang cocok atau yang merupakan jawaban dari kartu soal tersebut.

f. Bila semua pasangan yang cocok telah duduk bersama, perintahkan tiap pasangan untuk memberikan kuis kepada siswa lain dengan membacakan keras-keras pertanyaan mereka dan menantang siswa lain untuk memberikan jawabannya.

Pada penelitian ini langkah-langkah model active learning tipe index card matching dikembangkan menjadi langkah persiapan dan pelaksanaan .

Langkah-langkah persiapan model active learning tipe index card matching yaitu:

a. Pada kartu indeks terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang diajarkan dalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang cukup untuk menyemai satu setengah jumlah siswa.

b. Pada kartu terpisah tulislah jawaban bagi setiap pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Adapun langkah-langkah model active learning tipe index card matching yaitu:

a. Menjelaskan aturan pelaksanaan index card matching.

(41)

26

d. Siswa yang telah menemukan pasangan kartu, diarahkan untuk duduk bersama.

e. Ketika semua pasangan permainan telah menempati tempatnya, arahkan peserta didik untuk mempresentasikan hasil pasangan kartu indeks.

5. Keunggunlan dan kelemahan

Setiap model belajar memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri dalam penerapannya. Berikut ini keunggunalan dan kelemahan model active learning tipe index card match

a. Keunggulan

Keunggulan dari model active learning tipe index card matching antara lain:

1) menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar,

2) materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa,

3) mampu menciptakan suasana belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar,

4) mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar, dan

(42)

27 b. Kelemahan

Kelemahan model active learning tipe index card matching yaitu:

1) Guru harus meluangkan waktu lebih

2) Membutuhkan waktu yang lama untuk persiapan.

3) Suasana kelas menjadi gaduh saat siswa mencari pasangan kartu.

4) Guru harus mampu mengelola kelas. (SekolahDasar.Net, 2013).

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa penerapan index card match ini dapat membantu dalam meningkatkan keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran. Kelemahan model ini cenderung pada persiapan yang dilakukan oleh guru. Guru harus meluangkan waktu untuk mendesain kartu indeks yang sesuai dengan materi.

D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

(43)

28

Siswa sekolah dasar berusia antara 6-12 tahun (Suharjo, 2006:37). Otak anak pada usia ini memiliki kemampuan besar untuk menyusun ribuan sambungan antar neuron. Oleh sebab itu, untuk terus meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif anak, proses pematangan otak harus diiringi dengan peluang untuk mengalami suatu dunia yang lebih luas. Dalam hal ini pendidikan harus memberikan lebih banyak kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang memungkinkan otaknya berkembang (Desmita, 2011:94).

Minat anak pada usia sekolah dasar tertuju pada macam-macam aktivitas, semakin banyak ia berbuat maka makin bergunalah aktivitas tersebut bagi usaha pengembangan kepribadiannya (Abu Ahmadi dan Munawar Soleh, 2005: 117). Sedangkan menurut Desmita (2011:35) anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik senang bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.

Pada usia ini perkembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna dan terkoordinasi dengan baik (Desmita, 2011:79). Siswa kelas V SD berada pada usia antara 10-12 tahun. Untuk memperhalus keterampilan motorik pada usia ini dibutuhkan berbagai aktivitas fisik, seperti permainan informal (Desmita, 2011:80).

Kegiatan belajar mengajar dikelas perlu didesain dengan model pembelajaran yang memperhatikan karakteristik siswa sekolah dasar khususnya siswa kelas V untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan model active learning tipe index card matching. Dengan model ini, siswa melakukan

(44)

29

terlibat aktif, serta mengalami langsung pembelajaran. Diharapkan berdampak pada pengembangan sikap dan peningkatan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA.

E. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan ini dimaksudkan untuk mengkaji hasil penelitian yang relevan dengan penelitian penulis dan menunjukkan pentingnya untuk melakukan penelitian ini. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sebagai berikut:

1. Penelitian tentang penerapan model active learning tipe index card matching terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa (penelitian tindakan kelas)

(45)

30

2. Penelitian tentang peningkatan aktivitas dan hasil belajar

matematika melalui strategi pembelajaran aktif index card matching

E-Jurnal Universitas Surakarta oleh Edi Eryanto (2013) dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika melalui Strategi Pembelajaran Aktif Index Card Matching pada Siswa Kelas

VIIB SMP Negeri 3 Gondangrejo Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika yang dapat dilihat dari meningkatnya indikator-indikatornya meliputi: 1) siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru sebelum tindakan 20,58%, siklus I 47,06% dan siklus II 64,70%, 2) siswa mampu mengajukan pertanyaan sebelum tindakan 14,71%, siklus I 41,18% dan siklus II 67,65%, 3) siswa mampu mengemukakan pendapat sebelum tindakan 11.76%, siklus I 35,29% dan siklus II 61,76%, 4) siswa mampu mempresentasikan hasil pekerjaan sebelum tindakan 29,41%, siklus I 58,82% dan siklus II 82,35%. Siswa yang nilainya tuntas KKM sebelum tindakan 17,65%, siklus I 48,48% dan siklus II 75,76%. Hasil uraian di atas disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran aktif Index Card Matching dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. 3. Penelitian tentang penggunaan model kooperatif tipe index card

(46)

31

E-Jurnal Universitas Sebelas Maret oleh Novita Muktiani (2013) dengan judul “Penggunaan Model Kooperatif Tipe Index Card Matching dalam Peningkatan Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas IV

SD Negeri Karangrena 01 Maos Tahun 2013”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe Index Card Matching dalam pembelajaran IPA secara tepat, dapat meningkatkan

proses dan hasil belajar IPA. F. Kerangka berpikir

Kegiatan belajar mengajar yang baik adalah yang memungkinkan siswa untuk aktif melakukan aktivitas yang nantinya berpengaruh pada pencapaian kualitas belajar yang baik. Pada pelaksanaannya, kegiatan belajar mengajar cenderung berpusat pada guru sehingga kurang memberi peluang pada siswa untuk aktif melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran. Hal ini tentunya berpengaruh pada penurunan kualitas belajar siswa. Keadaan yang demikian, menuntut adanya sebuah pemecahan masalah dengan memilih pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sebagai alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan adalah active learning tipe index card matching.

(47)

32

dalam IPA bertujuan untuk membantu masalah-masalah siswa yang kurang aktif sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa yang nantinya berpengaruh pada hasil belajar siswa.

G. Hipotesis tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir dan kajian teori yang, maka dari itu hipotesis yang dapat diajukan adalah penggunaan model active learning tipe index card matching dengan melibatkan seluruh siswa untuk mencari pasangan kartu kemudian mempresentasikan hasil pasangan kartu dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. H. Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel dalam penelitian ini:

a. Model active learning tipe index card matching yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah berikut:

Langkah-langkah dalam persiapan model active learning tipe index card matching yaitu:

1) Pada kartu indeks terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang diajarkan dalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang cukup untuk menyemai satu setengah jumlah siswa.

2) Pada kartu terpisah tulislah jawaban bagi setiap pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Adapun langkah-langkah model active learning tipe index card matching yaitu:

(48)

33

2) Berikan satu kartu pada setiap siswa. Sebagian memegang pertanyaan dan sebagian lain memegang jawaban.

3) Perintahkan siswa menemukan pasangan kartu yang sesuai.

4) Siswa yang telah menemukan pasangan kartu, diarahkan duduk bersama.

5) Ketika semua pasangan permainan telah menempati tempatnya, arahkan peserta didik untuk mempresentasikan hasil pasangan kartu indeks.

(49)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ni menggunakan model penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan (2) melaksanakan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2011:9).

Salah satu pola PTK adalah pola kolaboratif yaitu PTK dirancang dan dilaksanakan oleh suatu tim yang biasanya terdiri atas guru, kepala sekolah, dosen LPTK, dan orang lain yang terlibat dalam tim peneliti (Wina Sanjaya, 2009:9). Kolaboratif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru kelas yang bersangkutan dan bekerja sama dengan peneliti yang bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran di kelas yaitu keaktifan siswa.

Peneliti bertindak sebagai observer dan guru kelas VB sebagai pelaku tindakan. Hal ini dimaksudkan agar setiap tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran di kelas mendapat hasil yang objektif.

B. Model Penelitian

(50)
[image:50.595.190.374.81.277.2]

35

Gambar 3. Model PTK Kemmis dan Taggart (Stephen Kemmis dan Robin McTaggart, 1990:11)

Adapun langkah-langkah penelitian secara rinci pada setiap siklus sebagai berikut:

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Peneliti berkonsultasi dengan guru kelas tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi permasalahan pada pembelajaran IPA di kelas VB.

b. Peneliti bersama guru kelas menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada model active learning tipe index card matching dengan materi pokok Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. c. Menyiapkan media pembelajaran berupa lembar kerja siswa

(51)

36

d. Peneliti menyusun lembar observasi siswa dan guru pada pembelajaran IPA dengan menerapkan model active learning tipe index card matching.

2. Tindakan dan observasi

Pada tahap tindakan guru melaksanakan pembelajaran dengan model active learning tipe index card matching yang telah direncanakan. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas pola kolaboratif, peneliti melakukan kerja sama dengan guru kelas melaksanakan pembelajaran. Guru berperan untuk melaksanakan proses pembelajaran dan peneliti berperan sebagai observer dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun sebelumnya serta mendokumentasikan kegiatan yang dilaksanakan.

3. Refleksi

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh melalui observasi. Refleksi dilakukan untuk upaya evaluasi bagi peneliti dan guru. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan model active learning tipe index card matching pada pembelajaran IPA.

(52)

37 C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Negeri Demakijo 1, Guyangan, Nogotirto, Gamping, Sleman, dengan jumlah seluruh siswa sebanyak 31 yang terdiri dari 21 laki-laki dan 10 perempuan. Adapun objek dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam mata pelajaran IPA.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Demakijo 1 Kecamatan Nogotirto, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pada bulan Januari sampai Februari di kelas VB semester genap tahun ajaran 2015/2016 dengan mengambil standar kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. Kompetensi dasar 7.1 mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. Indikator 7.1.1 menyebutkan macam-macam proses pelapukan batuan; 7.1.2 menyebutkan bahan batuan yang keluar pada saat gunung api meletus; 7.1.3 menyebutkan faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini, teknik yang digunakan adalah 1. Observasi

(53)

38

Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang diamati atau diteliti (Wina Sanjaya, 2009:86).

Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran melalui model active learning tipe index card matching. Aspek aktivitas siswa yang diamati

meliputi: (1) visual, (2) lisan, (3) mendengarkan, (4) menulis, (5) mental. Aspek aktivitas guru yang diamati meliputi kesesuaian rencana dan implementasi pembelajaran serta keterampilan guru dalam menggunakan model active learning tipe index card matching.

2. Tes

Tes merupakan pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran (Wina Sanjaya, 2009:99). Pada penelitian ini tes yang digunakan sebagai alat pengukur kemampuan kognitif siswa sebagai data pendukung keaktifan siswa dalam tindakan.

3. Catatan lapangan

(54)

39 F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran (Eko Putro Widoyoko, 2012:51). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik sehingga lebih mudah untuk diolah. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa.

1. Lembar observasi

[image:54.595.181.518.479.712.2]

Lembar observasi digunakan untuk mengamati dan mengumpulkan informasi aktivitas yang dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran. Lembar observasi kegiatan guru dan lembar obserbasi kegiatan siswa berupa cek point (√) dengan pilihan ya dan tidak.

Tabel 02. Kisi-kisi Instrumen Observasi Keaktifan Siswa

Indikator Sub Indikator Nomor

Visual Membaca 1 poin a,

b, c. Mengamati

Lisan Bertanya 2 poin a,

b, c, d, e. Berpendapat

Diskusi Presentasi

Mendengarkan Mendengarkan presentasi 3 poin a, b, c, d, e. Mendengarkan penjelasan atau informasi

Menulis Menulis jawaban LKS 4 poin a,

b Mencatat materi

Mental Menjawab LKS dan evaluasi 5 poin a, b, c, d, e. Mencocokan kartu

(55)

40 2. Tes Hasil Belajar

[image:55.595.178.518.251.694.2]

Tes dalam penelitian ini dilakukan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan model active learning tipe index card matching. Dalam hal ini tes berupa soal objektif berjumlah sepuluh soal yang disusun oleh peneliti bersama dengan guru kelas sesuai dengan materi yang dipilih dalam penelitian. Tabel 03. Kisi-kisi Instrumen Soal Evaluasi

Indikator Sub Indikator Nomor

Soal

Jumlah Soal menyebutkan

bahan batuan yang keluar pada saat gunung api meletus.

Menyebutkan jenis batuan 2,4 2 Menyebutkan jenis batuan

beku

9 1

Membedakan ciri-ciri batu pada batuan beku, endapan, dan metamorf

1,6, 7,8

4

Menyebutkan manfaat batuan 3,5 2

Menyebutkan asal batuan 10 1

menyebutkan macam-macam proses

pelapukan batuan.

Menyebutkan jenis pelapukan 2,3, 4,5

4 Menjelaskan pelapukan 1 1 Membedakan jenis pelapukan

menurut gambar

7,8,9 3 menyebutkan

faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan.

Membedakan faktor penyebab pelapukan

6,10 2

(56)

41 3. Catatan lapangan

Catatan lapangan dibuat oleh peneliti berdasarkan hasil pengamatan tindakan di dalam pembelajaran di kelas. Catatan lapangan berisikan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan model active learning tipe index card matching, sehingga dapat diketahui hambatan dan kendala yang ditemui dalam pembelajaran. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kamera digital. Alat tersebut digunakan untuk membantu melakukan pengamatan.

G. Validasi Instrumen

Validasi instrumen dalam penelitian ini menggunakan uji validitas konstruk yang dapat dilakukan dengan expert judgement dari dosen ahli. Instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli, para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun tersebut (Sugiyono, 2010:352). Instrumen yang divalidasi adalah lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi kegiatan guru. Expert judgement dilakukan dengan dosen expert Ibu Unik Ambar Wati, M.Pd pada tanggal 15 Januari 2016 dengan hasil terlampir pada lampiran 02 halaman 93. H. Teknik Analisis Data

(57)

42

informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian (Wina Sanjaya, 2011:106).

Pada penelitian ini digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan deskriptif kuantitatif sesuai dengan hasil yang diperoleh.

1. Analisis lembar observasi

a. Analisis lembar observasi guru digunakan untuk mengamati keterlaksanaan RPP yang telah disusun. Dalam penelitian ini lembar observasi guru dianalisis dengan menggunakan kata-kata yang diolah menjadi kalimat yang bermakna. b. Analisis lembar observasi siswa digunakan sebagai

pedoman untuk mengamati keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model active learning tipe index card matching. Data dalam lembar

observasi keaktifan siswa berupa pemberian check point (√)

pada pernyataan “ya” dan “tidak” dengan skor 1 pada

pilihan “ya” dan skor 0 pada pilihan “tidak”. Data dari lembar observasi keaktifan siswa dianalisis dengan deskriptif kuantitatif yaitu mendeskripsikan data berupa angka kemudian dicari persentasenya.

Perhitungan untuk persentase keaktifan siswa menggunakan rumus berikut.

(58)

43 Keterangan:

NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa

SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = bilangan tetap

Menentukan kriteria penilaian tentang hasil observasi aktivitas siswa, maka dilakukan pengelompokkan atas 5 kriteria penilaian yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Adapun kriteria persentase tersebut menurut Ngalim Purwanto (2010: 103 ) adalah sebagai berikut.

Tabel 04. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Prenstase (%) Keterangan

86-100 Sangat Baik

76-85 Baik

60-75 Cukup

55-59 Kurang

≤54 Sangat Kurang

I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang ingin dicapai penelitian ini adalah:

Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila presentase

keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA ≥ 75% dari jumlah siswa

(59)

44 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang diuraikan adalah data mengenai keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sebelum menggunakan model active learning tipe index card matching dan pelaksanaan tiap-tiap siklus untuk

meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model active learning tipe index card matching.

1. Deskripsi Kondisi Awal

(60)

45

Hal ini berpengaruh pada hasil belajar IPA siswa kelas VB. Rata-rata nilai ulangan harian IPA yaitu 60,32 dan rata-rata nilai ulangan tengah semester adalah 48,26. Tentu saja angka tersebut menunjukan hasil yang kurang optimal karena syarat ketuntasan minimal adalah 60,5.

2. Pra Tindakan

[image:60.595.177.507.384.581.2]

Pra tindakan dilakukan sebelum pelaksanaan siklus I yaitu pada Sabtu 16 Januari 2016 pukul 08.10-09.35 dengan melakukan observasi aktivitas untuk mengukur keaktifan siswa pada pelajaran IPA, lembar penyajian data yang digunakan terdapat pada lampiran 2, halaman 106. Data keaktifan siswa sebagai berikut:

Gambar 04. Diagram Batang Keaktifan Siswa Pra Tindakan

Berdasarkan diagram batang di atas prersentase rata-rata yang diperoleh siswa pada aktivitas visual yaitu 32,26%, aktivitas lisan persentase rata-rata yang diperoleh yaitu 11,61%, pada aktivitas mendengarkan diperoleh persentase rata-rata 20%, pada aktivitas

32,26

11,61 20,00

43,55 0,00 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00

% Pra Tindakan

(61)

46

menulis persentase rata-rata yang diperoleh yaitu 43,55% dimana persentase menulis ini merupakan perolehan tertinggi dari aktivitas yang diukur, sedangkan aktivitas mental persentase rata-rata yang diperoleh yaitu 0%. Data tersebut menunjukkan bahwa keaktifan siswa pada mata pelajara IPA masih sangat rendah karena kurang dari 75%. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru harus mampu memilih model pelajaran yang dapat meningkatkan kekatifan siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan data hasil observasi yang diperoleh, peneliti merencanakan sebuah penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kekatifan siswa kelas VB pada pelajaran IPA dengan model active learning tipe index card matching.

3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas di kelas VB SD Negeri Demakijo 1 mata pelajaran IPA dilakukan dalam dua siklus, dengan dua pertemuan pada masing-masing siklus. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2015-2016. Siklus pertama dilakukan pada Rabu dan Sabtu, 20 dan 23 Januari 2016 dengan materi batuan yang keluar saat gunung api meletus. Siklus kedua dilakukan pada Rabu dan Kamis, 27 dan 28 Januari 2016 dengan materi pelapukan batuan.

(62)

47

tindakan dan observasi, (3) refleksi. Ketiga tahapan tersebut dilaksanakan pada setiap siklus.

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Siklus I dimulai dengan membuat desain pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk materi batuan yang keluar saat gunung api meletus.

1) Pada tahap perencanaan tindakan peneliti dan guru berkolaborasi menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada siswa.

2) Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa RPP, LKS, dan lembar evaluasi. Soal evaluasi disusun oleh peneliti dengan pertimbangan dari guru kelas.

3) Meyiapkan kartu pertanyaan dan jawaban sebagai media pembelajaran dalam active learning tipe index card matching. 4) Menyusun lembar observasi dan catatan lapangan. Lembar

observasi digunakan untuk mengukur keaktifan siswa dan mengamati aktivitas guru selama pembelajaran IPA berlangsung. Catatan lapangan digunakan untuk hal-hal yang terjadi selama proses tindakan yang tidak terekam oleh lembar observasi.

(63)

48

6) Peneliti dan guru melakukan simulasi langkah model active learning tipe index card matching sebelum memberikan tindakan kepada siswa.

b. Tindakan Siklus I

1) Pertemuan Pertama pada Siklus I

Pertemuan pertama pada siklus I dilakukan pada Rabu, 20 Januari 2016 dengan materi batuan yang keluar pada saat gunung api meletus. Pembelajaran dilaksanakan pada jam pelajaran pertama dan kedua dengan alokasi waktu 2 x 35 menit pukul 07.00-08.10. guru bertindak sebagai pengajar, peneliti sebagai observer, dan dua orang observer pendamping.

(1) Kegiatan awal

(64)

49

“ketika gunung meletus, apa saja yang dikeluarkan?”,

wedus gembel bu, asap bu, api, debu, kerikil” siswa

menjawab saling bersahutan. “ya betul sekali, nah api yang

keluar itu disebut lava yang nantinya akan menjadi batuan. Nah sekarang kita akan belajar tentang batuan yang keluar saat gunung api meletus” (Lampiran 6, Gambar 07). Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran (Lampiran 6, Gambar 08).

(2) Kegiatan inti

Pada kegiatan inti, siswa ditugaskan untuk membaca materi batuan yang keluar pada saat gunung api meletus (Lampiran 6, Gambar 09), kemudian mendiskusikan materi tersebut dengan kelompok (Lampiran 6, Gambar 10). Guru membimbing siswa berdiskusi dalam kelompok (Lampiran 6, Gambar 11). Hasil diskusi dituliskan kedalam LKS yang disediakan (Lampiran 6, Gambar 12). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya kemudian menjelaskan materi pelajaran (Lampiran 6, Gambar 13). Tindakan selanjutnya yaitu:

(65)

50

 Tahap kedua, siswa menerima kartu indeks secara acak (Lampiran 6, Gambar 15).

 Tahap ketiga, guru mengarahkan siswa untuk mencari pasangan kartu sesuai pertanyaan/ jawaban yang tertera pada kartu. Dua orang siswa nampak bertanya kepada guru. Siswa lain tetap sibuk mencari pasangan kartu yang sesuai. Seluruh siswa terlihat sangat bersemangat mencari pasangan kartu disertai juga dengan suara yang kencang (Lampiran 6, Gambar 16).

 Tahap empat, guru mengarahkan siswa yang sudah menemukan pasangan kartu untuk duduk berpasagan. Pada tahap ini, siswa perempuan yang harus berpasangan dengan siswa laki-laki terlihat malu untuk duduk berpasangan (Lampiran 6, Gambar 17).

(3) Kegiatan penutup

(66)

51

2) Pertemuan Kedua pada Siklus I

Pertemuan kedua pada sikus I dilaksanakan pada Sabtu, 23 Januari 2016 dengan melanjutkan materi batuan yang keluar pada saat gunung api meletus. Pembelajaran dilaksanakan pada jam pelajaran ketiga dan keempat dengan alokasi waktu 2 x 35 menit pukul 08.10-09.20.

(1) Kegiatan awal

Kegiatan awal dilakukan dengan memberi kartu pengenal berupa nomor presensi kepada siswa. Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengingat materi pelajaran. Siswa menjawab secara bersahutan.

(2) Kegiatan Inti

(67)

52

presentasi pertama (Lampiran 6, Gambar 22). Guru melemparkan pertanyaan kepada siswa lain setiap pasangan siswa selesai presentasi untuk membuktikan kebenaran pasangan kartu indeks (Lampiran 6, Gambar 23).

(3) Kegiatan Penutup

Siswa ditugaskan mengumpulkan kartu indeks, kemudian guru membacakan aturan pengisian soal evaluasi (Lampiran 6, Gambar 24 dan 25). Dua orang siswa menawarkan diri untuk membagikan soal evaluasi. siswa yang sudah selesai mengerjakan soal evaluasi diperbolehkan untuk istirahat. Pelajaran tidak ditutup dengan doa dan salam karena setelah jam istirahat akan kembali dilanjutkan dengan mata pelajaran lain (Lampiran 6, Gambar 26).

c. Observasi Tindakan Sikus I

1) Observasi Aktivitas Guru Sikus I

(68)

53

ruang belajar, media pembelajaran, dan membawa RPP yang disusun. Kegiatan pendahuluan dilakukan dengan baik dan runtut, mulai dari menyiapkan siswa untuk belajar, melakukan apersepsi yang sesuai dan mengaitkan dengan pengalaman siswa, serta menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru terlihat menguasai kelas dengan berpindah dari kelompok satu ke kelompok lainnya untuk memastikan siswa tetap terkondisikan.

Kegiatan inti, guru membimbing diskusi kelompok kecil secara bergantian, memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan merespon pertanyaan siswa. Memasuki langkah index card matching guru sesekali bertanya kepada peneliti “apakah saya sudah melakukan dengan baik?”. Pada pertemuan ini langkah index card matching dilakukan sampai langkah ke empat yaitu mencari pasangan kartu indeks dan duduk berdekatan sesuai pasangan. Saat proses pembelajaran berlangsung guru kurang memanfaatkan papan tulis untuk menulis materi-materi y

Gambar

Gambar.01 contoh card persoalan yang dipakai dalam penelitian
Gambar 3. Model PTK Kemmis dan Taggart (Stephen Kemmis dan Robin McTaggart, 1990:11)
Tabel 02. Kisi-kisi Instrumen Observasi Keaktifan Siswa
Tabel 03. Kisi-kisi Instrumen Soal Evaluasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq, rahmat, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

menggunakan strategi ini, maka siswa akan memilikipengalaman baru dalam belajar, maka diharapkan mampu untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa.. pada mata

dalam kelas, keluar masuk kelas untuk pergi ke kantin dengan alasan lapar. Dari beberapa permasalahan di atas, dapat dilihat bahwa penggunaan metode pembelajaran

Lembar panduan observasi, digunakan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran active learning tipe index card match ( ICM ) pada pembelajaran IPS

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dengan penerapan metode index card match pada mata pelajaran IPA kelas VB

setiap pasangan untuk memberikan kuis kepada siswa yang lain dengan membacakan keras-keras pertanyaan mereka dan menantang siswa lain untuk memberikan jawaban. Prosedur model

kartu-kartu tersebut, sebelumnya telah dibuat oleh guru berdasarkan materi yang akan disampaikan pada kegiatan belajar mengajar (KBM) sesuai dengan RPP dan

Aspek menjawab pertanyaan yang diajukan, persentase keaktifan siswa pada pratindakan adalah 57% dengan kualifikasi 7 Berdasarkan perhitungan reliabilitas pada soal pilihan ganda tes