• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI

DAN PENDIDIKAN BIOLOGI

Inovasi dalam Penelitian dan Pembelajaran Biologi

Salatiga, 26 Januari 2019

Penerbit:

FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(3)

ii

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

EDITOR

Agna Sulis Krave, Ph.D Desy Fajar Priyayi, M.Pd Rully Adi Nugroho, Ph.D Dr.V. Irene Meitiniarti, M.P

Dr. Sri Kasmiyati., M.Si

Dr. Elizabeth Betty Elok Kristiani, M.Si Drs. Sucahyo., M.Sc

Risya Pramana Situmorang, M.Pd Slamet Basuki

Ruth Gabriella

ISBN: 978-602-61913-2-8

Penerbit:

Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Redaksi:

Gedung C Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Indonesia Telp/ Fax: (0298) 321212 ext: 323; (0298) 321433

Website: http://biologi.uksw.edu

Cetakan pertama, Maret 2019

Hak cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa seijin tertulis dari penerbit

(4)

iii

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

KATA PENGANTAR

Salam damai sejahtera bagi kita semua.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karuniaNya sehingga Prosiding Seminar Nasional Biologi Dan Pendidikan Biologi UKSW 2019 dapat terbit sesuai dengan tenggang waktu yang telah ditentukan oleh Panitia. Seluruh makalah yang terdapat di dalam prosiding ini merupakan kumpulan makalah yang telah lolos seleksi oleh tim reviewer dan telah dipresentasikan pada Seminar Nasional Biologi Dan Pendidikan Biologi 2019, yang diselenggarakan Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana.

Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh peserta seminar yang telah mempresentasikan hasil penelitian dan memberikan informasi tentang berbagai strategi inovatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran biologi di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia.

Seminar Nasional Biologi Dan Pendidikan Biologi 2019 ini mengangkat tema “Inovasi dalam Penelitian dan Pembelajaran Biologi”. Panitia menghadirkan Prof. I Gusti Putu Suryadarma, Bapak Kilala Tilaar, dan Dr. Budi Setiadi Daryono sebagai pemakalah utama yang akan menyampaikan materi tentang pembelajaran kreatif, inovasi dalam pemanfaatan sumberdaya hayati asli indonesia untuk pengembangan produk jamu, kosmetika dan nutraseutika, serta discovery dan inovasi dalam teknik rekayasa genetika pada melon. Peserta seminar nasional yang mempresentasikan hasil penelitiannya ini berasal dari Salatiga, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Bogor, Tasikmalaya, Surabaya, Lubuklinggau, dan Kupang. Selain itu, seminar ini juga diikuti oleh beberapa mahasiswa yang berasal dari universitas dan lembaga pendidikan di pulau Jawa.

Seminar nasional ini dapat terselenggara berkat kerjasama yang baik dari seluruh panitia seminar dan semua pihak yang mendukung terselenggaranya acara seminar nasional ini. Oleh karena itu, perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat. Penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan kepada seluruh panitia yang telah bekerja keras demi suksesnya kegiatan. Kami menyadari bahwa penyelenggaraan seminar ini mungkin masih ada kekurangan baik dalam penyajian acara, pelayanan administrasi dan keterbatasan fasilitas. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Akhir kata, sebagai bentuk akhir dari proses pertanggungjawaban seminar, maka prosiding ini diterbitkan. Semoga prosiding ini dapat ikut berperan dalam penyebaran hasil kajian dan penelitian di bidang biologi dan pendidikan biologi dan mendukung atmosfir penelitian yang baik dan budaya riset yang kuat, berkelanjutan dan berkualitas sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi biologi. Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan prosiding ini sehingga masukan dan saran sangat kami harapkan. Terimakasih.

Salatiga, 20 April 2019 Ketua Panitia,

(5)

iv

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS BIOLOGI

Puji syukur kepada Tuhan bahwa seminar nasional Biologi dan Pendidikan Biologi, Fakultas Biologi yang ke dua tahun 2019 ini telah berlangsung dengan baik. Pada Seminar Nasional tahun 2019 ini bertema INOVASI DALAM PENELITIAN DAN PEMBELAJARAN

BIOLOGI. Tema ini dibuat dengan sengaja untuk memotivasi bagi pemerhati, pengamat dan

pemran dalam bidang Biologi serta Pendidikan Biologi untuk lebih berinovasi dan kreatif. Dalam menghadapi pasar bebas Asia Tenggara yang dikenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), diperlukan perubahan yang mendasar dalam penelitian dan pembelajaran khususnya bidang Biologi. Persaingan yang ketat akan semakin tampak, oleh sebab itu dalam mempersiapkan peserta didik dibutuhkan kreatif dan inovatif.

Bagaimana dunia pendidikan dan pembelajaran kita beradaptasi dengan kondisi tersebut? Ajang forum ilmiah seminar nasional ini dibutuhkan sebagai ajang komunikasi bersama, dengan saling tukar ilmu dan pengalaman untuk mengembangkan bidang Biologi dan Pendidikan Biologi bersama-sama. Semoga hasil dari forum ilmiah/diskusi ini dapat memantik ide-ide baru dan mengembangkan daya cipta.

Semoga prosiding ini bermanfaat bagi kalangan akademis, pemerintah dan industri untuk melihat peluang-peluang kerjasama dengan berbagai pihak. Salam Inovasi.

Salatiga, 20 April 2019 Dekan Fakultas Biologi,

(6)

v

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

DAFTAR ISI

Halaman Cover ………. i

Editor ……….………...………. ii

Kata Pengantar………..……… iii

Sambutan Dekan Fakultas Biologi ………..………..………. iv

Daftar Isi ……….……….………. v

Materi Pembicara Utama 1 ……….………..………. 1

Materi Pembicara Utama 2 ………..………..……… 12

BIOLOGI ERA CAHAYA Oleh Anggara Mahardika, AB Susanto, Bibin Bintang Andriana, Hidetoshi Sato ……… 25

ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR DI SEKITAR KAWASAN INDUSTRI TEKSTIL KOTA CIMAHI (STUDI KASUS AIR SUMUR WARGA DI KELURAHAN MELONG, KECAMATAN CIMAHI SELATAN, KOTA CIMAHI) Oleh Shinta Atilia Diatara, Chay Asdak, Edy Suryadi ……….………. 35

DEKOLORISASI PEWARNA TOSCA MENGGUNAKAN KOAGULAN FERRO SULFAT DAN LUMPUR AKTIF DARI PABRIK TEKSIL DI SALATIGA PADA KONDISI AEROB Oleh Agustien Sri Noerwahju, V. Irene Meitiniarti, Sri Kasmiyati ……….. 48

EFEKTIVITAS MEDIA CAMPURAN AMPAS TEBU DAN KARDUS TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) Oleh Suparti dan Agustina Ratnaningrum ……….……… 59

KONSENTRASI KLOROFIL PADA BERBAGAI VARIASI SUHU PENGERINGAN DENGAN VACUUM DRYING PADA SUP KRIM DARI RUMPUT LAUT (Caulerpa sp.) Oleh Dhanang Puspita, Windu Merdekawati, Arisia Putri Sandy Mahendra………. 66

EFEKTIVITAS MEDIA CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SABUT KELAPA TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) Oleh Supartidan Utami Anggriyatno ……….……….. 72

PENGARUH GENOTIPE TERHADAP PEMBENTUKAN SPOROFIT DADI MASSA PROTALUS PAKIS EMAS (Cibotium barometz (L.) J. Sm.) SECARA IN VITRO Oleh Yupi Isnaini dan Titien Ngatinem Praptosuwiryo ……….……… 79

ISOLASI DAN KARAKTERISASI DUA ISOLAT BAKTERI PELARUT FOSFAT DARI TANAH PERTANIAN DI KABUPATEN SEMARANG, INDONESIA Oleh Chrisseptina Damayanti, V. Irene Meitiniarti, Rully Adi Nugroho ………. 86

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI ENDOFIT YANG MEMPUNYAI AKTIVITAS AMILOLITIK PADA UMBI TALAS (Colocasia esculenta L.) Oleh Destik Wulandari, Desi Purwaningsih ……….………..……….. 93

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL SELULASE DAN XILANASE DARI TAMAN NASIONAL LORE LINDU Oleh Luciasih Agustini dan Lisna Efiyanti ……….……….. 97

BIODIVERSITAS MIKROORGANISME YANG DIISOLASI DARI PROSES PEMBUATAN MINUMAN BERALKOHOL ‘CIU’ DI JAWA TENGAH Oleh Luciasih Agustini ……….………. 109

INTROGRESI SEKUENS DNA PENYANDI CRISPR: Cas9:sgRNA KE DALAM GENOM PADI (Oryza sativa Linn.) DENGAN GEN TARGET OsSWEET11 Oleh Ivan Tjahja Pranata ……….……….………. 118

POTENSI PENGEMBANGAN KEANEKARAGAMAN ANGGREK SPESIES GUNUNG API PURBA NGLANGGERAN, YOGYAKARTA SERTA USAHA KONSERVASINYA Oleh Amru Rizal Basri, Alim El Hakim, Fauzana Putri, Nureni Dhuha Mustika, Endang Semiarti ………. 128

KINERJA RUMAH KACA KONTRUKSI BAMBU PADA PENGERINGAN TEMBAKAU MOLE SUMEDANG (Nicotiana tobaccum L.) Oleh Lala Romlah ……….……….………. 136

(7)

vi

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

KONSERVASI EX-SITU Artocarpus spp. DI KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI SARANA EDUKASI BUAH KHAS INDONESIA

Oleh Popi Aprilianti ……….……….………. 145

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROFAUNA BENTIK DI PANTAI PRAPAT AGUNG, PANTAI KARANG SEWU GILIMANUK, DAN PANTAI CEKIK, BALI BARAT

Oleh Putri Afin Nurhayati, Jordan Oktavio Marcelino, Aulia Umi Rohmatika, Moch. Affandi ……….. 154 PEMODELAN MATEMATIKA PENGOLAHAN LEACHATE

Oleh William Wijaya, Dhira Satwika, Suhardi Djojoatmodjo ……… 162 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

(LKPD) EDUECOTOURISM BERBASIS POTENSI LOKAL

Oleh Hafidhah Hasanah, I.G.P. Suryadarma ……… 170 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS KEARIFAN LOKAL

DATARAN TINGGI DIENG DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP

Oleh Laras Auliantika Hapsari, I.G.P. Suryadarma ……… 179 MEMPROMOSIKAN KONSERVASI MANGROVE MELALUI PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

TEMATIK, DI KABUPATEN INDRAMAYU

Oleh Hendra Gunawan, Sugiarti, Diah Zuhriana, Suherna ………. 187 Lampiran Notulensi ……….. 203

(8)

86

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

ISOLASI DAN KARAKTERISASI DUA ISOLAT BAKTERI PELARUT FOSFAT DARI TANAH PERTANIAN DI KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

Chrisseptina Damayanti, V. Irene Meitiniarti, Rully Adi Nugroho

Universitas Kristen Satya Wacana

Email: irene.meitiniarti@uksw.edu

Dikirim (submitted) ke Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI)

ABSTRAK

Salah satu upaya untuk mengatasi keterbatasan fosfat (P) di tanah adalah dengan memanfaatkan bakteri pelarut P sebagai agen penyedia P. Dalam penelitian ini dilakukan isolasi bakteri pelarut P dan karakterisasi kemampuannya dalam melarutkan P dari tanah pertanian di kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dari 12 isolat bakteri pelarut P yang berhasil diisolasi, dua isolat yang menunjukkan nilai Indeks Pelarutan yang paling besar. Dua isolat bakteri tersebut diberi sandi BPF3 dan BPF11. Kemampuan kedua isolat bakteri ini dalam melarutkan P diuji lebih lanjut dalam kultur tunggal, maupun campur dengan rasio (v/v) 2:1; 1:2; 1:1 dan dibandingkan dengan isolat pembanding Pseudomonas putida dan P. aeruginosa. Uji kemampuan melarutkan P ditentukan dengan menumbuhkan bakteri pada medium Pikovskaya selama 14 hari dengan 3 ulangan. Pada hari ke-0, 7, dan 14, kadar P tersedia dan jumlah sel diukur. Penentuan kadar P tersedia dilakukan dengan pereaksi Barton. Jumlah sel diukur berdasarkan kekeruhan kultur  600 dan metode pour

plate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat BPF3 dan BPF11 memiliki kemampuan yang tinggi

dalam melarutkan P pada kultur tunggal, masing-masing sebesar 98mg/l dan 39mg/l. Kadar P yang dilarutkan ini lebih tinggi (P < 0,05) dibandingkan yang dilarutkan bakteri P. putida maupun P.

aeruginosa (masing-masing sebesar 14mg/l dan 28mg/l). Aktivitas pelarutan P oleh isolat BPF3 lebih

tinggi (P < 0,05) jika dibandingkan dengan isolat BPF11, kultur campur, maupun isolat pembandingnya.

Kata kunci: Bakteri Pelarut Fosfat, kultur tunggal dan campur BPF

PENDAHULUAN

Fosfat (P) merupakan salah satu makronutrien esensial bagi tumbuhan. Fosfat memainkan peran dalam fotosintesis, respirasi, transfer dan cadangan energi, pembelahan sel, perkembangan sel dan beberapa proses lain pada tumbuhan hidup (Karpagam dan Nagalakshmi, 2014).

Tumbuhan membutuhkan unsur P kurang lebih 30 µmol/l untuk memaksimalkan produktivitasnya, tetapi hanya sekitar 1 µmol/l yang tersedia di tanah (Oteino et al., 2015). Ketidaktersediaan P di tanah telah diketahui sebagai penghambat pertumbuhan terbesar dalam bidang agrikultura dan hortikultura. Kekurangan unsur P dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman seperti daun tua menjadi keunguan cenderung kelabu, tepi daun cokelat, tulang daun muda berwarna hijau gelap, hangus, pertumbuhan daun kecil, kerdil dan akhirnya rontok serta tanaman menjadi kerdil karena fase pertumbuhannya lambat (Normahani, 2015).

Untuk meningkatkan P di dalam tanah pertanian, aplikasi pupuk fosfat menjadi salah satu pilihan. Sayangnya, P cepat terendap menjadi bentuk terikat dengan unsur seperti Al3+

dan Fe3+ yang tidak dapat diikat oleh tumbuhan secara langsung. Hal ini mengakibatkan P

yang dapat diserap oleh tumbuhan relatif rendah jumlahnya. Cara lain untuk mendukung ketersediaan unsur P di tanah dalam bidang agrikultura menjadi sangat diperlukan.

(9)

87

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

Beberapa peneliti melaporkan bahwa bakteri yang berada di rizosfer memiliki kemampuan melepaskan P organik atau melarutkan komponen P anorganik seperti trikalsium fosfat, dikalsium fosfat, hidroksiapatit dan fosfat dari bebatuan (Khan et al., 2010; Karpagam dan Nagalakshmi, 2014). Bakteri-bakteri ini menyediakan P terlarut bagi tumbuhan dan timbal baliknya akan membawa komponen karbon, terutama gula dan asam organik yang berguna untuk pertumbuhan bakteri (Khan et al., 2010).

Bakteri merupakan mikroorganisme yang perannya dalam melarutkan P di dalam tanah lebih dominan dibandingkan jamur dan aktinomisetes (Baliah et al., 2016). Grup bakteri yang dapat secara langsung mempengaruhi pelepasan P disebut dengan bakteri pelarut P (Qian et al., 2010). Dalam memineralisasi senyawa P ini akan mensekresikan enzim fosfatase (Rodriguez dan Fraga, 1999; Qian et al., 2010) sehingga fosfat kemudian dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan (Chen et al., 2006). Dalam prosesnya, bakteri pelarut P akan menghasilkan asam-asam organik seperti asam glutamat, sitrat, laktat, oksalat, malat, suksinat, gliosalat, fumarat, tartarat dan α-ketobutirat (Panhwar et al., 2013). Asam organik yang dihasilkan berperan untuk menurunkan pH tanah yang dapat melepaskan ikatan P dan melarutkannya ke dalam tanah. Enzim fosfatase yang disekresikan oleh bakteri pelarut P akan memineralisasi P organik dan menghidrolisisnya menjadi P anorganik yang dapat digunakan tumbuhan (Rodriguez dan Fraga, 1999).

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat bakteri pelarut P dari tanah pertanian dan mengetahui kemampuan isolat-isolat bakteri tersebut dalam melarutkan P dalam kultur tunggal maupun kultur campur. Pada penelitian ini, bakteri pelarut P telah diisolasi dari tanah pertanian. Selanjutnya, kemampuan isolat bakteri dalam melarutkan P dibandingkan dengan kemampuan P. putida dan P. aeruginosa sebagai rujukan (Rodriguez dan Fraga, 1999; Teymouri et al., 2016), sehingga dapat diketahui dan ditentukan potensi isolat yang diperoleh dalam melarutkan P. Pelarutan P juga diuji dalam kultur campur untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik antar kedua isolat dalam melarutkan P.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana pada bulan Oktober-Desember 2017.

Tanah Sumber Isolat Bakteri Pelarut Fosfat

Penelitian ini menggunakan tanah pertanian yang menerima pupuk P cukup tinggi sebagai sumber isolat bakteri pelarut P. Pupuk kandang dan pupuk kompos merupakan pupuk yang digunakan dari tanah pertanian Dusun Krangkeng, Jawa Tengah. Tanah sumber isolat diambil dari tanah pertanian yang sama, yaitu Dusun Krangkeng yang ditanami tomat (Solanum lycopersicum), sawi putih (Brassica rapa subsp. pekinensis), cabai keriting (Capsicum annum), dan onclang (Allium sp.). Pengambilan sampel tanah berdasarkan metode dari Ahn et al. (2014). Sampel tanah diambil dari permukaan tanah (kedalaman 0-10 cm) menggunakan ring sampler (diameter 5 cm, tinggi 10 cm) dengan 5 ulangan dari area seluas 50 m2. Tiap ulangan merupakan hasil gabungan dari 5 sampel tanah (composite samples). Sampel tanah disaring (diameter ukuran saringan 0.088 mm) untuk memisahkan

batu, akar tanaman dan binatang kemudian dimasukkan ke dalam plastik ziplock. Sebelum digunakan dalam tahap isolasi bakteri, tanah sumber isolat terlebih dahulu dikeringanginkan pada suhu ruang selama 24 jam.

Isolasi Bakteri Pelarut Fosfat

Bakteri diisolasi dari 6 sumber, yaitu pupuk kompos, pupuk kandang, tanah rizosfer tanaman tomat, sawi, onclang dan cabai. Satu g tanah diencerkan dengan 0,9% garam

(10)

88

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

fisiologis, kemudian sebanyak 200 µl seri pengenceran 1:10 ditabur pada agar Pikovskaya (PVK) dengan komposisi glukosa 10 g/l, Ca3(PO4)2 5 g/l, (NH4)2SO4 0,5 g/l, KCl 0,2 g/l,

MgSO4.7H2O 0,1 g/l , MnSO4 0,01 g/l, FeSO4 0,01 g/l, ekstrak khamir 0,5 g/l dan agar 15 g/l

(Widawati dkk, 2010) dan diinkubasikan selama 48 jam pada suhu 30oC. Koloni tunggal yang

menghasilkan zona bening (mengindikasikan adanya kemampuan melarutkan fosfat) digoreskan pada agar PVK untuk mendapatkan isolat murni.

Isolat-isolat yang diperoleh dipelihara pada medium Pikovskaya. Kultur diinkubasi hingga umur 48 jam. Dari seluruh bakteri yang telah murni, dipilih dua isolat dengan kemampuan pelarutan fosfat. Kemampuan bakteri melarutkan P diuji dengan menggunakan inokulasi titik pada medium PVK.

Indeks Pelarutan P (IP) atau Solubilization Index (SI) dihitung untuk mengetahui potensi pelarutan P dari koloni yang telah dimurnikan mengikuti perhitungan Teymouri et

al. (2016):

y=a/b

y= IP (Indeks Pelarutan), a= Total diameter halozone (mm) dan b= diameter koloni (mm). Isolat yang mempunyai kemampuan melarutkan P tertinggi berdasarkan luasan zona bening (halozone) dan nilai IP dipilih untuk karakterisasi lebih lanjut.

Pemeliharaan dan Pembuatan Kultur Bakteri Pelarut Fosfat

Isolat bakteri pelarut P dipelihara dalam medium prekultur yaitu 50 ml Pikovskaya dan digojog pada kecepatan 120 rpm selama 48 jam pada suhu 30oC. Prekultur diukur

absorbansinya pada panjang gelombang 600 nm untuk menentukan besar volume prekultur yang akan dipindahkan ke medium uji selanjutnya. Diatur agar konsentrasi sel di awal 108.

Selanjutnya diinokulasi sebanyak 10% pada 100 ml medium Pikovskaya cair. Kultur diinkubasi pada suhu 30°C dan digojog dengan kecepatan 120 rpm.

Penyediaan prekultur untuk kultur campur dibuat dengan cara yang sama dengan kultur tunggal dan diinokulasikan sebanyak 10% dari volume medium uji, dengan 3 proporsi 2 isolat bakteri terpilih 1:1, 1:2 dan 2:1.

Keseluruhan set penelitian diulang 3 kali. Pengambilan sampel dilakukan pada hari ke-0, 7 dan 14. Penentuan aktivitas pelarutan fosfat dan jumlah bakteri.

Penentuan Aktivitas Bakteri Pelarutan Fosfat

Kemampuan bakteri dalam melarutkan P dihitung dengan membandingkan konsentrasi P awal dalam medium dan pada pengambilan sampel hari ke-7 dan 14. Penentuan konsentrasi P dilakukan menurut Krishnaveni (2010) sebagai berikut:

Pada 10 ml filtrat kultur bakteri ditambahkan 2,5 ml reagen Barton ((NH4)2MoO4 62,5

(g/l), NH4VO3 4,17 (g/l), 250 ml HNO3) dan volume ditepatkan menjadi 50 ml menggunakan

akuades. Inkubasi selama 10 menit, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 430 nm. Kurva standar dibuat menggunakan seri konsentrasi larutan standar P 10, 20, 30, 40, 60, 80 dan 100 mg/l.

Penentuan aktivitas pelarutan fosfat dihitung menurut Saraswati dkk. (2007):

Aktivitas pelarut fosfat (mg.h-1/CFU) = (P

t – P0)/CFU

dimana Pt dan P0 berturut-turut adalah konsentrasi P saat t jam dan 0 jam,

sedangkan CFU adalah jumlah sel yang melakukan aktivitas melarutkan P.

Penentuan Jumlah Sel (Saraswati dkk. (2007))

Penentuan jumlah sel dilakukan dengan metode pourplate pada medium PVK. Sebanyak 200 µl inokulum ditaburkan pada medium PVK dan diinkubasi selama 48 jam pada

(11)

89

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

suhu 30°C. Jumlah koloni yang tumbuh terpisah dan berada pada kisaran 30 - 300 koloni, digunakan untuk menghitung jumlah sel sebagai CFU/l.

Analisis Data

Pengaruh waktu serta proporsi 2 isolat terpilih terhadap konsentrasi P terlarut, jumlah sel dan aktivitas pelarutan P dianalisis menggunakan ANOVA (univariate) dengan uji jarak berganda Tukey HSD pada taraf uji α= 0,05. Analisis statistika ini dilakukan menggunakan program SPSS versi 16.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini diperoleh 12 isolat bakteri pelarut fosfat yang mampu melarutkan P (Tabel 1). Isolat terbanyak diperoleh dari tanah yang ditanami tomat sedangkan isolat paling sedikit diperoleh dari tanah yang ditanami cabai. Dari pupuk kompos tidak diperoleh isolat bakteri pelarut P sehingga tidak dilanjutkan pada tahap penelitian selanjutnya. Bakteri pelarut fosfat diidentifikasi dengan adanya halozone di sekitar koloni (Saraswati dkk, 2007). Seluruh isolat yang diperoleh diinokulasikan dengan inokulasi titik dalam agar PVK untuk mendapatkan isolat murni dan diinkubasi selama 48 jam untuk mendapatkan bakteri pelarut fosfat dengan kemampuan tinggi. Berdasarkan IP dipilih dua isolat BPF3 dan BPF11 dengan nilai IP berturut-turut sebesar 3,2 dan 2,8. BPF3 diperoleh dari tanah rizosfer tanaman sawi dan BPF11 diperoleh dari tanah rizosfer tanaman tomat. Ke dua isolat bakteri pelarut P kemudian ditumbuhkan dan diuji kemampuan melarutkan P dalam kultur tunggal dan kultur campur.

Tabel 1. Hasil isolasi bakteri pelarut P dari rizosfer tanah dan pupuk kandang No. Asal Sampel (Rizosfer

Tanah) Kode Isolat

d Halozone (mm) d Koloni (mm) IP 1. Sawi BPF1 5 4 2,3 2. Sawi BPF2 6 4 2,5 3. Sawi BPF3 13 6 3,2 4. Cabai BPF4 5 4 2,3 5. Onclang BPF5 6 4,5 2,3 6. Onclang BPF6 5 4 2,3 7. Pupuk Kandang BPF7 4 3,5 2,1 8. Tomat BPF8 6 5 2,2 9. Tomat BPF9 7 5 2,4 10. Tomat BPF10 6 4,5 2,3 11. Tomat BPF11 11 6 2,8 12. Tomat BPF12 4 3,5 2,1

Pelarutan P oleh Kultur Tunggal Bakteri BPF3 dan BPF11

Dalam uji kemampuan bakteri melarutkan P dalam kultur tunggal, kemampuan bakteri BPF3 dan BPF11 dibandingkan dengan kemampuan isolat bakteri P. putida dan P.

(12)

90

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

Tabel 2. Perbandingan aktivitas pelarutan P oleh kultur tunggal selama 7 (T7) dan 14 (T14) hari No. Isolat Kadar P (mg/l)

Kadar P (mg/l) terlarutkan selama 14 hari Jumlah Sel (CFU/l) Aktivitas Pelarut P (mg.h-1/CFU) T0 T7 T14 T7 T14 1. P. putida 78 88 92 14 1323 0,00108 0,00076 2. P. aeruginosa 78 102 106 28 1563 0,00219 0,00128 3. BPF3 79 163 177 98 2453 0,00489 0,00285 4. BPF11 78 89 117 39 1920 0,00082 0,00145

Konsentrasi P terlarut pada medium PVK yang ditumbuhi masing-masing isolat mengalami peningkatan seiring dengan lamanya waktu inkubasi, yaitu tertinggi pada pengamatan hari ke 14 (Tabel 2). Menurut Baliah et al. (2016) konsentrasi fosfat terlarut dalam medium yang ditumbuhi bakteri pelarut fosfat akan meningkat dari hari ke hari disebabkan adanya pembentukan asam organik oleh bakteri. Beberapa asam organik yang dihasilkan oleh bakteri seperti asam asetat, asam format, asam laktat akan bereaksi dengan ion-ion Ca2+, Fe3+, dan Al3+ yang akan mengikat P dan melepaskan unsur P sehingga menjadi

tersedia dalam tanah dan dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan (Chen et al., 2006).

Setiap isolat tunggal memiliki kemampuan yang berbeda dalam melarutkan P tidak terlarut dalam medium PVK. Pelarutan P oleh BPF3 lebih tinggi (P < 0,05) jika dibandingkan dengan BPF11 maupun isolat pembandingnya, yaitu P. putida dan P. aeruginosa (Tabel 2). Dengan demikian menunjukkan bahwa sel isolat BPF3 lebih efektif melarutkan P dibandingkan dengan isolat pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh Paul & Sinha (2016), menunjukkan kemampuan bakteri P. aeruginosa dapat melarutkan P dengan kadar sebesar 219,64 mg/l dalam 4 hari. Dalam penelitian Pandey et al. (2006), P. putida dapat melarutkan P dengan kadar 247 mg/l dalam 15 hari, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ikhtiyarini dan Irene (2016) melaporkan P. putida dapat melarutkan P sebanyak 11 mg/l selama14 hari.

Kecepatan masing-masing bakteri dalam melarutkan P (Tabel 4) tidak memiliki perbedaan nyata selain bakteri BPF3 (p < 0.05). Kecepatan BPF3 dalam melarutkan P selama 14 hari masa inkubasi mencapai 7mg.L-1/hari. Kecepatan pelarutan oleh P. putida, P. aeruginosa dan BPF11 masing-masing adalah 1, 2 dan 2.79 mg.L-1/hari.

Aktivitas melarutkan P oleh bakteri BPF3 menurun pada hari ke 14, sedangkan aktivitas bakteri BPF11 meningkat. Penurunan aktivitas pelarutan fosfat terjadi juga pada bakteri pembanding setelah inkubasi hari ke-7. Kadar P terlarut oleh BPF3 naik dari hari ke-0 inkubasi hingga hari ke-7 inkubasi, sehingga aktivitas pelarutannya juga tinggi dan mengalami penurunan aktivitas pada hari ke-14 inkubasi. Menurut Raharjo dkk (2007), penurunan aktivitas pelarutan P terjadi akibat adanya penurunan pH yang menghambat biosintesis asam organik yang dihasilkan bakteri untuk melarutkan P. Teymouri et al. (2016) menyatakan bahwa penurunan pH tidak memiliki korelasi terhadap aktivitas pelarutan P. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab penurunan aktivitas pelarutan P oleh bakteri pelarut P.

Pelarutan P oleh Kultur Campur Bakteri BPF3 dan BPF11

Penelitian ini menitikberatkan pada uji kemampuan kultur campur bakteri dalam melarutkan P dibandingkan dengan isolat tunggal. Tabel 3 menunjukkan bahwa pelarutan P tertinggi terjadi pada kultur campur BPF3 dan BPF11 dengan perbandingan 1:2. Pelarutan P

(13)

91

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

terbesar dilakukan oleh BPFCa2 (perbandingan 1 BPF3 : 2 BPF11) dengan kadar P yang dilarutkan sebesar 41 mg/l selama 14 hari masa inkubasi. Isolat campur BPFCa1 dan BPFCa3 masing-masing melarutkan P sebanyak 28 mg/l dan 39 mg/l selama 14 hari masa inkubasi. Aktivitas pelarutan P tertinggi oleh isolat campur BPFCa2, diikuti BPFCa1 (1:1) dan BPFCa3 (2 BPF3 : 1 BPF11). Aktivitas serta pelarutan yang dilakukan oleh kulltur campur tidak memiliki perbedaan nyata secara statistika (> 0.05).

Aktivitas pelarutan P serta kadar P terlarut oleh kultur campur BPFCa1, BPFCa2 dan BPFCa3 secara statistika memiliki nilai yang berbeda jika dibandingkan dengan nilai aktivitas pelarutan P oleh isolat tunggal BPF3 (p < 0.05), tetapi sama dengan BPF11 (p > 0.05). Hal ini tidak menunjukkan adanya interaksi positif antar isolat BPF3 dan BPF11. Dengan demikian, apabila kedua isolat BPF3 dan BPF11 dicampurkan, maka potensi pelarutan P tidak mengalami peningkatan daripada ketika isolat BPF3 dan BPF11 ditumbuhkan secara tunggal.

Tabel 3. Aktivitas pelarutan fosfat oleh kultur campur selama 7 dan 14 hari

No. Isolat (BPF3 : BPF11) Kadar P (mg/l) Kadar P (mg/l) terlarutkan selama 14 hari Jumlah Sel (CFU/l) Aktivitas Pelarut P (mg/CFU) T0 T7 T14 T7 T14 1. BPFCa1 (1:1) 78 93 106 28 1573 0,00136 0,00127 2. BPFCa2 (1:2) 78 97 119 41 2003 0,00136 0,00146 3. BPFCa3 (2:1) 78 102 106 39 2043 0,00168 0,00098 KESIMPULAN

Berdasarkan konsentrasi P yang dilarutkan dan aktivitas pelarutan, dapat disimpulkan bahwa isolat BPF3 lebih efektif dibandingkan dengan isolat BPF11 maupun isolat pembandingnya (P. putida dan P. aeruginosa). Kedua isolat BPF3 dan BPF11 tidak menunjukkan adanya hubungan timbal balik dalam pelarutan P.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr. V. Irene Meitiniarti, M.P. dan Drs. Rully Adi Nugroho, M.Sc., Ph.D yang telah memberikan dukungan dana dan bimbingan kepada penulis, mulai dari penulisan dan pelaksanaan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Baliah, N. T., G. Pandiarajan and B. M. Kumar. (2016). Isolation, identification and characterization of phosphate solubilizing bacteria from different crop soils of Srivilliputtur Taluk, Virudhunagar District, Tamil Nadu, Trop. Ecol. 57(3), 465-474. Chen, Y. P., P. D. Rekha, A. B. Arun, F. T. Shen, W. A. Lai and C. C. Young. (2006). Phosphate

Solubilizing Bacteria from Subtropical Soil and Their Tricalcium Phosphate Solubilizing Abilities, App. Soil Ecol. 34, 33-41.

Foster KR, Bell T. (2012). Competition, not cooperation, dominates interactions among culturable microbial species, Curr. Biol. 22, 1845–1850.

Ikhtiyarini N., Meitiniarti V.I,. (2016). Aktivitas Isolat Bakteri Pelarut Fosfat yang diperoleh dari Tanah Sawah di Daerah Jalan Lingkar dan Gunung Sari, Salatiga, Poster, IUMS Outreach Programme; Advances in food safety and mycotoxins. FTP UGM, Yogyakarta.

(14)

92

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

Karpagam, T and P. K. Nagalakshmi. (2014). Isolation and characterization of Phosphate Solubilizing Microbes from Agricultural soil, Int. J. Curr. Microbiol. App. Sci 3(3), 601-614.

Khan, Md. S., A. Zaidi and E. Ahmad. (2014). Mechanism of Phosphate Solubilization and

Physiological Functions of Phosphate-Solubilizing Microorganisms, Springer

International Publishing Switzerland.

Krishnaveni, M.S. (2010). Studies on Phosphate Solubilizing Bacteria (PSB) in Rhizosphere and Non-Rhizosphere Soils in Different Varieties of Foxtail Millet (Setaria italica), Int.

J. Agri. Food Sci. Technol. 1(1), 23-39.

Normahani. (2015). Mengenal Pupuk Fosfat dan Fungsinya bagi Tanaman, Diakses: 20/09/2018.

http://balittra.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=article &id=1573&ltemid=5.

Oteino, N., Richard D. Lally, Samuel Kiwanuka, Andrew Lloyd, David Ryan, Kieran J. Germaine and David N. Dowling. (2015). Plant Growth Promotion Induced by Phosphate Solubilizing Endophytic Pseudomonas Isolates, Front. Microbiol. 6(745), 1-9.

Pandey, A., Pankaj Trivedi, Bhavesh Kumar, and Lok Man S. Palni. (2006). Characterization of a Phosphate Solubilizing and Antagonistic Strain of Pseudomonas putida (B0) Isolated from a Sub-Alpine Location in the Indian Central Himalaya, Curr. Microbiol. 53, 102-107.

Paul, D., S.N. Sinha. (2016). Isolation and characterization of phosphate solubilizing bacterium Pseudomonas aeruginosa KUPSB12 with antibacterial potential from river Ganga, India, Annals of Agrarian Science XXX, 1-7.

Qian, Y., J. Shi, Y. Chen, L. Pou, X. Cui, R. Cao, P. Li and J. Tang. (2010). Characterization of Phosphate Solubilizing Bacteria in Sediments from a Shallow Eutrophic Lake and a Wetland: Isolation, Molecular Identification and Phosphorus Release Ability Determination, Molecule,. 15:85, 18-8533.

Raharjo, B. Suprihadi, A. Agustina, D. K. (2007). Pelarutan fosfat anorganik oleh kultur campur jamur pelarut fosfat secara In Vitro, Jurnal Sains & Matematika, 18 (2), 45-54. Rodriguez, H., and R. Fraga. (1999). Phosphate solubilizing bacteria and their role in plant

growth promotion, Biotech. Adv. 17, 319–33.

Saraswati, R. Husen, E. Simanungkalit, R. D. M. (2007). Metode Analisis Biologi Tanah. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian).

Teymouri, M., J. Akhtari, M. Karkhane and A. Marzban. (2016). Assessment of phosphate solubilization activity of Rhizobacteria in mangrove forest, Biocatal. Agric. Biotech. 5, 168–172.

Widawati, S., Suliasih dan A. Muharam. (2010). Pengaruh Kompos yang Diperkaya Bakteri Penambat Nitrogen dan Pelarut Fosfat terhadap Pertumbuhan Tanaman Kapri dan Aktivitas Enzim Fosfatase dalam Tanah, J. Hort. 20(3), 207-215.

(15)

203

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

LAMPIRAN NOTULENSI

A. SIDANG UTAMA Narasumber: Kilala Tilaar

1. Staff Ilmu Kelautan UNDIP Pertanyaan

- Jarang bahan alam yang digunakan dari laut, produk Martha Tilaar yang menggunakan sumber daya laut yang digunakan apa?

- Apa ada potensi dari mikroba laut untuk produk kosmetik? Jawaban

- Laut itu kaya, baru pakai ganggang merah dan ganggang coklat, baru mulai bekerjasama dengan Menteri Susi untuk menggunakan sea cucumber untuk sabun dan sumber collagen. Martha Tilaar di NTB ada pembudidayaan ganggang coklat dan sea cucumber untuk penggunaan bahan dari laut

- Kemungkinan bisa untuk packaging, untuk penggunaan mikroba masih memikirkan bagaimana penggunaannya untuk ke kulit, distribusinya ke konsumen dan ijin dari BPOM

2. Isnaeni (Pusat Penelitian dan Konservasi Tumbuhan) Pertanyaan

- Mohon deskripsikan pemanfaatan dari tanaman anggrek, bagian apa dan untuk apa kegunaannya?

- No animal tested, lalu bagaimana testnya supaya tahu itu aman? Jawaban

- Masih menunggu hasil penelitian tentang pemanfaatan tanaman anggrek, tetapi jika dilihat hasil-hasil penelitian dari luar negeri menunjukan bagian yang dapat digunakan untuk bahan kosmetik yaitu dari akarnya, pemanfaatan bisa dilihat dari kandungan bioaktifnya dari akar, bunga, batang. Belum ada produknya dari Martha Tilaar

- Menggunakan relawan , apakah ada reaksi alergi, menggunakan telur umur 9 hari, menggunakan telur khusus, apakah ada pendarahan di telur atau tidak, artificial kulit manusia dengan uji sel kanker.

3. Anwar (Biologi UNDIP) Pertanyaan

- Side effect dari bahan yang digunakan? Jawaban

- Ada uji toxic, uji logam berat, menggunakan artificial kulit manusia apakah ada reaksi dengan sel-sel kanker atau tidak

4. Dr. Budi Setiadi (UGM) Pertanyaan

- Saran untuk mahasiswa meskipun banyak hasil riset supaya tidak useless? Jawaban

- Mencari celah di market, dosen bisa bantu untuk mencari celah market dan penggunaannya, bias ditanamkan ke mahasiswa, supaya karya bias digunakan ke masyarakat, mencari solusi dari permasalahan disekitar

(16)

204

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

Narasumber: Prof. I Gusti Putu Suryadarma

1. Andreas (UKSW) Pertanyaan

- Bagaimana cara yang tepat supaya masyarakat paham dengan biodiversity dan supaya tahu manfaatnya?

Jawaban

- Biodiversitas disesuaikan dengan jaman sekarang, contohnya dengan metode pendekatan terbalik, pikirkan hilirnya dulu seperti manfaat dan fungsinya, baru ke hulunya. Pemahaman akan lebih mudah dengan adanya “kasus” dan kombinasi dengan semua objek biologi serta penerapan dengan teknologi. Guru hanya mengarahkan bukan lagi mengajarkan informasi dan murid yang akan membuka “web” dan menyelesaikan sendiri. Produk disesuaikan dengan objek biologi, objek psikologi dan objek spiritual. Edukasi bisa dilakukan dengan media seperti sosial media dan ecowisata

Narasumber: Dr. Budi Setiadi

1. Peserta dari FMIPA UNNES Pertanyaan

- Apakah diawali dengan menyediakan bibit unggul dulu, dipilih dulu, pemilihan secara fenotif untuk mengawinkan sampai berapa generasi? Sampai dapat melon dengan ukuran kecil?

Jawaban

- Punya koleksi, mengumpulkannya dengan jalan-jalan atau bekerjasama dengan kolega

- Seleksi, tergantung dengan keinginan diri sendiri, dan peluangnya “high risk, high cost, high profit”

- Menggunakan tenaga molekuler

- Skill, tahu arahnya kemana, belajar, mau menunggu dan tidak instan - Branding, berani untuk ekspos, publikasi, original

B. SIDANG PARALEL

Nama Pemakalah: Anggara Mahardika

1. Dhira Satwika (UKDW, Yogyakarta) Pertanyaan

- Apa realisasi dan penggunaan pada masa mendatang dari Raman Spektroskopi? Apakah dapat digunakan pada bidang lain seperti di lingkungan?

Jawaban

- Bisa, seperti yang sudah dilakukan oleh rekan saya

2. Emma Sharon A.K (UKSW, Salatiga) Pertanyaan

- Mengapa Diatom dapat memproduksi asam lemak saat ada cekaman lingkungan, dan bukan kekurangan asam lemak?

Jawaban

- Diatom dapat menyimpan cadangan makanan sebagai bentuk usaha mempertahankan diri saat ada cekaman lingkungan

(17)

205

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

Nama Pemakalah: Shinta Atilia Diatara, Chay Asdak, Edy Suryadi

1. Anggara Mahardika (Kwansei Gakuin University) Pertanyaan

- Standar kualitas air yang baik dan buruk yang dimaksud untuk apa?

- Apakah dilakukan penelitian mengenai dampak kesehatan yang ditimbulkan dari pengaruh air sumur dan air sungai di kawasan industri tekstil tersebut?

Jawaban

- Standar untuk air minum

- Belum ada, penelitian yang dilakukan hanya mengenai kualitas air sumur dan air sungai di kawasan tersebut

2. Peni (IAIN, Salatiga) Pertanyaan

- Mengapa melakukan penelitian ini di kawasan industri tekstil yang jelas tercemar?

Jawaban

- Penelitian dilakukan di kawasan tersebut karena pada daerah tersebut terdapat instalasi pengolahan air limbah, tetapi data terkesan ditutup-tutupi oleh pabrik atau industri tekstil disana

3. Dhira Satwika (UKDW, Yogyakarta) Pertanyaan

- Jarak antar lokasi sumur tidak terlalu jauh tetapi hasil nilai krom total antara sungai dan sumur hasilnya sama

- Metode apa yang dilakukan dalam pengukuran krom total? Jawaban

- Pada awalnya sampel direncanakan diambil pada saat kemarau tetapi pada saat penelitian ini berlangsung sudah musim penghujan sehingga dugaan awal berbeda dengan hasil yang didapatkan karena air hujan membuat kualitas air menjadi lebih baik karena terjadi pengenceran

- Dengan metode kimiawi Saran

- Untuk penelitian seperti ini metodologi lebih diperhatikan untuk memperhitungkan adanya faktor-faktor lain

Nama Pemakalah : William Wijaya, Dhira Satwika, Suhardi Djojoatmojo

1. Abigayle Jenne (UKSW, Salatiga) Pertanyaan

- Perbedaan permodelan penelitian ini dengan permodelan matematika biasa? Jawaban

- Tidak ada perbedaan, ini hanya pengolahan biasa hanya dengan pengukuran permodelan matematika, dari hasil yang mengikuti pola tertentu, permodelan ini untuk membangun peramalan hasilnya sehingga mungkin dapat lebih baik

2. Anggara Mahardika (Kwansei Gakuin Univesity) Pertanyaan

- Jika di lapangan, misalnya pada fosfat. Apa yang menyebabkan terjadinya fluktuasi?

(18)

206

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

- Perbedaan valensi fosfat yang menyebabkan perbedaan kelarutannya dalam air. Oksidasi dan reduksi jufa mempengaruhi.

3. Rully Adi Nugroho (UKSW, Salatiga) Pertanyaan

- Penjelasan grafik BOD pada powerpoint dan model penyajiannya, lalu apa saja faktor yang diperhatikan dari pengukuran air lindi?

Jawaban

- Aktifitas lain yang belum teramati misalnya laju fotosintesis, pada penelitian ini hanya melakukan pengamatan pada pertumbuhan kana (Canna Sp.) selain itu agen biologi lain juga belum diperhatikan.

-Nama Pemakalah : Suparti dan Agustina Padmaningrum

1. Yupi (LIPI Kebun Raya Bogor). Pertanyaan

- Apakah media yang digunakan ini mudah dicari sehingga diteliti?

- Berapa efektifkah kita menggunakan media alternatif ini? Jawaban

- Lahan pertanian sedikit dan merang juga jarang dijumpai, saya mencoba meneliti karna kardus merupakan salah satu limbah dan digunakan juga ampas tebu karena ampas tebu ini hanya dibuang begitu saja dan kedua media ini menjadi ramah lingkungan jika dimanfaatkan.

- Belum ada pengaruh yang signifikan karena belum saya teliti, untuk lebih baik nanti saya akan teliti lebih lanjut.

2. Kas (UKSW) Pertanyaan

- Kontrol atau media pada merang ada atau tidak?

- Kardus yang mana yang harus digunakan untuk membuatnya dan treatment apa yang dilakukan?

Jawaban:

- Tidak ada.

- Kardus box yang besar yang tulisannya harus dihilangkan terlebih dahulu dengan cara merendam dan dikelupasi.

Nama Pemakalah: Dhanang P, Windu Merdeka Wati, Arisia Putri S.M

1. Intan Pertanyaan

- Cara untuk mengkonsumsinya kan dengan diseduh dengan air panas, apakah nantinya klorofil yang ada akan berkurang dengan ditambahnya air panas dan proses pengeringan?

Jawaban

- Tidak, mungkin akan berangsur-angsur hilang tapi dalam kurun waktu yang lama karena dari bahan sintetis.

- Untuk tahan lamanya sendiri belum diteliti , karna saya meneliti hanya sampai tahap akhir saja.

2. Dewi (Mahasiswa UKSW) Pertanyaan

(19)

207

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

- Berapa nilai absorbansinya ? Jawaban:

- Perbandingannya dengan 2 sendok teh dan untuk perbandingan airnya sendiri belum di uji.

- Semakin tinggi suhu nilai absorbansinya menurun sehingga paling tepat pada suhu 600C.

3. Kas (UKSW) Pertanyaan

- Pada proses pengeringannya itu sebelum dicampur atau sesudah dicampur? Jawaban

- Karena rumput laut ini memiliki potensi, dan dimasukan kedalam vakum sehingga didapatkan bubuk.

Nama Pemakalah: Suparti dan Utami Anggriyatno

1. Yupi(LIPI kebun Raya Bogor). Pertanyaan

- Kira-kira jamur yang dihasilkan ini memiliki perbandingan tidak atau dari segi positifnya dengan hasil dari petani yang lain?

Jawaban:

- Hal positifnya ada dengan menggunakan plastik 1 kg sedangkan para petani menggunakan plastik yang agak besar, dan lebih cepat miseliumnya tumbuh memenuhi baclog. Untuk diameter jamurnya sendiri dibandingkan dengan petani jamur badan buahnya lebih lebar tetapi sedikit jumlah jamurnya dibandingkan dengan petani jamur lainnya.=

Nama Pemakalah : Yupi Isnaini(LIPI Kebun Raya Bogor)

1. Agustina(UNS) Pertanyaan:

- Mengapa dengan kondisi yang sedikit sporofitnya malah banyak? Jawaban:

- Awalnya dilihat dari kondisi nutrisi yang dihutan, saat mengkulturkan banyak studi literatur dan mencari tau media apa yang dipakai dan yang bagus adalah ¼ MS dari ½, ¼. Setelah itu dicari kelebihan dan kekurangan dariunsur haranya. 2. Intan

Pertanyaan:

- Waktu panen yang dihasilkan sampai tumbuh bulu-bulu pada tubuhan paku itu berapa lama?

- Tekstur tanahnya seperti apa? Jawaban:

- Belum tahu, karena belum mencoba menanam di hutan dan yang jelas ini tahunan.

- Untuk tanahnya sendiri agak basah dan ternaungi tidak terlalu pasir tetapi tanah. 3. Kas (UKSW)

Pertanyaan:

- Sejauh mana yang sudah dieksplor ke LIPI? Jawaban:

(20)

208

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

- Mencoba penyebaran sporofit secara alami tetapi memang lebih enak dikontrol di lab.

Nama Pemakalah: Hafidhah Hasanah, I.G.P. Suryadarma

1. Agus (UKSW) Pertanyaan

- masalah apa yang dihadapi selama penelitian? Jawaban

- Menuju lokasi belum ada akses jalan, belum mendapat perhatian dari pemerintah untuk mengelolah sekolah.

2. Ita (UKSW) Pertanyaan

- LKPD itu kegiaatannya seperti apa? Berapa lama pengembangannya?

- Materi apa yang dikembangkan? Jawaban

- LKPD berisi kegiatan aktivitas di luar ruangan dengan memanfaatkan obyek wisata Batu Ondo. Pengembangan 1 tahun. Penerapan 1-4 kali dalam satu kelas.

- Materi Ekosistem biotik abiotic. 3. Desy (UKSW)

Pertanyaan

- Bagaimana cara mengukur berpikir kritis?

- Potensi lokal apa saja yag termuat di obyek wisata? Jawaban

- Pretest, posttest, jenis soal pilihan gandaa 10 soal beralasan

- Indikator dari mengobservasi jenis-jenis biota dana biota yang ada disana.

Nama Pemakalah: Laras Auliantika Hapsari, I.G.P. Suryadarma

1. Desy (UKSW) Pertanyaan:

- Apa batasan dari kearifan lokal?Apa saja kearifan lokal yang ada di Dieng? Jawaban:

- Pola perilaku yang ada di lingkungan. Dieng merupakan dataran tinggi yang kebanyakan bertani. Teknik bertani agroforestry, tanaman yang dibudidayakan kentang dan karika. Petani memanfaatkan kotoran ternak yang dijadikan pupuk dan sisa sisa dari tumbuhan yang digunakan bahan pakan ternak.

Gambar

Tabel 1. Hasil isolasi bakteri pelarut P dari rizosfer tanah dan pupuk kandang  No.  Asal Sampel (Rizosfer
Tabel 2. Perbandingan aktivitas pelarutan P oleh kultur tunggal selama 7 (T7) dan 14 (T14) hari  No
Tabel 3. Aktivitas pelarutan fosfat oleh kultur campur selama 7 dan 14 hari

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah dilaksanakannya tahapan evaluasi penawaran sampai dengan evaluasi kualifikasi oleh Pokja Barang Unit Layanan Pengadaan Kab. Aru untuk paket

Pada ujaran-ujaran yang melanggar maksim kuantitas dan relevansi, maksim cara juga dilanggar karena informasi dalam ujaran menjadi tidak jelas dan tidak singkat.. Pemenuhan

Selain itu, alat ini dilengkapi dengan kipas yang berguna untuk memisahkan antara kulit ari dengan kacang tanah yang telah dikupas sehingga hasil akhir berupa

Adakah pengendalian sistem komunikasi data seperti encryption dan firewall agar jaringan sistem informasi tidak diakses oleh pihak yang tidak

Informasi dari hasil wawancara dari guru IPA disana sudah menggunakan beberapa media yang telah disediakan oleh sekolah seperti LCD, perlengkapan

Dengan semakin meningkatnya persaingan diberbagai bidang usaha baik bidang jasa maupun perdagangan, maka semakin banyak pula para pengusaha yang berlomba-lomba untuk

Ilham Pramadika,2012, Rancang Bangun Sistem Hidrolik Pada Mesin Press Batako Styrofoam Dan Botol Plastik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dhimas Ady Permana,2010,

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Inseptisol yang berasal dari Kwala Bekala seberat 5 kg Tanah Kering Oven (TKO) per polibag