• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

B. Pengasuhan

3. Perilaku Berisiko

Margaretha (2012) Perilaku Beresiko Remaja. Perilaku berisiko merupakan perilaku yang jika dilakukan akan membahayakan kesehatan dan kesejahteraan individu, bahkan beberapa bentuk perilaku berisiko dapat merugikan orang lain.

Perilaku berisiko merupakan perilaku yang meliputi merokok, minum-minuman beralkohol, penyalahgunaan narkoba, dan melakukan hubungan seksual pranikah (Lestary & Sugiharti, 2011). Menurut Damayanti (dalam Lestary & Sugiharti, 2011) merokok dan minuman beralkohol merupakan faktor yang mempengaruhi remaja untuk menyalahgunaakan narkoba, walaupun tidak semua remaja yang merokok akan menjadi pecandu narkoba. Menurut Green dan Kreuter (dalam Lestary & Sugiharti, 2011) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku berisiko remaja, sebagai berikut.

a. Faktor predisposing (faktor yang memotivasi)

Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri remaja yang memotivasi untuk melakukan perilaku berisiko. Yang termasuk dalam faktor ini adalah, pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap, kepercayaan, umur, jenis kelamin, dan pendidikan.

b. Faktor enabling (faktor kemungkinan)

Faktor ini merupakan faktor yang memungkinkan untuk mendorong perilaku berisiko. Faktor ini meliputi ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya kesehatan, tempat tinggal, status ekonomi, dan akses terhadap informasi.

c. Faktor reinforcing (faktor penguat)

Faktor ini merupakan faktor yang memperkuat terjadinya perilaku berisiko, faktor ini datang dari pihak ketiga atau orang lain yang meliputi keluarga, teman sebaya, guru, petugas kesehatan, dan tokoh masyarakat.

4. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja (juvenille delinquency) merupakan perilaku yang tidak dapat diterima masyarakat misalnya membuat onar disekolah sampai perilaku yang melanggar hukum seperti merampok (Santrock, 2007). Untuk memudahkan dalam ranah hukum maka pelanggaran dibagi dalam 2 kategori, sebagai berikut.

a. Index offenses

Merupakan tindakan kriminal yang bisa dilakukan oleh remaja maupun orang dewasa, yang termasuk dalam kategori ini adalah perampokan, penyerangan menggunakan kekerasan, perkosaan, penyalahgunaan narkoba, dan pembunuhan.

b. Status offenses

Merupakan pelanggaran yang tidak begitu serius, perilaku ini hanya illegal ketika dilakukan oleh anak muda dibawah umur. Pelanggaran ini meliputi kabur dari rumah, bolos sekolah, minum- minuman keras, hubungan seksual, dan perilaku yang tidak bisa dikontrol lainnya.

Dalam Santrock (2007) Erikson menyatakan bahwa kenakalan remaja merupakan usaha yang dilakukan remaja untuk menemukan identitas. Kenakalan remaja memiliki keterkaitan dengan perilaku beresiko, perilaku beresiko yang meliputi merokok, minum-minuman alkohol, penyalahgunaan narkoba dan hubungan seksual pranikah termasuk dalam kategori pelanggaran. Merokok, minum-minuman alkohol

dan hubungan seksual pranikah termasuk dalam kategori status offenses sedangkan penyalahgunaan narkoba termasuk dalam kategori index offenses.

Berikut tahapan – tahapan perkembangan menurut Erikson dari awal sampai dengan masa krisis identitas dalam (Friedman dan Schustack, 2006)

a. Rasa percaya versus rasa tidak percaya

Dalam tahapan ini anak akan berusaha untuk mendapatkan kehangatan dan ekspresi kesenangan dari sang ibu, jika ibu dapat memenuhi hal tersebut maka anak akan memiliki rasa percaya. Jika hal tersebut tidak terpenuhi maka anak akan timbul rasa tidak percaya dari anak dan anak akan merasa diabaikan

b. Otonomi versus rasa malu dan ragu

Dalam tahapan ini anak akan belajar dirinya memiliki kontrol terhadap dirinya, oleh karena itu orangtua harus mengarahkan anaknya untuk mengatur keinginan – keinginan anak namun tanpa perlakuan kasar, jika tahapan ini terpenuhi maka anak akan mampu membedakan apa yang benar dan salah, dan jika hal ini tidak terpenuhi akan membuat anak menjadi individu yang selalu merasa bersalah karena kontrol berlebih yang diberikan oleh orangtuanya

Dalam tahapan ini anak akan belajar bersosialisai dengan teman sebayanya dan anak mampu melewati tahapan ini akan menjadi seseorang yang independen dan mandiri, jika terjadi masalah dalam tahapan ini maka anak akan memiliki percaya diri yang rendah

d. Produktif versus inferioritas

Dalam tahapan ini anak akan belajar mendapatkan kesenangan dari penyelesian tugas – tugas, jika tahapan ini terpenuhi maka anak akan bangga terhadap apa yang dia peroleh, tetapi jika terjadi masalah dalam tahapan ini anak akan merasa inferior dan merasa tidak mampu menemukan solusi e. Identitas versus kebingungan peran

Dalam tahapan ini individu akan melakukan berbagai tindakan, selain itu invidu juga akan mecari tahu siapa dirinya dan apa yang mereka inginkan. Jika individu mampu menyelesaikan tahapan ini maka dirinya akan memiliki identitas yang jelas tetapi jika gagal maka individu tersebut akan terus mencari identitas bagi dirinya

C. Narkoba

Gono (2012) Mengatakan Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan aktif lainnya dalam arti luas narkoba adalah obat, bahan atau zat yang akan mempengaruhi kinerja otak maupun syaraf jika masuk ke dalam tubuh melalui mulut, dihirup, maupun dengan alat suntik. Berikut penjelasan tentang narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya

1. Narkotika

Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika disebutkan bahwa narkotika merupakan zat maupun obat yang terbuat dari tanaman maupun bukan tanaman , sintetis maupun semi sintetis, yang ketika memasuki tubuh manusia dapat menimbulkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa nyeri, yang juga dapat menimbulkan ketergantungan. Dalam narkotika terdapat penggolongan berdasarkan tingkat adiktif nya, sebagai berikut

a. Golongan I

Merupakan narkotika yang memiliki daya adiktif tinggi sehingga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Yang termasuk dalam golongan ini adalah ganja, heroin, kokain, morfin, opium, psylocibine (zat yang terkandung dalam mushroom atau jamur lethong)

Merupakan narkotika yang memiliki daya adiktif tinggi tapi bermanfaat dalam bidang pengobatan dan penelitian. Yang termasuk dalam golongan ini adalah benzeitidin, betametadol, petidin dll

c. Golongan III

Merupakan narkotika yang memiliki daya adiktif rendah dan bisa digunakan untuk terapi atau pengobatan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah kodein, metadon, naltrexone dll

2. Psikotropika

Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika disebutkan bahwa psikotropika merupakan zat atau obat, alami maupun sintetis bukan narkotika, yang dapat mempengaruhi susunan syaraf pusat dan menimbulkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku individu. Psikotropika juga digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa, psikotropika juga dibagi dalam beberapa golongan sebagai berikut

a. Golongan I

Merupakan psikotropika dengan daya adiktif tinggi sehingga tidak digunakan untuk terapi melainkan hanya digunakan dalam bidang penelitian. Yang termasuk dalam golongan ini adalah LSD, MDMA, STP dll

Merupakan psikotropika dengan daya adiktif tinggi namun berguna dalam pengobatan dan penelitian. Yang termasuk dalam golongan ini adalah amfetamin, metifenidat dll

c. Golongan III

Merupakan psikotropika dengan daya adiktif sedang dan berguna dalam pengobatan dan penelitian. Yang termasuk dalam golongan ini adalah lumibal, buprenorsina dll

d. Golongan IV

Merupakan psikotropika dengan daya adiktif rendah dan berguna dalam pengobatan. Yang termasuk dalam kategori ini adalah nitrazepam, diazepam dll

3. Zat Adiktif

Zat adiktif merupakan zat – zat yang tidak termasuk dalam narkotika maupun psikotropika tetapi dapat menimbulkan ketergantungan atau adiktif. Yang termasuk dalam zat adiktif adalah rokok, alkohol, thinner, dan zat – zat yang dapat memabukkan seperti lem, aseton, cat, bensin dll

D. Sifat Narkoba 1. Habitual

Sifat yang pertama adalah Habitual, habitual merupakan sifat Narkoba yang dapat membuat pemakainya selalu teringat, terkenang dan terbayang terhadap Narkoba sehingga menimbulkan perilaku untuk selalu mencari dan memakai Narkoba oleh pemakainya (Gono, 2012).

2. Adiktif

Kedua adalah Adiktif, adiktif merupakan sifat Narkoba yang memaksa pemakai untuk memakai terus, jika tidak memakai akan menimbulkan “Sakaw” atau perasaan sakit yang luar biasa ketika tidak menggunakan narkoba. Untuk mengatasi “sakaw” ini dapat dengan cara mengonsumsi Narkoba yang sama untuk kembali normal lagi (Gono, 2012).

3. Toleran

Yang ketiga Toleran, sifat ini membuat tubuh pemakai narkoba menyatu dengan narkoba yang dikonsumsi, sehingga dosis nya akan dinaikkan karena ketika menggunakan takaran dosis yang sama tidak akan muncul efek yang diingingkan pengguna (Gono, 2012).

Dari ketiga sifat narkoba ini bisa ditarik kesimpulan bahwa penggunaan narkoba memiliki dampak yang buruk bagi individu yang menggunakannya

Dokumen terkait