• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kemampuan Motorik Kasar Anak USia Dini

1. Pengertian Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini

Secara langsung perkembangan fisik seorang anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Hal ini ketika terjadi suatu kegagalan dan terhambatnya kemampuan anak dalam menguasai suatu keterampilan motorik atau gerak berarti dipengaruhi oleh perkembangan fisik itu sendiri. Motorik kasar anak usia dini merupakan bagian dari perkembangann fisik motorik anak yang merupakan salah satu dari lima aspek perkembangan yang perlu dikembangkan pada anak usia dini selain aspek kognitif, sosial-emosional, aspek bahasa dan moral-agama.

Menurut Hurlock (1987: 150) perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf dan otot yang terkoordinasi.

Selanjutnya lebih spesifik yaitu terkait definisi dari kemampuan motorik kasar menurut Diane, dkk (2007: 315) adalah kemampuan fisik yang melibatkan penguat otot yang besar. Rudyanto dan Saputra (2005: 117) juga berpendapat bahwa kemampuan mototrik kasar ialah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot besarnya. Selanjutnya pendapat Santrock (2007: 210) bahwa kemampuan motorik kasar ialah kemampuan motorik yang melibatkan aktivitas otot yang besar.

(2)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar adalah kemampuan motorik yang melibatkan aktivitas otot yang besar.

2. Tahapan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini

Kemampuan motorik kasar anak usia dini setiap tahapan berbeda-beda karena sesungguhnya perkembangan motorik kasar itu bergantung pada kematangan otot dan syaraf anak, sehingga sebelum sistem syaraf dan otot matang dan berkembang dengan baik maka upaya untuk mengajarkan gerakan atau keterampilan motorik kepada anak akan sia-sia (Hurlock, 1978). Akan tetapi hal itu tidak semata-mata menjadi hal mutlak dalam proses untuk membelajarkan keterampilan pada anak, karena ada beberapa hal penting lain yang perlu diperhatikan dan diketahui dalam rangka mempelajari keterampilan motorik pada anak antara lain kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan berpraktek, model yang baik, bimbingan, motivasi, dipelajari secara satu persatu (Hurlock, 1978: 157).

Menurut pendapat Hurlock (1978: 152) urutan perkembangan motorik kasar anak usia dini adalah berawal dari bagian kepala, kemudian bagian batang tubuh, bagian tangan, baru kemudian bagian kaki. Tahap usia anak dan perkembangan motorik kasar anak usia dini ialah bergantung pada kematangan otot dan syaraf.

Selanjutnya Hurlock (1978:150) mengemukakan bahwa tahapan perkembangan motorik pada anak usia dini adalah sebagai berikut :

(3)

a. Berawal dari sebuah pengendalian yang berasal dari perkembangan refleks, dan kegiatan yang ada pada waktu lahir.

b. Setelah 4 tahun pertama pasca lahir, anak dapat mengendalikan gerakan yang kasar, dimana gerakan terebut melibatkan bagian badan yang luas yang digunakan dalam berjalan, berlari, melompat, berenang dan sebagainya.

c. Setelah usia 5 tahun, pengendalian koordinasi lebih baik yaitu yang melibatkan otot-otot yang lebih kecil seperti untuk melempar, menangkap bola (kemampuan motorik manipulatif).

Ahli lain yang berpendapat sama dengan Hurlock yaitu Gesell (dalam Santrock, 2007: 207) mengungkapkan bahwa perkembangan motorik anak usia dini dipengaruhi oleh kematangan otot. Sementara pendapat lain berdasarkan research menyatakan bahwa urutan perkembangan motorik tidak setepat kesimpulan Gesell yaitu bahwa perkembangan motorik tidak sepenuhnya ditentukan oleh kematangan karena penelitian Adolph dan Berger (dalam Santrock, 2007: 207) menyebutkan bahwa perkembangan motorik mengalami pembentukan ulang seiring dikembangkannya pandangan baru mengenai cara berkembangnya keterampilan motorik salah satunya dengan pemberian stimulus dan motivasi lingkungan serta adanya faktor pendukung lainnya.

Tahapan perkembangan motorik anak usia dini secara umum menurut Sukamti (Diktat Perkembangan Motorik, 2007) adalah sebagai berikut :

(4)

a. Tahap pra keterampilan : tingkatan refleksi, tingkatan integrasi sensoris dan perkembangan pola gerakan dasar

Tahap pra keterampilan ialah merupakan tahap awal perkembangna motorik anak yaitu diawali dengan kemampuan reflek yaitu gerak akibat adanya dorongan dari luar sebagai perangsang yang kemudian dilengkapi dengan tahap integrasi sensori (gerak). Artinya kepekaan reflek tersebut dibantu yang kemudian menimbulkan integrasi sensori. Selanjutnya pola gerakan dasar seperti kemampuan lokomotor, non-lokomotor dan manipulatif terbentuk pada tahap ini.

b. Tahap pengembangan keterampilan

Tahap pengembangan keterampilan ialah tahap kelanjutan atau pengembangan dari pola gerakan dasar yang terbentuk dari tahapan sebelumnya. Pada tahap pengembangan keterampilan yang dimaksud ialah mengembangkan pola gerakan dasar yang telah ada menjadi lebih terkoordinasi dan optimal serta gerakan dasarnya tepat sebagai persiapan untuk mengarah ke tahap keterampilan anak pada tahap berikutnya.

c. Tahap keterampilan meliputi penghalusan keterampilan, tahap penampilan, dan pola kemunduran

Tahap keterampilan ialah tahap penghalusan dan penampilan kemampuan motorik anak dari tahapan sebelumnya untuk menjadi lebih sempurna membentuk sebuah keterampilan anak seperti kemampuan anak dalam melompat dua kaki. Pada tahap ini akan diperhalus dan

(5)

lebih disempurnakan sehingga kemampuan melompat anak tersebut menjadi sebuah keterampilan yang lebih baik.

Menurut Bambang (dalam Diktat Sukamti, 2007) tahap-tahap perkembangan keterampilan motorik kasar anak usia 5-6 tahun yaitu: 1. Tahap verbal kognitif, yaitu tahap belajar motorik melalui uraian lisan

atau menangkap penjelasan konsep tentang gerak yang akan dilakukan. 2. Tahap asosiatif, yaitu tahap belajar untuk menyesuaikan konsep ke dalam bentuk gerakan dengan mempersesifkan konsep gerakan pada bentuk perilaku gerak yang dipelajarinya/ mencoba-coba gerakan dan memahami gerak yang dilakukan.

3. Tahap otomatisasi adalah melakukan gerakan dengan berulang-ulang untuk mendapatkan gerakan yang benar secara alamiah.

Pendapat di atas serupa dengan pendapat Samsudin (2008: 10) bahwa tahapan perkembangan motorik meliputi tahap kognitif, tahap assosiatif dan tahap otomatisasi.

3. Unsur-unsur Motorik Kasar Anak Usia Dini

Unsur-unsur kemampuan motorik kasar pada anak Taman Kanak-kanak yaitu meliputi kemampuan lokomotor, non-lokomotor dan kemampuan manipulatif (Samsudin, 2008: 9). Kemampuan lokomotor ialah kemampuan memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau mengangkat tubuh ke atas seperti berlari, skipping, dan melompat. Kemampuan non-lokomotor ialah kemampuan motorik dimana kegiatan gerak dilakukan di tempat tanpa ada ruang gerak yang memadai. Yang termasuk dalam kemampuan non-lokomotor ialah menekuk dan meregang,

(6)

mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar, mengocok, melingkar, melambungkan dan lain-lain.

Sedangkan kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat digunakan. Bentuk-bentuk dari kemampuan manipulatif terdiri dari gerakan mendorong yaitu seperti memukul, menendang dan melempar. Kemampuan manipulatif yang lainnya ialah gerakan menerima (menangkap) objek yang merupakan kemampuan penting yang dapat diajarkan dengna menggunakan bola plastik yang terbuat dari bantalan karet (bola medisin) atau bola plastik dengan gerakan mematul-mantulkan bola atau menggiring bola seperti kegiatan basket ball.

Anak Taman Kanak-kanak harus menyadari keberadaan dirinya dengan kondisi lingkungan pada saat mereka bergerak. Mereka harus memanfaatkan indra, mengontrol keseimbangan, mengenali ruang gerak dan memahami bagian-bagian tubuh yang dapat digerakkan. Kesadaran gerak anak Taman Kanak-kanak meliputi panca indera yaitu alat yang digunakan untuk mengenali lingkungan di sekeliling anak Taman Kanak-kanak sehingga dengan indera tersebut anak dapat berinteraksi. Kesadaran gerak yang kedua ialah keseimbangan yaitu suatu kesadaran dimana tenaga yang berlawanan mampu menjaga pusat berat badan. Pusat berat badan anak laki-laki ialah di bagian perut dan pusat berat badan perempuan adalah dibagian pinggang.

(7)

Kesadaran gerak yang berikutnya ialah kesadaran akan ruang yaitu kemampuan memahami ruang eksernal sekitar anak Taman Kanak-kanak seperti lingkaran, segitiga, segi empat dan sebagainya. Tubuh adalah termasuk dalam kesadaran gerak anak Taman Kanak-kanak yaitu kemampuan untuk mengetahui dan memahami nama serta fungsi macam-macam bagian tubuh yang melekat pada diri anak Taman Kanak-kanak seperti kaki, tangan, mata, telinga dan sebagainya. Kesadaran gerak yang lain ialah waktu dan arah. Kesadaran waktu ialah kemampuan menduga waktu kedatangan didasarkan pada ciri-ciri kecepatan jalannya bola, berat dan jarak bola, dengan kata lain kesadaran waktu ialah kemampuan individu untuk mengantisipasi sesuatu benda yang datang kepadanya. Kesadaran arah ialah kemampuan memahami dan menerapkan konsep arah seperti atas, bawah, depan, belakang dan sebagainya.

Rudyanto dan Saputra (2005: 117) juga mengemukakan bahwa kamampuan mototrik kasar Anak Usia Dini meliputi tiga unsur kemampuan yaitu kemampuan lokomotor, kemampuan non-lokomotor dan kemampuan manipulatif. Pendapat lain Hidayatulloh (2005: 12) juga mengemukakan bahwa unsur-unsur motorik kasar pada anak meliputi kemampuan gerak lokomotor seperti lari, lompat, loncat, skipping, dan congkak. Kemampuan manipulatif seperti melempar, menangkap, menendang, menjebak, voli, mukul, memantul, dan bergulir.

Menurut Morisson (1988:220) bahwa usia prasekolah merupakan waktu yang tepat bagi anak untuk belajar What they can do and how they

(8)

can do it as individualis. Permainan lokomotor adalah sebuah aturan atau hal penting dalam perkembangan motorik dan keterampilan anak prasekolah salah satunya ialah permainan outdoor. Kegiatan yang termasuk dalam keterampilan lokomotor antara lain walking, running, hopping, jumping, rolling, dancing, climbing, and leaping. Anak usia dini khususnya usia prasekolah memanfaatkan kegiatan-kegiatan lokomotor tersebut untuk mengetahui dan menjelajahi hubungan antara dirinya, ruang dan suatu objek atau benda dalam ruang.

Pendapat lain Musfiroh (2005: 64) mengatakan bahwa Kemampuan motorik kasar pada anak usia dini antara lain berupa wilayah keterampilan lokomotor, nonlokomotor dan manipulatif.

4. Tujuan Pengembangan Motorik Kasar

Menurut Hurlock (1978: 150) mengemukakan bahwa tujuan perkembangan motorik kasar adalah menunjang kesehatan fisik, tujuan lainnya yaitu katarsis emosional artinya bahwa anak melepaskan tenaga yang tertahan dan membebaskan tubuh dari ketegangan, kegelisahan, dan keputusasaan. Terkait kemandirian tujuan perkembangan motorik kasar yaitu untuk meningkatan percaya diri anak ketika anak semakin banyak melakukan motorik sendiri. Perkembangan motorik yang baik menyediakan kesempatan bagi anak untuk mempelajari keterampilan sosial. Selain itu pengendalian motorik yang baik dapat menimbulkan rasa aman secara fisik dan yang akan melahirkan perasaan aman secara psikologis.

(9)

Menurut Rudyanto dan Saputra (2005: 115) mengemukakan bahwa tujuan pengembangan motorik kasar adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan keterampilan gerak

b. Memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani c. Menanamkan sikap percaya diri

d. Mampu bekerjasama

e. Mampu berperilaku disiplin, jujur dan sportif.

Pendapat lain yaitu menurut Samsudin (2008: 8) berpendapat bahwa tujuan pengembangan motorik kasar untuk anak usia dini yaitu untuk penguasaan keterampilan yang tergambar dalam kemampuan menyelesaikan tugas motorik ktertentu, karena kualitas motorik terlihat dari seberapa jauh anak tersebut mampu menampilkan tugas motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu. Jika tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas motorik tinggi, berarti motorik yang dilakukannya efektif dan efisien.

B. Metode Outdoor Games dengan Media Dadu Raksasa

1. Pengertian Metode Outdoor Games dengan Media Dadu Raksasa a. Metode Outdoor Games

Metode merupakan cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan sebagai bagian dari strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan (Moeslichatoen, 2004: 7). Sedangkan menurut Sudjana (2008: 76) metode mengajar adalah cara yang

(10)

dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa atau peserta didik pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Pendapat lain Samsudin (2008: 33) mengemukakan bahwa metode pembelajaran adalah acara yang dilakukan guru untuk membelajarkan anak agar mencapai kompetensi yang diterapkan.

Pembahasan berikutnya yaitu permainan, permainan asal kata dasar dari bermain yang artinya sesuatu aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Jindrich, 2005: 67).

Hidayatullah (2008: 5) mengemukakan bahwa permainan adalah berbagai bentuk kompetisi bermain penuh yang hasilnya ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi, kesempatan dan dilakukan secara perseorangan maupun kelompok. Kegiatan ini banyak melibatkan aktifitas tubuh atau gerak-gerakan tubuh.

Arti lainnya yaitu permainan adalah kontes sukarela yang didasari peraturan dan tujuan-tujuan yang dinyatakan dengan jelas menurut Morris dan Stiehl (dalam Hidayatullah, 2008: 5).

Bettelheim (dalam Hurlock, 1978: 320), mengelompokan permainan atau games ini dalam kelompok kegiatan bermain aktif yaitu kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri. Kegiatan ini banyak melibatkan aktifitas tubuh atau gerak-gerakan tubuh.

(11)

Outdoor games terdiri dari dua kata, yang pertama permainan atau yang lebih populer disebut games adalah situasi bermain yang terkait dengan beberapa aturan atau tujuan tertentu, ada rule of games yang disepakati bersama dan ditentukan dari luar untuk melakukan kegiatan dalam tindakan yang memiliki tujuan tertentu. Sementara kata kedua ialah outdoor yaitu suatu kegiatan yang dilakukan di luar ruangan kelas dapat dilakukan di alam terbuka yang mempunyai tempat luas (Sugiman, 2009).

Jadi metode Outdoor Games atau permainan outdoor ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar berupa kegiatan dan situasi bermain yang terkait dengan beberapa aturan atau tujuan tertentu yang dilakukan di luar ruangan baik dilakukan individu maupun kelompok.

b. Media Dadu Raksasa

Menurut Arsyad (2007: 3) media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau penghantar. Pendapat lain Briggs (dalam Arief Sudirman, 2009: 6) mengatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Selain itu berpegang pada pendapat Gagne (dalam Arief Sudirman, 2009: 6) mengemukakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

(12)

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah dadu raksasa dalam penerapan metode outdoor games, terkait dengan pendapat para pakar di atas maka media dadu raksasa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat yang digunakan dalam pembelajaran yang diharapkan mampu merangsang peserta didik khususnya subjek penelitian sehingga mampu berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran yang nantinya berpengaruh terhadap keberhasilan pencapain dari tujuan pembelajaran yang dilaksanakan.

2. Manfaat Outdoor Games dengan Dadu Raksasa

Gallahue (dalam Samsudin, 2008:13) mengemukakan bahwa untuk mengembangkan pola gerak anak sebaiknya dilakukan melalui aktivitas seperti permainan salah satunya, dimana aktivitas-aktivitas tersebut masuk ke dalam wilayah pendidikan jasmani. Kegiatan anak melalui bermain dan permainan dapat berpengaruh positif terhadap perkembangna aspek lain yaitu terkait perkembangna fisik anak, rangsangan bagi kreativitas, penyaluran bagi energi emosional yang terpendam, penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan dan berfungsi sebagai sumber belajar (Hurlock, 1978: 323).

Menurut Mariyana (2005: 98) aktivitas outdoor dapat menjadi tempat yang menunjang bagi berbagai kegiatan dan kesempatan belajar bagi anak-anak, dan peran terpenting dari aktivitas outdoor adalah untuk merangsang perkembangan serta pertumbuhan fisik. Kegiatan outdoor yang dalam hal ini berupa permainan outdoor atau outdoor games dapat

(13)

bermanfaat bagi anak-anak khususnya untuk mengetahui dan mengenal reaksi tubuh mereka sendiri saat bekerja dalam ruangan dan membandingkannya dengan situasi ketika beraktivitas di luar ruangan. Selanjutnya Rita Mariyana mengemukakan bahwa melalui aktivitas outdoor semua bagian perkembangan anak dapat ditingkatkan, karena aktivitas outdoor melibatkan multi aspek perkembangan anak.

Moeslichatoen (2004: 32) mengemukakan bahwa melalui bermain anak belajar mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya. Manfaat yang lainnya yaitu menurut Hidayatullah (2008:2) mengemukakan bahwa guru harus memandang permainan sebagai sesuatu yang dapat memberikan kontribusi yang berharga pada perkembangan total anak, karena melalui permainan anak dalam hal ini permainan outdoor adalah anak dapat memiliki pengalaman sukses dan berprestasi. Selain itu keterampilan sosial, menerima aturan, dan pemahaman yang lebih baik pada dirinya dalam situasi kompetitif dan kooperatif melalui permainan ini.

Selanjutnya Hidayatulloh (2008:11) menjelaskan bahwa melalui kegiatan permainan pada anak dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar, mendukung kesegaran fisik dan gerak anak, dapat membantu pengembangan dan penghalusan berbagai kompetensi sosial dan memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengimplementasikan berbagai kemampuan gerak dasar.

(14)

Pendapat lain Jindrich (2005: 69) mengugkapkan bahwa bermain berpengaruh positif pada perkembangan anak antara lain mempengaruhi perkembangan fisik, dapat digunakan sebagai terapi, dapat mempengaruhi pengetahuan dan kreativitas anak, dapat mengembangkan tingkah laku sosial anak dan dapat mempengaruhi nilai moral anak.

Dalam hal ini dapat diketahui bahwa manfaat dari outdoor games ini ialah dapat mengembangkan pola gerak anak yang merupakan dasar dan bagian dari kemampuan motorik kasar yang masuk ke dalam ranah pendidikan jasmani anak. Selain itu ialah dapat melatih dan meningkatkan koordinasi otot kasar seperti melalui kegiatan merayap, merangkak, berjalan, berlari, meloncat, melompat, menendang, melempar dan lain sebagainya dan dapat memberikan pengaruh positif pada aspek perkebangan baik fisik maupun sosial emosional dan kreativitas anak dan melalui kegiatan permainan outdoor tersebut anak dapat mengetahui dan menjelajahi hubungan antara dirinya, ruang dan suatu objek atau benda dalam ruang.

3. Langkah-langkah Metode Outdoor Games dengan Media Dadu Raksasa

Dalam penelitian ini peneliti menerapkan tiga rangkaian kegiatan permainan dalam metode outdoor games tersebut. Adapun kegiatannya antara lain (1) lari tempel dadu (2) loncat dan lompat dadu, dan (3) lempar dan tangkap bola. Berikut adalah langkah-langkah pelaksanaan metode outdoor games dengan media dadu raksasa :

(15)

1. Mempersiapkan atat atau media yang akan digunakan serta menentukan lokasi atau tempat untuk megiatan outdoor games.

2. Mengenalkan media yang akan digunakan dalam outdoor games. 3. Menjelaskan aturan outdoor games.

4. Mencontohkan gerakan dalam kegiatan outdoor games yang akan dilakukan.

5. Menetukan urutan atau giliran anak yang akan melakukan kegiatan outdoor games dengan memanfaakan dadu raksaa.

6. Pelaksaan kegiatan outdoor games. Anak melakukan berbagai gerakan dalam kegiatan outdoor games (berlari tempel dadu, loncat dan lompat dadu modifikasi serta lempar dan tangkap bola).

C. Kriteria Keberhasilan 1. Pedoman Penilaian

Menurut Ralph Tyler (dalam Yus, 2011: 39) mengatakan bahwa penilaian merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Arti lain penilaian hasil belajar siswa ialah pengukuran yang dilakukan terhadap kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran Griffin & Nix (dalam Yus, 2011: 39).

Selanjutnya Samsudin (2008: 65) mengatakan bahwa penilaian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematik, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang

(16)

proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran.

Adapun cara pencatatan hasil penilaian harian menurut Depag (2008: 50) dilaksanakan dengan pedoman sebagai berikut :

O : untuk anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan

√ : untuk anak yang berada pada tahap proses menuju apa yang diharapkan

: untuk anak yang perilakunya melebihi dengan yang diharapkan dan sudah dapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan guru.

Menurut Mendiknas (2010: 11) Prosedur Penilaian harian di Taman Kanak-kanak menurut pedoman penilaian berupa catatan hasil penilaian harian perkembangan anak yang dicantumkan pada kolom penilaian di RKH sebagai berikut :

= Belum Berkembang = Mulai Berkembang

= Berkembang Sesuai Harapan = Berkembang Sangat Bagus

Sedangkan menurut Kemendiknas (2004: 6) pencatatan hasil penilaian harian, pelaksanaanya yaitu berupa catatan hasil penilaian perkembangan anak pada kolom penilaian Satuan Kegiatan Harian (SKH). Apabila anak belum mampu mencapai indikator yang diharapkan dalam SKH atau masih selalu dibantu oleh guru maka dalam kolom

(17)

penilaian mendapat simbol lingkarang kosong (

o

). Jika anak sudah mampu mencapai dan melebihi indikator yang diharapkan dalam SKH maka dalam penilaian mendapat simbol lingkaran penuh ( ). Sedangkan apabila anak sudah mampu mencapai indikator yang diharapkan maka dalam penilaian mendapat simbol check list ( √ ).

Dalam penelitian ini menggunakan pedoman penilaian sesuai dengan pedoman penlaian oleh Diknas (2010) dengan menggunakan simbol bintang karena tahapan kriteria lebih lengkap dan jelas yaitu mulai dari yang belum berkembang, mulai berkembang, berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik.

2. Indikator Hasil Belajar

Kriteria/ indikator hasil belajar ialah tugas kemampuan anak yang dicapai dari suatu tahapan pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar (Depdiknas, 2005). Indikator kemampuan motorik kasar anak usia dini yaitu dalam hal ini anak TK kelas B menurut Kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 adalah sebagai berikut :

1) Melompat ke berbagai arah dengan satu atau dua kaki 2) Meloncat dari ketinggian 30 - 40 cm

3) Melempar bola ke sasaran

4) Menangkap bola dengan berbagai variasi dan dll

Freeny, Stephanie dkk (dalam Yus, 2011: 14) mengemukakan bahwa ada tanda atau ciri-ciri perkembangan motorik kasar pada tahap preschool yaitu usia 4-6 tahun antara lain :

(18)

1) Berjalan dengan tangan terayun

2) Berlari dengan seimbang dan dapat berhenti secara tiba-tiba 3) Melompat untuk menjangkau benda ke atas atau ke depan 4) Mengayuh sepeda dengan cepat

5) Menangkap dan melempar bola dengan cepat.

Menurut pendapat Samsudin (2008: 15) unsur-unsur motorik kasar anak usia dini antara lain meliputi kemampuan lokomotor, non-lokomotor dan kemampuan manipulatif. Adapum unsur-unsur yang termasuk dalam lokomotor, non-okomotor dan manipulatif tersebut akan diperjelas dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Unsur-unsur motorik kasar

Unsur-unsur Motorik Kasar

Lokomotor Non-lokomotor manipulatif

berlari, skipping, melompat

menekuk, meregang, mendorong, menarik, mengangkat, menurunkan, melipat, memutar, mengocok, melingkar, melambungkan

memukul, menendang, melempar serta menggiring bola.

Isjoni (2011: 112) juga berpendapat bahwa aspek perkembangan motorik kasar anak usia dini secara umum meliputi memanjat, berlari, melompat, menendang, melempar dan menangkap.

Dari beberapa uraian di atas maka peneliti mengadaptasi dan menentukan beberapa indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain :

(19)

1) Berlari dengan seimbang 2) Meloncat dengan satu kaki

3) Melompat ke berbagai arah dengan dua kaki 4) Melempar bola tepat ke sasaran

5) Menangkap bola dengan gerakan sempurna

D. Kerangka Berfikir

Pada dimensi tertentu dalam rentangan kehidupan,anak terdapat beberapa bentuk perkembangan dan proses belajar yang terjadi secara sangat optimal. Demikian juga, tahun-tahun prasekolah tampaknya menjadi periode optimal untuk perkembangan motorik yang mendasar dan karenanya keterampilan-keterampilan motorik mendasar lebih mudah dan lebih efisien dicapai pada periode usia ini Gallahue (dalam Samsudin : 2008).

Permainan yang dalam hal ini outdoor games merupakan suatu laboratorium dimana anak dapat menerapkan keterampilan baru yang dipelajari dengan cara yang tepat (Hidayatullah, 2008). Permainan berperan dalam membantu mengembangkan kelompok otot-otot besar dan meningkatkan kemampuan berlari, lari belak-belok dan berbagai kesempatan kegiatan dengan teman yang lain. Permainan merupakan pokok bahasan yang mudah diajarkan, karena permainan hanya memerlukan sedikit intervensi dari guru, kecuali untuk mengatasi kesulitan atau karena alasan-alasan tertentu. Menurut Hidayatullah (2008) dalam mengajarkan permainan juga dapat menciptakan berbagai variasi kesempatan belajar kepada anak termasuk

(20)

mengembangkan keterampilan gerak anak, sehingga anak akan memperoleh suatu landasan keterampilan gerak yang memungkinkan anak berpartisipasi dengan baik. Jika anak telah memeproleh prasyarat keterampilan permainan maka olahraga menjadi suatu alternatif untuk mengisi waktu luang.

Anak-anak yang memiliki banyak kesempatan dan dukungan orang dewasa untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilan motorik besar (berlari, melompat, melempar, dan lain-lain) selama periode ini memiliki keuntungan kumulatif menjadi lebih baik dan mampu dalam menguasai keterampilan-keterampilan motorik yang lebih kompleks pada tahun-tahun berikutnya. Sebaliknya, anak-anak yang memiliki pengalaman awal terbatas kemungkinan besar mengalami kesulitan untuk menguasai kompetensi fisik dan menunjukkan keterlambatan ketika mencoba berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas olahraga tingkat lanjut.

Metode permainan outdoor atau outdoor games dengan media dadu raksasa untuk meningkatan kemampuan motorik kasar anak TK ini, guru perlu mempersiapkan area atau lingkungan outdoor yang tidak terlalu luas. Guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan emosi siswa dalam outdoor games tersebut. Metode bermain outdoor ini menjadikan siswa tersalurkan energi berlebih yang dimilikinya. Kemampuan motorik kasar yang telah berkembang dengan baik dapat berpengaruh terhadap aktivitas serta perkembangan yang lain dan anak terhindar dari segala gangguan yang mungkin terjadi akibat kemampuan motorik kasar yang terhambat.

(21)

Berhasil tidaknya peningkatan kemampuan motorik kasar anak tersebut bukan hanya merupakan tanggungjawab guru semata tetapi juga orangtua siswa tersebut. Ketika anak terlalu dibiarkan berlama-lama melakukan kegiatan atau aktivitas yang kurang memanfaatkan gerak otot-otot besar tubuh seperti nonton TV atau bermain komputer maka usaha yang dilakukan guru di sekolah kemungkinan tidak berhasil karena tidak didukung dengan perhatian atau pengawasan orangtua terhadap anak. Sehingga perlu adanya kerjasama antara guru dan orangtua.

(22)

Berikut bagan kerangka berfikir dalam penelitian ini :

Gambar 2.1 Bagan kerangka berfikir

Kondisi awal

Guru dalam proses pembelajaran belum menggunakan metode outdoor games : pembelajaran kurang menarik, waktu terbatas.

1. Anak didik kurang aktif 2. Kemampuan motorik

kasar rendah

Siklus I

Dalam kegiatan motorik kasar digunakan metode outdoor games dengan media dadu raksasa Hasil Siklus I :

1. Anak didik mulai menunjukan minat dan keaktifan dalam kegiatan motorik kasar

2. Kemampuan motorik kasar anak dalam berlari, melompat, meloncat, melempar dan menangkap bola menunjukan peningkatan tetapi belum maksimal (ada beberapa anak).

Siklus II

1. Anak didik mulai menunjukan minat dan keaktifan dalam kegiatan motorik kasar

2. Kemampuan motorik kasar anak dalam berlari, melompat, meloncat, melempar dan menangkap

bola menunjukan

peningkatan lebih maksimal. Tindakan

Tindakan

Hasil Akhir :

Kemampuan motorik kasar anak dalam berlari, melompat, meloncat, melempar dan menangkap bola mengalami peningkatan dengan menerapkan metode outdoor games dengan media dadu raksasa.

Siklus II

Dalam kegiatan motorik kasar digunakan metode outdoor games dengan media dadu raksasa

(23)

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritik di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini bahwa penerapan metode outdoor games dengan media dadu raksasa dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak TK B Al Irsyad Al Islamiyah Purwokerto Tahun Ajaran 2012-2013.

Gambar

Tabel 2.1 Unsur-unsur motorik kasar
Gambar 2.1 Bagan kerangka berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Belum adanya web yang memberikan informasi nama wisata, alamat wisata, tiket masuk, keterangan, gambar dari wisata dan letak geografis lokasi wisata yang

Dalam hal ini model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu : (1) Rasional teoritik yang logis disusun oleh

Pada penelitian Md Kamrul Islam Dan Sudipta Chawdhury dengan judul “Permintaan dan Analisis parkir ( Studi Kasus Probortak, Chittagong )” Metode yang di gunakan adalah

Penelitian ini dibuat untuk merancang sebuah sistem informasi pendukung keputusan dalam menentukan usulan kegiatan yang akan digunakan sebagai masukan utama

Berdasarkan hasil analisis data dengan bantuan program SPSS 16.0, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: hasil analisis regresi diperoleh koefisien regresi

Dari hasil diketahui bahwa untuk ketiga produk yang diteliti (Ponds, Citra, dan Sari Ayu Martha Tilaar) faktor yang paling banyak dirasakan oleh konsumen sebagai alasan

kenaikan suhu dan tindakan apa yang perlu dilakukan pada kondisi abnormal sistem pending in air kolam dan sistem VAG, akan dilakukan evaluasi transfer panas

Meskipun metoda penyambung poros dengan menggunakan kopling ini banyak digunakan, namun satu hal yang tidak bisa dihindari adalah adanya ketidak sebarisan