• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAUN BERDASARKAN LETAK POHON DAN POSISI TAJUK (STUDI KASUS JALUR HIJAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAUN BERDASARKAN LETAK POHON DAN POSISI TAJUK (STUDI KASUS JALUR HIJAU"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

JERAPAN DEBU DAN PARTIKEL TIMBAL (Pb) OLEH DAUN

BERDASARKAN LETAK POHON DAN POSISI TAJUK

(STUDI KASUS JALUR HIJAU Acacia mangium,

JALAN TOL JAGORAWI)

[Adsorption of Dust and Pb Particles By Leaves Based on Tree

Locations and Canopy Positions (Case Study of Acacia mangium

Greenbelt, Jagorawi Highway)]

Abstrak

Letak pohon dan posisi tajuk diduga mempengaruhi jerapan debu dan partikel Pb oleh daun. Tujuan dari penelitian ini adalah : (a) menentukan pengaruh letak pohon dan posisi tajuk dalam menjerap debu dan partikel timbal oleh daun dari jalur hijau jalan; (c) menentukan hubungan antara konsentrasi debu dengan konsentrasi partikel timbal. Sampel daun diambil dari tajuk bagian depan dan belakang dari tiga pohon pada tiga baris pertama jalur hijau jalan. Sampel tersebut dianalisis konsentrasi debu dan partikel Pb. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa letak pohon dan posisi tajuk mempengaruhi jerapan debu dan partikel timbal oleh daun. Tidak ada interaksi antara letak pohon dan posisi tajuk, tetapi ada kecenderungan menurun dari tajuk depan Pohon 1 sampai dengan tajuk belakang Pohon 3. Ada korelasi (r = 0,91) antara konsentrasi debu dengan konsentrasi partikel Pb dengan persamaan: Y = -33,538+ 0,1268X (Y=

konsentrasi Pb, X= konsentrasi debu).

Kata kunci: jalur hijau jalan, Pb, debu, konsentrasi, jerapan

Abstract

Tree locations and canopy positions were assumed to have effects on adsorption of dust and Pb particles by leaves. The objectives of the research were: (a) to determine the effects of tree locations and canopy positions on adsorption of dust and Pb particles of leaves in roadside vegetation; (b) to determine the pattern of dust and Pb particle adsorption of leaves in roadside vegetation; (c) to determine correlation between dust and Pb concentration. Leaves samples were taken from the front and back part of the canopy of three trees from each of the first three rows of the roadside vegetation. The samples were used to analyze dust and Pb concentration. The results showed that tree locations and canopy positions affected adsorption of dust and Pb concentration of leaves. There was no interaction between tree locations and canopy positions, but there was a decreasing trend from front part of the canopy of trees 1 until back part of the canopy of tress 3. There was a correlation (r= 0,91) between dust concentrations and Pb concentrations with equation of Y=-33,538+ 0,1268X (Y= Pb concentration ; X= dust concentration).

(2)

Pendahuluan

Peran suatu jalur hijau jalan sebagai penghalang penyebaran polutan udara terutama partikulat dipengaruhi oleh struktur dan karakteristik tanaman penyusunnya serta kondisi lingkungan. Tanaman mempunyai kemampuan dalam menjerap partikulat, sehingga dapat mengurangi konsentrasi partikulat udara ambien. Faktor tanaman yang diduga mempengaruhi besarnya penjerapan partikulat adalah sifat permukaan daun, bentuk percabangan dan kerapatan tajuk tanaman. Faktor lingkungan yang mempengaruhi besarnya jerapan oleh tanaman adalah arah dan kecepatan angin, konsentrasi emisi dari kendaraan bermotor dan jarak dari sumber emisi, serta lamanya pemaparan daun terhadap polutan.

Taihuttu (2001) melakukan pengujian berbagai karakteristik daun tanaman dalam menjerap partikulat. Tanaman berdaun jarum mempunyai kemampuan jerapan partikulat yang sangat tinggi, sedangkan tanaman berdaun kecil dan permukaannya licin mempunyai jerapan yang paling rendah. Purnomohadi (1995) menambahkan bahwa bentuk percabangan diduga berpengaruh terhadap besarnya jerapan partikulat oleh tanaman, percabangan yang mendatar atau berbentuk huruf V mempunyai jerapan yang relatif tinggi dibandingkan dengan bentuk percabangan yang ke bawah, karena peluang tertangkapnya partikulat akan lebih besar. Sifat daun dan bentuk percabangan saja tidak cukup mempengaruhi besarnya jerapan oleh suatu komunitas tanaman, tetapi juga dipengaruhi oleh kerimbunan tajuknya.

Penelitian ini membatasi pada jerapan debu dan partikel timbal oleh daun. Jerapan debu dan partikel timbal dalam suatu komunitas jalur hijau jalan diduga dipengaruhi oleh letak pohon dan posisi tajuk karena faktor jarak dari sumber emisi dan ada tidaknya agen sebagai penjerap partikulat. Berbagai penelitian kemampuan jerapan partikel timbal oleh daun tanaman telah dilakukan (Dahlan 1989; Sukarsono 1998; Arifudin 2000; Taihuttu 2001; Setiadi 2002; Aydinalp & Marinova 2004; Rachmawati 2005; Gendaresmi 2005; Rini 2005; Munifah 2006; Adiputra 2007; Wawo 2010; Nugrohojati 2011), tetapi penelitian ini belum menguji perbedaan konsentrasi jerapan partikel debu dan timbal oleh daun berdasarkan letak pohon dan posisi tajuk secara sistematis pada suatu komunitas jalur hijau jalan.

(3)

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui pengaruh perbedaan jerapan debu dan partikel timbal oleh daun berdasarkan letak pohon dan posisi tajuk tanaman jalur hijau jalan; (2) mengetahui pola jerapan debu dan partikel timbal berdasarkan letak pohon dan posisi tajuk; (3) mengetahui

hubungan antara konsentrasi debu degan konsentrasi timbal.

Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Jalur Hijau Acacia mangium di Jalan Tol Jagorawi. Penelitian dilaksanakan dari Bulan Agustus sampai dengan Oktober 2011, mulai dari persiapan sampai dengan analisis di laboratorium. Analisis konsentrasi jerapan Pb pada daun dilaksanakan di Laboratorium Biokimia FMIPA IPB.

Pelaksanaan Penelitian

Penentuan Plot Penelitian

Lokasi pengambilan sampel daun dilakukan pada plot jalur hijau jalan dengan jumlah lebih dari dua baris yang terletak pada km28+600 di Jalan Tol Jagorawi arah dari Bogor ke Jakarta. Jalur hijau ini mempunyai azimuth 20o

(4)

Gambar 25 Sketsa lokasi plot penelitian.

Plot jalur hijau mempunyai panjang 50 m, dengan jumlah pohon yang digunakan dalam penelitian sebanyak sembilan pohon, terdiri dari 3 pohon di baris pertama, 3 pohon di baris kedua dan 3 pohon di baris ketiga. Pohon sampel dipilih secara purposive sampling. Jarak antar pohon yang dipilih pada baris kurang lebih 17 m; sedangkan jarak antar baris pertama dengan baris kedua kurang lebih 3 m, demikian juga halnya antara baris kedua dengan baris ketiga. Jarak antara proyeksi tajuk terluar pohon baris pertama dengan Jalan Tol Jagorawi adalah 3 meter. Untuk lebih jelasnya, letak pohon pada plot penelitian adalah seperti terlihat pada Gambar 26.

Jalan Tol Jagorawi 50 m Pohon 1 Pohon 2 Pohon 3 Pohon 1 Pohon 2 Pohon 3 Pohon 1 Pohon 2 Pohon 3

(5)

Pengambilan Sampel Daun

Daun diambil pada tajuk depan dan tajuk belakang pohon sampel. Tajuk depan merupakan bagian tajuk yang menghadap ke jalan. Lokasi pengambilan daun kurang lebih terletak pada bagian tengah tajuk dengan ketinggian berkisar antara 5-8 meter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 27.

Jalan Tol Jagorawi Lokasi pengambilan sampel

daun

Gamba 27 Sketsa lokasi pengambilan daun sampel pada tajuk.

Pengambilan daun dilakukan secara serempak dalam hari yang sama. Letak daun yang diambil adalah daun yang telah membuka sempurna, berwarna hijau, menempati posisi kedua atau ketiga dari ujung dan pangkal ranting pohon (Sukarsono 1998) seperti pada Gambar 28, disamping itu daun yang diambil tidak mengalami kerusakan akibat hama dan penyakit. Jumlah daun yang diambil untuk setiap ulangan sebanyak 15 helai daun. Pengambilan daun dilakukan dengan cara memanjat dan digunting dengan menggunakan gunting stek. Selanjutnya daun dimasukkan ke dalam kantong plastik.

Daun Muda

Daun Dewasa (Daun Sampel)

Daun Tua

Gambar 28 Bagian daun yang digunakan untuk analisis kandungan debu dan partikel Pb.

(6)

Analisis Jerapan Debu dan Partikel Pb

Sebelum melakukan analisis konsentrasi partikel Pb, terlebih dahulu menentukan konsentrasi debu. Daun-daun contoh yang ada di dalam kantong plastik masing-masing dicuci dengan 100 ml aquades sebanyak empat sampai lima kali (sampai air cucian jernih/ tidak mengandung debu). Air cucian ditampung dalam gelas beaker, selanjutnya disentrifuse sampai debu terpisah dari air pelarut. Debu dibilas ke dalam cawan petri yang sudah diketahui beratnya dan diuapkan pada suhu 1050C selama 2 jam, kemudian didinginkan dan ditimbang

beratnya. Daun-daun contoh kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1050

selama 2 jam, kemudian didinginkan dan dihitung beratnya.

Jumlah jerapan debu dihitung dengan persamaan:

Jerapan debu = Berat debu (µg)/Berat kering daun (g)

Untuk menentukan konsentrasi partikel dilakukan dengan cara melarutkan debu ke dalam cawan Petri dengan 2 ml HCl 25 persen dan 0,5 ml HNO3 pekat,

diaduk sampai larut dan diencerkan menjadi 10 ml. Pipet 1 ml larutan dan diencerkan menjadi 10 ml. Dari larutan ini dilakukan pengukuran timbal dengan menggunakan atomic absorbtion spechtrophotometer. Kandungan partikel dihitung terhadap berat kering daun yaitu µg partikel per g berat kering daun. .

Analisis Data Jerapan Debu dan Partikel Timbal

Data jerapan konsentrasi partikel Pb oleh daun ditampilkan dalam bentuk tabel, histogram, grafik, nilai rata-rata, selisih nilai konsentrasi, persentase penurunan konsentrasi. Selanjutnya, untuk mengetahui perbedaan konsentrasi jerapan partikel Pb berdasarkan letak pohon dan posisi tajuk, maka digunakan pola faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap dan jika berbeda nyata maka dilakukan pengujian dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α = 5%. Pengolahan data dengan menggunakan Program SPSS Versi 15.00. Untuk

mengetahui hubungan antara konsentrasi debu dengan konsentrasi partikel timbal digunakan regresi linier sederhana.

(7)

Efektivitas Jalur Hijau Jalan Berdasarkan Jerapan Partikel Timbal

Suatu jalur hijau jalan disebut efektif dalam mengurangi konsentrasi partikel timbal di udara apabila jumlah partikel timbal yang diemisikan oleh kendaraan bermotor sebagian besar direduksi oleh tanaman, baik melalui proses serapan maupun jerapan. Dalam penelitian ini diasumsikan semua emisi partikel timbal dijerap oleh jalur hijau. Untuk mengetahui keefektifan jalur hijau dalam menjerap partikel timbal, maka tahapan yang dilakukan: (1) menghitung emisi dari

kendaraan bermotor per satuan waktu berdasarkan standar Strauss dan Mainwarig (1984) dan Ditjen Migas (2006); (2) menghitung jerapan partikel timbal oleh jalur hijau jalan; (3) membandingkan besarnya emisi partikel timbal dengan besarnya partikel timbal yang dijerap.

Hasil dan Pembahasan

Pengaruh Letak Pohon Terhadap Jerapan Debu dan Partikel Pb

Hasil analisis sidik ragam menununjukkan bahwa faktor letak pohon memberikan pengaruh yang berbeda pada taraf nyata 5 %, baik terhadap jerapan konsentrasi debu maupun partikel Pb (Lampiran 11 dan 12). Rata-rata jerapan debu yang paling tinggi adalah pada Pohon 1 yaitu sebesar 1102,50 ppm,

sedangkan yang paling rendah adalah pada Pohon 3 sebesar 747,00 ppm. Pola ini sama dengan nilai konsentrasi jerapan Pb; rata-rata jerapan partikel Pb yang paling tinggi adalah pada Pohon1 yaitu sebesar 110,64 ppm, kemudian diikuti oleh Pohon2 dan Pohon3 dengan konsentrasi jerapan berturut-turut 78,07 ppm dan 60,16 ppm. Selanjutnya untuk mengetahui letak pohon mana yang berbeda

nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji BNT dengan hasil seperti tercantum pada Tabel 11.

Tabel 11 Nilai rata-rata konsentrasi jerapan debu dan partikel Pb berdasarkan letak pohon

Letak Pohon Rata-rata Konsentrasi Jerapan (ppm)

Debu Pb Pohon 1 Pohon 2 Pohon 3 1102,50a 821,00b 747,00c 110,64a 78,81b 50.16c

Keterangan: angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan Uji BNT pada taraf α=5 %

(8)

Tabel 11 menunujukkan bahwa Pohon 1 mempunyai konsentrasi jerapan yang berbeda dengan Pohon 2 dan Pohon 3. Demikian juga halnya bahwa Pohon 2 berbeda dengan Pohon3. Hal ini dapat dipahami bahwa Pohon 1 merupakan pohon yang jaraknya paling dekat dengan sumber emisi yaitu hanya 3 m dari pinggir Jalan Tol Jagorawi. Konsentrasi jerapan partikel semakin menurun dengan semakin jauh jaraknya dari sumber emisi. Hal ini karena tajuk Pohon1 mendapatkan pemaparan partikel dalam konsentrasi yang lebih besar karena letaknya lebih dekat dengan sumber emisi. Selanjutnya partikel yang tidak tertangkap oleh Pohon 1, akan dijerap oleh Pohon 2. Demikian juga halnya, partikel yang tidak tertangkap oleh Pohon 2, akan dijerap oleh Pohon 3. Pergerakan partikel dari satu tajuk pohon ke tajuk pohon dibawa oleh angin. Diduga bahwa jalur hijau yang digunakan untuk pengambilan sampel daun bersifat permeable artinya angin dapat menembus, sehingga dua aliran angin yang menyebabkan jatuhan partikel ke daun, yaitu angin yang melewati sela-sela tajuk pohon dan angin yang bergerak di atas tajuk.

Pengaruh Posisi Tajuk Pohon Terhadap Jerapan Debu dan Partikel Pb

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor posisi tajuk pohon memberikan pengaruh yang berbeda pada taraf nyata 5 %. Rata-rata jerapan debu dan partikel Pb yang paling besar adalah pada tajuk bagian depan seperti disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Nilai rata-rata konsentrasi jerapan debu dan partikel Pb berdasarkan posisi tajuk pohon

Posisi Tajuk Rata-rata Konsentrasi Jerapan (ppm)

Debu Pb Depan Belakang 940,33a 840,00b 98,49a 67,92b

Keterangan: angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan Uji BNT pada taraf α=5 %

Tabel 12 menunjukkan bahwa tajuk bagian depan mempunyai jerapan debu maupun partikel Pb lebih besar daripada tajuk bagian belakang dan secara statistik berbeda nyata. Hal ini dapat dipahami karena tajuk depan merupakan bagian yang terlebih dahulu terkena tumbukan partikel. Selanjutnya apabila ada partikel yang tidak terjerap, diduga baru akan dijerap oleh tajuk bagian belakang.

(9)

Selain itu, dimungkinkan adanya jatuhan partikel yang dibawa oleh angin yang melewati bagian atas tajuk.

Menurut Gidding (1973) bahwa kendaraan bermotor mengemisikan partikel timbal dengan ukuran antara 0,004-1,0 µm. Oleh karena ukuran partikel timbal kecil, maka sebelum proses jatuh ke permukaan vegetasi, terlebih dahulu melayang-melayang di udara bebas. Proses jatuhnya timbal ke permukaan vegetasi melalui dua mekanisme yaitu: (1) sedimentasi akibat gaya gravitasi dan (2) pengendapan yang berhubungan dengan hujan. Hal ini diperkuat oleh

beberapa pendapat yang mendasarkan proses jatuhan menurut diameter partikel. Melihat rentang ukuran partikel timbal yang cukup lebar, maka menurut

Cavanagh (2006) bahwa jatuhnya partikel timbal dapat melalui beberapa cara yaitu : (1) difusi Brownian; (2) impaksi dan intersepsi dan (3) sedimentasi.

Pengaruh Interaksi Antara Letak Pohon dan Posisi Tajuk terhadap Jerapan Debu dan Partikel Timbal

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara faktor letak pohon dan posisi tajuk pohon tidak memberikan pengaruh yang berbeda pada taraf nyata 5 % baik terhadap jerapan debu maupun partikel Pb. Rata-rata jerapan debu yang paling besar adalah pada tajuk bagian depan Pohon1 yaitu sebesar 1173 ppm, sedangkan yang paling rendah adalah tajuk bagian belakang Pohon3 yaitu sebesar 685 ppm. Pola ini sama dengan penurunan konsentrasi jerapan partikel timbal. Secara umum terlihat bahwa ada kecenderungan penurunan dari tajuk depan Pohon1 sampai dengan tajuk belakang Pohon 3 seperti yang terlihat pada Gambar 29.

(10)

K o n sen tra si ( p p m ) 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 Debu Pb P1D P1B P2D P2B P3D P3B

Letak Pohon dan Posisi Tajuk

Keterangan: P1D = daun pada tajuk depan pohon1;P1B= daun pada tajuk belakang pohon1 P2D = daun pada tajuk depan pohon2; P2B= daun pada tajuk belakang pohon2 P3D = daun pada tajuk depan pohon3: P3B= daun pada tajuk belakang pohon3

Gambar 29 Jerapan debu dan partikel timbal oleh daun berdasarkan letak pohon dan posisi tajuk.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Setiadi (2001) dan Rachmawati (2005) yang melakukan penelitian di Jalan Tol Jagorawi yaitu daun tanaman yang terletak kurang dari 10 meter dari pinggir jalan mempunyai jerapan yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang terletak antara 10-20 meter dari pinggir jalan. Harahap (2004) yang melakukan penelitian di tanaman teh, menjelaskan bahwa kandungan timbal yang paling tinggi konsentrasinya adalah pada daun tanaman teh dengan jarak 10 m dari sumber emisi, sedangkan yang terendah pada jarak 80 m. Hal ini juga didukung oleh penelitian Freer-Smith et al. (1997) yang menjelaskan bahwa debu banyak terakumulasi pada daun tanaman yang dekat dengan jalan mobil.

Penurunan Konsentrasi Jerapan Debu dan Partikel Timbal

Penurunan konsentrasi debu dan timbal menurut letak pohon dan posisi tajuk adalah seperti disajikan pada Tabel 13.

(11)

Tabel 13 Penurunan konsentrasi jerapan debu dan partikel timbal pada daun

Selisih Konsentrasi Persentase Penurunan

Letak dan Posisi (ppm) (%)

Debu Pb Debu Pb Letak Pohon P2-P1 P3-P1 282,00 356,00 31,84 50,50 25,60 32,30 28,78 45,64 Posisi Tajuk B-D 100,00 30,00 10,64 30,61

Letak Pohon dan Posisi Tajuk P1B-P1D P2D-P1D P2B-P1D P3D-P1D P3B-P1D 141,00 334,00 370,00 364,00 388,00 37,00 38,00 63,00 54,00 61,00 12,02 28,47 31,54 31,03 33,08 28,68 29,46 48,84 41,06 47,29

Keterangan: P1 =Pohon1; P2=Pohon2; P3=Pohon3; D=tajuk bagian depan; B=tajuk bagian

belakang;P1D = daun pada tajuk depan pohon1;P1B= daun pada tajuk belakang pohon1; P2D = daun pada tajuk depan pohon2; P2B= daun pada tajuk belakang pohon2;P3D = daun pada tajuk depan pohon3: P3B= daun pada tajuk belakang pohon3

Dari Tabel 13 terlihat bahwa ada kecenderungan penurunan konsentrasi debu dan timbal dari Pohon 1, Pohon 2 dan Pohon 3. Demikian juga halnya dengan posisi tajuk, tajuk belakang mempunyai nilai konsentrasi yang lebih rendah dibndingkan tajuk depan dengan persentase penurunan 10,64% untuk debu dan 30,61% untuk Pb. Secara umum persentase penurunan jerapan Pb lebih besar dibandingkan dengan jerapan debu.

Hubungan Konsentrasi Debu dan Partikel Timbal yang Dijerap oleh Daun

Debu merupakan kumpulan partikel-partikel yang terjerap oleh daun. Debu yang diakibatkan oleh aktivitas transportasi terdiri dari berbagai komponen logam antara lain Pb, Ca, Zn, Cu, Ni (Taihuttu 2001). Dalam proses analisis konsentrasi partikulat, tahap awal sebelum menentukan konsentrasi partikel Pb, terlebih dahulu menentukan konsentrasi debu. Partikel Pb merupakan bagian dari debu yang dijerap. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi (r =0,91) antara konsentrasi partikel Pb dengan konsentrasi debu. Hubungan linier yang dibentuk dengan persamaan: Y = -33,538+ 0,1268X (Y= konsentrasi timbal; X= konsentrasi debu), adapun grafiknya seperti pada Gambar 30.

(12)

K o ns ent ra si T im ba l ( pp m ) 140 y = 0,126x - 33,53 120 100 80 60 40 20 0 R² = 0,836 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 Konsentrasi Debu (ppm)

Gambar 30 Hubungan antara konsentrasi debu dengan konsentrasi Pb.

Efektivitas Berdasarkan Perkiraan Emisi dan Jerapan Partikel Timbal

Suatu jalur hijau jalan disebut efektif dalam mengurangi konsentrasi partikel timbal di udara apabila jumlah partikel timbal yang diemisikan oleh kendaraan bermotor banyak direduksi oleh tanaman, baik melalui proses serapan maupun jerapan. Oleh karena dalam penelitian ini terdapat keterbatasan data primer, maka untuk perhitungannya digunakan data sekunder dari berbagai penelitian. Dalam penelitian ada dua tahap perhitungan: (1) perhitungan emisi partikel timbal; (2) perhitungan jerapan partikel timbal oleh daun.

(1) Perhitungan Emisi Partikel Timbal

Menurut Strauss dan Mainwarig (1984) bahwa emisi partikel timbal yang dihasilkan oleh kendaraan adalah sebesar 0,49 g. km-1. Dalam

penelitian ini disimulasikan untuk jalur hijau dengan panjang 50 m. Oleh karena itu emisi partikel timbal yang dihasilkan oleh setiap kendaraan untuk jarak 50 m adalah sebesar 0,0245 g.

Pemerintah Indonesia tengah melaksanakan program penggunaan bensin tanpa timbal. Menurut Ditjen Migas (2006) bahwa dalam bensin yang disebut tanpa timbal masih dimungkinkan adanya bahan aditif timbal maksimal 0,013 g/l. Dengan asumsi bahwa 1 liter digunakan oleh

(13)

kendaraan untuk 10 km, maka dengan panjang 50 m jumlah timbal yang diemisikan 6,5 x 10-5 g atau 65 µg.

Hasil perhitungan pada Topik Penelitian I bahwa jumlah kendaraan roda empat pada siang hari adalah 37 kendaraan per menit, dengan asumsikan bahwa kendaraan roda empat menggunakan bahan bakar bensin. Jumlah kendaraan roda empat pada malam hari adalah seperempatnya sehingga jumlanya 9 kendaraan per menit. Dengan demikian selama 24 jam ada jumlah kendaraan: (a) siang hari= 26.640; (b) malam hari=6.660; (c) total kendaraan= 33.300. Emisi partikel timbal yang dihasilkan selama 24 jam menurut standar Strauss dan Mainwarig (1984) sebesar 889,35 g atau perhitungan dengan standar Ditjen Migas (2006) sebesar 2.359.500 µg atau 2,3595 g.

(2) Perhitungan Jerapan Partikel Timbal oleh Daun

Penelitian ini tidak melakukan pengukuran pertambahan konsentrasi partikel timbal, oleh karena itu dalam perhitungannya menggunakan data Taihuttu (2001). Taihuttu (2001) mengukur pertambahan jerapan partikel timbal tanaman mahoni dengan hasil rata-rata 38,08 µg/g berat kering daun/bulan atau 1,27 µg/g berat kering/hari. Daun mahoni mempunyai ciri permukaan kasar. Sifat ini mirip dengan sifat daun mangium. Berdasarkan hasil penentuan metode gravimetrik (Sestak et al. 1971) diperoleh bahwa 1 g daun mangium mempunyai luasan 11,96 cm2, dengan demikian 1 cm2 dapat

menjerap pertambahan partikel timbal per hari sebesar 0,11 µg.

Dalam penelitian ini ada ketentuan dan asumsi seperti berikut: (1) semua emisi partikel timbal tidak ada yang mengalami deposisi karena jarak antara sumber emisi dengan jalur hijau jalan; (2) semua emisi partikel timbal diasumsikan dijerap semua, tidak ada yang diserap; (3) semua daun tanaman diasumsikan menjerap partikel timbal; (4) jerapan partikel timbal oleh baris pertama sebesar 100%, sedangkan untuk baris kedua dan ketiga berturut-turut sebesar 71% dan 54%; (5) Hasil penelitian Irianti (2010) bahwa diameter tajuk tanaman mangium 5 m mempunyai luas daun 261. 666,7 cm2 atau 26,17 m2; kondisi ini mirip dengan rata-rata diameter tajuk

(14)

Jarak tanam antar pohon 3 m, sehingga untuk baris 50 m, terdapat 17 tanaman mangium.

Untuk besarnya jerapan jalur hijau jalan, maka digunakan beberapa skenario:

(a) Jalur Hijau Satu Baris

Pada jalur satu baris terdapat 17 pohon sehingga pertambahan jerapan partikel timbal per hari adalah: 0,11 µg x 17 pohon x 261. 266,7 cm2 =

489.317 µg. Dengan demikian bahwa jalur hijau jalan belum efektif dalam mereduksi partikel timbal, karena partikel yang diemisikan jauh lebih besar, baik menurut perhitungan standar Strauss dan Mainwarig (1984) maupun Ditjen Migas (2006).

(b) Jalur Hijau Dua Baris

Pada jalur dua baris tanaman terdapat 17 pohon di baris depan dan 17 pohon di baris kedua. Untuk perhitungan jumlah partikel timbal adalah seperti disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Perhitungan jerapan partikel timbal pada jalur hijau dua baris

No. Baris Tanaman Jumlah

Pohon Luas Daun per Pohon Pertambahan Jerapan Jumlah Jerapan Timbal per Hari

(cm2) Timbal per Hari (µg) (µg) 1. 2. Pertama Kedua 17 17 261.667,7 261.667,7 0,11 0,08 489.317 347.415 Total 836.732

Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa jumlah jerapan partikel timbal oleh jalur hijau dua baris sebesar 836.732 µg. Dengan demikian jalur hijau dua baris belum efektif dalam menurunkan konsentrasi partikel timbal, karena partikel yang diemisikan jauh lebih besar, baik menurut

perhitungan standar Strauss dan Mainwarig (1984) maupun Ditjen Migas (2006).

(15)

Pada jalur dua baris tanaman terdapat 17 pohon di baris depan, 17 pohon di baris kedua, dan 17 pohon di baris ketiga. Untuk perhitungan jumlah partikel timbal adalah seperti disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Perhitungan jerapan partikel timbal pada jalur hijau tiga baris

No. Baris Tanaman Jumlah

Pohon Luas Daun per Pohon Pertambahan Jerapan per Jumlah Jerapan per Hari (µg) (cm2) Hari (µg) 1. 2. 3. Pertama Kedua Ketiga 17 17 17 261.667,7 261.667,7 261.667,7 0,11 0,08 0,06 489.317 347.415 266.901 Total 1.103.633

Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa jumlah jerapan partikel timbal oleh jalur hijau tiga baris sebesar 1.103.633 µg. Dengan demikian jalur hijau tiga baris belum efektif dalam menurunkan konsentrasi partikel timbal, karena partikel yang diemisikan jauh lebih besar, baik menurut perhitungan standar Strauss dan Mainwarig (1984) maupun Ditjen Migas (2006)

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan seperti berikut ini: 1) Letak pohon dan posisi tajuk pada jalur hijau memberikan pengaruh yang

berbeda terhadap konsentrasi jerapan debu dan partikel Pb oleh daun 2) Tidak ada interaksi antara letak pohon dan posisi tajuk, tetapi ada

kecenderungan penurunan konsentrasi jerapan debu dan partikel Pb dari tajuk depan Pohon1 (terletak dekat jalan) sampai dengan tajuk belakang Pohon3.

3) Terdapat korelasi (r= 0,91) antara konsentrasi debu dengan konsentrasi Pb dengan persamaan Y = -33,538+ 0,1268X (Y= konsentrasi timbal; X= konsentrasi debu).

4) Menurut hasil simulasi bahwa jalur hijau satu baris, dua baris maupun tiga baris belum efektif untuk mereduksi emisi partikel timbal dari kendaraan bermotor.

(16)

Arifudin. 2000. Pola penyebaran timbal (pb) pada tanaman di Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Aydinalp C, Marinova S. 2004. Lead in particulate deposits and in leaves of roadside plants. Polish Journal of Environmental Studies 13: 233-235 Cavanagh JE. 2006. Potential of Vegetation to Mitigate Road-Generated Air

Pollution. [terhubung berkala]. http://niwa.co..nz/default/files/import/ attachments/ co1x0405_p05.pdf [26 Nov 2011]

Dahlan EN. 1989. Studi kemampuan tanaman dalam menjerap dan menyerap timbal emisi dari kendaraan bermotor [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana IPB, Bogor.

[Ditjen Migas] Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. 2006. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 3674K/24/DJM/2006 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin yang Dipasarkan Dalam Negeri.

Freer-Smith PH, Holloway S, Goodman A. 1997. The uptake of particulates by an urban woodland: site description and particulate composition. Environ Pollut 95: 27 - 35.

Gendaresmi S. 2005. Distribusi jerapan partikel timbal (Pb) pada daun kayu manis (Cinnamomum burmanii) berdasarkan posisi daun pada tajuk (studi kasus di interchange Jalan Tol Jagorawi Bogor) [tugas akhir]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Giddings JC. 1973. Chemistry, Mans and Environmental Changes: An Integrated Approach. New York: Canfield

Harahap H. 2004. Pengaruh pencemaran timbal dari kendaraan bermotor dan tanah terhadap tanaman dan mutu teh [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Irianti N. 2010. Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Munifah I. 2008. Perbedaan konsentrasi jerapan timbal (Pb) pada daun glodokan (Polyalthia longifolia (Sonn.) Thwait) berdasarkan ketinggian posisi tajuk pohon dan lokasi yang berbeda (studi kasus di Jalur Hijau Jalan A.Yani dan Jalan Prof. Moh. Yamin, Slawi, Kabupaten Tegal) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Nugrohojati A. 2011. Penurunan konsentrasi partikel timbal (Pb)

s

etelah melalui jalur hijau jalan (studi kasus di Jalan Tol Jagorawi) [skripsi].

(17)

Purnomohadi S. 1995. Peran ruang terbuka hijau dalam pengendalian kualitas udara di DKI Jakarta [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Rachmawati DS. 2005. Peranan hutan kota dalam menjerap dan menyerap timbal (Pb) di udara ambien (studi kasus di Jalan Tol Jagorawi Bogor) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Rini WIS. 2005. Distribusi jerapan timbal pada daun akasia (Acacia mangium) berdasarkan jarak dan ketinggian tajuk pohon (studi kasus jalan Tol Jagorawi) [tugas akhir]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Sestak Z, Catsky J, Jarvis PG. 1971. Plant Photosynthetic Production: Manual of Methods. The Hague: Junk N.V.

Setiadi SSR. 2002. Kemampuan berbagai jenis tanaman penghijauan dalam mereduksi pencemaran Pb [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

Strauss W, Mainwaring SJ. 1984. Air Pollution. London: Erdward Arnold. Sukarsono. 1998. Dampak pencemaran udara terhadap tumbuhan di Kebun Raya

Bogor [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Taihuttu, HN. 2001. Studi kemampuan tanaman jalur hijau sebagai penjerap

partikulat hasil emisi kendaraan bermotor [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Wawo MFC. 2010. Kemampuan tiga jenis tanaman dalam menjerap debu (studi Kasus: Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor).

Gambar

Gambar 25 Sketsa lokasi plot penelitian.
Gambar 29 Jerapan debu dan partikel timbal oleh daun berdasarkan letak pohon  dan posisi tajuk
Tabel 13 Penurunan konsentrasi jerapan debu dan partikel timbal pada daun
Gambar 30 Hubungan antara konsentrasi debu dengan konsentrasi Pb.

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, pada saat observasi kedua peneliti mengamati beberapa siswa didalam kelompok diskusi yang aktif, terlihat siswa yang aktif ini masih kurang

Dalam lingkungan Madrasah Aliyah Ma’arif NU 8 Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah peserta didiknya diharuskan bertutur sapa yang baik sopan santun, baik

Since its first description for gene- editing in 2012, the clustered regularly interspaced short palindromic repeat (CRISPR) and CRISPR-associated protein 9

Sehingga diperlukan keberadaan masjid dan tempat wudhu yang bersih, hotel (bagi yang akan menginap), rumah makan (halal), pedagang suvenir (yang ramah). Pada saat

Hasil yang diperoleh dari respon siswa kelompok kecil terhadap media pembelajaran lectora inspire 17 adalah sebesar 381 dengan persentase 88,9% yang termasuk kategori “sangat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pemberian P 0,5 g/10 kg tanah dan 1 g/10 kg tanah atau setara dengan 100 kg/ha dan 200 kg/ha diberikan 5 kali

so before he meet my family, we have to talk properly, not just basic talking, we just real talk and then I show and I introduce him to my family that this is my partner, he want

Vahel jõutakse üle suurte jõgede juba siis, kui need on veel jääs ja seetõttu kerged ületada.. Nad leiavad jõe peal instinktiivselt paksema