Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Motif Prososial Nara Didik Sekolah Minggu Gereja Kristen Indonesia Berusia 9-12 Tahun di Bandung.” bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai motif prososial pada nara didik sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia Berusia 9-12 Tahun di Bandung. Dengan pertimbangan materi pengajaran yang diajarkan di sekolah minggu dan lingkungan gereja sarat dengan nilai-nilai prososial. Variabel yang diteliti adalah motif prososial. Penelitian dilakukan pada nara didik seklah minggu usia 9-12 tahun, kategori masa pertengahan dan akhir anak – anak (Santrock, 2002). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda deskriptif dengan menggunakan telnik survei.
Penelitian ini didasari oleh teori Hoffman (1975) akan motif prososial dengan aspek kognisi dan afeksi dan dilengkapi dengan elemen–elemen dari tiap – tiap aspek yang dikembangkan oleh Kornadt (1985)
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur motif prososial adalah tes gambar-situasi prososial, terdiri atas sepuluh gambar dengan situasi prososial yang disusun oleh peneliti. Tes gambar-situasi prososial ini menjaring lima elemen yang terdapat dalam motif prososial yaitu, elemen persepsi terhadap situasi, elemen nilai prososial, elemen perspektif sosial, elemen empati, dan elemen afek positif (Hoffman dalam Eisenberg, 1982). Alat ukur ini merupakan modifikasi dari alat ukur yang disusun oleh Sri Untari Pidada(1988).
Berdasarkan hasil try out diketahui validitas alat ukur berkisar antara 0.321 – 0.791 dan realibilitas sebesar 0,826. Dengan demikian dapat dikatakan alat ukur yang digunakan valid dan reliabel.
Kesimpulan dari hasil penelitian adalah nara didik sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia usia 9-12 tahun di Bandung sebesar 73% nara didik sekolah minggu yang memiliki motif prososial yang kuat 68,4%-nya memiliki nilai prososial yang lemah yang artinya nara didik sekolah minggu GKI usia 9-12 tahun yang memiliki keinginan yang kuat untuk menolong, berbagi atau perilaku lainnya dengan maksud meningkatkan kesejahteraan orang lain, kurang menginternalisasikan nilai-nilai menolong. Sebesar 27% nara didik sekolah minggu GKI usia 9-12 tahun di Bandung yang memiliki motif prososial yang lemah sebesar 96,3%-nya memiliki persepsi situasi yang kuat yang artinya nara didik sekolah minggu GKI usia 9-12 tahun di Bandung yang kurang memiliki keinginan kuat untuk menolong, berbagi atau perilaku lainnya dengan maksud meningkatkan kesejahteraan orang lain mampu melihat dan mengenali situasi yang membutuhkan pertolongan.Kelompok usia, kelas, jenis kelamin, pola asuh, dan kepribadian merupakan faktor berperan dalam membentuk motif prososial nara didik. Faktor kegiatan tambahan kurang berperan terhadap motif prososial nara didik. Kekuatan motif prososial tergantung dengan jenis kegiatan yang bercirikan prososial.
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
ABSTRAK……….. i
KATA PENGANTAR………. ii
LEMBAR PENGESAHAN………... vii
LEMBAR PERSEMBAHAN……….. viii
DAFTAR ISI……… ix
DAFTAR BAGAN……….. xiii
DAFTAR TABEL……… xiv
DAFTAR LAMPIRAN……… xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………..………….. 1
1.2. Identifikasi Masalah……… 6
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian……… 7
1.4. Kegunaan Penelitian……….……….. 7
1.5. Kerangka Pikir………..…….. 8
Universitas Kristen Maranatha
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Sejarah Prososial……… 17
2.2. Pengertian Prososial……….. 17
2.3. Motif Prososial………..………. 20
2.3.1. Pengertian Motif Prososial……….. 20
2.3.2. Aspek–Aspek Motif Prososial……….…24
2.3.3. Faktor–faktor yang mempengaruhi Perkembangan Motif Prososial……… 27
2.3.3.1. Faktor Internal... 28
2.3.3.2. Faktor Eksternal………..………..…. 31
2.4. Sekolah Minggu... 36
2.4.1. Sejarah Sekolah Minggu……….………… 36
2.4.2. Pengertian Sekolah Minggu... 38
2.4.3. Kurikulum Sekolah Minggu GKI Bandung... 39
2.4.4. Guru Sekolah Minggu……….….. 39
2.4.5. Nara Didik Sekolah Minggu ………. 40
2.5. Masa Pertengahan dan Akhir Anak-anak 2.5.1. Definisi dan Batasan………... 40
2.5.2. Tugas Perkembangan……….. 41
2.5.3. Perkembangan Kognitif Piaget………...……… 42
2.5.4. Perspective Taking Selman………...………. 43
Universitas Kristen Maranatha
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian... 45
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 46
3.2.1 Variabel Penelitian ... 46
3.2.2 Definisi Operasional. ... 46
3.3. Alat Ukur………. 48
3.3.1. Rancangan Alat Ukur……… 48
3.3.2. Rincian Alat Ukur... 49
3.3.3. Sistem Skoring... 50
3.3.4 Pengujian Alat Ukur... 50
3.3.4.1. Validitas Alat Ukur………. 50
3.3.4.2. Reliabilitas Alat Ukur……… 51
3.3.4.3. Hasil Uji Coba Alat Ukur... 51
3.4. Populasi Sasaran dan Teknik Sampling ... 52
3.4.1. Populasi Sasaran... 52
3.4.2. Teknik Sampling... 52
3.4.3. Data Penunjang……….. 52
3.5. Teknik Analisis Data……… 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Responden ... 54
4.1.1. Usia……… 54
Universitas Kristen Maranatha
4.1.3. Kelas... 55
4.2. Data Hasil Penelitian...55
4.2.1. Motif Prososial……….. 56
4.2.2. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Elemen– elemennya ... 56
4.2.3. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Usia... 56
4.2.4. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Jenis Kelamin... 57
4.2.5. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Kepribadian... 57
4.2.6. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Penghayatan Pola Asuh Orang Tua... 58
4.2.7. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Keikutsertaan dalam Kegiatan Tambahan... 58
4.2.8. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Kelas... 59
4.2.9. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Alasan... 59
4.3. Pembahasan...60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………..……… 70
5.2. Saran ………..……….. 71
5.2.1. Saran untuk Penelitian Lanjutan………. 71
5.2.2. Saran Guna Laksana………...……… 71
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN... xvii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.5. Kerangka Pemikiran……… 15
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1. Gambaran Responden Berdasarkan Usia……….………… 54
Tabel 4.1.2. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 55
Tabel 4.1.3. Gambaran Responden Berdasarkan Kelas... 55
Tabel 4.2.1. Gambaran Motif Prososial Responden……….. 56
Tabel 4.2.2. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Elemen – Elemennya………. 56
Tabel 4.2.3. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Usia... 56
Tabel 4.2.4. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Jenis Kelamin.... 57
Tabel 4.2.5. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Kepribadian... 57
Tabel 4.2.6. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Penghayatan Pola Asuh Orang Tua... 58
Tabel 4.2.7. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Kegiatan Tambahan... 58
Tabel 4.2.8. Tabulasi Silang Motif Prososial Berdasarkan Kelas... 59
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Alat Tes Motif Prososial Gambar-Situasi Prososial Jenis Kelamin
Laki-laki
Lampiran 2: Alat Tes Motif Prososial Gambar-Situasi Prososial Jenis Kelamin
Perempuan
Lampiran 3 : Data Mentah Hasil Penelitian
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Azwar Saifffudin. (1997). Realibilitas dan Validitas.Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset.
Bar–tal, Daniel. (1976). Prosocial Behavior Theory & Research. Washington : Hemisphere Publishing Coorporation.
Damon,William. (1997). Handbook Of Child Psychology. New York:John Wiley & Son,Inc
Davis, Mark H. (1994). Empathy: a social psychological Approach. Madison,
Wis: Brown & Benchmark Publishers.
Eisenberg, Nancy. (1982). The Development of Procosial Behavior. New York : Academic Press.
Freidenberg, Lisa. (1995). Psychological Testing : Design, Analysis and use, Boston : Copyright Allyn & Bacon.
Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Santrock, John W. (2002). Life-Span Development:Perkembangan masa hidup Jilid I, edisi kelima). Alih bahasa:Achmad Chusairi & Juda Damanik.
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
Atherton J.S. 2005 Learning and Teaching: Piaget's developmental theory
[On-line] UK
Citation: Huitt, W., & Hummel, J. 2003. Piaget's theory of cognitive development.
Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State
University. Retrieved from
http://chiron.valdosta.edu/whuitt/col/cogsys/piaget.html
Jurnal Of Applied Developmental Psychology, 2006. http://www.sciendirect.com.
Pidada, Sri Untari. 1988. Peranan Lingkungan Kepramukaan dalam
Mengembangkan Motif Prososial Anggota Pramuka. Tesis: Bandung Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.
Tjandraningtyas, Jacqueline. 2004. Pengaruh Pelatihan Empati Terhadap
Peningkatan Motif Prososial Mahasiswa Universitas Kristen Maranatha di Bandung. Tesis: Bandung Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.
Wisnubrata, Lieke Juniati. 1992. Peranan Pengasuhan Orang tua dalam
Pengembangan Motif Prososial Remaja. Desertasi: Bandung Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.
http://www.KOMPAS.com
http://www.gkjtanjungpriok.com
http://www.piaget.org
Petunjuk pengisian:
Sekarang kita akan bermain dengan gambar – gambar. Kepada Adik akan diberi 10 gambar
situasi / kejadian. Dalam setiap gambar, Adik akan melihat tokoh utama yang memakai
topi
seperti ini:
Anggaplah Adik yang menjadi tokoh utamanya. Tokoh – tokoh yang sedang bersama adik bisa
adik boleh diumpamakan sebagai siapa saja. Nanti Adik akan mendapatkan 4 pertanyaan di
setiap gambar yang akan mempermudah adik bercerita. Berceritalah semenarik mungkin
Cerita Adik tidak ada yang betul dan yang salah, jadi Adik bebas bercerita. Selamat
berpetualang….
! "
# ! $ ! ! ! ! %
#& ! ! ! $ ! ! ! " %
' #( ! ! " %
#) " $ " " %
* + ! ' "
#+ , - " $ " " %
#+ ! . !.
' #/ " ! $ ! "0%
1 + ! ! $
2 $
2 ! !
3 ! ! .
/ $ ! ! !
Sekarang kita akan bermain dengan gambar – gambar. Kepada Adik akan diberi 10 gambar
situasi / kejadian. Dalam setiap gambar, Adik akan melihat tokoh utama yang memakai bando
seperti ini:
Anggaplah Adik yang menjadi tokoh utamanya. Tokoh – tokoh yang sedang bersama adik bisa
adik boleh diumpamakan sebagai siapa saja. Nanti Adik akan mendapatkan 4 pertanyaan di
setiap gambar yang akan mempermudah adik bercerita. Berceritalah semenarik mungkin .
Cerita Adik tidak ada yang betul dan yang salah, jadi Adik bebas bercerita. Selamat
berpetualang….
Gambar a
4 ! $ ! .
* " " ! ! .
.
1 .
.
Gambar b
4 ! $ ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Gambar c
4 ! $ ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Gambar d
4 ! $ ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Gambar e
4 ! $ ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Gambar f
4 ! $ ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Gambar g
4 ! $ ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Gambar h
4 ! $ ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Gambar i
4 ! $ ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Gambar j
4 ! $ ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Gambar a
4 ! , ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Gambar b
4 ! , ! .
3.
" " ! ! ..
* .
.
Gambar c
4 ! , ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Gambar d
4 ! , ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Gambar e
4 ! , ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Gambar f
4 ! , ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Gambar g
4 ! , ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Gambar h
4 ! , ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Gambar i
4 ! , ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Gambar j
4 ! , ! .
2.
" " ! ! ..
1 .
.
Data Penunjang
Responden 1-35
R Alasan Alasan JK Usia Kelas Pola Asuh Kepribadian Kegiatan Tambahan
1 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 6 demokratis ekstrovert tidak
2 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 6 otoriter ekstrovert tidak
3 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 9 4 permisif ekstrovert ya, inggris, kumon
4 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 5 demokratis ekstrovert tidak
5 harus mengumpulkan buku sekolah minggu eksternal P 10 5 otoriter ekstrovert ya, Piano, inggris, matematika
6 harus mengumpulkan buku sekolah minggu eksternal P 11 6 otoriter ekstrovert ya, mata pelajaran
7 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 12 6 demokratis ekstrovert ya, Inggris
8 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 12 6 demokratis ekstrovert ya, menari, musik
9 harus mengumpulkan buku sekolah minggu eksternal P 9 5 demokratis ekstrovert tidak
10 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 5 otoriter ekstrovert tidak
11 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 12 6 demokratis ekstrovert tidak
12 ingin mengetahui firman Tuhan internal P 9 4 demokratis ekstrovert ya, piano, inggris
13 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 10 5 otoriter ekstrovert tidak
14 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 10 4 demokratis ekstrovert tidak
15 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 10 4 demokratis ekstrovert ya, menyanyi
16 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 5 demokratis ekstrovert ya, Inggris
17 saya ingin saja persi ke sekolah minggu internal P 10 4 demokratis ekstrovert ya,mandarin
18 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 5 demokratis ekstrovert tidak
19 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 12 6 permisif ekstrovert tidak
20 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 9 4 demokratis ekstrovert
ya, musik, matematika, mandarin
21 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 12 6 demokratis ekstrovert ya, inggris, piano, mandarin
22 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 10 5 otoriter ekstrovert ya, keyboard
23 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 11 5 demokratis introvert ya, inggris
24 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 12 6 otoriter ekstrovert tidak
25 saya ingin sendiri dan tidak disuruh internal P 11 5 demokratis ekstrovert tidak
26 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong Internal P 12 6 otoriter ekstrovert ya, matematika
27 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 6 demokratis ekstrovert ya, mandarin, inggris
28 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 demokratis ekstrovert ya, musik, inggris, balet
29 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 6 demokratis ekstrovert tidak
30 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 demokratis ekstrovert ya, piano
31 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 12 6 otoriter ekstrovert ya, mata pelajaran
32 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 9 4 otoriter ekstrovert tidak
33 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal P 10 5 otoriter ekstrovert ya, mandarin
34 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 9 4 permisif ekstrovert tidak
Data Penunjang
Responden 36-70
R Alasan Alasan JK Usia Kelas Pola Asuh Kepribadian Kegiatan Tambahan
36 karena saya ingin memuliakan Allah internal L 11 6 permisif ekstrovert tidak
37 Mengenal Yesus lebih dekat internal P 11 5 demokratis ekstrovert mata pelajaran
38 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 permisif introvert tidak
39 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 demokratis ekstrovert ya, piano, gambar, renang
40 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 12 6 demokratis ekstrovert ya, mata pelajaran
41 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 otoriter ekstrovert ya, piano, tenis
42 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 demokratis ekstrovert tidak
43 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 6 demokratis ekstrovert tidak
44 karena saya ingin menghargai Tuhan internal P 10 5 otoriter ekstrovert ya, inggris, piano, renang
45 kemauan sendiri dan harus mengumpukan buku internal P 10 5 demokratis ekstrovert tidak
46 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 permisif introvert tidak
47 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 permisif ekstrovert tidak
48 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 5 demokratis ekstrovert ya, mandarin, piano
49 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 12 6 otoriter ekstrovert ya, matematika
50 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 12 6 demokratis ekstrovert ya, basket
51 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 demokratis ekstrovert ya, piano, pelajaran
52 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 11 6 permisif ekstrovert ya, piano, pelajaran
53 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 permisif ekstrovert tidak
55 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 10 5 demokratis ekstrovert ya, mata pelajaran
56 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal P 9 4 permisif ekstrovert tidak
57 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal L 12 6 demokratis ekstrovert ya, piano, inggris
58 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 4 permisif ekstrovert tidak
59 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal L 10 4 otoriter ekstrovert ya, tenis, inggris, pelajaran
60 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 12 6 demokratis ekstrovert ya, piano
61 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 11 6 otoriter introvert tidak
62 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong eksternal L 11 6 demokratis ekstrovert ya, piano, inggris
63 Mempunyai kecintaan pada Tuhan internal L 11 6 otoriter ekstrovert tidak
64 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 5 permisif ekstrovert ya, matematika
65 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 11 6 otoriter ekstrovert tidak
66 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 5 otoriter ekstrovert ya, Inggris
67 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 permisif ekstrovert ya, mandarin
68 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 permisif ekstrovert ya, mata pelajaran
69 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 5 demokratis ekstrovert ya, mata pelajaran
70 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 5 demokratis ekstrovert ya, matematika
R Alasan Alasan JK Usia Kelas Pola Asuh Kepribadian Kegiatan Tambahan
76 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 6 demokratis ekstrovert ya, mata pelajaran
77 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 11 6 demokratis introvert tidak
78 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 4 otoriter ekstrovert ya, kumon
79 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal L 11 6 demokratis ekstrovert ya, berenang, inggris, pelajaran
80 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 11 6 demokratis ekstrovert tidak
81 orang tua saya yang menyuruh pergi eksternal L 11 4 otoriter introvert ya, badminton
82 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 5 permisif ekstrovert tidak
83 harus mengumpulkan buku sekolah minggu eksternal L 9 4 permisif ekstrovert ya, piano, mandarin, inggris
84 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 otoriter ekstrovert ya, mandarin
85 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 permisif ekstrovert ya, mata pelajaran
86 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 demokratis ekstrovert ya, mata pelajaran
87 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 5 demokratis ekstrovert ya, matematika
88 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 demokratis ekstrovert ya, pelajaran, gambar,inggris
89 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 demokratis ekstrovert tidak
90 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 otoriter ekstrovert ya, mata pelajaran
91 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 11 6 demokratis ekstrovert ya, piano
92 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 permisif ekstrovert ya, mata pelajaran
93 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 10 5 otoriter ekstrovert ya, inggris
94 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 permisif ekstrovert
ya, matematika, inggris, berenang
95 orang tua saya yang menyuruh pergi ekternal L 9 4 demokratis ekstrovert tidak
96 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong eksternal L 12 6 demokratis ekstrovert ya, piano
97 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 11 6 otoriter ekstrovert ya, inggris, pelajaran
98 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 11 6 otoriter ekstrovert ya, Inggris
99 walaupun ada teman atau tidak saya tetap datang dong internal L 9 4 demokratis ekstrovert tidak
Universitas Kristen Maranatha
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tahap anak-anak merupakan salah satu tahapan kehidupan yang pasti
dilalui oleh seseorang. Anak-anak merupakan aset penting milik negara yang akan
menjadi penerus suatu bangsa. Anak-anak mempunyai peranan penting untuk
mencapai negara yang sejahtera, makmur dan sentosa. Bangsa yang terpandang
dan diakui oleh dunia adalah bangsa yang tidak hanya kaya dalam sumber daya
alam saja tapi juga dalam sumber daya manusia. Anak-anak mempunyai banyak
sekali potensi di dalam dirinya untuk dikembangkan. Sampai sejauh mana potensi
ini dikembangkan akan menentukan sumber daya manusia seperti apa yang akan
dimiliki oleh suatu bangsa.
Sepanjang kehidupan seorang manusia terdapat banyak hal yang dapat
mempengaruhi kualitas perkembangan manusia tersebut. Salah satu hal yang
paling berpengaruh terhadap kehidupan adalah nilai kemanusiaan yang dimiliki
seseorang. Oleh karena itu, nilai-nilai kemanusiaan perlu ditanamkan sedini
mungkin dalam diri seorang anak. Nilai-nilai kemanusiaan yang ditanamkan pada
diri anak-anak dapat memberikan gambaran mengenai nilai- nilai dan moralitas
bangsa di masa depan.
Nilai-nilai kemanusiaan berkaitan erat dengan interaksi antar manusia.
Seperti sudah umum diketahui, manusia adalah makhluk sosial yang hidup saling
Universitas Kristen Maranatha
2
anak-anak harus belajar berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Dalam
proses tersebut anak dituntut mampu menyesuaikan diri, menyelaraskan
kepentingan dirinya dengan kepentingan orang lain, dan mempelajari berbagai
keterampilan sosial sehingga dapat hidup berdampingan dengan orang lain secara
harmonis.
Sikap anak terhadap orang lain, pengalaman sosial, serta seberapa besar
kepedulian anak terhadap kepentingan orang lain tercermin melalui relasi sosial
yang terbentuk. Relasi sosial dapat terjadi antara anak dengan orang dewasa,
teman sebaya atau anak yang lebih kecil darinya. Dalam proses sosialisasi, anak
mempelajari cara yang baik untuk berinteraksi dengan orang lain. Anak belajar
bahwa untuk diterima dalam pergaulan, ia harus mau memperhatikan kepentingan
orang lain disamping kepentingan dirinya pribadi. Melalui proses belajar secara
tidak langsung tersebut, anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan baik dan
tumbuh sebagai individu yang memiliki kepekaan serta kepedulian terhadap
situasi dan permasalahan yang dihadapinya sehari-hari.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, masa anak-anak merupakan tahap
perkembangan yang penting untuk diperhatikan. Perilaku sosial yang terbentuk
pada usia anak-anak cenderung tidak berubah. Kalaupun mengalami perubahan,
perubahan yang terjadi akan sangat minimal, kecuali bila dilakukan intervensi
efektif.
Salah satu cara untuk membentuk perilaku sosial anak adalah dengan
dorongan secara langsung dari orang dewasa yang mendampinginya dan dari
Universitas Kristen Maranatha
3
kebiasaan berperilaku sosial tertentu bila terdapat kondisi lingkungan yang
mendukung. Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar dalam perkembangan
sosialisasi anak. Lingkungan yang bercirikan nilai-nilai kemanusian akan
berpengaruh terhadap tingkah laku anak.
Salah satu acuan yang digunakan untuk menunjukkan bahwa anak
memiliki nilai-nilai kemanusiaan adalah adanya keinginan untuk memberikan
bantuan kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan. Keinginan untuk
menolong orang lain dikenal sebagai motif prososial. Motif prososial adalah
dorongan dari dalam diri untuk menampilkan tingkah laku menolong dan berbagi
serta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa mengharapkan
imbalan dari luar.(Eisenberg, 1982).
Konsep filosofi dari motif prososial berakar dari doktrin religi (Eisenberg,
1982). Semua agama mengajarkan pemeluknya mengenai nilai-nilai yang
bercirikan prososialitas. Salah satu agama yang diakui di negara kita adalah
agama Kristen. Di dalam agama Kristen individu diajarkan untuk mengasihi orang
lain sebagaimana mengasihi dirinya sendiri. Pengajaran ini dapat ditemukan
dalam berbagai peristiwa bercirikan motif prososial yang dikisahkan dalam kitab
suci agama Kristen. Salah satu kisah yang diceritakan adalah cerita mengenai
orang Samaria yang berbelas kasihan membalut orang asing yang terluka,
mengantarnya ke penginapan dan menanggung biaya penginapannya. (LAI,
dalam Eisenberg, 1982).
Dalam sebagian besar gereja Kristen, pendidikan iman dan keagamaan
Universitas Kristen Maranatha
4
bagi anak-anak. Pendidikan yang diperuntukkan bagi anak lazim dikenal dengan
sebutan sekolah minggu. Sekolah minggu, seperti yang tercantum dalam Tata
Laksana GKI Jawa Barat (2000), merupakan salah satu bagian dari program
gereja di bidang pelayanan khusus kepada anak. Kebaktian anak dimaksudkan
untuk membangun interaksi anak dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesama.
Selain itu, anak diajar mengenai nilai-nilai sosial yang akan mendukung motif
prososialnya. Hal ini tercermin dalam beberapa pelajaran yang diajarkan di
sekolah minggu.
Salah satu kelompok usia dalam kegiatan sekolah minggu adalah usia 9-12
tahun. Individu yang mengikuti pelajaran sekolah minggu dikenal dengan sebutan
nara didik sekolah minggu (merupakan istilah yang baku dan dipergunakan dalam
pendidikan untuk siswa). Individu dalam rentang usia 9-12 tahun dituntut untuk
dapat bersosialisasi dan berelasi dengan lebih baik. Menurut Piaget, anak usia
9-12 tahun berada dalam tahap concrete operational (dalam Huitt & Hummel,
2003). Pada tahap ini, nara didik telah memiliki aspek kognisi yang lebih matang
dibandingkan nara didik dengan usia lebih muda. Nara didik mulai meninggalkan
meninggalkan pola pikir yang mementingkan diri sendiri dan mulai dapat melihat
dan merasakan sudut pandang orang lain. Dengan kemampuan ini nara didk dapat
mencerna stimulus dari lingkungan dengan lebih tepat.
Program pembelajaran yang diajarkan dan lingkungan di sekolah minggu
memiliki memiliki ciri-ciri motif prososial. Hal ini dapat dilihat dari materi-materi
yang mempunyai sub judul seperti: “Allah mau kita mengasihi sesama”, “Aku
Universitas Kristen Maranatha
5
yang bisa kuberikan untuk Tuhan dan sesamaku?”, dan lain sebagainya. Di
sekolah minggu, nara didik diajarkan untuk saling menolong, yaitu memberikan
sesuatu yang dibutuhkan orang lain agar dapat mencapai tujuan tertentu (Suluh
Sekolah Minggu GKI SW JABAR). Dalam pembelajaran di sekolah minggu
terdapat berbagai kegiatan yang mendorong nara didik untuk mengerjakan suatu
aktivitas tertentu yang dapat membangun motif prososial nara didik. Sebagai
contoh, nara didik mengisi form aktivitas yang berkaitan dengan tema yang
diajarkan pada hari tersebut, seperti: ”Apa yang kamu lakukan untuk membantu
ibumu?”. Contoh lain adalah nara didik juga dituntut untuk dapat berdiskusi, aktif
berperan dalam kegiatan sekolah minggu, mampu menyatakan pendapat, dan
mampu mengekspresikan perasaannya.
Wawancara yang dilakukan peneliti kepada 23 orang tua nara didik dan 12
guru sekolah minggu menunjukkan ketidakjelasan tentang motif prososial yang
dimiliki anak didiknya. Sebesar 52,2% orang tua mengatakan bahwa anaknya
akan menolong orang yang sedang kesulitan jika disuruh oleh orang lain yang
lebih dewasa. Sedangkan 41,7% guru sekolah minggu berpendapat bahwa nara
didiknya mau menolong orang lain tanpa disuruh,dan sebesar 66,7% guru sekolah
minggu berpendapat nara didik akan menolong orang lain hanya jika dijanjikan
imbalan.
Hasil yang sama didapat dari observasi yang dilakukan oleh peneliti
selama 1 bulan (4 kali pertemuan sekolah minggu). Dari hasil observasi
menunjukan nara didik sekolah minggu usia 9-12 tahun kurang memiliki motif
Universitas Kristen Maranatha
6
kepedulian terhadap temannya. Di dalam kegiatan sekolah minggu seorang guru
sering memberi kesempatan bagi nara didik yang ingin menceritakan
pengalamannya, baik itu pengalaman menyenangkan ataupun pengalaman yang
tidak menyenangkan. Beberapa anak menangis setelah mendengar pengalaman
yang tidak menyenangkan yang dialami temannya. Mereka iba mendengar
temannya yang sedang mengalami kesulitan dan ingin menolongnya untuk
meringankan masalah temannya tersebut. Namun ada juga yang mengatakan
bahwa pengalaman temannya itu biasa saja, dan tidak perlu dipikirkan karena
bukan urusannya.
Peneliti juga melihat hasil lembar form kegiatan yang telah diisi oleh nara
didik sekolah minggu. Dari data tersebut didapat bahwa jawaban–jawaban yang
diberikan nara didik sangat beragam dan tidak semuanya menunjukkan motif
prososial yang kuat.
Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai motif prososial nara didik
sekolah minggu yang merupakan salah satu lingkungan yang bercirikan motif
prososial. Karena itu peneliti tertarik untuk meneliti motif prososial nara didik
sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia berusia 9-12 tahun di Bandung.
1.2. Identifikasi Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah motif prososial nara
didik sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia berusia 9-12 tahun yang ada di
Universitas Kristen Maranatha
7
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk menjaring data tentang motif prososial
pada nara didik sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia berusia 9-12 tahun di
Bandung dan faktor–faktor yang mempengaruhinya.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran motif prososial pada
nara didik sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia berusia 9-12 tahun di
Bandung.
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Teoretik
• Kegunaan teoritik dari penelitian ini sebagai upaya untuk mengkaji motif
prososial nara didik sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia berusia 9-12
tahun di Bandung.
• Sebagai bahan acuan dan informasi bagi penelitian lebih lanjut mengenai
motif prososial.
1.4.2 Kegunaan Praktis
• Informasi bagi komisi anak mengenai motif prososial nara didik sekolah
Universitas Kristen Maranatha
8
• Informasi bagi guru sekolah minggu mengenai motif prososial nara
didiknya.
• Mengetahui faktor–faktor yang terlibat sehingga dapat mengupayakan
kegiatan di sekolah minggu yang dapat meningkatkan motif prososial nara
didik.
1.5. Kerangka Pikir
Menurut penelitian, pendidikan di masa kanak-kanak pada umumnya
memiliki banyak pengaruh terhadap perkembangan anak. Individu akan menjadi
lebih kompeten dan dewasa secara sosial. Artinya, individu dapat menyesuaikan
diri dengan keadaan sosial yang dialaminya (Clarke-Stewart and Fein, 1983
dalam Santrock, 2002). Salah satu bentuk pendidikan dini yang dapat diikuti
oleh anak adalah sekolah minggu.
Sekolah minggu adalah bagian dari program gereja di bidang pelayanan
khusus kepada anak. Tujuan umum diadakannya sekolah minggu adalah untuk
memelihara dan mengembangkan aspek pendidikan sekaligus aspek ibadah.
Adapun yang dimaksud dengan aspek pendidikan disini adalah kegiatan
pembelajaran pada sekolah minggu yang dilakukan dengan mengikuti kurikulum
tertentu. Tujuan khusus yang ingin dicapai oleh sekolah minggu di susun dala
suatu kurikulum. Kurikulum adalah susunan rencana kegiatan pendidikan yang
terarah dalam mendidik anak mengalami serta mengembangkan hubungannya
Universitas Kristen Maranatha
9
diterbitkan oleh Sinode GKI Jabar (Tata Gereja, Tata Tertib, dan Tata
Laksana GKI Jabar, 1994).
Kegiatan pembelajaran di sekolah minggu menggunakan buku paduan
yang berjudul Suluh Siswa. GKI SW Jabar telah mengembangkan kurikulum dan
materi Sekolah minggu yang digunakan sejak tahun 1984 dan direvisi setiap dua
tahun sekali. Tujuan diterbitkan Suluh Sekolah Minggu adalah untuk
mempermudah guru sekolah minggu dalam mencapai mengarahkan dan
memberikan kesempatan kepada nara didik untuk menerjemahkan kasih dan
kepedulian Sang Pencipta ke dalam pengalaman yang spesifik dan konkrit,
sebagai bagian dari kehidupan para murid setiap harinya.Sekolah minggu terbagi
menjadi beberapa kelas yang dikelompokkan berdasarkan usia dan tingkatan kelas
di sekolah formal.
Kurikulum sekolah minggu mengatur sesi pembelajaran, yaitu setiap
pertemuan terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama guru sekolah minggu akan
menceritakan kisah dan tokoh–tokoh dalam Alkitab yang mencerminkan nilai –
nilai kristiani. Dalam bercerita, guru sekolah minggu diwajibkan menggunakan
alat peraga seperti boneka wayang, gambar tokoh, kain flanel (Suluh Sekolah
MingguGKI SW JABAR, 1998).Dengan demikian, anak akan lebih memahami
situasi yang sedang terjadi dalam cerita tersebut. Guru sekolah minggu juga
mengharuskan nara didik untuk menghafal ayat alkitab, sehingga anak dapat
mengingat nilai–nilai kebaikan yang telah telah mereka dengar. Proses ini
Universitas Kristen Maranatha
10
Bagian kedua dari pembelajaran adalah aktivitas belajar. Nara didik wajib
mengikuti aktivitas yang berkaitan dengan cerita yang baru diajarkan. Guru
sekolah minggu wajib membimbing nara didik untuk berdiskusi dan
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan apa yang akan dilakukan oleh mereka. Di
setiap pertemuan, guru dan nara didik akan berdoa baik yang menyangkut
kebutuhan pribadi atau kebutuhan orang lain. Misalnya berdoa untuk
kesembuhan, berdoa untuk orang yang dalam kekurangan, berdoa untuk korban
bencana alam. Proses ini dapat melatih anak untuk mempertajam afeksi nara didik
sekolah minggu.
Menurut Santrock, 2002 individu usia 9-12 tahun berada pada tahap
perkembangan masa pertengahan dan akhir anak-anak. Pada masa ini anak belajar
menyesuaikan diri dengan teman–teman sebaya, mengembangkan hati dan norma,
mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai, dan juga anak belajar
mengembangkan sikap dalam kelompok sosial dan intuisi.
Perkembangan kognitif pada anak usia 9-12 tahun, menurut Piaget sedang
berada pada tahap concrete operational dimana pada masa ini anak-anak
mengalami perkembangan pesat dalam proses operasi kognitif. Operasi kognitif
adalah aktivitas mental yang memampukan anak-anak menyesuaikan dan
menyusun bentuk dan simbol dalam membuat rumusan atau keputusan yang logis.
Pada masa ini anak tidak lagi memikirkan diri sendiri (self oriented), melainkan
anak mampu menilai berdasarkan sudut pandang orang lain. Individu mulai
menyadari bahwa keadaan tiap orang berbeda karena itu setiap orang mempunyai
Universitas Kristen Maranatha
11
Dalam upaya untuk memenuhi tugas–tugas perkembangan dapat dilatih
melalui interaksi individu dengan orang lain disekitarnya. Agar anak dapat
diterima di lingkungannya, anak harus belajar mengembangkan keterampilan–
keterampilan bersosialisasi yang diantaranya melalui tingkah laku prososial.
Tingkah laku tertentu akan diarahkan oleh motif tertentu (Atkinson,
1964). Tingkah laku prososial diarahkan oleh motif prososial. Motif sifatnya
potensial dalam diri individu, artinya setiap individu sudah mempunyai motif.
Berdasar pemahaman tersebut, motif prososial dapat diartikan sebagai motif
khusus dan motif tunggal yang ada dalam diri individu yang mendorong
munculnya perilaku prososial. Motif menolong akan menggerakkan tingkah laku
menolong.
Motif prososial adalah dorongan dari dalam diri untuk menampilkan
tingkah laku menolong, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan orang lain
tanpa mengharapkan imbalan dari luar (Eisenberg, 1982). Motif prososial
tercermin melalui kecenderungan anak untuk menolong, berbuat baik, suka
berbagi, suka memberi, merasa terlibat dan bertanggung jawab terhadap
penderitaan sesama, memperhatikan kesejahteraan orang lain dan menempatkan
kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri.
Menurut Hoffman, motif prososial terdiri atas dua aspek yaitu aspek
kognisi dan afeksi (dalam Eisenberg, 1982). Aspek kognisi terdiri dari tiga
elemen, yaitu elemen persepsi terhadap situasi, nilai sosial dan perspektif sosial.
Universitas Kristen Maranatha
12
antara aspek kognisi dan aspek afeksi sangat penting dan berpengaruh terhadap
motif prososial yang mendasari munculnya tingkah laku prososial.
Elemen-elemen dalam tiap aspek menunjukkan interaksi yang saling
terkait dan saling berhubungan. Elemen pertama dari aspek kognisi adalah
persepsi tentang situasi, yaitu pemaknaan terhadap situasi lingkungan dimana
bantuan dibutuhkan. Individu menilai situasi, apakah situasi tersebut
membutuhkan bantuan atau tidak. Elemen kedua adalah nilai prososial, yaitu nilai
pribadi tentang prososial yang dimiliki atau dianut individu yang merupakan hasil
internalisasi nilai dan norma dalam masyarakat atau kelompok. Individu akan
menentukan apakah ia perlu membantu atau tidak. Elemen yang ketiga adalah
perspektif sosial, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri secara kognitif pada
orang lain yang ditolong. Individu memiliki pengetahuan dan pemahaman kognisi
tentang kondisi yang ditolong.
Aspek efeksi terdiri atas dua elemen, yaitu elemen empati dan afek positif.
Empati merupakan perasaan yang muncul ketika melihat orang yang mengalami
kejadian. Individu seolah-olah merasakan apa yang dirasakan orang lain yang
membutuhkan bantuan. Afek positif adalah wujud tergeraknya perasaan untuk
melakukan sesuatu yang bernilai prososial, misalnya perasaan kasih sayang dan
perhatian. Masing-masing elemen akan berinteraksi dan nantinya akan
menentukan kekuatan motif prososial pada diri individu.
Motif prososial yang kuat akan ditunjang oleh elemen-elemen yang kuat
pula Begitu pula sebaliknya jika elemen-elemen motif prososial lemah maka
Universitas Kristen Maranatha
13
Menurut Hoffman (1975), motif prososial terbentuk secara individu
karena terbentuknya dipengaruhi oleh pengalaman sosialisasi yang dialami
individu sendiri. Oleh karena itu terdapat pula perbedaan individu dalam kekuatan
motif. Begitu motif terbentuk, maka motif akan memiliki kecenderungan yang
relatif menetap. Kornadt (1985) mengemukakan bahwa motif hendaknya
dipandang sebagai bagian dari kepribadian. Motif prososial merupakan suatu
kecenderungan untuk bertingkah laku prososial dengan mempertimbangkan dan
tanggap terhadap kesulitan yang dihadapi orang lain.
Perkembangan motif prososial dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Hal–hal yang termasuk dalam faktor internal antara lain usia, jenis
kelamin dan kepribadian. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal adalah
pola asuh, lingkungan, dan sosialisasi.
Faktor internal yang pertama adalah usia. Dari penelitian-penelitian para
ahli diperoleh bahwa ada hubungan antara usia dengan beberapa indikator tingkah
laku prososial, namun tidak dapat disimpulkan untuk tingkah laku prososial secara
keseluruhan. Ada konsistensi hubungan antara usia dengan kecenderungan
berbagi. Anak-anak pada usia yang lebih besar lebih sering berbagi dan murah
hati dibandingkan anak-anak yang lebih kecil (Staub, 1970, 1971).
Faktor internal yang kedua adalah jenis kelamin. Penelitian yang
berkesinambungan juga dilakukan terhadap pengaruh jenis kelamin dalam motif
prososial. Sejumlah penelitian menemukan perbedaan yang signifikan dalam
kedermawanan antara anak perempuan dan anak laki-laki (Harris & Siebel,
Universitas Kristen Maranatha
14
Raven – Rubin, 1983 (dalam Eisenberg) menunjukkan motif prososial pada
perempuan lebih tinggi, namun dalam tindakan prososial, perempuan lebih rendah
dibandingkan laki- laki.
Faktor internal yang ketiga adalah kepribadian. Satow (1975) mengamati
bahwa orang yang mempunyai tingkat kebutuhan tinggi untuk diterima secara
sosial, lebih cenderung menyumbangkan uang bagi kepentingan amal daripada
orang yang mempunyai tingkat kebutuhan rendah untuk diterima secara sosial,
kecuali hanya bila orang lain menyaksikannya.
Variabel yang termasuk dalam faktor eksternal yaitu pola asuh, lingkungan
dan sosialisasi. Pertama, dalam teori-teori tentang pengasuhan orang tua, Lieke
Wisnubrata (1992) mengungkapkan bahwa strategi pengasuhan orang tua
mempunyai pengaruh untuk mengembangkan motif prososial. Pola asuh bina
kasih (identik dengan demokratis/autoratif) mempunyai pengaruh untuk
mengembangkan motif prososial. Pola otoriter/authoritarian dan permisif
memiliki pengaruh sebagai penghambat motif prososial.
Faktor eksternal yang kedua adalah lingkungan. Berdasarkan penelitian
mengenai variabel-variabel lingkungan, dapat dikatakan bahwa lingkungan tempat
individu tinggal dan bersosialisasi merupakan hal penting yang potensial dalam
pembentukan kecenderungan tingkah laku prososial anak (Eisenberg,1982).
Lingkungan yang bercirikan prososial akan mengembangkan motif prososial.
Faktor eksternal yang ketiga adalah sosialisasi. Menurut Child (1954),
sosialisasi adalah proses ketika seorang individu yang lahir dengan potensi
Universitas Kristen Maranatha
15
laku aktual yang lebih sedikit ragamnya. Proses ini berlangsung dalam batasan
apa yang menjadi kebiasaan bagi individu tersebut sesuai dengan standar
kelompoknya. Pengalaman-pengalaman sosialisasi anak dipandang memiliki
peran penting dalam perkembangan kecenderungan empati dan dalam
mengembangkan sikap mental terhadap orang lain. Pengalaman sosialisasi anak
dapat memberikan tekanan pada nilai-nilai yang mempengaruhi proses altruisme.
Pengalaman-pengalaman sosialisasi yang terjadi di lingkungan sekolah
minggu merupakan kejadian-kejadian yang mencerminkan nilai prososial.
Lingkungan yang bercirikan motif prososial berpengaruh unntuk meningkatkan
Universitas Kristen Maranatha
16
1.6. Asumsi Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, diturunkan asumsi penelitian sebagai berikut:
• Motif prososial pada nara didik sekolah minggu dijaring melalui persepsi
tentang situasi, nilai prososial, perspektif sosial, empati dan afek positif.
• Sekolah minggu merupakan lingkungan yang bercirikan prososial yang
membuka peluang munculnya motif prososial dengan tingkat kekuatan yang
Universitas Kristen Maranatha 70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang motif prososial, nara didik
sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia berusia 9-12 tahun di Bandung dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari seluruh nara didik yang diuji, 73% nara didik memiliki motif prososial
kuat dan sebesar 27% nara didik memiliki motif prososial yang lemah.
2. Nara didik sekolah minggu yang memiliki motif prososial kuat, kuat pada
elemen persepsi situasi (100%), elemen perspektif sosial (98,6%), elemen
empati (100%) dan pada elemen afek positif (96%). Namun, sebanyak 68,4%
lemah pada elemen nilai prososial.
3. Nara didik yang memiliki motif prososial lemah, lemah pula pada elemen nilai
prososial (100%), perspektif sosial (85,2%), empati (63%), dan afek positif
(66,7%). Namun, nara didik dengan motif prososial lemah memiliki nilai
persepsi situasi yang cukup tinggi (96,3%).
4. Kelompok usia, kelas, jenis kelamin, pola asuh, dan kepribadian merupakan
faktor berperan dalam membentuk motif prososial nara didik.
5. Faktor kegiatan tambahan kurang berperan terhadap motif prososial nara
didik. Kekuatan motif prososial tergantung dengan jenis kegiatan yang
Universitas Kristen Maranatha 71
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan beberapa saran.
Saran yang diajukan dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu saran untuk penelitian
lanjutan dan saran guna laksana.
5.2.1. Saran untuk Penelitian Lanjutan
Kepada peneliti selanjutnya yang tertarik pada topik motif prososial dapat
dilakukan penelitian untuk mengetahui lingkungan-lingkungan yang berperan
untuk meningkatkan motif prososial. Misalnya, kegiatan pramuka, Palang Merah
Indonesia.
5.2.2 Saran Guna Laksana
Berkaitan dengan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan dengan
menyadari keterbatasan yang ada, peneliti mengajukan beberapa saran guna
laksana sebagai berikut:
1. Merujuk pada hasil penelitian, nara didik sekolah minggu yang mempunyai
motif prososial kuat, ternyata lemah dalam elemen nilai prososial. Disarankan
agar komisi anak dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dapat
menumbuhkan nilai-nilai prososial pada nara didik, misalnya bermain peran,
sandiwara yang menggambarkan situasi prososial dan memberikan
pengarahan mengenai alasan-alasan mengapa kita perlu menolong orang lain.
Universitas Kristen Maranatha 72
2. Komisi anak dapat mengadakan kegiatan-kegiatan yang bercirikan motif
prososial yang melibatkan nara didik, misalnya membagikan makanan pada
anak jalanan, mengumpulkan pakaian bekas untuk disumbangkan,
mengunjungi panti asuhan dan panti jompo.
3. Mengingat nara didik berada dalam usia sekolah, dapat disarankan komisi
anak dapat seminar untuk orang tua mengenai pola asuh orang tua yang dapat
meningkatkan motif prososial.
4. Guru sekolah minggu disarankan untuk melakukan pendekatan afektif kepada
Universitas Kristen Maranatha 1
DAFTAR PUSTAKA
Azwar Saifffudin. (1997). Realibilitas dan Validitas.Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset.
Bar–tal, Daniel. (1976). Prosocial Behavior Theory & Research. Washington : Hemisphere Publishing Coorporation.
Damon,William. (1997). Handbook Of Child Psychology. New York:John Wiley & Son,Inc
Davis, Mark H. (1994). Empathy: a social psychological Approach. Madison, Wis: Brown & Benchmark Publishers.
Eisenberg, Nancy. (1982). The Development of Procosial Behavior. New York : Academic Press.
Freidenberg, Lisa. (1995). Psychological Testing : Design, Analysis and use, Boston : Copyright Allyn & Bacon.
Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Santrock, John W. (2002). Life-Span Development:Perkembangan masa hidup
Universitas Kristen Maranatha 2
DAFTAR RUJUKAN
Atherton J.S. 2005 Learning and Teaching: Piaget's developmental theory [On-line] UK
Citation: Huitt, W., & Hummel, J. 2003. Piaget's theory of cognitive development. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State
University. Retrieved from
http://chiron.valdosta.edu/whuitt/col/cogsys/piaget.html
Jurnal Of Applied Developmental Psychology, 2006. http://www.sciendirect.com.
Pidada, Sri Untari. 1988. Peranan Lingkungan Kepramukaan dalam
Mengembangkan Motif Prososial Anggota Pramuka. Tesis: Bandung Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.
Tjandraningtyas, Jacqueline. 2004. Pengaruh Pelatihan Empati Terhadap Peningkatan Motif Prososial Mahasiswa Universitas Kristen Maranatha di Bandung. Tesis: Bandung Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.
Wisnubrata, Lieke Juniati. 1992. Peranan Pengasuhan Orang tua dalam Pengembangan Motif Prososial Remaja. Desertasi: Bandung Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.
http://www.KOMPAS.com
http://www.gkjtanjungpriok.com
http://www.piaget.org