• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETNOGRAFI KOMUNIKASI ISLAM SUNDA MASYARKAT ADAT KAMPUNG NAGA DI TASIKMALAYA JAWA BARAT Oleh: A. Latar Belakang Masalah Ka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ETNOGRAFI KOMUNIKASI ISLAM SUNDA MASYARKAT ADAT KAMPUNG NAGA DI TASIKMALAYA JAWA BARAT Oleh: A. Latar Belakang Masalah Ka"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ET N O G R A F I K O M U N IK A SI ISL A M SU N DA

M A SY A R K A T A DA T K A M PU N G N A G A DI T A SIK M A L A Y A JA W A B A R A T

O leh : ujang.saepullah @ uinsgd. ac.id

A. L atar B elakangM asalah

K ampung N aga merupakan suatu perkampungan yang dih uni oleh komunitas etnik Sunda yang sangatkuatmemegang adatistiadatpeninggalan nenek moyangnya. A datistiadatyang mereka pertah ankan adalah adatSunda kolotpeninggalan para sesepuh pendiri kampung N aga salah satunya adalah Embah Eyang Singaparna. A datistiadattersebut, tampak pada setiap dimensi keh idupan mereka, mulai dari pergaulan h idup mereka seh ari- h ari yang penuh dengan suasana kekeluargaan dan selalu melaksanakan gotong royong, pakaian adatyang dikenakan, perkakas rumah tangga yang digunakan, dan bangunan rumah panggung yang beratapkan injuk yang dih uni, semuanya merupakan karakteristik adatistiadatmasyarakatK ampungN aga.

K arakteristik lain yang dimiliki oleh masyarakatA datK ampung N aga adalah bah asa. B ah asa yang mereka gunakan adalah bah asa Sunda biasa, tidak h alusdantidak kasar. B ah asaSundasebagai alatkomunikasi yangdigunakanoleh para pendiri K ampung N aga untuk mengkomunikasikan nilai- nilai dan adat istiadatkepada generais berikutnya. Di samping itu bah asa Sunda menjadi alat utama dalam berinterkasi antara yang satu dengan yang lainnya. B ah kan bah asa Sunda menjadi alatpengantar dalam pertemuan-pertemuan resmi para sesepuh dantokoh adat,upacaraadatdanritual-ritualkeagamaan.

U pacara adatmasyarakatK ampung N aga, yang relatif cukup banyak, seperti upacara h ajatsasih , menyepi, perkawinan, upacara saga, dan lain-lain, selalumenggunakanbah asaSundasebagai bah asapengantarnya. M ulai sambutan ketuaadat,pembacaandoadanjiad- jiad, penampilankesenian, danlain-lain, juga disampaikan dengan bah asa Sunda. K arena tidak ada lagi bah asa yang bisa menyatukan masyarakatadatK ampung N aga kecualibah asa Sunda. W alaupun

(2)

sudah banyak urangN agabisaberbah asaIndonesia, tetapi merekalebih mencintai bah asaSundasebagai warisannenek moyangmereka, daripadabah asaIndonesia. Penggunaan bah asa Sunda juga menjadi pengantar dalam ritualkeagamaan masyarakatadatK ampungN aga.

R itualkeagamaanmasyarakatadatK ampungN agamemiliki keunikandan kekh asan tersendiri yang berbeda dengan pelaksanaan ajaran agama Islam pada umumnya, misalnya, tentang sh alatlima waktu, mereka h anya melaksanakannya padah ari jumatsaja, sedangpadah ari- h ari lainnyatidak dilaksanakan. Infromasi lain, sebagaimanayangdikemukakanoleh K etuaA datA de Suh erlinbah wa:

sh alatwajib lima waktu bagi kami cukup dilaksanakan tilu waktos bae, dh uh ur asar digabung jadi sawaktu, sh alatmagrib dan isya jadi sawaktu, dan sh alatsubuh sawaktu. Sh alateta kudu dilaksanakan ku masyarakat adatkampung N aga, sebab eta ajaran anu diturunkeun ke para karuh un bah eula ka anak cucuna, jadi kudu bisa ngalaksanakeun sabisa-bisa ( W awancara, 1 5 - 0 3 - 2 0 1 5 )

Pemaparan K etua A datdi atas, merupakan gambaran bah wa masyarakat kampungN agayangsemuanyaberagamaIslam, tetapi ritualkeagamaannyatidak sama dengan umatIslam pada umumnya. Sh alatyang mereka lakukan sungguh unik dan menarik. U niknya h anya tiga waktu sh alatyang mereka kerjakan yaitu waktu siang h ari, malam h ari dan waktu pagi. Tetap, bacaan sh alatnya sama dengan bacaan sh alat umat Islam yang lain. Demikian pula, menurutA min M udzakir ( dalam situs W ikipedia)1 “ secara detail, beberapa risetmelaporkan

bah wamasyarakatK ampungN agaberibadah secaraIslam, tetapi berbedadengan ibadah orangIslam kebanyakan. M erekadikatakanmelakukansh alatmagrib dan Isya saja, selain itu juga rajinmenjalankan ritualmistik. ”Selanjutnya, M udzakir menjelaskan, dalam beberapasitusW ikipedia, masyarakatK ampungN agabah kan disebutsebagai penganutagamaSundaW iwitansepertiorangB aduy di B anten.

L ebih aneh lagi adalah tentang pelaksanaan rukun Islam yang ke lima, menurut kepercayaan mereka menunaikan ibadah h aji tidak perlu jauh - jauh datang ke tanah suci M ekkah , namun cukup dengan mengadakan upacarah ajat 1Wikipedia, 2012

(3)

sasih yaitu upacara keagamaan yang dilaksanakan bertepatan dengan tanggal1 0 R ayagung( Dzulhijjah ) padah ari R ayaIdulA dh adanh ari R ayaIdulF itri.2

F enomenaibadah tersebut,sebagai warisandari nenek moyangmerekadari generasi ke generasi berikutnya sampai sekarang ini. A pakah itu berasaldari generasi awalEmbah Eyang Singaparna atau generasi sesudah nya, belum ditemukandatatentangperih altersebut.N amun, didugabah wapendiri K ampung N aga dan generasi sesudah nya relatifkurang memah ami ajaran Islam dengan benar, seh ingga implementasi ajaran Islam yang mereka jalankan tidak sama dengan yang dipraktekan oleh umatIslam yang lain yang sesuai dengan norma-normaajaranIslam yangsebebenarnya. K epercayaanlainyangdipegangkuat oleh masyarakatK ampung N aga adalah kepercayaan terh adap makh luk h alus. Sebagaimanadiungkapkanoleh , M uh ammad Q omar, bah wa:

( M ereka masih ) percaya adanya jurig cai, yaitu mah luk h alus yang menempati air atau sungai terutama bagian sungai yang dalam ( " leuwi" ) . K emudian" ririwa" yaitu mah luk h alus yang senang mengganggu atau menakut-nakuti manusia pada malam h ari, ada pula yang disebut" kunti

anak" yaitu mah luk h alus yang berasaldari perempuan h amilyang

meninggaldunia, ia suka mengganggu wanita yang sedang atau akan melah irkan. Sedangkan tempat-tempat yang dijadikan tempat tinggal mah luk h alus tersebutoleh masyarakatK ampung N aga disebutsebagai tempatyang angker atausanget. Demikian juga tempat-tempatseperti makam Embah Eyang Singaparna, Bumi ageungdan masjid merupakan tempatyangdipandangsuci bagi masyarakatK ampungN aga.3

PendapatQ omardi atas, dapatdipah ami bah wamasyarakatkampungN aga sangatkolotdankuno, dalam menyikapi makh luk h alus. A rtinyaorangK ampung N agasangatkuatmemegangkepercayaanterh adaproh - roh nenek moyangzaman dulu, bah kanmerekasangatpercayaterh adapbenda-bendakeramatseperti keris, batu besar dan poh on beringin. M ereka percaya bah wa semua benda-benda itu memiliki kekuatan gaib, oleh karena itu perlu dipusti- pusti atau dipelih ara dan dih ormati dengan baik. Sebaliknya kalau tidak dipelih ara dengan baik akan mendatangkanmalapetaka.

2W ikipedia.org/wiki/ K ampungN aga 3W ikipedia.org/wiki/ K ampungN aga

(4)

Di samping itu, masyarakat adat K ampung N aga juga mempercayai adanyatabu, pantanganataupamali. H alini sebagaimanayangdimuatdalam situs W ikipedia, sebagai bereikut:

Tabu, pantangan atau pamalibagi masyarakatadatkampung N aga masih dilaksanakan dengan patuh kh ususnya dalam keh idupanm seh ari- h ari, terutama yang berkenaan dengan aktivitas keh idupannya. Pantangan atau pamali merupakan ketentuan h ukum yang tidak tertulis yang mereka junjung tinggi dan dipatuh i oleh setiap orang. M isalnya tata cara membangun rumah bentuk rumah , letak, arah rumah , pakaian upacara, keseniandansebagainya.

Penjelasan W ikipedia di atas, semakin memperteguh bah wa barang tabu, pantanganataupamalibagi masyarakatK ampungN aga, menjadi h ukum dannilai yang h arus ditaati, karena itu nilai- nilai yang diamanatkan para leluh ur kepada generasi berikutnya. Sebab kalautidak ditaati menurutkepercayaanmerekaakan terjadi malapeta. K alau sudah terjadi malapetaka, maka akan berimbas kepada seluruh warga K ampung N aga. O leh karena itu, mereka sangatmentaatinya dan mengh indarinyaagartidak terjadi musibah di bumi urangN aga. H ukum dannilai-nilai ini yangselaludiwariskandari generasi ke generasi berikutnya.

Dengandemikian, menurutkepercayaanmereka, denganmenjalankanadat istiadatwarisan nenek moyang berarti mengh ormati para leluh ur atau karuh un. Dengan mengormati para leluh ur berarti memulyakan mereka yang telah berjasa membimbing anak- cucunya supaya h idupnya berkah , selamat, dan sejah tera. Sebaliknya kalau anak- cucunya tidak h ormatkepada para leluh urnya, berarti mereka mengesampingkan jasa-jasa leluh urnya. K alau h alini terjadi, maka tunggulah malapetaka yang akan menimpanya. Demikianlah betapa kentalnya kepercayaanmerekapadaparaleluh urnya.

B erdasarkan uraian di atas, kampung N aga tersebutmemiliki keunikan tersendiri, dalam melestarikan budaya lokalatau mempertah ankan kearifan local

“L ocalW isdom”yang secara turun temurun menggenerasi dari waktu ke waktu.

M asalah nyaadalah apakeunikandandayatarik masyarakatA datK ampungN aga? B agaimana cara melestarikan budaya atau tradisi masyarakatA dat K ampung

(5)

N aga? Danbagaimanapula pesan-pesanmoralyangditurunkanoleh paraleluh ur kepadagenerasi berikutnya?

II. T U JU A N DA N K EG U N A A N

1. T ujuanPenelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: ( 1 ) B ah asa dan simbol-simbol komunikasi apa saja yang digunakan oleh masyarakat A dat Islam Sunda di K ampung N aga; ( 2 ) pesan moraldan pola-pola komunikasi masyarakatA dat Islam Sundadi K ampungN aga; ( 3 ) sistem kepercayaandanmitologi masyarakat A datIslam Sundadi K ampungN aga; dan( 4 ) pelaksanaanupacaraadatdanritual keagamaanmasyarakatA datIslam Sundadi K ampungN aga?

2. K egunaanPenelitian

H asilpenelitian ini dih arapkan memiliki manfaat tertentu, baik secara akademismaupunsecarapraktis. Secaraakademispenelitianini dih arapkandapat memberikan informasi penting dan ilmiah tentang etnografi komunikasi masyarakatadatIslam Sunda di K ampung N aga Tasikmalaya. Di samping itu penelitian ini juga dih arapkan menambah kh azanah ilmu pengetah uan dan dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan ilmu komunikasi kh ususnya etnografi komunikasi. B ah kan h asil penelitian ini juga dih arapkan dapat memberikan energi positif dan motivasi konstruktif bagi para pemerh ati dan penelitikomunikasi untuk melakukanpenelitianlanjutandari perspektiflain.

Sedangkan secara praktis, h asilpenelitian ini dih arapkan dapatmemberikan konstribusi bagi beberapa pih ak terkait, diantaranya: Pertama, bagi pemerintah daerah kh ususnya pemerintah daerah K abupaten Tasikmalaya sebagai masukan yang berh arga untuk dijadikan bah an dalam mengambil kebijakan dalam pelestarian budaya lokalatau kearipan local( localwisdom) . K edua, bagi pemerintah pusatdalam h alini, kementerian dalam negeri, kementerian agama,

(6)

dankementerianpariwisatauntuk dijadikanreferensi dalam mengambilkebijakan tentang pembinaan keagamaan pada suku-suku atau adat terasing kh ususnya masyarakatadatK ampungN aga. K etiga, bagi ketuaA datdanmasyarakatadatitu sendiri, bah wa h asilpenelitian ini dapatmemperkokoh pelestarian budaya lokal dan penguatan secara politis dan ekonomis kelangsungan masyarakat adat, kh ususnyabagi masyarakatadatK ampungN aga, danumumnyauntuk masyarakat adatdi tempatlaindi Indonesia. K eempat, bagi masyarakatluasbaik turislokal maupunturisasingsebagai informasi berh argaagarbisamengenallebih lengkap tentangmasyrakatadatK ampungN aga.

III. L A N DA SA N T EO R I

Paradigmayangdibangundalam penelitianini adalah Etnografi K omunikasi Islam Sunda pada mayarakat adat K ampung N aga di Tasikmalaya. U ntuk membatu mengkonstruksi masalah ini, dapatdijelaskan melalui teori sebagai berikut:

1. T eori Etnografi

Teori etnografi dipopulerkan oleh DellH ymes pada tah un 1 9 6 2 , dengan memulai mengkritik terh adapilmulinguistik yangterlalumemfokuskandiri pada pisik bah asasaja. Padah almaknaetnografi itusendiri adalah pengkajianperanan bah asa dalam perilaku komunikatifsuatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bah asa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya ( K uswarno, 2 0 0 8 ) . Selanjutnya, K oentjaraningrat( dalam, K uswarno, 2 0 0 8 : 1 1 ) etnografi komunikasi ( ethnograph y ofcommunication) jugadikenalsebagai salah satu cabang ilmu dari A ntropologi, kh usunya turunan dari Etnografi B erbah asa

( Ethnograph y of speaking) . Disebut ethnografi komunikasi karena H ymes

beranggapan bah wa yang menjadi kerangka acuan untuk memberikan tempat bah asa dalam suatu kebudayaan h aruslah difokuskan pada komunikasi bukan bah asa. B ah asa h idup dalam komunikasi, bah asa tidak akan mempunyai makna

(7)

jikatidak dikomunikasikan.

K emudian, H ymesmenjelaskanruanglingkupkajianetnografi komunikasi sebagai berikut:

1. Poladanfungsi komunikasi ( patternsand functionsofcommunication) ;

2. H akikatdan definisi masyarakattutur (nature and definition ofspeech

community)

3. C ara-caraberkomunikasi ( meansofcommunicating) ;

4. K omponen-komponen kompetensi komunikatif ( components of

communicative competence) ;

5. H ubungan bah asa dengan pandangan dunia dan organisasi sosial

( relationsh ifoflanguage to world view and socialorganization) ;

6. Semesta dan ketidaksamaan linguistik dan sosial(linguistik and social

universalsand ingualities) .

Dengan demikian, dapat dipah ami bah wa sesungguh nya etnografi komunikasi tidak h anyamembah askaitanantarabah asadengankomunikasi saja, ataukaitanantarakomunikasi dankebudayaan, tetapi membah asketiga-ketiganya, yaitubah asa, komunikasi dankebudayaan.

2. T eori K onstruksi R ealitasSosial

Teori ini pertama kalidikemukakan oleh A lfred Sch ultz melalui konsep fenomenologi, yang kemudian dikukuh kan oleh Peter B erger dan Th omas L uckman, dalam karyanya, “Th e SocialC onstructionofReality”. B erger( dalam, K uswarno, 2 0 0 8 : 2 2 - 2 3 ) berpendapat bah wa konstruksi sosial memusatkan perh atiannya pada proses ketika individu menanggapi kejadian di sekitarnya berdasarkanpengalamanmereka.

A sumsi- asumsi yangmendasari konstruksi realitassecarasocialadalah :

a. R ealitas tidak h adir dengan sendirinya, tetapi diketah ui dan dipah ami melalui pengalamanyangdipengaruh i oleh bah asa.

b. R ealitas dipah ami melalui bah asa yang tumbuh dari interaksi sosialpada saatdantempattertentu.

c. B agaimana realitas dipah ami bergangtung pada konvensi- konvensi sosial yangada.

(8)

d. Pengalaman terh adap realitas yang tersusun secara sosialmembentuk banyak aspek penting dalam keh idupan, seperti aktivitas berpikir, dan berperilaku.

B erdasarkan asumsi dasar di atas, bah wa realitas sosiallah ir karena jasa bah asa, bah asa mampu menguh ubungkan antara interaksi sosial dengan kebudayaan. K ebudayaan atau adatistiadattetap eksis dan berkembang dalam suatu komunitas tertentu karena bekerjanya bah asa. B ah asa sebagai suatu alat kebudayaandankebudayaandapattumbuh suburkarenabah asa.

3. T eori Interkasi Simbolik

Teori interaksi simbolik sesuangguh nya teori yang memfokuskan diri pada h akekatinteraksi, danpola-poladinamisdari tindakansosialdaninteraksi sosial. Interaksi sosialadalah interaksi dengan simbol-simbol. M anusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan simbol-simbol, dan yang lain memberi maknaatassimbol-simboltersebut. M enurutM ulyana( 2 0 0 4 : 6 8 ) bah wa persepektifinteraksi simbolik berusah a memah ami perilaku manusia dari sudut pandangsubjek. Perspektifini menyarankanbah waperilakumanusiah arusdilih at sebagai proses yang memungkinkannya membentuk dan mengatur perilaku dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. B agaimana interaksi ketua A dat( K uncen) dengan masyarakatnya, dan interaksi antara sesama anggota masyarakat adat, baik di K ampung Dukuh maupundi K ampungN aga.

Tokoh teori interaksi simbolik antaralain: G eorge H erbertM ead, H erbert

Blumer, W iliam James, danC h arlesH ortonC ooley.M enurut( M ulyana, 2 0 0 4 : 7 1

-7 3 ) ”secara ringkas interaksionisme simbolik didasarkan pada premis-premis, berikut:pertama, individu merespons suatu situasi simbolik. M ereka merespons lingkungan, termasuk objek pisik ( benda) dari objek sosial( perilaku manusia) berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka.K edua, maknaadalah produk interaksi sosial,karenaitumaknatidak

(9)

melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bah asa. N egoisasi itu dimungkinkan karena manusia mampu memah ami segala sesuatu, bukan h anya objek pisik, tindakan atau peristiwa itu, namun juga gagasan yang abstrak. K etiga, maknayangdiiterpretasikanindividudapatberubah dari waktuke waktu, sejalan dengan perubah an situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. Perubah an interaksi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri. M anusia membayangkan atau merencanakan apa yang mereka lakukan. Dalam proses ini, individu mengantisipasi reaksi orang, mencari alternatif-alternatif ucapan atau tindakan yang akan ia lakukan.”Dengan demikian interaksi simbolik mengakui adanya interaksi dialogis yang satu dengan yang lainnya saling memberikan makna. M enginterpretasikanpikiran, sikapdantindakansatusamalain, seh inggadiantara orang-orang terlibatdalam komunikasi akan saling memah ami, dan merasakan keindah anataumungkinsebaliknya.

4. T eori Simbol

Teori simbolyang terkemuka dan sangatbermanfaatdirumuskan oleh Susanne L anger, penulisPh ilosoph y ina N ew K eyyangsangatdiperh atikanoleh pelajar yang mempelajari simbolisme L anger, seorang filsuf, memikirkan simbolisme yang menjadi inti pemikiran filosofi karena simbolisme mendasari pengetah uan dan pemah aman semua manusia. M enurutL anger, semua binatang yangh idupdidominasi oleh perasaan, tetapi perasaanmanusiadimediasikanoleh konsepsi, simbol, dan bah asa. B inatang merespon tanda, tetapi manusia menggunakanlebih dari sekadartandasederh anadenganmempergunakansimbol. Tanda ( sign) adalah sebuah stimulusyangmenandakan keh adiran dari suatuh al. Sebuah tanda berh ubungan eratdengan makna dari kejadian sebenarnya. A wan dapatmenjadi tandaadanyah ujan, tertawatandauntuk kebah agiaan. Dansebuah tanda jingga atau oranye “kawasan pekerja” merupakan petunjuk untuk konstruksi selanjutnya. H ubungansederh anaini disebutpemaknaan( signification) .

(10)

A ndaakanberjalanpelanketikamelih atsebuah konstruksi oranye karenaadanya pemaknaan( L ittlejoh ndanF oss, 2 0 1 2 : 1 5 3 - 1 5 4 ) .

Sebaliknya, simboldigunakan dengan cara yang lebih kompleks dengan membuat seseorang untuk berpikir tentang sesuatu yang terpisah dari keh adirannya. Sebuah simboladalah “sebuah instrumen pemikiran”. Simbol adalah konseptualisasi manusia tentang suatu h al; sebuah simbolada untuk sesuatu. Sementara tertawa adalah sebuah tanda kebah agiaan, kita dapat mengubah gelak tawa menjadi sebuah simboldan membuatmaknanya berbeda dalam banyak h al terpisah dari acuannya secara langsung. Dapat berarti kesenangan, kelucuan, ejekan, cemooh an, pelepasantekanan, diantarabanyak h al. K emudian, simbolmerupakaninti dari keh idupanmanusiadanprosessimbolisasi penting juga untuk seperti h alnya makan dan tidur. K ita arah kan ke dunia fisik dan sosialkita melalui simbol-simboldan maknanya serta makna membuat sesuatuh alseringmenjadi jauh lebih pentingdaripada objek sesungguh nyaserta keteranganmereka. ( L ittlejoh ndanF oss, 2 0 1 2 : 1 5 4 ) .

Dari ketigateori di atas, makakerangkateorinyadapatdiilustrasikansebagai berikut:

(11)
(12)

IV . M ET O DO L O G I PEN EL IT IA N

M etode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi. M etode etnografi menekankan pada linguistik, pesan yang bersifatverbaldan non verbalserta pemaknaan terh adap tindakan suatu kelompok masyarakat. M enurut G erry Ph ilipsen ( dalam, L ittlejoh n, 2 0 0 2 : 1 9 4 ) menjelaskan bah wa etnografi mempunyai asumsi partisipan dalam komunitas budaya lokaldalam membuat pemakakan, komunikator dalam kelompok budaya h arus berkoordinasi dengan tindakan mereka. M akna dan tindakan merupakan bagian dari individu kelompok, dan masing-masing kelompok juga memiliki cara pemah aman isyaratdan tindakan tertentu. K emudian, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif, menurutC reswell( 1 9 9 8 : 1 4 ) adalah penelitian yang latar, tempatdan waktunya bersifatalamiah , peneliti merupakan instumentpengumpuldata dan kemudian data dianalisis secara induktiflalu proses yang diteliti dijelaskan secara ekspresif. Dengan demikian peneliti langsung terjun ke lapangandalam h alini, ke masyarakatA datK ampungN agadi Tasikmalaya.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, meliputi, wawancara mendalam ( In-dept-interview) observasi langsung dan observasi partisipatorif, seta studi dokumentasi. K emudian untuk menguji keabsah an data, maka peneliti melakukan triangulasi data yaitu teknik pemeriksaan keabsaah an data yang memanfaatkan sesuatuyanglain. Di luar data ituuntuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terh adap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakanialah pemeriksaanmelalui sumberlainnya( L exy J. M aleong, 2 0 0 8 : 3 3 0 ) . Sedangkan Denzin ( dalam M aleong, 2 0 0 8 : 3 3 0 ) membagi triangulasi dengan empat macam teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan: sumber, metode,

penyidikdanteori.

Selanjutnya, analisisdatayangdigunakandalam penelitianini adalah analisis data kualitatifyaitu menganalisis data-data yang berbentuk kata-kata atau kalimat-kalimatdari h asilwawancara, observasi, dan studi dukumentasi. L angkah - langkah dalam analisis data kualitatifmeliputi: ( 1 ) reduksi data, ( 2 ) display data, dan ( 3 ) mengambilkesimpulandanverifikasi.

(13)

V . T EM U A N DA N PEM B A H A SA N

1. B ah asadanSimbolK omunikasi

B ah asa yang digunakan masyarakatadatK ampung N aga adalah bah asa Sunda h alus, sebagaimana bah asa yang digunakan oleh sebah agian besar orang Sunda di TatarSunda( JawaB arat). B ah asaini telah lamadipakai oleh orangSundatermasuk masyarakatK ampung N aga sejak ratusan tah un yang lalu sejak zaman kerajaan Padjadjaran di Tatar Sunda. M enurutEdi S. Ekadjati ( 1 9 8 0 : 1 3 6 - 1 3 7 ) mengatakan bah wa, “ N askah tertua dalam bah asa Sunda adalah Siksa K andang K aresianyang berasaldari zaman Pajajaran akh ir, abad ke 1 6 . Tentu saja bah asa Sunda sudah terdapatdan dipakai jauh lebih awallagi”. A rtinya bah asa Sunda sebagai alat komunikasi sudah sangatlama dipergunakanoleh sebah agianbesar orangSunda di tatarSundatermasuk di K ampungN agaTasikmalaya.

O leh karena itu, bah asa Sunda digunakan oleh masyarakatadatK ampung N aga dalam berbagai aktivitas keh idupan mereka, baik dalam pergaulan h idup seh ari- h ari maupundalam aktivitas-aktivitaslainnya. B aik aktivitassosial,ekonomi, bertani, politik, keagamaan, upacaraadatdankesenian. B ah asaSundamenjadi satu-satu alat interaksi sosialyang mereka pergunakan dalam dimensi keh idupan masyarakatA datK ampung N aga. A rtinya bah asa Sunda berperan penting dalam melestarikanbudayamerekasendiri. Sebagaimana, perspektifteori etnografi ( dalam, K uswarno, 2 0 0 8 ) menjelaskan bah wa bah asa memiliki peranan penting dalam perilaku komunikasi suatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bah asa dipergunakandalam masyarakatyangberbeda-bedakebudayaannya.

Dalam konteks ini pula bah asa menjadi faktor penentu dalam pelembagaan budayaatauA datistiadatK ampungN aga. M enurutL ittlejoh ndanF ross( 2 0 1 2 : 2 6 3 ) menyatakan bah wa,“ perspektifbah asa dalam kebudayaan terpusatpada: ( 1 ) Semua komunikasi terjadi dalam kerangka kerja budaya; ( 2 ) semua individu diam- diam mengolah kebudayaanyangmerekagunakanuntuk berkomunikasi. . . ”

PendapatL ittlejoh ndi atas, semakinmenguatkanbah wasemuapesanverbal maupun nonverbalyang disampaikan oleh seseorang atau kelompok dalam sebuah

(14)

komunitas sesungguh nya dalam rangka mengukuh kan budaya atau adatistiadat komunitasyangbersangkutan.

Dan setiap individu mengolah budaya atau adat istiadat untuk dikomunikasikan kepada orang lain, kelompok lain dan generasi lain dengan menggunakan pesan verbaldan nonverbal. Pesan verbalyang digunakan oleh masyarakatadatK ampung N aga adalah bah asa Sunda itu sendiri. M elalui pesan verbal– kata-kata yangsering diungkapkanwarga kampungN aga adalah kata-kata yang berkaitan dengan keinginan, keperluan bersama diantara mereka sendiri, M enurutB rentD. R uben dan L ea P. Stewart( 2 0 1 3 : 1 4 6 ) bah wa, “ kata-kata dan konsepyangkitamiliki ini memungkinkanuntuk mampumewakilipengalamandan membimbingkitamenujucaratertentumemah ami realitas.”

Dengan demikian,“ bah asa juga menyediakan sarana melalui mana kita mewakili konsep-konsep abstrak – persah abatan, belajar, cinta, pengetah uan, kebebasan. M elalui bah asa kita dapatmemanipulasi simboldalam pemikiran kita. K ita bisa membuat, menguji, dan menyempurnakan teori kita atau pemah aman tentangdunia.”( R ubendanStewart,2 0 1 3 : 1 4 6 ) . H alini, sebagaimana, teori etnografi komunikasi dari, DellH ymes ( dalam, K uswarno) , mengatakan bah wa, “ . . . peranan bah asa dalam perilaku komunikatifsuatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bah asa dipergunakan dalam masyarakatyang berbeda-beda kebudayaannya”. Jadi bah asa kh ususnya bah asa Sunda dipergunakan oleh masyarakatK ampung N aga, sebagai simboluntuk mewakili ide atau gagasan ( komunikator/penyampai pesan) untuk disampaikankepadaoranglain( komunikan/penerimapesan).

Di samping pesan verbal yang dominan dalam melestarikan budaya K ampung naga, tetapi pesan nonverbalpun sangatkuatdalam membantu maksud dan tujuan yang diinginkan oleh komunikator ( penyampai pesan). Pesan nonverbal seperti ekspresi wajah , anggukan kepada, tersenyum, tertawa riang, mencibir, mengerutkandah i, melotot, mengangkattangan, danlain-lain, selalumunculdalam percakapanantaraketuaadatdenganwarga, danantarawargadengansesamawarga K ampung N aga. H alitu bisa lah ir bersamaan dengan komunikasi verbalatau bisa saja terpisah sendirian, tergantung sikap dan perilaku komunikasi yang mereka

(15)

tampilkan. A rtinya pesan verbaldan nonverbalsama-sama memiliki peran penting dalam mengkomunikasikantujuanyangdiinginkan.

Dalam konteks ini, R uben dan Stewart, 2 0 1 3 : 1 7 2 ) menjelaskan bah wa, perilaku verbalatau nonverbaldapat saling dipasangkan satu sama lain untuk beberapah ubungan:

a. K eduanya bisa bersifat saling menambah kan ( redundant) dan menegaskan ( duplicate) , seperti ketika seseorang berkata, “ saya mau duduk, ”dankemudianberjalanke kursi danduduk. ”

b. K eduanya juga saling menggantikan ( substitute) , seperti jabatan tangan menggantikansapaan, “ H alo, menyenangkanbertemudengananda”.

c. V erbaldan pesan nonverbaldapatsaling melengkapi ( complementary) , seperti ketika dan seseorang tersenyum dan berkata, “ M asuklah , saya senangbertemuanda”.

d. K ode verbalatau nonverbaljuga dapatdigunakan untuk menambah kan penekanan ( emh asis) pada yang lain, seperti membuatkepalan tangan untuk menggarisbawah i maksud yangdibuatsecaralisan.

e. K ode verbal dan nonverbal dapat menjadi sumber kontradiksi ( contractiction), sepertiterjadi saatkitamengiraberapaoranglaintertarik untuk mendengarkan percakapan kita, padah alsi “ pendengar” menatap lawanjenisdi seberangdi ruangan.

f. K edua jeniskode tersebut, dapatdigunakanuntuk mengatur ( regulation) mengendalikan proses komunikasi, menentukan siapa yang akan bicara, untuk berapalama, danbah kanketikaperubah andalam topik akanterjadi. B erdasarkan pendapatR uben dan Stewartdi atas, sangatjelas bah wa para sesepuh , ketuaA datdanmasyarakatK ampungN agadalam berinteraksi pasti selalu menggunakankeduapesanverbaldannonverbaltersebut.Tanpaadanyaperankedua pesan tersebut, tidak mungkin budaya dan adatistiadatkampung N aga bisa lestari sampai sekarang. Pesan verbalsebagai alatutama dalam menyampaikan ide atau gagasan yang diinginkan, dan pesan nonverbalsebagai penguatan terh adap pesan verbalyangdimaksud.

K emudiansimbol-simbolkomunikasi yangdimaksud dalam pembah asanini adalah simbol-simbolyang berbentuk benda, benda yang menempeldi badan dan benda-bendayang yangtampak di lingkungandanpelataranK ampungN aga. B enda yang menempeldi badan berupa pakaian adatyang digunakan, ikatkepala, dan

(16)

pakaiankesenian. PakaianadaturangN agaadalah pakaiankampretberwarnaputih , bajuke atasputih dancelanaputih .

Sedangkan simbol-simbolnonvervalcvyang tersebar di sekitar lingkungan K ampungN aga, relatifbanyak sekali, seperti: masjid, bumi ageung, makam Sembah EyangSingaparna, bangunganrumah yangterbuatdari kayudanbambuberatapkan injuk, bentuk dan posisi rumah yang berh adap-h adapan, pintu dan jendela rumah , pisaukijangdi atasTugupintumasuk ke kampungN aga, bangunanmush ala, bedug, leuit,perkakasrumah sepertih awu, suluh , gelasdanpiringtradisional,danlain-lain.

2. PesandanPolaK omunikasi 2 . 1 Pesan- pesanM oral

Pesan-pesan moralyang disampaikan para leluh ur K ampung N aga kepada generasi sesudah nya adalah pesan-pesan yang berupa nilai- nilai dan norma-norma yangdianutoleh parasesepuh danpendiri masyarakatA datK ampungN aga. Pesan-pesantersebut,berkaitandengankeh arusandanpantangan( tabu). K eh arusanadalah sesuatu amanat Sembah Eyang Singaparna kepada anak cucunya yang h arus dilakukan. M isalnya, semua warga K ampung N aga, kudu h irup rukun( h idup h arus selalu damai), silih asah , slih asih dan silih asuh ( saling menaseh ati, saling mengasih i dan saling memelih ara). K udu ngajaga alam ulah diruksak ( h arus menjaga alam jangan diruksak) jeungkudu ngamumule adatistiadaturang ( h arus memelih araadatistiadat) masyarakatK ampungN aga.

Sedangkan tabu, pantangan atau pamaliadalah sesuatu yang dianggap suci ( tidak boleh disentuh , diucapkan, dan lain sebagainya. Secara lebih spesifik, apa yang dianggap terlarang adalah persentuh an antara h al-h alduniawi dan h al-h al keramat, termasuk yang suci ( misalnya ketua suku) dan yang cemar ( misalnya mayat). Pemikiran antropologis modern berasaldari Durkh eim ( 1 9 7 6 [1 9 1 2 ]), “ di mana pemisah an ( disjungsi) antara yang cemar dan yang suci adalah batu penjuru agamayangsuci dibagi lagi menjadi suci yangbertuah danyangsuci tidak bertuah . Tabu memisah kan apa yang seh arusnya tidak boleh bersatu menjaga batas antara keramatdenganyangcemar, antarayangbaik danyangburuk, sementararitualpada

(17)

umumnya dimaksudkan untuk menciptakan solidaritas kelompok”. Dalam pengembangan proposisi tentang solidaritas kelompok, tersebut, R adcliffe- B rown ( 1 9 5 2 ) mengatakan bah wa, “ tabu menonjolkan dan memperkuatnilai- nilai yang pentingdalam memelih aramasyarakat”.

Tabudalam perspektiforangK ampungN agaadalah sesuatuyangtidak boleh dilakukan, antara lain: ( a) Tidak boleh membangun rumah ditembok atau gedong ( gedung) walaupun secara ekonomis kita mampu membangunnya. Seterusnya, rumah tidak boleh dicat, kecualidikapurdandimeni. R umah tidak boleh dilengkapi denganperabotanmisalnya, kursi, mejadantempattidur. ( b) Dalam bidangkesenian, orangK ampungN agadilarangmengadakanpertunjukkanseni jenis, wayanggolek, dangdut, pencak silat, dankesenianlainyangmenggunakanwaditragoong. K arena urang K ampung N aga sudah mempunyai kesenian sendiri, sebagai warisan nenek moyang mereka, sepertiterbangan, angklung, belukdanrengkong. ( c) Pantangan atautabulainbagi urangN agaadalah dilarangmembicarakanmasalah adatistiadat danasalusulK ampungN aga, padah ari Selasa, R abudanSabtu. H ari- h ari tersebut, merupakanh ari- h ari yangdianggapterlarangmembicarakan, mendiskusikanapalagi mengkritisi adatistiadatK ampungN aga.

K emudian ada juga kepercayaan yang dikenaldengan h ari- h ari naas pada setiapbulannyadi patah unh ijrah . H ari- h ari naastersebut,sebagaimanatercantum di bawah ini:

1. B ulanM uh aram ( M uh arram) h ari Sabtu-M inggutanggal1 1 dan1 4 ;

2. B ulanSapar( Safar) h ari Sabtu-M inggu, tanggal1 dan2 0 ;

3. B ulanM aulud ( R abiu’lA wal)h ari Sabtu-M inggu, tanggal1 dan1 5 ;

4. B ulanSilih M ulud ( R abi’ ulTsani) h ari Senin-Selasa, tanggal1 0 dan1 4 ;

5. B ulanJumadilA wal,h ari Senin-Selasa, tanggal1 0 dan2 0 ;

6. B ulanJumadilA kh ir( JumadilTsani) h ari Senin-Selasa, tanggal1 0 dan1 4 ;

7. B ulanR ajab, h ari R abu-K amis, tanggal1 2 dan1 3 ;

8. B ulanR ewah ( Sya’ban) R abu-K amis, tanggal1 9 dan2 0 ;

9. B ulanPuasa( R amadh an) h ari R abu-K amis, tanggal9 dan1 1 ;

(18)

11. B ulanH apit( Dzulqaidah ) h ari jumat,tanggal2 dan1 2 ;

12. B ulanR ayagung( Dzulhijjah ) h ari jumattanggal6 dan2 0 .

Pesan-pesan moralEyang Singaparna, mengandung beberapa h ikmah bagi masyarakat K ampung N aga, diantaranya: h ikmah moralitas, spiritulitas,

microcosmosdanmacrocosmos.

2 . 2 PolaK omunikasi M asyarakatA datK ampungN aga

Pola-polakomunikasi yangdipraktekanoleh masyarakatadatkampungN aga, meliputi: ( 1 ) Pola komunikasi urang N aga dengan Tuh an dan para L eluh ur, ( 2 ) K omunikasi K uncen dengan Punduh dan L ebe, ( 3 ) K omunikasi K uncen dengan masyarakat, ( 4 ) K omunikasi antarsesama urangN aga, ( 5 ) K omunikasi anatar urang N agadenganTurisL okal,dan( 6 ) K omunikasi antaraurangN agadenganTurisasing.

Polakomunikasi urangN agadenganT uh andanparaleluh ur

Pola komunikasi antara urang N aga dengan Tuh an dilakukan ketika mereka melakukansh alat, bedoa, berdzikirdanmembacaal-Q uran. Di dalam sh alatmereka membaca doa-doa danpuji- pujian, di samping doa setiap membaca A l-fatih ah juga doadi dalam gerakansh alatyanglain, misalnyadoaduduk diantaraduasujud, “Y a A llah ampunilah dosaku, belas kasih anilah aku dan cukupkanlah segala kekurangannku dan angkatlah derajatku dan berilah reeki kepadaku, dan berilah

akupetunjukdanberilah keseh atankepadakudanberilah ampunankepadaku.”Dan,

membaca tasbih , ketika I’ tidal, “Y a Tuh an kami, Bagi- M u, segala puji, sepenuh

langitdanbumi, dansepenuh apa yangEngkaukeh endaki sesudah itu, ”Seterusnya,

ketika rukuk, membaca,”M ah a suci Tuh anku, Tuh an Y ang M ah aagung serta

memujilah aku kepada- N ya. ” K emudian, ketika sujud, membaca, “M ah asuci

Tuh annku, Tuh anyangM ah aTinggi sertamemujilah akukepada- N ya. ”

Sedangkan komunikasi dengan roh - roh nenek moyang, ketika acara h ajat sasih , menyepi, danpanen. Dalam h ajatsasih K etuaA dat, Punduh danL ebe, selalu membaca jampe- jempe dan jiad- jiad meminta keselamatan, keberkah an dan rizki. Tidak bunyi apa yang dibaca, yangjelas mereka membacakan sesuatu dengan

(19)

serius dan sungguh - sungguh dengan suara yang pelan, tidak kedengaran tapi mulutnyakumat-kemot( bergerak) . B egitu pula ketika upacara menyepi, panen, kelah iran, menikah dan kematian, para sesepuh selalu membaca doa, jampe- jampe

dan ziad- ziad, dibarengi dengan menyajikan sesajen ( h idangan makanan pakai

kemenyan, danbungadalam sebuah baki, panci ataupiringbesar).

K omunikasi dengan Tuh an dan roh - roh nenek moyang, sesungguh nya mereka sedang melakukan komunikasi trasnsendental. K omunikasi transendental, menurut N ina Syam ( dalam, Saefullah , 2 0 0 7 : 1 2 6 ) adalah komunikasi yang berlangsung di dalam diri dengan sesuatu di luar diri yang keberadaanya disadari oleh individu. Dengan demikian, Saefullah ( 2 0 0 7 : 1 2 7 ) menguatkan bah wa komunikasi transendentalitu berarti komunikasi di dalam diri dengan di luar diri, yangbersifatintrapersonal(intrapersonalcommunication).

B erkomunikasi secaratransendentpadadasarnya kitasedangberkomunikasi di dalam diri sendiri ( intrapersonal communication) . Di dalam komunikasi transendentalatau komunikasi dalam diri, tetap memenuh i beberapa komponen komunikasi, terdiri atas: K omunikator( Seseorang yang berdoa), M essage ( bacaan doa), M edia ( sh alat/berdzikir/membaca al-Q uran), K omunikan( Tuh an/A llah ) , dan

Destination( Tujuandoa). U ntuk lebih jelasnyadapatdilih atmodelberikut:

M odelK omunikasi Transendental

B erdasarkanuriandi atas, baik komunikasi wargadengan Tuh anA llah atau warga dengan roh - roh nenek moyang, sesungguh nya merupakan sebuah ritus ( kegiatan ibadah ) . M enurut R uben dan Stewart ( 2 0 1 3 : X iv) komunikasi dalam perspektif ritual dilakukan untuk memelih ara kebersamaan dan solidaritas komunitas. Para partisipan, dalam komunikasi dilibatkan agar menjadi bagian komunitasyangmerasasalingmemiliki, menjadi “ jamaah ”dari komunitastersebut. K egiatan komunikasi ( penggunaan pesan) adalah untuk berbagi ( sh aring),

Tujuan (Selamat) Komunikator (Yang Berdoa) Me ssage (Bacaan Doa) Med ia

(20)

partisipasi, asosiasi, persah abatan ( fellowersh ip) , memelih ara keyakinan yang sama

( the possessionofcommonfaith) .

James. W . C arey, seorangtokoh komunikasi ritual(dalam R ubendanStewart, 2 0 1 3 : xiv) memberikanciri- ciri komuniksi ritualsebagai berikut:

1. K omunikasi dikaitkan dengan terminologi- terminjologi seperti berbagi

( sh aring) , partisipasi (partisipation) , asosiasi ( association) , persah abatan

( fellowsh ip) , memiliki keyakinanyangsama( the possesionofcommonfaith) .

2. K omunikasi dalam pandangan ini, tidak diarah kan untuk menyebarluaskan pesan melainkan ditujukan untuk memelih ara (to maintenance) satu komunitasdalam suatuwaktu;

3. K omunikasi dalam pandangan ini tidak diarah kan untuk memberikan informasi melainkanmengh adirkankembalikepercayaanbersama;

4. Proses komunikasi dalam pandangan ini diibaratkan dengan upacara suci ( ( sacred seremony) di manasetiaporangberadadalam suasanapersah abatan dankebersamaan;

5. Penggunaan bah asa dalam komunikasi ritual tidak disediakan untuk kepentingan informasi tetapi untuk konfirmasi ( peneguh an nilai komunitas); tidak untuk mengubah sikap atau pemikiran, tapi untuk menggambarkan sesuatu yang dianggap penting oleh sebuah komunitas; tidak untuk membentuk fungsi- fungsi tetapi untuk menunjukkan sesuatu yang sedang berlangsungdanmudah pecah dalam sebuah prosessosial;

6. Dalam modelkomunikasi ritual, seperti dalam upacara ritualkomunikan diusah akanterlibatdalam dramasuci itu, tidak h anyamenjadi pengamatatau penonton;

7. O leh karena itu ( point) 6 ) , agar komunikasi ikut larut dalam proses komunikasi, maka pemilih an simbolkomunikasi h endaknya berakar dari tradisi komunitas itu sendiri, seperti h al-h alyang unik, yang asli, dan yang barudari mereka.

PolaK omunikasi K uncendenganL ebe danPunduh

K omunikasi antara K uncen, dengan Punduh dan L ebe, berlangsung dalam berbagai macam kegiatan dan upacara adat. K egiatan yang dimaksud adalah ketika menjelang dan sesudah kegiatan musyawarah pembentukan ketua adat, pemilih an ketua R T/ R K , L ebe dan punduh . K omunikasi antara K uncen dengan L ebe, dan Punduh , termasuk bentuk komunikasi antarpersona ( antarpribadi) , antarpersona dibagi dua, yaitu diadik dan triadik. K omunikasi diadik adalah antara seorang K uncen dengan seorang L ebe, atau antara K uncen dengan seorang Punduh secara

(21)

betiga antara K etua A datdengan L ebe dan Punduh , bersama-sama kumpuldalam suatu pertemuan. Pesan yang disampaikan di sekitar nasib warga K ampung N aga dan persoalan-persoalan yang menyangkutkepemimpinan, ekonomi pertanian, dan adat istiadat K ampung N aga. Tujuannya adalah sangat jelas bagaimana membudayaan kelestarian tradisi K ampung N aga di saatderasnya arus globalisasi danmodernisasi yangrame di luar.

PolaK omunikasi K uncendenganM asyarakat

Pola komunikasi seorang K uncen dengan seluruh warga K ampung N aga terjadi padasaat, upacarah ajatsasih , upacarapanen, danmusyawarah warga. Dalam acara h ajat sasih , biasanya seorang K etua A dat ( K uncen) sebelum acara dimulai menyampaikan dulu wejangan( ceramah ) di h adapan seluruh warga yang h adir. K emudian dilanjutkan dengan membacajampe- jampe/ jiad- jiad dan memanjatkan doa yang dipimpin oleh seorang L ebe. Pola komunikasi tersebut, berbentuk komunikasi kelompok besar ( large group communication) . Dalam komunikasi kelompok besar antara seorang komunikator ( K uncen) dengan warga K ampung N aga, atauantarabeberapaorangkomunikator( K uncen, L ebe danPunduh ) dengan warga Sanaga, berlangsung penuh h idmatdan tidak gaduh , karena semua warga memah ami bah wa upacara tersebutadalah sakral( suci) seh ingga tidak boleh ribut. Di samping mereka memah ami kesakralan upacara tersebut, tetapi mereka juga memiliki ketaan kepada pimpinannya, baik kepada K etua A datSuh erlin, maupun Punduh M amun, dan L ebe A teng. K etaatan warga K ampung N aga kepada pimpinannya, dalam rangka membangun kekompakan dan kebersamaan untuk menjaga keutuh an masyarakat K ampung N aga. Inilah salah satu karakteristik masyarakattradisional,sebagaimanayangdikemukakanoleh TalcottParson4 sebagai

berikut:

(22)

1. A ktifitas: yaitu h ubungan antar anggota masyarakat didasarkan pada kasih sayang;

2. O rientasi kolektif yaitu lebih mengutamakan kepentingan kelompok/ kebersamaan;

3. Partikularisme yaitu segala sesuatu yang ada h ubungannya dengan apa yang kh usus berlaku untuk suatu daerah tertentu saja, ada h ubungannya denganperasaansubyektifdanrasakebersamaan;

4. A skripsi yaitusegalayaitusegalayangdimiliki diperoleh dari pewarisan generasi sebelumnya;

5. Diffuseness ( kekaburan) yaitu dalam mengungkapkan sesuatu dengan tidak berterusterang.

N amun, dalam musyawarah pembentukanK etuaA dat, L ebe, Punduh , K etua R T danK etuaR K , agak berbedadenganupacarah ajatsasih danpanenan. Padaacara ini, komunikasi yang berlangsung relatif lebih dinamis adalah tanya jawab dan dialognya, tetapi h anyasebatasbertanyasesuatu, dantidak sampai terjadi perdebatan. W arga K ampung N aga sangatmemah ami batas-batas mana yang boleh ditanyakan dan mana yang tidak boleh ditanyakan, terlebih - lebih sesuatu yang dianggap tabu, mereka tidak berani mengomentarinya, misalnya, mengapa ketuaadath arus“si A”, danmengapaL ebe atauPunduh h arus“si B”. H alini, bagi masyarakatSanagaadalah tabutidak boleh ditanyakan. O leh karena itu, ketika berlangsungmusyawarah R T, R K dan pemilih an K etua adatselalu berjalan lancar dan damai, tidak ada ekses apapun. Sebagaimana penuturan, Punduh M amun, bah wa, “A nu abdi terang mah salama pemilih an ketua adat, memilih ketua RT dan RK , ti kapungkur dugi ka

ayeunalancar- lancarwae h enteuayananaon”( yangsayatah uselamaini pemilih an

ketuaadat,ketuaR tdanketuaR K dari dulusampai sekaranglancar-lancarsajatidak terjadi sesuatu).

Dengan demikian, musyawarah tersebutselalu berjalan damai dan indah , karena komunikasi yang ditunjukkan oleh ketua adatdan seluruh waga adalah komunikasi manusiawi dan komunikasi persuasif. K omunikasi manusiawi atau h ubungan manusiawi, “h uman relation”adalah komunikasi yang dilakukan dengan carasantun, h ormat, salingmengh argai danpenuh dengankekeluargaan. Eduard C . L inderman, dalam bukunyayangpopuler, Th e DemocraticW ayofL ife”mengatakan bah wa, “ H ubungan manusia adalah komunikasi antarpersonal ( interpersonal

(23)

communication) untuk membuatorang lain mengerti dan menaruh simpati”. O rang akan menaruh simpati jika dirinya dih argai. Dalam h ubungan ini W illiam James, seorang ah li ilmu jiwa dari H arvard U niversity, A S, mengatakan bah wa, “ tiap manusiadalam h atikecilnyaingindih argai dandih ormati”.

PolaK omunikasi A ntarsesamaW argaK ampungN aga

Pola komunikasi antara warga dengan warga lainnya, berlangsung dalam konteks keh idupan seh ari- h ari, baik ketika mereka bergaul,kegiatan sosial,gotong royong, membangun rumah , bertani, upacara adat, pengajian dan sebagainya. K omunikasi sesama warga tersebut, berbentuk obrolan biasa dan santai. Dalam perspektif ilmu komunikasi, komunikasi tersebut dikenaldengan komunikasi

antarpersonadankomunikasi kelompok kecil. K omunikasi antarpersonayaituantara

seorang warga dengan seorang warga lainnya ( diadik) , atau antara seorang warga dengan dua orang warga ( tiadik) sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Sedangkan komunikasi kelompok keciladalah komunikasi antara seorang warga dengan beberapa orang warga, atau beberapa orang warga dengan banyak warga lainnya.

F enomenakomunikasi antara seorang warga denganwarga lain, pesanyang diobrolkan di sekitar kepentingan pribadi dalam rangka memenuh i kebutuh an h idupnya. Sebagaimana, yangdituturkanoleh salah seorangwarga, bernamaR odiah , bah wa,”abdi mah ngobrolsareng tatangga teh , eta we perkawis dapur, tatanen sarengupami kaperyogiansalih anteurankatuangan, silih tambutsarengupami aya

urang kota sok ngobrol” ( saya kalau berkomunikasi dengan tetangga, di sekitar

kebutuh an dapur, masalah tanam menanam pertanian, dan kadang-kadang apabila adakepentingansalingberbagi rizki, salingmeminjam sesuatudankalauadaorang kotadatang) ( wawancara, 0 6 - 0 6 - 2 0 1 5 ) .

K emudian, ketika seorang warga lain bernama Sulaeman, ditanya, “N ah a

emangsokngobrolsarengtatnggi?”( A pakah bapak sukangobroldengantetangga).

M asalah naon wae mang anu diobrolkeun teh ?” ( Persoalan apa saja yang

(24)

perkawis kabutuh an h irup we pak ( Y a berkaitan dengan kebutuh an h idup, pak) . Dengan demikian orang K ampung N aga ngobrol dengan para tetangganya berh ubungandengan keh idupan mereka sendiri. Senada dengan h altersebut, dalam W ikipedia5 dijelaskan, bawah komunikasi sangat penting bagi semua aspek

keh idupanmanusia, yaitu:

1. Dengan komunikasi manusia dapatmengekspresikan gagasan, perasaan, h arapan, dan kesan kepada sesama serta memah ami gegasan, perasaan dankesanoranglain;

2. K omunikasi tidak h anya mendorong perkembangan kemanusiaan yang utuh , namun juga menciptakan h ubungan sosialyang sangatdiperlukan dalam kelompok sosialapapun;

3. K omunikasi memungkinkan terjadinya kerjasama sosial, membuat kesepakatan-kesepakatanpentingdanlain-lain;

4. Individu yang terlibatdalam komunikasi memiliki latar belakang sosial, budayadanpengalamanpsikologisyangberbeda-beda.

U raian wikipedia di atas, jelas sekali bah wa tujuan dari sebuah proses komunikasi adalah untuk memenuh i kebutuh an h idup manusia, baik kebuh utuh an yangbersifatpersonalmaupunkolektif. A pakah untuk kepentinganritualatausosial, atau apakah untuk kepentingan duniawi atau ukh rawi. Semua kebutuh an itu, disampaikansecarabaik dantuturkatayangbaik pula. Dalam kontekspenelitianini, warga sanaga selalu menjaga tata krama dan sopan santun dalam berbicara, baik kepadaparatetangganyamaupunkepadaparatamu.

PolaK omunikasi A ntaraU rangN agadenganT urisL okal

W isatawan lokalyang berkunjung ke K ampung N aga berasaldari berbagai daerah , kota dan kabupaten di Indonesia. M ereka berkunjung ke K ampung N aga dengan berbagai tujuan, ada yang tujuannya h anya berwisata saja, ada yang melaksanakan tugas sekolah , tugas kuliah dan ada pula yang bertujuan melakukan penelitian, baik untuk skripsi, tesis maupun disertasi. B ah kan ada juga yang melakukan penelitian untuk memenuh i kenaikan pangkat dosen dan penelitian kompetitif.

(25)

Terlepas kepentingannya apa, yang jelas setiap yang berkunjung ke K ampungN aga, pastimelakukankomunikasi denganwargapribumi, apakah dengan ketua adat, punduh , lebe, ketua R T/ R K atau dengan masyarakatbiasa. K omunikasi antara turis lokaldengan warga K ampung N aga, dilakukan melalui pertemuan formaldan non formal.Pertemuan formalketika sang Turis mewawancarai K etua A dat, L ebe, Punduh , dan K etua R T/ R K . Jenis pertemuan ini direncanakan terlebih dah ulu, siapa yang akan diwawancarai, kapan waktunya, dan tempatnya dimana. Seperti h alnya dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan K etua A dat Suh erlin, Punduh dan L ebe, diawali dulu dengan agrimen untuk besedia diwawancarai.

Sedangkan pertemuan non-formal berlangsung secara spontan, artinya seorangpendatangngobroldengansalah seorangataubeberapaorangwargasanaga tanpadirencanakanterlebih dah ulu. Siapayangbersediadiajak ngobrolpadasaatitu pulakomunikasi berjalanmengalirseperti air. M isalnya, ketika berjalanmenelusuri K ampungN aga, tiba-tibabertemudengansalah seorangwarga, makakitalangsung ngobrol. Selama bah asa tubuh warga tidak keberatan untuk diajak bicara, maka selamaitupula, kitasebagai penelitimelanjutkanobrolantersebut.

Dalam perspektifilmukomunikasi, keduajenispertemuantersebut,termasuk dalam bentuk komunikasi interpersonalcommunication( komunikasi antarpribadi) . Dalam komunikasi antarpribadi, diperlukanh ubunganyanglebih eratantaraseorang komunikatordankomunikan.

PolaK omunikasi A ntaraU rangN agadenganT urisA sing

Turisasingdari berbagai belah anduniaseringdatangke K ampungN agadengan tujuanberbagai kepentingan. A dayangdatangkarenakepentinganakademik ingin melakukan penelitian, dan ada pula yang datang karena wisata biasa. Turis yang melakukanpenelitian, selaluberdiskusi denganwargasetempattentangberbadai h al, terutama tentang keberadaan adatistiadatdan tradisi masyarakatK ampung N aga. Para peneliti asing berdiskusi/ berkomunikasi dengan warga setempatmenggunakan bah asa Inggris, sedangkan warga K ampung N aga kebanyakan tidak bisa berbah asa

(26)

Inggris, maka disitu diperlukan “interpreter”( penerjemah ) . Dalam perspektifIlmu K omunikasi, interpreter disebut, dengan,”gate keeper” ( penjaga gawang). F ungsi gate keeperadalah sebagai mediatorantarayangmewawancarai ( turisasing) dengan yangdiwawancarai ( wargasanaga). G ate keeperyangbiasadipakai oleh masyarakat K ampungN agaadalah saudaraSalmanal-F arisi salah seorangwargatetanggadekat K ampungN aga.

M enurut,al-F arisi, “ turisasingyangdatangdari negaraluar, sepertiB elanda, Inggris dan A ustralia, kebanyakan mereka melakukan penelitian tentang eksistensi dan dinamika masyarakatadatK ampung N aga dari berbagai dimensinya”. K arena h ampir semua turis asing yang berkunjung ke K ampung N aga adalah mah asiswa atau peneliti dalam disiplin ilmu “ A ntropologi” dari berbagai perguruan tinggi negara mereka masing-masing. A da yang sedang menyelesaikan studi doktoralnya, ataumelakukanpenelitianuntuk kepentinganjurnalilmiah internasional.”

Sedangkan Turis asing yang h anya berwisata tidak banyak menanyakan sesuatu, h anya berkomunikasi dengan bah asa Inggris sedikit saja, misalnya, menanyakan tentang, “h ow are you” ( apa kabar) dan, “wh atare you doing” ( apa yang engkau kerjakan). M ereka banyak melakukan poto- poto, mendokumentasikan keberadaan K ampung N aga, mulai dari bangunan rumah panggung, bumi ageung, masjid, upacara-upacara adat, dan pertunjukan kesenian, dengan menggunakan berbagai alatteknologi, h p, kameradigital,danlain-lain.

O rang asing tidak bisa menguasa bah asa Sunda dan warga K ampung N aga tidak menguasasi bah asa Inggris. Seh ingga diantara mereka mengalami h ambatan dalam berkomunikasi. Padah al, Joh nson ( dalam, L ittlejoh n dan K aren A . F oss, 2 0 1 2 : 2 6 3 ) memberikanenam asumsi budayadari perspektifbah asa, yaitu:

(1) Semua komunikasi terjadi dalam kerangka kerja budaya; ( 2 ) semua individu diam- diam mengolah pengetah uan kebudayaan yang mereka gunakan untuk berkomunikasi; ( 3 ) dalam masyarakat multikultural, ada idiologi linguitik yang dominan yang menggantikan atau mengesampingkan kelompok budaya lain; ( 4 ) anggota kelompok yang terpinggirkan mengolah pengetah uan tentang kedua budaya mereka dan budaya dominan; ( 5 ) pengetah uan kebudayaan baik yang terpelih ara dan lewatbegitu saja dan secara konstan berubah ; dan ( 6 ) ketika semua budaya pendamping, saling memengaruh i danmempergunakansatusam lain.

(27)

Dengan demikian, pendapat Joh n di atas, menunjukkan bah wa bah asa memiliki peranan penting dalam menunjukkan identitas budaya suatu masyarakat. K arena bah asa, menurut Sapir-W h orff ( dalam, R ubben dan Stewart, 2 0 1 3 : 1 4 7 ) “ tidak h anyaalatreproduksi untuk menyuarakanide- ide, melainkanjugapembentuk ide. . . K itamembedah alam di sepanjanggarisyangditetapkanoleh bah asaaslikita”. M elalui bah asa, kita dapatmemanipulasi simboldalam pemikiran kita. K ita bisa membuat,menguji, danmenyempurnakanteori kitaataupemah amantentangdunia.

3. Sistem K epercayaandanM itologi

M asyarakat adat K ampung N aga memiliki kepercayaan terh adap karuh un, adanyabenda-bendayangmemiliki kekuatan, tempat-tempatkeramat, roh - roh yang dianggap suci dan memiliki kekuatan gaib. U ntuk lebih jelasnya, kepercayaan-kepercayaanmasyarakatA datK ampungN aga, sebagai berikut:

K epercayaanterh adapkaruh un

M asyarakatadatK ampungN agamemiliki kepercayaanterh adap parakaruh un. K aruh unK ampungN agaadalah Sembah EyangSingaparnadanparaketurunannya. Eyang Singaparna merupakan pendiri K ampung N aga, menurutsalah satu versi, seh ingga diyakini oleh masyarakat Sanaga bah wa beliau karuh un yang h arus dih ormati dandisanjung, karenaiaakanmemberikanberkah buatseluruh keturunan eyang.

K epercayaan-kepercayaan terh adap para karuh un tersebut, merupakan mitologi atau cerita-cerita zaman dulu secara turun temurun. SepertiN yi loro kidul sebagai dewi laut, danN yi Poh aci Sangh yang Sri sebagai dewi padi. M itos, N yi R oro K idul,adalah sebuah legendaris Indonesia, yang dikenalsebagai Ratu L aut

SelatanJawa( SamudraH indiaatauSamudraSelatanPulauJawa). Diajugadisebut

sebagai permaisuri dari Sultan M ataram, dimulai dengan Senopati dan berlanjut sampai sekarang. N yai R oro K idulmemiliki banyak nama yang berbeda, yang mencerminkanberagam cerita-ceritaasaldi banyak kisah - kisah , legenda, mitosdan

(28)

tradisionalceritarakyat.6 L egendaini, begitupopulerdi seantero negeri ini, terutama

di masyarakatJawa.

L egenda tersebut, benar atau tidak, fakta atau dongeng tidak ada referensi yangmeyakinkan. Tetapi sebah agianmasyarakatJawaseolah - olah itubenaradanya, merekamempercayai bah wa N yi R oro K idulitumemangR atuPantai Selatanyang menjagalaut. Seh inggadengankepercayaantersebut, paranelayandi sekitarpantai pulai Jawa, baik di pantai Pelabuh an R atu Sukabumi, pantai Pangandaran di Pangandara, pantai parang kritis di Jogyakarta, dan pantai- pantai lainnya di pulau Jawa, selalumemberikanpersembah anatausesajenkepadaN yi R oro K idul,dengan menyerah kan kepala kerbau atau kepala sapi, ke tengah - tengah lautan untuk persembah ankepadaSangRatu.

K emudian, mitos tentang Dewi Sri atau Dewi Sh ri ( B ah asa Jawa), N yai Poh aci Sangh yangA sri ( B ah asaSunda), adalah dewi pertanian, dewi padi dansawah , sertadewi kesuburandi PulauJawadanB ali. Pemuliaandanpemujaanterh adapnya berlangsungsejak masapra-H indudanpraIslam di PulauJawa. Iadipercayasebagai dewi yang menguasai ranah dunia bawah tanah dan bulan. Perannya mencakup segala aspek Dewi Ibu, yakni sebagai pelindung kelah iran dan keh iidupan. Ia juga dapatmengendalikanbah anmakanandi bumi terutamapadi: bah anmakananpokok masyarakatIndonesia, maka ia mengatur keh idupan, kekayaan, dan kemakmuran. B erkah nyaterutamapanenpadi yangmelimpah dandimuliakansejak masakerajaan kuno di PulauJawasepertiM ajapah itdanPajajaran.7

K epercayaan masyarakat terh adap mitos-mitos tersebut tanpa reserve, merupakan gambaran masyarakatkita yang sesungguh nya. A rtinya masyarakatkita masyarakatyangsangattradisionaldanirasional.M erekamenelaninformasi tersebut, secara mentah - mentah tanpa kritik. K arena, menurut keyakinan mereka bah wa informasi itu benar-benar ada dan terjadi, terlepas mitos itu datangnya dari mana, kapanmunculnya, bagi merekamasabodoh .

6http://duniapusaka.com/index.php?route=common/home 7Wikipedia

(29)

K epercayaanterh adapmakh luk h alus

M asyarakatK ampung N aga sangatpercaya terh adap makh luk- makh lus yang dianggapmempunyai kekuatangaib, diantaranya, merekapercayaadanya“jurigcai”, yaitu makh luk h alus yang menempati air atau sungai terutama bagian sungai yang dalama ( leuwi) . K emudian percaya kepada “ririwa” yaitu makh luk h alus yang senang mengganggu atau menakut-nakuti manusia pada malam h ari, ada pula yang disebut“kuntilanak” yaitu makh luk mah luk h alus yang berasaldari perempuan h amilyang meninggaldunia, ia suka mengganggu wanita yang sedang atau akan melah irkan.8

B erkenaan dengan kepercayaan warga Sanaga, Edi S. Ekadjati ( 1 9 8 4 : 2 8 3 ) menjelaskan, bah wa, “ K epercayaan kepada roh - roh h alus nenek moyang masih tampak dengan diadakannya upacara-upacara sesajen yang ditujukan kepada arwah para karuh un ( leluh ur), untuk meminta berkah sebelum menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang penting. Selain roh h alus nenek moyang, orang Sunda ( termasuk masyarakatadatK ampung N aga) juga percaya akan adanya roh - roh h alus lainnya yang menempati tempat-tempattertentu. Di antara roh - roh h alus tersebutada yang mengganggu manusia, terutama anak- anak, gadis, dan perempuan h amil. O leh karena itu anak- anak, gadis, dan perempuan h amildilarang pergi ke mata air, ke tempat-tempatsepertikuburan, ke tempatyangadabatubesarataupoh onbesarpada waktutengah h ari, kalau-kalaunantidigangguoleh mah luk- mah luk h alus. Demikian pula anak- anak dilarang bermain-main pada waktu senja kala, karena waktu senja dianggap waktu mulainya mah luk h alus berkeliaran. M ah luk- mah luk h alus oleh orang Sunda dikenaldengan sebutan: dedemit, jurig, ririwa, kuntilanak, kelong,

budakh ideung, dansebagainya.

K epercayaan terh adap roh - roh nenek moyang tersebut, sesungguh nya merupakanpengaruh dari ajaranH indudi Indonesia. Dalam ajaranH indu, kematian adalah perpisah an jasad dengan roh . M ati menurutpandangan H indu h anyalah berlakubagi jasad, bukanuntuk roh . K ematianh anyalah sebuah fenomenasaja. B agi R oh , jasad tak lebih dari sekedarbajuyangsudah usangmesti dilepasuntuk diganti 8Wikipedia bahasa Indonesia,ensiklopedia bebas.

(30)

dengan yang baru sebelum mendapatselimut“ keabadian” di alam M oksa.9 O leh

karenaitu, menurutpandanganorangH induroh ( atma) orangyangsudah matimasih tetap h idup dan gentayangan di rumah - rumah , terutama pada h ari 1 , h ari 3 , h ari 7 , h ari ke 4 0 dan seterusnya. A rtinya roh - roh para leluh ur akan terus h idup dan perlu dih ormati, untuk mengh ormatiroh paraleluh urdengancaramenyuguh kan“ sesajen” di tempat-tempatkeramat.

K epercayaanterh adapruang-ruangterwujud

Sistem kepercayaan masyarakat adat K ampung N aga terh adap ruang-ruang terwujud atau tempat-tempat yang memiliki batas tertentu yang dikuasai oleh kekuatan-kekuatan lain. Tempat-tempatitu antara lain, batas sungai, batas antara pekarangan rumah bagian depan dengan jalan, antara pesawah an dengan solokan, tempatairmulai masuk ataudisebutdenganh uluwotan, lereng-lerengbukit, tempat antara perkampungan dengan h utan, dan sebagainya. Tempat-tempat tersebut didiami oleh mah luk- mah luk h alus yang dianggap angker dan sanget. Dengan kepercayaan tersebut, maka masyarakat K ampung N aga suka mengh idangkan “ sesajen”( sasaji) untuk makh luk- mah luk tersebut.

Di samping itu, terdapattempatyang dianggap paling sakral,yaituh utan

kermat, h utanlarangandanbumi ageung. M enurutY ogi H endraK usnendar( 2 0 0 9 )

“H utan keramat” berada di sebelah baratperkampungan. H utan ini masih terjaga

kelestariannya. M asyarakatK ampungN agatidak berani memasuki h utanini kecuali pada saatpelaksanaan ritualH ajatSasih . H alini disebabkan pelarangan kepada mereka.”1 0 K emudian, “h utan larangan” merupakan satu dari dua h utan yang

disakralkan oleh masyarakatK ampung N aga. H utan ini berada di sebelah timur perkampungandi seberang Sungai C iwulan. Tidak berbeda dengan h utankeramat, h utan larangan juga terjaga kelestariannya. M asyarakatK ampung N aga memiliki kepercayaan bah wa h utan larangan merupakan tempat para dedemit yang dipindah kan oleh Sembah Dalem Eyang Singaparna ke h utan tersebutsebelum 9http://wahyubuadiarta

(31)

membangun perkampungan.1 1 Selanjutnya, “Bumi A geung” adalah tempatsakral

ketiga yang tidak boleh dimasuki oleh masyarakatkecuali oleh K uncen, Punduh A dat, L ebe danpatunggonbumi ageung. R umah ini beradadi tengah - tengah antara sisi positif( h utan keramat) dan sisi negatif( h utan larangan) yang dimiliki oleh masyarakatK ampungN aga.1 2

Dengandemikian, tempat-tempattersebutmerupakanalam yangsakralyang h arus dijaga kelestarianya, sepanjang masa. Dalam konteks ini, Edward B urnet Taylor( 1 8 3 2 - 1 9 1 7 ) seorang ilmuwan Inggris, menjelaskan bah wa alam semesta ini penuh dengan jiwa-jiwa yang bebas merdeka. E.B . Taylor tidak lagi menyebutnya sebagai jiwa namun spiritatau mah luk h alus. Terdapatpengertian antara jiwa atau roh denganmah luk h alus. R oh adalah bagianh alusdari setiapmah luk yangmampu h idupterussesudah jasadnyamati, sedangkanmah luk h alusadalah sesuatuyangada karenamemangdari awalsudah ada. Jadi pikiranmanusiatelah mentransformasikan kesadaran akan adanya jiwa yang akh irnya menjadi kepercayaan adanya mah luk-mah luk h alus. M ah luk- luk-mah luk h alus itulah yang dianggap menempati alam sekelilingtempattinggalmanusia. ( dalam, JamalA rieV ansyah ) .1 3

K epercayaanterh adapadanyawaktu- waktuterwujud

K epercayaan lain masyarakatK ampung N aga adalah percaya adanya waktu-waktuterwujud artinyaadawaktuyangdianggapburuk, adanyalaranganbulan, dan adah ari- h ari baik danh ari- h ari naaspadasetiapbulannya. L aranganbulanjatuh nya padabulanSapardanRamadh ansetiaptah unnya. Padabulan-bulanini dilarangatau tabu mengadakan upacara pernikah an, sunatan ( kh itanan), karena bulan tersebut bertepatandenganupcaramenyepi. Sedangkanh ari- h ari naas padasetiapbulannya, sebagaimanatercantum di bawah :

1. B ulanM uh aram ( M uh arram) h ari Sabtu-M inggutanggal1 1 dan1 4 ; 11http//matapriangan.blogspot.com/2009

12http//matapriangan.blogspot.com/2009

(32)

2. B ulanSapar( Safar) h ari Sabtu-M inggu, tanggal1 dan2 0 ;

3. B ulanM aulud ( R abu’lA wal)h ari Sabtu-M inggu, tanggal1 dan1 5 ;

4. B ulanSilih M ulud ( R abi’ ulTsani) h ari Senin-Selasa, tanggal1 0 dan1 4 ;

5. B ulanJumadilA wal,h ari Senin-Selasa, tanggal1 0 dan2 0 ;

6. B ulanJumadilA kh ir( JumadilTsani) h ari Senin-Selasa, tanggal1 0 dan1 4 ;

7. B ulanR ajab, h ari R abu-K amis, tanggal12 dan1 3 ;

8. B ulanR ewah ( Sya’ban) R abu-K amis, tanggal1 9 dan2 0 ;

9. B ulanPuasa( R amadh an) h ari R abu-K amis, tanggal9 dan1 1 ;

10. B ulanSyawal(Syawal)h ari jumattanggal1 0 dan1 1 ;

11. B ulanH apit( Dzulqaidah ) h ari jumat,tanggal2 dan1 2 ;

12. B ulanR ayagung( Dzulhijjah ) h ari jumattanggal6 dan2 0 .

K epercayaan masyarakatK ampung N aga terh adap adanya waktu-waktu yang dilarang, sesungguh nya sudah sangatlama diyakini oleh mereka, dari dulu sampai sekarang. K apandimualinya? Tidak ada informasi kh usus tentangitu, apakah sejak berdirinya K ampung N aga atau sebelum itu, masih relatif buta. Terlebih - lebih menurut sebagian masyarakat K ampung N aga, bah wa sejarah K ampung N aga

pareumeunobor( tidak diketah ui jejak langkah nya).

Dengan demikian, di sini ada masalah , di satu sisi bulan-bulan yang diyakini oleh masyarakatK ampungN agaadalah bulan-bulanIslam, dansisi lainIslam tidak mengajarkanitu. B erartikepercayaantersebut,dipengaruh i oleh ajaran-ajaranagama lain, apakah agamaH indu, Budh a, A nimismeatauDinamismeyanglebih duluadadi Indonesia sebelum agama Islam datang. Tetapi di sini juga ada problem, karena keempatagamayangdisebutkanterakh ir, tidak mengenalbulan-bulanIslam ( H ijrah ) . K alaubegitudisini adasingkritisme( percampuranajaranIslam denganajaranagama lain) antaraajaranIslam denganagama-agamakeempattadi.

4. U pacaraA datdanR itualK eagamaan

1.1 U pacaraA dat

U pacara A datK ampung N aga relatifbanyak jenisnya, antara lain: upacara h ajat sasih , upacara menyepi, upacara lingkaran h idup ( live crycle) terdiri atas

(33)

upacara gusaran dan perkawinan, upacara penen, kematian, ziarah ke kubur, dan sebagainya. U ntuk lebih jelasnyadapatdijelaskansebagai berikut:

U pacara H ajatSasih .

U pacara h ajatsasih1 4 adalah upacara adatyang dilaksanakan masyarakat

K ampung N aga, dan B anten. U pacara ini memiliki tujuan memoh on berkah dan keselamatanpadaleluh urK ampungN aga, EyangSingaparnasertabersyukurkepada Tuh an. U pacaraini dilaksanakanrutintiapwaktu-waktutertentu, yaitu:

1. B ulanM uh arram ( M uh arram) padatanggal2 6 , 2 7 , dan2 8 ;

2. B ulanM aulud ( R abiulA wal)padatanggal1 2 , 1 3 dan1 4 ;

3. B ulanR ewah ( Sya’ban) padatanggal1 6 , 1 7 dan1 8 ;

4. B ulanSyawal(Syawal)padatanggal1 4 , 1 5 , dan1 6 ;

5. B ulanR ayagung( Dzulkaidah ) padatanggal1 0 , 1 1 dan1 2 .

Secara kh usus. H ajatsasih dipah ami masyarakatK ampung N aga sebagai bentuk permoh onan berkah dan keselamatan kepada leluh ur K ampung N aga, serta mengucapkanrasasyukurkepadaTuh anatassegalanikmatyangtelah diberikanN ya kepada mereka. ( U pacara A datdi K ampung N aga. W ebsite: h ttp:/ / . wikipedia.org/2 3 M aret2 0 0 7 ) . Selain itu, ritualini juga dilaksanakan sebagai ritualpenyambutdan peraya h ari- h ari besar Islam seperti IdulF itri, IdulA dh a, M aulid N abi M uh ammad SA W . H aji dan sebagainya. ( H enh en Suh enri, W akilK uncen K ampung N aga, W awancara, Tasikmalaya, 0 3 A gustus 2 0 0 7 ) . O leh karena itu ritualini sampai saat ini tidak pernah terputusatauditinggalkanoleh masyarakatK ampungN aga.1 5

U pacaraM enyepi

U pacaramenyepi dilakukanoleh masyarakatK ampungN agapadah ari selasa, rabu, dari sabtu. U pacaraini menurutpandanganmasyarakatK ampungN agasangat penting dan wajib dilaksanakan, tanpa kecualibaik laki- laki maupun perempuan. O leh sebab itu jika ada upacara tersebut diundurkan atau dipercepat waktu pelaksanaannya, maka upacara tersebut diserah kan sepenuh nya kepada masing-14http://Wikipedia.Bahasa Indoensia.Ensiklopedia.bebas

(34)

masing orang, karena pada dasarnya merupakan usah a mengh indari pembicaraan tentangsegalasesuatuyangberkaitandenganadatistiadat.M elih atkepatuh anwarga N aga terh adap aturan adat, selain karena pengh ormatan kepada leluh urnya juga untuk menjaga amanat dan wasiat yang bila dilanggar dikuatirkan akan menimbulkanmalapetaka.1 6

Jadi upacara menyepi ini, adalah fleksibel boleh dilaksanakan secara kelompok maupun perorangan. Secara kelompok, orang-orang berada di dalam rumah ataudi luarrumah berkumpul,tetapi tidak boleh membicarakanh al-h alyang berkenaan dengan adatistiadatK ampung N aga, artinya mereka h arus puasa bicara pada h ari- h ari yang telah ditentukan ( selasa, rabu, dan sabtu). K emudian apabila seseorangmaumempercepatataumaumengundurkanupacaranyepi tersebut, maka diperboleh kan menjalankannya secara perorangan, baik laki- laki maupun perempuan, yangpentingiawajibmelaksanakantanpakecuali.

U pacaraperkawinan

U pacara perkawinan bagi masyarakatK ampung N aga adalah upacara yang biasa dilakukan setelah selesainya “ akad nikah ”. M enurutL ebe A teng, “ bah wa ada beberapa tah apan upcara pernikah an pada masyarakatadatK ampung N aga, yaitu:

upacarasawer, nincakendog, bukapintu, ngariung, ngampar, munjunga”. Pertama,

upacarasawer( nasih atberbentuk syair-syair). U pacarasawerdilakukanselesai akad

nikah dan pasangan pangantinlangsungdibawa ke tempatpanyaweran, tepatnya di mukapintu. M erekadipayungi dantukangsawerberdiri di h adapankeduapangantin sambilmengucapkanijabkabul,dilanjutkandenganmelanturkansyairsawer. K etika melantunkan syair sawer, penyawer mengelilingi nya dengan menaburkan beras, irisan kunir, dan uang logam ke arah pengantin. K edua, nincak endog( menginjak telur mentah ) . Endog ( telur) disimpan di atasgolodog dan mempelai laki- laki menginjaknya. K emudian mempelai perempuan mencuci kaki mempelai laki- laki denganairkendi. Setelah itumempelai perempuanmasuk ke dalam pintu, sedangkan mempelai laki- laki berdiri mukapintuuntuk melaksanakanupacarabukapintu. 16http://Wikipediabahasa Indonesia.ensiklopedia bebas

(35)

K etiga, buka pintu. Dalam upacara buka pintu terjadi tanya jawab antara keduamempelai yangdiwakilioleh pendampingnyadengancaradilagukan. Sebagai pembuka mempelai laki- laki mengucapkan salam ‘A ssalamu’alaikum wr.wb. yang kemudiandijawaboleh mempelai perempuan‘W aalaikumussalam wr.wb. K eempat,

ngariung danngampar( berkumpumpulsanak saudara dan tetangga dan duduk di

atastikar). U pacarariunganadalah upacarayangh anyadih adiri oleh orangtuakedua mempelai, kerabatdekat, sesepuh dan kuncen. A dapun kedua mempelai duduk berh adapan, setelah semua peserta h adir, kasur yang akan dipakai pengantin diletakan di depan uncen. K uncen mengucapkan kata-kata pembukaan dilanjutkan denganpembacaandoasambilmembakarkemenyan. K asurkemudiandiangkatoleh beberapa orang tepat di atas asap kemenyan. dan K elima, diakh iri dengan

munjunganyaitu kedua mempelai atau sang pengantin bersujud sungkem kepada

keduaorangtuamereka, sesepuh , kerabatdekatdankuncen.1 7 4.2.R itualK eagaamaan

M asyarakat A dat K ampung N aga semuanya beragama Islam, jumlah penduduknya ketika penelitian ini dilakukan sebanyak 3 2 7 jiwa. R itualkeagamaan yang mereka lakukan seperti sh alatlima waktu, puasa, zakat, h ajatsasih sebagai pengganti ibadah h aji, ziarah ke kubur, pengajian, IdulK urban, IdulF itri, dan sebagainya. Pertama, tentang sh alatwajib. Sh alatbagi masyarakatadatK ampung N aga, terdapattiga versi: ( a) sh alatwajib yang lima waktu, sepertisubuh , dh uh ur,

ash ar, isya, danmagribbagi mereka h anya dilaksanakan pada h ari jumatsaja,

sedangkanpada h ari- h ari lainnya tidak dilaksanakan. ( b) versi kedua, menyebutkan bah wa, wargaSanagamelaksanakansh alatwajib, h anyash alatmagribdanIsyasaja padasetiaph arinya, sedangkansh alatsubuh , dh uh urdanash artidak dilaksanakan. ( c) versi ketiga, ada juga yang berpendapatbah wa sh alatwajib h anya dilaksanakan dalam, “ tilu waktos” ( tiga waktu), yaitu waktu pagi, siang dan malam. Pagi melaksanakan sh alat subuh ; siang melaksanakan sh alat duh ur, dan malam melaksanakansh alatisya.

(36)

K edua, ibadah h aji. M enurutkeyakinan masyarakatadatK ampung N aga bah wa ibadah h aji tidak perlu jauh - jauh pergi ke tanah suci M ekah . Selain memerlukan uang yang banyak, juga wktunya yang sangatlama. ( W awancara, 3 1 -0 5 - 2 -0 1 5 ) . O leh karena bagi warga Sanaga, cukup ibadah h aji diganti dengan upacarah ajatsasih. U pacara h ajatsasih waktunya dilaksanakan bertepatan dengan tanggal1 0 , 1 1 , dan1 2 Rayagung( Dzulkaidah) bersamaandenganumatIslam yang sedang menunaikan ibadah h aji M ekah , dan umatIslam yang tidak melaksanakan ibadah h ajimelaksanakansh alatIdulA dh adantanggal1 1 dan1 2 h ari tasyrik ( waktu penyembelih an h ewan kurban). Di samping itu juga h ajatsasih dilaksanakan pada tanggal-tanggaltertentu, padabulanM uh arram tanggal2 6 , 2 7 , dan2 8 ; bulanM aulud tanggal,1 2 , 1 3 , dan 1 4 ; bulan R ewah , tanggal1 6 , 1 7 , dan 1 8 , dan bulan Syawal, tanggal1 0 , 1 1 , dan1 2 padasetiaptah unnya.

Dengan demikian, ibadah h aji diganti upacara h ajat sasih merupakan fenomena luar biasa, karena h alini sangatjauh berbeda dengan kebiasaan umat Islam padaumumnya. K arenaumatIslam yanglainmelaksanakanibadah h aji pasti berkunjung ke “baitullah ” M ekah . M ereka yang naik h aji pergi ke M ekah dan M adinah , niatberh aji, wukupdiA rofah, mabitdi M uzdalifah , melempar jumrah di

M ina, melaksanakan thawaf ( mengelilingi kabah sebanyak tujuh putaran) di

M asjidilH aram, melakukansai, dan diakh iri dengantah alul( mencukur rambut). Inilah perjalananspiritualibadah h ajiyangsesuai dengansyariatIslam.

B A B V K ESIM PU L A N DA N SA R A N

5.1. K esimpulan

B erdasarkan penjelasan pada bab- bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulansebagai berikut:

B ah wabah asayangdigunakanoleh masyarakatadatK ampungN agaadalah bah asaSundaH alus. B ah asaSundadigunakanoleh merekadalam berbagai dimensi keh idupan, baik dalam pergaulan seh ari- h ari, aktifitas sosial,ekonomi, pertanian, politik maupun dalam upacara-upacara adat dan rirualkeagamaan. K emudian simbol-simbolkomunikasi yangdigunakanteridri atassimbolverbaldannonverbal.

(37)

Simbolverbalmeliputi kata-katabah asa sunda yangmemiliki logatkh asK ampung N aga. K emudian simbolnonverbalyaitu simbol-simbolyang berbentuk benda, bendayangmenempeldi badandanbenda-bendayang yangtampak di lingkungan danpelataranK ampungN aga. B endayangmenempeldi badanberupapakaianadat yangdigunakan, ikatkepala, danpakaiankesenian. PakaianadaturangN aga, seperti pakaiankampretberwarnaputih , bajuke atasputih dancelanaputih .

Sedangkan simbol-simbolyang tersebar di sekitar lingkungan K ampung N aga, teridri atas, masjid, bumi ageung, makam Sembah Eyang Singaparna, bangungan rumah yang terbuatdari kayu dan bambu beratapkan injuk, bentuk dan posisi rumah yangberh adap-h adapan, pintudanjendelarumah , pisaukijangdi atas Tugu pintu masuk ke kampung N aga, bangunan mush ala, bedug, leuit, perkakas rumah sepertih awu, suluh , gelasdanpiringtradisional,danlain-lain.

Pesan-pesan moralyang disampaikan para leluh ur K ampung N aga kepada generasi sesudah nya adalah pesan-pesan yang berupa nilai- nilai dan norma-norma yangdianutoleh parasesepuh danpendiri masyarakatA datK ampungN aga. Pesan-pesantersebut,berkaitandengankeh arusandanpantangan( tabu). K eh arusanadalah sesuatu amanat Sembah Eyang Singaparna kepada anak cucunya yang h arus dilakukan. M isalnya, semua warga K ampung N aga, kudu h irup rukun( h idup h arus selalu damai), silih asah , slih asih dan silih asuh ( saling menaseh ati, saling mengasih i dan saling memelih ara). K udu ngajaga alam ulah diruksak ( h arus menjaga alam jangan diruksak) jeungkudu ngamumule adatistiadaturang ( h arus memelih araadatistiadat) masyarakatK ampungN aga. Sedangkanpolakomunikasi yang dipraktekan oleh masyarakat adat kampung N aga, meliputi: ( 1 ) Pola komunikasi urang N aga dengan Tuh an dan para L eluh ur, ( 2 ) K omunikasi K uncen dengan Punduh dan L ebe, ( 3 ) K omunikasi K uncen dengan masyarakat, ( 4 ) K omunikasi antarsesama urang N aga, ( 5 ) K omunikasi anatar urang N aga dengan TurisL okal,dan( 6 ) K omunikasi antaraurangN agadenganTurisasing.

Sistem kepercayaan dan mitologi masyarakatadatK ampung N aga adalah memiliki kepercayaan terh adap adanya mah luk h alus, seperti jurig cai, ririwa, kuntilanak, danlain-lain. Percayaterh adaproh - roh nenek moyangdanroh - roh yang

Referensi

Dokumen terkait

Mayoritas warga kampung nelayan pesisir Muara Angke memiliki keberanian menjadi wirausahawan karena tekanan ekonomi yang mendesak. Selain itu, mereka memiliki minat

Tingginya tuntutan akan pasokan naskah dan banyaknya penerbit yang menggarap tema yang sama, meski dengan judul berbeda-beda, mengakibatkan nama penulis yang tercantum di

strategi tertentu. Kedua , adalah kelompok minoritas yang selain aktif dalam kegiatan kampanye juga berperan sebagai penggerak. Secara sederhana Budiardjo 38 membagi

home industry Samidi, karena jarak antar stasiun yang berjauhan menjadi lebih dekat sehingga waktu yang dibutuhkan terkait aktivitas material handling tersebut

Menurut Kasim (2004), budidaya padi metode SRI menghemat pemakaian benih, menghemat pemakaian air, menghindari stagnasi bibit, meningkatkan jumlah anakan,

keamanan dan keberlangsungan kegiatan usaha, memberikan kepastian hukum, serta melindungi perusahaan dari gangguan pihak lain. Salah satu metodologi untuk melakukan

Oleh dikarenakan sistem keamanan rumah saat ini masih memiliki celah karena masih bersifat manual dan informasi yang timbul selalu terlambat, sehingga pilihan yang di ambil

Mengenai hal tersebut, Lembaga Amil Zakat PKPU menyalurkan dana zakat melalui salah satu program yaitu Program Sinergitas Pemberdayaan Ekonomi Komunitas, program ini