• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keluarga dan pola asuh mantan penyalahguna narkoba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keluarga dan pola asuh mantan penyalahguna narkoba"

Copied!
223
0
0

Teks penuh

(1)

KELUARGA DAN POLA ASUH MANTAN PENYALAHGUNA NARKOBA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh: Eka Setyahadi Baene

119114058

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

(5)

v

Karya ini dipersembahkan kepada:

Ibu dan Bapak yang selalu memberikan semangat dan dukungan

(6)
(7)

vii

KELUARGA DAN POLA ASUH MANTAN PENYALAHGUNA NARKOBA

Universitas Sanata Dharma Eka Setyahadi Baene

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keluarga yang dimiliki oleh mantan penyalahguna narkoba dan relasi mereka dengan keluarganya, serta pola asuh yang dialami mereka. Penelitian ini berfokus pada keluarga dan pola asuh yang dialami oleh mantan penyalahguna narkoba, dan bagaimana kaitan nya dengan penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh partisipan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan analisis isi konvensional. Dalam penelitian ini terdapat tiga partisipan yang telah berhenti menggunakan narkoba. Proses pengambilan data menggunakan wawancara semi – terstruktur. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi keluarga yang harmonis tidak menjamin seseorang untuk tidak terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba, selain itu pola asuh otoritatif konsisten memiliki peluang yang lebih besar untuk menjauhkan individu dari penyalahgunaan narkoba

(8)

viii

FAMILY AND PARENTING FORMER DRUG ABUSERS Sanata Dharma University

Eka Setyahadi Baene

ABSTRACT

This study aims to know family that owned by former drug abusers and their relationships with their families, and their parenting experience. This study focuses on family and parenting experienced by former drug abusers, and how his association with drug abuse were made by participants. The method used in this research is qualitative conventional content analysis approach. In this study, there are three participants who have stopped using drugs. The process of data collection using interviews semi - structured. The results showed that a harmonious family conditions doesn’t guarantee a person to not fall into drug abuse, in addition authoritative parenting consistently have a greater opportunity to alienate the individual from drug abuse

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Penyalahgunaan narkoba pada saat ini merupakan hal yang tidak habisnya, di Indonesia sendiri pada tahun 2015 pengguna narkoba mencapai 4 juta lebih pengguna. Hal ini yang membuat penulis melakukan penelitian dengan judul Keluarga dan Pola Asuh Mantan Penyalahguna Narkoba.

Selama pengerjaan penelitian ini penulis dibantu oleh beberapa pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi 2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si selaku Kaprodi Fakultas Psikologi

3. Ibu Dr. Tjipto Susana selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dari awal pengerjaan penelitian ini. 4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

5. Staf dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

6. Ibu dan Bapak yang selalu memberikan dukungan dari saat penulis lahir sampai dengan saat ini.

7. Doni sahabat penulis sejak kecil sampai saat ini.

(11)

xi

9. Vico dan teman – teman kelompok bimbingan Bu Susan yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan bantuan kepada penulis.

10.Risang, Gunam, Natia, Yosi, Aiia, Yunis, Arga, Linda, Tika, Daniel, Bram, Brama, Flo, Mbak Indah beserta teman – teman Psikologi lain nya.

11.Para Partisipan yang bersedia berbagi pengalaman dan cerita kepada penulis dalam penelitian ini.

Yogyakarta, 3 Januari 2017

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

ABSTRAK...vii

ABSTRACT...viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR TABEL...xvii

BAB 1. PENDAHULUAN……….1

A. Latar Belakang……….1

B. Rumusan Masalah………....…7

C. Tujuan………..7

D. Manfaat………8

(13)

xiii

2. Manfaat Teoretis………....8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………...9

A. Keluarga………...9

1. Pengertian Keluarga………...9

2. Jenis Keluarga………9

a. Keluarga Inti………..10

b. Keluarga Kecil………...10

c. Keluarga Tanpa Anak………11

d. Keluarga Dengan Orangtua Muda……….11

e. Keluarga Dengan Ibu Bekerja………...11

f. Keluarga Dengan Orangtua Tunggal……….11

g. Keluarga Dengan Komposisi Baru………....11

h. Keluarga Orangtua Asuh………...12

i. Keluarga Komunal……….12

j. Keluarga Angkat………12

k. Keluarga Antar Ras………12

l. Keluarga Antar Agama………..12

3. Pengaruh Keluarga Pada Anak………....13

4. Pengaruh Sikap Orangtua Pada Hubungan Keluarga………..14

B. Pengasuhan………17

1. Pengertian Pengasuhan………17

2. Gaya Pengasuhan……….18

(14)

xiv

4. Kenakalan Remaja………...23

C. Narkoba………..26

1. Narkotika………..26

2. Psikotropika…...………...27

3. Zat Adiktif………28

D. Sifat Narkoba……….29

1. Habitual………29

2. Adiktif………..29

3. Toleran……….29

E. Tipe – tipe Penyalahguna Narkoba...……….30

1. Penyalahguna Rekreasional...30

2. Penyalahguna Situasional...30

3. Penyalahguna Intensif...30

4. Penyalahguna Adiktif...31

F. Kecenderungan Mental Penyalahguna Narkoba...31

G. Keluarga, Pola Asuh, dan Penyalahgunaan Narkoba...32

BAB III. METODE PENELITIAN………36

A. Jenis Penelitian………...36

B. Fokus Penelitian……….37

C. Partisipan Penelitian………...37

D. Metode Pengumpulan Data………38

E. Prosedur Pengumpulan Data………..40

(15)

xv

G. Metode Analisis Data……….45

H. Refleksivitas Peneliti...46

I. Validitas Penelitian………47

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……….48

A. Pelaksanaan Penelitian………...…48

B. Identitas Partisipan……….50

1. Profil Partisipan………51

a. Partisipan Pertama………..51

b. Partisipan Kedua………53

c. Partisipan Ketiga………54

C. Analisis Data dan Hasil...56

1. Adi………56

2. Aldo………..66

3. Desta……….75

D. Dinamika Tiga Partisipan………...85

E. Member Checking………..87 F. Pembahasan………87

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………..…………..100

A. Kesimpulan…………..………100

B. Saran…...……….101

1. Bagi Orangtua………...……….101

(16)

xvi

3. Bagi Lembaga Hukum………...102

4. Bagi Mantan Penyalahguna Atau Pecandu………102

5. Bagi Peneliti Lain………..102

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Pedoman Pertanyaan Dan Wawancara………41

[image:17.595.133.458.259.581.2]

Tabel 2 : Pelaksanaan Wawancara………..49

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Sudah tidak asing lagi bagi kita saat mendengar kata narkoba, narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya. Narkoba ini akan mempengaruhi kinerja otak ketika memasuki tubuh manusia, baik dengan cara oral (melalui mulut), suntik dan dihirup (Gono, 2012). BNN (2015) Di Indonesia permasalahan narkoba bukanlah hal yang dapat dianggap remeh, karena di Indonesia angka pengguna narkoba telah mencapai 4 juta lebih pengguna. Pengguna tidak hanya dari kalangan dewasa saja namun juga dari kalangan remaja dan anak-anak, tidak hanya dari masyarakat yang berpendidikan rendah tapi narkoba juga disalahgunakan oleh masyarakat yang berpendidikan tinggi.

Sujatmiko (2015) Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Sleman mencatat, 24 ribu warga Sleman melakukan penyalahgunaan Narkoba. Mereka yang melakukan penyalahgunaan Narkoba ini memiliki rentang umur antara usia 15-59 tahun.

Menurut Nuramaliah (dalam Purnomowardani & Koentjoro, 2000) di Indonesia sendiri pemakai narkoba didominasi dari kalangan pelajar, baik SMP, SMA, maupun Mahasiswa yang mencapai 70% sedangkan lulusan SD hanya 30%, dan sebagian besar mereka berasal dari golongan

(19)

Narkoba memiliki tiga sifat, yaitu: (1) Habitual, (2) Adiktif, dan (3) Toleran. Ketiga sifat Narkoba inilah yang membuat Narkoba itu sangatlah berbahaya. Sifat yang pertama adalah Habitual, habitual merupakan sifat Narkoba yang dapat membuat pemakainya selalu teringat, terkenang dan terbayang terhadap Narkoba sehingga menimbulkan perilaku untuk selalu mencari dan memakai Narkoba oleh pemakainya. Kedua adalah Adiktif, adiktif merupakan sifat Narkoba yang memaksa pemakai untuk memakai terus, jika tidak memakai akan menimbulkan “Sakaw” atau perasaan sakit yang luar biasa ketika tidak menggunakan narkoba. Untuk mengatasi “sakaw” ini dapat dengan cara mengonsumsi

Narkoba yang sama untuk kembali normal lagi. Jika tidak mengonsumsi Narkoba lagi dan tidak mampu untuk menahan rasa sakit yang di alami, orang tersebut dapat mengambil jalan pintas yaitu dengan cara bunuh diri. Ketiga Toleran, sifat ini membuat tubuh pemakai narkoba menyatu dengan narkoba yang di konsumsi, sehingga dosisnya akan di naikkan karena ketika menggunakan takaran dosis yang sama tidak akan muncul efek yang diinginginkan pengguna. Ketiga sifat dari Narkoba ini dapat menimbulkan efek yang buruk bagi pemakainya. (Gono, 2012)

(20)

BNN (8 September, 2015) Lindungi Anak Dari Bahaya Narkoba Mulai Dari Keluarga, di Indonesia jumlah pengguna narkoba telah

mencapai angka 4 juta jiwa, angka tersebut dapat berkurang asalkan semua pihak berkomitmen dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba dan permulaannya dapat di mulai dari lingkungan keluarga. Dalam pengawasan perkembangan dan perubahan pada anak-anak seorang ibu berperan penting untuk memberikan kasih sayang dan perhatian kepada anaknya dengan tepat agar anak tidak terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba.

Indiyah (2005) dalam Jurnal Kriminologi Indonesia “Faktor-faktor

Penyebab Penyalahgunaan Napza: Studi Kasus Pada Narapidana di LP Klas II/A Wirogunan Yogyakarta”, menemukan beberapa faktor yang

menyebabkan seseorang untuk menggunakan narkoba, sebagai berikut: Faktor lingkungan masyarakat 96%, Faktor lingkungan keluarga 91%, Faktor keluarga 88%, Faktor individu 85%, Faktor lingkungan sekolah / kuliah 81%, Proses sosial 72%, Masalah sosial 48%.

(21)

Muniriyanto dan Suharman (2014) menemukan adanya korelasi negatif sangat signifikan antara keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja, yang berarti semakin tinggi keharmonisan keluarga maka semakin rendah kenakalan remaja, sebaliknya semakin rendah keharmonisan keluarga maka semakin tinggi kenakalan remaja. Widyastuti dan Arfiah (2012) menemukan faktor-faktor yang menyebabkan pemuda Desa Sewaka Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang menggunakan narkoba yaitu kurangnya perhatian dari orangtua, kurang kasih sayang, kurang pengawasan dalam bergaul, teman sebaya, dan juga karena frustasi.

Penelitian Rutter tahun 1980 (dalam Asni, Rahma, & Sarake, 2013) menunjukkan bahwa kedua orangtua yang tidak harmonis turut mendorong anak dalam penyalahgunaan narkoba. Asni dkk (2013) menemukan bahwa siswa yang menggunakan narkoba lebih banyak yang memiliki keluarga yang tidak harmonis dibandingkan yang memiliki keluarga harmonis, presentase hubungan antara persepsi keharmonisan keluarga memberikan kontribusi hanya sebesar 14,4% terhadap penyalahgunaan narkoba, responden juga mengaku bahwa orangtua sering keluar rumah, bersifat kaku dan sering memarahi anak-anaknya. Hal ini membuat mereka mempersepsikan bahwa rumah merupakan tempat yang tidak menyenangkan sehingga mereka melakukan hal-hal yang melanggar norma di masyarakat sebagai bentuk protes terhadap orangtua.

(22)

lingkungan (keluarga, sekolah, teman, dan masyarakat), faktor individu dan faktor media massa. Namun yang paling dominan di antara faktor-faktor tersebut adalah keluarga dan teman. Empat dari partisipan mengaku bahwa memiliki keluarga yang tidak harmonis serta menggunakan narkoba akibat ajakan teman dan faktor ekonomi. Sedangkan empat lainnya menggunakan narkoba akibat ajakan teman.

Syarif dan Tafal (2008) melakukan penelitian terhadap 197 subjek dan menemukan bahwa 147 subjek mengalami pola asuh demokratis. Widiasworo (2013) menemukan adanya hubungan negatif antara pola asuh demokratis pada orang tua tunggal (single parent) dengan perilaku agresi siswa, yang berarti semakin tinggi pola asuh demokratis maka akan semakin rendah perilaku agresi siswa begitu juga sebaliknya. Rahman (2008) menemukan persepsi remaja terhadap pola asuh demokratis ayah dan ibu dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku disiplin remaja, karena peran keluarga yang memberikan dasar pembentukan sikap, watak, tingkah laku, moral dan pendidikan yang mampu dipersepsikan remaja secara positif.

(23)

tempat yang tidak menyenangkan sehingga mencari kesenangan dengan menggunakan narkoba. Selain itu penelitian Indiyah (2005) menemukan bahwa faktor lingkungan keluarga menyumbang 91% dan faktor keluarga menyumbang 88% dalam hal faktor yang mempengaruhi seseorang menggunakan narkoba. Beberapa penelitian Widiasworo (2013) dan Rahman (2008) menemukan bahwa pola asuh demokratis memiliki dampak positif terhadap perilaku anak. Namun Syarif dan Tafal (2008) menemukan bahwa pengguna narkoba lebih banyak yang mengalami pola asuh demokratis. Hal ini memunculkan perbedaan dampak dari pola asuh demokratis terhadap anak, sehingga pola asuh menarik untuk di teliti.

(24)

B. Rumusan masalah

Di Indonesia sendiri jumlah penyalahguna narkoba cukup besar, para penyalahguna narkoba bisa berasal dari kalangan dewasa maupun remaja, tidak hanya dari masyarakat yang berpendidikan rendah, masyarakat berpendidikan tinggi pun juga ada yang menyalahgunakan narkoba. Penyalahgunaan narkoba juga dapat menimbulkan penurunan kemampuan kognitif, rusaknya hubungan keluarga, dan perubahan perilaku individu yang menyalahgunakannya.

Penelitian – penelitian sebelumnya menemukan bahwa para penyalahguna narkoba memiliki keluarga yang tidak harmonis, selain itu juga menemukan pola asuh demokratis memiliki dampak positif terhadap anak, tetapi dalam penelitian lain menemukan bahwa para penyalahguna narkoba mengalami pola asuh demokratis dari orangtuanya. Berdasarkan masih adanya ketidakkonsistenan dari hasil penelitian, maka peneliti merasa tertarik dengan penyalahgunaan narkoba dan ingin mengetahui bagaimana keluarga yang di miliki oleh mantan penyalahguna narkoba dan pola asuh yang di alami oleh penyalahgunaan narkoba.

C. Tujuan

(25)

D. Manfaat

1. Manfaat praktis

Untuk memberikan gambaran tentang keluarga dan pola asuh yang di alami oleh mantan penyalahguna narkoba

2. Manfaat teoretis

(26)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Menurut UU no. 10 tahun 1992 keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang di dalamnya terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya. Keluarga merupakan suatu kesatuan atau sekumpulan orang yang memiliki ikatan, di dalam keluarga terjadi hubungan dan interaksi antar anggota (Santrock, 2007)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) disebutkan keluarga merupakan kekerabatan yang paling mendasar di masyarakat, beranggotakan ayah, ibu, dan anak yang akan menjadi tanggungan keluarga itu sendiri.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang di dalamnya berisi orang-orang yang memiliki suatu ikatan, baik ikatan perkawinan, kelahiran, maupun adopsi. Serta di dalam keluarga tiap anggotanya memiliki perannya masing-masing.

2. Jenis Keluarga

(27)

tetapi juga bisa dengan orangtua adopsi, orangtua tiri, bahkan dengan orangtua gay maupun lesbian. Hurlock (1989) juga mengatakan bahwa di Amerika terjadi perubahan pola keluarga, hal ini disebabkan karena adanya perubahan masyarakat Amerika dari ekonomi pedesaan ke ekonomi kota sehingga keluarga mengalami penurunan dalam hal hubungan antar keluarga. Kemudian perubahan perusahaan kecil menjadi perusahaan besar yang menyebabkan meningkatnya mobilitas pekerja, berdampak pada longgarnya ikatan keluarga. Selain itu pendatang yang memiliki budaya berbeda berdampak pada perubahan pola kehidupan Amerika menjadi lebih beragam. Hal-hal di atas menimbukan pemusatan keluarga lebih terhadap anak daripada orang dewasa, sehingga pendidikan otoriter mulai menurun dan lebih di dominasi dengan pendidikan permisif sehingga kontrol terhadap anak menjadi menurun.

Di dalam keluarga terdapat struktur keluarga yang merupakan susunan anggota yang berada dalam keluarga, struktur keluarga ini berguna untuk melakukan pembedaan jenis keluarga. Dengan demikian jenis keluarga merupakan hasil dari adanya struktur keluarga yang berbeda antara satu keluarga dengan keluarga lain. Berikut beberapa jenis keluarga menurut Hurlock (1989)

a. Keluarga inti

(28)

Keluarga yang terdiri dari orangtua serta tiga orang anak atau kurang dari itu, keluarga ini lebih banyak di jumpai dibandingkan dengan keluarga besar yang terdiri dari enam anak atau lebih.

c. Keluarga tanpa anak

Pria dan wanita yang memiliki pendidikan tinggi lebih memilih untuk berkarir dibandingkan untuk memiliki anak dalam keluarga, hal ini merupakan pilihan mereka.

d. Keluarga dengan orangtua muda

Keluarga ini merupakan keluarga yang memiliki orangtua berumur di bawah 30 tahun ketika anak terakhir lahir, namun ada juga keluarga yang memiliki anak terakhir di atas 30 tahun sehingga tidak bisa di sebut dengan keluarga dengan orangtua muda.

e. Keluarga dengan ibu yang bekerja

Dalam semua kelompok sosioekonomi seorang ibu bekerja di luar rumah sehingga pekerjaan rumah dan pengasuhan diserahkan kepada pengasuh.

f. Keluarga dengan orangtua tunggal

Dalam keluarga ini tanggung jawab terhadap anak bisa saja diampu oleh ibu atau ayah saja, hal ini bisa disebabkan karena kematian pasangan, perceraian atau kelahiran anak di luar nikah.

(29)

Keluarga ini merupakan keluarga yang terbentuk karena adanya pernikahan baru karena kematian pasangan atau perceraian, sehingga salah satu orangtuanya merupakan orangtua tiri.

h. Keluarga orangtua asuh

Dalam keluarga ini anak di asuh oleh orangtua asuh (foster parents) yang di bayar untuk menggantikan peran orangtua

sebenarnya, orangtua asuh tidak bertanggung jawab untuk membiayai anak tersebut dan anak juga tidak mendapatkan nama orangtua asuh. i. Keluarga komunal

Keluarga ini merupakan gabungan dari beberapa keluarga inti yang saling berbagi tanggung jawab terhadap pengasuhan anak dan urusan rumah tangga.

j. Keluarga angkat

Keluarga angkat merupakan keluarga yang terdiri dari anak serta orangtua yang tidak memiliki ikatan darah, namu orangtua memiliki tanggung jawab hukum terhadap anak dan memberinya nama keluarga. k. Keluarga antar ras

Keluarga antar ras merupakan keluarga yang memiliki perbedaan ras

l. Keluarga antar agama

(30)

3. Pengaruh Keluarga Pada Anak

Hurlock (1989) mengatakan walaupun telah terjadi perubahan pada pola kehidupan di Amerika, keluarga tetap menjadi bagian penting bagi anak, hal ini disebabkan karena keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak dan juga anggota keluarga merupakan orang penting pada masa pembentukan anak. Sehingga anak akan belajar menyesuaikan terhadap lingkungan dengan landasan apa yang yang mereka pelajari di rumah bersama keluarga. Berikut beberapa sumbangan keluarga atau kewajiban keluarga bagi anak menurut Hurlock (1989)

a. Rasa aman bagi anak yang diberikan oleh orangtua sebagai anggota keluarga yang stabil

b. Anggota keluarga harus mampu memenuhi kebutuhan fisik maupun psikologis bagi anak

c. Kasih sayang dan penerimaan mereka terhadap anak

d. Menjadi figur bagi anak yang dapat membantu anak dalam hal belajar sosial dan membimbing perilaku anak supaya dapat diterima di masyarakat, serta orangtua wajib membantu anak dalam penyelesaian masalah penyesuaian anak terhadap lingkungan

(31)

f. Orangtua juga harus menjadi sahabat bagi anak sehingga anak dapat membagikan aspirasinya kepada orangtua

Tidak semua jenis keluarga memberikan sumbangan di atas bagi anak, serta proporsi anggota keluarga memberikan sumbangan kepada anak tidaklah sama. Pada umumnya anak yang mendapatkan sumbangan di atas pada masa kanak-kanak akan menjadi orang yang mampu menyesuaikan terhadap lingkungan dengan baik, sebaliknya jika anak tidak mendapatkan sumbangan tersebut anak akan mengalami kesulitan dalam hal penyesuaian sosial anak, hal ini dapat diatasi dengan adanya pengaruh orang luar rumah ketika anak telah bertambah usianya (Hurlock, 1989).

4. Pengaruh Sikap Orangtua pada Hubungan Keluarga

(32)

menimbulkan masalah, sehingga mempengaruhi hubungan keluarga (Hurlock, 1989). Hal ini tidak hanya mempengaruhi hubungan antara orangtua dengan anak saja, tetapi juga dapat mempengaruhi hubungan anak dengan saudara kandungnya. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi sikap orangtua terhadap anak menurut Hurlock (1989). a. Pemikiran tentang “anak idaman”, sebelum terjadi kelahiran pasti

orangtua memiliki angan-angan ingin memiliki anak laki-laki atau perempuan, berdasarkan pemikiran ideal mereka. Tetapi ketika anak yang lahir tidak sesuai harapan orangtua akan kecewa dan menunjukkan sikap penolakan terhadap anak

b. Pengalaman orangtua sebagai anak pada masa lalu. Ketika orangtua yang dulunya berada dalam keluarga besar dan diharuskan untuk ikut mengasuh adik-adiknya kemungkinan akan menunjukkan sikap kurang baik terhadap anaknya sendiri. Dibandingkan dengan orangtua yang mengalami pengalaman menyenangkan bersama saudara kandungnya. c. Pengaruh budaya terhadap cara yang dianggap tepat untuk

memperlakukan anak. Baik otoriter, demokratis, maupun permisif akan mempengaruhi sikap orangtua terhadap anaknya sendiri.

(33)

e. Orangtua yang merasa mampu menjadi seorang orangtua akan memiliki perilaku yang lebih baik terhadap anak, dibandingkan dengan orangtua yang merasa tidak mampu dan ragu-ragu menjadi orangtua. f. Kepuasan orangtua terhadap anak. Orangtua yang merasa puas dengan

jenis kelamin anak, jumlah dan ciri-ciri anaknya akan menunjukkan sikap positif terhadap anak, dibandingkan dengan orangtua yang merasa tidak puas.

g. Kemampuan dan kemauan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang mulai berpusat terhadap keluarga. Hal ini akan mempengaruhi sikap orangtua terhadap anak, karena sebelum terjadi pernikahan individu menjalani hidup dengan pola egosentris yang berpusat pada diri sendiri.

h. Alasan anak yang digunakan sebagai alat mempertahankan keluarga yang retak akan menimbulkan sikap kurang baik terhadap anak, dibandingkan dengan alasan memiliki anak untuk memperbesar kepuasan dalam pernikahan.

(34)

B. Pengasuhan

1. Pengertian Pengasuhan

Proses pengasuhan merupakan tantangan bagi orangtua, orangtua harus mengadakan kesepakatan dengan anak yang memiliki keinginan dan pikiran yang independen, namun masih perlu belajar banyak mengenai perilaku yang baik dalam lingkungan sosial. Hal ini tertuju pada penanaman disiplin pada anak yang mengacu pada pembentukan karakter anak serta penanaman kontrol diri dan perilaku yang dapat di terima pada lingkungan sosial. Berikut teknik-teknik untuk menanamkan disiplin pada anak (Papalia & Feldman, 2014)

a. Penguatan dan Hukuman

Penguatan merupakan proses untuk memperkuat sebuah perilaku, sehingga akan menimbulkan kecenderungan perilaku akan berulang. Hukuman merupakan proses yang digunakan untuk melemahkan sebuah perilaku, sehingga perilaku cenderung untuk tidak di ulangi. b. Penalaran Induktif, Penegasan Kekuasaan, dan Penarikan Cinta

(35)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengasuhan merupakan tindakan yang dilakukan orangtua untuk membentuk karakter anak sesuai dengan keinginan mereka, dengan harapan anak tumbuh menjadi pribadi yang baik dan patuh terhadap orangtua, serta mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan baik. Dalam pengasuhan terdapat beberapa cara yang pada umumnya digunakan oleh orangtua untuk membentuk anak sesuai keinginan mereka.

2. Gaya Pengasuhan

Pola asuh merupakan cara yang digunakan oleh orangtua untuk mendidik dan membesarkan anak sesuai dengan keinginan mereka (Canadian Council On Learning, 2007). Dalam pola asuh terdapat dua dimensi yang menentukan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua, berikut dimensi pola asuh.

a. Responsiveness

Hal ini merupakan tindakan orangtua yang lebih memusatkan pada keinginan dan ketertarikan anaknya

b. Control

Hal ini merupakan tindakan orangtua yang akan mengawasi dan menerapkan disiplin terhadap anak untuk menananmkan kepatuhan.

(36)

a. Pola asuh autoritatif. Orangtua akan memberikan responsiveness dan control yang tinggi pada anak.

b. Pola asuh autoritarian. Orangtua akan memberikan tingkat control yang tinggi dibandingkan dengan responsivenss.

c. Pola asuh permisif. Orangtua akan memberikan tingkat responsiveness yang tinggi dibandingkan dengan control

d. Pola asuh neglectful. Orangtua memberikan responsiveness dan control yang rendah pada anak.

Dalam Papalia dan Feldman (2014) Diana Baumrind menjelaskan tentang bentuk-bentuk pola asuh, sebagai berikut.

a. Pola asuh otoriter

Menurut Baumrind, pola asuh ini merupakan cara yang digunakan oleh orangtua dengan menekankan pada kontrol dan kepatuhan kepada anak, yang tidak dapat diganggu gugat. Orangtua akan menetapkan standar atau aturan bagi anak dan akan memberikan hukuman kepada anak jika anak melanggar aturan tersebut. Dalam pola asuh ini hubungan antara orangtua dengan anak cenderung tidak hangat, anak cenderung tidak suka, tidak percaya kepada orangtua, dan menarik diri. b. Pola asuh permisif

(37)

untuk mengamati dan mengawasi perilaku mereka sendiri. Ketika orangtua akan membuat aturan maka orangtua akan mendiskusikannya dengan anak, serta menjelaskan alasan mereka membuat aturan tersebut. Dalam pola asuh ini orangtua tidak terlalu menuntut anak dan jarang menghukum anak. Hubungan anak dan orangtua dalam pola asuh ini cenderung hangat karena orangtua tidak terlalu mengontrol dan menuntut pada anak. Tetapi pola asuh ini akan membuat anak prasekolah menjadi kurang mampu mengontrol diri serta kurang bereksplorasi.

c. Pola asuh otoritatif

(38)

Eleanor Maccoby dan John Martin 1983 (dalam Papalia & Feldman, 2014) menambahkan pola asuh yang keempat yaitu “mengabaikan atau tidak terlibat”, pola asuh ini merupakan pola asuh yang

dilakukan oleh orangtua yang terkadang mengalami stress atau depresi. Orangtua dalam pola asuh ini cenderung mementingkan kebutuhan mereka sendiri, dibandingkan dengan kebutuhan sang anak.

3. Perilaku Berisiko

Margaretha (2012) Perilaku Beresiko Remaja. Perilaku berisiko merupakan perilaku yang jika dilakukan akan membahayakan kesehatan dan kesejahteraan individu, bahkan beberapa bentuk perilaku berisiko dapat merugikan orang lain.

(39)

a. Faktor predisposing (faktor yang memotivasi)

Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri remaja yang memotivasi untuk melakukan perilaku berisiko. Yang termasuk dalam faktor ini adalah, pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap, kepercayaan, umur, jenis kelamin, dan pendidikan.

b. Faktor enabling (faktor kemungkinan)

Faktor ini merupakan faktor yang memungkinkan untuk mendorong perilaku berisiko. Faktor ini meliputi ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya kesehatan, tempat tinggal, status ekonomi, dan akses terhadap informasi.

c. Faktor reinforcing (faktor penguat)

(40)

4. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja (juvenille delinquency) merupakan perilaku yang tidak dapat diterima masyarakat misalnya membuat onar disekolah sampai perilaku yang melanggar hukum seperti merampok (Santrock, 2007). Untuk memudahkan dalam ranah hukum maka pelanggaran dibagi dalam 2 kategori, sebagai berikut.

a. Index offenses

Merupakan tindakan kriminal yang bisa dilakukan oleh remaja maupun orang dewasa, yang termasuk dalam kategori ini adalah perampokan, penyerangan menggunakan kekerasan, perkosaan, penyalahgunaan narkoba, dan pembunuhan.

b. Status offenses

Merupakan pelanggaran yang tidak begitu serius, perilaku ini hanya illegal ketika dilakukan oleh anak muda dibawah umur. Pelanggaran ini meliputi kabur dari rumah, bolos sekolah, minum-minuman keras, hubungan seksual, dan perilaku yang tidak bisa dikontrol lainnya.

(41)

dan hubungan seksual pranikah termasuk dalam kategori status offenses sedangkan penyalahgunaan narkoba termasuk dalam kategori index offenses.

Berikut tahapan – tahapan perkembangan menurut Erikson dari awal sampai dengan masa krisis identitas dalam (Friedman dan Schustack, 2006)

a. Rasa percaya versus rasa tidak percaya

Dalam tahapan ini anak akan berusaha untuk mendapatkan kehangatan dan ekspresi kesenangan dari sang ibu, jika ibu dapat memenuhi hal tersebut maka anak akan memiliki rasa percaya. Jika hal tersebut tidak terpenuhi maka anak akan timbul rasa tidak percaya dari anak dan anak akan merasa diabaikan

b. Otonomi versus rasa malu dan ragu

Dalam tahapan ini anak akan belajar dirinya memiliki kontrol terhadap dirinya, oleh karena itu orangtua harus mengarahkan anaknya untuk mengatur keinginan – keinginan anak namun tanpa perlakuan kasar, jika tahapan ini terpenuhi maka anak akan mampu membedakan apa yang benar dan salah, dan jika hal ini tidak terpenuhi akan membuat anak menjadi individu yang selalu merasa bersalah karena kontrol berlebih yang diberikan oleh orangtuanya

(42)

Dalam tahapan ini anak akan belajar bersosialisai dengan teman sebayanya dan anak mampu melewati tahapan ini akan menjadi seseorang yang independen dan mandiri, jika terjadi masalah dalam tahapan ini maka anak akan memiliki percaya diri yang rendah

d. Produktif versus inferioritas

Dalam tahapan ini anak akan belajar mendapatkan kesenangan dari penyelesian tugas – tugas, jika tahapan ini terpenuhi maka anak akan bangga terhadap apa yang dia peroleh, tetapi jika terjadi masalah dalam tahapan ini anak akan merasa inferior dan merasa tidak mampu menemukan solusi e. Identitas versus kebingungan peran

(43)

C. Narkoba

Gono (2012) Mengatakan Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan aktif lainnya dalam arti luas narkoba adalah obat, bahan atau zat yang akan mempengaruhi kinerja otak maupun syaraf jika masuk ke dalam tubuh melalui mulut, dihirup, maupun dengan alat suntik. Berikut penjelasan tentang narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya

1. Narkotika

Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika disebutkan bahwa narkotika merupakan zat maupun obat yang terbuat dari tanaman maupun bukan tanaman , sintetis maupun semi sintetis, yang ketika memasuki tubuh manusia dapat menimbulkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa nyeri, yang juga dapat menimbulkan ketergantungan. Dalam narkotika terdapat penggolongan berdasarkan tingkat adiktif nya, sebagai berikut

a. Golongan I

Merupakan narkotika yang memiliki daya adiktif tinggi sehingga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Yang termasuk dalam golongan ini adalah ganja, heroin, kokain, morfin, opium, psylocibine (zat yang terkandung dalam mushroom atau jamur lethong)

(44)

Merupakan narkotika yang memiliki daya adiktif tinggi tapi bermanfaat dalam bidang pengobatan dan penelitian. Yang termasuk dalam golongan ini adalah benzeitidin, betametadol, petidin dll

c. Golongan III

Merupakan narkotika yang memiliki daya adiktif rendah dan bisa digunakan untuk terapi atau pengobatan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah kodein, metadon, naltrexone dll

2. Psikotropika

Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika disebutkan bahwa psikotropika merupakan zat atau obat, alami maupun sintetis bukan narkotika, yang dapat mempengaruhi susunan syaraf pusat dan menimbulkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku individu. Psikotropika juga digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa, psikotropika juga dibagi dalam beberapa golongan sebagai berikut

a. Golongan I

Merupakan psikotropika dengan daya adiktif tinggi sehingga tidak digunakan untuk terapi melainkan hanya digunakan dalam bidang penelitian. Yang termasuk dalam golongan ini adalah LSD, MDMA, STP dll

(45)

Merupakan psikotropika dengan daya adiktif tinggi namun berguna dalam pengobatan dan penelitian. Yang termasuk dalam golongan ini adalah amfetamin, metifenidat dll

c. Golongan III

Merupakan psikotropika dengan daya adiktif sedang dan berguna dalam pengobatan dan penelitian. Yang termasuk dalam golongan ini adalah lumibal, buprenorsina dll

d. Golongan IV

Merupakan psikotropika dengan daya adiktif rendah dan berguna dalam pengobatan. Yang termasuk dalam kategori ini adalah nitrazepam, diazepam dll

3. Zat Adiktif

(46)

D. Sifat Narkoba 1. Habitual

Sifat yang pertama adalah Habitual, habitual merupakan sifat Narkoba yang dapat membuat pemakainya selalu teringat, terkenang dan terbayang terhadap Narkoba sehingga menimbulkan perilaku untuk selalu mencari dan memakai Narkoba oleh pemakainya (Gono, 2012).

2. Adiktif

Kedua adalah Adiktif, adiktif merupakan sifat Narkoba yang memaksa pemakai untuk memakai terus, jika tidak memakai akan menimbulkan “Sakaw” atau perasaan sakit yang luar biasa ketika tidak menggunakan narkoba. Untuk mengatasi “sakaw” ini dapat dengan

cara mengonsumsi Narkoba yang sama untuk kembali normal lagi (Gono, 2012).

3. Toleran

Yang ketiga Toleran, sifat ini membuat tubuh pemakai narkoba menyatu dengan narkoba yang dikonsumsi, sehingga dosis nya akan dinaikkan karena ketika menggunakan takaran dosis yang sama tidak akan muncul efek yang diingingkan pengguna (Gono, 2012).

(47)

E. Tipe – tipe Penyalahguna Narkoba

Erlian, D (2016) Tingkat Penyalahgunaan Narkoba. Dalam hal penyalahguna narkoba terdapat beberapa tipe penyalahguna narkoba mulai dari yang ringan hingga berat, berikut penjelasan beberapa tipe tersebut

1. Penyalahguna Rekreasional atau Eksperimental

Merupakan tingkat penyalahgunaan narkoba yang paling rendah, dalam tipe ini penyalahguna narkoba terdorong rasa keingintahuan terhadap narkoba dan juga bisa dari ajakan teman sebaya, dalam tingkat penyalahgunaan ini penyalahguna belum memiliki ketergantungan terhadap narkoba. Contoh nya siswa SMA yang mengkonsumsi jamur lethong karena diajak oleh temannya atau karena rasa keingintahuan

2. Penyalahguna Situasional

Dalam tingkat ini individu yang menyalahgunakan narkoba termotivasi menggunakan narkoba untuk mendapatkan efek dari narkoba sebagai cara untuk mengatasi kondisi atau situasi tertentu. Contohnya individu yang sedang mencari ide memutuskan untuk menggunakan ganja untuk membuat diri nya lebih mudah menemukan ide, bisa juga individu yang akan menjalani perlombaan lari memutuskan untuk menggunakan doping demi meningkatkan performa nya dalam berlari

3. Penyalahguna Intensif

(48)

Contohnya individu yang selalu menggunakan narkoba untuk menghilangkan rasa kecemasan pada dirinya

4. Penyalahguna Adiktif

Dalam tingkat ini merupakan tingkatan yang paling berat, individu yang berada dalam tingkatan ini akan setiap hari menggunakan narkoba secara rutin untuk mendapatkan efek dari narkoba atau untuk menghindari gejala “sakaw”. Contohnya individu yang setiap hari secara rutin harus

mengkonsumsi heroin, dan jika tidak menggunakan akan mengalami “sakaw”

Keempat tipe penyalahguna ini juga merupakan pola yang dialami oleh penyalahguna narkoba dari rasa keingintahuan atau penyalahgunaan narkoba dalam situasi tertentu kemudian menjadi penggunaan secara intensif sampai dengan tingkat penyalahgunaan adiktif yang setiap hari harus menggunakan narkoba, jika tidak menggunakan akan mengalami “sakaw”

Dalam penelitian ini tipe – tipe penyalahguna dan pola penyalahgunaan narkoba yang ada ini dapat membantu peneliti dalam hal mengkategorikan partisipan ke dalam tipe penyalahguna yang mana.

F. Kecenderungan Mental Penyalahguna Narkoba

(49)

gagal dalam hal menanamkan sikap – sikap dan perilaku orangtuanya (Santrock, 2002).

Remaja yang memiliki ketidakmampuan dalam hal mengendalikan emosi akan mengekspresikan nya ke dalam pergaulan dengan teman – teman sebaya yang menggunakan obat – obatan, dan akan membuat dirinya ikut menggunakan obat – obatan tersebut (Santrock, 2002)

Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa anak yang tumbuh dalam keluarga yang konflik akan mengalami ketidakmampuan dalam hal mengendalikan emosi, sehingga mereka akan mencari pelarian dengan cara bergaul dengan teman – teman yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam penyalahgunaan narkoba

Remaja menggunakan obat – obatan merupakan suatu cara untuk mengatasi stres yang dialami nya (Santrock, 2002). Hal ini juga menunjukkan bahwa individu yang menyalahgunakan narkoba mengalami ketidakmampuan dalam hal penyelesaian masalah

G. Keluarga, Pola asuh, dan Penyalahgunaan Narkoba

(50)

Brook (dalam Santrock, 2002), juga menyatakan bahwa penyebab awal penyalahgunaan narkoba pada remaja disebabkan karena ketika masa anak-anak mereka gagal mendapatkan pengasuhan dari orangtua dan tumbuh dalam keluarga yang mengalami konflik. Selain itu keluarga yang memberikan disiplin tidak teratur terhadap anak juga dapat menimbulkan kenakalan remaja, selain teman sebaya juga akan mempengaruhi terhadap kenakalan remaja (Santrock, 2007).

(51)

Dalam pola asuh permisif orangtua yang terlalu membebaskan anaknya akan membuat anak kurang mampu membedakan apa yang benar dan salah, anak bisa saja terjerumus ke dalam kenakalan remaja karena menganggap hal itu benar tanpa adanya pengawasan orangtua. Hal ini terjadi karena anak kurang memiliki keterampilan untuk menghadapi masalah dan kemampuan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab (Santrock, 2002). Kastutik dan Setyowati (2014) menemukan bahwa pola asuh permisif lebih mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja dibandingkan pola asuh demokratis dan otoriter, mereka juga mengatakan hal ini disebabkan karena kurangnya bimbingan dan kontrol orangtua terhadap anak.

(52)

orangtua yang mendengarkan pendapat anak tanpa meninggalkan aturan-aturan yang telah disepakati. Selain itu penelitian Umayi (2007) juga menemukan bahwa pola asuh otoritatif berperan terhadap kemandirian siswa.

(53)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian menggunakan metode analisis isi kualitatif. Metode ini digunakan untuk menafsirkan sebuah data secara subjektif melalui proses coding yang dilakukan secara sistematis (Supratiknya, 2015). Data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari wawancara, focus grup, observasi, media cetak, dan dokumen seperti catatan harian,

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi konvensional, yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan sebuah fenomena yang ada, pendekatan ini dapat digunakan ketika teori atau penelitian sebelumnya hanya tersedia sedikit atau belum ada sehingga belum mampu menjelaskan fenomena yang akan diteliti (Supratiknya, 2015)

(54)

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui keluarga mantan penyalahguna narkoba serta pola asuh yang pernah dialami. Karena dalam penelitian sebelum nya menemukan bahwa para penyalahguna narkoba memiliki keluarga yang tidak harmonis sehingga dengan pendekatan analisis isi konvensional ini dapat digunakan untuk menganalisis data wawancara yang diperoleh dari hasil wawancara partisipan dalam penelitian ini.

C. Partisipan Penelitian

(55)

Kriteria kedua partisipan berumur antara 17 sampai 25 tahun, hal ini dipilih supaya perbedaan umur antara partisipan dan peneliti tidak terlalu jauh, dengan harapan partisipan dapat menganggap peneliti sebagai seseorang yang sejajar berdasarkan umur sehingga partisipan akan lebih terbuka ketika dilakukan wawancara.

Kriteria ketiga partisipan berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, hal ini dipilih karena penyalahguna dan pecandu narkoba tidak hanya dari kaum laki-laki saja tapi juga dari kaum perempuan ada yang menyalahgunakan dan menjadi pecandu narkoba.

Kriteria keempat partisipan dalam penelitian ini dapat menggunakan penyalahguna narkoba yang memiliki riwayat kriminal atau tidak, karena dalam pencarian partisipan peneliti melakukan wawancara seleksi terlebih dahulu, dalam wawancara seleksi dapat diketahui apakah calon partisipan memiliki riwayat kriminal atau tidak

Dalam upaya pencarian partisipan penelitian ini peneliti melakukan wawancara seleksi, yang disusun dengan menggunakan DSM-V (2013) sebagai panduan dalam penyusunan pertanyaan wawancara

D. Metode Pengumpulan Data

(56)

informed consent, dalam penjelasan ini peneliti akan menjelaskan tentang

tujuan penelitian, cara pengambilan data, kerahasiaan data dan, tanggung jawab peneliti. Setelah partisipan memahami dan bersedia untuk berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian ini maka akan dilanjutkan ke wawancara inti

(57)

E. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data melalui beberapa tahapan, sebagai berikut:

1. Peneliti mencari calon partisipan lalu melakukan wawancara seleksi

2. Setelah partisipan ditentukan, peneliti dan partisipan berunding waktu untuk bertemu kembali

3. Ketika peneliti dan partisipan bertemu kembali, peneliti melakukan penjelasan tentang informed consent. Informed consent berisi tentang identitas peneliti, tujuan penelitian, cara pengambilan data, hak dan kewajiban partisipan, kerahasian data dan tanggung jawab peneliti. Setelah partisipan bersedia dan telah menandatangani informed consent peneliti beserta partisipan menetapkan waktu untuk wawancara.

4. Melakukan wawancara terhadap partisipan berdasarkan waktu yang telah disepakati antara partisipan dan peneliti

(58)

F. Pedoman Pertanyaan dan Wawancara

[image:58.595.110.517.235.592.2]

Pertanyaan wawancara ini merupakan pertanyaan terbuka yang disusun berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti.

Tabel 1

Pertanyaan Inti Sub Pertanyaan

Silahkan saudara bercerita tentang diri saudara dan keluarga saudara?

Orangtua saudara bekerja di mana?

Biasanya kalo berangkat jambrapa? Terus pulangnya jambrapa?

Kalau di rumah yang biasanya masak siapa? Yang nyapu, cuci piring dan nyuci baju siapa?

Apakah saudara pernah tinggal jauh dari keluarga? Pada saat itu apa yang saudara rasakan?

Apakah saudara pernah mengalami momen yang menurut saudara merupakan momen terbaik bersama dengan keluarga saudara? Bolehkah saya mendengarkan kisah tersebut?

(59)

Saya ingin saudara bercerita tentang hubungan saudara

dengan orangtua

saudara?

Menurut saudara ayah dan ibu saudara merupakan sosok yang seperti apa? Lalu perasaan apa yang saudara miliki terhadap ayah atau ibu saudara?

Saudara sendiri merasa lebih dekat dengan ayah atau ibu saudara? Apa yang membuat saudara merasa lebih dekat dengan ayah atau ibu saudara?

Apakah saudara sering ngobrol dengan ayah atau ibu saudara? Yang biasa diobrolkan tentang apa?

Apakah ketika saudara memiliki masalah saudara bercerita atau curhat kepada ayah atau ibu saudara? Kalau iya apa yang membuat saudara mau bercerita kepada ayah atau ibu saudara. Kalau tidak apa yang membuat saudara tidak bercerita kepada ayah atau ibu saudara?

Pernahkah saudara mengalami konflik dengan orangtua saudara, ketika terjadi konflik tersebut apa yang saudara lakukan, lalu bagaimana konflik tersebut dapat terselesaikan?

Sekarang saya ingin saudara bercerita tentang

(60)

pengasuhan dan cara mendidik orangtua yang saudara alami?

membuat saudara lebih senang di rumah? Apa yang membuat saudara lebih senang pergi keluar rumah (main)?

Kalau saudara mau pergi keluar rumah gitu apa yang saudara katakana kepada orangtua saudara?

Kalau sekarang saudara lebih senang di rumah atau pergi main? Apa yang membuat saudara lebih senang di rumah? Apa yang membuat saudara lebih senang pergi main?

Di rumah sendiri ada aturan-aturan yang diterapkan oleh orangtua saudara enggak? apa aturan tersebut?

Ketika saudara masuk SMP dan SMA sekolah yang saudara masuki merupakan pilihan saudara sendiri atau pilihan orangtua saudara? Apa yang saudara rasakan?

Ketika saudara masuk perguruan tinggi, jurusan yang saudara ambil merupakan pilihan saudara sendiri atau pilihan orangtua saudara? Apa yang dikatakan oleh orangtua saudara tentang jurusan yang saudara ambil?

(61)

saudara? Biasanya kalau keluar malam pulang jambrapa?

Pernah enggak saudara dimarahin oleh orangtua saudara karena pulangnya terlalu malam? Lalu apa yang saudara rasakan?

Menurut saudara

bagaimana pengasuhan dan cara didik orangtua yang selama ini saudara alami?

Apa yang saudara rasakan selama mendapatkan pengasuhan dan didikan dari orangtua saudara?

Apakah saudara merasa senang dan puas dengan pengasuhan serta didikan yang orangtua berikan berikan kepada saudara?

(62)

G. Metode Analisis Data

Dalam analisis, analisis terbagi dalam dua tahapan besar, yang pertama adalah tahapan deskriptif dan yang kedua adalah tahapan interpretif (Smith, 2013):

1. Tahapan Deskriptif, meliputi:

a. Pembacaan keseluruhan data untuk menemukan alur cerita dari awal, tengah, dan akhir.

b. Menentukan tema keseluruhan dan tema khusus dengan melakukan pengkategorian terhadap tema yang di temukan (open coding) kemudian menghubungankan antar tema yang di temukan (axial coding) setelah itu menyusun sebuah cerita berdasarkan tema yang

ditemukan (selective coding) 2. Tahapan Interpretif, meliputi:

a. Menghubungkan tema yang ditemukan dengan literatur teori yang lebih luas

(63)

H. Refleksivitas Peneliti

Peneliti merupakan anak tunggal yang sejak kecil mengalami pengasuhan yang keras, pada saat masa kanak – kanak ketika peneliti melakukan kesalahan orangtua tidak segan untuk memarahi bahkan mencubit atau memukul peneliti menggunakan gutik atau bambu yang telah disediakan untuk memukul peneliti pada waktu itu. Pada waktu SMP dan SMA pun peneliti susah mendapatkan ijin untuk pergi bermain oleh orangtua, peneliti juga tidak diperbolehkan untuk keluar malam, pada saat tahun baru pun ketika teman – teman peneliti pergi bermain, peneliti tidak diperbolehkan untuk pergi bersama dengan teman – teman. Sehingga peneliti menjadi seorang individu yang akan berperilaku baik dan manis ketika di rumah, tetapi ketika di sekolah atau ketika bersama teman peneliti cenderung untuk berperilaku seperti membolos sekolah dan merokok di sekolah.

(64)

I. Validitas Penelitian

(65)

48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

(66)
[image:66.595.139.518.108.575.2]

Tabel 2

Pelaksanaan wawancara

Waktu Kegiatan Tempat

29/5/2016 Wawancara Seleksi, Saudara Adi Rumah Saudara Adi, Sleman

31/5/2016 Informed Consent dan Wawancara Inti, Saudara Adi

Rumah Saudara Adi, Sleman

19/8/2016 Wawancara Seleksi, Saudara Desta Rumah saudara Desta, Sleman 17/9/2016 Informed Consent dan Wawancara

inti Saudara Desta

Rumah saudara Desta, Sleman 3/10/2016 Wawancara Seleksi, Saudara Aldo Rumah saudara

Aldo, Sleman 20/10/2016 Informed Consent dan Wawancara

inti saudara Aldo

(67)

B. Identitas Partisipan

[image:67.595.140.515.261.666.2]

Data dalam penelitian ini di peroleh dari tiga partisipan yang bersedia untuk diwawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini. Partisipan dalam penelitian ini merupakan mantan penyalahguna narkoba seperti yang dijelaskan pada Bab III bagian C. Berikut profil dari ketiga partisipan yang ditulis menggunakan nama samaran

Tabel 3

Data Demografi Partisipan

Partisipan 1 Pasrtisipan 2 Partisipan 3 Nama

samaran

Adi Aldo Desta

Tempat, tanggal lahir

Sleman, 16 Oktober 1992

Sleman, 12 Desember 1992

Semarang, 22 Desember 1991

Pendidikan terakhir

SMA SMA SMA

Pekerjaan Mahasiswa Mahasiswa Wirausaha Narkoba

yang digunakan

Mushroom / jamur

lethong

Ganja Pil dan

Mushroom /

(68)

1. Profil Partisipan a. Partisipan Pertama

Adi merupakan seorang pemuda yang menyalahgunakan narkoba alami, yaitu jamur lethong yang lebih sering di sebut dengan mushroom. Adi mulai menggunakan jamur lethong pada tahun 2010, saat itu adi mulai menggunakan nya bersama teman geng nya, adi saat itu tergabung dalam geng yang disebut “humorizt”. Pada saat itu ketika Adi nongkrong dengan geng nya, teman-teman geng nya mencoba jamur lethong tersebut sehingga Adi ikut mencoba mengonsumsinya, pada saat pertama kali mengonsumsi Adi menikmatinya “pengalaman

pertama kali menggunakan, itu rasanya menyenangkan saja dulu pertama menggunakannya” namun lama kelamaan Adi merasa bosan.

(69)

Sebelum Adi memasuki geng “humorizt” kegiatan sehari-hari Adi

adalah sekolah, nongkrong bersama teman sekolah di warung makan indomie (warmindo), bermain game, dan membaca komik. Pada saat itu Adi juga sudah merokok dan mengonsumsi minuman keras tapi belum mengonsumsi jamur lethong. Pada waktu SMA Adi merasa orangtuanya terlalu mengatur-atur dirinya dan Adi menginginkan untuk mendapatkan hak, sehingga dia memberontak dengan cara memasuki geng “humorizt” tersebut. Setelah memasuki geng Adi

mengaku mulai mengkonsumsi jamur lethong, kegiatan Adi setelah masuk geng tersebut adalah kumpul bersama teman geng nya, saat berkumpul itu mereka biasanya ngobrol sambil merokok, minum minuman keras dan, mengkonsumsi jamur lethong. Adi juga lebih banyak menghabiskan waktu bersama gengnya sehingga kegiatannya seperti bermain game dan membaca komik menjadi berkurang, Adi juga menjadi jarang di rumah. Pernah suatu ketika setelah Adi main bersama geng nya, Adi pulang dalam keadaan mabuk, ketika sampai di rumah orangtua Adi mengetahui bahwa Adi berada dibawah pengaruh alkohol, kemudian Adi dimarahi oleh orangtunya, lalu Adi menjadi ikut marah dan melawan orangtua yang memarahinya.

(70)

b. Partisipan Kedua

Aldo merupakan pemuda yang menyalahgunakan narkoba alami jenis ganja, dulu biasanya dia menggunakan di kos bersama dengan temannya, pada saat pertama kali menggunakan dia ditawarin oleh teman kos nya dan dia mencoba menggunakan nya. Aldo menggunakan ganja selama 2 sampai 3 bulan, dalam satu minggu biasanya Aldo mengonsumsi ganja satu sampai dua batang, menurutnya saat menggunakan ganja dirinya menjadi seperti tidak punya beban dan menjadi lebih mudah dalam mengatasi masalah. Kegiatan Aldo sehari – hari adalah kuliah, mengerjakan tugas, dan terkadang dirinya mengamen di km 0 menggunakan reptile. Perilaku mengkonsumsi ganja yang dilakukan Aldo tidak mengganggu atau merubah kegiatan keseharian nya.

(71)

c. Partisipan Ketiga

Desta saat ini merupakan seorang suami dan ayah bagi istri dan anaknya. Dulu saat masih sekolah dirinya pernah menggunakan narkoba yang sering disebut dengan jamur lethong atau mushroom dan pil. Pada saat itu dirinya ditawari oleh teman sekolahnya, lalu dirinya mencoba untuk menggunakan dan setelah menggunakan dirinya merasakan kenikmatan dari narkoba tersebut dan akhirnya dirinya mengkonsumsi narkoba tersebut secara terus menerus. Biasanya dalam satu minggu dirinya bisa mengkonsumsi sebanyak 2 kali, setelah menggunakan beberapa kali ketika dirinya tidak menggunakan dirinya akan merasa bingung, gelisah, dan takut. Ketika dia kehabisan stok pun dia akan pinjam uang temannya untuk membeli narkoba atau menggunakan uang spp untuk membeli narkoba, jika memang narkoba nya tidak ada dirinya akan mengkonsumsi apapun yang memabukan, misalnya minum CTM sebanyak 6 biji bersamaan dengan kopi, ngelem, atau meminum sprite bersama dengan antimo.

Kegiatan keseharian Desta sebelum menggunakan narkoba biasanya adalah sekolah dan bekerja sambilan disebuah toko, tapi setelah dia mulai mengkonsumsi narkoba dirinya setiap hari hanya berkelai dengan temannya atau dengan orang lain.

(72)
(73)

C. Analisis Data dan Hasil 1. Adi

a. Pandangan tentang Agama

Adi menceritakan bahwa dirinya sejak kecil diasuh dengan cara agama, kemudian Adi menjelaskan tentang peperangan yang ada di Timur Tengah merupakan perang yang mengatas namakan Tuhan dan Agama pun merupakan hal yang tidak berguna, karena menurut Adi berdoa saja tidak menghasilkan mukjizat dan hasil dari kerja seseorang merupakan hasil dari usaha nya sendiri, oleh karena itu Adi memutuskan untuk tidak menganut Agama tertentu

“Jadi begini, agama ya, sebenarnya agama itu

(74)

menganut Agama apapun yang bisa nya cuma untuk memecah belah gitu”

Adi menyatakan pandangan nya terhadap Agama ini berdasarkan adanya peperangan yang mengatasnamakan Tuhan dan Agama untuk berperang, selain itu juga menurutnya berdoa itu tidak menghasilkan apa apa.

b. Cara asuh orangtua

Saat SD Adi setiap sore setelah mandi disuruh membaca Alkitab oleh Ibunya minimal 1 jam, selain itu setelah mandi Adi juga tidak diperbolehkan main lagi, jika Adi pergi main setelah mandi sore pasti akan kena marah dan pukul

“Saya kan pernah dulu pas kecil pas udah mandi

mesti suruh baca Alkitab minimal 1 jam, terkadang juga pas kecil habis mandi mau main lagi gakboleh, ketahuan main ya pasti kena pukul gitu. Terus pas pada waktu ujian ketahuan main sekali aja pasti kena pukul, tapi ya saya ambil positifnya aja, ibu kan pasti pengen yang terbaik walaupun saya kurang suka”

(75)

menginginkan yang terbaik baginya, walaupun sebenarnya Adi kurang suka dengan cara Ibunya yang seperti itu

c. Keadaan keluarga

Keluarga Adi menurut Adi merupakan keluarga yang harmonis, dalam keluarganya berisikan ayah, ibu, dia, kakak perempuan dan, kakak laki-laki nya

“ya dari kecil menurut saya ya harmonis ya iya, kalo

ada pertengkaran ya pasti ada lah, namnya juga keluarga ada yang di atas ada yang dibawah”

Bagi Adi keluarga merupakan tempat yang nyaman untuk ngobrol, karena dia lebih sering mengobrol dengan keluarga nya dibandingkan dengan temannya

“kalo menurut saya keluarga tempat yang paling

nyaman, menurut saya soalnya terkadang saya curhat dengan keluarga sama orangtua, ngobrol – ngobrol kebanyakan, ya kan soalnya kalo sama temen saya jarang ngobrol, tapi kalo sama keluarga pasti lebih cerewet”

d. Relasi dengan orangtua

(76)

merupakan sosok yang suka bercanda. Diantara Ibu dan Ayah, Adi merasa lebih dekat dengan Ibu, walaupun Adi mengaku Ibunya merupakan sosok yang tegas, dia lebih merasa nyaman ketika ngobrol dan bercerita dengan Ibunya

“kalo ngobrol – ngobrol gitu lebih nyaman dengan Ibu, jadi otomatis jadi dekat”

e. SMA dan Pemberontakan

Di tahun 2010 Adi merasakan kebosanan dengan cara didikan orangtuanya yang selalu mengatur nya, akhirnya dia memutuskan untuk memberontak dengan cara masuk geng

“pas SMA tahun 2010an lah saya masuk geng itu,

saya udah bosenlah, saya kan juga pengen punya hak gitu, terus jalan keluarnya saya masuk geng itu” Di dalam geng ini lah Adi mengonsumsi jamur “lethong”

itu bersama teman – teman geng nya

f. Kebosanan dan momen terbaik

(77)

“tapi pas mau berhenti itu wah udah bosen udah

kayak gini, lagian juga badannya lama – lama lemesan gitu lah. Jadi semenjak itu saya mengurangi terus berhenti”

Pemberontakan yang dilakukan Adi berpengaruh pada kegiatan sekolahnya, sampai Adi berangkat sekolah itu satu minggu sebelum ujian. Hal ini menimbulkan ketakutan pada kelulusan, akhirnya dia dapat lulus dan mendapatkan pujian dari kedua orangtuanya karena dapat lulus, ini merupakan momen terbaik Adi dengan keluarganya karena merasa dapat membuat orangtua bahagia dan mendapat pujian dari mereka

“kan SMA saya trouble itu sampe berangkat sekolah

aja seminggu sebelum ujian, tapi terus saya lulus nah itu saya seneng banget, terus orangtua muji terus bersyukur lah gitu, kalo orangtua seneng kan saya ikut seneng, soalnya kan pas SMA touble takutnya kalau gak lulus terus akhirnya lulus dan orangtua seneng ya saya ikut seneng, ya itu momen terbaik dengan orangtua”

(78)

menginginkan orangtuanya memberikan nya hak dan tetap diarahkan

“kalo dulu pas kecil suka pukul – pukul gitu, saya

kurang suka walaupun intinya maksudnya itu bagus, tapi saya tetep kurang suka soalnya termasuk kekerasan juga. Kan anak bisa jadi trauma gitu lama – lama, ya bisa buat pengalaman lah besok kalo jadi

orangtua enggak jadi kayak gitu.

Saya inginnya ya diberi hak tapi gak terus diculke sak karepmu gitu, tapu aku pengen orangtua tetep kasih arahan, soalnya pilihan kita kan belum tentu bener juga”

Dari pengalaman nya mendapatkan pengasuhan yang otoriter dari orangtuanya, Adi mendapatkan sebuah pelajaran bahwa ketika dia menjadi orangtua dia tidak akan memperlakukan anaknya seperti yang dilakukan kedua orangtua Adi kepadanya

h. Plot Adi

(79)

Adi keluarganya merupakan keluarga yang harmonis, walaupun tetap ada konflik – konflik pada umum nya sebuah keluarga, menurut Adi Ibunya merupakan sosok yang tegas dan bapaknya merupakan sosok yang humoris, walaupun Adi mengatakan bahwa ibunya merupakan sosok yang tegas dia mengaku bahwa merasa lebih dekat dengan sang ibu, Adi mengatakan bahwa lebih nyaman ngobrol dengan ibu daripada bapak.

Lalu Adi mulai merasakan tidak nyaman dengan perilaku otoriter yang dilakukan oleh orangtuanya, sampai akhirnya pada tahun 2010an melakukan pemberontakan pada orangtuanya dengan cara masuk geng “terus SMA saya masuk geng itu, soalnya saya

gak terlalu suka dengan cara didik orangtua, soalnya harus gini – gini itu, pas SMA 2010an lah saya masuk geng itu, saya udah bosen lah, saya kan juga pengen punya hak gitu, terus jalan keluarnya saya masuk geng”

Setelah memasuki geng ini, Adi mulai mengonsumsi jamur

lethong, dia mengatakan bahwa teman – teman geng nya

(80)

Setelah Adi melakukan pemberontakan dengan masuk geng, orangtua Adi yang dulu nya selalu memaksakan kehendaknya, menjadi lebih lembut deng memberikan hak kebebasan kepada Adi dengan tetap memberi saran – saran kepada nya

i. Dinamika Adi

(81)

suka main, jadi dia sering tidak menurut perintah dari ibunya dan akhirnya kena marah dan pukul.

Ketika memasuki SMP dia ingin masuk ke SMP A tetapi dia tidak diperbolehkan oleh orangtuanya, sehingga dia masuk SMP B yang di inginkan oleh orangtuanya, saat itu Adi merasa kecewa dan malas – malasan ketika pergi sekolah, tetapi seiring berjalannya waktu dia mulai terbiasa dengan sekolah pilihan orangtuanya dan pergi sekolah tidak dengan malas lagi. Pada SMP ini Adi juga pernah mengalami konflik dengan Ibunya, ketika dia sedang dimarahi dan di pukul oleh ibunya, dia marah dan membalas ibunya menggunakan sapu. Setelah kejadian itu di sekolah Adi kena smackdown oleh teman sekelasnya dan mengalami patah tulang tangan, kemudian Adi merasa bahwa diri nya terkena karma karena melawan ibunya menggunakan sapu.

Ketika memasuki SMA Adi memasuki sekolahan pilihannya dan orangtuanya pun tidak melarangnya untuk memasuki sekolah tersebut, karena kedua kakaknya juga sekolah di SMA tersebut, ketika SMA ini Adi mulai menggunakan narkoba. Pada tahun 2010 dia mulai merasakan kebosanan dengan cara didik orangtuanya yang selalu mengatur dirinya, sehingga pada saat itu dia memutuskan untuk memberontak dengan cara memasuki sebuah “geng”, setelah memasuki geng, Adi lebih banyak

(82)

ketika berada dalam geng biasanya adalah kumpul, merokok, minum minuman keras dan touring nggak jelas dengan teman – teman geng nya, pada waktu itu teman – teman geng adi mengonsumsi jamur lethong yang sering disebut dengan mushroom, jamur ini termasuk narkoba jenis alami. Karena teman

– temannya mengonsumsi jamur tersebut sehingga Adi pun ikut –

ikutan mengonsumsi jamur tersebut sampai akhirnya dia menjadi sering mengonsumsi jamur tersebut. Kemudian pada suatu ketika Adi mulai berpikir bahwa umurnya sudah tidak pantas untuk seperti ini dan dia juga sudah merasakan bosan, akhirnya dia pun mengurangi menggunakan narkoba tersebut dan berhenti.

(83)

2. Aldo

a. Keadaan keluarga

Keluarga Aldo merupakan keluarga yang cukup harmonis, walaupun terkadang terjadi konflik namun konflik tersebut biasanya terselesaikan dengan adanya komunikasi diantara mereka, dalam keluarga Aldo terdapat Ayah, Ibu, dan Nenek. Sejak kecil Ayah Aldo bekerja di luar kota, walaupun berada di luar kota komunikasi antara Aldo dan ayahnya tetap berjalan lancar

“ayah kan kerjanya di luar kota ya agak jauh sama

ayah tapi komunikasi tetap lancar”

Sedangkan ibu Aldo merupakan seorang wirausahawan. Dalam keluarga Aldo terdapat aturan – aturan yang diterapkan yaitu rajin ibadah, disiplin, dan tidak boleh malas – malasan

“aturan sih ya rajin ibadah, disiplin, terus gak boleh

males –malesan”

(84)

“keluarga itu hal paling penting, ya sewajarnya ya

dari kecil sampai sekarang pun saya masih tinggal sama keluarga, keluarga yang pertama jadi guru saya, keluarga yang jadi contoh saya, keluarga juga yang jadi teladan saya, begitu pula keluarga juga jadi ehmm apa ya cerminan saya, maksudnya keluarga saya udah dipandang baik di masyarakat ya saya harus berperilaku baik juga mas”

b. Relasi dengan orangtua

Aldo memiliki hubungan yang baik dengan kedua orangtuanya, walaupun ayah Aldo bekerja di luar kota komunikasi antara mereka tetap lancar, bahkan terkadang ketika ayahnya pulang Aldo main bersama dengan ayahnya. Menurut Aldo ayahnya merupakan sosok yang disiplin dan pekerja keras, menurutnya ibunya juga merupakan sosok pekerja keras dan manja karena jauh dari ayah. Selain itu menurutnya kedua orangtuanya juga merupakan sosok yang kuat dan mandiri karena walaupun jarak memisahkan mereka komunikasi antara ayah dan ibunya tetap lancar

“karena kan dari kecil sampai sekarang kan masih

(85)

disini, ya keduanya hebatlah jauh tapi komunikasi tetap lancar kuat mereka, terus mandiri juga”

Karena sejak kecil ayah Aldo bekerja di luar kota, dia merasa lebih dekat ibunya, Aldo juga sering mengobrol dengan ibu dengan topic bebas, saat Aldo memiliki masalah pribadi dia juga akan bercerita dengan ibunya, tapi biasanya ketika ada masalah pertama kali biasanya dia bercerita dulu kepada ayahnya baru kemudian kepada ibunya, terlebih jika masalahnya merupakan masalah yang cenderung merupakan masalah laki – laki

“ya yang pertama cerita sama ayah dulu terus habis

itu sama mama, terutama kalau masalah yang lebih masalah cowok ya pasti ke ayah dulu baru mama, terus kalau masalah pribadi yang bisa sama mama langsung ya sama mama langsung”

c. Cara asuh orangtua

Pengasuhan yang diterapkan pada Aldo merupakan didikan yang menekan kan dalam hal kedisplinan, karena dalam keluarga Aldo memang sejak dulu telah menekan disiplin, tegas, mandiri, dan kerja keras

“karena keluarga beasr sih mas kayak gitu, dari

(86)

Sejak kecil sampai sekarang pun Aldo juga lebih senang bermain karena di rumah hanya ada ibu dan neneknya saja, selain itu dia juga diperbolehkan untuk keluar malam, bahkan sampai pulang pagi pun juga diperbolehkan, walaupun Aldo pulang malam atau pagi dia tetap bangun pagi dan membantu pekerjaan yang ada di rumah

“jadi walaupun saya pulang sampai pagi pulang

malem kayak gitu tu ehh saya tetap kebawa sama disiplinnya, jadi pulang pagi pun pagi juga bangun juga mas bantu – bantu, kalau siang udah selesai baru bisa tidur ya tidur”

Gambar

Tabel 3 : Data Demografi Partisipan……………………………………...50
Tabel 1 Pertanyaan Inti
Tabel 2 Pelaksanaan wawancara
Tabel 3 Data Demografi Partisipan

Referensi

Dokumen terkait

Analisa sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa konsentrasi asam fosfat, suhu aktivasi dan interaksinya berpengaruh terhadap kadar karbon terikat arang aktif

Bank konvensional terletak pada prinsip dasar operasinya yang tidak menggunakan disebut bahwa simpanan adalah dan yang dipercayakan oleh nasabah kepada bank syariah

Berdasarkan pola hubungan antara jenis anemon dengan ikan badut ( Amphiprioninae ) di perairan daerah Pulau Pucung Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau maka

Dari tabel VI.3. dapat kita lihat bahwasanya kedisiplinan yang terdapat pada PT. Ramayana Lestari Semtosa Panam Square dikategorikan bagus, adapun responden

Kita tahu bahwa gereja-gereja di Asia melakukan hal ini, karena kita membaca dalam Kolose 4:16 kata-kata ini, "Dan bilamana surat ini telah dibacakan di antara

Dalam penelitian ini, kombinasi perlakuan yang memberikan respon tidak berbeda nyata terhadap jumlah akar diduga disebabkan komposisi nutrisi dan pisang yang ditambahkan

[r]

vocabulary which is using word wall in teaching vocabulary in recount text. The topic is based on the students‟ English book of recount text “Holiday” at the eighth grade