• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian terhadap naskah Alkitābu ˋs-Safīnah ini terdiri atas tiga ruang lingkup. Pertama, penelitian yang berkaitan dengan Alkitābu ˋs-Safīnah. Kedua, penelitian filologi yang berkaitan dengan fikih ibadah. Ketiga, penelitian filologi yang menggunakan teori resepsi.

a. Penelitian yang Menggunakan Objek Alkitābu ˋs-Safīnah

Penelitian yang menggunakan objek Alkitābu ˋs-Safīnah adalah sebagai berikut.

(1) Penelitian dalam skripsi Yuli Handayani (2012), Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi ini adalah Analisis Terjemahan Safīnatu ˋn-Najātu: Studi Kasus Kata Penghubung. Yuli Handayani melakukan penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Penelitian Yuli Handayani ini mengkaji kata hubung (konjungsi) yang terdapat di dalam terjemahan Safīnatu ˋn-Najātu sehingga dapat diketahui kualitas terjemahan Salim bin Sumair Al-Hadlramī sebagai pengarang kitab tersebut.

(2)

11

Hasil penelitian Yuli Handayani menunjukkan bahwa pengarangnya lebih banyak menggunakan metode terjemahan harfiah, meskipun terdapat beberapa teks yang diterjemahkan secara bebas. Terjemahan Safīnatu ˋn-Najātu tersebut perlu dikoreksi kembali, terutama pada kata penghubung sehingga terjemahan lebih mudah dibaca dan dipahami.

(2) Penelitian dalam skripsi Abdul Rasyid (2014), Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul Studi Komaparatif Penilaian Kualitas Terjemahan Kitab “Safīnatu ˋn-Najātu” antara bahasa Indonesia dan Sunda.

Abdul Rasyid menggunakan penelitian pustaka (library research) dengan metode analisis deskriptif. Pada penelitian ini, Abdul Rasyid melakukan perbandingan kualitas antara kitab Safīnatu ˋn-Najātu versi bahasa Indonesia dan versi Sunda. Hasilnya, versi bahasa Indonesia lebih mudah dipahami daripada versi Sunda. Hal ini dipengaruhi oleh metode penerjemahan, ketegasan, kejelasan, kewajaran, dan perbedaan gaya bahasa.

Adapun kekurangan dalam skripsi Abdul Rasyid terletak pada bagian abstrak. Abstrak merupakan intisari penelitian sehingga di dalam abstrak harus dicantumkan hal-hal penting yang berkaitan dengan penelitian, termasuk metode dan teknik penelitian. Namun, dalam abstrak skripsi Abdul Rasyid tidak terdapat metode dan teknik yang digunakannya dalam penelitian.

(3)

12

b. Penelitian Filologi yang Berkaitan dengan Fikih Ibadah Penelitian filologi yang berkaitan dengan fikih ibadah, yakni:

(1) Penelitian yang dilakukan oleh Suci Antari (2008), Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam skripsinya yang berjudul Tanbīhu ˋl-Ihwān fi ˋsy-Syurūthi wa ˋl-Arkān: Suntingan Teks dan Pendekatan Resepsi. Penelitian ini menyajikan suntingan teks dan analisis isi yang mengacu pada struktur penyajian teks. Analisis isi dalam skripsi Suci Antari tersebut berisi tentang fikih ibadah, yakni taharah, sembahyang, zakat, puasa, haji, dan umroh. Pendekatan resepsi digunakan untuk menemukan suatu hal yang kurang sesuai (kesenjangan) pada teks Tanbīhu ˋl-Ihwān fi ˋsy-Syurūthi wa ˋl-Arkān. Kesenjangan tersebut mengacu pada penyajian teks.

(2) Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2013), Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam skripsinya yang berjudul Luqthata ˋl-‘Ajlāni Fī Bayāni Haidlin wa Istihādlatin wa Nifāsi ˋn-Niswān: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Isi Berlandaskan Fikih Wanita Mazhab Syafi’i. Penelitian ini menyajikan suntingan teks, struktur teks, dan isi teks. Pembahasan isi teks berisi ajaran fikih mazhab Imam Syafi’i tentang haid, istihadah, dan nifas. Pokok pembahasan yang diangkat dalam penelitian tersebut termasuk ke dalam fikih ibadah, tetapi lebih spesifik tentang masalah wanita (taharah). Pembahasan isi teks mengungkap berbagai hal mengenai haid, istihadah, dan nifas yang meliputi

(4)

13

pengertian haid, umur perempuan haid, waktu haid, hal-hal yang diharamkan bagi perempuan haid dan nifas, pengertian dan kewajiban perempuan yag istihadah, sifat darah, mustahadlah, mutahayyirah (perempuan bingung), pengertian nifas, serta waktu dan hal yang diharamkan perempuan nifas. Fikih ibadah yang terkhusus pada haid, istihadah, dan nifas tersebut sesuai dengan mahzab Imam Syafi’i. (3) Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Setiyowati (2014), Program

Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam skripsinya yang berjudul Junub Janabat: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Isi Teks Berlandaskan Fikih Syafiiyah. Penelitian ini menyajikan suntingan teks, struktur teks, dan isi teks. Isi teks Junub Janabat membahas tentang taharah dan niat bagi junub janabat. Taharah sendiri termasuk ke dalam fikih ibadah. Fikih ibadah yang khusus membahas taharah ini sesuai dengan mahzab Imam Syafi’i. Pembahasan isi teks terdiri atas (1) Taharah junub dan janabat meliputi kewajiban mandi janabat, kesucian mani, asal penciptaan manusia, alasan mandi janabat, hukuman orang yang tidak mau mandi janabat, status wanita yang junub, alasan haram melakukan persebutuhan, hal-hal yang diharamkan bagi wanita junub, dan rukun junub; (2) Niat junub dan janabat meliputi prosesi niat dan proses penciptaan manusia dalam rahim.

(5)

14

c. Penelitian Filologi yang Menggunakan Teori Resepsi

Penelitian filologi yang menggunakan teori resepsi adalah sebagai berikut. (1) Penelitian yang dilakukan oleh Listiyono (2010), Sastra Indonesia,

Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam skripsi berjudul Tanbīhātun li ˋl-Ghāfilīn: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Resepsi. Teks Tanbīhātun li ˋl-Ghāfilīn berisi ajaran tauhid, ajaran fikih, ajaran muamalah, dan Sirah Nabawiyyah (sejarah Nabi Muhammad saw). Berikut ini isi ajaran yang lebih rinci; pentingnya nasihat-menasihati dalam perkara agama, pengertian iman, pengertian kalimat syahadat dan yang berkaitan dengan kalimat syahadat dan sejarah Nabi Muhammad saw. Penelitian tersebut menyajikan suntingan teks, analisis struktur, dan tanggapan pembaca terhadap teks Tanbīhātun li ˋl-Ghāfilīn. Tanggapan tersebut diperoleh dari empat narasumber, yakni pembaca ahli yang memahami agama Islam. Pada skripsi Listiyono tidak diampirkan daftar pertanyaan yang digunakan saat melakukan wawancara terhadap narasumber. Di samping itu, Listiyono juga tidak menjelaskan alasan mengambil narasumber sejumlah empat orang untuk mewakili populasi.

(2) Penelitian yang dilakukan oleh Rina Megawati, Sastra Indonesia. Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta (2011) dalam skripsi yang berjudul Asrāru ˋsh-Shalāt: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Resepsi. Penelitian ini menyajikan suntingan teks, struktur teks, dan tanggapan pembaca terhadap teks Asrāru ˋsh-Shalāt. Teks Asrāru ˋsh-Shalāt merupakan salah satu sastra kitab yang

(6)

15

berisi tentang ilmu tasawuf, yaitu uraian mengenai sembahyang (salat) dan ma’rifatu ˋl-Lāh (mengenal Allah). Rina Megawati berasumsi bahwa teks Asrāru ˋsh-Shalāt sebagai teks berbahasa Melayu tidak banyak dipahami oleh masyarakat umum sekarang ini. Oleh karena itu, perlu diberikan tafsiran mengenai teks Asrāru ˋsh-Shalāt. Pada penelitian ini, Rina Megawati menggunakan resepsi dari tiga orang pembaca yang paham agama Islam dan bahasa Melayu. Hasil resepsi pembaca melalui tafsir teks adalah adanya persamaan dan perbedaan penafsiran (resepsi pembaca) mengenai teks Asrāru ˋsh-Shalāt. Persamaan dan perbedaan itu dipengaruhi oleh pengalaman, latar belakang, dan pendidikan pembaca. Adapun hal-hal yang ditafsirkan secara ringkas oleh ketiga narasumber disebabkan narasumber cukup kesulitan memahami dan menafsirkan teks Asrāru ˋsh-Shalāt secara utuh. Dalam skripsi tersebut, tidak dicantumkan daftar pertanyaan yang digunakan penulis saat melakukan wawancara terhadap narasumber. Selain itu, penulis juga tidak menyertakan alasan penentuan jumlah tiga orang narasumber dalam penelitiannya.

(3) Penelitian yang dilakukan oleh Anisah Sholicah, Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta (2013) dalam skripsi berjudul Ratibu ˋl-Haddad: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Resepsi Pembaca. Penelitian ini menyajikan suntingan teks, struktur teks, dan tanggapan pembaca terhadap teks Ratibu ˋl-Haddad. Teks Ratibu ˋl-Haddad merupakan kitab zikir dan doa. Saat ini Ratibu ˋl-Haddad masih dikenal bahkan populer di

(7)

16

masyarakat. Namun, kitab Ratibu ˋl-Haddad yang digunakan berupa buku cetak. Hal ini merupakan salah satu sisi menarik naskah Ratibu ˋl-Haddad. Oleh karena terdapat Ratibu ˋl-Haddad versi buku cetak dan sampai saat ini masih banyak diamalkan oleh masyarakat, maka dilakukan penelitian tanggapan pembaca terhadap teks Ratibu ˋl-Haddad tersebut. Pada skripsi itu, tanggapan pembaca didapat melalui narasumber yang berjumlah lima orang. Narasumber tersebut terdiri atas pelaku Ratibu Haddad, tokoh masyarakat, pewaris Ratibu ˋl-Haddad, dan orang yang menguasai bahasa Arab.

Hasil resepsi pembaca Ratibu ˋl-Haddad terdiri atas kedudukan teks Ratibu ˋl-Haddad di masyarakat, perbedaan isi teks Ratibu ˋl-Haddad Arab-Melayu dengan Ratibu ˋl-Haddad buku cetak, fungsi teks Ratibu ˋl-Haddad di masyarakat, manfaat teks Ratibu ˋl-Haddad, waktu tebaik membaca Ratibu ˋl-Haddad. Pada skripsi Anisah Solichah dilampirkan daftar pertanyaan beserta jawaban narasumber saat dilakukan wawancara, tetapi daftar pertanyaan antara satu narasumber dengan narasumber lainnya berbeda-beda. Jumlah pertanyaan yang diajukan berbeda-beda pula. Pemilihan jumlah narasumber dan perbedaan pertanyaan serta jumlah pertanyaan tidak dapat diketahui alasan secara pasti sebab Anisah Solichah tidak mencantumkan dalam skripsinya. Anisah hanya menjelaskan empat syarat pembaca yang dijadikan narasumber dalam penelitiannya. Empat syarat tersebut adalah pelaku Ratibu ˋl-Haddad, tokoh masyarakat, pewaris Ratibu ˋl-Haddad, dan orang yang menguasai bahasa Arab.

(8)

17

Berdasarkan paparan kajian terdahulu tersebut dapat dikatakan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada penggunaan objek material yang berbeda. Penelitian ini menggunakan objek material Alkitābu ˋs-Safīnah dengan kode Br. 222 yang merupakan koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Alkitābu ˋs-Safīnah belum pernah dikaji pada penelitian sebelumnya.

Pemilihan pondok pesantren yang digunakan dalam proses penelitian didasarkan pada data pondok pesantren di Surakarta yang dimiliki oleh Kantor Kementerian Agama Kota Surakarta. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa jumlah keseluruhan pondok pesantren yang terdaftar dalam data Kantor Kementerian Kota Surakarta berjumlah 31 pondok pesantren. Dari 31 pondok pesantren itu, 17 di antaranya merupakan pondok pesantren bertipe salafiyah atau salaf. Kemudian, dari 17 pondok pesantren bertipe salafiyah tersebut diambil 5 pondok pesantren6 untuk dijadikan sampel. Pondok pesantren yang ditetapkan sebagai sampel adalah pondok pesantren yang menggunakan kitab kuning sebagai salah satu bahan ajar, sudah lama berdiri, dan memiliki nama besar. Kelima pondok pesantren tersebut adalah Pondok Pesantren Dāru ˋs-Shālihīn, Pondok Pesantren Al-Muˋayyad, Pondok Pesantren Jamsaren, Pondok Pesantren Suryani, dan Pondok Pesantren Al-Qur’ani.

Masing-masing pondok pesantren yang telah menjadi sampel penelitian itu diambil satu orang sebagai narasumber penelitian. Narasumber

6 Pengambilan jumlah sampel tersebut telah mewakili populasi penelitian. Jumlah standar sampel

ialah 10% dari jumlah populasi. Dalam penelitian ini, sebenarnya ada 6 pondok pesantren yang dipilih untuk menjadi sampel penelitian sehingga dapat mewakili 30% dari jumlah populasi. Akan tetapi, salah satu pondok pesantren tidak bisa digunakan karena ustaz sebagai calon narasumber dari Pondok Pesantren Tahfīdz wa Ta’limi ˋl-Qur’an sama dengan calon narasumber dari Pondok Pesantren Al-Muˋayyad sehingga harus dipilih salah satu pondok pesantren saja.

(9)

18

dipilih berdasarkan kualifikasi tertentu. Kualifikasi tersebut adalah pertama, pernah membaca, mempelajari, atau mengajarkan Alkitābu ˋs-Safīnah. Kedua, memahami ilmu fikih.

2. Landasan Teori

Penelitian terhadap Alkitābu ˋs-Safīnah ditujukan untuk mendapatkan suntingan teks Alkitābu ˋs-Safīnah, mengungkap struktur Alkitābu ˋs-Safīnah sebagai salah satu jenis sastra kitab, dan mengungkap resepsi (tanggapan pembaca) terhadap Alkitābu ˋs-Safīnah sebagai sastra kitab sekaligus kitab kuning yang berisi ajaran fikih ibadah7. Pada penelitian ini digunakan empat teori, yakni teori filologi, teori sastra kitab, teori fikih, dan teori resepsi.

a. Teori Filologi

Filologi ialah ilmu yang berobjek naskah dengan tujuan menyediakan sebuah suntingan yang diperkirakan dekat dengan naskah atau teks asli, yaitu naskah atau teks yang baik dan benar. Di samping itu, juga berusaha untuk mengungkapkan isi atau kandungan naskah terutama dari segi kebudayaannya. Guna mengungkap isi atau kandungan naskah, maka perlu dilakukan penyuntingan teks. penyuntingan harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut.

(1) Inventarisasi Naskah

Inventarisasi naskah merupakan kegiatan mendata naskah-naskah yang memiliki judul sama atau sejenis dengan naskah-naskah yang akan menjadi objek penelitian. Langkah pertama yang harus dilakukan

7 Naskah Alkitābu ˋs-Safīnah tergolong sebagai sastra kitab. Akan tetapi, Alkitābu ˋs-Safīnah

dikenal pula sebagai kitab kuning yang sampai saat ini masih digunakan sebagai salah satu bahan ajar di pondok pesantren tradisional (salaf/salafiyah). Oleh karena itu Alkitābu ˋs-Safīnah dapat dikatakan sebagai sastra kitab. Isinya sama dengan Alkitābu ˋs-Safīnah yang biasa digunakan di pondok pesantren tradisional.

(10)

19

dalam penelitian filologi adalah mencatat naskah atau teks cetakan yang berjudul sama atau mengandung isi yang sama yang sudah termuat dalam katalog di berbagai perpustakaan dan pusat studi. Selain itu, juga perlu mencari naskah-naskah yang mungkin masih tersimpan sebagai koleksi suatu instansi ataupun perorangan (Baroroh – Baried dkk., 1994: 65).

Berdasarkan uraian di atas, inventarisasi naskah terdiri atas dua cara, yakni studi katalog dan studi lapangan. Studi katalog dilakukan dengan mendaftar judul naskah yang akan diteliti pada katalog-katalog naskah yang diterbitkan (cetak) dan katalog online. Sementara itu, studi lapangan dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat yang dimungkinkan menyimpan naskah yang akan diteliti. (2) Deskripsi Naskah

Deskripsi naskah merupakan pemaparan data-data mengenai keadaan naskah secara lengkap dan detail. Deskripsi naskah ini termasuk dalam kodikologi atau ilmu pernaskahan. Sri Wulan Rujiati – Mulyadi (1994: 38 – 41) menyebutkan bahwa data-data keadaan naskah yang masuk dalam deskripsi naskah meliputi judul naskah, tempat penyimpanan naskah, nomor naskah, ukuran halaman, jumlah halaman, jumlah baris, panjang baris, huruf, bahasa, kertas, cap kertas, garis tebal dan garis tipis, kuras, panduan, pengarang, penyalin, tempat, dan tanggal penulisan naskah, keadaan naskah, pemilik naskah, pemerolehan naskah, gambar dan ilustrasi, isi naskah, dan catatan lain.

(11)

20

(3) Suntingan Teks

Suntingan dihasilkan melalui beberapa langkah. Salah satunya ialah berupa transliterasi. Transliterasi adalah penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf, dari abjad satu ke abjad yang lain (Baroroh – Baried, dkk. 1994: 63).

Tugas pokok penulis dalam melakukan transliterasi terdiri atas dua hal. Pertama, penulis harus menjaga kemurnian bahasa lama yang terdapat di dalam naskah. Penulisan kata atau diksi yang merupakan ciri ragam bahasa lama dipertahankan dan tidak disesuaikan dengan ejaan bahasa sasaran. Kedua, transliterasi teks disesuaikan dengan pedoman ejaan yang berlaku sekarang (Ejaan Bahasa Indonesia).

Metode yang digunakan untuk menyunting naskah tunggal ini ialah metode standar. Sementara, metode standar artinya menerbitkan naskah dengan memberikan perubahan atau perbaikan pada kesalahan-kesalahan agar mudah dibaca dan dipahami pembaca. Tahap-tahap yang dilakukan dalam metode standar adalah dengan (a) mentransliterasi teks; (b) memperbaiki kesalahan-kesalahan teks; (c) membuat catatan perbaikan; (c) memberikan komentar atau tafsiran; (d) membagi teks menjadi beberapa bagian atau alinea (dalam suntingan) sesuai dengan pembahasan teks, dan; (e) menyusun daftar kata sukar (Djamaris, 2002: 24).

(4) Kritik Teks

Kritik teks menjadi salah satu kegiatan pengkajian naskah yang sangat penting. Kritik teks adalah penilaian terhadap kandungan

(12)

21

teks yang tersimpan dalam naskah untuk mendapatkan teks yang paling mendekati aslinya (Sudardi, 2003: 55).

Langkah diterapkan sesudah tahap transliterasi adalah melakukan kritik teks. Kata ‘kritik’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu krites yang berarti ‘seorang hakim’, kritein berarti ‘menghakimi’, dan criterion berarti ‘dasar penghakiman’. Kritik teks memiliki makna, yaitu memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti, dan menempatkan teks pada tempatnya yang tepat. Kegiatan kritik teks bertujuan menghasilkan teks yang sedekat-dekatnya dengan teks aslinya (constitutio textus). Teks asli hanya ada dalam ingatan pengarang, pembaca cerita, atau pencerita. Kemungkinan lain, teks asli berupa teks tertulis yang terdiri atas kerangka sehingga memungkinkan atau memerlukan tambahan. Selain itu, teks asli dimungkinkan sebagai teks yang tidak memperbolehkan adanya kebebasan penambahan ataupun perubahan sebab pengarang telah menentukan diksi dan komposisi dalam teks tersebut. Pemurnian sebuah teks agar menjadi sedekat-dekatnya dengan teks asli dilakukan dengan membersihkannya dari kesalahan-kesalahan sehingga dapat dipandang sebagai bentuk mula yang dapat dipertanggungjawabkan (Baroroh – Baried dkk, 1994: 58 – 61). Langkah kerja dalam kritik teks ini dengan memberikan catatan terhadap kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam teks.

b. Fikih

Fikih merupakan ajaran yang penting untuk manusia agar mengetahui dan menerapkan hukum-hukum yang sesuai dengan syariat

(13)

22

agama Islam dalam kehidupan. Fikih berasal dari bahasa Arab, yakni faqaha

(

ﻪﻘﻓ

)

berarti paham atau pemahaman. Sementara itu, pengertian fikih secara terminologi adalah ilmu mengenai pemahaman tentang hukum-hukum syarak yang berhubungan dengan amal seorang mukalaf8 baik amal lahir ataupun batin, dan hukum syarak tersebut didasarkan pada Alquran dan hadis dengan cara ijtihad9 (Amiruddin, 2009: 5).

Fikih berbeda dengan ushul fikih. Ushul fikih merupakan himpunan bahasan yang dijadikan sarana untuk mengambil dalil-dalil hukum syarak (termasuk dalil-dalil yang rinci atau detail) mengenai perbuatan manusia (Khallaf, 1994: 2). Objek pembahasan ushul fikih terletak pada dalil-dalil syarak dan proses penunjukkan pada suatu hukum, sedangkan objek pembahasan fikih ialah perbuatan orang mukalaf dari segi penetapan hukum. Sebagai contohnya adalah Alquran merupakan sumber dalil pertama. Cara penunjukannya tidak hanya dilihat dari satu bentuk saja, tetapi dapat dilihat dari kalimat perintah, kalimat melarang, dan kalimat yang bersifat umum, mutlak, dan sebagainya (Yahya dan Rahman, 1986: 17).

Fikih tumbuh sejalan dengan perkembangan agama Islam. Pada masa Nabi Muhammad saw hukum fikih bersumber dari Alquran dan hal-hal yang berasal dari Nabi Muhammad. Setelah nabi wafat, hukum fikih bersumber dari Alquran, hadis, dan ijtihad sahabat. Ijtihad dilakukan oleh

8

Mukalaf adalah orang dewasa yang wajib menjalankan hukum agama (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013: 935).

9 Ijtihad adalah usaha untuk mendapatkan hukum syarak dengan jalan menetapkan hukum

(14)

23

para sahabat nabi karena pada masa itu bermunculan kejadian dan perkara baru yang tidak terdapat pada masa Nabi Muhammad. Masa berikutnya ialah masa tabiin, tabi’at, serta para imam mujtahid. Pada masa tersebut, agama Islam semakin berkembang pesat. Banyak masyarakat dari berbagai negara memeluk agama Islam. Kasus baru, berbagai kesulitan, bermacam-macam pengkajian, aneka ragam teori, gerakan pembangunan fisik dan intelektualitas membuat para mujtahid harus memperluas ijtihad hukum fikih (Khallaf, 1994: 7). Akhirnya, sejak saat itu hukum fikih didasarkan pada Alquran, hadis, ijtihad sahabat dan imam mujtahid. Sejak saat itu pula, mulai terdapat kodifikasi hadis, asal-usul dalil, dan prinsip yang berkaitan dengan fikih. Kodifikasi yang mulai bermunculan menghasilkan kitab-kitab yang selanjutnya digunakan sebagai landasan fikih mazhab Syafi’i, Hanafi, dan lain sebagainya.

Mardani (2010: 15) memaparkan bahwa para ulama membagi ruang lingkup fikih menjadi dua, yaitu fikih ibadah dan fikih muamalah. Fikih ibadah adalah ketentuan-ketentuan atau hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya. Fikih ibadah dibagi menjadi dua, (1) Ibadah Mahdlah, jenis ibadah yang cara, waktu atau tempatnya sudah ditentukan. Misalnya, salat, puasa, zakat, haji. (2) Ibadah Ghair Mahdlah, semua bentuk pengabdian kepada Allah Swt dan setiap perkataan atau perbuatan yang memberikan manfaat kepada manusia. Fikih muamalah adalah ketentuan-ketentuan atau hukum yang mengatur hubungan antarmanusia. Fikih muamalah ini terdiri atas hukum orang dan keluarga, hukum benda, hukum pidana Islam, hukum acara, hukum tatanegara dan

(15)

24

perundang-undangan, hukum internasional, dan hukum perekonomian moneter.

c. Resepsi

Estetika resepsi disebut juga dengan istilah teori penerimaan pembaca atau resepsi sastra (Susanto, 2012: 209). Resepsi sastra dimaksudkan untuk menunjukkan proses pembaca memberikan makna terhadap suatu karya sastra agar memberikan tanggapan terhadap karya sastra yang dibaca oleh pembaca tersebut (Junus, 1885: 1).

Dwi Susanto dalam Hikayat Siti Mariah Estetika Perselingkuhan Pramoedya Ananta Toer (2009: 22) menyebutkan bahwa tanggapan atau reaksi pembaca terhadap karya sastra yang telah dibaca muncul dalam empat macam bentuk. Sambutan pertama berupa kritik. Pembaca memberikan tanggapan dan pemaknaan terhadap teks baik tertulis atau tidak tertulis. Sambutan kedua ialah rekreasi. Pembaca menyambut teks dengan mewujudkannya dengan menciptakan teks lain. Dalam hal ini, pembaca melakukan pengolahan ulang, menentang teks, membalikkan teks, memodifikasi teks, dan mentranformasikan teks ke media atau genre lain. Sambutan ketiga adalah menghadirkan karya. Pembaca menyambut teks dengan menuliskan kembali teks tersebut, menerbitkan kembali, dan mengedit teks. Sambutan keempat merupakan sambutan psikologis.

Sambutan pembaca pada bentuk keempat ini diwujudkan melalui sikap atau efek (psikologis) dari pembacaan yang telah dilakukan pembaca, misalnya ekspresi, mimik, dan perasaan tertentu (sedih, senang, dan lain-lain) terhadap teks.

(16)

25

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori resepsi Wolfgang Iser. Wolfgang Iser menekankan pada konsep pengaruh atau efek (wirkung). Efek atau yang biasa disebut wirkung merupakan cara sebuah teks mengarahkan reaksi-reaksi pembaca kepadanya (Segers, 2000: 36). Teori Iser (1987: 21 – 24) menyatakan bahwa sebuah teks sastra mengandung bagian-bagian indeterminasi (ruang kosong) yang merupakan respons estetis. Tugas pembaca ialah mengisi bagian-bagian tersebut. Melalui ruang kosong yang telah diisi oleh pembaca inilah, pembaca dapat memberikan pemaknaan terhadap teks.

Iser memiliki pandangan bahwa teks sastra akan memiliki makna apabila mendapat tanggapan melalui proses pembacaan. Oleh karena itu, Iser berpendapat, tanggapan pembaca tidak mungkin dapat dideskripsikan tanpa melihat atau meneliti proses pembacaannya. Efek dan tanggapan tersebut bukan menjadi milik teks ataupun pembaca. Sementara teks hanya menghadirkan efek potensial yang hanya dapat terealisasikan melalui proses pembacaan (Susanto, 2012: 218).

Iser (1987: 27 – 28) membedakan macam-macam pembaca menjadi dua tipe, yaitu pembaca nyata (real reader) dan pembaca hipotesis. Pembaca nyata ialah pembaca yang sebenarnya dalam arti fisik melakukan aktivitas pembacaan. Sementara, pembaca hipotesis memungkinkan kepada semua kesempatan dalam merealisasikan sebuah teks. Pembaca hipotesis ini sering dikategorikan menjadi dua macam pula, yakni (1) Pembaca ideal, dapat dikatakan sebagai pembaca ahli, dan (2) Pembaca kontemporer, yakni pembaca yang mempunyai keniscayaan pada

(17)

26

jenis tertentu, misalnya tanggapan-tanggapan yang terdokumentasikan, tanggapan pada bangunan pengetahuan sosial, dan tanggapan pada kurun waktu tertentu (historis).

Rien T. Segers (2000: 47 – 54) menyebutkan bahwa pada perkembangan berikutnya, terdapat tiga tipe pembaca dalam estetika resepsi, yakni (1) Pembaca ideal, yaitu konstruksi penulis pada saat penulis tersebut dalam proses interpretasi, (2) Pembaca implisit, yaitu keseluruhan rangkaian indikasi tekstual yang menjadi panduan cara seorang pembaca riil membaca karya sastra., (3) Pembaca riil (real reader), yaitu pembaca khusus di luar penulis atau peneliti.

Pembaca dalam penelitian ini termasuk ke dalam pembaca rill (real reader atau actual reader). Pembaca riil memberikan tanggapan terhadap karya sastra yang disajikan kepadanya. Berdasarkan karakteristik, motivasi, dan tujuan, pembaca riil dibagi menjadi dua macam, yakni pembaca umum dan pembaca peneliti (Chamamah – Soeratno, 2011: 80). Pembaca umum adalah narasumber Alkitābu ˋs-Safīnah yang berasal dari pondok pesantren tradisional. Sementara, pembaca peneliti adalah penulis. Tanggapan para narasumber terhadap Alkitābu ˋs-Safīnah tidak serta merta diterima secara langsung. Akan tetapi, penulis sebagai pembaca peneliti juga memberikan interpretasi.

Teori Iser melebihkan pada hubungan pembaca dan teks. Pembaca diberikan keleluasaan untuk ikut terlibat dalam pemaknaan teks sastra. Iser juga mengenalkan konsep repertoire. Repertoire merupakan hal-hal yang berada dalam lingkup teks dan masih memiliki keterlibatan atau hubungan

(18)

27

dengan teks. Repertoire itu dapat berupa norma dan nilai sejarah, referensi, dan pemahaman terdahulu yang nyata (Iser, 1987: 34 – 37).

Resepsi sastra dapat diteliti secara praktis. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan ialah penelitian eksperimental (Teeuw, 1988: 208). A. Teeuw dalam Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra (1988: 208 – 209) menyebutkan bahwa penelitian eksperimental dapat dilakukan dengan menyajikan teks tertentu (teks yang akan ditanggapi pembaca) kepada pembaca tertentu (pembaca yang telah dipilih oleh penulis), baik secara individual ataupun kelompok agar mereka memberikan tanggapan terhadap teks. Tanggapan pembaca yang telah diperoleh tersebut, kemudian dianalisis dari segi tertentu. Penelitian eksperimental ini menggunakan daftar pertanyaan yang kemudian dijawab oleh narasumber. Jawaban dari para narasumber dapat dianalisis lebih bebas yang kemudian diberikan analisis kualitatif.

(19)

28

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir disajikan untuk memaparkan langkah kerja penulis dalam melakukan penelitian terhadap naskah Alkitābu ˋs-Safīnah. Kerangka pikir harus ditetapkan terlebih dahulu agar tidak terdapat karancuan nalar berpikir dalam

Teks Alkitābu ˋs-Safīnah

Suntingan Teks Analisis Resepsi

Teori Filologi: a. Inventarisasi naskah b. Deskripsi naskah c. Suntingan teks d. Kritik teks e. Suntingan Teks f. Daftar Kata Sukar g. Daftar

Teori Resepsi: Tanggapan pembaca terhadap teks

Alkitābu ˋs-Safīnah.

Menyediakan suntingan teks yang baik dan benar dan analisis resepsi pembaca terhadap teks

(20)

29

proses penelitian. Tahap demi tahap diketahui sistematika penelitian sehingga tidak terjadi lompatan-lompatan cara berpikir ataupun tahap-tahap pelaksanaan penelitian.

Langkah pertama yang dilakukan penulis, yakni penyuntingan teks yang terdiri atas inventarisasi naskah, deskripsi naskah, ikhtisar isi teks, kritik teks, suntingan teks, dan daftar kata sukar. Tujuan tahap ini untuk menyajikan sebuah suntingan teks yang baik dan benar.

Langkah kedua, penulis melakukan analisis resepsi terhadap teks Alkitābu Safīnah. Analisis resepsi berisi tanggapan pembaca terhadap teks Alkitābu ˋs-Safīnah. Dalam analisis tersebut, penulis menggunakan teori resepsi. Pada analisis resepsi pembaca ini, penulis melakukan penelitian eksperimental dengan menggunakan narasumber yang telah dipilih oleh penulis sesuai kriteria tertentu.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pembahasan yang dikemukakan dalam laporan akhir ini, kesimpulan yang didapatkan ialah untuk tingkat likuiditas perusahaan dianggap likuid tetapi

Sedangkan untuk mengetahui tingkat akuntabilitas tersebut, perlu adanya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) yang merupakan bahan utama untuk monitoring dan evaluasi

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis keuntungan usaha tani bawang merah, menganalisis daya saing bawang merah melalui keunggulan kometitif dan komparatif, serta

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Pasal 36 huruf c Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat disebutkan mengenai wewenang

bahwa sebagai penjabaran lebih lanjut dalam rangka pelaksanaan Peraturan Bupati Hulu Sungai Selatan Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Sedangkan berbeda dengan hasil penelitian dari Husnatarina dan Nor (2007), Falikhatun (2007) dan Sardjito dan Muthaher (2007) menyatakan bahwa partisipasi penganggaran yang