• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Motif Prososial Nara Didik Sekolah Minggu Gereja Kristen Indonesia Berusia 9-12 Tahun di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Motif Prososial Nara Didik Sekolah Minggu Gereja Kristen Indonesia Berusia 9-12 Tahun di Bandung."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Motif Prososial Nara Didik Sekolah Minggu Gereja Kristen Indonesia Berusia 9-12 Tahun di Bandung.” bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai motif prososial pada nara didik sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia Berusia 9-12 Tahun di Bandung. Dengan pertimbangan materi pengajaran yang diajarkan di sekolah minggu dan lingkungan gereja sarat dengan nilai-nilai prososial. Variabel yang diteliti adalah motif prososial. Penelitian dilakukan pada nara didik seklah minggu usia 9-12 tahun, kategori masa pertengahan dan akhir anak – anak (Santrock, 2002). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda deskriptif dengan menggunakan telnik survei.

Penelitian ini didasari oleh teori Hoffman (1975) akan motif prososial dengan aspek kognisi dan afeksi dan dilengkapi dengan elemen–elemen dari tiap – tiap aspek yang dikembangkan oleh Kornadt (1985)

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur motif prososial adalah tes gambar-situasi prososial, terdiri atas sepuluh gambar dengan situasi prososial yang disusun oleh peneliti. Tes gambar-situasi prososial ini menjaring lima elemen yang terdapat dalam motif prososial yaitu, elemen persepsi terhadap situasi, elemen nilai prososial, elemen perspektif sosial, elemen empati, dan elemen afek positif (Hoffman dalam Eisenberg, 1982). Alat ukur ini merupakan modifikasi dari alat ukur yang disusun oleh Sri Untari Pidada(1988).

Berdasarkan hasil try out diketahui validitas alat ukur berkisar antara 0.321 – 0.791 dan realibilitas sebesar 0,826. Dengan demikian dapat dikatakan alat ukur yang digunakan valid dan reliabel.

Kesimpulan dari hasil penelitian adalah nara didik sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia usia 9-12 tahun di Bandung sebesar 73% nara didik sekolah minggu yang memiliki motif prososial yang kuat 68,4%-nya memiliki nilai prososial yang lemah yang artinya nara didik sekolah minggu GKI usia 9-12 tahun yang memiliki keinginan yang kuat untuk menolong, berbagi atau perilaku lainnya dengan maksud meningkatkan kesejahteraan orang lain, kurang menginternalisasikan nilai-nilai menolong. Sebesar 27% nara didik sekolah minggu GKI usia 9-12 tahun di Bandung yang memiliki motif prososial yang lemah sebesar 96,3%-nya memiliki persepsi situasi yang kuat yang artinya nara didik sekolah minggu GKI usia 9-12 tahun di Bandung yang kurang memiliki keinginan kuat untuk menolong, berbagi atau perilaku lainnya dengan maksud meningkatkan kesejahteraan orang lain mampu melihat dan mengenali situasi yang membutuhkan pertolongan.Kelompok usia, kelas, jenis kelamin, pola asuh, dan kepribadian merupakan faktor berperan dalam membentuk motif prososial nara didik. Faktor kegiatan tambahan kurang berperan terhadap motif prososial nara didik. Kekuatan motif prososial tergantung dengan jenis kegiatan yang bercirikan prososial.

(2)
(3)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR………. ii

LEMBAR PENGESAHAN………... vii

LEMBAR PERSEMBAHAN……….. viii

DAFTAR ISI……… ix

DAFTAR BAGAN……….. xiii

DAFTAR TABEL……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN……… xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………..………….. 1

1.2. Identifikasi Masalah……… 6

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian……… 7

1.4. Kegunaan Penelitian……….……….. 7

1.5. Kerangka Pikir………..…….. 8

(4)

Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1. Sejarah Prososial……… 17

2.2. Pengertian Prososial……….. 17

2.3. Motif Prososial………..………. 20

2.3.1. Pengertian Motif Prososial……….. 20

2.3.2. Aspek–Aspek Motif Prososial……….…24

2.3.3. Faktor–faktor yang mempengaruhi Perkembangan Motif Prososial……… 27

2.3.3.1. Faktor Internal... 28

2.3.3.2. Faktor Eksternal………..………..…. 31

2.4. Sekolah Minggu... 36

2.4.1. Sejarah Sekolah Minggu……….………… 36

2.4.2. Pengertian Sekolah Minggu... 38

2.4.3. Kurikulum Sekolah Minggu GKI Bandung... 39

2.4.4. Guru Sekolah Minggu……….….. 39

2.4.5. Nara Didik Sekolah Minggu ………. 40

2.5. Masa Pertengahan dan Akhir Anak-anak 2.5.1. Definisi dan Batasan………... 40

2.5.2. Tugas Perkembangan……….. 41

2.5.3. Perkembangan Kognitif Piaget………...……… 42

2.5.4. Perspective Taking Selman………...………. 43

(5)

Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian... 45

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 46

3.2.1 Variabel Penelitian ... 46

3.2.2 Definisi Operasional. ... 46

3.3. Alat Ukur………. 48

3.3.1. Rancangan Alat Ukur……… 48

3.3.2. Rincian Alat Ukur... 49

3.3.3. Sistem Skoring... 50

3.3.4 Pengujian Alat Ukur... 50

3.3.4.1. Validitas Alat Ukur………. 50

3.3.4.2. Reliabilitas Alat Ukur……… 51

3.3.4.3. Hasil Uji Coba Alat Ukur... 51

3.4. Populasi Sasaran dan Teknik Sampling ... 52

3.4.1. Populasi Sasaran... 52

3.4.2. Teknik Sampling... 52

3.4.3. Data Penunjang……….. 52

3.5. Teknik Analisis Data……… 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Responden ... 54

4.1.1. Usia……… 54

(6)

Universitas Kristen Maranatha

4.1.3. Kelas... 55

4.2. Data Hasil Penelitian...55

4.2.1. Motif Prososial……….. 56

4.2.2. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Elemen– elemennya ... 56

4.2.3. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Usia... 56

4.2.4. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Jenis Kelamin... 57

4.2.5. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Kepribadian... 57

4.2.6. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Penghayatan Pola Asuh Orang Tua... 58

4.2.7. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Keikutsertaan dalam Kegiatan Tambahan... 58

4.2.8. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Kelas... 59

4.2.9. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Alasan... 59

4.3. Pembahasan...60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………..……… 70

5.2. Saran ………..……….. 71

5.2.1. Saran untuk Penelitian Lanjutan………. 71

5.2.2. Saran Guna Laksana………...……… 71

(7)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN... xvii

(8)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.5. Kerangka Pemikiran……… 15

(9)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1. Gambaran Responden Berdasarkan Usia……….………… 54

Tabel 4.1.2. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 55

Tabel 4.1.3. Gambaran Responden Berdasarkan Kelas... 55

Tabel 4.2.1. Gambaran Motif Prososial Responden……….. 56

Tabel 4.2.2. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Elemen – Elemennya………. 56

Tabel 4.2.3. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Usia... 56

Tabel 4.2.4. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Jenis Kelamin.... 57

Tabel 4.2.5. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Kepribadian... 57

Tabel 4.2.6. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Penghayatan Pola Asuh Orang Tua... 58

Tabel 4.2.7. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Kegiatan Tambahan... 58

Tabel 4.2.8. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Kelas... 59

(10)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Alat Tes Motif Prososial Gambar-Situasi Prososial Jenis Kelamin

Laki-laki

Lampiran 2: Alat Tes Motif Prososial Gambar-Situasi Prososial Jenis Kelamin

Perempuan

Lampiran 3 : Data Mentah Hasil Penelitian

(11)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Azwar Saifffudin. (1997). Realibilitas dan Validitas.Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset.

Bar–tal, Daniel. (1976). Prosocial Behavior Theory & Research. Washington : Hemisphere Publishing Coorporation.

Damon,William. (1997). Handbook Of Child Psychology. New York:John Wiley & Son,Inc

Davis, Mark H. (1994). Empathy: a social psychological Approach. Madison,

Wis: Brown & Benchmark Publishers.

Eisenberg, Nancy. (1982). The Development of Procosial Behavior. New York : Academic Press.

Freidenberg, Lisa. (1995). Psychological Testing : Design, Analysis and use, Boston : Copyright Allyn & Bacon.

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Santrock, John W. (2002). Life-Span Development:Perkembangan masa hidup Jilid I, edisi kelima). Alih bahasa:Achmad Chusairi & Juda Damanik.

(12)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Atherton J.S. 2005 Learning and Teaching: Piaget's developmental theory

[On-line] UK

Citation: Huitt, W., & Hummel, J. 2003. Piaget's theory of cognitive development.

Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State

University. Retrieved from

http://chiron.valdosta.edu/whuitt/col/cogsys/piaget.html

Jurnal Of Applied Developmental Psychology, 2006. http://www.sciendirect.com.

Pidada, Sri Untari. 1988. Peranan Lingkungan Kepramukaan dalam

Mengembangkan Motif Prososial Anggota Pramuka. Tesis: Bandung Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.

Tjandraningtyas, Jacqueline. 2004. Pengaruh Pelatihan Empati Terhadap

Peningkatan Motif Prososial Mahasiswa Universitas Kristen Maranatha di Bandung. Tesis: Bandung Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.

Wisnubrata, Lieke Juniati. 1992. Peranan Pengasuhan Orang tua dalam

Pengembangan Motif Prososial Remaja. Desertasi: Bandung Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.

http://www.KOMPAS.com

http://www.gkjtanjungpriok.com

http://www.piaget.org

(13)

Petunjuk pengisian:

Sekarang kita akan bermain dengan gambar – gambar. Kepada Adik akan diberi 10 gambar

situasi / kejadian. Dalam setiap gambar, Adik akan melihat tokoh utama yang memakai

topi

seperti ini:

Anggaplah Adik yang menjadi tokoh utamanya. Tokoh – tokoh yang sedang bersama adik bisa

adik boleh diumpamakan sebagai siapa saja. Nanti Adik akan mendapatkan 4 pertanyaan di

setiap gambar yang akan mempermudah adik bercerita. Berceritalah semenarik mungkin

Cerita Adik tidak ada yang betul dan yang salah, jadi Adik bebas bercerita. Selamat

berpetualang….

(14)

! "

# ! $ ! ! ! ! %

#& ! ! ! $ ! ! ! " %

' #( ! ! " %

#) " $ " " %

* + ! ' "

#+ , - " $ " " %

#+ ! . !.

' #/ " ! $ ! "0%

1 + ! ! $

2 $

2 ! !

3 ! ! .

/ $ ! ! !

(15)

Sekarang kita akan bermain dengan gambar – gambar. Kepada Adik akan diberi 10 gambar

situasi / kejadian. Dalam setiap gambar, Adik akan melihat tokoh utama yang memakai bando

seperti ini:

Anggaplah Adik yang menjadi tokoh utamanya. Tokoh – tokoh yang sedang bersama adik bisa

adik boleh diumpamakan sebagai siapa saja. Nanti Adik akan mendapatkan 4 pertanyaan di

setiap gambar yang akan mempermudah adik bercerita. Berceritalah semenarik mungkin .

Cerita Adik tidak ada yang betul dan yang salah, jadi Adik bebas bercerita. Selamat

berpetualang….

(16)

Gambar a

4 ! $ ! .

* " " ! ! .

.

1 .

.

(17)

Gambar b

4 ! $ ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(18)

Gambar c

4 ! $ ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(19)

Gambar d

4 ! $ ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(20)

Gambar e

4 ! $ ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(21)

Gambar f

4 ! $ ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(22)

Gambar g

4 ! $ ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(23)

Gambar h

4 ! $ ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(24)

Gambar i

4 ! $ ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(25)

Gambar j

4 ! $ ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(26)

Gambar a

4 ! , ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(27)

Gambar b

4 ! , ! .

3.

" " ! ! .

.

* .

.

(28)

Gambar c

4 ! , ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(29)

Gambar d

4 ! , ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(30)

Gambar e

4 ! , ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(31)

Gambar f

4 ! , ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(32)

Gambar g

4 ! , ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(33)

Gambar h

4 ! , ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(34)

Gambar i

4 ! , ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(35)

Gambar j

4 ! , ! .

2.

" " ! ! .

.

1 .

.

(36)
(37)
(38)

Data Penunjang

Responden 1-35

R Alasan Alasan JK Usia Kelas Pola Asuh Kepribadian Kegiatan Tambahan

1 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 6 demokratis ekstrovert tidak

2 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 6 otoriter ekstrovert tidak

3 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 9 4 permisif ekstrovert ya, inggris, kumon

4 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 5 demokratis ekstrovert tidak

5 harus mengumpulkan buku sekolah minggu eksternal P 10 5 otoriter ekstrovert ya, Piano, inggris, matematika

6 harus mengumpulkan buku sekolah minggu eksternal P 11 6 otoriter ekstrovert ya, mata pelajaran

7 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 12 6 demokratis ekstrovert ya, Inggris

8 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 12 6 demokratis ekstrovert ya, menari, musik

9 harus mengumpulkan buku sekolah minggu eksternal P 9 5 demokratis ekstrovert tidak

10 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 5 otoriter ekstrovert tidak

11 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 12 6 demokratis ekstrovert tidak

12 ingin mengetahui firman Tuhan internal P 9 4 demokratis ekstrovert ya, piano, inggris

13 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 10 5 otoriter ekstrovert tidak

14 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 10 4 demokratis ekstrovert tidak

15 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 10 4 demokratis ekstrovert ya, menyanyi

16 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 5 demokratis ekstrovert ya, Inggris

17 saya ingin saja persi ke sekolah minggu internal P 10 4 demokratis ekstrovert ya,mandarin

18 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 5 demokratis ekstrovert tidak

19 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 12 6 permisif ekstrovert tidak

20 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 9 4 demokratis ekstrovert

ya, musik, matematika, mandarin

21 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 12 6 demokratis ekstrovert ya, inggris, piano, mandarin

22 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 10 5 otoriter ekstrovert ya, keyboard

23 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 11 5 demokratis introvert ya, inggris

24 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 12 6 otoriter ekstrovert tidak

25 saya ingin sendiri dan tidak disuruh internal P 11 5 demokratis ekstrovert tidak

26 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong Internal P 12 6 otoriter ekstrovert ya, matematika

27 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 6 demokratis ekstrovert ya, mandarin, inggris

28 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 demokratis ekstrovert ya, musik, inggris, balet

29 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 6 demokratis ekstrovert tidak

30 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 demokratis ekstrovert ya, piano

31 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 12 6 otoriter ekstrovert ya, mata pelajaran

32 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 9 4 otoriter ekstrovert tidak

33 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 10 5 otoriter ekstrovert ya, mandarin

34 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 9 4 permisif ekstrovert tidak

(39)

Data Penunjang

Responden 36-70

R Alasan Alasan JK Usia Kelas Pola Asuh Kepribadian Kegiatan Tambahan

36 karena saya ingin memuliakan Allah internal L 11 6 permisif ekstrovert tidak

37 Mengenal Yesus lebih dekat internal P 11 5 demokratis ekstrovert mata pelajaran

38 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 permisif introvert tidak

39 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 demokratis ekstrovert ya, piano, gambar, renang

40 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 12 6 demokratis ekstrovert ya, mata pelajaran

41 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 otoriter ekstrovert ya, piano, tenis

42 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 demokratis ekstrovert tidak

43 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 6 demokratis ekstrovert tidak

44 karena saya ingin menghargai Tuhan internal P 10 5 otoriter ekstrovert ya, inggris, piano, renang

45 kemauan sendiri dan harus mengumpukan buku internal P 10 5 demokratis ekstrovert tidak

46 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 permisif introvert tidak

47 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 permisif ekstrovert tidak

48 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 5 demokratis ekstrovert ya, mandarin, piano

49 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 12 6 otoriter ekstrovert ya, matematika

50 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 12 6 demokratis ekstrovert ya, basket

51 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 demokratis ekstrovert ya, piano, pelajaran

52 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 6 permisif ekstrovert ya, piano, pelajaran

53 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 permisif ekstrovert tidak

(40)

55 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 demokratis ekstrovert ya, mata pelajaran

56 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 9 4 permisif ekstrovert tidak

57 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal L 12 6 demokratis ekstrovert ya, piano, inggris

58 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 4 permisif ekstrovert tidak

59 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal L 10 4 otoriter ekstrovert ya, tenis, inggris, pelajaran

60 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 12 6 demokratis ekstrovert ya, piano

61 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 11 6 otoriter introvert tidak

62 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong eksternal L 11 6 demokratis ekstrovert ya, piano, inggris

63 Mempunyai kecintaan pada Tuhan internal L 11 6 otoriter ekstrovert tidak

64 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 5 permisif ekstrovert ya, matematika

65 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 11 6 otoriter ekstrovert tidak

66 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 5 otoriter ekstrovert ya, Inggris

67 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 permisif ekstrovert ya, mandarin

68 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 permisif ekstrovert ya, mata pelajaran

69 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 5 demokratis ekstrovert ya, mata pelajaran

70 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 5 demokratis ekstrovert ya, matematika

(41)

R Alasan Alasan JK Usia Kelas Pola Asuh Kepribadian Kegiatan Tambahan

76 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 6 demokratis ekstrovert ya, mata pelajaran

77 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 11 6 demokratis introvert tidak

78 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 4 otoriter ekstrovert ya, kumon

79 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal L 11 6 demokratis ekstrovert ya, berenang, inggris, pelajaran

80 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 11 6 demokratis ekstrovert tidak

81 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal L 11 4 otoriter introvert ya, badminton

82 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 5 permisif ekstrovert tidak

83 harus mengumpulkan buku sekolah minggu eksternal L 9 4 permisif ekstrovert ya, piano, mandarin, inggris

84 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 otoriter ekstrovert ya, mandarin

85 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 permisif ekstrovert ya, mata pelajaran

86 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 demokratis ekstrovert ya, mata pelajaran

87 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 5 demokratis ekstrovert ya, matematika

88 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 demokratis ekstrovert ya, pelajaran, gambar,inggris

89 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 demokratis ekstrovert tidak

90 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 otoriter ekstrovert ya, mata pelajaran

91 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 11 6 demokratis ekstrovert ya, piano

92 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 permisif ekstrovert ya, mata pelajaran

93 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 5 otoriter ekstrovert ya, inggris

94 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 permisif ekstrovert

ya, matematika, inggris, berenang

95 orang tua saya yang menyuruh pergi ekternal L 9 4 demokratis ekstrovert tidak

96 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong eksternal L 12 6 demokratis ekstrovert ya, piano

97 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 11 6 otoriter ekstrovert ya, inggris, pelajaran

98 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 11 6 otoriter ekstrovert ya, Inggris

99 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 demokratis ekstrovert tidak

(42)

Universitas Kristen Maranatha

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tahap anak-anak merupakan salah satu tahapan kehidupan yang pasti

dilalui oleh seseorang. Anak-anak merupakan aset penting milik negara yang akan

menjadi penerus suatu bangsa. Anak-anak mempunyai peranan penting untuk

mencapai negara yang sejahtera, makmur dan sentosa. Bangsa yang terpandang

dan diakui oleh dunia adalah bangsa yang tidak hanya kaya dalam sumber daya

alam saja tapi juga dalam sumber daya manusia. Anak-anak mempunyai banyak

sekali potensi di dalam dirinya untuk dikembangkan. Sampai sejauh mana potensi

ini dikembangkan akan menentukan sumber daya manusia seperti apa yang akan

dimiliki oleh suatu bangsa.

Sepanjang kehidupan seorang manusia terdapat banyak hal yang dapat

mempengaruhi kualitas perkembangan manusia tersebut. Salah satu hal yang

paling berpengaruh terhadap kehidupan adalah nilai kemanusiaan yang dimiliki

seseorang. Oleh karena itu, nilai-nilai kemanusiaan perlu ditanamkan sedini

mungkin dalam diri seorang anak. Nilai-nilai kemanusiaan yang ditanamkan pada

diri anak-anak dapat memberikan gambaran mengenai nilai- nilai dan moralitas

bangsa di masa depan.

Nilai-nilai kemanusiaan berkaitan erat dengan interaksi antar manusia.

Seperti sudah umum diketahui, manusia adalah makhluk sosial yang hidup saling

(43)

Universitas Kristen Maranatha

2

anak-anak harus belajar berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Dalam

proses tersebut anak dituntut mampu menyesuaikan diri, menyelaraskan

kepentingan dirinya dengan kepentingan orang lain, dan mempelajari berbagai

keterampilan sosial sehingga dapat hidup berdampingan dengan orang lain secara

harmonis.

Sikap anak terhadap orang lain, pengalaman sosial, serta seberapa besar

kepedulian anak terhadap kepentingan orang lain tercermin melalui relasi sosial

yang terbentuk. Relasi sosial dapat terjadi antara anak dengan orang dewasa,

teman sebaya atau anak yang lebih kecil darinya. Dalam proses sosialisasi, anak

mempelajari cara yang baik untuk berinteraksi dengan orang lain. Anak belajar

bahwa untuk diterima dalam pergaulan, ia harus mau memperhatikan kepentingan

orang lain disamping kepentingan dirinya pribadi. Melalui proses belajar secara

tidak langsung tersebut, anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan baik dan

tumbuh sebagai individu yang memiliki kepekaan serta kepedulian terhadap

situasi dan permasalahan yang dihadapinya sehari-hari.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, masa anak-anak merupakan tahap

perkembangan yang penting untuk diperhatikan. Perilaku sosial yang terbentuk

pada usia anak-anak cenderung tidak berubah. Kalaupun mengalami perubahan,

perubahan yang terjadi akan sangat minimal, kecuali bila dilakukan intervensi

efektif.

Salah satu cara untuk membentuk perilaku sosial anak adalah dengan

dorongan secara langsung dari orang dewasa yang mendampinginya dan dari

(44)

Universitas Kristen Maranatha

3

kebiasaan berperilaku sosial tertentu bila terdapat kondisi lingkungan yang

mendukung. Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar dalam perkembangan

sosialisasi anak. Lingkungan yang bercirikan nilai-nilai kemanusian akan

berpengaruh terhadap tingkah laku anak.

Salah satu acuan yang digunakan untuk menunjukkan bahwa anak

memiliki nilai-nilai kemanusiaan adalah adanya keinginan untuk memberikan

bantuan kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan. Keinginan untuk

menolong orang lain dikenal sebagai motif prososial. Motif prososial adalah

dorongan dari dalam diri untuk menampilkan tingkah laku menolong dan berbagi

serta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa mengharapkan

imbalan dari luar.(Eisenberg, 1982).

Konsep filosofi dari motif prososial berakar dari doktrin religi (Eisenberg,

1982). Semua agama mengajarkan pemeluknya mengenai nilai-nilai yang

bercirikan prososialitas. Salah satu agama yang diakui di negara kita adalah

agama Kristen. Di dalam agama Kristen individu diajarkan untuk mengasihi orang

lain sebagaimana mengasihi dirinya sendiri. Pengajaran ini dapat ditemukan

dalam berbagai peristiwa bercirikan motif prososial yang dikisahkan dalam kitab

suci agama Kristen. Salah satu kisah yang diceritakan adalah cerita mengenai

orang Samaria yang berbelas kasihan membalut orang asing yang terluka,

mengantarnya ke penginapan dan menanggung biaya penginapannya. (LAI,

dalam Eisenberg, 1982).

Dalam sebagian besar gereja Kristen, pendidikan iman dan keagamaan

(45)

Universitas Kristen Maranatha

4

bagi anak-anak. Pendidikan yang diperuntukkan bagi anak lazim dikenal dengan

sebutan sekolah minggu. Sekolah minggu, seperti yang tercantum dalam Tata

Laksana GKI Jawa Barat (2000), merupakan salah satu bagian dari program

gereja di bidang pelayanan khusus kepada anak. Kebaktian anak dimaksudkan

untuk membangun interaksi anak dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesama.

Selain itu, anak diajar mengenai nilai-nilai sosial yang akan mendukung motif

prososialnya. Hal ini tercermin dalam beberapa pelajaran yang diajarkan di

sekolah minggu.

Salah satu kelompok usia dalam kegiatan sekolah minggu adalah usia 9-12

tahun. Individu yang mengikuti pelajaran sekolah minggu dikenal dengan sebutan

nara didik sekolah minggu (merupakan istilah yang baku dan dipergunakan dalam

pendidikan untuk siswa). Individu dalam rentang usia 9-12 tahun dituntut untuk

dapat bersosialisasi dan berelasi dengan lebih baik. Menurut Piaget, anak usia

9-12 tahun berada dalam tahap concrete operational (dalam Huitt & Hummel,

2003). Pada tahap ini, nara didik telah memiliki aspek kognisi yang lebih matang

dibandingkan nara didik dengan usia lebih muda. Nara didik mulai meninggalkan

meninggalkan pola pikir yang mementingkan diri sendiri dan mulai dapat melihat

dan merasakan sudut pandang orang lain. Dengan kemampuan ini nara didk dapat

mencerna stimulus dari lingkungan dengan lebih tepat.

Program pembelajaran yang diajarkan dan lingkungan di sekolah minggu

memiliki memiliki ciri-ciri motif prososial. Hal ini dapat dilihat dari materi-materi

yang mempunyai sub judul seperti: “Allah mau kita mengasihi sesama”, “Aku

(46)

Universitas Kristen Maranatha

5

yang bisa kuberikan untuk Tuhan dan sesamaku?”, dan lain sebagainya. Di

sekolah minggu, nara didik diajarkan untuk saling menolong, yaitu memberikan

sesuatu yang dibutuhkan orang lain agar dapat mencapai tujuan tertentu (Suluh

Sekolah Minggu GKI SW JABAR). Dalam pembelajaran di sekolah minggu

terdapat berbagai kegiatan yang mendorong nara didik untuk mengerjakan suatu

aktivitas tertentu yang dapat membangun motif prososial nara didik. Sebagai

contoh, nara didik mengisi form aktivitas yang berkaitan dengan tema yang

diajarkan pada hari tersebut, seperti: ”Apa yang kamu lakukan untuk membantu

ibumu?”. Contoh lain adalah nara didik juga dituntut untuk dapat berdiskusi, aktif

berperan dalam kegiatan sekolah minggu, mampu menyatakan pendapat, dan

mampu mengekspresikan perasaannya.

Wawancara yang dilakukan peneliti kepada 23 orang tua nara didik dan 12

guru sekolah minggu menunjukkan ketidakjelasan tentang motif prososial yang

dimiliki anak didiknya. Sebesar 52,2% orang tua mengatakan bahwa anaknya

akan menolong orang yang sedang kesulitan jika disuruh oleh orang lain yang

lebih dewasa. Sedangkan 41,7% guru sekolah minggu berpendapat bahwa nara

didiknya mau menolong orang lain tanpa disuruh,dan sebesar 66,7% guru sekolah

minggu berpendapat nara didik akan menolong orang lain hanya jika dijanjikan

imbalan.

Hasil yang sama didapat dari observasi yang dilakukan oleh peneliti

selama 1 bulan (4 kali pertemuan sekolah minggu). Dari hasil observasi

menunjukan nara didik sekolah minggu usia 9-12 tahun kurang memiliki motif

(47)

Universitas Kristen Maranatha

6

kepedulian terhadap temannya. Di dalam kegiatan sekolah minggu seorang guru

sering memberi kesempatan bagi nara didik yang ingin menceritakan

pengalamannya, baik itu pengalaman menyenangkan ataupun pengalaman yang

tidak menyenangkan. Beberapa anak menangis setelah mendengar pengalaman

yang tidak menyenangkan yang dialami temannya. Mereka iba mendengar

temannya yang sedang mengalami kesulitan dan ingin menolongnya untuk

meringankan masalah temannya tersebut. Namun ada juga yang mengatakan

bahwa pengalaman temannya itu biasa saja, dan tidak perlu dipikirkan karena

bukan urusannya.

Peneliti juga melihat hasil lembar form kegiatan yang telah diisi oleh nara

didik sekolah minggu. Dari data tersebut didapat bahwa jawaban–jawaban yang

diberikan nara didik sangat beragam dan tidak semuanya menunjukkan motif

prososial yang kuat.

Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai motif prososial nara didik

sekolah minggu yang merupakan salah satu lingkungan yang bercirikan motif

prososial. Karena itu peneliti tertarik untuk meneliti motif prososial nara didik

sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia berusia 9-12 tahun di Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah motif prososial nara

didik sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia berusia 9-12 tahun yang ada di

(48)

Universitas Kristen Maranatha

7

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk menjaring data tentang motif prososial

pada nara didik sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia berusia 9-12 tahun di

Bandung dan faktor–faktor yang mempengaruhinya.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran motif prososial pada

nara didik sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia berusia 9-12 tahun di

Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoretik

• Kegunaan teoritik dari penelitian ini sebagai upaya untuk mengkaji motif

prososial nara didik sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia berusia 9-12

tahun di Bandung.

• Sebagai bahan acuan dan informasi bagi penelitian lebih lanjut mengenai

motif prososial.

1.4.2 Kegunaan Praktis

• Informasi bagi komisi anak mengenai motif prososial nara didik sekolah

(49)

Universitas Kristen Maranatha

8

• Informasi bagi guru sekolah minggu mengenai motif prososial nara

didiknya.

• Mengetahui faktor–faktor yang terlibat sehingga dapat mengupayakan

kegiatan di sekolah minggu yang dapat meningkatkan motif prososial nara

didik.

1.5. Kerangka Pikir

Menurut penelitian, pendidikan di masa kanak-kanak pada umumnya

memiliki banyak pengaruh terhadap perkembangan anak. Individu akan menjadi

lebih kompeten dan dewasa secara sosial. Artinya, individu dapat menyesuaikan

diri dengan keadaan sosial yang dialaminya (Clarke-Stewart and Fein, 1983

dalam Santrock, 2002). Salah satu bentuk pendidikan dini yang dapat diikuti

oleh anak adalah sekolah minggu.

Sekolah minggu adalah bagian dari program gereja di bidang pelayanan

khusus kepada anak. Tujuan umum diadakannya sekolah minggu adalah untuk

memelihara dan mengembangkan aspek pendidikan sekaligus aspek ibadah.

Adapun yang dimaksud dengan aspek pendidikan disini adalah kegiatan

pembelajaran pada sekolah minggu yang dilakukan dengan mengikuti kurikulum

tertentu. Tujuan khusus yang ingin dicapai oleh sekolah minggu di susun dala

suatu kurikulum. Kurikulum adalah susunan rencana kegiatan pendidikan yang

terarah dalam mendidik anak mengalami serta mengembangkan hubungannya

(50)

Universitas Kristen Maranatha

9

diterbitkan oleh Sinode GKI Jabar (Tata Gereja, Tata Tertib, dan Tata

Laksana GKI Jabar, 1994).

Kegiatan pembelajaran di sekolah minggu menggunakan buku paduan

yang berjudul Suluh Siswa. GKI SW Jabar telah mengembangkan kurikulum dan

materi Sekolah minggu yang digunakan sejak tahun 1984 dan direvisi setiap dua

tahun sekali. Tujuan diterbitkan Suluh Sekolah Minggu adalah untuk

mempermudah guru sekolah minggu dalam mencapai mengarahkan dan

memberikan kesempatan kepada nara didik untuk menerjemahkan kasih dan

kepedulian Sang Pencipta ke dalam pengalaman yang spesifik dan konkrit,

sebagai bagian dari kehidupan para murid setiap harinya.Sekolah minggu terbagi

menjadi beberapa kelas yang dikelompokkan berdasarkan usia dan tingkatan kelas

di sekolah formal.

Kurikulum sekolah minggu mengatur sesi pembelajaran, yaitu setiap

pertemuan terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama guru sekolah minggu akan

menceritakan kisah dan tokoh–tokoh dalam Alkitab yang mencerminkan nilai –

nilai kristiani. Dalam bercerita, guru sekolah minggu diwajibkan menggunakan

alat peraga seperti boneka wayang, gambar tokoh, kain flanel (Suluh Sekolah

MingguGKI SW JABAR, 1998).Dengan demikian, anak akan lebih memahami

situasi yang sedang terjadi dalam cerita tersebut. Guru sekolah minggu juga

mengharuskan nara didik untuk menghafal ayat alkitab, sehingga anak dapat

mengingat nilai–nilai kebaikan yang telah telah mereka dengar. Proses ini

(51)

Universitas Kristen Maranatha

10

Bagian kedua dari pembelajaran adalah aktivitas belajar. Nara didik wajib

mengikuti aktivitas yang berkaitan dengan cerita yang baru diajarkan. Guru

sekolah minggu wajib membimbing nara didik untuk berdiskusi dan

mengungkapkan pikiran, perasaan, dan apa yang akan dilakukan oleh mereka. Di

setiap pertemuan, guru dan nara didik akan berdoa baik yang menyangkut

kebutuhan pribadi atau kebutuhan orang lain. Misalnya berdoa untuk

kesembuhan, berdoa untuk orang yang dalam kekurangan, berdoa untuk korban

bencana alam. Proses ini dapat melatih anak untuk mempertajam afeksi nara didik

sekolah minggu.

Menurut Santrock, 2002 individu usia 9-12 tahun berada pada tahap

perkembangan masa pertengahan dan akhir anak-anak. Pada masa ini anak belajar

menyesuaikan diri dengan teman–teman sebaya, mengembangkan hati dan norma,

mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai, dan juga anak belajar

mengembangkan sikap dalam kelompok sosial dan intuisi.

Perkembangan kognitif pada anak usia 9-12 tahun, menurut Piaget sedang

berada pada tahap concrete operational dimana pada masa ini anak-anak

mengalami perkembangan pesat dalam proses operasi kognitif. Operasi kognitif

adalah aktivitas mental yang memampukan anak-anak menyesuaikan dan

menyusun bentuk dan simbol dalam membuat rumusan atau keputusan yang logis.

Pada masa ini anak tidak lagi memikirkan diri sendiri (self oriented), melainkan

anak mampu menilai berdasarkan sudut pandang orang lain. Individu mulai

menyadari bahwa keadaan tiap orang berbeda karena itu setiap orang mempunyai

(52)

Universitas Kristen Maranatha

11

Dalam upaya untuk memenuhi tugas–tugas perkembangan dapat dilatih

melalui interaksi individu dengan orang lain disekitarnya. Agar anak dapat

diterima di lingkungannya, anak harus belajar mengembangkan keterampilan–

keterampilan bersosialisasi yang diantaranya melalui tingkah laku prososial.

Tingkah laku tertentu akan diarahkan oleh motif tertentu (Atkinson,

1964). Tingkah laku prososial diarahkan oleh motif prososial. Motif sifatnya

potensial dalam diri individu, artinya setiap individu sudah mempunyai motif.

Berdasar pemahaman tersebut, motif prososial dapat diartikan sebagai motif

khusus dan motif tunggal yang ada dalam diri individu yang mendorong

munculnya perilaku prososial. Motif menolong akan menggerakkan tingkah laku

menolong.

Motif prososial adalah dorongan dari dalam diri untuk menampilkan

tingkah laku menolong, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan orang lain

tanpa mengharapkan imbalan dari luar (Eisenberg, 1982). Motif prososial

tercermin melalui kecenderungan anak untuk menolong, berbuat baik, suka

berbagi, suka memberi, merasa terlibat dan bertanggung jawab terhadap

penderitaan sesama, memperhatikan kesejahteraan orang lain dan menempatkan

kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri.

Menurut Hoffman, motif prososial terdiri atas dua aspek yaitu aspek

kognisi dan afeksi (dalam Eisenberg, 1982). Aspek kognisi terdiri dari tiga

elemen, yaitu elemen persepsi terhadap situasi, nilai sosial dan perspektif sosial.

(53)

Universitas Kristen Maranatha

12

antara aspek kognisi dan aspek afeksi sangat penting dan berpengaruh terhadap

motif prososial yang mendasari munculnya tingkah laku prososial.

Elemen-elemen dalam tiap aspek menunjukkan interaksi yang saling

terkait dan saling berhubungan. Elemen pertama dari aspek kognisi adalah

persepsi tentang situasi, yaitu pemaknaan terhadap situasi lingkungan dimana

bantuan dibutuhkan. Individu menilai situasi, apakah situasi tersebut

membutuhkan bantuan atau tidak. Elemen kedua adalah nilai prososial, yaitu nilai

pribadi tentang prososial yang dimiliki atau dianut individu yang merupakan hasil

internalisasi nilai dan norma dalam masyarakat atau kelompok. Individu akan

menentukan apakah ia perlu membantu atau tidak. Elemen yang ketiga adalah

perspektif sosial, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri secara kognitif pada

orang lain yang ditolong. Individu memiliki pengetahuan dan pemahaman kognisi

tentang kondisi yang ditolong.

Aspek efeksi terdiri atas dua elemen, yaitu elemen empati dan afek positif.

Empati merupakan perasaan yang muncul ketika melihat orang yang mengalami

kejadian. Individu seolah-olah merasakan apa yang dirasakan orang lain yang

membutuhkan bantuan. Afek positif adalah wujud tergeraknya perasaan untuk

melakukan sesuatu yang bernilai prososial, misalnya perasaan kasih sayang dan

perhatian. Masing-masing elemen akan berinteraksi dan nantinya akan

menentukan kekuatan motif prososial pada diri individu.

Motif prososial yang kuat akan ditunjang oleh elemen-elemen yang kuat

pula Begitu pula sebaliknya jika elemen-elemen motif prososial lemah maka

(54)

Universitas Kristen Maranatha

13

Menurut Hoffman (1975), motif prososial terbentuk secara individu

karena terbentuknya dipengaruhi oleh pengalaman sosialisasi yang dialami

individu sendiri. Oleh karena itu terdapat pula perbedaan individu dalam kekuatan

motif. Begitu motif terbentuk, maka motif akan memiliki kecenderungan yang

relatif menetap. Kornadt (1985) mengemukakan bahwa motif hendaknya

dipandang sebagai bagian dari kepribadian. Motif prososial merupakan suatu

kecenderungan untuk bertingkah laku prososial dengan mempertimbangkan dan

tanggap terhadap kesulitan yang dihadapi orang lain.

Perkembangan motif prososial dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal. Hal–hal yang termasuk dalam faktor internal antara lain usia, jenis

kelamin dan kepribadian. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal adalah

pola asuh, lingkungan, dan sosialisasi.

Faktor internal yang pertama adalah usia. Dari penelitian-penelitian para

ahli diperoleh bahwa ada hubungan antara usia dengan beberapa indikator tingkah

laku prososial, namun tidak dapat disimpulkan untuk tingkah laku prososial secara

keseluruhan. Ada konsistensi hubungan antara usia dengan kecenderungan

berbagi. Anak-anak pada usia yang lebih besar lebih sering berbagi dan murah

hati dibandingkan anak-anak yang lebih kecil (Staub, 1970, 1971).

Faktor internal yang kedua adalah jenis kelamin. Penelitian yang

berkesinambungan juga dilakukan terhadap pengaruh jenis kelamin dalam motif

prososial. Sejumlah penelitian menemukan perbedaan yang signifikan dalam

kedermawanan antara anak perempuan dan anak laki-laki (Harris & Siebel,

(55)

Universitas Kristen Maranatha

14

Raven – Rubin, 1983 (dalam Eisenberg) menunjukkan motif prososial pada

perempuan lebih tinggi, namun dalam tindakan prososial, perempuan lebih rendah

dibandingkan laki- laki.

Faktor internal yang ketiga adalah kepribadian. Satow (1975) mengamati

bahwa orang yang mempunyai tingkat kebutuhan tinggi untuk diterima secara

sosial, lebih cenderung menyumbangkan uang bagi kepentingan amal daripada

orang yang mempunyai tingkat kebutuhan rendah untuk diterima secara sosial,

kecuali hanya bila orang lain menyaksikannya.

Variabel yang termasuk dalam faktor eksternal yaitu pola asuh, lingkungan

dan sosialisasi. Pertama, dalam teori-teori tentang pengasuhan orang tua, Lieke

Wisnubrata (1992) mengungkapkan bahwa strategi pengasuhan orang tua

mempunyai pengaruh untuk mengembangkan motif prososial. Pola asuh bina

kasih (identik dengan demokratis/autoratif) mempunyai pengaruh untuk

mengembangkan motif prososial. Pola otoriter/authoritarian dan permisif

memiliki pengaruh sebagai penghambat motif prososial.

Faktor eksternal yang kedua adalah lingkungan. Berdasarkan penelitian

mengenai variabel-variabel lingkungan, dapat dikatakan bahwa lingkungan tempat

individu tinggal dan bersosialisasi merupakan hal penting yang potensial dalam

pembentukan kecenderungan tingkah laku prososial anak (Eisenberg,1982).

Lingkungan yang bercirikan prososial akan mengembangkan motif prososial.

Faktor eksternal yang ketiga adalah sosialisasi. Menurut Child (1954),

sosialisasi adalah proses ketika seorang individu yang lahir dengan potensi

(56)

Universitas Kristen Maranatha

15

laku aktual yang lebih sedikit ragamnya. Proses ini berlangsung dalam batasan

apa yang menjadi kebiasaan bagi individu tersebut sesuai dengan standar

kelompoknya. Pengalaman-pengalaman sosialisasi anak dipandang memiliki

peran penting dalam perkembangan kecenderungan empati dan dalam

mengembangkan sikap mental terhadap orang lain. Pengalaman sosialisasi anak

dapat memberikan tekanan pada nilai-nilai yang mempengaruhi proses altruisme.

Pengalaman-pengalaman sosialisasi yang terjadi di lingkungan sekolah

minggu merupakan kejadian-kejadian yang mencerminkan nilai prososial.

Lingkungan yang bercirikan motif prososial berpengaruh unntuk meningkatkan

(57)

Universitas Kristen Maranatha

16

1.6. Asumsi Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, diturunkan asumsi penelitian sebagai berikut:

• Motif prososial pada nara didik sekolah minggu dijaring melalui persepsi

tentang situasi, nilai prososial, perspektif sosial, empati dan afek positif.

• Sekolah minggu merupakan lingkungan yang bercirikan prososial yang

membuka peluang munculnya motif prososial dengan tingkat kekuatan yang

(58)

Universitas Kristen Maranatha 70

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang motif prososial, nara didik

sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia berusia 9-12 tahun di Bandung dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari seluruh nara didik yang diuji, 73% nara didik memiliki motif prososial

kuat dan sebesar 27% nara didik memiliki motif prososial yang lemah.

2. Nara didik sekolah minggu yang memiliki motif prososial kuat, kuat pada

elemen persepsi situasi (100%), elemen perspektif sosial (98,6%), elemen

empati (100%) dan pada elemen afek positif (96%). Namun, sebanyak 68,4%

lemah pada elemen nilai prososial.

3. Nara didik yang memiliki motif prososial lemah, lemah pula pada elemen nilai

prososial (100%), perspektif sosial (85,2%), empati (63%), dan afek positif

(66,7%). Namun, nara didik dengan motif prososial lemah memiliki nilai

persepsi situasi yang cukup tinggi (96,3%).

4. Kelompok usia, kelas, jenis kelamin, pola asuh, dan kepribadian merupakan

faktor berperan dalam membentuk motif prososial nara didik.

5. Faktor kegiatan tambahan kurang berperan terhadap motif prososial nara

didik. Kekuatan motif prososial tergantung dengan jenis kegiatan yang

(59)

Universitas Kristen Maranatha 71

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan beberapa saran.

Saran yang diajukan dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu saran untuk penelitian

lanjutan dan saran guna laksana.

5.2.1. Saran untuk Penelitian Lanjutan

Kepada peneliti selanjutnya yang tertarik pada topik motif prososial dapat

dilakukan penelitian untuk mengetahui lingkungan-lingkungan yang berperan

untuk meningkatkan motif prososial. Misalnya, kegiatan pramuka, Palang Merah

Indonesia.

5.2.2 Saran Guna Laksana

Berkaitan dengan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan dengan

menyadari keterbatasan yang ada, peneliti mengajukan beberapa saran guna

laksana sebagai berikut:

1. Merujuk pada hasil penelitian, nara didik sekolah minggu yang mempunyai

motif prososial kuat, ternyata lemah dalam elemen nilai prososial. Disarankan

agar komisi anak dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dapat

menumbuhkan nilai-nilai prososial pada nara didik, misalnya bermain peran,

sandiwara yang menggambarkan situasi prososial dan memberikan

pengarahan mengenai alasan-alasan mengapa kita perlu menolong orang lain.

(60)

Universitas Kristen Maranatha 72

2. Komisi anak dapat mengadakan kegiatan-kegiatan yang bercirikan motif

prososial yang melibatkan nara didik, misalnya membagikan makanan pada

anak jalanan, mengumpulkan pakaian bekas untuk disumbangkan,

mengunjungi panti asuhan dan panti jompo.

3. Mengingat nara didik berada dalam usia sekolah, dapat disarankan komisi

anak dapat seminar untuk orang tua mengenai pola asuh orang tua yang dapat

meningkatkan motif prososial.

4. Guru sekolah minggu disarankan untuk melakukan pendekatan afektif kepada

(61)

Universitas Kristen Maranatha 1

DAFTAR PUSTAKA

Azwar Saifffudin. (1997). Realibilitas dan Validitas.Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset.

Bar–tal, Daniel. (1976). Prosocial Behavior Theory & Research. Washington : Hemisphere Publishing Coorporation.

Damon,William. (1997). Handbook Of Child Psychology. New York:John Wiley & Son,Inc

Davis, Mark H. (1994). Empathy: a social psychological Approach. Madison, Wis: Brown & Benchmark Publishers.

Eisenberg, Nancy. (1982). The Development of Procosial Behavior. New York : Academic Press.

Freidenberg, Lisa. (1995). Psychological Testing : Design, Analysis and use, Boston : Copyright Allyn & Bacon.

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Santrock, John W. (2002). Life-Span Development:Perkembangan masa hidup

(62)

Universitas Kristen Maranatha 2

DAFTAR RUJUKAN

Atherton J.S. 2005 Learning and Teaching: Piaget's developmental theory [On-line] UK

Citation: Huitt, W., & Hummel, J. 2003. Piaget's theory of cognitive development. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State

University. Retrieved from

http://chiron.valdosta.edu/whuitt/col/cogsys/piaget.html

Jurnal Of Applied Developmental Psychology, 2006. http://www.sciendirect.com.

Pidada, Sri Untari. 1988. Peranan Lingkungan Kepramukaan dalam

Mengembangkan Motif Prososial Anggota Pramuka. Tesis: Bandung Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.

Tjandraningtyas, Jacqueline. 2004. Pengaruh Pelatihan Empati Terhadap Peningkatan Motif Prososial Mahasiswa Universitas Kristen Maranatha di Bandung. Tesis: Bandung Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.

Wisnubrata, Lieke Juniati. 1992. Peranan Pengasuhan Orang tua dalam Pengembangan Motif Prososial Remaja. Desertasi: Bandung Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.

http://www.KOMPAS.com

http://www.gkjtanjungpriok.com

http://www.piaget.org

Gambar

 Gambar a
     Gambar b  ��4���!�������$�����������������!���������.
Gambar c
Gambar d
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Dan Interval Waktu Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Atonik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Selada ( Lactuca

Partiispasi masyarkat di Desa Bejiharjo dikelola oleh sebuah lembaga yang dinamakan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) sampai tahun 2014 jumlah Pokdarwis di Desa Bejiharjo

Populasi dari penelitian ini adalah 30 remaja yang menjadi pengunjung di warnet game-online yang berstatus gamersyang berada di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota

yang sama, yaitu pemeriksaan penapisan/skrining terhadap kelainan terhadap kelainan pra kanker di mulut rahim atau kanker serviks.. pra kanker di mulut rahim atau

[r]

bolavoli yang diperuntukkan anak Sekolah Dasar, atau yang setara dengannya. Dewasa ini permainan bolavoli termasuk permainan yang populer diantara cabang olahraga yang lainnya.

atau bersaing untuk memperoleh produk pulp dan kertas ini, membuat persediaan produk pulp dan kertas menjadi terbatas. Permintaan akan produk pulp dan kertas tinggi selain

posisi yang baik dimata konsumen. Positioning merupakan strategi penempatan diri dalam upaya mewujudkan apa yang sudah menjadi tujuannya, yaitu dengan memperkenalkan