• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Menggunakan Strategi Writing To Learn pada Siswa SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Menggunakan Strategi Writing To Learn pada Siswa SMP"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 © STKIP PGRI Banjarmasin

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

MENGGUNAKAN STRATEGI

WRITING TO LEARN

PADA SISWA SMP

4

Mayang Gadih Ranti STKIP PGRI Banjarmasin E-mail: mayanggadih@gmail.com

Abstrak: Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal cerita dalam matematika tergolong masih rendah. Siswa cenderung kesulitan mengungkapkan ide -ide yang mereka miliki dala m menyelesaikan soal. Dengan kata lain kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII C SMPN 1 Martapura dengan pembelajaran menggunakan strategi writing to learn. Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas mengacu pada model Kurt -Lewin , yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection). Subyek adalah siswa kelas VIIIC SMPN 1 Martapura yang berjumlah 32 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis dan dokumentasi, dan Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan komunikasi matematis siswa. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan strategi writing to learn dapat meningkatka n kemampuan komunikasi matematis siswa dari kategori cukup ke kategori baik.

Kata Kunci: Strategi writing to learn, Kemampuan Komunik asi Matematis

Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kompetensi yang diperlukan oleh setiap individu semakin meningkat. Setiap individu dituntut untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Matematika merupakan cabang ilmu yang memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu- ilmu lain, sehingga matematika sering disebut sebagai induk dari ilmu pengetahuan. Selain itu, matematika dapat menjadi alat untuk

4 Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP PGRI Banjarmasin, 28 Januari 2015 menghasilkan model matematis yang diperlukan dalam pemecahan masalah di berbagai cabang ilmu pengetahuan dan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

karena itu, ada ungkapan “mathematics as a human activity”, yang maksudnya dalam kegiatan hidupnya setiap orang akan terlibat dalam matematika, baik dalam bentuk sederhana dan bersifat rutin, dan mungk in dalam bentuknya yang sangat kompleks. (Sumarmo, 2006: 1).

(2)

Walaupun matematika sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, kemampuan siswa dalam penyelesaian soal aplikasi matematika dalam kehidupan sehari- hari masih kurang. Dalam pembelajaran, siswa kurang mampu menyelesaikan soal-soal cerita yang berisi tentang masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Mereka kesulitan dalam menterjemahkan soal-soal ke dalam bahasa atau simbol matematis atau sebaliknya. Padahal jika merujuk pada kurikulum standar yang telah dikembangka n oleh NCTM (National Council Of Teachers Mathematics), maka kompetensi yang dikembangkan dalam pelajaran matemat ika

meliputi kemampuan dalam materi

matematika dan kemampuan doing math. Kemampuan dalam materi matemat ika disesuaikan dengan materi atau topik yang dibahas di kelas sesuai dengan jenjang kelas atau sekolahnya, sedangkan kemampuan doing math meliputi matematika sebagai pemecahan masalah (mathematic as problem solving), matematika sebagai komunika s i (mathematics as communication), matemat ika sebagai penalaran (mathematics as reasoning)

dan koneksi-koneksi matemat ika

(mathematical connections).

Hal yang terjadi dalam pembelajaran

matematika pada umumnya adalah

kebanyakan siswa masih bingung memaha mi soal atau data yang ada pada soal, sehingga

akan mengalami kesulitan dalam

menyatakannya ke dalam bentuk matemat is. Pada akhirnya mereka tidak mampu menentukan konsep atau prinsip apa yang harus digunakan untuk menyelesa ika n masalah. Sebaliknya, kadang siswa juga mengalami kebingungan ketika harus membaca atau menginterpretasikan data yang tersaji dalam bentuk gambar, grafik, diagram atau simbol matematika lainnya. Jadi, dapat dikatakan kemampuan siswa dalam doing

math, khususnya dalam melakukan

komunikasi matematika (mathematical communication) masih rendah.

Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu rancangan pembelajaran yang dapat mendorong meningkat nya kemampuan komunikasi matematika siswa.

Kemapuan komunikasi matemat ika

bergantung pada kemampuan mengumpulka n, mengorganisir, dan menjelaskan pemikira n, menemukan apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui, dan berpikir jernih (thinking clearly). Adapun bentuk kemampuan-kemampuan komunikasi dalam matemat ika menurut rekomendasi NCTM mencakup aspek-aspek representasi dan wacana (representing discourse), membaca (reading), menulis (writing), dan diskusi dan evaluasi (discussion and evaluating).

Untuk mencapai aspek-aspek tersebut, tentunya diperlukan suatu pendekatan atau metode pembelajaran yang mendukung. Strategi pembelajaran yang mendorong

kemampuan mengungkapkan ide tau

gagasannya dalam matematika melalui tulisa n atau dapat mengasah kemampuan siswa menulis adalah Strategi writing to learn. Seperti yang diungkapkan Linn (2004), menulis dalam matematika meliputi kegiatan siswa seperti manipulasi, integrasi dan restrukturisasi pengetahuan dengan menggunakan atau merefkesi pengetahua n, konsep dan prinsip sebelumnya. Oleh karena itu, Strategi writing to learn dapat

diaplikasikan dalam pembelajaran

matematika dalam rangka meningkatka n kemapuan komunikasi matematika siswa, yaitu kemampuan siswa dalam memaha mi persoalan-persoalan matematika dan menterjemahkannya dalam bahasa atau simbol-simbol matematika.

Masalah kurangnya kemampuan komunikasi matematis juga dialami oleh

(3)

siswa di SMPN 1 Martapura, khususnya kelas VIII C. Siswa kesulitan menyelesaikan soal-soal cerita yang menuntut penyelesa ia n menggunakan proses matematis dan mengkomunikasikan ide-ide mereka. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, khususnya pada siswa kelas VIII C SMPN 1 Martapura akan dilakukan penelitian berjudul Meningkatka n Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Menggunakan Strategi Writing to Learn pada Siswa SMP

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Martapura yang beralamat di Jalan A. Yani Km. 39 No. 44, Martapura Kabupaten Banjar.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 pada tanggal 03–24 September 2014. Subyek Penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMPN 1 Martapura Tahun Ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa dan obyek penelitiannya adalah kemampuan komunika s i matematis siswa.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Pada model Kurt Lewin, penelitian terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan (planning),

pelaksanaan (action), pengamatan

(observation) dan refleksi (reflection). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari dua pertemuan, seperti yang digambarkan pada gambar di bawah ini.

Instrumen pada penelitian ini adalah tes kemampuan komunikasi matematis siswa digunakan untuk mengetahui dan menguk ur seberapa besar kemampuan komunika s i matematis siswa. Data yang diperoleh dari setiap kegiatan observasi pada setiap

pertemuan pada setiap siklus akan dianalis is menggunakan statistik deskriptif, yaitu menghitung nilai kemampuan komunika s i matematis siswa pada setiap siklus.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-sik l us

(4)

pembelajaran yang dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari dua pertemuan.

1. Siklus 1

Siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection).

a. Perencanaan (planning)

Siklus pertama direncanakan

sebanyak dua pertemuan. Tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai adalah Siswa mampu melakukan Operasi Bentuk Aljabar.

Untuk mendorong siswa mampu

mengembangkan kemampuan menulis nya sebagai sarana dalam pembelajaran (strategi writing to learn), maka disusunlah suatu Lembar Kerja Siswa (LKS) yang memberi ruang kepada siswa untuk mengembangka n

ide-ide matematis mereka dalam

menyelesaikan suatu masalah matemat ika. Selain itu, juga disiapkan jurnal pembelajaran yang berisi rangkuman masing-ma s ing masing siswa tentang materi yang mereka pelajari, pemahaman dan kesulitan yang mereka hadapi serta perasaan mereka dalam pembelajajaran dalam setiap pertemuan.

b. Pelaksanaan (Action)

Siklus pertama dilaksanakan sesuai dengan rencana, yaitu sebanyak dua kali pertemuan pada tanggal 03 September 2014 dan 10 September 2014. Pertemuan ke-1 membahas mengenai Penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar, sedangkan pertemuan ke-2 membahas mengena i Perkalian dan Pembagian Bentuk Aljabar. Proses pembelajaran pada setiap pertemuan dilaksanakan dengan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun menggunakan stategi writing to learn.

c. Pengamatan (Observation)

Hasil pengamatan pada siklus I menunjukkan bahwa beberapa kegiatan dalam pembelajaran belum berjalan optimal. Siswa belum terbiasa dengan kegiatan diskusi kelompok, sehingga banyak siswa yang mengerjakan masing- masing LKS secara individu dalam kelompok. Akan tetapi terlihat usaha siswa untuk bekerja sama dalam kelompok. Pada saat presentasi, beberapa siswa masih terlihat gugup dan tidak terbiasa dengan kegitan presentasi, serta masih ada siswa yang kurang memperhatikan pada saat mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Guru juga harus memberikan bimbingan yang lebih banyak kepada kelompok-kelompok dalam mengerjakan LKS. Akan tetapi, pada akhir pembelajaran siswa antusias dengan kegitan mengisi jurnal pembelajaran.

d. Refleksi (Reflection)

Berdasarkan data yang diperoleh dari tahap observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I, diperoleh beberapa hasil sebagai berikut:

1) Tingkat partisipasi siswa masih rendah. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa belajar dengan menuangka n

ide-ide atau gagasan dalam

menyelesaikan melalui kegiatan diskusi kelompok.

2) Keterlibatan siswa dalam presentasi masih rendah. Hal ini terlihat dari kurangnya keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka, dan sedikitnya siswa yang bertanya dan menanggapi.

3) Tingkat ketepatan waktu siswa dalam mengerjakan tugas kelompok masih

rendah. Siswa belum dapat

menyesuaikan dengan waktu yang tersedia. Hal ini dapat disebabkan waktu yang diberikan tidak sesuai dengan

(5)

beban kerja dalam LKS, serta siswa belum terbiasa dengan kegiatan pembelajaran menggunakan LKS, karena selama ini pembelajaran hanya menggunakan metode ekspositori. 4) Hasil tes kemampuan komunikas i

matematis siswa pada akhir siklus I masih rendah yaitu masih dalam kategori kurang, dengan rata-rata 58,54 %. Siswa juga masih kesulita n mengerjakan LKS, terlihat dari masih banyaknya bantuan guru dalam pengisian LKS

Berdasarkan hasil refleksi di atas, maka indikator keberhasilan penelitian belum tercapai dan penelitian dilakukan dalam siklus II.

2. Siklus II

Siklus II sama seperti siklus I, yaitu terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection).

a. Perencanaan (planning)

Tahap perencanaan pada siklus II didasarkan pada hasil refkleksi pada siklus pertama. Siklus II direncanakan sama seperti siklus I yaitu terdiri dari dua pertemuan. Beberapa langkah dalam tahap perencanaan pada siklus II yang dilakukan dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus pertama adalah sebagai berikut:

1) Menyajikan permasalaha

n-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dekat dengan lingkunga n siswa yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, sehingga siswa menjadi tertarik terhadap pembelajaran.

2) Memberikan motivasi kepada

kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran

3) Memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan atau tingkat partisipasinya masih rendah

4) Menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa.

b. Pelaksanaan (Action)

Siklus kedua dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan, yaitu dimulai pada tanggal 17 September 2014. Proses pembelajaran pada setiap pertemuan tetap dilaksanakan menggunakan Strategi writing to learn.

c. Tahap Pengamatan (Observation) Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran menggu na-kan strategi writing to learn. Pada siklus II, strategi writing to learn sudah dapat dijalankan dengan lebih optimal. Siswa sudah mulai terlihat aktif berdiskusi dengan teman sekelompoknya dan terbiasa dengan kegiatan mengisi LKS dimana siswa berusaha menuliskan ide-ide yang mereka miliki dalam menjawab soal atau permasalahan yang ada dalam LKS. Intensitas bertanya kepada guru saat mengerjakan LKS juga sudah berkurang.

d. Refleksi (Reflection)

Berdasarkan data yang diperoleh dari tahap observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II, diperoleh beberapa hasil sebagai berikut:

1) Tingkat partisipasi siswa sudah meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat keterlibatan aktif siswa baik dalam kelompok, maupun pada saat presentasi meningkat.

2) Kinerja kelompok mulai terlihat efektif. Hal ini terlihat dari adanya kerjasama dari masing- masing siswa dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas

(6)

secara tepat waktu dan tidak terlalu banyak bertanya kepada guru.

3) Dengan adanya jurnal yang diisi oleh siswa setiap akhir pembelajaran, dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dan pada bagian mana siswa masuh merasa kesulitan, dan siswa merasa dihargai pendapatnya oleh guru.

Berdasarkan hasil penetian yang telah dilaksanakan, maka tingkat kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran pada masing- masing siklus dapat digambarkan dalam Tabel 1.

Data di atas menunjukkan ada peningkatan partisipasi siswa dalam pem-belajaran dari siklus pertama ke siklus kedua sebesar 15.3 %, dari kategori cukup ke

kategori baik. Dengan demikian terjadi peningkatan kemampuan komunika s i matematis siswa.

Peningkatan kemampuan komunika s i matematis di kelas VII C selama siklus I dan siklus II penelitian pada tiap-tiap aspek, dapat dilihat lebih jelas pada grafik di bawah ini.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran matematika di kelas VIII

C SMPN 1 Martapura pada materi Bentuk Aljabar dengan pembelajaran menggunaka n strategi writing to learn meningkat dari siklus

Kemampuan Komunikasi Matematis per aspek pada siklus I dan II

Tabel 1. Skor kemampuan komunikasi matematis

No Aspek Siklus I Siklus II

1 Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui tulisan dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual

62.5 % 73.2 %

2 Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis secara tertulis , maupun dalam bentuk visual lainnya

55.5 % 77.7 %

3 Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah , notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarka n hubungan-hubungan dengan model-model situasi

57.3% 70.2 %

(7)

I ke siklus II dari kategori cukup ke kategori baik.

Daftar Pustaka

Burns, Marylin. 1995. Writing in Math Class : A Resource for Grade 2 – 8. Sausalito : Math Solution Publication

Chambers, Paul. 2008. Teaching Mathematics : Developing as a Reflective Secondary Teacher. London. SAGE.

Linn, Louise. 2004. Using Journal Writing To

Explore “They Communicate to Learn

Mathematics and They Learn to Communicate Mathematically.

McIntosch, Margaret E. & Roni Jo Draper. 2001. Using Learning Logs in Mathematics: Writing to Learn, Mathematics Teacher. NCTM

Russek, Bernadeth. (1998). Writing to Learn Mathematics.

http://wac.colostate.edu/journal/vol9/ru ssek.pdf

Syaban, Mumun. 2010.

Menumbuhkembangkan Daya

Matematis Siswa http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_c ontent&do_pdf=1&id=62.

Sumarmo, Utari. 2004. Keterampilan Membaca Matematika Pada Sekolah

Menengah Atas.

http://www.docstoc.com/docs/2824095

1/PEMBELAJARAN-.KETERAMPILAN

MEMBACA-MATEMATIKA, diakses pada tanggal 9 November 2010)

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung, Alfabeta

Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi. 2010. Banjarmasin: STKIP PGRI Banjarmasin.

Gambar

Tabel  1. Skor kemampuan  komunikasi matematis

Referensi

Dokumen terkait

Batas antara liberalisasi yang diperkenalkan oleh Madjid dan para sejawatnya dengan proses pengintegrasian Indonesia ke dalam pusaran globalisasi yang secara

Pembukt ian Kualifikasi dilakukan oleh Direktur Ut ama/ Pimpinan Perusahaan, atau Penerima kuasa dari Direktur Utama/ Pimpinan Perusahaan yang namanya t

Pembuktian kualifikasi Dapat diwakilkan dengan membawa Surat Tugas dari Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan/Kepala Cabang dan Kartu Pengenal yang mewakili dari Pihak

Lebih jauh Ia mengatakan bahwa Masyarakat yang sebagian anggotanya mengeksploitasi sebagian lainnya yang lemah dan tertindas, tidak dapat disebut sebagai masyarakat

Proses wawancara dengan salah satu kasat narkoba di Polres Tasikmalaya... Proses wawancara dengan Kepala Sekolah SMAN

Selanjutnya menyelesaikan studi S2 pada Program Magister Sains Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan konsentrasi Manajemen Sumber

Kondisi dan kemampuan fisik dasar fungsional yaitu power tungkai, kondisi fisik power tungkai ini berperan saat siswa tersebut melakukan tolakan saat melompat, karena

Starategi komunikasi pengurus pelatih dan atlet persatuan bulutangkis seluruh indonesia ( PBSI ) kota cilegon dalam membina prestasi bulutangkis di kota cilegon2. Konsep diri