MODEL PENDIDIKAN KADER IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun 2014)
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat-syarat guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Agama Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Disusun Oleh : Beti Ernawati NIM: G000100051 NIRM: 10/X/02.2.1/T/5589
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
ABSTRAK
MODEL PENDIDIKAN KADER IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun 2014)
Pendidikan kader adalah suatu upaya yang dilakukan oleh sebuah organisasi untuk me-revitalisasi kader yang dimilikinya dan diharapkan mampu meneruskan jalan roda organisasi dalam mencapai suatu tujuan. Pendidikan kader sangatlah penting bagi sebuiah organisasi, karena dengan adanya pendidikan kader maka sebuah organisasi memiliki aktivis yang mengembangkan organisasi tersebut. Oleh karena itu, bagaimana model pendidikan kader dapat dilihat dari materi dan metode yang diterapkan di IPM SMP Muhammadiyah 8 Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui model pendidikan kader IPM SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah menambah wawasan keilmuan mengenai perkaderan pada umumnya dan perkaderan Muhammadiyah pada khususnya. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pendidikan kader yang ada di IPM SMP Muhammadiyah 8 Surakarta adalah pendikan kader formal dan non-formal. Pendidikan kader formal di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta yang terlaksana baru pada jenjang Pengkaderan Formal Utama yaitu Pelatihan Kader Taruna Melati 1. Sedangkan pendidikan kader non formal yaitu Sekolah Kader (SEKAD).
Materi pendidikan kader formal Pelatihan Taruna Melati 1 adalah ke-IPMan, keIslaman, kemuhammadiyahan, kepemimpinan dan paradigma kritis. Sedangkan dalam pendidikan kader non formal Sekolah Kader (SEKAD) materi yang disampaikan adalah mengulas materi yang pernah disampaikan dalam Pelatihan Kader Taruna Melati 1.
Metode yang digunakan dalam Dalam pendidikan kader formal Pelatihan Taruna Melati 1 metode yang digunakan yaitu pemanasan, ceramah dan tanya jawab, diskusi kelompok, studi kasus, curah pendapat (Brainstorming) dan ice breaker.Sedangkan alam pendidikan kader non formal Sekolah Kader (SEKAD) metode yang digunakan adalah metode ceramah.
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Muhammadiyah adalah
Gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar, beraqidah Islam dan bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT, untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.1
Namun berbagai kesempatan, akhir-akhir ini sering dilansir bahwa perkembangan Muhammadiyah yang amat pesat di bidang organisasi tidak diimbangi oleh jumlah dan mutu kader yang dihasilkan. Banyak kader Muhammadiyah yang berganti rumah dan meninggalkan baju Muhammadiyah serta masuk ke rumah dan menggunakan baju orang lain. Tentu problem ini menunjukkan adanya indikasi atas kegagagalan Muhammadiyah dalam melakukan
1 Haedar Nashir, Meneguhkan
Ideologi Gerakan Muhammadiyah (Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, 2007), hlm. 110.
pendidikan dan pembinaan kader selama ini.2
Muhammadiyah memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara berkesinambungan, patah tumbuh hilang berganti. Karena itu, pembinaan kader di dalam Muhammadiyah dilaksanakan antara lain melalui sekolah dan perguruan tinggi di lingkungan Muhammadiyah. Salah satunya melalui pembinaan angkatan muda
seperti, Ikatan Pelajar
Muhammadiyah selanjutnya disebut IPM.
Layaknya sebuah organisasi kondisi perkaderan yang terjadi di Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta
mengalami pasang surut. Apakah hal tersebut disebabkan karena model perkaderannya yang kurang efektif atau karena adanya faktor lainnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian ini dengan judul “Model Pendidikan Kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah
(Studi Kasus di SMP
2
Deni al Asy’ari, Selamatkan Muhammadiyah: Agenda Mendesak Warga Muhammadiyah (Yogyakarta: Naufan Pustaka, 2010), hlm. 159.
2
Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun 2014).
Rumusan Masalah
Bagaimana model pendidikan kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMP Muhammadiyah 8 Surakarta ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :
Mengetahui model pendidikan kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMP Muhammadiyah 8 Surakarta.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Manfaat teoritis: Menambah wawasan keilmuan mengenai perkaderan pada umumnya dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMP Muhammadiyah 8 Surakarta pada khususnya.
Manfaat praktis: 1) Bahan masukan bagi persyarikatan Muhammadiyah pada umumnya dan Ikatan Pelajar
Muhammadiyah SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta pada khususnya. 2) Bahan pertimbangan untuk Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMP Muhammadiyah 8 Surakarta
dalam menciptakan kader yang mempunyai kemampuan intelektual yang memadai dan religius.
LANDASAN TEORI Tinjuan Pustaka
1. Penelitian yang dilakukan oleh Suratman (UMS, 2009)3 , dengan judul “ Pendidikan Kader Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (Studi Kasus di IMM Komisariat Muhammad Abduh Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Periode 2007-2008”.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Edi Rukman (UMS, 2012)4 dengan judul “Pendidikan Kader
Muhammadiyah (Studi Empiris di
Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kota Surakarta).
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ma’unah Wahyu Hidayati (UNY,
3
Suratman, Pendidikan Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Studi Kasus di IMM Komisariat Muhammad Abduh Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Periode 2007-2008), (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009).
4 Edi Rukman, Pendidikan Kader
Muhammadiyah (Studi Empiris di Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota
Surakarta).(Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012).
3
2001)5 dengan judul “Peran
Muhammadiyah Dalam Pengembangan Masyarakat Melalui Pendidikan (Studi Terhadap Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta”.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Sulastri (UNY, 2000)6 dengan
judul “Peran Madrasah
Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta Dalam Bidang Pendidikan dan Dakwah”. Tinjauan Teoritik
1. Penegasan Arti Judul a. Model
Model adalah
visualisasi atau kontruksi konkret dari suatu konsep yang akan dibangun atau dikembangkan sesuai tujuan
5 Ma’unah Wahyu Hidayati, Peran
Muhammadiyah Dalam Pengembangan Masyarakat Melalui Pendidikan (Studi Terhadap Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta),
(Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta, 2001).
6 Siti Sulastri, Peran Madrasah
Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta Dalam Bidang Pendidikan dan Dakwah ( Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2000).
atau sasaran yang telah ditetapkan.7
Adapun yang
dimaksud dengan model di
sini adalah model
pendidikan kader IPM yang terdapat dalam sistem perkaderan.
b. Pendidikan Kader
Pendidikan kader terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan kader.
Adapun Pendidikan
menurut Undang-Undang
Sistem Pendidikan
Nasional (UU sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003, pada Pasal 1 ayat (1)
disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
7
Nana Rukmana , Strategi
Partnening : Model Manajemen Pendidikan Berbasis Kemitraan (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 116.
4
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.8
Kader adalah anggota inti yang menjadi bagian terpilih dalam lingkup dan lingkungan pimpinan serta mendampingi di sekitar pemimpin. Kader bisa berarti pula sebagai jantung suatu organisasi. Jika kader dalam sebuah kepemimpinan lemah, maka seluruh kekuatan kepemimpinan juga akan lemah. Berpijak dari pengertian pendidikan dan kader di atas dapat diketahui bahwa pendidikan kader adalah suatu upaya yang dilakukan oleh sebuah organisasi untuk me-revitalisasi kader yang dimilikinya dan diharapkan mampu meneruskan jalan roda organisasi dalam mencapai suatu tujuan.
c. Ikatan Pelajar Muhammadiyah
8 Agus Wibowo, Pendidikan
Karakter Berbasis Sastra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 3.
Ikatan Pelajar
Muhammadiyah (IPM) berdiri pada tanggal 18 Juli 1961. Ikatan Pelajar Muhammadiyah lahir bertujuan sebagai usaha:
“Terbentuknya remaja muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya diri sendiri dan berguna bagi masyarakat dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.”9
Ikatan Pelajar
Muhammadiyah merupakan wadah aktualisasi bagi kader-kader Muhammadiyah yang berusia remaja atau usia sekolah dari kader-kader Muhammadiyah masuk dalam organisasi otonom dengan harapan bisa menjadi penerus gerakan Muhammadiyah.10
Adapun Ikatan Pelajar
Muhammadiyah yang
dimaksudkan di sini adalah Ikatan Pelajar Muhammadiyah di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta.
9
Mu’arif dkk, Bermuhammadiyah Secara Kultural ( Yogyakarta: Surya Sarana Utama Devisi Grafika, 2004), hlm 37-38.
10 Mu’arif dkk, Bermuhammadiyah
Secara Kultural ( Yogyakarta: Surya Sarana Utama Devisi Grafika, 2004), hlm37-38.
5
2. Model Pendidikan Kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Model pendidikan kader IPM terdapat dalam sistem perkaderan. Sistem perkaderan tersebut merupakan acuan utama dalam pelaksanaan pendidikan kader pada IPM, sehingga proses pencapaian
tujuan IPM, yaitu
“Terbentuknya remaja muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya diri sendiri dan berguna bagi masyarakat dalam rangka mencapai Muhammadiyah11 dapat terlaksana dengan baik. Dalam sistem perkaderan IPM pendidikan kader ada yang bersifat formal dan non formal.12
a. Pendidikan kader formal Pendidikan kader formal yaitu usaha kaderisasi yang dilaksanakan oleh IPM dalam bentuk pendidikan, pelatihan dan pendampingan yang diselenggarakan secara
11
Ibid
12
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.2.
terprogram, terpadu, terarah dan bertujuan untuk mencapai tujuan perkaderan IPM.13
Perkaderan formal dalam Ikatan Pelajar Muhammadiyah memiliki komponen sebagai berikut:
1) Pengkaderan Formal Utama, disebut Pelatihan Kader Taruna Melati (TM), yaitu meliputi: a) Pelatihan Kader Taruna
Melati I (TM I) (1) Materi
al-Islam,
Kemuhammadiyahan, ke-IPM-an, psikologi remaja (aspek hati nurani), sosial masyarakat, dan muatan lokal.14
(2) Metode
pemanasan, ceramah dan tanya jawab, diskusi kelompok, bermain peran (role play), simulasi (simulation), diskusi pleno, studi kasus, curah pendapat
13 Pimpinan Pusat Remaja
Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.6.
14
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.23.
6
(brainstorming), ice breaker dan praktek lapangan.15
(3) Pelaksanaan
Pelatihan Kader Taruna Melati I dilaksanakan di daerah Ranting, Desa atau Kecamatan. Pemilihan lokasi atau tempat pelatihan mempertimbangkan fasilitas yang memumgkinkan untuk proses latihan. Pelatihan berlangsung selama 5 hari terdiri dari kegiatan :
(a) Perjalanan datang dan pulang.
(b) Pembukaan dan penutupan.
(c) Belajar dan berlatih. 16 b) Pelatihan Kader Taruna
Melati II (TM II) (1) Materi al-Islam, kemuhammadiyahan, ke-IPM-an, komunikasi efektif, sosial masyarakat, 15
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm. 27-28.
16
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm. 29.
kepemimpinan dan
muatan lokal.17 (2) Metode
pemanasan, ceramah dan tanya jawab, diskusi kelompok, bermain peran (role play), simulasi (simulation), diskusi pleno, studi kasus (case study),
curah pendapat (
brainstorming), ice breaker
dan praktek lapangan. 18 (3) Pelaksanaan
Pelatihan Kader Taruna Melati II dilaksanakan di tingkat Daerah. Pemilihan lokasi atau tempat pelatihan mempertimbangkan fasilitas yang memungkinkan untuk proses pelatihan. Pelatihan berlangsung selama 7 hari terdiri dari kegiatan:
(a) Perjalanan datang dan pulang.
(b)Pembukaan dan
penutupan.
17
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm. 61.
18
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm. 65-66.
7
(c) Belajar dan berlatih. 19 c) Pelatihan Kader Taruna
Melati III (TM III) (1) Materi
al-Islam,
kemuhammadiyahan, ke-IPM-an, filsafat dan logika, ideologi-ideologi sosial, metodologi analisis sosial, praktek sosial dan muatan lokal.20 (2) Metode
pemanasan, ceramah dan tanya jawab, diskusi kelompok, bermain peran (role
play), simulasi (simulation), diskusi pleno, studi kasus (case
study), curah pendapat
(brainstorming), ice breaker dan praktek
lapangan.21 (3) Pelaksanaan
19
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah , Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm. 67.
20
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm. 99.
21
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.103-104.
Pelatihan Kader Taruna Melati III dilaksanakan di tingkat wilayah, yaitu di daerah kabupaten/kota atau ibukota propinsi. Pemilihan lokasi/tempat pelatihan
mempertimbangkan
fasilitas yang
memungkinkan untuk proses pelatihan. Pelatihan berlangsung selama minimal 7 hari terdiri dari kegiatan:
(a) Perjalanan datang dan pulang.
(b) Pembukaan dan
penutupan.
(c) Belajar dan berlatih. 22 d) Pelatihan Kader Taruna
Melati Utama (TM U) (1) Materi
al-Islam,
kemuhammadiyahan, ke-IPM-an, filsafat dan logika, ideologi-ideoligi sosial, metodologi analisis sosial, praktek sosial dan
22
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.105.
8
muatan lokal (isue actual). 23
(2) Metode
pemanasan, ceramah dan tanya jawab, diskusi kelompok, bermain peran (role play), simulasi (simulation), diskusi pleno, studi kasus, curah pendapat
(brainstorming), ice breaker, workshop dan
praktek lapangan.24 (3) Pelaksanaan
Pelatihan Kader Taruna
Melati Utama
dilaksanakan di tingkat pimpinan wilayah terpilih
berdasarkan SK
penunjukan dari PP IPM. Pemilihan lokasi atau
tempat pelatihan
mempertimbangkan
fasilitas yang
memungkinkan untuk proses pelatihan. Lama pelatihan tergantung dari
23
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.145.
24
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.149-150.
hasil proses need assessment Pelatihan Kader Taruna Melati Utama. 25
2) Pengkaderan Formal
Pendukung meliputi:
a) Pelatihan Fasilitator dan Pendampingan Tingkat I (PFP I)
b) Pelatihan Fasilitator dan Pendampingan Tingkat II (PFP II)
3) Pelatihan Formal Pelengkap Adalah model pelatihan dan atau pendidikan yang diselenggarakan oleh IPM dalam bentuk kursus-kursus singkat sebagai pelengkap dari pelatihan kader utama dan pendukung. Jenis pelatihannya disesuaikan dengan hasil evaluasi pasca pelatihan dan need asessment (output).26
b. Pendidikan Kader non formal
25 Pimpinan Pusat Ikatan Remaja
Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.151.
26
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.7.
9
Pendidikan kader non formal yaitu segala kegiatan di luar perkaderan formal yang diikuti oleh simpatisan dan atau anggota yang dapat menunjang proses kaderisasi.
Aspek-aspek perkaderan non formal meliputi:
1) Melalui pendidikan atau pelatihan.
misalnya: Pelatihan Motivator Kelompok Ilmiah Remaja (PMKIR).
2) Melalui aktifitas
METODE PENELITIAN
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dilihat dari sumber datanya, maka penelitian ini termasuk field
research (penelitian lapangan).
Adapun pendekatan dalam penelitian ini dengan cara pendekatan deskriptif kualitatif.
Tempat, Subyek dan Obyek Penelitian
Tempat
Penelitian ini mengambil tempat di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta.
Subyek
Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa yang
menjadi anggota, pengurus dan
pembina Ikatan Pelajar
Muhammadiyah di SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta.
Obyek
Adapun obyek penelitian adalah pokok masalah yang menjadi pertanyaan penelitian, yaitu model pendidikan kader Ikatan Pelajar
Muhammadiyah di SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun 2014.
Metode Pengumpulan Data
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, tetapi melalui dokumen.
2. Metode Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan
bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan menggunakan atau tanpa
10
menggunakan pedoman (guide) wawancara.27
3. Metode Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung maupun tidak langsung tentang hal-hal yang diamati dan mencatatnya pada alat observasi
Metode Analisis Data
Untuk menganalisis data yang terkumpul penulis menggunakan metode deduktif yaitu perolehan data yang besifat umum, kemudian diolah untuk mendapat rincian yang bersifat khusus. Umum yang dimaksud disini adalah teori yang digunakan, dalam hal ini adalah teori tentang pengkaderan IPM. Sedangkan khusus adalah data yang diperoleh di lapangan. Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data adalah sebagai berikut: pertama, setelah pengumpulan data selesai dilakukan maka langkah selanjutnya adalah reduksi data, yaitu menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan pengorganisasian sehingga
27 Burhan Bungin, Metodologi
Penelitian kuantitatif ( Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hlm. 136.
data terpilah-pilah. Kedua, data akan disajikan dalam bentuk narasi.
Ketiga, akan dilakukan penarikan
kesimpulan dari data yang diperoleh.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan pada data yang telah dilakukan baik melalui dokumentasi, wawancara dan observasi bahwasanya model
pendidikan kader di SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta
dilakukan dengan dua model, yaitu model pendidikan kader formal dan non formal. Hal ini dapat dilihat dari teori perkaderan IPM.
Model pendidikan kader
IPM SMP Muhammadiyah 8
Surakarta adalah sebagai berikut: A. Model Pendidikan Kader
1. Pendidikan Kader Formal Di dalam perkaderan formal ini terdiri dari beberapa jenjang pertama: Pengkaderan Formal Utama disebut Pelatihan Kader Taruna Melati (TM) yang meliputi: Pelatihan Kader Taruna Melati 1 (TM I), Pelatihan Kader Taruna Melati
11
II (TM II), Pelatihan Kader Taruna Melati III (TM III) dan Pelatihan Kader Taruna Melati Utama (TM U). Kedua:
pengkaderan Formal
Pendukung yang meliputi: Pelatihan Fasilitator dan Pendampingan Tingkat I (PFP I) dan Pelatihan Fasilitator dan Pendampingan Tingkat II (PFP II). Ketiga: Pelatihan Formal Pelengkap.
Sedangkan data di lapangan Pendidikan kader
formal di SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta yang terlaksana baru pada jenjang Pengkaderan Formal Utama yaitu Pelatihan Kader Taruna Melati 1 yang
dilaksanakan di SMK
Muhammadiyah 5 Surakarta Jl. Kerinci 16 Sekip Rt 08/VII Kadipiro, Banjarsari Surakarta pada tanggal 23-25 Desember 2013. Sedangkan jenjang pengkaderan yang lain belum terlaksanakan.
2. Pendidikan Kader Non Formal Pendidikan kader non
formal ini dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan non formal hanya sebagai pelengkap dan spesialisasi yang merupakan komponen tidak wajib atau tidak tersruktur dalam perkaderan. Pendidikan kader non formal dapat dilaksanakan melalui pendidikan atau pelatihan dan aktifitas.
Pendidikan kader non formal yang telah dilaksanakan yaitu Sekolah Kader (SEKAD) sebagai penunjang dari pendidikan kader formal. B. Materi
1. Pendidikan Kader Formal
Dalam sistem
perkaderan materi yang dipakai adalah al-Islam,
kemuhammadiyahan,
ke-IPMan, psikologi remaja aspek hati nurani, sosiologi masyarakat dan muatan lokal.
Dalam Pelatihan Kader Taruna Melati 1 ada lima materi yaitu, ke-IPMan, keIslaman,
kemuhammadiyahan,
kepemimpinan dan paradigma kritis. Materi yang disajikan
12
dalam Pelatihan Kader Taruna Melati I, sebagian besar
mengacu pada sistem
perkaderan IPM, namun juga
mengalami
perubahan-perubahan meski tidak terlalu
banyak. Pada sistem
perkaderan ada materi psikologi remaja aspek hati nurani, sosiologi masyarakat dan muatan lokal, dalam Pelatihan Kader Taruna Melati I materi mengalami perubahan dengan menyajikan materi kepemimpinan dan paradigma kritis.
2. Pendikan Kader Non Formal
Materi yang
disampaikan dalam Sekolah Kader (SEKAD) adalah mengulas materi yang pernah disampaikan dalam Pelatihan Kader Taruna Melati 1. C. Metode
1. Pendidikan Kader Formal Metode yang dipakai dalam sistem perkaderan adalah pemanasan, ceramah dan tanya jawab, diskusi kelompok, bermain peran (role play), simulasi
(simulation), diskusi pleno, studi kasus, curah pendapat (brainstorming), ice breaker dan praktek lapangan.
Metode yang
diterapkan dalam Pelatihan Kader Taruna Melati I diantaranya: pemanasan, ceramah dan tanya jawab, diskusi kelompok, studi kasus,
curah pendapat
(Brainstorming) dan ice breaker.
Metode yang
digunakan dalam Pelatihan Kader Taruna Melati I, sebagian besar mengacu pada sistem perkaderan IPM, namum juga mengalami perubahan-perubahan meski tidak terlalu banyak. Pada sistem perkaderan ada metode bermain peran (role play), simulasi (simulation), diskusi pleno dan praktek lapangan. Dalam Pelatihan Kader Taruna Melati I metode yang digunakan hanya, pemanasan, ceramah dan tanya jawab, diskusi kelompok, studi kasus,
13
(brainstorming) dan ice breaker.
2. Pendidikan Kader Non Formal Metode yang digunakan
dalam Sekolah Kader
(SEKAD) untuk
menyampaikan materi yang pernah disampaikan dalam Pelatihan Kader Taruna Melati 1 adalah metode ceramah.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan dan analisis data yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Model Pendidikan Kader.
Pendidikan kader yang diterapkan adalah pendidikan kader formal dan non formal.
Pendidikan kader formal di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta yang terlaksana baru pada jenjang Pengkaderan Formal Utama yaitu Pelatihan Kader Taruna Melati 1. Sedangkan pendidikan kader non formal yaitu Sekolah Kader (SEKAD).
2. Materi Pendidikan Kader
Dalam pendidikan kader formal Pelatihan Taruna Melati 1 materi yang sampaikan ada lima materi yaitu, ke-IPMan, keIslaman, kemuhammadiyahan, kepemimpinan dan paradigma ktitis.
Sedangkan dalam
pendidikan kader non formal Sekolah Kader (SEKAD) materi yang disampaikan adalah mengulas materi yang pernah disampaikan dalam Pelatihan Kader Taruna Melati 1.
3. Metode Pendidikan Kader Dalam pendidikan kader formal Pelatihan Taruna Melati 1 metode yang digunakan yaitu pemanasan, ceramah dan tanya jawab, diskusi kelompok, studi kasus, curah pendapat (Brainstorming) dan ice breaker.
Dalam pendidikan kader non formal Sekolah Kader
(SEKAD) metode yang
digunakan adalah metode ceramah.
Saran
Berpijak dari kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang perlu
14
penulis sampaikan, diantaranya yaitu:
1. Untuk IPM perlu adanya evaluasi diri kenapa sistem perkaderan yang terlaksana baru pada jenjang perkaderan formal utama.
2. Untuk peneliti selanjutnya, perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kenapa sistem perkaderan yang terlaksana baru pada jenjang perkaderan formal utama.
DAFTAR PUSTAKA
Al Asy’ari, Deni. 2010. Selamatkan
Muhammadiyah.: Agenda
Mendesak Warga
Muhammadiyah. Yogyakarta:
Naufan Putaka.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Bunging, Burhan. 2010. Metodologi
Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Pranada Media Group.
Hikmat. 2011. Manajemen
Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung : Pustaka
Setia.
Mardalis. 2006. Metode Penelitian
Suatu Pendekatan Proposal.
Jakarta : Bumi Aksara.
Mu’arif dkk. 2004.
Ber-Muhammadiyah Secara Kultural. Yogyakarta: PT. Surya Sarana Utama.
Nashir, Haedar. 2007. Meneguhkan
Ideologi Gerakan Muhammadiyah. Malang : UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. Patilima, Hamid. 2005. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung
: Alfabeta.
Putra, Nusa. 2011. Research &
Development: Penelitian dan Pengembangan Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Pimpinan Pusat IRM. 2004. Sistem
Perkaderan IRM . Yogyakarta:
LaPSI.
Rukmana, Nana. 2006. Strategi
15 Pendidikan Berbasis Kemitraan. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian
Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Prenada Media Group.
Sukaca, Agus. 2010.
Mengembangkan Misi Muhammadiyah: Mewujudkan Masyarakat Islam Yang sebenar-Benarnya. Yogyakarta
: Suara Muhammadiyah. Suryosubroto. 2004. Manajemen
Pendidikan di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.
Wibowo, Agus. 2013. Pendidikan
Karakter Berbasis Sastra.