• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP BANGUNAN LIAR DI SEPANJANG GARIS SEMPADAN SUNGAI KECAMATAN RANTEPAO KABUPATEN TORAJA UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP BANGUNAN LIAR DI SEPANJANG GARIS SEMPADAN SUNGAI KECAMATAN RANTEPAO KABUPATEN TORAJA UTARA."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

i

GARIS SEMPADAN SUNGAI KECAMATAN RANTEPAO KABUPATEN TORAJA UTARA

Oleh:

RISDAYANTI

Nomor Induk Mahasiswa: 105611127516

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

ii

GARIS SEMPADAN SUNGAI KECAMATAN RANTEPAO KABUPATEN TORAJA UTARA

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh:

Risdayanti

Nomor Induk Mahasiswa: 10561 11275 16

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengawasan Pemerintah Terhadap Bangunan

Liar Di Sepanjang Garis Sempadan Sungai Kecamatan Rantepao Kabupaten Toraja Utara”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Ansyari Mone M.Pd, selaku Pembimbing I dan Bapak Adnan Ma’ruf S.Sos, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. 4. Kedua orang tua Burhan Padang dan Asmawati , nenek tercinta Sattu serta

Rahmat Risal, Riska Angraeini ,Maqfira dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan, baik moril maupun materil.

5. Rekan-rekan tercinta dari jurusan Ilmu Administrasi Negara Kelas G angkatan 2016 untuk segala cerita, kenangan, dan kebersamaanya serta semua pihak yang

(7)
(8)

viii

Terhadap Bangunan Liar Di Sepanjang Garis Sempadan Sungai Kecamatan Rantepao Kabupaten Toraja Utara.

Penelitian ini di dasarkan pada fenomena banyak bangunan liar di sepanjang garis sempadan sungai. Kebanyakan masyarakat yang mendirikan bangunan liar tersebut karena kehabisan lahan untuk di jadikan tempat tinggal maupun tempat usaha.

Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Lokasi penelitian berada di sepanjang garis sempadan sungai kecamatan Rantepao dan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Fokus penelitian ini berdasarkan pada Peraturan Daerah Toraja Utara Nomor 6 Tahun 2018 yang berisikan perangkat aturan baru terkait jarak pendirian bangunan dengan garis sempadan jalan dan garis sempadan sungai yang dikombinasikan dengan Teori Teknik Teknik Pengawasan Siagian yaitu Pengawasan Langsung dan Pengawasan Tidak Langsung.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu, 1) Pengawasan langsung, hasil inspeksi langsung, on the spot observation (Pengamatan di Tempat) dan on the spot report yang di lakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah terlaksana dengan baik dengan berkurangnya bangunan liar yang berdiri di sepanjang garis sempadan sungai dan tumpukan sampah yang tidak terlihat lagi. 2) Pengawasan Tidak Langsung, hasil pengawasan secara tertulis telah memadai dan optimal. Pengawasan bangunan liar di sepanjang garis sempadan sungai cukup optimal dengan berkurangya bangunan tempat tinggal maupun tempat usaha di sepanjang garis sempadan sungai di kecamatan Rantepao. Diharapkan pengawasan tersebut dipertahankan dan lebih di tingkatkan, agar tidak ada lagi bangunan liar yang muncul di sepanjang garis sempadan sungai.

(9)

ix DAFTAR ISI

PERSETUJUAN UJIAN HASIL ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Penelitian Terdahulu ... 6

B. Konsep Pengawasan ... 7

C. Kerangka Pikir ... 19

D. Fokus Penelitian ... 20

E. Deskripsi Fokus ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 22

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 22

C. Sumber Data ... 22

D. Informan Penelitian ... 23

E. Teknik Pengumpulan Data ... 24

F. Teknis Analisi Data ... 24

G. Teknik Pengabsahan Data ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 27

A. D eskripsi Lokasi Penelitian ... 27

(10)

x

C. Pembahasan ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 23 Tabel 4.3 Daftar Bangunan Liar Kecamatan Rantepao... 36 Tabel 4.4 Bagan Jarak Garis Sempadan Sungai ... 41 Tabel 4.5 Daftar Bangunan Liar Kecamatan Rantepao Setelah Pengawasan ... 53

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir... 20

Gambar 4.1 Peta Toraja Utara ... 27

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas PUPR ... 33

Gambar 1.1 Surat Izin Penelitian PTSP Kota Makassar ... 61

Gambar 2.1 Surat Izin Penelitian PTSP Kabupaten Toraja Utara ... 62

Gambar 3.1 Surat Telah Melakukan Penelitian ... 63

Gambar 4.1 Wawancara Dengan Kasubag Dinas PUPR ... 64

Gambar 5.1 Wawancara Dengan Masyarakat ... 66

(13)

1 A. Latar Belakang

Permasalahan bangunan liar merupakan masalah yang memang sudah pasti ada di seluruh Kota di Indonesia. Bangunan liar merupakan bangunan yang dibangun di tempat yang bukan menjadi peruntukannya dan didirikan tanpa izin dari pejabat pemerintahan yang berwenang, terutama di sekitar bantaran sungai yang termasuk dalam garis sempadan yaitu garis batas luar pengamanan sungai.

Pemerintah Kabupaten Toraja Utara melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada bulan Oktober 2019 telah melaksanakan sosialisasi terkait Perda Kabupaten Toraja Utara Nomor 6 tahun 2018 menggantikan Perda No.35 tahun 2017, perda tersebut berisikan perangkat aturan baru terkait jarak pendirian bangunan dengan garis sempadan jalan dan garis sempadan sungai, garis sempadan sungai bertanggul dalam kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada perda nomor 6 tahun 2018 ditentukan paling sedikit 5 meter dari tepi sepanjang garis sempadan sungai.

Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang sungai, menjelaskan bantaran sungai merupakan lahan pada kedua sisi sepanjang garis sempadan sungai di hitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Tetapi di Rantepao masih banyak kita jumpai bangunan liar dibangun di tempat yang bukan menjadi peruntukannya dan didirikan tanpa izin dari pejabat pemerintahan yang berwenang, terutama di sekitar bantaran sungai yang termasuk dalam garis sempadan yaitu garis batas luar pengamanan sungai yang diatur dalam Peraturan

(14)

Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 6 Tahun 2018 tentang Garis Sempadan Jalan dan Garis Sempadan Sungai.

Masalah bangunan liar yang berdiri di sepanjang garis sempadan sungai di kecamatan Rantepao kelurahan Buntu pasale dengan jumlah bangunan sebanyak 34 tempat tinggal maupun tempat usaha memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan sekitanya, seperti halnya dapat mengakibatkan longsor maupun erosi, pencemaran sungai karena pembuangan sampah maupun karena air limbah bekas masyarakat sekitar, serta dapat menggangu fungsi sungai maka dari itu agar permasalahan bangunan liar di sepanjang garis sempadan sungai tersebut tidak terulang secara terus menerus, maka diperlukan adanya pengawasan agar terwujudnya ketertiban bangunan dan masalah seperti itu tidak terulang kembali, dengan adanya kerjasama dari semua elemen yang bertanggung jawab yakni Dinas pekerjaan umum dan perumahan rakyat serta masyarakat, maka dapat memudahkan dalam menata permasalahan bangunan liar yang ada di sepanjang garis sempadan sungai.

Pemerintah Toraja Utara dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Rantepao dalam menangani permasalahan banyaknya bangunan liar yang berada di sepanjang garis sempadan sungai telah bertindak tegas dengan menertibkan bangunan liar di sepanjang garis sempadan sungai yang melanggar Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 6 Tahun 2018 tentang Garis Sempadan Jalan dan Garis Sempadan Sungai. Maka menertibkan bangunan liar tersebut yang tidak mempunyai bukti kepemilikan atas lahan yang di tempati masyarakat.

(15)

Menurut data statistik Kabupaten Toraja Utara jumlah penduduk Kecamatan Rantepao berdasarkan sensus 2019 tercatat 26.811 jiwa sedangkan pada kelurahan Buntu Pasele berdasarkan sensus 2019 tercatat 1.985 jiwa. Adanya bangunan liar di sepanjang garis sempadan sungai tentunya memberikan dampak yang buruk, baik bagi lingkungan. Karena bangunan liar yang ada di sepanjang garis sempadan sungai pastinya tidak hanya satu maupun dua namun berjejer banyak sehingga dampak yang ditimbulkan sangat luas. Beberapa dampak yang dapat terjadi dengan adanya bangunan liar ini antara lain ialah dapat merusak nilai fungsioanl dan estetika kota, yang dimaksud dengan merusak nilai fungsional dan estetika Kota ialah merusak keindahan dan fungsi yang seharusnya dari suatu tempat tersebut dalam hal ini ialah sepanjang wilayah pinggiran sungai.

Normalnya sepanjang wilayah pinggiran sungai harus bebas dari bangunan apapun, Selain itu dampak lingkungan yang ditimbulkan apabila banyaknya bangunan liar yang ada ialah dapat mengakibatkan banjir dan dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan lahan karena lahan yang di tempati dan di jadikan bangunan liar bukanlah lahan yang boleh untuk di jadikan bangunan liar.

Agar masalah bangunan liar yang ada di sepanjang garis sempadan sungai tersebut tidak terulang terus menerus diperlukan adanya pengawasan dari seluruh elemen yang bersangkutan baik masyarakat sekitar, pengawas Dinas dan lain lain. Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.

(16)

Dengan dilakukannya pengawasan oleh pihak pihak yang terkait masalah bangunan liar tersebut maka setidaknya dapat meminimalisir terulangnya permasalahan bangunan liar yang berulang kali didirikan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Berdasarkan dengan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Kabupaten Toraja Utara dengan judul “Pengawasan Pemerintah Terhadap Bangunan Liar Di Sepanjang Garis Sempadan Sungai Kecamatan Rantepao Kabupaten Toraja Utara“.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

Bagaimana pengawasan pemerintah terhadap bangunan liar di sepanjang garis sempadan sungai kecamatan Rantepao Kabupaten Toraja Utara oleh Dinas Pekerjaan Umun Dan Perumahan Rakyat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui pengawasan pemerintah terhadap bangunan liar di sepanjang garis sempadan sungai oleh Dinas Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

(17)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini bermanfaat bagi penulis yaitu dalam rangka menganalisa dan menjawab keingintahuan penulis terhadap rumusan masalah dalam penelitian, Sehingga dapat diketahui bagaimana pengawasan pemerintah terhadap bangunan liar disepanjang garis sempadan sungai oleh Dinas pekerjaan umum dan perumahan rakyat, dan juga dapat diketahui apakah kendala pengawasan terhadap bangunan liar di sepanjang garis sempadan sungai.

b. Untuk menambah ilmu pengetahuan, serta memperluas cakrawala berfikir dan melatih kemampuan dalam melakukan penelitian pengawasan dan menuangkan dalam bentuk tulisan.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat Memberikan sumbangan pemikiran kepada para pihak yang berkepentingan dalam penanganan bangunan liar sendiri dan dapat membantu memberikan gambaran pada masyarakat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bangunan liar.

(18)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Wicaksosno (2016) Dampak sinergitas pengawasan antara stakeholder dalam penataan bangunan di sepanjang wilayah sepanjang pinggiran sungai buntung kecamatan baru kabupaten sidoarjo. Hasil penelitian ini mengatakan sinergitas pengawasan antara stakeholder dalam penataan bangunan liar di sepanjang wilayah pinggiran sungai buntung baru, kabupaten sidoarjo sudah terlihat bagus. Hal ini bisa terlihat pada sudah optimalnya koordinasi yang dilakukan antara lembaga pengawas bangunan liar dalam melaksanakan pengawasan dan pekerjaan di lapangan

Amanda (2018) Pengawasan terhadap bangunan liar di sepanjang garis sempadan jalan oleh satuan polisi pamong praja kota Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian mengatatakan bahwa, pada pelaksanaan pengawasan menggunankan teknik pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung Upaya pengawasan dan penertiban bangunan liar sudah di lakukan Satuan Polisi Pamong Praja Surabaya dalam pengawasan langsung dengan On The Spot Observation Di Jalan Pandegiling Surabaya tetapi pelaksaan pengawasan tersebut belum maksimal karena masih terdapat bangunan liar yang menimbulkan berbagai masalah diantaranya menimbulkan kemacetan yang cukup padat mengingat sempitnya area jalan yang di penuhi bangunan tempat tinggal warga maupun usaha para warga sekitar yang memanfaatkan keramaian jalan Pandegiling untuk mencari penghasilan.

(19)

Syahrir (2020) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengawasan pemerintah terhadap pengelolaan sumber daya alam terkait dengan penambangan pasir ilegal di desa Tamalate. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan enam informan. Teknik pengumpulan data adalah observasi dan wawancara dengan informan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengawasan belum berjalan maksimal sehingga tidak dapat meminimalisir terjadinya penambangan yang tidak mendapatkan izin. Faktor yang mempengaruhi pengawasan adalah sumber daya manusia yang masih kurang efektif karena masyarakat berpendidikan rendah sehingga memilih menjadi penambang sedangkan partisipasi masyarakat sudah bekerjasama sesuai dengan keinginan pemerintah untuk menjaga lingkungan agar tidak terjadi longsor.

B. Konsep Pengawasan 1. Pengertian Pengawasan

Siagian (2000), Pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu juga merupakan usaha sadar dan sistemik untuk lebih menjamin bahwa semua tindakan operasional yang diambil dalam organisasi benar-benar sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah dilakukan, artinya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, dengan menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan Menurut Terry (2006).

(20)

Pengawasan dapat diartikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang di rencanakan dengan instruksi yang telah diberikan dan dengan prinsip-prinsip yang telah digariskan menurut Hani Handoko. Menurut Simbolon Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Pengawasan merupakan salah satu tahap dari fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh Pearce dan Robbinson dalam (Silalahi, 2017) diantaranya yaitu fungsi perencanaan, pengorganisasian, directing, dan fungsi controling. Pengawasan yang dimaksudkan Adisasmita (2011) yaitu suatu cara mencegah peluang distorsi akan perencanaan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Djamaluddin (dalam Adisasmita, 2011) pengawasan adalah salah satu cara dari beberapa fungsi-fungsi manajemen yang memastikan pengimplementasian tugas-tugas bekerja sesuai ukuran yang telah ditentukan dalam perencanaan.

Pengawasan merupakan fungsi dari manajemen yang digunakan dalam mengukur serta mengoreksi atau memperbaiki kinerja apakah telah mencapai tujuan yang telah direncanakan untuk dicapai. (Heinz dan Koontz dalam Manullang, 2014).

Pengawasan merupakan suatu temuan dan upaya pelaksanaan dalam memastikan rencana yang telah direalisasikan sesuai dengan yang diputuskan sebelumnya (Wijayanti, 2005).

(21)

Pengawasan merupakan suatu kegiatan mengawasi apakah tugas yang diberikan dari organisasi telah sesuai dengan renacana ataukah belum. Serta dengan mengawasi pengguanaan dari sumber daya dalam suatu organisasi agar dapat digunakan secara efektif serta efisien tanpa ada penyimpangan dari rencan. (Terry dalam Silalahi, 2017).

Menurut Koontz dan O’Donnel dalam Sukarna (2011), Pengawasan adalah penilaian dan koreksi atas pelaksanaan kerja yang dilakukan oleh bawahan dengan maksud untuk mendapatkan keyakinan atau menjamin bahwa tujuan-tujuan perusahaan dan rencana-rencana yang digunakan untuk mencapainya dilaksanakan. Perencanaan dan pengawasan merupakan dua sisi mata uang, sehingga jelas bahwa tanpa adanya perencanaan, pengawasan tidak akan mungkin dilaksanakan karena tidak ada pedoman untuk melaksanakan pengawasan, sedangkan rencana tanpa pengawasan berarti penyimpangan dan atau penyelewengan yang serius tanpa ada alat yang mencegahnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil satu kesimpulan bahwa proses pengawasan merupakan hal yang paling penting dalam menjalankan kegiatan organisasi. Oleh karena itu setiap pimpinan harus dapat menjalankan fungsi pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi akan memberi implikasi terhadap pelasanaan rencana, sehingga perencanaan akan baik jika pengawasan dilakukan secara baik, dan tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah proses pengawasan dilakukan. Dengan demikian peranan pengawasan sangat menentukan baik buruknya pelaksanaan suatu rencana.

(22)

2. Tujuan Dan Fungsi Pengawasan

Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan kegiatan bisa berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Semua aktifitas organisasi harus diawasi dengan pengawasan yang baik, efektif dan efisien yang harus dilakukan secara sistematis, Pengawasan yang sistematis akan memberikan hasil yang optimal.

Menurut Kusnadi (2002), tujuan pengawasan pada umumnya meliputi:

a. Pengukuran kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, pengaturan dan hukum yang berlaku.

b. Menjaga sumber daya yang dimiliki organisasi.

c. Pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi.

d. Dipercayainya informasi dan keterpaduan informasi yang ada dalam organisasi.

e. Kinerja yang sedang berlangsung dan kemudian membandingkan kinerja aktual dengan standar serta meningkatkan tingkat penyimpangan dan kemudian mencari solusi yang tepat.

3. Prinsip- Prinsip Pengawasan Menurut Handayaningrat (2000):

Upaya untuk mendapatkan pengawasan yang efektif, maka perlu dipenuhi prinsip-prinsip dari pengawasan itu sendiri. Prinsip-prinsip pengawasan antara lain:

(23)

b. Pengawasan harus bersifat objektif, jujur, dan mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.

c. Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut peraturan-peraturan yang berlaku, berorientasi terhadap kebenaran atas prosedur yang telah ditetapkan, dan berorientasi terhadap tujuan (manfaat) dalam pelaksanaan pekerjaan.

d. Pengawasan harus menjamin daya dan hasil guna pekerjaan.

e. Pengawasan harus berdasarkan standar yang objektif, teliti dan tepat. f. Pengawasan harus bersifat terus-menerus (continue).

g. Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik (feedback) terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan, dan kebijaksanaan untuk waktu yang akan datang

4. Macam-Macam Pengawasan Menurut Handayaningrat (2000):

Pengawasan dapat dibedakan dalam beberapa macam, yaitu pengawasan dari dalam, pengawasan dari luar, pengawasan preventif, dan pengawasan

repressif.

a. Pengawasan dari dalam (internal control): pengawasan dari dalam, berarti pengawasan yang dilkukan oleh aparat atau unit pengawasan yang dibentuk di dalam organisasi itu sendiri. Aparat atau unit pengawasan ini bertindak atas nama pimpinan organisasi. Aparat atau unit pengawasan ini bertugas mengumpulkan segala data dan informasi yang diperlukan oleh pimpinan

(24)

organisasi. Data dan informasi ini dipergunakan oleh pimpinan untuk menilai kemajuan dan kemunduran dalam pelaksanaan pekerjaan.

b. Pengawasan dari luar organisasi (external control): pengawasan external berarti pengawasan yang dilakukan oleh aparat atau unit pengawasan dari luar organisasi itu, aparat atau unit pengawasan dari luar organisasi tersebut adalah aparat pengawas yang bertindak atas nama atasan dari pimpinan organisasi itu, atau bertindak atas nama pimpinan organisasi itu karena permintaannya.

c. Pengawasan Preventif, pengawasan preventif ialah pengawasan yang dilaksanakan sebelum rencana itu dilaksanakan. Maksud dari pengawasan preventif ini adalah untuk mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan dalam pelaksanaan. Dalam pelaksanaan sistem anggaran, pengawasan preventif disebut pre-audit.

Pengawasan preventif dapat dilakukan dengan usaha-usaha sebagai berikut: 1) Menentukan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan sistem,

prosedur, hubungan, dan tata kerjanya.

2) Membuat pedoman atau manual sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

3) Menentukan kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.

4) Mengorganisasikan segala macam kegiatan, penempatan pegawai, dan pembagian pekerjaan.

5) Menentikan sistem koordiansi, pelaporan, dan pemeriksaan.

6) Menetapkan sanksi-sanksi terhadap pejabat yang menyimpang dari peraturan yang telah ditetapkan.

(25)

d. Pengawasan Represif, pengawasan represif ialah pengawasan yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan. Maksud diadakannya pengawasan

represif ialah untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan pekerjaan agar

hasilnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan represif ini dapat menggunakan sistem-sistem pengawasan sebagai berikut:

1). Sistem Komperatif

a) Mempelajari laporan-laporan kemajuan (progress report) dari pelaksanaan pekerjaan, dibandingkan dengan jadwal rencana pelaksanaan.

b) Membandingkan laporan-laporan hasil pelaksanaan pekerjaan dengan rencana yang telah diputuskan sebelumnya

c) Mengadakan analisa terhadap perbedaan-perbedaab tersebut, termasuk faktor lingkungan yang mempengaruhinya.

d) Memberikan penilaian terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan, termasuk para penanggung jawabnya.

e) Mengambil keputusan atas usaha perbaikan atas penyempurnaannya. 2). Sistem Verifikatif

a) Menentukan ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan prosedur pemeriksaan.

b) Pemeriksaan tersebut harus dibuat laporan secara periodik atau secara khusus.

c) Mempelajari laporan untuk mengetahui perkembangan dari hasil pelaksanaannya.

(26)

d) Mengadakan penilaian terhadap hasil pelaksanaannya.

e) Memutuskan tindakan-tindakan perbaikan dan penyempurnaannya. 3). Sistem Inspektif Sistem inspektif dimaksudkan untuk mengecek

kebenaran dari suatu laporan yang dibuat oleh para petugas pelaksanaannya. Dalam pemeriksaan di tempat instruksi-instruksi diberikan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan pekerjaan. Inspeksi dimaksudkan juga untuk memberikan penjelasan-penjelasan terhadap kebijaksanaan pimpinan.

4).Sistem Investigatif Sistem ini lebih menitikberatkan terhadap penyelidikan atau penelitian yang lebih mendalam terhadap suatu masalah yang bersifat negatif. Penyelidikan atau penelitian ini didasarkan atas suatu laporan yang masih bersifat hipotesa (anggapan). Laporan tersebut mungkin benar dan mungkin salah. Oleh karena itu perlu diteliti lebih dalam untuk dapat mengungkapkan hipotesa tersebut. Agar dapat memperoleh jawaban yang benar diperlukan pengumpulan data, menganalisa, atau mengelola data dan penilaian atas data tersebut. Berdasarkan atas hasil penelitian tersebut, kemudian segera diambil keputusannya.

C. Tugas dan Fungsi Pemerintah

Pemerintah merupakan organisasi yang mempunyai kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Pemerintah sebagai sekumpulan orang-orang yang mengelola kewenangan-kewenangan, melaksanakan kepemimpinan dan koordinasi pemerintah serta

(27)

pembangunan masyarakat dari lembaga-lembaga dimana mereka ditempatkan. Pemerintah merupakan organisasi atau wadah orang yang mempunyai kekuasaan dan lembaga yang mengurus masalah kenegaraan dan kesejahteraan rakyat dan negara.

Pemerintahan dalam arti luas merupaka segala bentuk kegiatan badan-badan publik yang meliputi kegiatan legislatif, eksekutif dan yudiktif dalam usaha mencapai tujuan negara serta segala urusan yang dilakukan negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara sendiri. Sedangkan dalam arti sempit yaitu segala kegiatan badan-badan publik yang hanya meliputi kekuasaan eksekutif.

Pemerintah merupakan suatu gejala yang berlangsung dalam kehidupan bermasyarakat yaitu hubungan antara manusia dengan setiap kelompok termasuk dalam keluarga. Masyarakat sebagai siatu gabungan dari sistem sosial, akan senantiasa menyangkut dengan unsur-unsur pemenuhan dasar manusia seperti keselamatan, istirahat, pakaian dan makanan.

Secara umum pemerintah memiliki lima fungsi /tugas utama (main

function) eksekutif Rewansyah (2011) yaitu:

a. Fungsi pengaturan/regulasi

Merupakan fungsi yang tidak dapat didelegasikan atau dipindahkan maupun diprivatisasikan kepada organisasi atau lembaga diluar pemerintah. Kebijakan ini dapat berupa tertulis dan tidak teertulis, kebijakan-kebijakan pemerintahan negara perlu dirumuskan secara tertulis dengan mengikuti”national legal

(28)

yang tepat sehingga memiliki kekuatan dan kepastian hukum serta jelas keterkaitan dan kesesuainnya satu sama lain dan dapat dipertanggungjawabkan dihadapan pemegang kedaulatan rakyat.

b. Fungsi pelayanan kepada masyarakat

Tiga fungsi hakiki pemerintahan, yaitu pelayanan (service), pemberdayaan (Empowertment), dan pembangunan (Development). Fungsi pelayanan yaitu pemerintah sebagai penyedia jasa pelayanan public yang tidak dapat diprivatisasikan termasuk jasa hukum, layanan civil dan layanan birokrasi. c. Fungsi perberdayaaan masyarakat

Fungsi ini merupakan fungsi yang berhubungan secara negative dengan kondisi ekonomi, politik, dan sosial warga masyarakat dalam arti: semakin tinggi taraf hidup masyarakat, semakin kuat posisi tawar (bargaining position) dan semakin integrative masyarakat. Pemberdayaan terus menerus, kophrensif, dan stimulan sampai ambang batas tercapainya keseimbangan yang dinamis antara pemerintah dan warga masyarakat.

d. Fungsi pengelolaan aset/kekayaan Negara

Aset dan kekayaan negara merupakan sumber data yang terdapat di bumi Indonesia yang merupakan hak milik Negara Indonesia yang dikelola atau di urus oleh pemerintah. Sumber daya alam dewasa ini sudah menjadi komoditas politik baik di dalam maupun ke luar. Pengelolaan sumber daya merupakan penataan barang-barang, baik yang mempunyai manfaat lebih dari setahun

(29)

perencanaan, pengadaan, penerima/penyimpanan, pendistribusian, pemeliharaan, penghapusan/pelelangan, pengawasan, evaluasi, dan pelaporan. e. Fungsi keamanan, Ketertiban, Pengamanan dan Perlindungan (Polisional)

Fungsi ini sudah termasuk dan terkait dengan fungsi pemerintah di bidang perumusan kebijakan (pengaturan), pelayanan, pemberdayaan, dan fungsi pengelolaan aset dan kekayaan Negara. Misalnya, fungsi keamanan dan ketertiban umum merupakan tugas aparatur kepolisian yang dapat juga dirumuskan Sebagai fungsi pelayanan keamanan dan ketertiban umum kepolisian.

Izin mendirikan bangunan atau biasa dikenal dengan IMB adalah sebuah produk hukum yang berisi perizinan yang diberikan oleh Kepala Daerah kepada pemilik bangunan untuk membangun bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. Adapun alur proses pembuatan IMB yaitu:

1. Mengambil formulir pengurusan IMB di Dinas Pekerjaan Umum (PU) setempat

2. Formulir permohonan izin untuk IMB rumah tinggal yang sudah diisi dan ditandatangani di atas materai Rp. 6.000

3. Formulir dilegalisir kelurahan dan kecamatan tempat bangunan akan didirikan

4. Formulir yang sudah diisi beserta kelengkapan lampiran diserahkan ke PU 5. Pemohon akan diberitahu apakah pemohonan izin bangunan disetujui atau

(30)

D. Bangunan Liar

Salah satu aspek yang paling mendasar dalam kehidupan yang layak dan sesuai dengan martabat kemanusiaan adalah rumah tempat berteduh dan bermukim. Oleh karena itu, permukiman amat mendasar hakikatnya bagi upaya pembangunan yang berjiwa pemerataan dan berkeadilan. Bangunan liar merupakan bangunan yang didirikan secara tidak sah atau ilegal, karena tidak memiliki izin membagun atau mendirikan di atas tanah yang bukan milik sendiri. Kondisi seperti ini diakibatkan Jumlah penduduk yang banyak setiap tahun sehingga berkurangnya lahan untuk tinggal yang mana membuat masyarakat mendirikan bangunan bangunan tanpa izin dan tidak pada tempatnya menurut Handoko (1998).

Bangunan yang di dirikan tidak sesuai dengan peruntukan dan tata ruang serta bangunan bangunan liar di berbagai lokasi dan kawasan, yang akhirnya banyak terjadi penggusuran bangunan secara paksa.

Pengawasan bangunan liar dalam konteks ini bukanlah proses mengawasi antara manager dengan bawahan, namun mengawasi semua aspek yang berhubungan dengan banguna liar seperti masyarakat, pemerintah setempat, dan lain-lainnya. Apabila semua aspek yang berhubungan dengan bangunan liar melakukan pengawasan, dapat mencegah timbulnya pembangunan liar kembali.

Banyak cara yang bisa dilakukan selain mengawasi. Namun pengawasan ialah cara yang paling dasar agar siklus bangun-gusur tidak terjadi lagi. Setelah melakukan pengawasan makan dapat dilakukan langkah lain tersebut. Selain memperbaiki diperlukan juga tindak lanjut untuk masyarakat yang membangun

(31)

bangunan liar tersebut, karena tidak hanya masyarakat miskin yang membangunan bangunan liar tapi juga masyarakat yang mampu juga ada yang secara tidak bertanggung jawab membangun bangunan yang tidak memiliki izin resmi atau IMB (Izin Mendirikan Bangunan) dari pemerintah setempat.

E. Kerangka Pikir

Bantaran sungai merupakan lahan pada kedua sisi sepanjang garis sempadan sungai di hitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Di Rantepao masih banyak kita jumpai bangunan liar dibangun ditempat yang bukan menjadi peruntukannya dan didirikan tanpa izin dari pejabat pemerintahan yang berwenang, terutama di sekitar bantaran sungai yang termasuk dalam garis sempadan yaitu garis batas luar pengamanan sungai yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 6 Tahun 2018 tentang Garis Sempadan Jalan dan Garis Sempadan Sungai.

Berdasarkan hal tersebut penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Siagian (2008), dalam tahapan proses pengawasan Siagian membagi dua tahapan proses pengawasan sebagai berikut :

1. Pengawasan Langsung (Direct Control) a. Inspeksi Lansung

b. On-the-spot observation (pengamatan langsung) c. On-the-spot report (melaporkan lansung

2. Pengawasan Tidak Langsung (Indirect Control) a. Tulisan

(32)

Gambar 2.1 kerangka pikir penelitian

F. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah Peneliti menggunakan teori Siagian dimana teori ini terdapat dua variabel yang mempengaruhi pengawasan yaitu :

1. Pengawasan Langsung (Direct Control) a. Inspeksi Langsung

b. On the Spot Observations c. On the Spot Report

2. Pengawasan Tidak Langsung (Indirect Control) a. Tulisan

Tercapainya Penataan bangunan yang tertib sesuai dengan Perda nomor 6 tahun 2018

Pengawasan Pemerintah Terhadap Bangunan Liar di Sepanjang Garis Sempadan Sungai Kecamatan Rantepao Kabupaten Toraja Utara

Tahapan Proses Pengawasan Menurut Siagian (2008)

1.Pengawasan Langsung

(Direct Control)

2. Pengawasan Tidak Langsung (Indirect Control)

(33)

G. Deskripsi Fokus

1. Pengawasan Langsung (Direct Control)

Pengawasan langsung merupakan pengawasan yang dilakukan langsung oleh pimpinan atau staf pengawas dengan cara mendatangi dan melakukan pemeriksaan ditempat pelaksanaan kegiatan. Pengamatan langsung seperti ini dapat berbentuk.

a. Inspeksi Langsung

Inspeksi langsung merupakan kegiatan pengawasan dengan melakukan pemeriksaan langsung sehingga dapat menentukan suatu tindakan, seperti halnya pada pengawasan bangunan liar dengan melakukan pengecekan jarak antara bangunan dengan garis sempadan sungai.

b. On-the-spot observation (pengamatan langsung)

Pengamatan langsung merupakan bentuk pengawasan dengan memantau dan membuktikan langsung dampak yang di timbulkan dari bangunan liar.

c. On-the-spot report (melaporkan langsung)

Melaporkan langsung merupakan pengawasan berbentuk laporan melalui sosialisasi ke masyarakat mengenai maksud dan tujuan perda.

2. Pengawasan Tidak Langsung (Indirect Control)

Pengawasan tidak langsung merupakan pengawasan yang tidak langsung dilakukan oleh pimpinan atau staf pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ke lokasi melainkan hanya melakukan pengawasan melalui perantara seperti laporan yang berbentuk tulisan.

(34)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu penelitian

Penelitin ini dilaksanakan selama 2 bulan mulai tanggal 12 Agustus sampai tanggal 12 Oktober setelah seminar proposal dilaksanakan.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Adapaun lokasi pada penelitian ini yaitu di Kantor Dinas pekerjaan Umum dan Perumhan Rakyat Kabupaten Toraja Utara.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Dengan tipe penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk mendeskripsikan teori teknik-tekik pengawasan bangunan liar di sepanjang garis sempadan sungai.

C. Sumber Data

Dalam penelitian ini membagi 2 jenis yakni: 1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari informan atau obyek penelitian. Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini maka peneliti melakukan wawancara kepada informan.

(35)

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data-data tertulis yang digunakan sebagai informasi pendukung dalam analisis data primer. Data ini pada umumnya berupa dokumen tertulis, foto, dan lain-lain yang terkait dengan pengawasan bangunan liar di sepanjang garis sempadan sungai.

D. Informan Penelitian

Informan merupakan seseorang yang akan diwawancarai yang mengetahui tentang pelaksanaan pengawasan bangunan liar di sepanjang garis sempadan sungai, informan penelitian ini yakni:

Tabel 3.1 Informan Penelitian NO NAMA KETERANGAN 1 WEMPI BAKO. ST KASUBAG.PROGRAM DAN ANGGARAN 2 AMOS RAPA’P.ST KABID.PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BANGUNAN 3 AHMAD RUSDI MASYARAKAT 4 YOSPIN 5 RINALDY TANGKERAPA’ 6 ETTI PALULUNGAN 7 IMELDA

(36)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penyusun menggunakan penyusunan proposal dengan cara observasi, wawancara dan dokumen.

1. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada informan yaitu kepala bidang atau staf Dinas pekerjaan umum dan penataan ruang dan juga masyarakat. Adapun tujuan dari wawancara ini yakni memperoleh informasi secara lisan mengenai pengawasan bangunan liar di sepanjang garis sempadan sungai.

2. Observasi

Adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki. Fungsi observasi ini untuk menyaring dan melengkapi data yang mungkin tidak diperoleh melalui interview atau wawancara.

3. Dokumentasi

Adalah teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Jadi dokumentasi ialah suatu teknik dimana data di peroleh dari dokumen yang ada pada benda-benda tertulis, buku-buku, yang berkaitan dengan objek penelitian. Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan kokrit. F. Teknis Analisi Data

Analisis data merupakan salah satu langkah yang paling penting dalam rangka memperoleh temuan–temuan hasil penelitian. Hal ini di sebabkan, data

(37)

akan menuntun kita kearah temuan ilmiah bila di analisis. Analisis data ialah langkah selanjutnya untuk mengelola data dan hasil penelitian jadi data, dimana data diperoleh, dikerjakan dan di manfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan persoalan yang di ajukan dalam menyusun hasil penelitian. Teknik analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (interactive model of analisis). Dalam model ini terdapat tiga komponen pokok yaitu:

1. Reduksi data merupakan komponen pertama analisis data yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan peneliti dapat di lakukan. 2. Penyajian data data merupakan suatu rakitan informasi yang memungkinkan

kesimpulan. Secara singkat berarti cerita sistematis dan logis supaya makna peristiwanya menjadi lebih mudah di pahami.

3. Penarikan kesimpulan dalam awal pengumpulan data peneliti sudah harus mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang di temui dengan mencatat peraturan–peraturan, sebab akibat dan berbagai proporsi sehingga penarikan kesimpulan dapat dipertanggung jawabkan.

G. Teknik Pengabsahan Data 1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber adalah membandingkan cara mengecek ulang tingkatan kepercayaan informasi yang diperoleh dengan sumber yang berbeda. Membandingkan hasil pengamatan dan wawancara, membandingkan yang

(38)

dijelaskan umum dan yang dikatakan pribadi, serta membandingkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi Teknik data untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu untuk menguji akurat tidaknya sebuah data. Oleh karena itu peneliti mengunakan teknik tertentu yang berbeda dengan teknik yang digunakan sebelumnya.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu yang digunakan untuk validasi data yang berhubungan dengan pengecekan data berbagai sumber dengan berbagaii cara dan berbagai waktu. Untuk mendapatkan data yang sah melalui observasi penelitian perlu diadakan pengamatan yang tidak hanya satu kali pengamatan saja.

(39)

27 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambar 4.1 Peta Toraja Utara

Kabupaten Toraja Utara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kotanya adalah Rantepao. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tana Toraja. Kawasan yang kental akan budaya ini, memiliki penduduk berjumlah 247.157 jiwa (2019), berdasarkan data resgistrasi penduduk oleh Badan Pusat Statistik Toraja Utara 2020.

(40)

2. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Kabupaten Toraja Utara merupakan salah satu Kabupaten dari 24 Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang dibentuk sesuai dengan Undang– Undang Nomor 28 Tahun 2008 yang letaknya berada di sebelah utara Kabupaten dan terletak antara 2o35’’ LS – 3o15’’ LS dan 119o – 120’’ Bujur Timur dengan Luas wilayah 1.151,47 km2 terdiri dari Hutan Lindung 47.900 Ha, Hutan Rakyat 5.260 Ha, 12.790,93 Ha, Kebun 14,620 Ha. Permukiman 9.865 Ha dan berada pada ketinggian 704 – 1.646 Meter di atas permukaan air laut.

Kabupaten Toraja Utara memiliki luas 1.151,47 km2, dengan ibu kota Kecamatan Rantepao. Dari luas kabupaten yang ada, tahun 2015 sekitar 998,05km2 merupakan lahan bukan sawah dan 153,42 km2 merupakan lahan sawah. Kecamatan Baruppu dan Kecamatan Buntu Pepasan merupakan dua kecamatan dengan wilayah terluas, masing-masing seluas 162,17km2 dan 131,72 km2. Luas kedua kecamatan tersebut jika dijumlahkan akan sama dengan 25,52 persen dari luas seluruh wilayah Toraja Utara. Secara geografis Kabupaten Toraja Utara terletak antara 2° - 3° Lintang Selatan dan 119° - 120° Bujur Timur.Sepanjang tahun 2018, kelembaban udara berkisar antara 80-88 persen, dengan kelembapan udara tertinggi terjadi pada Juni, terendah terjadi pada Februari. Sementara itu, suhu udara berkisar antara 21,70 - 23,00 oC, dengan suhu udara tertinggi terjadi di November dan terendah di Agustus. Curah hujan di Kabupaten Toraja Utara cukup tinggi, dengan berkisar antara 121,10 s.d 482,30 mm3 dengan hari hujan berkisar 17 s.d 28 hari atau rata 22 hari.

(41)

Berdasarkan kedudukan geografisnya, Kabupaten Toraja Utara memiliki batas-batas:

a. Bagian Utara : Sulawesi barat dan Kabupaten Luwu b. Bagian Selatan : Kabupaten Luwu

c. Bagian Barat : Kabupaten Tana Toraja d. Bagian Timur : Sulawesi Barat

( Sumber BPS kecamatan Rantepao 2018-2023) a. Visi dan Misi Kabupaten Toraja Utara

“ Mekar Untuk Sejahtera”

1. MekarAdalah gambaran tentang kondisi yang melatar belakangi terbentuknya Kabupaten Toraja Utara sebagai Daerah Otonomi Baru dalam rangka mendekatkan pelayanan kepada masyarakat yang pada saat itu sebagian wilayahnya masih terpencil dan terisolir dari pusat-pusat pelayanan dan pertumbuhan ekonomi.Indikator dari visi ini adalah indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan umum yang mencapai sama dengan rata-rata kabupaten di Sulawesi Selatan.

2. Sejahtera adalah gambaran tentang kondisi masyarakat Toraja Utara yang diharapkan akan terwujud sebagai konsekuensi dari pemekaran yang telah diperjuangkan. Indikator dari visi ini adalah pendapatan masyarakat atau PDRB/kapita yang mencapai sama dengan rata-rata kabupaten lain di Sulawesi Selatan.

a. Menggairahkan Kepariwisataan

(42)

c. Meningkatkan Pelayanan Pemerintahan Bidang Pendidikan d. Meningkatkan Pelayanan Pemerintahan Bidang Kesehatan

e. Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Rakyat Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Masyarakat

f. Pembangunan Bidang Sosial Budaya Dan Melestarikan Nilai Nilai Luhur Budaya Toraja

g. Meningkatkan Kapasitas Pemerintahan Daerah Dan Kapasitas Lembang h. Meningkatkan Kerukunan Antar Umat Beragama.

b. Kependudukan

Sumber terpenting data kependudukan yaitu sensus penduduk yang diselenggarakan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus penduduk telah dilakukan sejumlah enam kali mulai dari Indonesia merdeka, adapun tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010. Pada sensus penduduk, penjumlahan dilaksanakan terhadap semua penduduk yang tinggal di daerah teritorial Indonesia terhitung warga yang datang dari luar negeri melainkan anggota organisasi diplomatik negara tetangga bersama keluarganya. Metode pengumpulan data dalam sensus dilakukan dengan wawancara antara petugas sensus dengan responden dan juga melalui e-census.

Penduduk Kabupaten Toraja Utara pada tahun 2018 sebanyak 229.797 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 115.086 jiwa dan perempuan sebanyak 114.712 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,61 persen. Terdapat 49.793 rumah tangga dengan rata-rata 4,62 anggota per rumah tangga. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, kepadatan penduduk juga ikut mengalami

(43)

peningkatan dari 198 penduduk per km2 di tahun 2017, menjadi 200 penduduk per km2 di tahun 2018 ini.

Dengan luas wilayah sekitar 1.151,47 km2, maka setiap km2 dihuni penduduk sebanyak 196 orang. Naluri penduduk untuk tinggal di daerah perkotaan yang memiliki berbagai kemudahan akses dan fasilitas menjadikan ibukota Kabupaten, Kota Rantepao, dipadati penduduk. Dengan rata-rata kepadatan per km2 adalah 2.638 jiwa. Selain itu, wilayah yang juga dipadati penduduk adalah Kecamatan Tallunglipu yang tergolong kawasan perkotaan, dengan kepadatan 2.038 jiwa per km2.Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding jumlah penduduk perempuan. Hal ini ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih besar dari 100.

Pada tahun 2018 untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 100 penduduk laki-laki. Menurut kelompok umur, penduduk usia produktif tercatat 133.624 (58,15%) dan usia non produktif 96.174 jiwa (41,85%). Dengan demikian Angka Beban Ketergantungan (dependency ratio) Toraja Utara pada tahun 2018 sebesar 72. Angka ini mengandung makna bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Toraja Utara menanggung beban sebanyak 72 penduduk usia belum produktif dan tidak produktif lagi.

3. Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bertugas sebagai penyelenggaraan urusan pemerintah bidang pekerjaan umum, pembangunan infrastrukur dan perumahan untuk daerah Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi

(44)

Selatan. Terkait dengan wewenang tersebut, maka melalui Kantor ini beberapa surat perizinan diproses. Beberapa surat tersebut seperti Izin Pemanfaatan Ruang (IPR) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Melalui kedinasan ini pula urusan pembebasan lahan proyek infrastruktur pemerintah dilakukan.

Berdasarkan tugas pokok dan fungsinya dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintah dalam daerah, adapun dirumuskan tujuan dari Dinas PUPR Toraja Utara sebagai cerminan peran dan kondisi yang ingin di ciptakan di masa depan.

a. Visi Dan Misi Dinas Pekerjaan Umum Dan Perumhan Rakyat

Seperti hal nya daerah lain, Dinas Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat Toraja Utara juga memiliki Visi dan Misi yakni sebagai berikut:

1. Visi

Terwujudnya penataan ruang, wilayah serta penyediaan sarana dan prasarana pemerintah dan permukiman yang seimbang dan fungsional dalam pelayanan pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat.

2. Misi

a) Menyiapkan sarana prasarana aparatur pemerintah

b) Menciptakan penataan, pengendalian dan pengawasan dalam pemanfaatan ruang dan bangunan serta pertanahan

c) Terciptanya penaataan permukiman dan lingkungan sehat serta pengembangan perumahan yang layak huni

(45)

b. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Gambar 4.2

Struktur Organisasi Dinas PUPR

(Sumber: Petugas Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Toraja Utara)

B. Hasil Penelitian

Bangunan liar merupakan bangunan yang didirikan secara tidak sah atau ilegal, karena tidak memiliki izin membangun atau mendirikan di atas tanah yang bukan milik sendiri. Kondisi seperti ini diakibatkan Jumlah penduduk yang banyak setiap tahun sehingga berkurangnya lahan untuk tinggal yang mana

(46)

membuat masyarakat mendirikan bangunan bangunan tanpa izin dan tidak pada tempatnya.

Adapun maksud dari garis sempadan sungai sebagai upaya agar kegiatan perlindungan, pengembangan pemanfaatan dan pengendalian sumber daya air yang ada pada sungai serta penataan di pinggir sungai, perlindungan masyarakat dari daya rusak air, penataan lingkungan dan pengembangan potensi ekonomi agar dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuanya. Sedangkan tujuan penetapan garis sempadan yaitu:

1. agar fungsi sungai tidak terganggu oleh aktivitas yang berkembang disekitarnya

2. kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber daya yang ada di sungai dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus menjaga kelestarian fungsi sungai

3. Daya rusak air sungai terhadap lingkunganya dapat dibatasi dan dikendalikan

4. Pembangunan atau bangunan di pinggir sungai wajib memperhatikan kaidah/norma ketertiban, keamanan, keserasian, kebersihan, dan keindahan daerah sempadan sungai.

Pemerintah Toraja Utara dalam menanggulangi fenomena banyaknya bangunan yang berdiri di sepanjang garis sempadan sungai telah mengeluarkan kebijakan dengan membuat Peraturan Daerah no.6 tahun 2018 yang berisikan perangkat aturan baru terkait jarak pendirian bangunan dengan garis sempadan jalan dan garis sempadan sungai. Pemerintah Toraja Utara dalam rangka

(47)

mengimplementasikan Perda tersebut melakukan kerja sama dengan pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat , dimana pemerintaah Toraja Utara memberikan tanggung jawab penuh kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk melakukan sosialisasi terkait Perda no.6 tahun 2018 ke masyarakat terkhusus masyarakat yang mendirikan bangunan di sepanjang garis sempadan sungai.

Kemudian penulis melakukan wawancara mengenai dasar pembentukan perda nomor 6 tahun 2018 dengan WB Kasubag Program dan Anggaran pada Dinas Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat mengtakan bahwa:

“pembentuk perda no.6 tahun 2018 oleh pemda torut karena melihat banyaknya bangunan yang berdiri di sepanjang garis sempadan sungai kecamatan Rantepao yang memberikan dampak buruk untuk lingkungan , adanya bangunan liar tersebut akan mengurangi nilai ekstetika kota, sedangkan kita ketahui Toraja Utara merupakan daerah wisata yang banyak di kunjungi para wisatawan dalam negeri maupun luar negeri,”

Berdasarkan hasil dari pernyataan diatas maka dapat dipahami bahwa Perda no.6 tahun 2018 yang berisikan seperangkat aturan baru terkait jarak pendirian bangunan dengan garis sempadan jalan dan sempadan sungai, telah di sosialisasikan ke masyarakat pada tanggal 26 maret 2019, dimana Dinas Pekerjaan Umun dan Perumahan Rakyat menjelaskan ke masyarakat mengenai segala aturan dan sanksi tegas yang akan di berikan jika tidak mentaati Perda tersebut. Ini merupakan tindakan tegas dari pemerintah toraja utara untuk menangani fenomena banyaknya bangunan liar yang berdiri di sepanjang garis sempadan sungai, serta untuk melestarikan keberlangsungan fungsi sungai secara berkelanjutan.

(48)

Tabel 4.3

Daftar Bangunan Liar Kecamatan Rantepao

NO NAMA KECAMATAN JUMLAH BANGUNAN LIAR 1 Tallunglipu 23 2 Rantepao 34 3 Tikala 29 4 Bua Tallulolo’ 14

(Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Toraja Utara 2019)

Berdasarkan data yang saya dapat pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat dilihat bahwa jumlah bangunan liar yang berada di kecamatan Rantepao sebanyak 34 bangunan. Adapun kriteria bangunan liar yaitu tidak memiliki IMB, bangunan yang telah masuk pada wilayah sempadan sungai yang mana wilayah sempadan sungai telah ditetapkan pada perda no 6 tahun 2018 sebagai wilayah yang tidak diperbolehkan berdirinya bangunan dan juga dianggap dari pihak Dinas pekerjaan umum dan perumahan rakyat konstruksinya lemah sehingga rawan ambruk atau roboh. Apabila sebuah bangunan memenuhi kriteria tersebut maka banguna tersebut dikatakan banguna liar, meskipun demikian ada beberapa bangunan di sepanjang garis sempadan sungai yang memiliki IMB yang telah berdiri sebelum Perda nomor 6 tahun 2018 dikeluarkan, akan tetapi

(49)

dikatakan bangunan liar sebab lokasi pendirian bangunan tersebut berada di sepanjang garis sempadan sungai. Akan tetapi pada proses penertibanya antara bangunan berIMB dan tidak berIMB sekidit berbeda, dimana bangunan yang berIMB yang telah berdiri sebelum dikeluarkanya Perda nomor 6 tahun 2018 diberikan keringanan atau masa tangguhan pembongkaran selama 5 tahun sebelum pembongkaran, sedangkan bangunan yang tidak memiliki izin mendirikan bangunan akan dilakukan pembongkaran sesuai prosedur yang telah ditetapkan dari pemerintah Daerah.

Untuk mengetahui bagaimana pengawasan pemerintahan terhadap bangunan liar sepanjang garis sempadan sungai, peneliti menggunakan dua teori pengawasan yang dikemukana oleh Siagian (2008) yaitu pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung. Pengumpulan data yang diperlukan dalam menjawab permasalahan secara mendalam beberapa tahapan yang dilakukan penulis diantaranya:

Pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan data serta gambar dan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dijawab. Kedua, penulis melakukan wawancara dengan 7 orang informan penelitian yang terdiri dari kasubag program anggaran Dinas PUPR, kabid pengawasan dan pengendalian bangunan Dinas PUPR , dan Pemilik bangunan yang berada di bantaran sungai.

1. Pengawasan Langsung

a. Inspeksi langsung yang di lakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Toraja Utara yakni melaksanakan pengawasan terhadap

(50)

masyarakat yang mendirikan bangunan di sepanjang garis sempadan sungai kecamatan Rantepao dengan melakukan pemeriksaan secara langsung di sepanjang garis sempadan sungai, diantaranya melakukan pengukuran area yang di tertibkan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Berdasarkan hasil pengawasan langsung melalui inspeksi langsung di sekitar garis sempadan sungai, terdapat bangunan yang berdiri tepat diatas garis sempadan sungai dan menimbulkan berbagai masalah maka dalam hal ini pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan melakukan pengukuran tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur penertiban yang tertera pada Perda no.6 tahun 2018.

Kemudian penulis melakukan wawancara mengenai pengawasan awal yang dilakukan pihak dinas PUPR dengan Kasubag Program dan Anggaran pada Dinas Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat mengatakan bahwa:

“peninjauan awal dilakukan dengan pengukuran jarak bangunan dengan garis sempadan sungai, serta pemaparan kembali ke masyarakat mengenai ketentuan-ketentuan yang di atur pada Perda nomor 6 tahun 2018.”

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Dinas pekerjaan umum dan perumahan rakyat telah melakukan sosialisasi awal ke masyarakat dan melakukan pengawasan awal inspeksi langsung dengan melakukan pengukuran jarak antara garis sempadan sungai dengan jarak bangunan masyarakat di sepanjang garis sempadan sungai di kecamatan Rantepao.

Dalam penerapan Peraturan Daerah nomor 6 tahun 2018 tentang seperangkat aturan baru terkait jarak pendirian bangunan dengan garis sempadan sungai dan sempadan jalan tidak terlepas dari penolakan yang di lakukan oleh

(51)

masyarakat sehingga pihak Dinas PUPR memperlihankan kembali aturan dan sanksi yang berlaku jika tidak mengikuti kebijakan tersebut.

Menurut salah seorang masyarakat yang bernama RT yang mengemukakan pendapat pada saat peneliti melakukan wawancara mengenai Sosialisasi awal:

“sosialisasi awal yang dilakukan pihak dinas pupr menimbulka kontra, masyarakat merasa kebijakan tersebut kurang tepat dan cenderung merugikan sebab dengan dialihkannya area yang tidak di perbolehkan untuk membangun tempat tinggal serta berjualan yang berdampak pada pendapatan mereka yang menurun karena adanya penertiban tersebut, tapi dengan penjelasan yang jelas dari pihak dinas pupr masyarakat bisa menerima kebijakan tersebut demi kebaikan kita semua”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa dalam proses pelaksanaan penertiban bangunan liar terjadi pro dan kontra dari masyarakat, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dari masyarakat akan tetapi dengan adanya sosialisasi dari pihak Dinas PUPR masyarakat mengerti dan dapat menerima dengan adanya penertiban bangunan liar.

Selain itu Y salah satu masyarakat yang memiliki bangunan yang memiliki surat IMB di sepanjang garis sempadan sungai mengatakan bahwa:

“kebijakan pemerintah mengenai penertiban bangunan sebenarnya memiliki sisi baik dan sisi buruk, sisi baik kebijakan ini akan tercipta lingkungan dan perkotaan yang bersih, indah dan sejuk, sisi buruknya masyarakat akan kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian, bagi masyarakat dengan surat IMB mendapat kebijakan kurun waktu 5 tahun sebelum bangunan dirobohkan, berbeda dengan masyarakat yang tidak memilki surat IMB yang tidak mendapatkan kebijakan khusus”

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa sebenarnya masyarakat juga menyadari bahwa kebijakan tersebut dibuat demi kepentingan dan kebaikan bersama, hanya saja yang mereka keluhkan yaitu mencari tempat

(52)

mereka nantinya untuk tinggal dan memulai kembali usaha bagi mereka yang tidak memiliki surat IMB.

Pendapat yang serupa juga dikatakan oleh AR selaku Kabid. Pengawasan dan Pengendalian Bangunan mengatakan bahwa:

“bangunan dengan IMB yang berdiri di sepanjang garis sempadan sungai mendapat kebijakan khusus yakni pemberian kurun waktu 5 tahun untuk membongkar bangunan tersebut, berbedaa dengan bangunan tanpa IMB yang harus segera merobohkan bangunan ”.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa tidak ada ganti rugi terhadap bangunan yang tidak memiliki surat IMB yang berdiri di sepanjang garis sempadan sungai, sedangkan untuk bangunan yang memiliki IMB di berikan kebijakan khusus yakni pemberian kurun waktu pembongkaran bangunan selama 5 tahun.

Pemberian kebijakan tersebut merupakan bukti sanksi tegas yang diberikan pemerintah daerah bagi masyarakat yang membangun bukan pada lokasi yang ditujukan untuk mendirikan bangunan. Penetapan garis sempadan sungai dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan perlindungan, pengembangan pemanfaatan dan pengendalian sumber daya air yang ada pada sungai dan penataan di pinggir sungai serta pemanfaatan lahan di daerah sempadan sungai dapat dilakukan untuk kegiatan seperti pemasangan jaringan kabel dan jaringan perpipaan baik atas maupun bawah tanah serta pemasangan reklame dan papan peringatan.

(53)

Tabel 4.4

Jarak Garis Sempadan Sungai

Penetapan garis sempadan sungai dimaksudkan sebagai upaya kegiatan perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pengendalian sumber daya air yang ada di sungai serta penataaan di pinggir sungai, garis sempadan sungai NO

Jenis Sungai

Letak Sungai

Garis Sempadan Sungai Sungai

Bertanggul

Sungai Tidak Bertanggul

1 Sungai Besar (Luas DAS > 500 km2 Dalam Kawasan Perkotaan 5 Meter

10 Meter Kedalaman ≤ 5 Meter 15 Meter Kedalaman 5 Meter -20 Meter 30 Meter Kedalaman > 200

Meter Luar Kawasan Perkotaan 3 Meter 100 Meter 2 Sungai Kecil (Luas DAS ≤ 500 km2 Dalam Kawasan Perkotaan 5Meter

10 Meter Kedalaman ≤ 5 Meter 15 Meter Kedalaman 5 Meter -20 Meter 30 Meter Kedalaman > 20

Meter Luas Kawasan Perkotaan 3Meter 50 Meter

(54)

bertanggul dalam kawasan perkotaan ditentukan berjarak 5 meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.

b. On The Spot Observation, pengawasan langsung dengan On The Spot

Observation yang di lakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat, badanya bangunan liar yang ada di sepanjang garis sempadan sungai kecamatan Rantepao menimbulkan kemacetan di sepanjang jalan tersebut, lingkungan jalan terlihat kumuh dan kotor, dapat menyebabkan banjir atau erosi, menyebabkan pencemaran sungai dan merusak fungsi sungai, hal ini tentunya menjadi salah satu perhatian yang harus di tertibkan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di sepanjang garis sempadan sungai kecamatan Rantepao. Pemilik bangunan di sepanjang garis sempadan sungai di kecamatan Rantepao, ternyata tidak semua yang benar-benar memelihara tempat tinggal dan tempat berjualan, banyak dari masyarakat pemilik bangunan yang membuang sampahnya langsung ke sungai dan membuat tempat penampungan sampah di sudut jalan yang secara otomatis lingkungan tersebut menjadi kumuh dan kotor.

Kemudian penulis melakukan wawancara mengenai sejauh mana proses pengawasan bangunan liar dengan AR selaku Kabid. Pengawasan dan Pengendalian Bangunan pada Dinas Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat mengatakan bahwa:

“proses pengawasan sampai saat ini masih berjalan, dengan penindakan tegas bagi masyarakat yang tidak menaati Perda no 6 tahun 2018. Sanksi tegas yang diberikan bagi masyarakat yang masih nekat mempertahankan bangunan mereka yaitu akan dilakukan perobohan paksa bangunan terkecuali bagi mereka yang memiliki surat izin mendirikan bangunan”.

(55)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pihak Dinas pekerjaan umum dan perumahan rakyat sampai saat ini masih melakukan pengawasan di sepanjang garis sempadan sungai, dan memberikan sanksi yang tegas bagi masyarakat yang tidak mengindahkan setiap peringatan yang diberikan.

Bangunan di sepanjang garis sempadan sungai di kecamatan Rantepao dapat menimbulkan kemacetan sebab mengingat sempitnya area jalan yang di penuhi bangunan tempat tinggal warga maupun usaha para warga sekitar yang memanfaatkan keramaian jalan untuk mencari penghasilan, sebagian badan jalan juga dijadikan lahan parkir kendaraan, sehingga badan jalan umum menjadi sempit dan menimbulkan kemacetan. Dampak lain yang ditimbulkan yaitu pencemaran sungai karena sampah dan pencemaran karena limbah dari masyarakat sekitar.

Dalam wawancara mengenai penertiban yang dilakukan peneliti dengan WB kasubag Program dan Anggaran pada Dinas Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat mengatakan bahwa:

“penertiban tersebut dilakukan dengan mengacu pada peraturan Bupati Toraja Utara, ini merupakan bentuk kesadaran dan salah satu upaya pemerintah untuk memajukan pembangunan di Toraja Utara khususnya pada upaya pengembangan pariwisata, dengan melakukan penataan ruang untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan, kebersihan dan keamanan masyarakat setempat dan para wisatawan”.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa kebijkan yang dikeluarkan oleh Pemerintah daerah yang dituangankan dalam Perda nomor 6 tahun 2018 merupaka bentuk kesadaran dan salah satu upaya pemerintah untuk memajukan pembangunan di Toraja Utara.

(56)

Selain dari permasalahan kemacetan yang ditimbulkan dari bangunan yang berdiri di sepanjang garis sempadan sungai di kecamatan Rantepao, tumpukan sampah, penyebab banjir atau erosi, menyebabkan pencemaran sungai dan merusak fungsi sungai merupakan dampak nyata yang timbul dari fenomena ini . Semestinya pemandangan seperti ini tidak terjadi di daerah tengah-tengah kota Toraja Utara, bangunan seperti warung kopi, toko, rumah makan, salon, serta bangunan yang memadati area jalan, maka dengan adanya bangunan liar ini timbul berbagai masalah yang membuat jalan menjadi sangat tidak nyaman. Maka dari itu Pemerintah Toraja Utara melalu Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat benar-benar melarang kehadiran bangunan liar di sepanjang garis sempadan sungai kecamatan Rantepao.

c. On The Spot Report, pengawasan melalui On The Spot Report sudah dilaksanakan, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyampaikan pesan (laporan) kepada masyarakat dalam bentuk sosialisasi bahwa akan di lakukan penertibkan bangunan liar yang berada di sepanjang garis sempadan sungai kecamatan Rantepao yang melanggar Peraturan Daerah No.6 Tahun 2018.

Kemudian penulis kembali melakukan wawancara mengenai mulai kapan sosialisasi perda nomor 6 dilaksankan dengan AR selaku Kabid Pengawasan dan Pengendalian Bangunan pada Dinas Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat mengtakan bahwa:

“sosialisasi mengenai Perda nomor 6 tahun 2018 telah terlaksana pada tanggal 26 maret 2019 tepat pada satu tahun di keluarkanya perda tersebut, dimana pihak dinas pupr memaparkan secara jelas ke masyarakat mengenai

(57)

segala aturan dan sanksi tegas yang akan di berikan jika tidak mentaati Perda tersebut”

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pihak dari Dinas pekerjaan umum dan perumahan rakyat telah melaksanakan sosialisasi mengenai Perda nomor 6 tahun 2018 dimana pihak Dinas pupr telah memaparkan secara jelas mengenai segala aturan dan sanksi tegas yang telah di atur di dalam perda tersebut.

Di dalam pelaksanaan penegakan Perda No 6 tahun 2018, pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melakukan sosialisasi sebanyak 3 kali kepada masyarakat, dan di bantu oleh pihak dari Kecamatan serta Kelurahan Rantepao. Tempat sosialisasi ini di tempatkan di kantor kecamatan Rantepao dan juga di lakukan sosialisasi dengan mendatangi langsung setiap bangunan-bangunan yang ada di sepanjang sungai untuk memastikan bahwa setiap warga mendapatkan informasi yang jelas terkait dengan penertiban yang akan di lakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Menurut salah seorang masyarakat yang bernama AR yang mengemukakan pendapat pada saat peneliti melakukan wawancara:

“Pihak dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada saat sosialisasi Perda no.6 tahun 2018 dalam rangka memberikan informasi mengenai segala aturan dan sanksi cukup baik, sampai saat ini hampir semua bangunan yang tidak memiliki surat izin mendirikan bangunan telah di robohkan baik itu dirobohkan sendiri oleh pemilik bangunan maupun yang dirobohkan oleh pihak dinas”.

Dari hasil wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah melakukan tugas secara optimal,

Gambar

Tabel 3.1 Informan Penelitian ...............................................................................
Gambar 2.1  kerangka pikir penelitian
Tabel 3.1  Informan Penelitian  NO  NAMA  KETERANGAN  1  WEMPI BAKO. ST  KASUBAG.PROGRAM  DAN  ANGGARAN  2  AMOS RAPA’P.ST  KABID.PENGAWASAN  DAN PENGENDALIAN  BANGUNAN   3  AHMAD RUSDI  MASYARAKAT 4 YOSPIN 5 RINALDY  TANGKERAPA’  6  ETTI PALULUNGAN  7  IM

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 3.2 Pie Chart hasil kuesioner awal pertanyaan pertama.... Gambar 3.3 Pie Chart hasil kuesioner awal

Laporan Posisi Keuangan/ Financial Position Statements Untuk tahun yang berakhir pada. December

Berdasarkan hasil pengukuran diameter rata-rata bibit sukun ( A.communis ) yang disajikan pada tabel 1 menunjukkan bahwa pertambahandiameter bibit sukun ( A.communis )

Sawise kabeh kabutuhan dhasar dicukupi, tuwuh kabutuhan meta utawa kabutuhan aktualisasi dhiri, kabutuhan menjadi samubarang sing mampu diwujudake kanti maksimal

Pelaksanaan pembelajaran pada pendidikan anak usia dini dijelaskan Trianto (2011:25-26) hendaknya menggunakan prinsip-prinsip berikut:.. 1) Berorientasi kepada kebutuhan

Diah Ekaningtias, Ak., MM., CA., AAP-B selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan sabar untuk membimbing, memberikan motivasi semangat dan

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Ogan komering Ilir Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

Guru meminta siswa untuk menjelaskan sejarah Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Malaka, Kerajaan Aceh Darussalam, Kerajaan Demak, Kerajaan Banten, Kerajaan Mataram, Kerajaan