• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KECEMASAN DAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN NYERI HAID DI SMAN 2 RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KECEMASAN DAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN NYERI HAID DI SMAN 2 RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2014"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN DOSEN

HUBUNGAN KECEMASAN DAN PENGETAHUAN REMAJA

PUTRI DENGAN KEJADIAN NYERI HAID DI SMAN 2

RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR

TAHUN 2014

Peneliti:

MUTIA FELINA, S.SiT

Dana bersumber dari Institusi STIKes Prima Nusantara 2014

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK

STIKES PRIMA NUSANTARA

BUKITTINGGI

2014

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Karena atas karunia-Nya semata,

sehingga kita masih bisa menapaki dunia, meski dengan hati gelisah dan semakin

nanar. Allah SWT adalah tempat kita bertaut, bersandar yang paling handal.

Dan semoga rahmat serta salam sejahtera senantiasa terlimpah kepada nabi

Muhammad SAW yang telah menjadi Rasulullah, yang dipilih Allah untuk

menyampaikan sebuah risalah yang Agung, yang senantiasa Dia jaga serta

diawasi sehingga menjadi yang terbaik diantara kaumnya, dan yang dianugrahi

ahklaq mulia yang tidak pernah dianugrahkan kepada siapapun sebelum dan

sesudahnya.

Penyusunan laporan ini berdasarkan pada Hubungan Kecemasan dan

Pengetahuan Remaja Putri dengan Kejadian Nyeri Haid di SMA N 2 Rambatan

Kabupaten Tanah Datar Tahun 2014.

Terakhir, terimakasih penulis haturkan kepada segenap pihak yang telah

memmbantu penyusunan laporan ini. Kritik dan saran yang membangun sangat

kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Bukittinggi, November 2014

(3)

Nama : Mutia Felina

Program Studi : D-I Bidan Pendidik

Judul : Hubungan Kecemasan dan Pengetahuan Remaja Putri Dengan Kejadian Nyeri Haid di SMAN 2 Rambatan, Kabupaten Tanah Datar Tahun 2014

xvi + 52 halaman + 2 skema + 6 tabel + 9 lampiran

ABSTRAK

Sebesar 54,89% perempuan di Indonesia mengalami kejadian nyeri haid. Salah satu pencetus nyeri haid ini adalah faktor psikologis seperti kecemasan dan rendahnya pengetahuan tentang nyeri haid dapat meningkatkan kejadian nyeri haid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecemasan dan pengetahuan remaja putri dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan. Metode yang digunakan adalah metode korelasional dengan rancangan penelitian cross sectional study yang dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2014. Teknik pengambilan sampel penelitian ini secara random sampling sebanyak 56 orang yang di ambil dari kelas X dan XI. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu kuisioner. Teknik analisis yang digunakan rumus korelasi pearson. Distribusi kecemasan yang memepengaruhi nyeri haid yaitu 53,6 % (30 orang) mengalami kecemasan. Distribusi pengetahuan yang mempengaruhi nyeri haid 55,4 % ( 31 orang) memiliki pengetahuan rendah. Distribusi nyeri haid 64,3 % (36 orang) mengalami nyeri haid. Hasil analisis statistik antara kecemasan dengan kejadian nyeri haid didapatkan nilai signifikan p=0,001 (<0,05) maka Ha diterima serta menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara kecemasan dengan kejadian nyeri haid. Dan hasil analisis statistik antara pengetahuan dengan kejadian nyeri haid nilai signifikan p=0,000 (<0,05) maka Ha diterima serta menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara pengetahuan dengan nyeri haid. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan positif yang bermakna antara kecemasan dan pengetahuan dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan. Semakin tinggi kecemasan maka kejadian nyeri haid semakin tinggi, dan semakin rendah pengetahuan tentang nyeri haid maka kejadian nyeri haid semakin tinggi.

Daftar Bacaan : 18 (2000-2012)

(4)

Name : Mutia Felina

Study Program: D-I Educator Midwife

Title : Relationship Anxiety and Knowledge Young Women

With Genesis Dysmenorrhea in SMAN 2 propagation, Tanah Datar 2014

xvi + 52 pages + 2 tables schema + 6 + 9 attachments

ABSTRACT

Amounted to 54.89% in Indonesian women experiencing menstrual pain events. One of the originators of menstrual pain is psychological factors such as anxiety and lack of knowledge about menstrual pain may increase the incidence of menstrual pain. The purpose of this study was to determine whether there is a relationship between anxiety and knowledge of young women with menstrual pain incidence in SMAN 2 propagation. The method used is the method of correlation with the cross sectional study design which was held on June 16, 2014 This research sampling technique is random sampling as many as 56 people were taken from class X and XI. Data collection tool used is the questionnaire. The analysis technique used Pearson correlation formula. Distribution of anxiety that affect menstrual pain that is 53.6% (30 people) had anxiety. Distribution of knowledge that affect menstrual pain 55.4% (31 people) had low knowledge. Distribution of menstrual pain 64.3% (36 people) experience menstrual pain. Results of statistical analysis between the incidence of menstrual pain anxiety obtained significant value p = 0.001 (<0.05) then Ha is accepted and showed a significant and positive relationship between the incidence of menstrual pain anxiety. And the results of statistical analysis between the incidence of menstrual pain knowledge with significant p value = 0.000 (<0.05) then Ha is accepted and showed a significant and positive relationship between knowledge and menstrual pain. The conclusion of this study is that there is a significant positive relationship between anxiety and knowledge of the incidence of menstrual pain in SMAN 2 propagation. The higher the anxiety, the higher incidence of menstrual pain, and the lower knowledge about menstrual pain, the higher the incidence of menstrual pain.

Reading List : 18 (2000-2012)

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR ... i ABSTRAK ... ii ABSTRAC ... iii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang……… 1

B. Rumusan Masalah……….. 4

C. Tujuan………. 4

D. Manfaat……… 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Kecemasan……….. 8 B. Pengetahuan……… 12 C. RemajaPutri……… 16 D. Nyeri Haid... 22 E. Kerangka Teori……… 33 F. Kerangka Konsep………. 33 G. Hipotesis……….. 34 H. Defenisi Operasional……… 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis dan Desain Penelitian……… 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian……… 36

C. Populasi dan Sampel……….. 37

D. Teknik Pengumpulan Data………. 39

E. Etika Penelitian……….. 39

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian……… 40

G. Prosedur Pengolahan Data………. 40

H. Analisa Data... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian………... 43

B. Pembahasan……… 47

(6)

BAB V PENUTUP ... 51

A. Kesimpilan……….. 51

B. Saran……… 51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Defenisi Operasional ... 32

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kecemasan... 43

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan... 44

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nyeri Haid... 44

Tabel 4.4 Hubungan Kecemasan Dengan Nyeri Haid... 45

(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori Nyeri Haid ... 30 Skema 2.2 Kerangka Konsep Nyeri Haid ... 31

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ganchart

Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 Lembar Persetujuan Respondens Lampiran 4 Kisi – Kisi Kuisioner

Lampiran 5 Kuisiner Lampiran 6 Master Tabel Lampiran 7 Hasil Penelitian

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja (adolescence) adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju

masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis,

dan psikososial. Masa ini mulai pada usia 12 tahun dan berakhir sekitar usia 18

tahun. Pada masa remaja akan muncul serangkaian perubahan fisiologis yang

kritis, yang membawa individu pada kematangan fisik dan biologis.

Kematangan fisik remaja putri ditandai dengan adanya perubahan-perubahan

siklik pada alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Hal ini

adalah suatu proses yang kompleks dan harmonis meliputi serebrum,

hipotalamus, hipofisis, alat-alat genital, korteks adrenal, glandula tiroidea dan

kelenjar-kelenjar lain. Perubahan siklik yang dialami remaja menuju

kematangan fisik tersebut adalah menstruasi. Menstruasi yaitu perdarahan

secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi)

endometrium (Semiun, 2006; Prawirohardjo, 2006; Wiknjosastro, 2005).

Seorang perempuan akan sering mengalami keluhan-keluhan menjelang

menstruasi atau disebut premenstrual syndrome yang biasanya dimulai satu

minggu sampai dengan beberapa hari sebelum datangnya menstruasi dan

menghilang sesudah menstruasi datang walaupun kadang terus berlanjut

sampai menstruasi berhenti. Sebanyak 95% perempuan Indonesia mengalami

(11)

berturut-turut oleh 3,9% dan 1,1%, angka tersebut lebih rendah dibanding

perempuan Barat, Cina ataupun Jepang (Emilia, 2008).

Gejala dari premenstrual syndrome meliputi sakit kepala, nyeri perut

(dismenorea), sulit konsentrasi, diare, konstipasi, buah dada nyeri, sering

merasa lelah, berdebar-debar, depresi, mudah tersinggung, mudah marah,

tegang, gelisah, sensitif, rasa cemas, perasaan labil. Bahkan beberapa

perempuan mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat

menstruasi (Colemon, 2000).

Gejala premenstrual syndrome yang paling sering terjadi pada

kebanyakan perempuan adalah dismenorea. Dismenorea yaitu nyeri uteri pada

waktu menstruasi. Studi longitudinal dari Swedia melaporkan dismenorea

terjadi pada 90% wanita yang berusia kurang dari 19 tahun dan 67% wanita

yang berusia 24 tahun. Angka kejadian dismenorea di Indonesia sekitar 54,89%

(Baradero, 2007; French dalam Anurogo, 2008).

Beberapa faktor yang diduga berperan dalam timbulnya premenstrual

syndrome khususnya nyeri haid (dismenorea) adalah faktor psikologis dan

sosial, seperti kecemasan, mengalami konflik di lingkungannya, serta kultur

keluarga dan masyarakat terhadap perempuan yang menstruasi (Yatim, 2001).

Salah satu faktor psikologis yang diduga dapat memicu terjadinya nyeri

haid adalah kecemasan. Seseorang dikatakan mengalami kecemasan saat

mengalami gejala-gejala kekhawatiran terhadap sesuatu hal yang tidak pasti,

(12)

mengalami gangguan tidur, pucat, mudah letih, tubuh terasa lebih hangat,

mual, sesak nafas serta sering buang air kecil (Nevid, 2005).

Berdasarkan data National Institute of Mental Health (2005) di

Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada

usia 18 tahun hingga lanjut usia. Sedangkan prevalensi gangguan kecemasan di

Indonesia berkisar pada 6-7% dari populasi umum. Prevalensi kelompok

perempuan lebih tinggi dibandingkan kelompok laki-laki. Penelitian yang

dilakukan pada kelompok laki-laki dan kelompok perempuan pada murid SMA

dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale, prevalensi gangguan

kecemasan sebesar 8-12% (Suwarni, 2009; Ibrahim dalam Hidayati, 2008).

Kondisi kecemasan, seseorang sangat membutuhkan dukungan, suport

dan motivasi sehingga dukungan keluarga dan lingkungan yang kondusif

sangat diperlukan sebagai salah satu upaya pencegahan kecemasan.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 23 Januari 2014

terhadap siswi SMAN 1 Rambatan dan SMAN 2 Rambatan didapatkan hasil,

dari 15 sisiwi SMAN 1 Rambatan 12 diantaranya mengalami nyeri haid dan 3

diantaranya cukup terganggu kegiatannya kerena mengalami nyeri haid yang

hebat. Sedangkan di SMAN 2 Rambatan dari 15 siswi 14 diantaranya

mengalami nyeri haid dan 4 dari 14 siswi tersebut cukup terganggu kegiatan

sehari-harinya karena mengalami dismenorea berat. Dari data tersebut

didapatkan pengetahuan remaja putri SMAN 2 Rambatan labih rendah

dibadingkan dengan SMAN 1 Rambatan dan kecemasan siswi SMAN 2 lebih

(13)

akan tingginya kejadian dismenorea di SMAN 2 Rambatan dibandingkan di

SMAN 1 Rambatan.

Berdasarkan uraian tersebut, kecemasan dan pengetahuan diduga terkait

erat dengan kejadian nyeri haid. Khusus untuk remaja putri di SMAN 2

Rambatan dimungkinkan kejadian dismenoreanya akan tinggi terkait dengan

tingkat kecemasan yang mereka alami dan kurang nya pengetahuan remaja

putri tentang nyeri haid. Dari latar belakang tersebut, penulis ingin melakukan

penelitian untuk mengetahui adakah hubungan tingkat kecemasan dan

pengetahuan remaja putri dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan

masalah yaitu adakah hubungan tingkat kecemasan dan pengetahuan remaja

putri dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dan pengetahuan remaja

putri dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi kecemasan pada remaja putri di SMAN

2 Rambatan.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang nyeri

(14)

b. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian nyeri haid pada remaja putri di

SMAN 2 Rambatan.

c. Diketahuinya hubungan kecemasan dan pengetahuan remaja putri dengan

kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan.

D. Manfaat Penelitian 1. Peneliti

Sebagai sumber informasi bagi penulis mengenai hubungan

kecemasan dan pengetahuan remaja putri dengan kejadian nyeri haid dan

sebagai penerapan ilmu metodologi yang diperoleh dalam perkuliahan di

STIKes Prima Nusantara Bukittinggi

2. Tempat penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi bagi siswi SMAN

2 Rambatan tentang hubungan kecemasan dan pengetahuan dengan kejadian

nyeri saat haid.

3. Institusi

Sebagai bahan masukan keperpustakaan serta sebagai bahan acuan bagi

adik-adik tingkat nantinya di STIKes Prima Nusantara ini.

4. Responden

Menambah wawasan pada responden tentang hubungan kecemasan dan

(15)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kecemasan

1. Pengertian

Cemas adalah suatu keadaan perasaan dimana individu merasa

lemah sehingga tidak berani untuk bersikap dan bertindak secara rasional

sesuai dengan yang seharusnya. Seseorang yang cemas akan merasa

ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun

wujudnya (Wiramihardja, 2007).

Kecemasan (anxiety) adalah suatu keadaan khawatir yang

mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Nevid, 2005).

Kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang berhubungan dengan

ketakutan, kekhawatiran, perasaan-perasaan bersalah, perasaan tidak aman

dan kebutuhan akan kepastian. Kecemasan pada dasarnya merupakan

sebuah respons terhadap apa yang terjadi atau antisipatif, namun faktor

dinamik yang dapat mempercepat kecemasan tidak disadari (Semiun,

2006c).

2. Manfaat Kecemasan

Kecemasan juga dibutuhkan dalam hidup ini, tanpa ada sedikit

kecemasan yang sesuai dengan kenyataan, individu mungkin tidak akan

memperhatikan peristiwa-peristiwa akan datang yang sangat penting bagi

(16)

memberatkan individu dan menyebabkan kelumpuhan dalam memberikan

keputusan dan melakukan tindakan-tindakan (Semiun, 2006b; Durand,

2007).

3. Ciri-Ciri Kecemasan

Menurut Nevid (2005), seseorang yang mengalami kecemasan akan

menampakkan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Ciri fisik dari kecemasan

Gelisah, gugup, banyak berkeringat, mulut atau kerongkongan

terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas pendek, jantung

berdetak kencang, suara yang bergetar, pusing, merasa lemas, tangan

yang dingin, sering buang air kecil, terdapat gangguan sakit perut atau

mual, muka memerah, leher atau punggung terasa kaku, merasa sensitif

atau mudah marah.

b. Ciri behavioral dari kecemasan

Seseorang yang mengalami kecemasan biasanya akan

menunjukkan perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependen,

ataupun perilaku terguncang.

c. Ciri kognitif dari kecemasan

Khawatir tentang sesuatu bahkan terhadap hal-hal sepele, perasaan

terganggu terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan bahwa

sesuatu yang mengerikan akan terjadi tanpa ada penjelasan yang jelas,

sangat waspada, khawatir akan ditinggal sendiri, sulit berkonsentrasi atau

(17)

ketakutan akan ketidakmampuan menghadapi masalah, berpikir tentang

hal-hal yang mengganggu secara berulang-ulang.

4. Jenis kecemasan

Kartono Kartini (2006: 45) membagi kecemasan menjadi dua jenis kecemasan,

yaitu :

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar

dan ringan lama.Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan

kepribadian seseorang, karena kecemasan ini dapat menjadi suatu tantangan

bagi seorang individu untuk mengatasinya. Kecemasan ringan yang muncul

sebentar adalah suatu kecemasan yang wajar terjadi pada individu akibat

situasi-situasi yang mengancam dan individu tersebut tidak dapat

mengatasinya, sehingga timbul kecemasan. Kecemasan ini akan bermanfaat

bagi individu untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi situasi-situasi yang

sama di kemudian hari. Kecemasan ringan yang lama adalah kecemasan

yang dapat diatasi tetapi karena individu tersebut tidak segera mengatasi

penyebab munculnya kecemasan, maka kecemasan tersebutakan mengendap

lama dalam diri individu.

b. Kecemasan Berat

Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar

secara mendalam dalam diri seseorang. Apabila seseorang mengalami

(18)

Kecemasan ini mempunyai akibat menghambat atau merugikan

perkembangan kepribadian seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi dua

yaitu kecemasan berat yang sebentar dan lama. Kecemasan yang berat tetapi

munculnya sebentar dapat menimbulkan traumatis pada individu jika

menghadapi situasi yang sama dengan situasi penyebab munculnya

kecemasan. Sedangakan kecemasan yang berat tetapi munculnya lama akan

merusak kepribadian individu. Hal ini akan berlangsung terus menerus

bertahun-tahun dan dapat meruak proses kognisi individu. Kecemasan yang

berat dan lama akan menimbulkan berbagai macam penyakit seperti darah

tinggi, tachycardia (percepatan darah), excited (heboh, gempar).

5. Skla kecemasan

Skala kecemasan menurut Taylor Manifest Scale (TMAS) diukur dengan

menggunakan daftar pernyataan yang berisi beberapa pernyataan tentang

kecemasan terhadap nyeri haid, dikategorikan dua :

a. tidak cemas bila < mean

b. cemas bila ≥ mean

6. Penyebab Kecemasan

a. Kontribusi biologis

Daerah otak yang paling sering berhubungan dengan kecemasan

adalah sistem limbik, yang bertindak sebagai mediator antara batang otak

dan korteks. Batang otak yang lebih primitif memonitor dan merasakan

(19)

sinyal-sinyal bahasa potensial ini ke proses-proses kortikal yang lebih tinggi

melalui sistem limbik (Durand, 2007).

b. Kontribusi psikologis

Sense of control (perasaan mampu mengontrol) sejak dini yang

tinggi pada seseorang merupakan faktor psikologis yang sangat rentan

mengakibatkan kecemasan (Durand, 2007).

c. Kontribusi sosial

Peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang menimbulkan stress

dapat memicu kerentanan terhadap kecemasan. Misalnya masalah di

sekolah, tekanan sosial untuk selalu menjadi juara kelas, kematian orang

yang dicintai, dan lain sebagainya (Durand, 2007).

7. Pencegahan Kecemasan :

Menurut Hawari (2008), kecemasan dapat dicegah dengan:

a. Makan makanan yang baik dan halal secara tidak berlebihan dan

mengandung gizi seimbang.

b. Tidur secukupnya, 7-8 jam semalam.

c. Olahraga, untuk meningkatkan kekebalan fisik dan mental, minimal

dengan jalan kaki, lari pagi atau senam.

d. Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.

e. Banyak bergaul.

f. Pengaturan waktu dalam kehidupan sehari-hari (manajemen waktu yang

(20)

g. Rekreasi.

h. Mengatur keuangan dengan baik.

i. Kasih sayang, support dan motivasi.

8. Penanganan Gangguan Kecemasan

Jika kecemasan itu sudah sangat mengganggu dalam kehidupan sehari-hari

maka diperlukan tindakan untuk mengatasinya, meliputi:

a. Terapi humanistika

Terapi yang berfokus pada membantu klien mengidentifikasi dan menerima

dirinya yang sejati dan bukan dengan bereaksi pada kecemasan setiap kali

perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhannya yang sejati mulai muncul

ke permukaan (Nevid, 2005).

b. Terapi psikofarmaka

Terapi psikofarmaka berfokus pada penggunaan obat anti cemas (anxiolytic)

dan obat-obat anti depresan seperti Diazepam, Clobazam, Bromazepam,

Lorazepam, Meprobamate, Alprazolam, Oxazolam, chlordiazepoxide HCl,

Hidroxyzine HCl (Hawari, 2008).

c. Terapi somatik

Terapi somatik dilakukan dengan memberikan obat-obatan untuk

mengurangi keluhan-keluhan fisik pada organ tubuh yang bersangkutan

yang timbul sebagai akibat dari stres, kecemasan dan depresi yang

berkepanjangan (Hawari, 2008).

(21)

Terapi dilakukan dalam sebuah group dan biasanya dipilih group terapi

dengan kondisi anggota yang satu tidak jauh beda dengan anggota yang lain

sehingga proses penyembuhan dapat berjalan lebih efektif. Dalam

psikoterapi ini dilakukan terapi pernafasan dan teknik relaksasi ketika

menghadapi kecemasan serta sugesti bahwa kecemasan yang muncul adalah

tidak realistis (Hawari, 2008).

e. Terapi psikososial

Terapi psikososial adalah untuk memulihkan kembali kemampuan adaptasi

agar yang bersangkutan dapat kembali berfungsi secara wajar dalam

kehidupan sehari-hari baik di rumah, sekolah/kampus, di tempat kerja

maupun di lingkungan pergaulan sosialnya (Hawari, 2008).

f. Terapi psikoreligius

Pendekatan agama akan memberikan rasa nyaman terhadap pikiran,

kedekatan kepada Allah, dzikir dan doa-doa yang disampaikan akan

memberikan harapan positif (Hawari, 2008).

g. Pendekatan Keluarga

Dukungan (support) keluarga cukup efektif dalam mengurangi kecemasan

(Nevid, 2005).

h. Konseling

Konseling dapat dilakukan secara efisien dan efektif bila ada motivasi dari

kedua belah pihak, antara klien (orang yang mendapat konsultasi) dan

(22)

B. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

(Notoatmodjo,2007)

2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan :

a. Tahu ( Know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami ( Comprehension )

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi

materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi ( Application )

Aplikasi artinya sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

(23)

di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lainnya.

d. Analisis ( Analysis )

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

f. Evaluasi ( Evaluation )

Evauasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian

berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria –

kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkat – tingkat tersebut (Notoatmodjo, 2007).

3. Faktor – faktor yang mempengaruh tingkat pengetahuan. 1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

(24)

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

2) Pengalaman

Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama

bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang

bertolak dari masalah nyata dalam bidang keperawatan.

3) Usia

Semakin tua semakin bijak, semakin banyak informasi yang dijumpai dan

semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena

mengalami kemunduran fisik dan mental ( Hanna, 2009).

4) Informasi

Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki

pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber informasi yang berperan

penting bagi pengetahuan adalah media massa. Pengetahuan masyarakat

khususnya tentang kesehatan bisa didapat dari beberapa sumber antara lain

media cetak, tulis, elektronik, pendidikan sekolah, penyuluhan (Oktarina,

2009).

5) Lingkungan Budaya

Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik sejak

kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam berfikir selama

(25)

6) Sosial Ekonomis

Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan biaya

untuk menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun rendah

(Notoatmodjo, 2007).

4. Kategori tingkat pengetahuan

Pengetahuan bisa didapatkan dengan cara yaitu formal dan informal.

Secara formal pengetahuan bias didapatkan melalui pendidikan dibangku

sekolah sedangkan secara informal pengetahuan di peroleh cara konsultasi,

media cetak, media komunikasi, poster dan iklan (arikunto,2006)

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu

a. Tinggi jika ≥ mean

b. Rendah jika < mean

C. Remaja putri

1. Pengertian Remaja

Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescere” yang

berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence yang

berasal dari bahasa Inggris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas

mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Sedangkan

menurut Piaget mengatakan bahwa masa remaja adalah usia dimana

(26)

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, masa remja umumnya

berumur 16-19 tahun dan merupakan masa peralihan menuju kematangan

(dewasa). Remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan

masa remaja.(Proverawati, 2009).

Remaja adalah masa peralihan dari anak menuju dewasa dimana terjadi

perubahan fisik, mental dan emosional yang sangat cepat (Proverawati,

2009).

2. Penggolongan Remaja

Menurut WHO, yang dikatakan usia remaja adalah antara 10-18 tahun.

Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa remaja terbagi atas:

1). Masa remaja awal (10-13 tahun);

2). Masa remaja tengah (14-16 tahun);

3). Masa remaja akhir (17-19 tahun).

Remaja mulai berfikir lebih kompleks dan cenderung menjadi

multimensi dan mempertimbangkan sesuatu dan fakta-fakta untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi. Perkembangan kognitif berdasarkan

tahapan perkembangan remaja diantaranya sebagai berikut,

1) Remaja awal

Pada tahapan ini, remaja mulai berfokus pada pengambilan

keputusan, baik didalam rumah ataupun disekolah. Remaja mulai

menunjukkan cara berfikir logis, sehingga sering menanyakan

(27)

mulai menggunakan istilah-istilah sendiri dan mempunyai pandangan,

seperti: olahraga yang lebih baik untuk bermain, memilih kelompok

bergaul, pribadi seperti apa yang diinginkan, dan mengenal cara untuk

berpenampilan menarik.

2) Remaja menengah

Pada tahan ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok,

sehingga tidak selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi

seksual. Dengan menggunakan pengalaman dan pemikiran yang lebih

kompleks, pada tahap ini remaja sering mengajukan pertanyaan,

menganalisis secara lebih menyeluruh, dan berfikir tentang bagaimana

cara mengembangkan identitas “siapa saya?” pada saat ini remaja juga

mulai mempertimbangkan kemungkinan masa depan, tujuan, dan

membuat rencana sendiri.

3) Remaja akhir

Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan

datang dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir, proses

berfikir secara kompleks digunakan untuk memfokuskan diri

masalah-masalah idealism, toleransi, keputusan untuk karier dan pekerjaan, serta

peran orang dewasa dalam masyarakat.(DepKes PolteKes Jakarta, 2010)

3. Perubahan Fisik Remaja Putri

Menurut Proverawati (2009), ada beberapa perubahan fisik yang dialami

(28)

a. Keringat menjadi lebih banyak

b. Tangan dan kaki bertambah besar

c. Bertambahnya panjang dan leher tulang-tulang wajah, sehingga tidak

tampak seperti wajah anak kecil lagi

d. Pantat menjadi lebih lebar

e. Kulit dan rambut berminyak

f. Bertambah besarnya indung telur

g. Payudara bertambah besar

h. Muka cenderung tumbuh jerawat

i. Vagina mulai mengeluarkan cairan yang harus dijaga kebersihannya

j. Setiap bulan akan mengalami menstruasi

4. Pertumbuhan dan perkembangan remaja putri

Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi

sejak didalam kandungan dan terus berlangsung sampai dewasa. Dalam proses

mencapai dewasa inilah anak harus melalui berbagai tahap tumbuh kembang,

termasuk tahap remaja. Tahap remaja adalah masa transisi anatara masa anak

dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul cirri-ciri seks

sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologis serta

(29)

1) Perkembangan fisik

Perkembangan fisik pada masa remaja paling pesat di antara

tahap-tahap perkembangan manusia. Selain perubahan-perubahan

fisik, remaja juga mengalami perubahan secara psikologis.

Perkembangan jiwa pada masa remaja juga semakin mantap. Anak

perempuan dua tahun lebih cepat memasuki masa remaja

dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini terjadi pacu

tumbuh berat badan dan tinggi badan, termasuk pertumbuhan

tanda-tanda seks sekunder yang disebut sebagai pacu tumbuh adolescence.

2) Perkembangan intelektual

Masa remaja adalah awal dari tahap pikiran formal operasional,

yang mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang melibatkan

logika pengurangan atau deduksi. Tahap ini terjadi disemua orang

tanpa memandang pendidikan dan pengalaman mereka.

3) Perkembangan seksual

Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung

jawab atas munculnya dorongan seks. Pemuasan dorongan seks masih

dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus kurangnya

(30)

4) Perkembangan emosional

Masa remaja sangat rawan dengan stress emosional yang timbul

dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu

pubertas.

5) Perkembangan psikologis dan kepribadian remaja

Dalam perkembangan menuju kedewasaan, remaja

berangsur-ansur mengalami perubahan yang membutuhkan kedua kemampuan,

yaitu kebebasan dan ketergantungan secara bersama-sama.

6) Perkembangan kognitif

Perkembangan berfikir pada remaja tidak terlepas dari

kehidupan emosionalnya yang labil. Penentangan dan pemberontakan

yang ditunjukkan dengan selalu melancarkan banyak kritik, bersikap

sangat kritis pada setiap masalah, menentang aturan menjadi suatu ciri

mulai meningkatnya kemampuan berfikir dengan sudut pandang yang

mulai meluas pada remaja.

7) Pertumbuhan tinggi badan, tulang dan gigi

Selama pubertas terjadi akselerasi pertumbuhan tinggi badan

yang mendadak yang disebut pacu tumbuh (height spurt). Pada remaja

perempuan kecepatan pertumbuhan maksimal dicapai 6-12 bulan

sebelum menarche, dan ini dipertahankan hanya untuk beberapa

bulan, kemudian akan mengalami deselerasi untuk dua tahun

(31)

8) Pertumbuhan berat badan

Pada remaja perempuan, saat memasuki masa pubertas berat

badan mencapai kira-kira 60% berat dewasa. Mencapai puncak

kecepatan berat badan sekitar 8 kg/tahun.pertumbuhan otot terjadi 3-6

bulan setelah pacu tumbuh berat badan.

9) Pertumbuhan otot

Semua otot mengalami pertumbuhan selama masa pubertas.

Puncak kecepatan pertumbuhan otot (peak velocity muscle growth)

lebih besar pada laki-laki dari pada perempuan.

10) Pertumbuhan jaringan lemak

Pada remaja perempuan terjadi penambahan lemak yang

kontinu selama masa pubertas. Setelah masa percepatan tinggi badan,

terjadi akumulasi lemak lebih cepat di banding remaja laki-laki.

Akumulasi lemak terjadi pada anggota gerak maupun tubuhnya,

terutama tubuh bagian bawah dan paha bagian belakang.

11) Pertumbuhan organ reproduksi

Pertumbuhan organ reproduksi mengalami banyak perubahan

pada masa pubertas. Pada remaja perempuan tanda pubertas pertama

pada umumnya adalah pertumbuhan payudara, yaitu terdiri dari

penonjolan putting disertai pembesaran daerah areola (usia sekitar

(32)

D. Nyeri haid (desmenorea) 1. Pengertian

Nyeri haid (dismenorea) adalah rasa nyeri uteri saat menstruasi.

Perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram ringan pada bagian

kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari. Dismenorea

merupakan salah satu gejala fisik dari sekian gejala sindrom premenstruasi.

Dismenorea dibagi menjadi dua bentuk yaitu dismenorea primer dan

dismenorea sekunder (Manuaba, 1999).

Dismenorea primer (primary dysmenorrhea) yaitu nyeri haid yang

terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis alat kelamin. Dismenorea primer

tidak dikaitkan dengan patologi pelvis dan bisa timbul tanpa penyakit

organik. Dismenorea primer umumnya terjadi pada tahun-tahun pertama

setelah menstruasi pertama atau menarche, biasanya terjadi dalam 6-12

bulan pertama setelah menarche (haid pertama) segera setelah siklus ovulasi

teratur ditentukan. Intensitas dismenorea bisa berkurang setelah hamil atau

pada umur sekitar 30 tahun. Istilah dismenorea berat sering dipakai jika

nyeri haid disertai mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala, dan

(terkadang) pingsan (Manuaba, 1999; Anurogo, 2008).

Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) yaitu nyeri haid

yang berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas. Kelainan anatomis

ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri,

polip endometrial, polip serviks, pemakai IUD atau AKDR (alat kontrasepsi

dalam rahim). Kondisi dismenorea sekunder paling sering dialami oleh

(33)

perlu konsultasi dengan dokter ahli kandungan sehingga dapat memberikan

pengobatan secara tepat (Manuaba,1999).

2. Karakteristik Dismenorea Primer dan Dismenorea Sekunder a. Dismenorea primer

Menurut Edmundson (2006) dismenorea primer memiliki ciri khas

sebagai berikut:

1) Terjadi dalam 6-12 bulan setelah menarche (haid pertama).

2) Nyeri perut bawah atau pelvis (lower abdominal/pelvic pain) dimulai

dengan haid dan berakhir selama 8-72 jam.

3) Low back pain (nyeri pungung belakang).

4) Nyeri paha di medial atau anterior.

5) Headache (sakit kepala).

6) Diarrhea (diare).

7) Nausea (mual) atau vomiting (muntah).

Karakteristik dismenorea primer menurut Badziad (2003):

1) Sering ditemukan pada usia muda.

2) Nyeri sering timbul segera setelah mulai timbul haid teratur.

3) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus yang spastik dan sering

disertai mual, muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala.

4) Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama

atau kedua haid.

5) Jarang ditemukan kelainan genitalia pada pemeriksaan ginekologis.

(34)

b. Dismenorea sekunder

Menurut Edmundson (2006) dismenorea sekunder memiliki ciri khas

sebagai berikut:

1) Terjadi pada usia 20-an atau 30-an, setelah siklus haid yang relatif tidak

nyeri di masa lalu.

2) Infertilitas.

3) Darah haid yang banyak (heavy menstrual flow) atau perdarahan yang

tidak teratur.

4) Dyspareunia (sensasi nyeri saat berhubungan seks).

5) Vaginal discharge.

6) Nyeri perut bawah atau pelvis selama waktu selain haid

7) Nyeri yang tidak berkurang dengan terapi nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs).

Karakteristik dismenorea sekunder menurut Badziad (2003):

1) Lebih sering ditemukan pada usia tua dan setelah dua tahun mengalami

siklus haid teratur.

2) Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya

darah haid.

3) Sering ditemukan kelainan ginekologis.

4) Pengobatannya seringkali memerlukan tindakan operatif.

3. Patofisiologi

Ada beberapa faktor yang dikaitkan dengan dismenorea primer yaitu

(35)

emosi/psikologis. Wanita dengan dismenorea mempunyai prostaglandin 4

kali lebih tinggi dari wanita tanpa dismenorea. Dismenorea primer bisa

timbul pada hari pertama atau kedua dari menstruasi. Nyerinya bersifat kolik

atau kram dan dirasakan pada abdomen bawah (Baradero, 2005).

Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (sloughing

endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia

uterus melalui kontraksi miometrium dan vasokontriksi. Peningkatan kadar

prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid)

pada wanita dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea). Kadar ini

memang meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi

(Anurogo, 2008).

4. Faktor Penyebab Terjadinya Dismenorea

Salah satu kemungkinan penyebab terjadinya sindrom premenstruasi

khususnya dismenorea adalah adanya perbedaan genetik pada sensitivitas

reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran

hormon seks dalam sel. Sindrom premenstrual ini biasanya lebih mudah

terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam

siklus haid, dapat disebabkan karena menurunnya hormon estrogen dan

progesteron. Kemungkinan lain, berhubungan dengan gangguan perasaan,

faktor kejiwaan, masalah sosial atau fungsi serotonin yang dialami penderita.

Sehingga dismenorea telah dihubungkan dengan faktor tingkah laku

(36)

sepenuhnya sebagai kausatif, namun dapat dipertimbangkan jika pengobatan

secara medis gagal (Calis, 2009).

5. Faktor Risiko Dismenorea

Edmundson (2006) mengkalsifikasikan 15 faktor risiko pada dismenorea

primer dan sekunder dengan rincian sebagai berikut:

a. Faktor risiko dismenorea primer:

1) Usia saat menstruasi pertama <12 tahun

2) Nulliparity (belum pernah melahirkan anak)

3) Haid memanjang (heavy or prolonged menstrual flow)

4) Merokok

5) Riwayat keluarga positif

6) Kegemukan

b. Faktor risiko dismenorea sekunder:

1) Endometriosis

2) Adenomyosis

3) Leiomyomata (fibroid)

4) Intrauterine Device (IUD)

5) Pelvic inflammatory disease

6) Kanker endometrium (endometrical carcinoma)

7) Kista ovarium (ovarium cyst)

8) Congenital pelvic malformations

(37)

6. Pencegahan Dismenorea

a. Diet rendah lemak (Proctor, 2006).

b. Menghentikan kebiasaan merokok (Anurogo, 2008).

c. Aktifitas fisik atau olahraga dapat mengurangi nyeri haid dengan

memperbaiki aliran darah dan pelepasan endorphin (Anurogo, 2008).

d. Akupuntur (Anurogo, 2008).

7. Prognosis Dismenorea

Prognosis dismenorea menurut Anurogo (2008) adalah:

a. Prognosis untuk dismenorea primer baik sekali dengan NSAIDs.

b. Prognosis untuk dismenorea sekunder bervariasi tergantung pada proses

penyakit yang mendasarinya (underlying disease process).

8. Komplikasi

Anurogo (2008) menyatakan bahwa komplikasi dismenorea adalah:

a. Jika diagnosis dismenorea sekunder diabaikan maka patologi yang

mendasari (underlying pathology) dapat memicu kematian.

b. Isolasi sosial dan atau depresi.

9. Terapi/Penanganan Dismenorea a. Edukasi dan konseling

Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa

wanita lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika

menstruasi. Pencatatan secara teratur siklus menstruasi setiap

bulannya dapat memberikan gambaran seorang wanita mengenai waktu

terjadinya sindrom premenstruasi khususnya yang memiliki riwayat

(38)

premenstruasi untuk mengenali gejala yang akan terjadi sehingga dapat

mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika ketidakstabilan emosi

sedang terjadi (Anonim, 2008).

b. Modifikasi Gaya Hidup

1) Diet

Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang) dapat

mencegah edema pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein

juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan, dan insomnia. Pola

makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena

berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat

gangguan pengambilan glukosa untuk energi. Diet vegetarian rendah

lemak juga baik untuk mengurangi intensitas dan durasi dismenorea

(Barnard, 2000; Colin, 2007).

2) Olahraga

Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan

premenstrual syndrome. Berolahraga ketika mengalami dismenorea

dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari (Glasier, 2005).

c. Obat-obatan

Apabila gejala sindroma premenstruasi begitu hebatnya sampai

mengganggu aktivitas sehari-hari, umumnya modifikasi gaya hidup

jarang berhasil dan perlu dibantu dengan obat-obatan :

1) Asam mefenamat.

Asam mefenamat (500 mg, 3 kali sehari). Berdasarkan penelitian

(39)

dan menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak) (namun tidak

semua). Asam mefenamat tidak diperbolehkan pada wanita yang

sensitif dengan aspirin atau memiliki risiko ulkus peptikum (Anonim,

2008).

2) Obat anti-inflamasi non steroid (NSAID)

Dismenorea primer diatasi dengan inhibitor prostaglandin yang bisa

menghalangi sintesis dan metabolisme prostaglandin. Obat

anti-inflamasi non steroid (NSAID) adalah obat yang efektif untuk

menghambat sintesis prostaglandin. Contoh obat-obat ini adalah

ibuprofen, naproxen, dan ketoprofen. Sedangkan dismenorea sekunder

diatasi dengan memperbaiki penyebab organik (Baradero, 2005).

E. Hubungan Kecemasan dengan Dismenorea

Pada tiap siklus haid, FSH dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis yang

menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium.

Umumnya satu folikel, kadang-kadang juga lebih dari satu berkembang

menjadi follikel de graff serta menghasilkan estrogen. Estrogen menekan

produksi FSH sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormon

gonadotropin yang kedua yakni LH (Luteinizing Hormone).

Produksi FSH dan LH di bawah pengaruh RH (Releasing Hormone) yang

disalurkan dari hipothalamus ke hipofisis. Penyaluran RH (Releasing

Hormone) ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen

terhadap hipothalamus. Selain itu juga dipengaruhi oleh pengaruh dari luar

(40)

dan kecemasan. Penyaluran RH (Releasing Hormone) yang normal dan

berjalan baik mengakibatkan produksi FSH dan LH akan baik pula sehingga

folikel de graff makin matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang

mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium

yaitu menyebabkan endometrium tumbuh dan berploriferasi atau yang disebut

masa ploriferasi. LH mempengaruhi folikel de graff menjadi lebih matang,

mendekati permukaan ovarium dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas

oleh ovarium).

Selanjutnya terbentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus

luteum. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Bila tidak ada

pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan hormon estrogen

dan progesteron turun, menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di

endometrium. Sesudah itu terjadi degenerasi, perdarahan dan pelepasan

endometrium yang nekrotik disebut menstruasi.

Selama menstruasi, sel-sel endometrium akan terkelupas. Sel-sel

endometrium yang terkelupas tersebut (sloughing endometrial cells)

melepaskan prostaglandin sehingga menyebabkan iskemia uterus melalui

kontraksi miometrium dan vasokontriksi sehingga terjadilah dismenorea. Kadar

prostaglandin meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi. Bila

terpapar pengaruh dari luar seperti cahaya, bau-bauan dan hal-hal psikologis

tersebut maka mengakibatkan penyaluran RH berjalan secara tidak normal

sehingga mengakibatkan produksi FSH dan LH abnormal dan berdampak pada

(41)

Bila frekuensi menstruasi meningkat, produksi prostaglandin semakin

tinggi dan akan meningkatkan kejadian dismenorea. Prostaglandin uterin yang

tinggi, aktivitas uteri abnormal, dan faktor emosi/psikologis seperti kecemasan

dapat meningkatkan kejadian dismenorea (Affandi, 2006; Anurogo, 2008;

Baradero, 2005). Berdasarkan konsep tersebut, kecemasan diduga menjadi

salah satu faktor penyebab terjadinya dismenorea. Gejala dismenorea dapat

diatasi jika kecemasan dan kekhawatiran terhadap signifikansi gejala dijelaskan

secara adekuat. Pada dismenorea, faktor pendidikan dan psikis sangat

berpengaruh, nyeri dapat dibangkitkan atau diperberat oleh keadaan psikis

(42)

F. Kerangka Teori

Sumber : Notoatmodjo (2007) dengan modifikasi

Skema 2.1

Kerangka Teori Hubungan Kecemasan dan Pengetahuan Remaja Putri Dengan Kejadian Nyeri Haid

G. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variable

yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang akan diteliti

(notoatmodjo,2010) Kecemasan 1. Pengertian 2. Ciri-ciri 3. Jenis 4. Penyebab 5. Pencegahan 6. Penanganan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Tingkat pendidikan 2. Informasi 3. Budaya 4. Pengalaman 5. sosial ekonomi 6. Umur Remaja putri Nyeri Haid (disminorea)

(43)

Adapun kerangka konsep penelitian yang berjudul “hubungan kecemasan

dan pengetahuan remaja putri dengan kejadian nyeri haid” adalah :

Variable independen variable dependen

Skema 2.2

Kerangka konsep Hubungan Kecemasan dan Pengetahuan Remaja Putri Dengan Kejadian Nyeri Haid

H. Hipotesis

Ha : Ada hubungan kecemasan dan pengetahuan remaja putri tentang nyeri

haid di SMAN 2 Rambatan kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah

Datar Tahun 2014.

Ho : Tidak adanya hubungan kecemasan dan pengetahuan remaja putri dengan

kejadian nyeri haid di SMA N 2 Rambatan Kecamatan Rambatan

Kabupaten Tanah Datar Tahun 2014. Kecemasan

Pengetahuan

Nyeri haid (dismenorea)

(44)

I. Definisi Operasional

Merupakan uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau tentang

apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,2010).

Tabel 2.1 Definisi Operasionals N o Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Kecemasan Perasaan yang tidak

menyenangkan, tidak enak, khawatir dan gelisah.

Ceklis wawancara 1. Cemas bila ≥ mean 2. Tidak

cemas bila < mean

Ordinal

2. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui responden tentang nyeri haid (dismenorea), meliputi: a. Pengertian b. Karakteristik c. Faktor penyebab d. Penanganan

kuesioner Wawancara 1. Tinggi jika ≥ mean 2. Rendah jika < mean Ordinal 3. Nyeri haid (dismenorea) Nyeri haid (dismenorea) adalah nyeri uteri sebelum dan selama menstruasi berlangsung dan akan hilang dengan sendirinya.

ceklis Wawancara 1. Iya : jika mengalami nyeri haid 2. Tidak : jika tidak megalami nyeri haid ordinal

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yaitu

penelitian yang mencoba manggali bagaimana dan mengapa fenomena

kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena atau antara factor resiko dengan factor efek

(Notoatmodjo, 2010 : 37).

Desain penelitian ini adalah desain cross sectional study. Penelitian

cross sectional ialah penelitian untuk memepelajari dinamika korelasi

antara factor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat atau waktu yang bersamaan

(Notoatmodjo, 2010 : 38)

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah lokasi yang digunakan untuk

pengambilan data selama kasus berlangsung (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian ini akan dilakukan di SMAN 2 Rambatan.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah direncanakan dari rentang waktu yang

digunakan untuk pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 16 Juni – 22 Juni 2014.

(46)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,2010).

Populasi pada penelitian ini adalah siswi kelas X dan XI SMAN 2

Rambatan sejumlah 125 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi. Dengan besar sampel dihitung

menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2005)

n = N 1+ N(d2) = 125 1+125(0,12) = 56 orang Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d = nilai kritis 0,1

(47)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut didapat sampel sebanyak 56

orang dari total populasi. Populasi yang akan dijadikan sampel dengan

kriteria yaitu :

a. Siswi kelas X dan XI

b. Siswi yang telah mengalami menstruasi..

c. Siswi yang yang bersedia menjadi subjek penelitian.

d. Tidak memiliki riwayat kelainan organik pada alat reproduksi.

Untuk menentukan jumlah sampel pada masing – masing kelas digunakan

cara simple random sampling.

Untuk menentukan jumlah sampel pada masing – masing kelas digunakan

cara stratified random sampling yaitu :

Kelas X1 = 16 orang, maka ( 16 x 56 / 125 ) = 7 orang

Kelas X2 = 15 orang, maka ( 15 x 56 / 125) = 7 orang

Kelas X3 = 14 orang, maka (14 x 56 / 125) = 6 orang

Kelas X4 = 16 orang, maka (16 x 56 / 125) = 7 orang

Kelas XIIS4 = 23 orang, maka ( 23 x 56 / 125) = 11 orang

Kelas XIIS2 = 19 orang, maka ( 19 x 56 / 125) = 8 orang

(48)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan

data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2007). Menurut

Riwidikdo (2009), ada 2 metode untuk memperoleh data, yaitu :

1. Data primer

Data dikumpulkan langsung oleh peneliti setelah sebelumnya diberikan

izin oleh wakil kepala sekolah bidang ke mahasiswaan masuk ke

masing-masing kelas agar bisa membagikan kuesioner ke siswi SMAN 2 Rambatan

yang bertujuan untuk survei awal penyusunan Proposal.

2. Data sekunder

Data sekunder berupa absensi siswi perkelas didapatkan dari catatan

registrasi sekolah untuk menentukan jumlah sisiwi yang ada di sekolah

SMAN 2 Rambatan

E. Etika penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti perlu mendapatkan rekomendasi dari

institusi pendidikan kemudian peneliti mengajukan surat keterangan /

rekomendasi tersebut kepada kepala sekolah SMA N 2 Rambatan yang akan

dijadikan tempat penelitian. Setelah mendapat kan persetujuan baru melakukan

penelitian dengan menekankan masalah etika sebagai berikut :

1. Informed consent (informasi untuk responden)

Sebelum melakukan penelitian, responden diberi tahu maksud, tujuan,

manfaat, dampak dari tindakan, serta dijelaskan bahwa keikut sertaannya

(49)

2. Anonymity (kerahasiaan identitas)

Kerahasian responden penelitian dijaga oleh peneliti dan hanya untuk

penelitian.

3. Confidentially (kerahasiaan informasi)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama

responden tetapi hanya memberi kode, kerahasiaan informasi responden

dijaga oleh peneliti, hanya sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan

sebagai penelitian.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Sebelum dilakukan pengumpulan data penulis mengajukan judul

proposal ke koordinator karya tulis ilmiah untuk disetujui, setelah judul

proposal disetujui, dilakukan survey awal dan dibuat proposal penelitian.

G. Prosedur Pengolahan Data Penelitian

Pengolahan data dilakukan melalui langkah-langkah sebagi berikut :

a. Editing (pemeriksaan data)

Kegiatan mengecek kembali terhadap jawaban pada kuesioner

apakah jawaban sudah lengkap, jelas dan sudah relevan dengan

pertanyaan yang diajukan. Dengan tujuan untuk menjaga kualitas data,

kebenaran data dan kelengkapan data agar dapat diproses ketahap

(50)

b. Coding (pengkodeaan data)

Memberikan kode pada kuesiner sehingga informasi dari data yang

telah terkumpul dan mempermudah dalam mengklasifikasikan

jawababn secara teratur.

c. Scoring

Menetapkan skor (nilai) pada setiap pertanyaan kuisioner

1) Untuk variabel kecemasan

Untuk jawaban “Ya” diberi skor 1, jawaban “Tidak” diberikan skor

0.

2) Untuk variabel pengetahuan

Untuk jawaban benar diberikan skor 1, untuk jawaban salah

diberikan skor 0.

3) Untuk variabel nyeri haid

Untuk jawaban dikategorikan 2, yaitu 1 “Ya” dan 0 “Tidak”

d. Processing

Data yang telah diperoleh dapat dianalisa. Proses analisa data

dilakukan dengan cara mengentri data dari kuisioner ke paket program

komputer.

e. Cleaning data

Data yang telah dimasukkan di periksa kembali sesuai dengan kriteria

dan yakinkan data yang telah masuk benar-benar bebas dari kesalahan

(51)

H. Analisa data

a. Analisa univariat

Dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentase tiap

variable

Keterangan :

P : persentase subvariabel

F : frekuensi tingkat kecemasan dan pengatahuan

n : jumlah sampel

b. Analisa bivariat

Yaitu untuk melihat hubungan antara dua variable yang dilakukan

secara komputerisasi dengan uji statistik dengan menggunakan rumus

chi-square, uji statistic digunakan batas kenamaan (signifikan) 0,05

bila nilai p < 0,05 maka hasil hitung tersebut secara statistik bermakna,

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Juni 2014 di SMAN 2 Rambatan,

kecamatan Rambatan, kabupaten Tanah Datar. Peneliti mengumpulkan data

dengan menggunakan kuisioner yang diisi oleh responden di SMAN 2

Rambatan, kecematan Rambatan, kabupaten Tanah Datar.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan

dari 56 sampel. Analisia univariat dilakukan untuk melihat distribusi

frekuensi dari variabel independent yaitu hubungan kecemasan dan

pengetahuan remaja putri dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2

Rambatan dengan hasil sebagai berikut :

a. Kecemasan

Tabel 4.1

Distribusi frekuensi kecemasan yang memepengaruhi nyeri haid remaja putri di SMAN 2 Rambatan,

kabupaten Tanah Datar tahun 2014

Distribusi frekuensi %

Tidak Cemas 26 46,4

Cemas 30 53,6

(53)

Tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 56 orang sampel ditemukan

sebanyak 53,6 % (30 orang) mengalami kecemasan.

b. Pengetahuan

Tabel 4.2

Distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri yang mengalami nyeri haid di SMAN 2 Rambatan

kabupaten Tanah Datar tahun 2014

Distribusi frekuensi %

Rendah 31 55,4

Tinggi 25 44,6

Jumlah

56 100

Tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 56 orang sampel ditemukan

sebanyak 55,4 % (31 orang) dengan pengetahuan rendah

c. Kejadian nyeri haid

Tabel 4.3

Distribusi frekuensi kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan kabupaten Tanah Datar tahun 2014

Distribusi frekuensi %

Tidak nyeri haid 20 35,7

Nyeri haid 36 64,3

Jumlah 56 100

Tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 56 orang sampel ditemukan

(54)

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk menguji hipotesa ada atau tidak

adanya hubungan antara variabel independen (kecemasan,

pengetahuan) dengan variabel dependen (nyeri haid). Untuk melihat

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

dilakukan melelui uji Chi Square (X2) dengan tingkat signifikansi (ɑ) 0,05. Hasil uji dikatakan berhubungan atau bermakna jika nilai p ≤

0,05.

a. Hubungan Kecemasan Remaja Putri dengan Kejadian Nyeri Haid

di SMAN 2 Rambatan, kabupaten Tanah Datar tahun 2014

Tabel 4.4

Hubungan kecemasan remaja putri dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan kabupaten Tanah Datar

Kecemasan

Nyeri haid

Jumlah

P.Value

Tidak Ya

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

Tidak Cemas 15 75 11 30,6 26 46,4 0,001

Cemas 5 25 25 69,4 30 53,6

Total 20 100 36 100 56 100

Tabel 4.4 menunjukan bahwa dari 26 siswi tidak

mengalami kecemasan di dapatkan 39,6 % (11 orang) mengalami

nyeri haid dari 30 siswi yang mengalami kecemasan 69,4 % (25

(55)

Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square didapatkan

p=(0,001) yang berarti Ha diterima, dengan derajat kepercayaan p

< 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara kecemasan dengan kejadian nyeri haid di SMAN

2 Rambatan, kabupaten Tanah Datar tahun 2014.

b. Hubungan pengetahuan dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2

Rambatan, kabupaten Tanah Datar tahun 2014

Tabel 4.5

Hubungan pengetahuan dengan kejadian nyeri haid di SMAN 2 Rambatan kabupaten Tanah Datar tahun 2014

Pengetahuan

Nyeri Haid

Jumlah

P.Value

Tidak Ya

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

Rendah 2 10 29 80,6 31 55,4 0,000

Tinggi 18 90 7 19,4 25 44,6

Total 20 100 36 100 56 100

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 31 siswi

berpengetahuan rendah terdapat 80,6 % (29 orang) mengalami

nyeri haid, dari 25 siswi berpengetahuan tinggi terdapat 19,4 % (7

orang) mengalami nyeri haid.

Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square didapatkan

p=(0,000) yang berarti Ha diterima, dengan derajat kepercayaan p

(56)

bermakna antara pengetahuan dengan kejadian nyeri haid di

SMAN 2 Rambatan kabupaten Tanah Datar tahun 2014.

B. PEMBAHASAN 1. Kecemasan

Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 4.1 dapat dilihat dari 56 sampel, ditemukan 53,6 % (30 orang) mengalami kecemasan, artinya

kejadian nyeri haid banyak ditemukan pada siswi yang mengalami

kecemasan.

Hubungan antara kecemasan dengan kejadian nyeri haid dalam

penelitian ini menunjukkan semakin tinggi kecemasan maka kejadian

nyeri haid pada remaja putri semakin tinggi. Hasil penelitian ini

mendukung pernyataan Affandi (2006) bahwa bila hiphotalamus mendapat

pengaruh dari luar seperti cahaya, bau-bauan dan hal-hal psikologis seperti

kecemasan maka mengakibatkan penyaluran RH berjalan secara tidak

normal sehingga produksi FSH dan LH abnormal dan berdampak pada

proses ovulasi terutama terjadi perubahan pola menstruasi. Bila frekuensi

menstruasi meningkat, produksi prostaglandin semakin tinggi dan akan

meningkatkan kejadian dismenorea.

Adanya hubungan antara kecemasan dengan kejadian nyeri haid ini

juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Heriani (2009) yaitu pada

dismenorea, faktor pendidikan dan psikis sangat berpengaruh, nyeri dapat

dibangkitkan atau diperberat oleh keadaan psikis penderita. Keadaan

(57)

kecemasan saat mengalami gejala-gejala kekhawatiran terhadap sesuatu

hal yang tidak pasti, sulit berkonsentrasi, gelisah, tidak dapat bersikap

santai, mengalami gangguan tidur, pucat, mudah letih, mual, sesak nafas

serta sering buang air kecil (Nevid, 2005).

2. Pengeteahuan

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.2 dapat dilihat dari 56 orang

sampel ditemukan sebanyak 55,4 % (31 orang) dengan pengetahuan

rendah, artinya kejadian nyeri haid banyak dialami oleh siswi yang

berpengatahuan rendah.

Berdasarkan survei yang dilakukan Ayurai (2006) di SMA Negeri

3 Sidoarjo, didapatkan bahwa sebesar 90 % siswi mengalami dismenorhea

dan sebanyak 70% siswi tersebut mengalami kecemasan. Hal ini

disebabkan oleh salah satu faktornya yaitu kurangnya pengetahuan remaja

tersebut tentang nyeri haid tersebut.

(http://ayurai.wordpress.com, diperoleh tanggal 15 November 2009).

Menurut Wiknjosastro (2006), wanita yang baik keseimbangan

psikoemosionalnya menganggap menstruasi sebagai hal yang wajar, tidak

mudah menderita sindrom premenstruasi. Sebaliknya, wanita

psikoneurotik yang menganggap menstruasi sebagai suatu kelainan, lebih

mudah menunjukkan gejala gejala yang berlebihan. Berdasarkan dari teori pendukung, hasil penelitian, dan penelitian sebelumnya, maka peneliti

Gambar

Tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 56 orang sampel ditemukan  sebanyak 53,6 % (30 orang) mengalami kecemasan

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjelasan diatas, jelaslah bahwa tindakan, tujuan dan nilai kebajikan yang dianut oleh teroris sudah jauh menyimpang dan bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan dan norma

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan agar keputusan yang diambil oleh otoritas yang berwenang dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, diajukan satu sistem IFFN

Pendidikan Konservasi adalah sebuah program yang dikemas dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan kepada siswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya agar

Kebebasan berpendapat yang dimaksud di dalam tulisan ini adalah, kebebasan menyampaikan pendapat, baik di muka umum atau di media sosial dan media cetak,

Indikator keberhasilan/indikator kinerja pada siklus I dapat dirinci seperti berikut: (1) rata-rata hasil belajar siswa adalah 63,8 belum mencapai atau melampaui target

kisi-kisi instrumen final yang digunakan untuk mengukur variabel kepuasan kerja.. Kisi-kisi ini disajikan dengan maksud untuk memberikan informasi

terhadap kinerja karyawan, 3) kompensasi dan persepsi karyawan tentang gaya kepemimpinan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini

Terdapat penyedia yang meminta penjelasan terhadap dokumen pengadaan paket pekerjaan Pengadaan Makan Tahanan Polres Badung dan Polsek Jajaran Tahun Anggaran 2016