$ABTU
KLTWON 5JUL!
2014(7
PASA
1s47 )T
,,KEDAULATAN RAKYAT'
OPNI
EraMemilih
Sekolah
ADA
saatini
masih banyak calon pe-sertadidik
atau orangtua belumme-mastikan
sekolah mana yangdipilih.
Karena tahun ajaran baru semakin mendekat, mereka semakin bingung ketika harus
memi-kirkan
bagaimana caranya agar mendapatkansekolah baru
untuk
pendidikan jenjang yang lebihtingg.
Anak taman kanak-kanak harusmasuk
sekolah dasar,lalu
sekolahlanjutan
tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat atas, selanjutnya ke perguruan tinggi.
Banyak pertimbangan yang harus diambil orangtua (sebagian juga melibatkan
anak-anak-nya) sebelum memutuskan di mana anaknya akan
melanjutkan
sekolah. Selainharrs
me-nyediakan uang cukup besar, juga diperlukan kepandaian untuk memilih sekolah yang tepat. Apalagi banyak sekolah yang sudah memenuhijumlah
calon pesertadidiknya,
sehinggame-nambah orangtua bingung. Padahal banyak orangtua yang hanya menginginkan anaknya masuk sekolah tertentu yang jelas-jelas bona-fide. Sementara sekolah-sekolah yang
lain
de-ngan sendirinya dinomorduakan atau tidak ma-suk nominasi sekolah yang dicita-citakan.
Gejala seperti
itu
dari pandangan orangtua rnemang wajar. Orangtua berhak banggabila
anak-anaknya
fiterima
di sekolah yang tergo-long favorit. Dan predikatitu
muncul karena keadaanobjektif
yangberjalan
tidak
hanya satu-dua tahun tetapi seolah-olah sudah abadi.Kalau
kita
menilai, munculnya sekolah fa-vorit sebenarnya karena ada kesenjangan kuali-tas output antarsekolah.Jika
kualitasoutput
itu
sama, setidalmya merata, kiranya tak perlu lagi predikatfavorit
atautidak favorit.
Peng-alaman yangkita
temui bertahun-tahunjustru
meqjadi tantangan kita bersama, terrrtama pa-ra pendidikuntuk mencari akar persoalan men-gapa te4'adi keseqjangan output pendidikan an-tar satu dan lain sekolah. Di samping kesenjan-gan kuali-t"as output, predikat negeri dan swasta berpengaruh secara signifikan pula dalam era kompetisimemilih
sekolah. Pada umumnya sekolah-sekolah negeri tenang-tenang saja,di
samping biaya tercukupi, para peminat lang-sung menyerbu sekolah-sekolah negeri. Sekolah yang favorit targetnya memang bisa langsung
Aiffi
rdiy
illliharyantd
:,,, Iterpenuhi dengan
kualitas
calon yangtak
di-ragukan.
Sedangkan sekolah-sekolah negeriyang biasa-biasa saja,
tidak
sedikit yang mela-kukan promosi agartidak
kekwangan mr:rid.Sementara
itu
fenomena sekolah-sekolah swasta lebih mein:lukan- Sekolah swasta yang favorit memang tenang-tenang pr.rla sebabmu-dah
terpenuhi targetnya, namunjumlah
seko-lah swasta yang favorit
itu
hanya bisa dihiti:rrg denganjari saja. Sedangkan sebagian besarse-kolah swasta cenderung semakin kekr-rrangan
mwid.
Kalau di sekolah-sekolah negeri sajaba-nyak yang kekurangan murid, apalagr sekolah. sekolah swasta, sehingga tidak mengherankan apabila beberapa sekolah swasta harus gr-rlung
tikar karena tidak ada pendaftarnya.
Unfuk menghindari kekurangan murid,
seko-lah-sekolah swasta juga melakukan promosi
be-sar-besaran. Fenomena seperti
ini
akan mera-maikan bursa pencarian sekolah, sehingga lia-lau tidak hati-hati banyak orangtua yangterje-munculkan, yang ujr:ng-ujungrrya duit.
Pada masa lalu, biaya sekolah di negeri boleh dikatakan murah, karena memang
tidak
ada uang sekolah. Tbtapi sekarang, peningkatan kualitas banyak menyerap daya dan dana,se-hingga biaya sekolah di negeri pun tinggi. Kalau biaya sekolah di negeri
itu
tinggi, apakah biaya sekolah di swasta rendah? Ternyata tidak.Seko-lah-sekolah swasta yang tergolong favorit juga berusaha
meningkatkan mutunya,
sehingga membutul.rkan banyak biaya pula. Karena itu ji-kadibandingkan denganbiaya di sekolah negeri yang sama-sama favorit, sekolah-sekolah negeri masih lebih murah karena adanya subsidi dari pemerintah.Bagi orangtua yang tergolong berpenghasilan cukupan saja, harus memeras otak unh:k men-dapatkan uang agar anak-anakrrya bisa
melan-jutkan
sekolah. Mudah-mudahandalam
era kompetisi memilih sekolah, jangan sampai ada warga yang dirugikan akibat salah pilih. tr - c.*
)
Drs AKard.iyat
Wihanyanto MM,Dosen Uniuersitas Sannta Dhnrmn Yogyakarta. bak karena tergiur promosi yang
belum jelas realitasnya.
Di samping sistem rekrutmen siswa yang mencemaskan, para orangtua merasa runyam dan pu-sing memikirkan besarnya biaya yang harus dipersiapkan. Tidak ada beda biaya yang hams dike-luarkan untuk masuk ke sekolah negerimaupun swasta. Pada saat
ini
masuk ke sekolah negeri pun ternyata biayanyajauh dari yang dibayangkan dan hampir-hampirtak
ter{angkau oleh
kekuatanekonominya.