LAPORAN PENELITIAN DOSEN
HUBUNGAN KECEMASAN DAN PENGETAHUAN REMAJA
PUTRI DENGAN KEJADIAN NYERI HAID DI SMAN 2
RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR
TAHUN 2014
Peneliti:
MUTIA FELINA, S.SiT
Dana bersumber dari Institusi STIKes Prima Nusantara 2014
PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK
STIKES PRIMA NUSANTARA
BUKITTINGGI
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Karena atas karunia-Nya semata,
sehingga kita masih bisa menapaki dunia, meski dengan hati gelisah dan semakin
nanar. Allah SWT adalah tempat kita bertaut, bersandar yang paling handal.
Dan semoga rahmat serta salam sejahtera senantiasa terlimpah kepada nabi
Muhammad SAW yang telah menjadi Rasulullah, yang dipilih Allah untuk
menyampaikan sebuah risalah yang Agung, yang senantiasa Dia jaga serta
diawasi sehingga menjadi yang terbaik diantara kaumnya, dan yang dianugrahi
ahklaq mulia yang tidak pernah dianugrahkan kepada siapapun sebelum dan
sesudahnya.
Penyusunan laporan ini berdasarkan pada Hubungan Kecemasan dan
Pengetahuan Remaja Putri dengan Kejadian Nyeri Haid di SMA N 2 Rambatan
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2014.
Terakhir, terimakasih penulis haturkan kepada segenap pihak yang telah
memmbantu penyusunan laporan ini. Kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Bukittinggi, November 2014
Nama : Mutia Felina
Program Studi : D-I Bidan Pendidik
Judul : Hubungan Kecemasan dan Pengetahuan Remaja Putri Dengan Kejadian Nyeri Haid di SMAN 2 Rambatan, Kabupaten Tanah Datar Tahun 2014
xvi + 52 halaman + 2 skema + 6 tabel + 9 lampiran
ABSTRAK
Sebesar 54,89% perempuan di Indonesia mengalami kejadian nyeri haid. Salah satu pencetus nyeri haid ini adalah faktor psikologis seperti kecemasan dan rendahnya pengetahuan tentang nyeri haid dapat meningkatkan kejadian nyeri haid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecemasan dan pengetahuan remaja putri dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan. Metode yang digunakan adalah metode korelasional dengan rancangan penelitian cross sectional study yang dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2014. Teknik pengambilan sampel penelitian ini secara random sampling sebanyak 56 orang yang di ambil dari kelas X dan XI. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu kuisioner. Teknik analisis yang digunakan rumus korelasi pearson. Distribusi kecemasan yang memepengaruhi nyeri haid yaitu 53,6 % (30 orang) mengalami kecemasan. Distribusi pengetahuan yang mempengaruhi nyeri haid 55,4 % ( 31 orang) memiliki pengetahuan rendah. Distribusi nyeri haid 64,3 % (36 orang) mengalami nyeri haid. Hasil analisis statistik antara kecemasan dengan kejadian nyeri haid didapatkan nilai signifikan p=0,001 (<0,05) maka Ha diterima serta menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara kecemasan dengan kejadian nyeri haid. Dan hasil analisis statistik antara pengetahuan dengan kejadian nyeri haid nilai signifikan p=0,000 (<0,05) maka Ha diterima serta menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara pengetahuan dengan nyeri haid. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan positif yang bermakna antara kecemasan dan pengetahuan dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan. Semakin tinggi kecemasan maka kejadian nyeri haid semakin tinggi, dan semakin rendah pengetahuan tentang nyeri haid maka kejadian nyeri haid semakin tinggi.
Daftar Bacaan : 18 (2000-2012)
Name : Mutia Felina
Study Program: D-I Educator Midwife
Title : Relationship Anxiety and Knowledge Young Women
With Genesis Dysmenorrhea in SMAN 2 propagation, Tanah Datar 2014
xvi + 52 pages + 2 tables schema + 6 + 9 attachments
ABSTRACT
Amounted to 54.89% in Indonesian women experiencing menstrual pain events. One of the originators of menstrual pain is psychological factors such as anxiety and lack of knowledge about menstrual pain may increase the incidence of menstrual pain. The purpose of this study was to determine whether there is a relationship between anxiety and knowledge of young women with menstrual pain incidence in SMAN 2 propagation. The method used is the method of correlation with the cross sectional study design which was held on June 16, 2014 This research sampling technique is random sampling as many as 56 people were taken from class X and XI. Data collection tool used is the questionnaire. The analysis technique used Pearson correlation formula. Distribution of anxiety that affect menstrual pain that is 53.6% (30 people) had anxiety. Distribution of knowledge that affect menstrual pain 55.4% (31 people) had low knowledge. Distribution of menstrual pain 64.3% (36 people) experience menstrual pain. Results of statistical analysis between the incidence of menstrual pain anxiety obtained significant value p = 0.001 (<0.05) then Ha is accepted and showed a significant and positive relationship between the incidence of menstrual pain anxiety. And the results of statistical analysis between the incidence of menstrual pain knowledge with significant p value = 0.000 (<0.05) then Ha is accepted and showed a significant and positive relationship between knowledge and menstrual pain. The conclusion of this study is that there is a significant positive relationship between anxiety and knowledge of the incidence of menstrual pain in SMAN 2 propagation. The higher the anxiety, the higher incidence of menstrual pain, and the lower knowledge about menstrual pain, the higher the incidence of menstrual pain.
Reading List : 18 (2000-2012)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR ... i ABSTRAK ... ii ABSTRAC ... iii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... viDAFTAR SKEMA ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang……… 1
B. Rumusan Masalah……….. 4
C. Tujuan………. 4
D. Manfaat……… 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
A. Kecemasan……….. 8 B. Pengetahuan……… 12 C. RemajaPutri……… 16 D. Nyeri Haid... 22 E. Kerangka Teori……… 33 F. Kerangka Konsep………. 33 G. Hipotesis……….. 34 H. Defenisi Operasional……… 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
A. Jenis dan Desain Penelitian……… 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian……… 36
C. Populasi dan Sampel……….. 37
D. Teknik Pengumpulan Data………. 39
E. Etika Penelitian……….. 39
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian……… 40
G. Prosedur Pengolahan Data………. 40
H. Analisa Data... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Hasil Penelitian………... 43
B. Pembahasan……… 47
BAB V PENUTUP ... 51
A. Kesimpilan……….. 51
B. Saran……… 51
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Defenisi Operasional ... 32
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kecemasan... 43
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan... 44
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nyeri Haid... 44
Tabel 4.4 Hubungan Kecemasan Dengan Nyeri Haid... 45
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Teori Nyeri Haid ... 30 Skema 2.2 Kerangka Konsep Nyeri Haid ... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Ganchart
Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 Lembar Persetujuan Respondens Lampiran 4 Kisi – Kisi Kuisioner
Lampiran 5 Kuisiner Lampiran 6 Master Tabel Lampiran 7 Hasil Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja (adolescence) adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis,
dan psikososial. Masa ini mulai pada usia 12 tahun dan berakhir sekitar usia 18
tahun. Pada masa remaja akan muncul serangkaian perubahan fisiologis yang
kritis, yang membawa individu pada kematangan fisik dan biologis.
Kematangan fisik remaja putri ditandai dengan adanya perubahan-perubahan
siklik pada alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Hal ini
adalah suatu proses yang kompleks dan harmonis meliputi serebrum,
hipotalamus, hipofisis, alat-alat genital, korteks adrenal, glandula tiroidea dan
kelenjar-kelenjar lain. Perubahan siklik yang dialami remaja menuju
kematangan fisik tersebut adalah menstruasi. Menstruasi yaitu perdarahan
secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi)
endometrium (Semiun, 2006; Prawirohardjo, 2006; Wiknjosastro, 2005).
Seorang perempuan akan sering mengalami keluhan-keluhan menjelang
menstruasi atau disebut premenstrual syndrome yang biasanya dimulai satu
minggu sampai dengan beberapa hari sebelum datangnya menstruasi dan
menghilang sesudah menstruasi datang walaupun kadang terus berlanjut
sampai menstruasi berhenti. Sebanyak 95% perempuan Indonesia mengalami
berturut-turut oleh 3,9% dan 1,1%, angka tersebut lebih rendah dibanding
perempuan Barat, Cina ataupun Jepang (Emilia, 2008).
Gejala dari premenstrual syndrome meliputi sakit kepala, nyeri perut
(dismenorea), sulit konsentrasi, diare, konstipasi, buah dada nyeri, sering
merasa lelah, berdebar-debar, depresi, mudah tersinggung, mudah marah,
tegang, gelisah, sensitif, rasa cemas, perasaan labil. Bahkan beberapa
perempuan mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat
menstruasi (Colemon, 2000).
Gejala premenstrual syndrome yang paling sering terjadi pada
kebanyakan perempuan adalah dismenorea. Dismenorea yaitu nyeri uteri pada
waktu menstruasi. Studi longitudinal dari Swedia melaporkan dismenorea
terjadi pada 90% wanita yang berusia kurang dari 19 tahun dan 67% wanita
yang berusia 24 tahun. Angka kejadian dismenorea di Indonesia sekitar 54,89%
(Baradero, 2007; French dalam Anurogo, 2008).
Beberapa faktor yang diduga berperan dalam timbulnya premenstrual
syndrome khususnya nyeri haid (dismenorea) adalah faktor psikologis dan
sosial, seperti kecemasan, mengalami konflik di lingkungannya, serta kultur
keluarga dan masyarakat terhadap perempuan yang menstruasi (Yatim, 2001).
Salah satu faktor psikologis yang diduga dapat memicu terjadinya nyeri
haid adalah kecemasan. Seseorang dikatakan mengalami kecemasan saat
mengalami gejala-gejala kekhawatiran terhadap sesuatu hal yang tidak pasti,
mengalami gangguan tidur, pucat, mudah letih, tubuh terasa lebih hangat,
mual, sesak nafas serta sering buang air kecil (Nevid, 2005).
Berdasarkan data National Institute of Mental Health (2005) di
Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada
usia 18 tahun hingga lanjut usia. Sedangkan prevalensi gangguan kecemasan di
Indonesia berkisar pada 6-7% dari populasi umum. Prevalensi kelompok
perempuan lebih tinggi dibandingkan kelompok laki-laki. Penelitian yang
dilakukan pada kelompok laki-laki dan kelompok perempuan pada murid SMA
dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale, prevalensi gangguan
kecemasan sebesar 8-12% (Suwarni, 2009; Ibrahim dalam Hidayati, 2008).
Kondisi kecemasan, seseorang sangat membutuhkan dukungan, suport
dan motivasi sehingga dukungan keluarga dan lingkungan yang kondusif
sangat diperlukan sebagai salah satu upaya pencegahan kecemasan.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 23 Januari 2014
terhadap siswi SMAN 1 Rambatan dan SMAN 2 Rambatan didapatkan hasil,
dari 15 sisiwi SMAN 1 Rambatan 12 diantaranya mengalami nyeri haid dan 3
diantaranya cukup terganggu kegiatannya kerena mengalami nyeri haid yang
hebat. Sedangkan di SMAN 2 Rambatan dari 15 siswi 14 diantaranya
mengalami nyeri haid dan 4 dari 14 siswi tersebut cukup terganggu kegiatan
sehari-harinya karena mengalami dismenorea berat. Dari data tersebut
didapatkan pengetahuan remaja putri SMAN 2 Rambatan labih rendah
dibadingkan dengan SMAN 1 Rambatan dan kecemasan siswi SMAN 2 lebih
akan tingginya kejadian dismenorea di SMAN 2 Rambatan dibandingkan di
SMAN 1 Rambatan.
Berdasarkan uraian tersebut, kecemasan dan pengetahuan diduga terkait
erat dengan kejadian nyeri haid. Khusus untuk remaja putri di SMAN 2
Rambatan dimungkinkan kejadian dismenoreanya akan tinggi terkait dengan
tingkat kecemasan yang mereka alami dan kurang nya pengetahuan remaja
putri tentang nyeri haid. Dari latar belakang tersebut, penulis ingin melakukan
penelitian untuk mengetahui adakah hubungan tingkat kecemasan dan
pengetahuan remaja putri dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan
masalah yaitu adakah hubungan tingkat kecemasan dan pengetahuan remaja
putri dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dan pengetahuan remaja
putri dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi kecemasan pada remaja putri di SMAN
2 Rambatan.
b. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang nyeri
b. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian nyeri haid pada remaja putri di
SMAN 2 Rambatan.
c. Diketahuinya hubungan kecemasan dan pengetahuan remaja putri dengan
kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan.
D. Manfaat Penelitian 1. Peneliti
Sebagai sumber informasi bagi penulis mengenai hubungan
kecemasan dan pengetahuan remaja putri dengan kejadian nyeri haid dan
sebagai penerapan ilmu metodologi yang diperoleh dalam perkuliahan di
STIKes Prima Nusantara Bukittinggi
2. Tempat penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi bagi siswi SMAN
2 Rambatan tentang hubungan kecemasan dan pengetahuan dengan kejadian
nyeri saat haid.
3. Institusi
Sebagai bahan masukan keperpustakaan serta sebagai bahan acuan bagi
adik-adik tingkat nantinya di STIKes Prima Nusantara ini.
4. Responden
Menambah wawasan pada responden tentang hubungan kecemasan dan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kecemasan
1. Pengertian
Cemas adalah suatu keadaan perasaan dimana individu merasa
lemah sehingga tidak berani untuk bersikap dan bertindak secara rasional
sesuai dengan yang seharusnya. Seseorang yang cemas akan merasa
ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun
wujudnya (Wiramihardja, 2007).
Kecemasan (anxiety) adalah suatu keadaan khawatir yang
mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Nevid, 2005).
Kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang berhubungan dengan
ketakutan, kekhawatiran, perasaan-perasaan bersalah, perasaan tidak aman
dan kebutuhan akan kepastian. Kecemasan pada dasarnya merupakan
sebuah respons terhadap apa yang terjadi atau antisipatif, namun faktor
dinamik yang dapat mempercepat kecemasan tidak disadari (Semiun,
2006c).
2. Manfaat Kecemasan
Kecemasan juga dibutuhkan dalam hidup ini, tanpa ada sedikit
kecemasan yang sesuai dengan kenyataan, individu mungkin tidak akan
memperhatikan peristiwa-peristiwa akan datang yang sangat penting bagi
memberatkan individu dan menyebabkan kelumpuhan dalam memberikan
keputusan dan melakukan tindakan-tindakan (Semiun, 2006b; Durand,
2007).
3. Ciri-Ciri Kecemasan
Menurut Nevid (2005), seseorang yang mengalami kecemasan akan
menampakkan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Ciri fisik dari kecemasan
Gelisah, gugup, banyak berkeringat, mulut atau kerongkongan
terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas pendek, jantung
berdetak kencang, suara yang bergetar, pusing, merasa lemas, tangan
yang dingin, sering buang air kecil, terdapat gangguan sakit perut atau
mual, muka memerah, leher atau punggung terasa kaku, merasa sensitif
atau mudah marah.
b. Ciri behavioral dari kecemasan
Seseorang yang mengalami kecemasan biasanya akan
menunjukkan perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependen,
ataupun perilaku terguncang.
c. Ciri kognitif dari kecemasan
Khawatir tentang sesuatu bahkan terhadap hal-hal sepele, perasaan
terganggu terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan bahwa
sesuatu yang mengerikan akan terjadi tanpa ada penjelasan yang jelas,
sangat waspada, khawatir akan ditinggal sendiri, sulit berkonsentrasi atau
ketakutan akan ketidakmampuan menghadapi masalah, berpikir tentang
hal-hal yang mengganggu secara berulang-ulang.
4. Jenis kecemasan
Kartono Kartini (2006: 45) membagi kecemasan menjadi dua jenis kecemasan,
yaitu :
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar
dan ringan lama.Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan
kepribadian seseorang, karena kecemasan ini dapat menjadi suatu tantangan
bagi seorang individu untuk mengatasinya. Kecemasan ringan yang muncul
sebentar adalah suatu kecemasan yang wajar terjadi pada individu akibat
situasi-situasi yang mengancam dan individu tersebut tidak dapat
mengatasinya, sehingga timbul kecemasan. Kecemasan ini akan bermanfaat
bagi individu untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi situasi-situasi yang
sama di kemudian hari. Kecemasan ringan yang lama adalah kecemasan
yang dapat diatasi tetapi karena individu tersebut tidak segera mengatasi
penyebab munculnya kecemasan, maka kecemasan tersebutakan mengendap
lama dalam diri individu.
b. Kecemasan Berat
Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar
secara mendalam dalam diri seseorang. Apabila seseorang mengalami
Kecemasan ini mempunyai akibat menghambat atau merugikan
perkembangan kepribadian seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi dua
yaitu kecemasan berat yang sebentar dan lama. Kecemasan yang berat tetapi
munculnya sebentar dapat menimbulkan traumatis pada individu jika
menghadapi situasi yang sama dengan situasi penyebab munculnya
kecemasan. Sedangakan kecemasan yang berat tetapi munculnya lama akan
merusak kepribadian individu. Hal ini akan berlangsung terus menerus
bertahun-tahun dan dapat meruak proses kognisi individu. Kecemasan yang
berat dan lama akan menimbulkan berbagai macam penyakit seperti darah
tinggi, tachycardia (percepatan darah), excited (heboh, gempar).
5. Skla kecemasan
Skala kecemasan menurut Taylor Manifest Scale (TMAS) diukur dengan
menggunakan daftar pernyataan yang berisi beberapa pernyataan tentang
kecemasan terhadap nyeri haid, dikategorikan dua :
a. tidak cemas bila < mean
b. cemas bila ≥ mean
6. Penyebab Kecemasan
a. Kontribusi biologis
Daerah otak yang paling sering berhubungan dengan kecemasan
adalah sistem limbik, yang bertindak sebagai mediator antara batang otak
dan korteks. Batang otak yang lebih primitif memonitor dan merasakan
sinyal-sinyal bahasa potensial ini ke proses-proses kortikal yang lebih tinggi
melalui sistem limbik (Durand, 2007).
b. Kontribusi psikologis
Sense of control (perasaan mampu mengontrol) sejak dini yang
tinggi pada seseorang merupakan faktor psikologis yang sangat rentan
mengakibatkan kecemasan (Durand, 2007).
c. Kontribusi sosial
Peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang menimbulkan stress
dapat memicu kerentanan terhadap kecemasan. Misalnya masalah di
sekolah, tekanan sosial untuk selalu menjadi juara kelas, kematian orang
yang dicintai, dan lain sebagainya (Durand, 2007).
7. Pencegahan Kecemasan :
Menurut Hawari (2008), kecemasan dapat dicegah dengan:
a. Makan makanan yang baik dan halal secara tidak berlebihan dan
mengandung gizi seimbang.
b. Tidur secukupnya, 7-8 jam semalam.
c. Olahraga, untuk meningkatkan kekebalan fisik dan mental, minimal
dengan jalan kaki, lari pagi atau senam.
d. Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.
e. Banyak bergaul.
f. Pengaturan waktu dalam kehidupan sehari-hari (manajemen waktu yang
g. Rekreasi.
h. Mengatur keuangan dengan baik.
i. Kasih sayang, support dan motivasi.
8. Penanganan Gangguan Kecemasan
Jika kecemasan itu sudah sangat mengganggu dalam kehidupan sehari-hari
maka diperlukan tindakan untuk mengatasinya, meliputi:
a. Terapi humanistika
Terapi yang berfokus pada membantu klien mengidentifikasi dan menerima
dirinya yang sejati dan bukan dengan bereaksi pada kecemasan setiap kali
perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhannya yang sejati mulai muncul
ke permukaan (Nevid, 2005).
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka berfokus pada penggunaan obat anti cemas (anxiolytic)
dan obat-obat anti depresan seperti Diazepam, Clobazam, Bromazepam,
Lorazepam, Meprobamate, Alprazolam, Oxazolam, chlordiazepoxide HCl,
Hidroxyzine HCl (Hawari, 2008).
c. Terapi somatik
Terapi somatik dilakukan dengan memberikan obat-obatan untuk
mengurangi keluhan-keluhan fisik pada organ tubuh yang bersangkutan
yang timbul sebagai akibat dari stres, kecemasan dan depresi yang
berkepanjangan (Hawari, 2008).
Terapi dilakukan dalam sebuah group dan biasanya dipilih group terapi
dengan kondisi anggota yang satu tidak jauh beda dengan anggota yang lain
sehingga proses penyembuhan dapat berjalan lebih efektif. Dalam
psikoterapi ini dilakukan terapi pernafasan dan teknik relaksasi ketika
menghadapi kecemasan serta sugesti bahwa kecemasan yang muncul adalah
tidak realistis (Hawari, 2008).
e. Terapi psikososial
Terapi psikososial adalah untuk memulihkan kembali kemampuan adaptasi
agar yang bersangkutan dapat kembali berfungsi secara wajar dalam
kehidupan sehari-hari baik di rumah, sekolah/kampus, di tempat kerja
maupun di lingkungan pergaulan sosialnya (Hawari, 2008).
f. Terapi psikoreligius
Pendekatan agama akan memberikan rasa nyaman terhadap pikiran,
kedekatan kepada Allah, dzikir dan doa-doa yang disampaikan akan
memberikan harapan positif (Hawari, 2008).
g. Pendekatan Keluarga
Dukungan (support) keluarga cukup efektif dalam mengurangi kecemasan
(Nevid, 2005).
h. Konseling
Konseling dapat dilakukan secara efisien dan efektif bila ada motivasi dari
kedua belah pihak, antara klien (orang yang mendapat konsultasi) dan
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
(Notoatmodjo,2007)
2. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan :
a. Tahu ( Know )
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami ( Comprehension )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi
materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi ( Application )
Aplikasi artinya sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lainnya.
d. Analisis ( Analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f. Evaluasi ( Evaluation )
Evauasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian
berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria –
kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkat – tingkat tersebut (Notoatmodjo, 2007).
3. Faktor – faktor yang mempengaruh tingkat pengetahuan. 1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
2) Pengalaman
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama
bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang keperawatan.
3) Usia
Semakin tua semakin bijak, semakin banyak informasi yang dijumpai dan
semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena
mengalami kemunduran fisik dan mental ( Hanna, 2009).
4) Informasi
Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki
pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber informasi yang berperan
penting bagi pengetahuan adalah media massa. Pengetahuan masyarakat
khususnya tentang kesehatan bisa didapat dari beberapa sumber antara lain
media cetak, tulis, elektronik, pendidikan sekolah, penyuluhan (Oktarina,
2009).
5) Lingkungan Budaya
Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik sejak
kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam berfikir selama
6) Sosial Ekonomis
Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan biaya
untuk menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun rendah
(Notoatmodjo, 2007).
4. Kategori tingkat pengetahuan
Pengetahuan bisa didapatkan dengan cara yaitu formal dan informal.
Secara formal pengetahuan bias didapatkan melalui pendidikan dibangku
sekolah sedangkan secara informal pengetahuan di peroleh cara konsultasi,
media cetak, media komunikasi, poster dan iklan (arikunto,2006)
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu
a. Tinggi jika ≥ mean
b. Rendah jika < mean
C. Remaja putri
1. Pengertian Remaja
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescere” yang
berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence yang
berasal dari bahasa Inggris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas
mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Sedangkan
menurut Piaget mengatakan bahwa masa remaja adalah usia dimana
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, masa remja umumnya
berumur 16-19 tahun dan merupakan masa peralihan menuju kematangan
(dewasa). Remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan
masa remaja.(Proverawati, 2009).
Remaja adalah masa peralihan dari anak menuju dewasa dimana terjadi
perubahan fisik, mental dan emosional yang sangat cepat (Proverawati,
2009).
2. Penggolongan Remaja
Menurut WHO, yang dikatakan usia remaja adalah antara 10-18 tahun.
Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa remaja terbagi atas:
1). Masa remaja awal (10-13 tahun);
2). Masa remaja tengah (14-16 tahun);
3). Masa remaja akhir (17-19 tahun).
Remaja mulai berfikir lebih kompleks dan cenderung menjadi
multimensi dan mempertimbangkan sesuatu dan fakta-fakta untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Perkembangan kognitif berdasarkan
tahapan perkembangan remaja diantaranya sebagai berikut,
1) Remaja awal
Pada tahapan ini, remaja mulai berfokus pada pengambilan
keputusan, baik didalam rumah ataupun disekolah. Remaja mulai
menunjukkan cara berfikir logis, sehingga sering menanyakan
mulai menggunakan istilah-istilah sendiri dan mempunyai pandangan,
seperti: olahraga yang lebih baik untuk bermain, memilih kelompok
bergaul, pribadi seperti apa yang diinginkan, dan mengenal cara untuk
berpenampilan menarik.
2) Remaja menengah
Pada tahan ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok,
sehingga tidak selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi
seksual. Dengan menggunakan pengalaman dan pemikiran yang lebih
kompleks, pada tahap ini remaja sering mengajukan pertanyaan,
menganalisis secara lebih menyeluruh, dan berfikir tentang bagaimana
cara mengembangkan identitas “siapa saya?” pada saat ini remaja juga
mulai mempertimbangkan kemungkinan masa depan, tujuan, dan
membuat rencana sendiri.
3) Remaja akhir
Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan
datang dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir, proses
berfikir secara kompleks digunakan untuk memfokuskan diri
masalah-masalah idealism, toleransi, keputusan untuk karier dan pekerjaan, serta
peran orang dewasa dalam masyarakat.(DepKes PolteKes Jakarta, 2010)
3. Perubahan Fisik Remaja Putri
Menurut Proverawati (2009), ada beberapa perubahan fisik yang dialami
a. Keringat menjadi lebih banyak
b. Tangan dan kaki bertambah besar
c. Bertambahnya panjang dan leher tulang-tulang wajah, sehingga tidak
tampak seperti wajah anak kecil lagi
d. Pantat menjadi lebih lebar
e. Kulit dan rambut berminyak
f. Bertambah besarnya indung telur
g. Payudara bertambah besar
h. Muka cenderung tumbuh jerawat
i. Vagina mulai mengeluarkan cairan yang harus dijaga kebersihannya
j. Setiap bulan akan mengalami menstruasi
4. Pertumbuhan dan perkembangan remaja putri
Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi
sejak didalam kandungan dan terus berlangsung sampai dewasa. Dalam proses
mencapai dewasa inilah anak harus melalui berbagai tahap tumbuh kembang,
termasuk tahap remaja. Tahap remaja adalah masa transisi anatara masa anak
dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul cirri-ciri seks
sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologis serta
1) Perkembangan fisik
Perkembangan fisik pada masa remaja paling pesat di antara
tahap-tahap perkembangan manusia. Selain perubahan-perubahan
fisik, remaja juga mengalami perubahan secara psikologis.
Perkembangan jiwa pada masa remaja juga semakin mantap. Anak
perempuan dua tahun lebih cepat memasuki masa remaja
dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini terjadi pacu
tumbuh berat badan dan tinggi badan, termasuk pertumbuhan
tanda-tanda seks sekunder yang disebut sebagai pacu tumbuh adolescence.
2) Perkembangan intelektual
Masa remaja adalah awal dari tahap pikiran formal operasional,
yang mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang melibatkan
logika pengurangan atau deduksi. Tahap ini terjadi disemua orang
tanpa memandang pendidikan dan pengalaman mereka.
3) Perkembangan seksual
Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung
jawab atas munculnya dorongan seks. Pemuasan dorongan seks masih
dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus kurangnya
4) Perkembangan emosional
Masa remaja sangat rawan dengan stress emosional yang timbul
dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu
pubertas.
5) Perkembangan psikologis dan kepribadian remaja
Dalam perkembangan menuju kedewasaan, remaja
berangsur-ansur mengalami perubahan yang membutuhkan kedua kemampuan,
yaitu kebebasan dan ketergantungan secara bersama-sama.
6) Perkembangan kognitif
Perkembangan berfikir pada remaja tidak terlepas dari
kehidupan emosionalnya yang labil. Penentangan dan pemberontakan
yang ditunjukkan dengan selalu melancarkan banyak kritik, bersikap
sangat kritis pada setiap masalah, menentang aturan menjadi suatu ciri
mulai meningkatnya kemampuan berfikir dengan sudut pandang yang
mulai meluas pada remaja.
7) Pertumbuhan tinggi badan, tulang dan gigi
Selama pubertas terjadi akselerasi pertumbuhan tinggi badan
yang mendadak yang disebut pacu tumbuh (height spurt). Pada remaja
perempuan kecepatan pertumbuhan maksimal dicapai 6-12 bulan
sebelum menarche, dan ini dipertahankan hanya untuk beberapa
bulan, kemudian akan mengalami deselerasi untuk dua tahun
8) Pertumbuhan berat badan
Pada remaja perempuan, saat memasuki masa pubertas berat
badan mencapai kira-kira 60% berat dewasa. Mencapai puncak
kecepatan berat badan sekitar 8 kg/tahun.pertumbuhan otot terjadi 3-6
bulan setelah pacu tumbuh berat badan.
9) Pertumbuhan otot
Semua otot mengalami pertumbuhan selama masa pubertas.
Puncak kecepatan pertumbuhan otot (peak velocity muscle growth)
lebih besar pada laki-laki dari pada perempuan.
10) Pertumbuhan jaringan lemak
Pada remaja perempuan terjadi penambahan lemak yang
kontinu selama masa pubertas. Setelah masa percepatan tinggi badan,
terjadi akumulasi lemak lebih cepat di banding remaja laki-laki.
Akumulasi lemak terjadi pada anggota gerak maupun tubuhnya,
terutama tubuh bagian bawah dan paha bagian belakang.
11) Pertumbuhan organ reproduksi
Pertumbuhan organ reproduksi mengalami banyak perubahan
pada masa pubertas. Pada remaja perempuan tanda pubertas pertama
pada umumnya adalah pertumbuhan payudara, yaitu terdiri dari
penonjolan putting disertai pembesaran daerah areola (usia sekitar
D. Nyeri haid (desmenorea) 1. Pengertian
Nyeri haid (dismenorea) adalah rasa nyeri uteri saat menstruasi.
Perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram ringan pada bagian
kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari. Dismenorea
merupakan salah satu gejala fisik dari sekian gejala sindrom premenstruasi.
Dismenorea dibagi menjadi dua bentuk yaitu dismenorea primer dan
dismenorea sekunder (Manuaba, 1999).
Dismenorea primer (primary dysmenorrhea) yaitu nyeri haid yang
terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis alat kelamin. Dismenorea primer
tidak dikaitkan dengan patologi pelvis dan bisa timbul tanpa penyakit
organik. Dismenorea primer umumnya terjadi pada tahun-tahun pertama
setelah menstruasi pertama atau menarche, biasanya terjadi dalam 6-12
bulan pertama setelah menarche (haid pertama) segera setelah siklus ovulasi
teratur ditentukan. Intensitas dismenorea bisa berkurang setelah hamil atau
pada umur sekitar 30 tahun. Istilah dismenorea berat sering dipakai jika
nyeri haid disertai mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala, dan
(terkadang) pingsan (Manuaba, 1999; Anurogo, 2008).
Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) yaitu nyeri haid
yang berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas. Kelainan anatomis
ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri,
polip endometrial, polip serviks, pemakai IUD atau AKDR (alat kontrasepsi
dalam rahim). Kondisi dismenorea sekunder paling sering dialami oleh
perlu konsultasi dengan dokter ahli kandungan sehingga dapat memberikan
pengobatan secara tepat (Manuaba,1999).
2. Karakteristik Dismenorea Primer dan Dismenorea Sekunder a. Dismenorea primer
Menurut Edmundson (2006) dismenorea primer memiliki ciri khas
sebagai berikut:
1) Terjadi dalam 6-12 bulan setelah menarche (haid pertama).
2) Nyeri perut bawah atau pelvis (lower abdominal/pelvic pain) dimulai
dengan haid dan berakhir selama 8-72 jam.
3) Low back pain (nyeri pungung belakang).
4) Nyeri paha di medial atau anterior.
5) Headache (sakit kepala).
6) Diarrhea (diare).
7) Nausea (mual) atau vomiting (muntah).
Karakteristik dismenorea primer menurut Badziad (2003):
1) Sering ditemukan pada usia muda.
2) Nyeri sering timbul segera setelah mulai timbul haid teratur.
3) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus yang spastik dan sering
disertai mual, muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala.
4) Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama
atau kedua haid.
5) Jarang ditemukan kelainan genitalia pada pemeriksaan ginekologis.
b. Dismenorea sekunder
Menurut Edmundson (2006) dismenorea sekunder memiliki ciri khas
sebagai berikut:
1) Terjadi pada usia 20-an atau 30-an, setelah siklus haid yang relatif tidak
nyeri di masa lalu.
2) Infertilitas.
3) Darah haid yang banyak (heavy menstrual flow) atau perdarahan yang
tidak teratur.
4) Dyspareunia (sensasi nyeri saat berhubungan seks).
5) Vaginal discharge.
6) Nyeri perut bawah atau pelvis selama waktu selain haid
7) Nyeri yang tidak berkurang dengan terapi nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs).
Karakteristik dismenorea sekunder menurut Badziad (2003):
1) Lebih sering ditemukan pada usia tua dan setelah dua tahun mengalami
siklus haid teratur.
2) Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya
darah haid.
3) Sering ditemukan kelainan ginekologis.
4) Pengobatannya seringkali memerlukan tindakan operatif.
3. Patofisiologi
Ada beberapa faktor yang dikaitkan dengan dismenorea primer yaitu
emosi/psikologis. Wanita dengan dismenorea mempunyai prostaglandin 4
kali lebih tinggi dari wanita tanpa dismenorea. Dismenorea primer bisa
timbul pada hari pertama atau kedua dari menstruasi. Nyerinya bersifat kolik
atau kram dan dirasakan pada abdomen bawah (Baradero, 2005).
Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (sloughing
endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia
uterus melalui kontraksi miometrium dan vasokontriksi. Peningkatan kadar
prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid)
pada wanita dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea). Kadar ini
memang meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi
(Anurogo, 2008).
4. Faktor Penyebab Terjadinya Dismenorea
Salah satu kemungkinan penyebab terjadinya sindrom premenstruasi
khususnya dismenorea adalah adanya perbedaan genetik pada sensitivitas
reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran
hormon seks dalam sel. Sindrom premenstrual ini biasanya lebih mudah
terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam
siklus haid, dapat disebabkan karena menurunnya hormon estrogen dan
progesteron. Kemungkinan lain, berhubungan dengan gangguan perasaan,
faktor kejiwaan, masalah sosial atau fungsi serotonin yang dialami penderita.
Sehingga dismenorea telah dihubungkan dengan faktor tingkah laku
sepenuhnya sebagai kausatif, namun dapat dipertimbangkan jika pengobatan
secara medis gagal (Calis, 2009).
5. Faktor Risiko Dismenorea
Edmundson (2006) mengkalsifikasikan 15 faktor risiko pada dismenorea
primer dan sekunder dengan rincian sebagai berikut:
a. Faktor risiko dismenorea primer:
1) Usia saat menstruasi pertama <12 tahun
2) Nulliparity (belum pernah melahirkan anak)
3) Haid memanjang (heavy or prolonged menstrual flow)
4) Merokok
5) Riwayat keluarga positif
6) Kegemukan
b. Faktor risiko dismenorea sekunder:
1) Endometriosis
2) Adenomyosis
3) Leiomyomata (fibroid)
4) Intrauterine Device (IUD)
5) Pelvic inflammatory disease
6) Kanker endometrium (endometrical carcinoma)
7) Kista ovarium (ovarium cyst)
8) Congenital pelvic malformations
6. Pencegahan Dismenorea
a. Diet rendah lemak (Proctor, 2006).
b. Menghentikan kebiasaan merokok (Anurogo, 2008).
c. Aktifitas fisik atau olahraga dapat mengurangi nyeri haid dengan
memperbaiki aliran darah dan pelepasan endorphin (Anurogo, 2008).
d. Akupuntur (Anurogo, 2008).
7. Prognosis Dismenorea
Prognosis dismenorea menurut Anurogo (2008) adalah:
a. Prognosis untuk dismenorea primer baik sekali dengan NSAIDs.
b. Prognosis untuk dismenorea sekunder bervariasi tergantung pada proses
penyakit yang mendasarinya (underlying disease process).
8. Komplikasi
Anurogo (2008) menyatakan bahwa komplikasi dismenorea adalah:
a. Jika diagnosis dismenorea sekunder diabaikan maka patologi yang
mendasari (underlying pathology) dapat memicu kematian.
b. Isolasi sosial dan atau depresi.
9. Terapi/Penanganan Dismenorea a. Edukasi dan konseling
Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa
wanita lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika
menstruasi. Pencatatan secara teratur siklus menstruasi setiap
bulannya dapat memberikan gambaran seorang wanita mengenai waktu
terjadinya sindrom premenstruasi khususnya yang memiliki riwayat
premenstruasi untuk mengenali gejala yang akan terjadi sehingga dapat
mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika ketidakstabilan emosi
sedang terjadi (Anonim, 2008).
b. Modifikasi Gaya Hidup
1) Diet
Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang) dapat
mencegah edema pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein
juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan, dan insomnia. Pola
makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena
berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat
gangguan pengambilan glukosa untuk energi. Diet vegetarian rendah
lemak juga baik untuk mengurangi intensitas dan durasi dismenorea
(Barnard, 2000; Colin, 2007).
2) Olahraga
Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan
premenstrual syndrome. Berolahraga ketika mengalami dismenorea
dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari (Glasier, 2005).
c. Obat-obatan
Apabila gejala sindroma premenstruasi begitu hebatnya sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari, umumnya modifikasi gaya hidup
jarang berhasil dan perlu dibantu dengan obat-obatan :
1) Asam mefenamat.
Asam mefenamat (500 mg, 3 kali sehari). Berdasarkan penelitian
dan menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak) (namun tidak
semua). Asam mefenamat tidak diperbolehkan pada wanita yang
sensitif dengan aspirin atau memiliki risiko ulkus peptikum (Anonim,
2008).
2) Obat anti-inflamasi non steroid (NSAID)
Dismenorea primer diatasi dengan inhibitor prostaglandin yang bisa
menghalangi sintesis dan metabolisme prostaglandin. Obat
anti-inflamasi non steroid (NSAID) adalah obat yang efektif untuk
menghambat sintesis prostaglandin. Contoh obat-obat ini adalah
ibuprofen, naproxen, dan ketoprofen. Sedangkan dismenorea sekunder
diatasi dengan memperbaiki penyebab organik (Baradero, 2005).
E. Hubungan Kecemasan dengan Dismenorea
Pada tiap siklus haid, FSH dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis yang
menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium.
Umumnya satu folikel, kadang-kadang juga lebih dari satu berkembang
menjadi follikel de graff serta menghasilkan estrogen. Estrogen menekan
produksi FSH sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormon
gonadotropin yang kedua yakni LH (Luteinizing Hormone).
Produksi FSH dan LH di bawah pengaruh RH (Releasing Hormone) yang
disalurkan dari hipothalamus ke hipofisis. Penyaluran RH (Releasing
Hormone) ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen
terhadap hipothalamus. Selain itu juga dipengaruhi oleh pengaruh dari luar
dan kecemasan. Penyaluran RH (Releasing Hormone) yang normal dan
berjalan baik mengakibatkan produksi FSH dan LH akan baik pula sehingga
folikel de graff makin matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang
mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium
yaitu menyebabkan endometrium tumbuh dan berploriferasi atau yang disebut
masa ploriferasi. LH mempengaruhi folikel de graff menjadi lebih matang,
mendekati permukaan ovarium dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas
oleh ovarium).
Selanjutnya terbentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus
luteum. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Bila tidak ada
pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan hormon estrogen
dan progesteron turun, menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di
endometrium. Sesudah itu terjadi degenerasi, perdarahan dan pelepasan
endometrium yang nekrotik disebut menstruasi.
Selama menstruasi, sel-sel endometrium akan terkelupas. Sel-sel
endometrium yang terkelupas tersebut (sloughing endometrial cells)
melepaskan prostaglandin sehingga menyebabkan iskemia uterus melalui
kontraksi miometrium dan vasokontriksi sehingga terjadilah dismenorea. Kadar
prostaglandin meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi. Bila
terpapar pengaruh dari luar seperti cahaya, bau-bauan dan hal-hal psikologis
tersebut maka mengakibatkan penyaluran RH berjalan secara tidak normal
sehingga mengakibatkan produksi FSH dan LH abnormal dan berdampak pada
Bila frekuensi menstruasi meningkat, produksi prostaglandin semakin
tinggi dan akan meningkatkan kejadian dismenorea. Prostaglandin uterin yang
tinggi, aktivitas uteri abnormal, dan faktor emosi/psikologis seperti kecemasan
dapat meningkatkan kejadian dismenorea (Affandi, 2006; Anurogo, 2008;
Baradero, 2005). Berdasarkan konsep tersebut, kecemasan diduga menjadi
salah satu faktor penyebab terjadinya dismenorea. Gejala dismenorea dapat
diatasi jika kecemasan dan kekhawatiran terhadap signifikansi gejala dijelaskan
secara adekuat. Pada dismenorea, faktor pendidikan dan psikis sangat
berpengaruh, nyeri dapat dibangkitkan atau diperberat oleh keadaan psikis
F. Kerangka Teori
Sumber : Notoatmodjo (2007) dengan modifikasi
Skema 2.1
Kerangka Teori Hubungan Kecemasan dan Pengetahuan Remaja Putri Dengan Kejadian Nyeri Haid
G. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variable
yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang akan diteliti
(notoatmodjo,2010) Kecemasan 1. Pengertian 2. Ciri-ciri 3. Jenis 4. Penyebab 5. Pencegahan 6. Penanganan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Tingkat pendidikan 2. Informasi 3. Budaya 4. Pengalaman 5. sosial ekonomi 6. Umur Remaja putri Nyeri Haid (disminorea)
Adapun kerangka konsep penelitian yang berjudul “hubungan kecemasan
dan pengetahuan remaja putri dengan kejadian nyeri haid” adalah :
Variable independen variable dependen
Skema 2.2
Kerangka konsep Hubungan Kecemasan dan Pengetahuan Remaja Putri Dengan Kejadian Nyeri Haid
H. Hipotesis
Ha : Ada hubungan kecemasan dan pengetahuan remaja putri tentang nyeri
haid di SMAN 2 Rambatan kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah
Datar Tahun 2014.
Ho : Tidak adanya hubungan kecemasan dan pengetahuan remaja putri dengan
kejadian nyeri haid di SMA N 2 Rambatan Kecamatan Rambatan
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2014. Kecemasan
Pengetahuan
Nyeri haid (dismenorea)
I. Definisi Operasional
Merupakan uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau tentang
apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,2010).
Tabel 2.1 Definisi Operasionals N o Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Kecemasan Perasaan yang tidak
menyenangkan, tidak enak, khawatir dan gelisah.
Ceklis wawancara 1. Cemas bila ≥ mean 2. Tidak
cemas bila < mean
Ordinal
2. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui responden tentang nyeri haid (dismenorea), meliputi: a. Pengertian b. Karakteristik c. Faktor penyebab d. Penanganan
kuesioner Wawancara 1. Tinggi jika ≥ mean 2. Rendah jika < mean Ordinal 3. Nyeri haid (dismenorea) Nyeri haid (dismenorea) adalah nyeri uteri sebelum dan selama menstruasi berlangsung dan akan hilang dengan sendirinya.
ceklis Wawancara 1. Iya : jika mengalami nyeri haid 2. Tidak : jika tidak megalami nyeri haid ordinal
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yaitu
penelitian yang mencoba manggali bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi
antara fenomena atau antara factor resiko dengan factor efek
(Notoatmodjo, 2010 : 37).
Desain penelitian ini adalah desain cross sectional study. Penelitian
cross sectional ialah penelitian untuk memepelajari dinamika korelasi
antara factor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat atau waktu yang bersamaan
(Notoatmodjo, 2010 : 38)
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah lokasi yang digunakan untuk
pengambilan data selama kasus berlangsung (Notoatmodjo, 2012).
Penelitian ini akan dilakukan di SMAN 2 Rambatan.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah direncanakan dari rentang waktu yang
digunakan untuk pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 16 Juni – 22 Juni 2014.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,2010).
Populasi pada penelitian ini adalah siswi kelas X dan XI SMAN 2
Rambatan sejumlah 125 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi. Dengan besar sampel dihitung
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2005)
n = N 1+ N(d2) = 125 1+125(0,12) = 56 orang Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d = nilai kritis 0,1
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut didapat sampel sebanyak 56
orang dari total populasi. Populasi yang akan dijadikan sampel dengan
kriteria yaitu :
a. Siswi kelas X dan XI
b. Siswi yang telah mengalami menstruasi..
c. Siswi yang yang bersedia menjadi subjek penelitian.
d. Tidak memiliki riwayat kelainan organik pada alat reproduksi.
Untuk menentukan jumlah sampel pada masing – masing kelas digunakan
cara simple random sampling.
Untuk menentukan jumlah sampel pada masing – masing kelas digunakan
cara stratified random sampling yaitu :
Kelas X1 = 16 orang, maka ( 16 x 56 / 125 ) = 7 orang
Kelas X2 = 15 orang, maka ( 15 x 56 / 125) = 7 orang
Kelas X3 = 14 orang, maka (14 x 56 / 125) = 6 orang
Kelas X4 = 16 orang, maka (16 x 56 / 125) = 7 orang
Kelas XIIS4 = 23 orang, maka ( 23 x 56 / 125) = 11 orang
Kelas XIIS2 = 19 orang, maka ( 19 x 56 / 125) = 8 orang
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan
data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2007). Menurut
Riwidikdo (2009), ada 2 metode untuk memperoleh data, yaitu :
1. Data primer
Data dikumpulkan langsung oleh peneliti setelah sebelumnya diberikan
izin oleh wakil kepala sekolah bidang ke mahasiswaan masuk ke
masing-masing kelas agar bisa membagikan kuesioner ke siswi SMAN 2 Rambatan
yang bertujuan untuk survei awal penyusunan Proposal.
2. Data sekunder
Data sekunder berupa absensi siswi perkelas didapatkan dari catatan
registrasi sekolah untuk menentukan jumlah sisiwi yang ada di sekolah
SMAN 2 Rambatan
E. Etika penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti perlu mendapatkan rekomendasi dari
institusi pendidikan kemudian peneliti mengajukan surat keterangan /
rekomendasi tersebut kepada kepala sekolah SMA N 2 Rambatan yang akan
dijadikan tempat penelitian. Setelah mendapat kan persetujuan baru melakukan
penelitian dengan menekankan masalah etika sebagai berikut :
1. Informed consent (informasi untuk responden)
Sebelum melakukan penelitian, responden diberi tahu maksud, tujuan,
manfaat, dampak dari tindakan, serta dijelaskan bahwa keikut sertaannya
2. Anonymity (kerahasiaan identitas)
Kerahasian responden penelitian dijaga oleh peneliti dan hanya untuk
penelitian.
3. Confidentially (kerahasiaan informasi)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama
responden tetapi hanya memberi kode, kerahasiaan informasi responden
dijaga oleh peneliti, hanya sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan
sebagai penelitian.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Sebelum dilakukan pengumpulan data penulis mengajukan judul
proposal ke koordinator karya tulis ilmiah untuk disetujui, setelah judul
proposal disetujui, dilakukan survey awal dan dibuat proposal penelitian.
G. Prosedur Pengolahan Data Penelitian
Pengolahan data dilakukan melalui langkah-langkah sebagi berikut :
a. Editing (pemeriksaan data)
Kegiatan mengecek kembali terhadap jawaban pada kuesioner
apakah jawaban sudah lengkap, jelas dan sudah relevan dengan
pertanyaan yang diajukan. Dengan tujuan untuk menjaga kualitas data,
kebenaran data dan kelengkapan data agar dapat diproses ketahap
b. Coding (pengkodeaan data)
Memberikan kode pada kuesiner sehingga informasi dari data yang
telah terkumpul dan mempermudah dalam mengklasifikasikan
jawababn secara teratur.
c. Scoring
Menetapkan skor (nilai) pada setiap pertanyaan kuisioner
1) Untuk variabel kecemasan
Untuk jawaban “Ya” diberi skor 1, jawaban “Tidak” diberikan skor
0.
2) Untuk variabel pengetahuan
Untuk jawaban benar diberikan skor 1, untuk jawaban salah
diberikan skor 0.
3) Untuk variabel nyeri haid
Untuk jawaban dikategorikan 2, yaitu 1 “Ya” dan 0 “Tidak”
d. Processing
Data yang telah diperoleh dapat dianalisa. Proses analisa data
dilakukan dengan cara mengentri data dari kuisioner ke paket program
komputer.
e. Cleaning data
Data yang telah dimasukkan di periksa kembali sesuai dengan kriteria
dan yakinkan data yang telah masuk benar-benar bebas dari kesalahan
H. Analisa data
a. Analisa univariat
Dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentase tiap
variable
Keterangan :
P : persentase subvariabel
F : frekuensi tingkat kecemasan dan pengatahuan
n : jumlah sampel
b. Analisa bivariat
Yaitu untuk melihat hubungan antara dua variable yang dilakukan
secara komputerisasi dengan uji statistik dengan menggunakan rumus
chi-square, uji statistic digunakan batas kenamaan (signifikan) 0,05
bila nilai p < 0,05 maka hasil hitung tersebut secara statistik bermakna,
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Juni 2014 di SMAN 2 Rambatan,
kecamatan Rambatan, kabupaten Tanah Datar. Peneliti mengumpulkan data
dengan menggunakan kuisioner yang diisi oleh responden di SMAN 2
Rambatan, kecematan Rambatan, kabupaten Tanah Datar.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan
dari 56 sampel. Analisia univariat dilakukan untuk melihat distribusi
frekuensi dari variabel independent yaitu hubungan kecemasan dan
pengetahuan remaja putri dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2
Rambatan dengan hasil sebagai berikut :
a. Kecemasan
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi kecemasan yang memepengaruhi nyeri haid remaja putri di SMAN 2 Rambatan,
kabupaten Tanah Datar tahun 2014
Distribusi frekuensi %
Tidak Cemas 26 46,4
Cemas 30 53,6
Tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 56 orang sampel ditemukan
sebanyak 53,6 % (30 orang) mengalami kecemasan.
b. Pengetahuan
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri yang mengalami nyeri haid di SMAN 2 Rambatan
kabupaten Tanah Datar tahun 2014
Distribusi frekuensi %
Rendah 31 55,4
Tinggi 25 44,6
Jumlah
56 100
Tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 56 orang sampel ditemukan
sebanyak 55,4 % (31 orang) dengan pengetahuan rendah
c. Kejadian nyeri haid
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan kabupaten Tanah Datar tahun 2014
Distribusi frekuensi %
Tidak nyeri haid 20 35,7
Nyeri haid 36 64,3
Jumlah 56 100
Tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 56 orang sampel ditemukan
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat bertujuan untuk menguji hipotesa ada atau tidak
adanya hubungan antara variabel independen (kecemasan,
pengetahuan) dengan variabel dependen (nyeri haid). Untuk melihat
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
dilakukan melelui uji Chi Square (X2) dengan tingkat signifikansi (ɑ) 0,05. Hasil uji dikatakan berhubungan atau bermakna jika nilai p ≤
0,05.
a. Hubungan Kecemasan Remaja Putri dengan Kejadian Nyeri Haid
di SMAN 2 Rambatan, kabupaten Tanah Datar tahun 2014
Tabel 4.4
Hubungan kecemasan remaja putri dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan kabupaten Tanah Datar
Kecemasan
Nyeri haid
Jumlah
P.Value
Tidak Ya
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Tidak Cemas 15 75 11 30,6 26 46,4 0,001
Cemas 5 25 25 69,4 30 53,6
Total 20 100 36 100 56 100
Tabel 4.4 menunjukan bahwa dari 26 siswi tidak
mengalami kecemasan di dapatkan 39,6 % (11 orang) mengalami
nyeri haid dari 30 siswi yang mengalami kecemasan 69,4 % (25
Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square didapatkan
p=(0,001) yang berarti Ha diterima, dengan derajat kepercayaan p
< 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara kecemasan dengan kejadian nyeri haid di SMAN
2 Rambatan, kabupaten Tanah Datar tahun 2014.
b. Hubungan pengetahuan dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2
Rambatan, kabupaten Tanah Datar tahun 2014
Tabel 4.5
Hubungan pengetahuan dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan kabupaten Tanah Datar tahun 2014
Pengetahuan
Nyeri Haid
Jumlah
P.Value
Tidak Ya
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Rendah 2 10 29 80,6 31 55,4 0,000
Tinggi 18 90 7 19,4 25 44,6
Total 20 100 36 100 56 100
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 31 siswi
berpengetahuan rendah terdapat 80,6 % (29 orang) mengalami
nyeri haid, dari 25 siswi berpengetahuan tinggi terdapat 19,4 % (7
orang) mengalami nyeri haid.
Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square didapatkan
p=(0,000) yang berarti Ha diterima, dengan derajat kepercayaan p
bermakna antara pengetahuan dengan kejadian nyeri haid di
SMAN 2 Rambatan kabupaten Tanah Datar tahun 2014.
B. PEMBAHASAN 1. Kecemasan
Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 4.1 dapat dilihat dari 56 sampel, ditemukan 53,6 % (30 orang) mengalami kecemasan, artinya
kejadian nyeri haid banyak ditemukan pada siswi yang mengalami
kecemasan.
Hubungan antara kecemasan dengan kejadian nyeri haid dalam
penelitian ini menunjukkan semakin tinggi kecemasan maka kejadian
nyeri haid pada remaja putri semakin tinggi. Hasil penelitian ini
mendukung pernyataan Affandi (2006) bahwa bila hiphotalamus mendapat
pengaruh dari luar seperti cahaya, bau-bauan dan hal-hal psikologis seperti
kecemasan maka mengakibatkan penyaluran RH berjalan secara tidak
normal sehingga produksi FSH dan LH abnormal dan berdampak pada
proses ovulasi terutama terjadi perubahan pola menstruasi. Bila frekuensi
menstruasi meningkat, produksi prostaglandin semakin tinggi dan akan
meningkatkan kejadian dismenorea.
Adanya hubungan antara kecemasan dengan kejadian nyeri haid ini
juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Heriani (2009) yaitu pada
dismenorea, faktor pendidikan dan psikis sangat berpengaruh, nyeri dapat
dibangkitkan atau diperberat oleh keadaan psikis penderita. Keadaan
kecemasan saat mengalami gejala-gejala kekhawatiran terhadap sesuatu
hal yang tidak pasti, sulit berkonsentrasi, gelisah, tidak dapat bersikap
santai, mengalami gangguan tidur, pucat, mudah letih, mual, sesak nafas
serta sering buang air kecil (Nevid, 2005).
2. Pengeteahuan
Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.2 dapat dilihat dari 56 orang
sampel ditemukan sebanyak 55,4 % (31 orang) dengan pengetahuan
rendah, artinya kejadian nyeri haid banyak dialami oleh siswi yang
berpengatahuan rendah.
Berdasarkan survei yang dilakukan Ayurai (2006) di SMA Negeri
3 Sidoarjo, didapatkan bahwa sebesar 90 % siswi mengalami dismenorhea
dan sebanyak 70% siswi tersebut mengalami kecemasan. Hal ini
disebabkan oleh salah satu faktornya yaitu kurangnya pengetahuan remaja
tersebut tentang nyeri haid tersebut.
(http://ayurai.wordpress.com, diperoleh tanggal 15 November 2009).
Menurut Wiknjosastro (2006), wanita yang baik keseimbangan
psikoemosionalnya menganggap menstruasi sebagai hal yang wajar, tidak
mudah menderita sindrom premenstruasi. Sebaliknya, wanita
psikoneurotik yang menganggap menstruasi sebagai suatu kelainan, lebih
mudah menunjukkan gejala gejala yang berlebihan. Berdasarkan dari teori pendukung, hasil penelitian, dan penelitian sebelumnya, maka peneliti