• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS KETENAGAKERJAAN KOTA TANGERANG TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS KETENAGAKERJAAN KOTA TANGERANG TAHUN"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

DINAS KETENAGAKERJAAN KOTA TANGERANG

TAHUN 2014-2018

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

DINAS KETENAGAKERJAAN

(2)

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwa Rencana Strategis Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang ini dapat disusun tepat waktu, sehingga dokumen ini dapat digunakan untuk memberikan masukan bagi Revisi Rancangan Akhir RPJMD Kota Tangerang yang merupakan tahun terakhir dari RPJMD 2014-2018

Rencana Strategis ini disusun secara global dan di review berdasarkan perubahan kewenangan Bidang Ketenagakerjaan sebagaimana ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan merupakan Pedoman Penyusunan Rencana Kegiatan selama lima tahun anggaran yaitu 2014-2018 dan selanjutnya akan digunakan sebagai bahan rujukan untuk membuat dokumen Rencana Tahunan Dinas Ketenagakerjaan

Untuk mewujudkan Renstra ini berjalan dengan baik, maka perlu adanya koordinasi dan dukungan dari berbagai instansi terkait, sehingga apa yang direncanakan dapat dilaksanakan dan dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat terutama pekerja/buruh serta dapat memberikan perlindungan dan peningkatan kesejahteraan kepada pegawai.

Semoga Renstra ini menjadi pedoman/acuan dalam pelaksanaannya

Tangerang, 18 Agustus 2017

KEPALA DINAS KETENAGAKERJAAN KOTA TANGERANG

Dr. Ir. H. MOH. RAKHMANSYAH,M.Si NIP 1962091019860311013

(3)

3 DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR ... 2 DAFTAR ISI ... 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 4 1.2 Landasan Hukum ... 4

1.3 Maksud dan Tujuan ... 5

1.4 Hubungan Renstra-SKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya... 5

1.5 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KETENAGAKERJAAN KOTA TANGERANG 2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Ketenagakerjaan ... 8

BAB III ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KETENAGAKERJAAN 3.1 Gambaran Umum Daerah terkait dengan Pelayanan Dinas Ketenagakerjaan 30 3.2 Analisa Isu Strategis berkaitan dengan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Ketenagakerjaan ... 31

BAB IV VISI-MISI-TUJUAN-SASARAN-STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Kaitan dengan RPJMD Kota Tangerang ...,... 42

4.2 Visi ... 42

4.3 Misi ... 43

4.4 Tujuan dan Sasaran ... 43

4.5 Strategi dan Kebijakan ... 43

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1 Program Nasional yang dilaksanakan Dinas Ketenagakerjaan... 46

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU KEPADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD 6.1 Tujuan dan Sasaran ... ... 47

6.2.Indikator sasaran yang mengacu kepada sasaran RPJMD... 47

BAB VII PENUTUP ... 48 LAMPIRAN

(4)

4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Perangkat Daerah serta Peraturan Walikota Tangerang Nomor 64 Tahun 2016 tentang Kedudukan Susunan Organisasi , tugas dan fungsi serta Tata Kerja Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang ketenagakerjaan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki dan memberikan hasil yang optimal maka perlu disusun perencanaan strategis agar potensi serta peluang pengembangan di sektor pertanian dalam suatu kerangka rencana strategis.

Rencana strategis merupakan serangkaian rencana, tindakan dan kegiatan seluruh komponen organisasi untuk diimplementasikan dalam rangka pencapaian visi dan misi Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang. Dokumen Renstra ini bersifat jangka pendek dan menengah namun tetap diletakkan pada jangkauan jangka panjang, dan mengacu kepada visi misi Pemerintah Kota Tangerang sehingga rumusan visi, misi dan arah kebijakan pembangunan bidang ketenagakerjaan Kota Tangerang untuk lima tahun mendatang dapat bersinergi. Usaha mewujudkan visi, misi dan arah kebijakan yang tertuang dalam dokumen renstra ini perlu didukung dengan strategi umum, yang kemudian diterjemahkan ke dalam program-program pembangunan kemudian diuraikan kedalam kegiatan-kegiatan yang mendukung masing-masing program tersebut.

Rencana strategis merupakan alat bantu untuk menjadi pedoman dan acuan pimpinan beserta seluruh pegawai Dinas Ketenagakerjaan dalam proses penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi yang didalamnya memuat visi, misi, tujuan, strategi, dan kebijakan Dinas Ketenagakerjaan untuk mengantisipasi tantangan dan tuntutan yang dihadapai di masa mendatang. Dengan demikian dokumen ini menjadi penting karena dalam masa lima tahun tersebut, Dinas Ketenagakerjaan berkewajiban untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai dengan dokumen perencanaan ini. Selain itu, rencana strategis Dinas Ketenagakerjaan ini juga merupakan dasar penilaian kinerja instansi pemerintah dan kepala Dinas Ketenagakerjaan serta dapat juga dijadikan sebagai bahan evaluasi yang penting agar pembangunan dapat berjalan secara lebih sistematis, komprehensif dan tetap fokus pada pemecahan masalah-masalah mendasar yang dihadapi Kota Tangerang khususnya di bidang tenaga kerja. Selanjutnya rencana Strategis ini akan dijabarkan kedalam rencana kerja yang merupakan rencana kerja tahunan Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai instrumen pengukuran capaian kinerja selama satu tahun.

1.2 LANDASAN HUKUM

Landasan penyusunan Rancangan Renstra Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang tahun 2014-2018 adalah:

(5)

5 1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3518);

2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme;

3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 nomor 47, tambahan lembaran negara Republik Indonesia nomor 4286);

4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4421);

5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Inforamsi Laporan penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintaha Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah; 12. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2);

13. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis dan Pelaksanaan Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah;

14. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang 2014-2018

15. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah;

16. Peraturan Walikota Tangerang Nomor 64 Tahun 2016 tentang Kedudukan ,Susunan Organisasi tugas dan fungis serta Tata Kerja Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang. 17. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 10 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerag Kota Tangerang Tahun 2014-2018

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

Penyusunan Perubahan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang tahun 2014-2018 dimaksudkan untuk menjadi pedoman dan acuan Dinas

(6)

6 Ketenagakerjaan dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan di bidang ketenagakerjaan yang mengacu pada RPJMD Kota Tangerang.

Berdasarkan maksud diatas, maka penyusunan Rancangan rencana Strategis (Renstra) Dinas Ketenagakerjaan Kota tangerang tahun 2014-2018 ini bertujuan sebagai berikut:

1. Menetapkan Visi, Misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan indikasi kegiatan Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya selama periode 2014-2018

2. Memberikan pedoman dalam penyusunan Rancangan Rencana Kerja (Renja) Dinas Ketenagakerjaan Kota tangerang dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya selama periode tahun 2014-2018.

3. Memberikan acuan dalam pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan bidang ketenagakerjaan baik tahunan maupun lima tahunan pada periode 2014-2018

4. Untuk tercapainya penggunaan sumber daya secara efektif, efisien dan berkelanjutan.

1.4 HUBUNGAN RENSTRA-SKPD DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA

Rencana strategis Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang disusun dengan berpedoman pada perencanaan Kota Tangerang, dimana perencanaan Kota Tangerang adalah merupakan bagian dari pembangunan nasional dan wilayah Provinsi yang diterjemahkan dalam perencanaan Kota Tangerang dengan memperhatikan karakteristik wilayah setempat. Oleh sebab itu dalam penyusunan Rencana Strategis Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang harus terdapat keterpaduan dan keharmonisan dengan Perencanaan Kota Tangerang.

Sebagai Penjabaran dari RPJM Daerah Kota Tangerang, maka Renstra SKPD merupakan acuan kerja dari tiap – tiap SKPD dan selanjutnya Renstra tersebut akan dijadikan Pedoman bagi SKPD untuk penyusunan Renja SKPD tiap tahunnya ddengan memperhatikan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Pemerintah Kota Tangerang. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Rencana Strategis Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang 2014-2018 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan Renstra Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, hubungan Renstra Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang dengan dokumen perencanaan lainnya, dan sistematika penulisan serta landasan hukum.

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KETENAGAKERJAAN KOTA TANGERANG

Memuat penjelasan umum tentang dasar hukum pembentukan Dinas Ketenagakerjaan uraian tugas dan fungsi serta struktur organisasi Dinas Ketenagakerjaan.

(7)

7

BAB III ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KETENAGAKERJAAN

Memuat tentang gambaran umum daerah terkait dengan pelaksanan tugas pokok dan fungsi serta pelayanan Dinas Ketenagakerjaan, hal – hal yang sudah dicapai dalam lima tahun sebelumnya, Analisa isu strategis berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi dinas ketenagakerjaan.

BAB IV VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN DAN FUNGSI SKPD

Memuat pernyataan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, dan kebijakan selama 5 tahun yang akan datang (2014-2018) dan penjelasan makna dari setiap pernyataan visi Dinas Ketenagakerjaan.

BAB V PENUTUP

Memuat kaidah pelaksanaan yang meliputi penjelasan antara lain bahwa Renstra Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang merupakan pedoman dalam penyusunan Renja Dinas Ketenagakerjaan, penguatan peran para stakeholder dalam pelaksaan renja Dinas Ketenagakerjaan dan merupakan dasar evaluasi dan laporan pelaksanaan atas kinerja tahunan dan lima tahunan, serta catatan dan harapan Kepala Dinas Ketenagakerjaan terhadap hasil pembangunan ketenagakerjaan pada akhir tahun kelima (2018).

(8)

8

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KETENAGAKERJAAN

KOTA TANGERANG

2.1 STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KETENAGAKERJAAN Susunan organisasi Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang berdasarkan pasal 3 Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

a. Kepala Dinas;

b. Sekretaris, yang membawahkan:

1. Sub Bagian Umum Dan Kepegawaian; 2. Sub Bagian Keuangan;

3. Sub Bagian Perencanaan.

c. Bidang Penempatan Dan Perluasan Kesempatan Kerja, yang membawahkan: 1. Seksi Penempatan Tenaga Kerja;

2. Seksi Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri; 3. Seksi Perluasan Kesempatan Kerja.

d. Bidang Hubungan Industrial Dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang membawahkan:

1. Seksi Persyaratan Kerja;

2. Seksi Pengupahan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja; 3. Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

e. Bidang Pelatihan kerja dan Peningkatan Produktivitas, yang membawahkan: 1. Seksi Kelembagaan Pelatihan;

2. Seksi Pelatihan Kerja;

3. Seksi Serfikasi Kompetensi dan Produktivitas. f. UPT

g. Kelompok Jabatan Fungsional. TUPOKSI Kepala Dinas

Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 64 Tahun 2016 tentang Kedudukan , susunan Organisasi Tugas dan fungis serta tata kerja Dinas Ketenagakerjaan sebagai berikut:

(1) Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, mengatur, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh kegiatan penyelenggaraan tugas dan fungsi Dinas dalam penyelenggaraan urusan Daerah bidang ketenagakerjaan sesuai dengan visi dan misi Walikota sebagaimana terjabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini, Kepala Dinas mempunyai fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan tugas dan fungsi Dinas; 2. Penyelenggaraan penyusunan usulan program, rencana kerja, dan

anggaran tahunan Dinas;

3. Penjabaran kebijakan strategis serta perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang ketenagakerjaan;

4. Pengkoordinasian dan pengendalian seluruh kegiatan operasional Dinas;

(9)

9 5. Penyelenggaraan pelayanan teknis administrasi bagi semua Perangkat

Daerah dan masyarakat dalam lingkup urusan ketenagakerjaan;

6. Perumusan kebijakan pembangunan, pengadaan, serta rehabilitasi prasarana dan sarana fisik dalam lingkup tugas Dinas;

7. Penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan kemampuan pegawai di lingkungan Dinas;

8. Penyelenggaraan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana kerja dan penggunaan anggaran tahunan Dinas;

9. Pelaporan.

Susunan Organisasi

Susunan organisasi Dinas adalah: a. Kepala Dinas

b. Sekretariat, membawahkan:

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub Bagian Keuangan;

3. Sub Bagian Perencanaan.

c. Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja, membawahkan: 1. Seksi Penempatan Tenaga Kerja;

2. Seksi Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri; 3. Seksi Perluasan Kesempatan Kerja.

d. Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, membawahkan: 1. Seksi Persyaratan Kerja;

2. Seksi Pengupahan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja; 3. Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

e. Bidang Pelatihan Kerja dan Peningkatan Produktivitas membawahkan: 1. Seksi Kelembagaan Pelatihan ;

2. Seksi Pelatihan Kerja;

3. Seksi Sertifikasi Kompetensi dan Produktivitas. f. UPT;

(10)

10

(1) Dinas mempunyai tugas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan sesuai dengan visi, misi dan program Walikota sebagaimana dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas mempunyai fungsi:

1. perumusan kebijakan teknis pelaksanaan urusan di bidang ketenagakerjaan;

2. pemberian dukungan atas penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah di bidang ketenagakerjaan;

3. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang ketenagakerjaan; 4. pelaksanaan ketatausahaan Dinas;

5. pengelolaan UPT; dan

6. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan lingkup tugas dan fungsinya.

(3) Dinas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Sekretariat

(1) Sekretariat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan kegiatan di bidang administrasi umum, keuangan, kepegawaian, dan perencanaan.

(2) Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretariat mempunyai fungsi:

1. penatausahaan urusan umum; 2. penatausahaan urusan keuangan;

3. penatausahaan urusan kepegawaian; dan 4.

5.

pengkoordinasian dalam penyusunan perencanaan Dinas; dan

(11)

11

(3) Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

(1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Sekretariat di bidang administrasi umum dan kepegawaian.

(2) Uraian tugas Sub Bagian Umum dan Kepegawaian adalah:

1. melakukan penyusunan program dan rencana kegiatan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

2. melakukan pengelolaan urusan surat-menyurat/tata naskah Dinas;

3. melakukan pengelolaan urusan rumah tangga, perpustakaan, kearsipan, keprotokolan, dan kehumasan Dinas;

4. melakukan pembinaan dan pengembangan pegawai Dinas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

5. melakukan pelayanan administrasi kepegawaian Dinas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

6. melakukan fasilitasi penilaian prestasi kerja pegawai Dinas sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

7. melakukan fasilitasi pemrosesan penetapan angka kredit jabatan fungsional di lingkungan Dinas;

8. melakukan penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Dinas;

9. melaksanakan pengamanan dan pemeliharaan barang milik daerah yang dalam penguasaan Organisasi Perangkat Daerah;

10. melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan

(12)

12

(3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

(1) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Sekretariat di bidang administrasi keuangan.

(2) Uraian tugas Sub Bagian Keuangan adalah:

1. melakukan penyusunan program dan rencana kegiatan Sub Bagian Keuangan; 2. melakukan pembinaan penatausahaan keuangan Dinas;

3. melakukan penatausahaan anggaran Dinas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4. melakukan pengelolaan kas Dinas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

5. melakukan pelayanan lainnya di bidang keuangan Dinas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

6. menyimpan bukti-bukti transaksi keuangan sebagai bahan penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan Dinas;

7. melakukan penyusunan laporan keuangan Dinas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

8. melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan Sub Bagian Keuangan; dan 9. melaksanakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris

(1) Sub Bagian Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Sekretariat di bidang perencanaan program, evaluasi, dan pelaporan.

(13)

13 1. melakukan penyusunan program dan rencana kegiatan Sub Bagian Perencanaan; 2. melakukan penyusunan rencana program dan kegiatan Dinas; meliputi Rencana

Strategis (Renstra); Rencana Kerja (Renja); Indikator Kinerja Utama (IKU); Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), dan Perjanjian Kinerja (PK);

3. melakukan pengumpulan dan pengadministrasian usulan RKA/RKPA dari unit-unit kerja di lingkungan Dinas;

4. melakukan penyusunan RKA/RKPA dan DPA/DPPA Dinas berdasarkan usulan unit-unit kerja dan hasil pembahasan internal Dinas;

5. Melakukan pembinaan administrasi perencanaan di lingkungan Dinas; 6. Melaksanakan pengelolaan data dan informasi ketenagakerjaan;

7. Melaksanakan bimbingan teknis penyusunan dan melaksanakan Perencanaan Tenaga Kerja Makro dan Perencanaan Tenaga Kerja Mikro serta Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan;

8. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan data dan informasi ketenagakerjaan serta pelaporan Perencanaan Tenaga Kerja Makro dan Perencanaan Tenaga Kerja Mikro serta Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan;

9. Melakukan kegiatan monitoring, evaluasi, dan pelaporan terhadap realisasi atau pelaksanaan program dan kegiatan Dinas;

10. Melakukan koordinasi dengan unit-unit kerja di lingkungan Dinas dalam rangka penyiapan bahan-bahan untuk menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah lingkup Dinas dan laporan kedinasan lainnya;

11. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan Sub Bagian Perencanaan; dan

12. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya

(3) Sub Bagian Perencanaan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

(14)

14

Bidang Penempatan Tenaga Kerja Dan

Perluasan Kesempatan Kerja

(1) Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja mempunyai tugas pokok menyelenggarakan sebagian tugas Dinas dalam lingkup pembinaan penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja mempunyai fungsi:

1. Penyelenggaraan koordinasi pemberian dan penyebarluasan informasi pasar kerja; 2. penyelenggaraan pelayanan antar kerja kepada pencari kerja dan pemberi kerja; 3. penyelenggaraan koordinasi penyuluhan dan bimbingan jabatan dalam pelayanan

antar kerja;

4. penyelenggaraan verifikasi penerbitan izin kepada Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta;

5. penyelenggaraan perluasan kesempatan kerja kepada masyarakat;

6. penyelenggaraan promosi penyebarluasan informasi syarat-syarat dan mekanisme bekerja ke luar negeri kepada masyarakat;

7. Pengoordinasian pendaftaran,perekrutan dan seleksi calon TKI;

8. Pelaksanaan rekomendasi penerbitan perpanjangan ijin mempekerjakan tenaga kerja asing (IMTA); dan

9. Pengoordinasian penyelenggaraan Tenaga Kerja Luar Negeri pra dan purna penempatan.

(3) Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris.

(15)

15

(1) Seksi Penempatan Tenaga Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Bidang Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja yang berkenaan dengan penempatan tenaga kerja.

(2) Uraian tugas Seksi Penempatan Tenaga Kerja adalah:

1. melakukan penyusunan rencana kegiatan Seksi Penempatan Tenaga Kerja berdasarkan tugas, permasalahan dan regulasi sebagai bahan penyusunan Rencana Strategis serta Rencana Kerja dan Anggaran Dinas;

2. melakukan penyiapan bahan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan penempatan tenaga Kerja;

3. melakukan penyusunan konsep dan pelaksanaan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan Seksi penempatan tenaga kerja;

4. melakukan penyiapan sarana dan prasarana pemberian informasi pasar kerja, penyuluhan dan bimbingan jabatan dan perantaraan kerja;

5. Melakukan pelaksanaan rekomendasi penerbitan perpanjangan ijin mempekerjakan tenaga kerja asing (IMTA);

6. Melakukan pemantauan dan evaluasi hasil rekomendasi penerbitan perpanjangan Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA);

7. melakukan fasilitasi dalam rangka penempatan tenaga kerja bagi penyandang cacat, lansia, dan perempuan;

8. Melakukan pemantauan dan evaIuasi lembaga penempatan tenaga kerja swasta; 9. Melakukan koordinasi sarana dan prasarana pemberian izin Lembaga Penempatan

Tenaga Kerja Swasta;

10. melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan Seksi Penempatan Tenaga Kerja; dan

11. melaksanakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Seksi Penempatan Tenaga Kerja dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja

(16)

16

(1) Seksi Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Bidang Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja yang berkenaan dengan perlindungan tenaga kerja luar negeri.

(2) Uraian tugas Seksi Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri adalah:

1. melakukan penyusunan rencana kegiatan Seksi Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri berdasarkan tugas, permasalahan dan regulasi sebagai bahan penyusunan Rencana Strategis serta Rencana Kerja dan Anggaran Dinas;

2. melakukan penyiapan bahan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan Perlindungan tenaga kerja luar negeri; 3. melakukan penyiapan bahan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan

petunjuk teknis yang berkaitan dengan kesempatan perlindungan tenaga Kerja luar negeri;

4. melakukan penyiapan bahan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan penyuluhan, fasilitasi, pengendalian, dan monitoring dan perlindungan tenaga kerja luar negeri;

5. melakukan penyusunan konsep dan pelaksanaan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan Seksi Perlindungan Tenaga Kerja luar negeri;

6. melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penyebarluasan informasi, syarat dan mekanisme bekerja ke luar negeri kepada masyarakat;

7. melakukan penyiapan sumber daya manusia terkait pelayanan kelengkapan dokumen ketenagakerjaan Calon TKI ke luar negeri;

8. melakukan penyiapan sarana dan prasarana pelayanan kelengkapan dokumen ketenagakerjaan Calon TKI ke luar negeri;

9. melakukan penyiapan sumber daya manusia terkait pelayanan kelengkapan dokumen ketenagakerjaan Calon TKI ke luar negeri;

10. melakukan penyiapan sumber daya manusia untuk melakukan penyelesaian permasalahan TKI pra dan purna penempatan;

11. melakukan koordinasi, penyiapan, pemberangkatan, penempatan, perlindungan, dan pemulangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(17)

17

13. melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan Seksi Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri ; dan

14. melaksanakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya,

(3) Seksi Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja.

(1) Seksi Perluasan Kesempatan Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Bidang Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja yang berkenaan dengan Perluasan Kesempatan Kerja.

(2) Uraian tugas Seksi Perluasan Kesempatan Kerja adalah:

1. melakukan penyusunan rencana kegiatan Seksi Perluasan Kesempatan Kerja berdasarkan tugas, permasalahan dan regulasi sebagai bahan penyusunan Rencana Strategis serta Rencana Kerja dan Anggaran Dinas;

2. melakukan penyiapan bahan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan perluasan kesempatan kesempatan kerja; 3. melakukan penyiapan bahan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan

petunjuk teknis yang berkaitan dengan perluasan kesempatan kerja;

4. melakukan penyiapan bahan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan penyuluhan, fasilitasi, pengendalian, dan monitoring perluasan kesempatan kerja;

5. melakukan penyusunan konsep dan pelaksanaan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan Seksi Perluasan Kesempatan Kerja;

6. Melakukan penguatan kapasitas wirausaha pemula (start-up) yang mempunyai nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi;

7. Melakukan peningkatan nilai tambah pengelolaan potensi ekonomi melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi;

(18)

18

8. Melakukan pengembangan jejaring untuk memperkuat akses sumber daya manusia, kelembagaan, permodalan, pasar (market), informasi dan teknologi; 9. melakukan penyusunan usulan dan sosialisasi program kewirausahaan melalui

sistem padat karya, penerapan teknologi tepat guna, pendayagunaan tenaga kerja sukarela, pendampingan dan kerjasama antar lembaga, serta pemberdayaan tenaga kerja mandiri dan /atau pola lain yang mendorong terciptanya perluasan kesempatan kerja;

10. Melakukan perluasan kesempatan kerja dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru dan/atau mengembangkan lapangan pekerjaan yang tersedia berdasarkan perjanjian kerja di dalam hubungan kerja;

11. Melakukan perluasan kesempatan kerja dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru dan/atau mengembangkan lapangan pekerjaan yang tersedia tidak berdasarkan perjanjian kerja di luar hubungan kerja;

12. melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan Seksi Perluasan Kesempatan Kerja; dan

13. melaksanakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya,

(3) Seksi Perluasan Kesempatan Kerja dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja.

(19)

19

Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(1) Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja mempunyai tugas pokok menyelenggarakan sebagian tugas Dinas dalam lingkup pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga kerja

(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja mempunyai fungsi:

1. penyelenggaraan peryaratan kerja, pengupahan, jaminan sosial tenaga kerja; 2. penyelenggaraan fasilitasi pembentukan dan pemberdayaan Lembaga Kerja Sama

Bipartit di perusahaan; fasilitasi pembentukan dan pemberdayaan Lembaga Kerja Sama Tripartit;

3. penyelenggaraan upaya-upaya penyelesaian perselisihan hubungan industrial; 4. penyelenggaraan pengusulan rancangan penetapan Upah Minimum Kota dan

sektoral ;

5. penyelenggaraan pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama;

6. Penyelenggaraan deteksi dini terhadap potensi perselisihan di perusahaan;

7. penyelenggaraan pembinaan, evaluasi dan fasilitasi/mediasi terhadap peningkatan kualitas penyelenggaraan syarat-syarat kerja.

(3) Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris.

(1) Seksi Persyaratan Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang berkenaan dengan Persyaratan Kerja

(20)

20 (2) Uraian Tugas Seksi Persyaratan Kerja adalah:

1. melakukan penyusunan rencana kegiatan Seksi Persyaratan Kerja tugas, permasalahan dan regulasi sebagai bahan penyusunan Rencana Strategis serta Rencana Kerja dan Anggaran Dinas;

2. melakukan penyiapan bahan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan persyaratan kerja;

3. melakukan penyusunan konsep dan pelaksanaan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan persyaratan kerja;

4. melakukan penyiapan bahan dan pelaksanaan pembinaan dan penyuluhan peraturan perusahaan, dan perjanjian kerja bersama;

5. melakukan pembinaan, bimbingan teknis, fasilitasi, dan konsultasi dalam pembuatan /pengembangan perjanjian kerja, peraturan perusahaan dan perjanjian kerja bersama;

6. melakukan pendaftaran perjanjian kerja, pengesahan peraturan perusahaan, dan pendaftaran perjanjian kerja bersama;

7. melakukan kegiatan penyuluhan dan pembinaan mengenai hubungan kerja kepada para pekerja dan pengusaha;

8. melakukan penyiapan bahan dan pelaksanaan sosialisasi peraturan perundang-undangan mengenai organisasi pekerja/buruh dan organisasi pengusaha;

9. melakukan penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan pembinaan kepada organisasi pekerja/buruh dan organisasi pengusaha;

10. melakukan penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan pembinaan lembaga kerja sama bipartit;

11. melakukan pendataan dan pencatatan organisasi pekerja/buruh, organisasi pengusaha, serta verifikasi serikat pekerja/serikat buruh;

12. melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan Seksi Persayaratan Kerja; dan

13. melaksanakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Seksi Persyaratan Kerja dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

(21)

21

(1) Seksi Pengupahan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang berkenaan dengan pengupahan dan jaminan sosial tenaga kerja.

(2) Uraian tugas Seksi Pengupahan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah:

1. melakukan penyusunan rencana kegiatan Seksi Pengupahan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja berdasarkan tugas, permasalahan dan regulasi sebagai bahan penyusunan Rencana Strategis serta Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Dinas; 2. melakukan penyiapan bahan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan

petunjuk teknis yang berkaitan dengan pengupahan dan jaminan sosial tenaga kerja;

3. melakukan penyusunan konsep dan sosialisasi kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan pengupahan dan jaminan sosial tenaga kerja ;

4. melakukan penyiapan data dalam rangka membantu dan memperlancar pelaksanaan tugas Dewan Pengupahan Kota;

5. melakukan fasilitasi, pengumpulan data perusahaan, penyiapan bahan sebagai dasar penetapan Upah Minimum Kota dan Sektoral;

6. melakukan pemberian bimbingan teknis dalam aplikasi pengupahan;

7. melakukan penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan pembinaan lembaga kerja sama tripartit;

8. melakukan penyiapan bahan dan pelaksanaan sosialisasi ketentuan/peraturan perundang-undangan mengenai pengupahan;

9. Melakukan pembinaan dan upaya-upaya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja/pekerja;

10. melakukan pembinaan, evaluasi dan fasilitasi/mediasi terhadap peningkatan kualitas penyelenggaraan program kesejahteraan pekerja pada perusahaan-perusahaan di Daerah;

11. melakukan pembinaan, analisis dan evaluasi terhadap peningkatan kepersertaan jaminan sosial tenaga kerja dalam dan luar hubungan kerja;

12. melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan Seksi Pengupahan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja; dan

(22)

22

(3) Seksi Pengupahan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

(1) Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang berkenaan dengan penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

(2) Uraian tugas Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial adalah:

1. melakukan penyusunan rencana kegiatan Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial berdasarkan tugas, permasalahan dan regulasi sebagai bahan penyusunan Rencana Strategis serta Rencana Kerja dan Anggaran Dinas;

2. melakukan penyiapan bahan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan pencegahan perselisihan hubungan industrial;

3. melakukan penyusunan konsep dan pelaksanaan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan penanganan dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial;

4. Melakukan deteksi dini terhadap potensi perselisihan hubungan industrial di perusahaan

5. melakukan pemberian bimbingan dan fasilitasi dalam pelaksanaan perundingan antara Pekerja/Buruh atau Serikat Pekerja/Serikat Buruh dengan Pengusaha dalam rangka mengupayakan dan mencari jalan penyelesaian atas terjadinya perselisihan hubungan industrial secara bipartit;

6. melakukan pemberian fasilitasi dalam pembentukan forum komunikasi pemberdayaan hubungan industrial;

7. melakukan kegiatan penyuluhan mengenai peranan para pelaku industri/produksi dalam pemberdayaan hubungan industrial;

8. melakukan fasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui mediasi; 9. melakukan penanganan mogok kerja dan penutupan perusahaan serta

mengupayakan langkah-langkah pengakhiran pemogokan atau unjuk rasa ,sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

10. melakukan pemberian jasa konsultasi dan penyuluhan mengenai masalah perselisihan hubungan industrial;

(23)

23

11. melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial; dan

12. melaksanakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

(24)

24

Bidang Pelatihan Kerja dan Peningkatan Produktivitas

(1) Bidang Pelatihan Kerja dan Peningkatan Produktivitas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan sebagian tugas Dinas dalam lingkup Pelatihan kerja dan Peningkatan Produktivitas.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut pada ayat (1), Bidang Pelatihan kerja dan Peningkatan Produktivitas mempunyai fungsi:

1. penyelenggaraan pelatihan berbasis kompetensi (PBK);

2. Penyelenggaraan verifikasi informasi regulasi bidang pelatihan kerja yang akan disebarluaskan kepada lembaga pelatihan kerja swasta;

3. penyelenggaraan koordinasi peningkatan kompetensi sumber daya manusia lembaga pelatihan kerja swasta;

4. penyelenggaraan koordinasi pemberian izin kepada lembaga pelatihan kerja swasta;

5. Penyelenggaraan koordinasi/pemberian tanda dafta Lembaga pelatihan Kerja Pemerintah dan Lembaga Pelatihan di perusahaan;

6. Penyelenggaraan koordinasi / pemberian konsultasi produktivitas kepada perusahaan kecil;

7. Penyelenggaraan koordinasi pengukuran dan analisis produktivitas tingkat kota; 8. Penyelenggaraan koordinasi pemantauan tingkat produktivitas; dan

9. melaksanakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Bidang Pelatihan Kerja dan Peningkatan Produktivitas dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris.

(25)

25

(1) Seksi Kelembagaan Pelatihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Bidang Pelatihan Kerja dan dan Peningkatan Produktvitas yang berkenaan dengan Kelembagaan Pelatihan.

(2) Uraian tugas Seksi Kelembagaan Pelatihan Kerja adalah:

1. melakukan penyusunan rencana kegiatan Seksi Kelembagaan Pelatihan berdasarkan tugas, permasalahan dan regulasi sebagai bahan penyusunan Rencana Strategis serta Rencana Kerja dan Anggaran Dinas;

2. melakukan penyiapan bahan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan kelembagaan pelatihan;

3. melakukan penyusunan konsep dan sosialisasi kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan kelembagaan pelatihan;

4. melakukan penyiapan bahan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan sosialiasi regulasi bidang pelatihan kerja dan peningkatan produktivitas kepada lembaga pelatihan kerja swasta;

5. melakukan penyusunan konsep dan pelaksanaan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan dengan sosialiasi regulasi bidang pelatihan kerja dan peningkatan produktivitas kepada lembaga pelatihan kerja swasta;

6. melakukan analisis kebutuhan pelatihan kerja bagi sumber daya manusia lembaga pelatihan kerja swasta;

7. melakukan rancangan kesiapan materi pelatihan kerja;

8. melakukan pemantauan dan evaluasi lembaga pelatihan kerja swasta;

9. melakukan pengumpulan bahan verifikasi informasi regulasi bidang pelatihan kerja yang akan disebarluaskan kepada lembaga pelatihan kerja swasta;

10. melakukan penyusunan kebutuhan sumber daya manusia dalam koordinasi pemberian izin lembaga pelatihan kerja swasta;

11. melakukan penyusunan kesiapan sarana dan prasarana perizinan lembaga pelatihan kerja swasta;

12. melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan Seksi Kelembagaan Pelatihan; dan

(26)

26

(3) Seksi Kelembagaan Pelatihan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pelatihan Kerja dan Peningkatan Produktivitas.

(1) Seksi Pelatihan Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Bidang Pelatihan kerja dan peningkatan Produktivitas yang berkenaan dengan pelatihan kerja.

(2) Uraian tugas Seksi Pelatihan Kerja:

1. melakukan penyusunan rencana kegiatan Seksi Pelatihan Kerja berdasarkan tugas, permasalahan dan regulasi sebagai bahan penyusunan Rencana Strategis serta Rencana Kerja dan Anggaran Dinas;

2. melakukan dan merencanakan penyiapan pelaksanaan analisis kebutuhan pelatihan kerja ;

3. Melakukan dan merencanakan penyiapan program pelatihan kerja ; 4. melakukan dan merencanakan penyiapan sarana dan prasarana;

5. melakukan dan merencanakan penyiapan instruktur dan tenaga pelatihan; 6. melakukan dan merencanakan penyiapan calon peserta pelatihan kerja; 7. Melakukan dan merencanakan penyiapan promosi peningkatan produktivitas; 8. melakukan dan merencanakan penyiapan sumber daya manusia bidang konsultasi

produktivitas;

9. melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan seksi penyelenggaraan pelatihan kerja ; dan

10. melaksanakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Seksi pelatihan kerja dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pelatihan kerja dan peningkatan produktivitas.

(27)

27

(1) Seksi sertifikasi kompetensi dan produktivitas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Bidang Pelatihan kerja dan peningkatan Produktivitas yang berkenaan dengan sertifikasi kompetensi dan produktivitas

(2) Uraian tugas Seksi sertifikasi kompetensi dan produktivitas adalah:

1. melakukan penyusunan rencana kegiatan Seksi sertifikasi kompetensi dan analisis produktivas berdasarkan tugas, permasalahan dan regulasi, sebagai bahan penyusunan Rencana Strategis serta Rencana Kerja dan Anggaran Dinas;

2. melakukan pengadministrasian dan/atau penyiapan bahan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan Seksi sertifikasi kompetensi dan analisa produktivitas;

3. melakukan penyiapan bahan analisa kebutuhan sertifikasi bagi peserta pelatihan tenaga kerja;

4. melakukan kegiatan fasilitasi sertifikasi untuk peserta pelatihan dan tenaga kerja sesuai kebutuhan;

5. melakukan perumusan penyelenggaraan fasilitasi asesmen terkait calon peserta, assessor, tempat untuk kerja, sarana dan prasarana, materi uji, pembiayaan, dan standar kompetensi kerja nasional yang digunakan bersama Lembaga Sertifikat Profesi untuk penerbitan sertifikat kompetensi;

6. melakukan evaluasi atas penyelenggaraan assesmen;

7. Melakukan penyusunan bahan pelaporan pelaksanaan sertifikasi bagi peserta pelatihan dan tenaga kerja;’’

8. melakukan penyiapan alat,teknik,metode peningkatan dan pengukuran produktivitas;

9. melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan Seksi sertifikasi kompetensi dan produktivitas;

10. melaksanakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Seksi Sertifikasi Kompetensi dan produktivitas dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pelatihan Kerja dan Peningkatan Produktivitas.

(28)

28

Kelompok Jabatan Fungsional

(1) Jabatan Fungsional ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pemegang Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.

(3) Dalam hal Pemegang Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih dari seorang dibentuk Kelompok Jabatan Fungsional.

(4) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpin oleh Pemegang Jabatan Fungsional yang paling senior.

(5) Jumlah Pegawai Negeri Sipil yang memangku setiap jenis Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan.

(29)

29

Kelompok Jabatan Fungsional

(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari jenis-jenis jabatan fungsional yang berada pada Dinas meliputi:

1. Pengawas Ketenagakerjaan; 2. Mediator;

3. Instruktur Latihan Kerja; 4. Pengantar Kerja;

(2) Pemegang Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. (3) Dalam hal Pemegang Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) pasal ini lebih dari seorang, maka dibentuk Kelompok Jabatan Fungsional. (4) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini

dipimpin oleh Pemegang Jabatan Fungsional yang paling senior.

(5) Jumlah Pegawai Negeri Sipil yang memangku setiap jenis Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, beserta rincian tugasnya masing-masing ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(6) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil menjadi pejabat fungsional sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

(30)

30

BAB III ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN

FUNGSI DINAS KETENAGAKERJAAN

3.1 GAMBARAN UMUM DAERAH TERKAIT DENGAN PELAYANAN DINAS

KETENAGAKERJAAN

Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Berdasarkan hasil analisis gambaran umum kondisi daerah, dapat diidentifikasi permasalahan pembangunan daerah pada aspek kesejahteraan masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Selama Tahun 2011-2016 tersebut trend TPT Kota Tangerang juga mengalami penurunan.

2. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan dalam hal iklim ketenagakerjaan. Namun demikian, masih terdapat pengangguran yang harus disediakan lapangan pekerjaannya. Dalam kondisi seperti ini, maka perlu adanya pengarahan pembangunan yang ramah ketenagakerjaan (employment-growth friendly), pembangunan harus mereposisi paradigma pada orientasi ketenagakerjaan yaitu penciptaan kesempatan kerja yang sebanyak-banyaknya, sehingga pendayagunaan tenaga kerja secara optimal tanpa mengabaikan aspek pertumbuhan dapat tercapai.

Urusan Ketenagakerjaan

Permasalahan yang dihadapi dalam rangka penyelenggaraan Urusan Ketenagakerjaan di Kota Tangerang adalah sebagai berikut:

1. Kualitas dan kompetensi tenaga kerja belum memadai dengan spesifikasi kebutuhan pembangunan dan dunia kerja;

2. Terbatasnya akses dan daya saing tenaga kerja lokal terhadap kesempatan kerja;

3. Terbatasnya ketersediaan lapangan kerja;

4. Rawan perselisihan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja; 5 Masih rendahnya jaminan kesejahteraan bagi tenaga kerja;

6. Belum berkualitasnya penyelenggaraan pelatihan berbasis kompetensi;

7. Masih adanya penyelenggaraan pelatihan kerja dan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK Swasta) yang belum terakreditasi

8. Peserta pelatihan kerja tidak memiliki sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP/BNSP)

9. Masih lemahnya koordinasi antar instansi dalam rangka penyelenggaraan penempatan tenaga kerja;

10. Masih terbatasnya lapangan kerja formal; 11. Masih adanya kasus unjuk rasa/mogok kerja;

12. Terdapatnya perusahaan yang tidak mengikutsertakan perusahaan dan pekerjanya dalam program Jamsostek;

13. Banyaknya kasus Perselisihan Hubungan Industrial yang dicatatkan dan harus diselesaikan oleh Mediator Hubungan Industrial;

14. Terdapatnya perusahaan yang melanggar peraturan perundang undangan ketenagakerjaan;

(31)

31

3.2 ANALISA ISU STRATEGIS BERKAITAN DENGAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETENAGAKERJAAN

A. Kesempatan Kerja

Indikator ketenagakerjaan yang bisa digunakan untuk mengetahui bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa, dalam kurun waktu tertentu adalah Angka Partisipasi Angkatan Kerja (APAK). Secara khusus APAK bisa diartikan sebagai bagian dari penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang mempunyai pekerjaan selama seminggu yang lalu, baik yang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena suatu sebab seperti menunggu panenan atau cuti. Di samping itu, mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan juga termasuk dalam kelompok angkatan kerja.

Sementara itu, penduduk yang bekerja atau mempunyai pekerjaan adalah mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan atau bekerja untuk memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu dan tidak boleh terputus.

Secara formulasi APAK bisa dihitung melalui rasio antara jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang selama 6 tahun terakhir (2011-2016) bisa dilihat pada tabel.3.1

Angka Partisipasi Angkatan Kerja Kota Tangerang Tahun 2011–2016

Tahun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)%

2011 70.31 2012 66.74 2013 67,82 2014 67.00 2015 64.68 2016 67.55

Sumber:Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang,2016

Berdasarkan 0di atas, terlihat bahwa selama 6 tahun terakhir (2011–2016 ) nilai Angka Partisipasi Angkatan Kerja (APAK) 2016 untuk Kota Tangerang sebesar 67,55 %. Hal ini mengartikan bahwa selama 6 tahun terakhir (2011–2016) secara rata-rata diantara 100 orang yang termasuk ke dalam Penduduk Usia Kerja (15 tahun ke atas) terdapat 67 orang yang merupakan Angkatan Kerja.

Pada Tahun 2016 berdasarkan data dari Dinas Ketenagakerjaan, APAK untuk Kota Tangerang naik menjadi 67.55 % dari tahun sebelumnya 64,68 %. Angka tersebut menggambarkan dari 100 orang yang termasuk ke dalam Penduduk Usia Kerja (15 tahun ke atas) pada Tahun 2016 terdapat 67 orang yang merupakan angkatan kerja. Sedangkan pada Tahun 2015 APAK sebesar 64,68 % lebih rendah dari tahun

(32)

32 sebelumnya. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja pada Tahun 2014 sebesar 67.00%, hal ini menunjukkan dari 100 orang yang masuk Kategori Penduduk Usia Kerja (PUK) terdapat 67 orang yang bekerja.

Indikator lainnya yang terkait dengan ketenagakerjaan adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), yaitu bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah penah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.Indikator ini berfungsi sebagai acuan pemerintah daerah untuk pembukaan lapangan kerja baru.Disamping itu,trend indikator ini akan menunjukkan keberhasilan/kegagalan progam dan kegiatan ketenagakerjaan dari tahun ke tahun.

Secara formulasi, indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dihitung melalui rasio antara jumlah orang yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan terhadap jumlah angkatan kerja, yang selama Tahun 2011 – 2016 bisa dilihat pada tabel 3.2

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Tangerang Tahun 2011–2016

Tahun Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)%

2011 12.89 2012 8.31 2013 8.38 2014 7.81 2015 8.00 2016 7.00

Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang.2016

Berdasarkan tabel 3.2 di atas, terlihat bahwa pada 2016 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) untuk Kota Tangerang sebesar 7,00 % .Hal ini mengartikan bahwa diantara 100 orang yang termasuk ke dalam angkatan kerja terdapat sekitar 7 orang yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Pada tahun 2016 TPT untuk Kota Tangerang turun menjadi 7.00 % dari tahun sebelumnya yaitu 8.00 %.Angka tersebut menggambarkan bahwa dari 100 orang yang termasuk ke dalam angkatan kerja pada tahun 2016 terdapat sekitar 7 orang yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Hal ini menunjukkan tingkat pengangguran di Kota Tangerang kecil.

Terlihat bahwa trend TPT Kota Tangerang selama tahun 2011-2016 mengalami penurunan, hal ini menunjukkan perbaikan dalam hal iklim ketenagakerjaan. Namun walaupun demikian. masih terdapat jumlah pengangguran yang harus disediakan lowongan kerja bagi mereka. Dalam kondisi seperti ini, maka perlu adanya pengarahan

pembangunan yang ramah ketenagakerjaan

(employment-growthfriendly),pembangunan harus mereposisi paradigma pada orientasi ketenagakerjaan yaitu penciptaan kesempatan kerja yang sebanyak-banyaknya, sehingga pendayagunaan tenaga kerja secara optimal tanpa mengabaikan aspek pertumbuhan dapat tercapai.

(33)

33 Tabel 3.3.

Pencari kerja, lowongan dan Penempatan 2010 - 2016 Data 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Pencari kerja yang mendaftar 32.615 21.550 21.464 25.942 18.812 19.335 19.232 Lowongan kerja yang dilaporkan 14.407 12.738 14.251 16.882 13.292 14.312 15.902 Pencari kerja yang ditempatkan 14.288 12.602 11.333 14.203 10.903 9.514 11.611 Gambar 3.3

B. Struktur dan Kualitas Tenaga Keja

Gambar.3.4

Pencari Kerja Terdaftar dan Lowongan kerja berdasarkan tingkat Pendidikan

Jumlah Pencari Kerja dan Lowongan Yang Tersedia (Menurut Tingkat Pendidikan) di Kota TangerangTahun 2016

No. Tingkat Pendidikan Lk Pencari Kerja Pr Jml Lk Lowongan Kerja Pr Jml

1 Tidak Tamat SD 3 0 3 2 5 7 2 SD 32 108 140 26 66 92 3 SLTP 316 629 945 343 556 909 4 SLTA 8546 7302 15.848 5.434 5.332 10.766 5 Diploma/Sarjana Muda 269 475 744 970 1.261 2.231 6 Sarjana 793 747 1.540 787 1.114 1.903 7 Pasca Sarjana (S2) 6 6 12 4 2 6 Tahun 2016 9.965 9.267 19.232 7.566 8.336 15.902 Tahun 2015 9.694 9.641 19.335 7.714 6.598 14.312 Tahun 2014 7.120 6.344 13.464 6.846 6.444 13.290 Tahun 2013 11.145 10.319 21.464 7.261 6.990 14.251 Tahun 2012 11.315 10.235 21.550 6.621 6.117 12.738 Tahun 2011 16.895 14.784 31.679 6.977 7.430 14.407

Sumber : Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, Tahun 2016

SDM tenaga kerja di Kota Tangerang dapat dikatakan kompetensinya masih kurang memadai. Sebagai gambaran, dari jumlah pencari kerja terdaftar, tidak lebih dari 15%

(34)

34 tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan perguruan tinggi. Selebihnya jumlah tenaga kerja yang tersedia hanya memiliki tingkat pendidikan SMA/Sederajat dan SMP/Sederajat.

Gambar 3.5

Penduduk yang Bekerja Menurut Sektor Pekerjaan (lapangan usaha) di Kota Tangerang

Tahun 2012 - 2016

Penduduk yang Bekerja Menurut Sektor Pekerjaan (Lapangan Usaha) di Kota Tangerang Tahun 2012–2016

No. Sektor Pekerjaan 2012 2013 2014 2015 2016

1 Pertanian, perburuhan, kehutanan,

dan perikanan 5.647 6.822 7.913 7.085 8.540

2 Industri Pengolahan 269.765 298.873 316.875 264.599 349.442 3 Perdagangan, rumah makan, dan

jasa akomodasi 236.523 227.054 243.904 249.033 259.998 4 Jasa Kemasyarakatan 170.402 204.066 180.060 209.025 185.442

5 Lainnya 157.755 167.397 174.229 182.981 187.683

Jumlah 840.092 904.212 922.981 912.723 991.105

Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang,2016

Berdasarkan tabel di atas,pada tahun 2016 karakteristik pekerja di Kota Tangerang sebagian besar bekerja di sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu sebanyak 349.442 orang, sementara sektor pertanian, perburuhan, kehutanan dan perikanan merupakan sektor yang paling sedikit menyerap tenaga kerja. yaitu sebanyak 8.540 orang.

Gambaran persebaran tenaga kerja menurut sektor pekerjaan (lapangan usaha) tersebut mengindikasikan bahwa Kota Tangerang mempunyai potensi ketenagakerjaan di bidang perindustrian, perdagangan, dan jasa. Sektor (lapangan usaha) tersebut merupakan ciri khas aktivitas perekonomian daerah yang berbentuk kota. Potensi lain yang mungkin tidak banyak memberikan kontribusi ketenagakerjaan seperti pertanian, perburuhan, kehutanan, dan perikanan dapat dikembangkan melalui program padat karya produktif dan kewirausahaan. Dengan demikian, sejalan dengan perkembangannya, sektor pekerjaan (lapangan usaha) dapat ditingkatkan melalui penciptaan kesempatan kerja sebanyak-banyaknya bagi penduduk Kota Tangerang dan pendayagunaan tenaga kerja secara optimal.

Salah satu pendekatan yang sering dilakukan terkait dengan ketenagakerjaan adalah optimalisasi kemampuan dan keterampilan berdasarkan kebutuhan serta penyesuaian jenis lowongan pekerjaan dengan kualifikasi tingkat pendidikan serta keahlian yang dimiliki oleh pencari kerja. Pada tahun 2016 , di Kota Tangerang terdapat 19.232 orang pencari kerja, sedangkan banyaknya lowongan kerja yang tersedia (terdaftar) sebanyak 15.902 lowongan kerja . Hal ini berarti bahwa kesempatan kerja

(35)

35 (lowongan kerja yang tersedia) tidak seimbang dengan pertambahan angkatan kerja (bekerja dan tidak bekerja) dari waktu ke waktu.

Ketenagakerjaan merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi khususnya dalam upaya pemerintah untuk menanggulangi pengangguran dan kemiskinan, dikarenakan tenaga kerja sebagai motor penggerak pembangunan. Aktivitas pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja jauh tertinggal dibanding dengan pertambahan angkatan kerja dari waktu ke waktu. Pembangunan harus mereposisi paradigmanya menjadi berorientasi pada ketenagakerjaan yaitu penciptaan kesempatan kerja yang sebanyak-banyaknya dan pendayagunaan tenaga kerja secara optimal tanpa mengabaikan aspek pertumbuhan dan produktivitas.

URAIAN PENCAPAIAN SASARAN

Capaian Kinerja Sasaran Terwujudnya Ketenagakerjaan yang berkualitas dan berbasis keahlian serta berorientasi pada penciptaan dan perluasan lapangan kerja Tahun 2016 dilaksanakan melalui 1 (satu) Indikator Makro Indikator dengan indikator Kinerja telah mencapai 112 persen dan 2 (dua) indikator Kinerja telah melampaui target dengan rata-rata capaian kinerja sasaran sebesar 96,33 persen.

Beberapa informasi penting setiap indikator kinerja, dapat dijelaskan sebagai berikut: • Angkatan kerja : penduduk usia 15 tahun ke atas yang aktif secara ekonomi

(bekerja dan tidak bekerja /pengangguran).

• Bekerja : kegiatan yang dilakukan 1 jam secara berturut-turut dalam seminggu yang lalu untuk mencari penghasilan atau membantu orang lain mendapat pengahasilan.

• Pengangguran : penduduk yang tidak bekerja dan sedang: • Mencari pekerjaan

• Mempersiapkan usaha

• Putus asa tidak akan mendapatkan pekerjaan

• Sudah mendapat pekerjaan tapi belum mulai bekerja a) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

adalah Rasio dari Jumlah Penganggur Terbuka terhadap Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Tabel 1 diatas, Tahun 2016 Jumlah Angkatan Kerja sebanyak 1.065.744 orang. Sedangkan Jumlah Penduduk yang Bekerja sebanyak 991.105. Dari Jumlah Angkatan Kerja terdapat 74.639 orang yang tidak bekerja atau

(36)

36 penganggur terbuka. Sehingga Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah rasio Jumlah Penganggur terbuka terhadap Angkatan Kerja = (74.639 / 1.065.744) x 100 = 7,00%

Dari target penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2016 sebanyak 7,90 % , terealisasi target penurunan TPT sebesar 7,00 %. Sehingga capaian Realisasinya 112 %

Permasalahan

 Pengangguran Terbuka disebabkan banyaknya Angkatan Kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja.

 Angkatan Kerja tidak langsung mulai bekerja atau masih mencari pekerjaan yang sesuai.

Solusi

 Memberikan sekolah gratis (beasiswa) kepada lulusan SMP untuk dapat melanjutkan ke SMA/SMK. Selanjutnya lulusan SMA/SMK untuk dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Sehingga lulusan tersebut tidak termasuk dalam Angkatan Kerja yang menganggur.

 Memberikan lebih banyak akses peningkatan kesempatan kerja dengan memberikan informasi lowongan pekerjaan melalui pameran kesempatan kerja (bursa kerja)

 Memberikan pelatihan praktis kepada pencari kerja agar dapat meningkatkan keterampilan untuk menjadi wirausaha baru

b) Besaran pencari kerja terdaftar yang ditempatkan

Besaran pencari kerja yang terdaftar yang ditempatkan adalah persentasi jumlah pencari kerja yang mendaftarkan dan tercatat pada dinas provinsi/kabupaten/kota yang menangani bidang ketenagakerjaan dan jumlah pencari kerja yang diterima bekerja oleh pemberi kerja dalam hal ini perusahaan yang mendaftarkan lowongan pekerjaannya pada Dinas Ketenagakerjaan. Pada

(37)

37 tahun 2016 jumlah Pencari kerja terdaftar yang ditempatkan sebanyak 11.611 orang dibanding dengan jumlah pencari kerja terdaftar sebanyak 19.232 orang. Dengan target 68,00% , realisasi persentasenya adalah 60,37 %. Sehingga capaiannya 88,77 % Data 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Pencari kerja yang mendaftar 32.615 21.550 21.464 25.942 18.812 19.335 19.232 Lowongan kerja yang tersedia 14.407 12.738 14.251 16.882 13.292 14.312 15.902 Pencari kerja yang ditempatkan 14.288 12.602 11.333 14.203 10.903 9.514 11.611

c) Jumlah Lowongan Kerja

Jumlah Lowongan Kerja adalah Lowongan yang dilaporkan oleh Pemberi Kerja kepada Dinas Ketenagakerjaan yang menginformasikan jumlah lowongan yang tersedia untuk dapat diisi oleh pencari kerja terdaftar pada Dinas

(38)

38 Ketenagakerjaan. Target Lowongan kerja pada tahun 2016 sebanyak 15.312, terealisasi sebanyak 15.902 lowongan kerja. Sehingga capaiannya103,85%

.Jumlah Pencari Kerja dan Lowongan Kerja Yang Tersedia (Menurut Tingkat Pendidikan) di Kota TangerangTahun 2016

No. Tingkat Pendidikan Pencari Kerja Lowongan Kerja

Lk Pr Jml Lk Pr Jml 1 Tidak Tamat SD 3 0 3 2 5 7 2 SD 32 108 140 26 66 92 3 SLTP 316 629 945 343 556 909 4 SLTA 8546 7302 15.848 5.434 5.332 10.766 5 Diploma/Sarjana Muda 269 475 744 970 1.261 2.231 6 Sarjana 793 747 1.540 787 1.114 1.903 7 Pasca Sarjana (S2) 6 6 12 4 2 6 Tahun 2016 9.965 9.267 19.232 7.566 8.336 15.902 Tahun 2015 9.694 9.641 19.335 7.714 6.598 14.312 Tahun 2014 7.120 6.344 13.464 6.846 6.444 13.290 Tahun 2013 11.145 10.319 21.464 7.261 6.990 14.251 Tahun 2012 11.315 10.235 21.550 6.621 6.117 12.738 Tahun 2011 16.895 14.784 31.679 6.977 7.430 14.407

Sumber : Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, Tahun 2016

Berdasarkan tabel tersebut di atas, terlihat bahwa pada tahun 2016 jumlah lowongan kerja yang terdaftar sebanyak 15.902 atau naik 11 % dari tahun sebelumnya.Sementara itu jumlah pencari kerja yang terdaftar sebanyak 19.232 orang, atau turun sebesar 0,5 % dari tahun sebelumnya. Secara prosentase terlihat bahwa terjadi kenaikan pencari kerja dibanding dengan lowongan yang tersedia. Hal demikian merupakan kondisi yang normal dalam ketenagakerjaan. Biasanya jumlah pencari kerja yang masuk kategori angkatan kerja lebih banyak dari lowongan yang tersedia. dikarenakan pembukaan lowongan kerja merupakan hak dari pemberi kerja (dalam hal ini perusahaan) yang disesuaikan

(39)

39 dengan kondisi perusahaan. Perusahaan baru misalnya akan lebih banyak membuka lowongan dan merekrut karyawandibanding perusahaan lama. Dinas Ketenagakerjaan berperan dalam pencarian lowongan ke perusahaan dan Perusahaan mempunyai kewajiban untuk melaporkan lowongan yang tersedia ke Dinas Ketenagakerjaan sebagaimana ketentuan yang mengatur dan mewajibkan perusahan melaporkan lowongan kerja yang tersedia.

Selain itu. informasi yang bisa diperoleh dari tabel di atas adalah bahwa berdasarkan jenis kelamin, pencari kerja pada tahun 2016 didominasi oleh tamatan SLTA sebanyak 15.848 Sementara itu, lowongan kerja yang tersedia untuk lulusan SLTA sebanyak 10.766 lowongan.

Permasalahan

 Tidak semua pencari kerja terdaftar menginformasikan /melaporkan keberadaan mereka setelah mendapatkan pekerjaan atau menjadi wirausaha baru

 Perusahaan pemberi kerja sebagai peserta Pameran Kesempatan Kerja (Job Fair) tidak seluruhnya melaporkan hasil penempatan tenaga kerja

 Tidak Semua perusahaan (pemberi kerja) melaporkan lowongan kerja ke Dinas Ketenagakerjaan

Solusi

 Pada saat Pelaksanaan Pameran Kesempatan Kerja, aplikasi lamaran kerja harus berbasis Teknologi Informasi

 Pencari kerja terdaftar menginformasikan atau melaporkan keberadaan mereka setelah mendapatkan pekerjaan atau menjadi wirausaha baru

 Perusahaan peserta pameran kesempatan kerja, melaporkan hasil rekruitmennya secara berkala kepada Dinas Ketenagakerjaan

 Lowongan kerja yang dilaporkan harus update dan perusahaannya tidak fiktif

 Intensitas lowongan kerja yang dilaporkan harus lebih banyak pada saat menjelang kelululusan siswa SMK/SMA.

 Integrasi sistem dari Informasi Pasar Kerja secara online dari Kementrian Ketenagakerjaan – Dinas Ketenagakerjaan – Kelurahan yang ada di Kota Tangerang.

(40)

40

Gambar 3.6

Pengesahan Peraturan Perusahaan

0 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 PP baru 7 3 2 6 1 16 PP Perpanjangan 87 84 35 62 35 134 Jumlah Pengesahan PP 94 87 37 68 36 150

Sampai dengan tahun ini 975 1062 1099 1167 1203 1353

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : Dinas Ketenagakerjaan, 2016

Adapun jumlah tenaga kerja dan perusahaan dapat dilihart pada gambar 3.7 Gambar 3.7

Jumlah Tenaga Kerja dan Perusahaan Tahun 2011 - 2016 TAHUN 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Perusahaan 2.380 2.596 2.846 2.875 3.138 3.319 Tenaga Kerja 296.629 299.743 314.953 342.489 373.000 534.984 KOTA TANGERANG BH AKTI H KA RYA AD I KERTARAHARJ A

Referensi

Dokumen terkait

c) Mereka yang telah berusia 16 tahun tetapi belum berusia 18 tahun memang masih Mereka yang telah berusia 16 tahun tetapi belum berusia 18 tahun memang

Pada pengujian menggunakan metode black box testing pada Sistem Informasi Geografis Pemetaan Persebaran Alumni dengan Analisa Clustering didapatkan hasil bahwa semua modul dalam

program studi ekstensi s1 ilmu komputer... program studi ekstensi s1 ilmu

organisasi Kementrian, Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, dan instansi Pemerintah lainnya, baik pusat maupun Daerah termasuk Badan Usaha Milik

Adapun yang menjadi permasalah dalam penelitian ini yaitu berupa Peningkatan Kualitas Pelayananan Kesehatan Masyarakat Di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya dimana

dNTP akan menempel pada gugus -OH ujung 3’ dari primer pada proses elongasi dan membentuk untai baru yang komplementer dengan untai template DNA (Handoyo dan