ABSTRAK
EVALUASI PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERIODE 2011-2013
Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta
Stella Insan Hutami NIM: 112114087 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui apakah penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Dinas PUP-ESDM DIY sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, (2) mengetahui apakah terdapat selisih dalam anggaran dan realisasi pada pendapatan dan belanja Dinas PUP-ESDM DIY, dan (3) mengetahui apakah pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Dinas PUP-ESDM DIY sudah efisien dan efektif.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus yang dilakukan di Dinas PUP-ESDM DIY. Data diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan penelitian: (1) melakukan perbandingan prosedur penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan Peraturan Dalam Negeri 21 Tahun 2011, (2) melakukan perbandingan antara anggaran pendapatan dan belanja dengan realisasi pendapatan dan belanja menggunakan analisis varians, (3) menghitung tingkat efisiensi dan efektivitas.
ABSTRACT
EVALUATION OF THE PREPARATION AND IMPLEMENTATION OF BUDGET REVENUE AND EXPENDITURE PERIOD 2011-2013
A Case Study at Public Works, Housing, and Energy Mineral Resources Board of Yogyakarta
Stella Insan Hutami NIM: 112114087 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
This study aims to: (1) determine whether the budget preparation at PUP-ESDM Board of DIY has been in accordance with the Regulation of the Ministry of Home Affairs No. 21 of 2011, (2) determine whether there is a difference in the budget and the realization of the revenue and expenditure at PUP-ESDM Board of DIY, and (3) determine whether the implementation of the budget at the PUP-ESDM Board of DIY has been efficient and effective.
This research is a case study conducted in the PUP-ESDM Board of DIY. The data was collected by observation, interview, and documentation. The data was analyzed by: (1) comparing the budget preparation procedure between PUP-ESDM Board of DIY with the Regulation of the Ministry of Home Affairs No. 21 of 2011, (2) comparing between budget with actual revenues and expenditures using analysis of variance, (3) calculating the level of efficiency and effectiveness.
i
EVALUASI PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
PERIODE 2011-2013
Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Stella Insan Hutami NIM : 112114087
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Pengalaman adalah pelajaran berharga dari masa lalu dan kesuksesan adalah tantangan
yang harus dihadapi di masa depan,
tanpa pengalaman maka tak akan ada cerita dari sebuah kesuksesan”
Skripsi ini kupersembahkan untuk
Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberiku keteguhan hati
Keluargaku yang senantiasa memberi dorongan
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
EVALUASI PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERIODE 2011-2013
Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 31 Juli 2015 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Stella Insan Hutami
NIM : 112114087
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Evaluasi Penyusunan dan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Periode 2011-2013 (Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan
Energi Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta).
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
tidak mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis perlu meminta izin dari penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 31 Agustus 2015 Yang menyatakan,
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus
Kristus atas segala berkat dan penyertaan yang luar biasa sehingga penulis bisa
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Evaluasi Penyusunan dan
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Periode 2011-2013 (Studi
Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya
Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta)”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan,
dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Akt., CA selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak memberikan waktu, bimbingan, masukan, dan saran
dalam penulisan skripsi ini.
4. A. Diksa Kuntara, S.E., MFA., QIA. dan Josephine Wuri, S.E., M.Si
viii
5. Kepala Dinas PUP-ESDM DIY yang telah memberikan ijin kepada
penulis dalam melakukan penelitian.
6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma yang telah banyak membantu penulis selama kuliah.
7. Orang tua dan adik untuk segala doa dan dukungannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Ignasius Krisna Seta Aji yang selalu mendukung dan membantu ketika
penulis mengalami kesulitan.
9. Teman-teman angkatan 2011 dan MPAT untuk bantuan dan masukannya.
10.Semua pihak yang membantu, mendukung, dan berpartisipasi dalam
penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan dapat menjadi salah satu referensi bagi peneliti selanjutnya.
Yogyakarta, 31 Agustus 2015
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Batasan Masalah... 3
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 4
F. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Keuangan Daerah ... 7
B. Penganggaran Sektor Publik ... 9
C. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 9
D. Penilaian Laporan Kinerja Finansial ... 20
E. Penelitian Terdahulu ... 22
BAB II I METODE PENELITIAN ... 23
A. Jenis Penelitian ... 23
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23
x
D. Teknik Pengumpulan Data ... 24
E. Teknik Analisis Data ... 25
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 28
A. Gambaran Umum Dinas PUP-ESDM DIY ... 28
B. Visi dan Misi ... 29
C. Tujuan dan Sasaran ... 32
D. Struktur SKPD ... 37
E. Sumber Daya SKPD ... 48
F. Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ... 50
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Deskripsi Data ... 52
B. Analisis Data ... 53
BAB VI PENUTUP ... 86
A. Kesimpulan ... 86
B. Keterbatasan Penelitian ... 87
C. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan ... 26
Tabel 3.2 Kriteria Efektif Kinerja Keuangan ... 27
Tabel 4.1 Jumlah Pegawai berdasarkan Golongan Ruang Kepangkatan ... 48
Tabel 4.2 Jumlah Pegawai berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 48
Tabel 4.3 Jumlah Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin... 48
Tabel 4.4 Aset yang dikelola oleh Dinas PUP-ESDM DIY ... 49
Tabel 4.5 Ringkasan APBD Provinsi DIY ... 50
Tabel 5.1 Perbandingan Proses Penyusunan APBD antara Dinas PUP-ESDM DIY dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 ... 57
Tabel 5.2 Analisis Varians Anggaran Tahun 2011 ... 61
Tabel 5.3 Analisis Varians Anggaran Tahun 2012 ... 67
Tabel 5.4 Analisis Varians Anggaran Tahun 2013 ... 73
Tabel 5.5 Hasil Kesimpulan berdasarkan Persentase Selisih dan Capaian .... 77
Tabel 5.6 Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun 2011 ... 79
Tabel 5.7 Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun 2012 ... 80
Tabel 5.8 Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun 2013 ... 81
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPTD pada Dinas PUP-ESDM DIY
berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 48 Tahun 2008 ... 37
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan Perda DIY Nomor 6 Tahun 2008 ... 38
Gambar 5.1 Grafik Keuangan Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan Persentase Tingkat Efisiensi ... 82
xiii ABSTRAK
EVALUASI PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERIODE 2011-2013
Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta
Stella Insan Hutami NIM: 112114087 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui apakah penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Dinas PUP-ESDM DIY sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, (2) mengetahui apakah terdapat selisih dalam anggaran dan realisasi pada pendapatan dan belanja Dinas PUP-ESDM DIY, dan (3) mengetahui apakah pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Dinas PUP-ESDM DIY sudah efisien dan efektif.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus yang dilakukan di Dinas PUP-ESDM DIY. Data diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan penelitian: (1) melakukan perbandingan prosedur penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan Peraturan Dalam Negeri 21 Tahun 2011, (2) melakukan perbandingan antara anggaran pendapatan dan belanja dengan realisasi pendapatan dan belanja menggunakan analisis varians, (3) menghitung tingkat efisiensi dan efektivitas.
xiv ABSTRACT
EVALUATION OF THE PREPARATION AND IMPLEMENTATION OF BUDGET REVENUE AND EXPENDITURE PERIOD 2011-2013
A Case Study at Public Works, Housing, and Energy Mineral Resources Board of Yogyakarta
This study aims to: (1) determine whether the budget preparation at PUP-ESDM Board of DIY has been in accordance with the Regulation of the Ministry of Home Affairs No. 21 of 2011, (2) determine whether there is a difference in the budget and the realization of the revenue and expenditure at PUP-ESDM Board of DIY, and (3) determine whether the implementation of the budget at the PUP-ESDM Board of DIY has been efficient and effective.
This research is a case study conducted in the PUP-ESDM Board of DIY. The data was collected by observation, interview, and documentation. The data was analyzed by: (1) comparing the budget preparation procedure between PUP-ESDM Board of DIY with the Regulation of the Ministry of Home Affairs No. 21 of 2011, (2) comparing between budget with actual revenues and expenditures using analysis of variance, (3) calculating the level of efficiency and effectiveness.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan organisasi sektor publik sangat mudah ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun organisasi sektor publik memiliki tujuan
dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat. Institusi pemerintahan
merupakan salah satu organisasi sektor publik yang penting dalam menunjang
pembangunan di segala bidang baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Indonesia memiliki beberapa daerah yang sangat luas baik dari provinsi
hingga kota/kabupaten sehingga peran dari pemerintah daerah pun sangat
diperlukan dalam menunjang suatu pembangunan di setiap daerah tersebut.
Pembangunan yang dilakukan pada masing-masing daerah berbeda satu sama
lain mengingat kebutuhan dan potensi daerah yang ada tidaklah sama. Maka
hal ini pun berdampak terhadap program dan kegiatan yang harus dibuat
pemerintah daerah demi mencapai tujuannya masing-masing.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu
oleh perangkat daerah yang salah satunya adalah dinas sebagai pelaksana
urusan daerah. Adapun setiap daerah diberikan wewenang untuk melakukan
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mengingat
saat ini penyusunan APBD sudah menjadi hak sepenuhnya bagi pemerintah
daerah. Kewenangan tersebut diatur dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun
Nomor 33 Tahun 2004 yang menyatakan tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Selain itu, kewenangan lain
yang diberikan kepada setiap daerah berupa penggunaan sumber-sumber
ekonomi dan potensi daerah yang dimiliki, serta berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan seluruh sumber penerimaan dan
pengeluaran daerah kepada masyarakat. Adapun dalam pelaksanaan APBD,
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 menyatakan bahwa
setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan menerima pendapatan
daerah diatur berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan. Kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat
tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemandirian daerah sehingga
diharapkan pemerintah daerah mampu mengoptimalkan sumber-sumber
ekonomi dan potensi daerahnya masing-masing.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dapat menjadi
cerminan kinerja dan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai dan
mengelola penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di
daerah. Pada kenyataannya banyak ditemukan keluhan masyarakat yang
berkaitan dengan pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan
kebutuhan skala prioritas, serta kurang mencerminkan aspek ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas (Mardiasmo 2009: 117).
Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan masukan (cost of output).
Efisiensi merupakan perbandingan output dan input yang dikaitkan dengan
hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai.
Kegiatan dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan
sasaran akhir kebijakan. Maka dalam melakukan pengukuran kinerja yang
dilaksanakan oleh institusi pemerintah, pedoman yang digunakan adalah
Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996 karena peraturan tersebut
mengukur kinerja pemerintah dari segi keuangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah:
1. Apakah proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) pada Dinas PUP-ESDM DIY sudah sesuai dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011?
2. Apakah pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada
Dinas PUP-ESDM DIY sudah efisien dan efektif?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya terbatas pada evaluasi penyusunan dan pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Dinas PUP-ESDM DIY. Dalam
melakukan analisis terhadap pelaksanaan APBD di Dinas PUP-ESDM DIY,
pengukuran kinerja tidak berdasarkan pusat laba sehingga yang menjadi
acuan dalam melakukan pengukuran adalah pusat biaya yang terkait dengan
Untuk menentukan besarnya tingkat efisiensi dan tingkat efektivitas, peneliti
menggunakan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
dengan mengacu pada Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996 sebagai
kriteria dalam melakukan pengukuran kinerja keuangan.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) pada Dinas PUP-ESDM DIY sudah sesuai
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
2. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah pada Dinas PUP-ESDM DIY sudah efisien dan efektif.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Dinas PUP-ESDM DIY
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk
masa yang akan datang.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan, wawasan,
maupun pihak lain yang berkepentingan terkait dengan topik yang diteliti
oleh penulis.
3. Bagi Penulis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi penulis
untuk memperdalam dan memperluas wawasan mengenai anggaran
daerah.
F. Sistematika Penulisan
Bab I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam
melakukan penelitian serta sebagai dasar dalam melakukan
pengolahan data.
Bab III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,
subyek dan obyek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
Bab IV : GAMBARAN UMUM
Bab ini menjelaskan gambaran mengenai Dinas PUP-ESDM DIY
Bab V : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil penelitian yang kemudian diolah untuk dilakukan
analisis data.
Bab VI : PENUTUP
Bab ini mencakup kesimpulan penelitian, keterbatasan penulis serta
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keuangan Daerah
Pada tingkat pemerintah daerah terdapat ruang lingkup yang serupa
dengan keuangan negara, yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), barang-barang inventaris kekayaan daerah, dan badan usaha milik
daerah (BUMD). Seperti halnya negara, APBD dan barang-barang inventaris
kekayaan daerah juga dikelola secara langsung oleh daerah. Hal ini
merupakan unsur penting keuangan daerah (Halim, 2012: 33).
1. Pengertian Keuangan Daerah
Menurut Mamesah (1995) dalam Halim (2008: 24)
“Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, juga segala sesuatu, baik berupa uang maupun barang, yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan perundangan yang berlaku”.
Dari definisi tersebut dapat diperoleh kesimpulan :
a. Yang dimaksud dengan semua hak adalah hak untuk memungut
sumber-sumber penerimaan daerah, seperti pajak daerah, retribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan lain-lain, dan/atau hak untuk
menerima sumber-sumber penerimaan lain seperti dana alokasi umum
dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ditetapkan. Hak tersebut
dapat menaikkan kekayaan daerah.
b. Yang dimaksud dengan semua kewajiban adalah kewajiban untuk
rangka menyelenggarakan fungsi pemerintahan, infrastruktur, pelayanan
umum, dan pengembangan ekonomi. Kewajiban tersebut dapat
menurunkan kekayaan daerah.
2. Ruang Lingkup Keuangan Daerah
Menurut Halim (2008: 25), ruang lingkup keuangan daerah terdiri
atas keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Yang termasuk dalam keuangan daerah yang dikelola
langsung adalah APBD dan barang-barang inventaris milik daerah,
sedangkan keuangan daerah yang dipisahkan adalah BUMD.
3. Pengelola Keuangan Daerah
Menurut Peraturan Perundangan Nomor 58 Tahun 2005 dan
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, yang didasari oleh UU Nomor 17
tahun 2003, tugas pengelola keuangan daerah adalah :
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD.
b. Menyusun rancangan dan perubahan APBD.
c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan
melalui peraturan daerah.
d. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah.
e. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban
B. Penganggaran Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2009: 61), penganggaran sektor publik terkait
dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan
aktivitas dalam satuan moneter. Tahap penganggaran menjadi sangat penting
karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan
dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun.
Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam
bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter.
Dalam bentuk yang sederhana, anggaran publik merupakan suatu dokumen
yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi
informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas (Mardiasmo, 2009:
62).
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan
suatu rencana finansial yang menyatakan:
1. Berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja).
2. Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk
mendanai rencana tersebut (pendapatan).
C. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Pengurusan keuangan di pemerintah daerah diatur dengan membagi
menjadi pengurusan umum dan pengurusan khusus. Pemerintah daerah
memiliki APBD dalam pengurusan umum dan kekayaan milik daerah yang
1. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Menurut Mamesah (1995) dalam Halim (2008: 20) pada era orde baru,
adalah
“Rencana operasional keuangan pemda, dimana pada satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan di pihak lain menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud”.
Menurut Wajong dalam Halim (2008: 20) pada era orde lama, adalah
“Rencana pekerjaan keuangan yang dibuat untuk suatu jangka waktu ketika badan legislatif (DPRD) memberikan kredit kepada badan eksekutif (kepala daerah) untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi dasar penetapan anggaran, dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk menutup pengeluaran tadi”.
Kedua definisi APBD di atas menurut Halim (2008: 20)
menunjukkan bahwa suatu anggaran daerah, termasuk APBD memiliki
unsur-unsur sebagai berikut :
a. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci.
b. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk
menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang
merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan.
c. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka.
d. Periode anggaran, biasanya satu tahun.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
“Rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan
dengan peraturan daerah”.
2. Struktur APBD
Menurut Ritonga (2009: 183), komponen APBD tersusun dalam
suatu struktur APBD. Struktur APBD diklasifikasikan menurut urusan
pemerintahan daerah dan organisasi yang bertanggung jawab
melaksanakan urusan pemerintahan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari
pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
a. Pendapatan Pemerintah Daerah
Pendapatan pemerintah daerah meliputi semua penerimaan uang
melalui rekening kas umum daerah maupun bendahara penerimaan,
yang menambah ekuitas dana merupakan hak pemerintah daerah dalam
satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah
daerah. Pendapatan daerah dikelompokkan atas pendapatan asli daerah,
dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan daerah yang
berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan asli daerah
terdiri dari:
a) Pajak Daerah
c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
d) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2) Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari
penerimaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang
dialokasikan kepada daerah utuk membiayai kebutuhan daerah.
Kelompok dana perimbangan dibagi menurut jenis pendapatan
terdiri atas:
a) Dana Bagi Hasil
b) Dana Alokasi Umum
c) Dana Alokasi Khusus
3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan penerimaan
lain-lain yang bukan berasal dari klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
dan Dana Perimbangan seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah mencakup:
a) Hibah
b) Dana Darurat
c) Dana Bagi Hasil Pajak
d) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
e) Bantuan Keuangan dari Pemerintah Provinsi atau dari Pemda
b. Belanja Pemerintah Daerah
Belanja pemerintah daerah meliputi semua pengeluaran dari
rekening kas umum daerah maupun bendahara pengeluaran yang
mengurangi ekuitas dana merupakan kewajiban pemerintah daerah
dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah daerah. Belanja daerah dipergunakan dalam
rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota yang
terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan, dan urusan yang
penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat
dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau
antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan
perundang-undangan. Belanja daerah menurut kelompok dibedakan menjadi dua
yaitu:
1) Kelompok Belanja Tidak Langsung
Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang
dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan
program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung terdiri dari:
belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi
hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.
2) Kelompok Belanja Langsung
Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan
Kelompok belanja langsung terdiri dari: belanja pegawai, belanja
barang dan jasa, serta belanja modal.
c. Surplus (Defisit) APBD
Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran
belanja daerah mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD.
Surplus APBD terjadi apabila anggaran pendapatan daerah lebih besar
daripada anggaran belanja daerah. Sedangkan defisit APBD terjadi
apabila anggaran pendapatan daerah lebih kecil daripada anggaran
belanja daerah.
d. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk
menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Pembiayaan
pemerintah daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan.
1) Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan mencakup sisa lebih perhitungan anggaran
tahun sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil
penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman
daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan
2) Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan mencakup pembentukan dana cadangan,
penanaman modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok
utang, dan pemberian pinjaman daerah.
3) Pembiayaan Neto
Pembiayaan neto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan
dengan pengeluaran pembiayaan.
3. Pelaksanaan APBD
Pemerintah daerah menyampaikan laporan realisasi semester
pertama kepada DPRD pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan
untuk memberikan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan
APBD. Laporan realisasi tersebut menjadi bahan evaluasi pelaksanaan
APBD semester pertama dan penyesuaian/perubahan APBD pada semester
berikutnya. Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam
rangka pelaksanaan APBD ditetapkan tersendiri dalam Undang-Undang
yang mengatur perbendaharaan negara mengingat lebih banyak
menyangkut hubungan adminstratif antar-kementrian negara/lembaga di
4. Fungsi APBD
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Bab IV Penyusunan Rancangan
APBD Pasal 29 sampai dengan pasal 42, APBD mempunyai fungsi:
a. Fungsi Otorisasi mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.
b. Fungsi Perencanaan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman bagi pemerintah daerah dalam merencanakan kegiatan pada
tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi Pengawasan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Fungsi Alokasi mengandung arti bahwa anggaran daerah harus
diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran
dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian.
e. Fungsi Distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran daerah
harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
f. Fungsi Stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah daerah
menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
5. Tujuan Penyusunan APBD
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, proses penyusunan APBD pada dasarnya
bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber data
yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai kebijakan
pemerintah dan mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan pengelolaan
anggaran secara baik.
Menurut Mardiasmo (2009: 68), APBD yang dipresentasikan setiap
tahun oleh eksekutif, memberi informasi rinci kepada DPRD dan
masyarakat tentang program-program apa yang direncanakan pemerintah
untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, dan bagaimana
program-program tersebut dibiayai. Penyusunan dan pelaksanaan anggaran
tahunan merupakan rangkaian proses anggaran. Proses penyusunan
anggaran mempunyai empat tujuan, yaitu:
a. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan
koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.
b. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan
barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.
c. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi proritas belanja.
d. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah
6. Tahap Penyusunan APBD
Berdasarkan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua Atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, proses penyusunan APBD sebagai berikut:
a. Kepala daerah menyusun rancangan kebijakan umum APBD (KUA)
dan rancangan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) tahun
anggaran berikutnya berdasarkan dengan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan
Menteri Dalam Negeri setiap tahun.
b. Dalam menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS, kepala daerah
dibantu oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin
oleh sekretaris daerah.
c. Rancangan KUA dan rancangan PPAS disampaikan kepala daerah
kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD
tahun angaran berikutnya. Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama
Badan Anggaran DPRD.
d. Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dibahas selanjutnya
disepakati menjadi KUA dan PPAS.
e. Pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) disusun
Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Pengelola Daerah (RKA-SKPD)
dan Rencana Kerja Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
f. RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada PPKD
untuk dibahas lanjut oleh TAPD sebagai bahan penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah (Perda) tentang APBD tahun berikutnya.
g. Kepala daerah menyampaikan Rancangan Perda tentang APBD beserta
lampirannya kepada DPRD.
h. Penyampaian Rancangan Perda disertai dengan nota keuangan.
Pembahasan Rancangan Perda ditekankan pada kesesuaian rancangan
APBD dengan KUA dan PPAS.
i. Rancangan Perda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala
Daerah tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi ditetapkan oleh
kepala daerah menjadi Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala
Daerah tentang penjabaran APBD.
j. PPKD memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar menyusun
rancangan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-SKPD) sedangkan
pada SKPKD menyusun DPA-PPKD. Kepala SKPD menyerahkan
rancangan DPA-SKPD kepada PPKD.
k. TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersama-sama
dengan kepala SKPD. Berdasarkan hasil verifikasi PPKD mengesahkan
D. Penilaian Laporan Kinerja Finansial
1. Analisis Varians Anggaran
Menurut Mardiasmo (2009: 123), penilaian laporan kinerja finansial
diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat. Penilaian tersebut
dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan) antara
kinerja aktual dengan yang dianggarkan.
Analisis varians secara garis besar berfokus pada:
a. Varians pendapatan (revenue variance)
b. Varians pengeluaran (expenditure variance):
1) Varians belanja rutin (recurrent expenditure variance)
2) Varians belanja investasi/modal (capital expenditure variance)
Dari hasil analisis varians, kemudian dinyatakan dalam bentuk
persentase antara realisasi dengan yang dianggarkan sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Analisis Varians % = Realisasi
Anggaranx 100%
2. Ekonomi
Menurut Mardiasmo (2009: 131) ekonomi adalah hubungan antara
pasar dan masukan (cost of output). Dengan kata lain, ekonomi adalah
praktik pembelian barang dan jasa input dengan tingkat kualitas tertentu
Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang
digunakan. Ekonomi merupakan ukuran relatif (Mahsun, 2006: 182).
Berikut formula untuk mengukur tingkat ekonomi:
Tingkat Ekonomi = Input Nilai Input
3. Efisiensi
Efisiensi merupakan perbandingan output dan input yang dikaitkan
dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan (Mardiasmo,
2009: 4). Sementara itu, menurut Robert (2012: 174), dalam pusat
tanggung jawab, efisiensi diukur dengan cara membandingkan biaya
aktual dengan standar.
Menurut Mardiasmo (2009: 132), pengukuran efisiensi dilakukan
dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan
terhadap input yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan dapat
dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat
dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang
serendah-rendahnya (spending well). Berikut formula untuk mengukur tingkat
efisiensi:
4. Efektivitas
Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau
sasaran yang harus dicapai. Kegiatan dikatakan efektif apabila proses
kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (Mardiasmo, 2009:
132).
Menurut Robert (2012: 174), efektivitas ditentukan oleh hubungan
antara output yang dihasilkan oleh suatu pusat tanggung jawab dengan
tujuannya. Berikut formula untuk mengukur tingkat efektivitas:
Tingkat Efektivitas = Outcome Output
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian Ranandita (2013) dari Universitas Sanata Dharma yang
berjudul Evaluasi Penyusunan dan Realisasi Anggaran Belanja Periode
2010-2012 dengan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Jetis. Hasil yang
didapatkan menyatakan bahwa prosedur penyusunan di Kecamatan Jetis
sudah sesuai dengan penyusunan pada sektor publik. Anggaran belanja
Kecamatan Jetis pada tahun 2010-2012 sudah efisien dan mengalami surplus.
Berdasarkan penelitian tersebut, pengukuran yang dilakukan hanya
berdasarkan belanja sehingga hasil yang didapatkan untuk mengetahui rasio
efisiensi belanja. Maka dalam penelitian ini, penulis menambahkan
pengukuran pendapatan sehingga hasil yang didapatkan tidak hanya
23 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian studi
kasus merupakan penelitian pada sesuatu atau obyek yang diteliti sebagai
kasus di suatu tempat. Data dan informasi yang diperoleh kemudian diolah
dan dianalisis. Hasil penelitian ini hanya berlaku untuk Dinas PUP-ESDM
DIY periode 2011-2013.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas PUP-ESDM DIY yang terletak di Jalan
Bumijo No 5, Yogyakarta.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan selama bulan Desember 2014 - Maret 2015.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan
berperan sebagai sumber informasi. Subyek penelitian dalam penulisan ini
adalah:
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan Dinas PUP-ESDM DIY.
2. Obyek penelitian
Obyek penelitian adalah data yang terkait dengan penelitian yang berupa
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (LRA),
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK), dan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) Dinas PUP-ESDM DIY.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan dan wawancara dengan
bagian Pejabat Penatausahaan Keuangan dan Kepala Bagian Pusat Sumber
Informasi Dinas PUP-ESDM DIY sedangkan data sekunder diperoleh dengan
melihat Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Catatan
atas Laporan Keuangan, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan narasumber.
2. Observasi atau mengadakan pengamatan secara langsung yang ada
hubungannya dengan masalah pokok atau obyek yang diteliti.
3. Dokumentasi, yaitu merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam menjawab rumusan
masalah yang pertama dilakukan dengan membandingkan proses penyusunan
APBD yang terdapat pada Dinas PUP-ESDM DIY dengan Permendagri
Nomor 21 Tahun 2011. Berdasarkan hasil dari perbandingan tersebut
selanjutnya akan ditarik kesimpulan apakah proses penyusunan APBD pada
Dinas PUP-ESDM DIY sesuai dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011
atau tidak.
Dalam menjawab rumusan masalah yang kedua adapun teknik analisis
yang digunakan sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data keuangan dari Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah di Dinas PUP-ESDM DIY selama
periode 2011-2013.
b. Berdasarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasi, jika
terdapat selisih anggaran dilakukan analisis varians anggaran.
c. Selisih lebih (kurang) dihitung dengan cara melakukan pengurangan
antara realisasi dengan anggaran. Sedangkan persentase selisih
diperoleh dari selisih lebih (kurang) dibagi dengan anggaran dan
kemudian dikalikan 100% atau dapat dituliskan dalam formula
sebagai berikut:
% Selisih =Selisih lebih (kurang)
1. Pengukuran Efisiensi
a. Menghitung tingkat efisiensi Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan
pusat biaya dengan melakukan perbandingan antara realisasi belanja
dengan anggaran belanja kemudian dikalikan 100% atau dapat
dituliskan dalam formula sebagai berikut:
Tingkat Efisiensi = Realisasi belanja
Anggaran belanja x 100%
b. Melihat kinerja keuangan Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan kriteria
Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996.
Tabel 3.1: Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan
Persentase Kinerja Keuangan Kriteria
100% ke atas Tidak Efisien 90% - 100% Kurang Efisien 80% - 90% Cukup Efisien 60% - 80% Efisien
Kurang dari 60% Sangat Efisien
Sumber: Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996 dalam Bisma (2010: 79)
c. Membuat gambar tabulasi atas tingkat efisiensi tahun 2011-2013 guna
melihat kenaikan atau penurunan yang terjadi pada Dinas PUP-ESDM
DIY.
d. Menarik kesimpulan berdasarkan persentase selisih dan capaian
belanja jika rencana anggaran lebih kecil daripada relisasi maka
artinya tidak menguntungkan. Belanja juga dapat dikatakan tidak
menguntungkan bila persentase selisihnya menunjukkan selisih lebih.
Sedangkan jika anggarannya lebih besar daripada realisasi dan
persentase selisih menunjukkan selisih kurang maka artinya
2. Pengukuran Efektivitas
a. Menghitung tingkat efektivitas Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan
pusat pendapatan dengan melakukan perbandingan antara realisasi
pendapatan dengan anggaran pendapatan atau dapat dituliskan dalam
formula sebagai berikut:
Tingkat Efektivitas = Realisasi pendapatan
Anggaran pendapatan x 100%
b. Melihat kinerja keuangan Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan kriteria
Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996.
Tabel 3.2: Kriteria Efektif Kinerja Keuangan
Persentase Kinerja Keuangan Kriteria
100% ke atas Sangat Efektif 90% - 100% Efektif
80% - 90% Cukup Efektif 60% - 80% Kurang Efektif Kurang dari 60% Tidak Efektif
Sumber: Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996 dalam Bisma (2010: 78)
c. Membuat gambar tabulasi atas tingkat efektivitas tahun 2011-2013
guna melihat kenaikan atau penurunan yang terjadi pada Dinas
PUP-ESDM DIY.
d. Menarik kesimpulan berdasarkan persentase selisih dan capaian
pendapatan jika rencana anggaran lebih besar daripada realisasi maka
artinya tidak menguntungkan. Pendapatan juga dapat dikatakan tidak
menguntungkan apabila persentase selisihnya menunjukkan selisih
kurang. Sebaliknya jika rencana anggarannya lebih kecil daripada
realisasi dan persentase selisihnya menunjukkan selisih lebih maka
28 BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Dinas PUP-ESDM DIY
Dalam penyelenggaraan kewenangan pemerintah di bidang Pekerjaan
Umum, Perumahan, Penataan Ruang dan Energi Sumber Daya Mineral,
terdapat urusan yang akan dilaksanakan daerah, dekonsentrasi dan tugas
pembantuan dari pemerintah pusat untuk kegiatan yang bersifat fisik,
khususnya untuk sub bidang Sumber Daya Air, Bina Marga, dan bidang
Penataan Ruang, Perumahan, Energi dan Kelistrikan. Sebagaimana telah
digariskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, maka kewenangan dan
tanggungjawab Pemerintah Provinsi sebagaimana telah diatur sebagai
berikut:
1. Urusan perumahan merupakan urusan wajib pemerintah daerah terdiri dari
sub bidang pembiayaan, perumahan formal, perumahan swadaya,
pengembangan kawasan dan pembinaan hukum, peraturan
perundang-undangan dan pertanahan. Urusan wajib melekat pada urusan dalam skala
provinsi.
2. Urusan penataan ruang merupakan urusan wajib pemerintah daerah yang
terdiri dari sub bidang pengaturan, pembinaan, pembangunan dan
3. Urusan pekerjaan umum merupakan urusan wajib pemerintah daerah yang
terdiri dari sub bidang sumber daya air, bina marga, cipta karya (perkotaan
dan perdesaan, air minum, air limbah, persampahan, drainase,
permukiman, bangunan gedung dan lingkungan) dan jasa konstruksi.
4. Urusan energi dan sumber daya mineral merupakan urusan pilihan untuk
pemerintah daerah. Urusan energi dan sumber daya mineral di DIY
meliputi sub bidang energi baru terbarukan, ketenagalistrikan, minyak dan
gas bumi, pertambangan mineral dan air tanah. Urusan ESDM yang secara
nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan DIY adalah energi
baru terbarukan, air tanah dan pertambangan mineral.
B. Visi dan Misi
1. Visi
Visi merupakan pernyataan cita-cita atau impian sebuah kondisi
yang ingin dicapai di masa depan. Kondisi yang dicita-citakan tersebut
adalah kondisi yang di akhir periode dapat diukur capaiannya melalui
berbagai usaha pembangunan. Usaha-usaha pembangunan yang
dilaksanakan umumnya berorientasi untuk memperbaiki tingkat hidup
(level of living) masyarakat sehingga perubahan paradigma pembangunan
yang muncul adalah lebih banyak menaruh perhatian untuk memerangi
kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, rasa ketidakterlindungi, rasa
ketidakadilan lingkungan, baik terhadap sumberdaya alam, tata ruang,
maupun permukiman.
Berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) DIY tahun 2012-2017 serta tugas dan fungsi Dinas PUP-ESDM
DIY dalam mewujudkan peningkatan pelayanan masyarakat di bidang
Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral di
Daerah Istimewa Yogyakarta maka ditetapkan visi Dinas PUP-ESDM DIY
periode 2012-2017 yakni:
“Terwujudnya kualitas layanan infrastruktur pekerjaan umum dan
permukiman yang memadai, peningkatan jumlah rumah layak huni, serta
pengelolaan energi dan sumber daya mineral yang ramah lingkungan”
2. Misi
Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan dalam
usaha mewujudkan visi. Misi juga akan memberikan arah sekaligus
batasan proses pencapaian tujuan.Berdasarkan mandat yang diemban oleh
Dinas PUP-ESDM DIY sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan
Daerah Nomor 5 tahun 2007 dan sejalan dengan tugas dan fungsi yang
ada, maka untuk mencapai Visi Pemerintah DIY tahun 2028, ditetapkan
Misi Dinas PUP-ESDM DIY tahun 2012 – 2017 yaitu:
a. Mewujudkan integrasi penataan ruang wilayah untuk menjamin kinerja
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana dalam upaya
meningkatkan pelayanan publik dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan, dan perencanaan yang berkualitas.
c. Meningkatkan pengelolaan dan pembinan bangunan gedung dan rumah
negara.
d. Meningkatkan aksesibilitas wilayah dalam mendukung pengembangan
kawasan budaya, kawasan pariwisata, kawasan pendidikan dan kawasan
pertumbuhan ekonomi.
e. Menyelenggarakan pengelolaan SDA secara optimal untuk
meningkatkan kelestarian fungsi sarana prasarana dan keberlanjutan
pendayagunaan SDA.
f. Mengurangi resiko daya rusak air.
g. Mendukung peningkatan jumlah rumah layak huni.
h. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman.
i. Meningkatkan pembinaan dan pengendalian kegiatan energi dan
sumber daya mineral yang berkelanjutan.
j. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap energi dan
sumberdaya mineral.
k. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan konstruksi di daerah.
l. Mengembangkan dan mendayagunakan pelayanan informasi, pengujian
m.Mendorong sumber daya manusia yang akuntabel dan kompeten,
terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good
governance.
C. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang
menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan
jangka menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan
arsitektur kinerja SKPD selama lima tahun. Tujuan adalah
pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi,
melaksanakan misi, memecahkan permasalahan, dan menangani isu strategis
daerah yang dihadapi. Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan
yang diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk
dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan.
Tujuan Dinas PUP-ESDM DIY:
a. Meningkatkan kualitas pelaksanaan Penataan Ruang Kawasan Strategis
Provinsi yang mendorong keterpaduan pembangunan infrastruktur
dasar dan implementasi program pembangunan daerah.
b. Meningkatkan kualitas pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
c. Meningkatkan efektivitas pengendalian pemanfaatan ruang.
d. Meningkatkan fungsi prasarana dan sarana pelayanan publik (air
e. Meningkatkan fungsi prasarana dan sarana pendukung aksesibilitas
kawasan.
f. Meningkatkan fungsi sarana dan prasarana kebudayaan penunjang
keistimewaan DIY.
g. Meningkatkan fungsi pengelolaan bangunan gedung dan lingkungan.
h. Meningkatkan sistem jaringan infrastruktur jalan, sesuai dengan
kapasitas, standar geometrik dan kelas jalan.
i. Meningkatkan keandalan sistem jaringan irigasi dan rawa.
j. Meningkatkan ketahanan air yang dipengaruhi oleh ketersediaan
sumber daya air.
k. Meningkatkan keandalan sistem jaringan infrastruktur sumber daya air.
l. Meningkatkan pengembangan sarana dan prasarana permukiman bagi
terwujudnya komunitas yang sehat.
m.Meningkatkan kualitas perumahan dan lingkungan permukiman yang
layak huni dan produktif.
n. Mempertahankan kelestarian dan ketersediaan air tanah.
o. Mendorong pemanfaatan secara optimal hasil pertambangan.
p. Mengimplementasikan pelaksanaan konservasi energi.
q. Meningkatkan pembangunan infrastruktur energi ketenagalistrikan.
r. Meningkatkan ketersediaan energi.
s. Meningkatkan kelancaran dan ketepatan pelaksanaan pendistribusian
t. Mewujudkan ketertiban penyelenggaraan konstruksi yang
berkelanjutan.
u. Melaksanakan pengembangan dan pendayagunaan informasi teknologi
pembangunan bidang PUP-ESDM.
v. Memberikan pelayanan jasa pengujian laboratorium kualitas mutu
lingkungan dan mutu konstruksi.
w.Memberikan pelayanan administrasi perkantoran untuk mendukung
kelancaran tugas dan fungsi SKPD.
x. Memberikan penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
aparatur.
y. Memberikan layanan penatausahaan keuangan dan manajemen
pencapaian kinerja program.
Sasaran Dinas PUP-ESDM DIY:
1. Meningkatnya kualitas pengaturan pembangunan infrastruktur dasar dan
implementasi program pembangunan daerah pada kawasan strategis
provinsi.
2. Meningkatnya kualitas pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
3. Meningkatnya efektivitas pengendalian pemanfaatan ruang melalui
penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif serta
pengenaan sanksi.
4. Meningkatnya pengendalian pemanfaatan ruang melalui penetapan
5. Meningkatnya ketersediaan infrastruktur air minum dan sanitasi.
6. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar pendukung
aksesibilitas kawasan perkotaan.
7. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar pendukung
aksesibilitas kawasan perdesaan.
8. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar pendukung
aksesibilitas kawasan agropolitan, minapolitan dan desa potensi.
9. Meningkatnya ketersediaan kawasan budaya.
10. Meningkatnya fungsi pengelolaan bangunan gedung dan lingkungan
sesuai peraturan yang berlaku.
11. Meningkatnya penyelenggaraan jalan provinsi dalam kondisi mantap.
12. Meningkatnya penyediaan aksesibilitas bagi kawasan strategis dan
kawasan strategis baru.
13. Meningkatnya layanan jaringan irigasi dan rawa.
14. Meningkatnya ketersediaan air baku.
15. Meningkatnya kualitas pengendalian banjir.
16. Meningkatnya kualitas lingkungan pada permukiman yang padat dan
kumuh.
17. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat pada lingkungan permukiman
bagi terwujudnya komunitas yang sehat.
18. Meningkatnya kualitas perumahan dan lingkungan permukiman yang
layak huni dan produktif.
20. Terwujudnya pengembangan kegiatan pengolahan dan pemurnian
petambangan.
21. Terwujudnya penguatan kelembagaan dan efisiensi pemanfaatan energi.
22. Meningkatnya akses ketersediaan energi listrik.
23. Terwujudnya pengembangan dan pemanfaatan energi baru terbarukan
untuk listrik dan bahan bakar.
24. Terwujudnya penyediaan infrastruktur distribusi dan pasokan bahan
bakar.
25. Meningkatnya pencapaian pelaku, proses, dan produk konstruksi yang
berkualitas.
26. Meningkatnya arus informasi dan rujukan teknis teknologi pembangunan
bidang PUP-ESDM.
27. Meningkatnya pencapaian perolehan hasil uji/sertifikat hasil uji dalam
rangka pelayanan yang memenuhistandar.
28. Terlaksananya pelayanan administrasi perkantoran.
29. Tersedianya sarana dan prasarana aparatur untuk mendukung kelancaran
tugas dan fungsi SKPD.
30. Tersedianya penatausahaan keuangan dan manajemen pencapaian kinerja
D. Struktur SKPD
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap
bagian baik secara posisi maupun tugas yang ada pada organisasi dalam
menjalin kegiatan operasional untuk mencapai tujuan dalam organisasi.
Dinas PUP-ESDM DIY dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas PUP-ESDM DIY.
Unsur organisasi Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi
Sumber Daya Mineral terdiri dari Pimpinan, Pembantu Pimpinan dan
Pelaksana dengan Struktur Organisasi sebagaimana akan ditampilkan dalam
gambar di bawah ini.
Gambar 4.1: Struktur Organisasi UPTD pada Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 48 Tahun 2008
Gambar 4.2 : Struktur Organisasi Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan Perda DIY Nomor 6 Tahun 2008
Sumber: Dinas PUP-ESDM DIY
Berdasarkan gambar di atas, Dinas PUP-ESDM DIY merupakan unsur pelaksana
penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan susunan organisasi sebagai berikut:
1. Pimpinan: Kepala Dinas
2. Sekretariat : Sekretaris yang terdiri dari sub bagian.
3. Pelaksana : Bidang-bidang yang terdiri dari seksi-seksi, Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD), Kelompok Jabatan Fungsional.
Berikut penjelasan mengenai tugas dan fungsi dari struktur organisasi Dinas
PUP-ESDM DIY:
1. Sekretariat
Tugas: Menyelenggarakan ketatausahaan, penyusunan program, pengelolaan
data dan informasi, monitoring, evaluasi, dan pelaporan kinerja Dinas
(Pasal 5).
Fungsi:
a. Penyusunan program sekretariat.
b. Penyusunan program dinas.
c. Fasilitasi perumusan kebijakan teknis bidang Pekerjaan Umum,
Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral.
d. Penyelenggaraan kearsipan, kerumahtanggaan, pengelolaan barang,
kehumasan, kepustakaan, serta efisiensi dan tatalaksana dinas.
e. Penyelenggaraan kepegawaian dinas.
f. Pengelolaan keuangan dinas.
h. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi program serta penyusunan
laporan kinerja dinas.
i. Fasilitasi pengembangan kerjasama teknis.
j. Evaluasi dan penyusunan laporan program sekretariat.
k. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan
fungsinya.
2. Bidang Perumahan
Tugas: Melaksanakan fasilitasi dan stimulasi pembiayaan, pembinaan,
pengembangan dan pembangunan perumahan (Pasal 11 ).
Fungsi:
a. Penyusunan program bidang perumahan.
b. Perencanaan teknis bidang perumahan.
c. Pelaksanaan pembinaan dan bimbingan teknis bidang perumahan.
d. Penyelenggara fasilitas dan stimulasi pembangunan, perbaikan,
prasarana, sarana dan utilitas, serta pembiayaan perumahan.
e. Pengendalian, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program
bidang perumahan.
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan fungsi
3. Bidang Tata Ruang
Tugas: Menyelenggarakan penataan ruang wilayah provinsi dan koordinasi,
fasilitasi, pengawasan penyelenggaraan penataan ruang wilayah kabupaten/
kota (Pasal 17).
Fungsi:
a. Penyusunan program dan anggaran bidang tata ruang
b. Penyusunan dan atau meninjau kembali rencana tata ruang dan
pemanfaatan ruang.
c. Pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang dan evaluasi pelaksanaan
penataan ruang.
d. Pelaksanaan pengaturan, pembinaan dan pengawasan tata ruang.
e. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi kegiatan
penataan ruang wilayah provinsi, kabupaten/kota.
f. Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat.
g. Peningkatan peran serta aparatur dan masyarakat dalam penataan ruang.
h. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan penataan ruang daerah.
i. Fasilitasi pelaksanaan kerjasama antar provinsi dan kabupaten/kota.
j. Perumusan bahan rekomendasi dan perijinan dinas.
k. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
program bidang tata ruang.
l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan fungsi
4. Bidang Sumber Daya Air
Tugas: Melaksanakan pengaturan, pembinaan, pembangunan dan
pengembangan, pengawasan dan pengendalian sumber daya air (Pasal 24).
Fungsi:
a. Penyusunan program bidang sumber daya air.
b. Penyelenggaraan koordinasi pemanfaatan sumber daya air.
c. Perencanaan teknis sumber daya air.
d. Pengaturan dan pembinaan sumber daya air.
e. Pelaksanaan pembangunan dan pengembangan sarana prasarana sumber
daya air.
f. Penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian sumber daya air.
g. Pelaksanaan monitoring,evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
program bidang sumber daya air.
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan fungsi
dan tugasnya.
5. Bidang Bina Marga
Tugas: Melaksanakan pengaturan, pembinaan, pembangunan, pemeliharaan,
rehabilitasi dan pengawasan bidang ke Bina Marga (Pasal 29).
Fungsi:
a. Penyusunan program bidang Bina Marga.
c. Penyelenggaraan pembinaan, pengaturan dan bimbingan teknis
pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana jalan dan
jembatan.
d. Penyusunan pedoman dan petunjuk teknis serta desiminasi bimbingan
teknis pelaksanaan pekerjaan jalan dan jembatan.
e. Pengelolaan prasarana dan sarana jalan dan jembatan.
f. Penanggulangan kerusakan prasarana dan sarana jalan dan jembatan
akibat bencana.
g. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program
bidang Bina Marga.
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan fungsi
dan tugasnya.
6. Bidang Cipta Karya
Tugas: Menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pembangunan dan
pengawasan prasarana dan sarana ke Cipta Karya an. (pasal 35)
Fungsi:
a. Penyusunan program bidang Cipta Karya
b. Pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan ke Cipta Karyaan.
c. Pengawasan dan pengendalian teknis pelaksanaan pembangunan
bangunan Gedung Negara.
d. Pengelolaan gedung-gedung pemerintah dan rumah-rumah negara yang
e. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program bidang Cipta
Karya.
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan fungsi
dan tugasnya.
7. Bidang Energi Sumber Daya Mineral
Tugas: Melaksanakan pengelolaan mineral, air tanah, kegeologian,
ketenagalistrikan, minyak, gas bumi dan bahan bakar lainnya (Pasal 41).
Fungsi:
a. Penyusunan program bidang Energi Sumber Daya Mineral.
b. Perumusan kebijakan teknis di bidang Energi Sumber Daya Mineral.
c. Pengkoordinasian bahan peraturan dan pedoman teknis di bidang
Energi Sumber Daya Mineral.
d. Penyusunan kajian teknis penerbitan ijin dan persyaratan teknis di
bidang Energi Sumber Daya Mineral.
e. Pengkoordinasian pemberdayaan sumber daya dan mitra kerja di bidang
Energi Sumber Daya Mineral.
f. Pelaksanaan koordinasi kegiatan di bidang Energi Sumber Daya
Mineral.
g. Penyusunan kebijaksanaan penetapan Nilai Perolehan Air (NPA)
pengambilan air tanah.
h. Pengkoordinasian penyusunan data, informasi dan bahan promosi
i. Pembinaan, pengawasan, inspeksi dan bimbingan teknis di bidang
Energi Sumber Daya Mineral.
j. Pelaksanaan fasilitasi bantuan teknis di bidang Energi Sumber Daya
Mineral ke kabupaten/kota.
k. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program bidang Energi
Sumber Daya Mineral.
l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan fungsi
dan tugasnya.
8. Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi
Tugas: Menyelenggarakan operasional pelayanan kepada masyarakat di
bidang sumber daya air, dan penyelenggaraan operasional konservasi/
pelestarian air dan sumber air dan pelatihan teknis sumber daya air (Pasal 47).
Fungsi:
a. Penyusunan program balai.
b. Pelaksanaan ketatausahaan.
c. Penyelenggaraan operasi dan pemeliharaan irigasi lintas kabupaten/kota
dari luasan 1000 – 3000 ha.
d. Pelaksanaan penyediaan air baku untuk berbagai kepentingan.
e. Pelaksanaan pengaturan sungai, embung dan waduk.
f. Pelaksanaan upaya pengendalian banjir dan penanggulangan
kekeringan.