• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAMPINGAN PEMBUATAN WAYANG KONTEMPORER UNTUK KEGIATAN MENDONGENG BAGI GURU TK DI KOTA SINGARAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAMPINGAN PEMBUATAN WAYANG KONTEMPORER UNTUK KEGIATAN MENDONGENG BAGI GURU TK DI KOTA SINGARAJA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK

PENDAMPINGAN PEMBUATAN WAYANG

KONTEMPORER UNTUK KEGIATAN

MENDONGENG BAGI GURU TK

DI KOTA SINGARAJA

Oleh: Dr. I Made Tegeh, M.Pd. Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd. Drs. Ketut Pudjawan, M.Pd. Dr. I Komang Sudarma, M.Pd.

Nice Maylani Asril, S.Psi., M.Psi.,Psikolog.

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 16/UN48.15/LPM/2014 tanggal 13 Pebruari 2014

JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2014

(2)
(3)

iii

PENDAMPINGAN PEMBUATAN WAYANG KOMTEMPORER UNTUK KEGIATAN MENDONGENG BAGI GURU TK DI KOTA SINGARAJA

Oleh:

Dr. I Made Tegeh, M.Pd. Drs. I Nyoman Jampel, M.Pd. Dr. I Komang Sudarma, M.Pd. Dr. I Komang Sudarma, M.Pd. Nice Maylani Asril, S.Psi., M.Psi., Psikolog.

RINGKASAN

Berdasarkan latar belakang masalah, maka secara umum masalah yang dapat

dirumuskan adalah “Perlunya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru TK

di Kota Singaraja dalam memproduksi media wayang kontemporer untuk kegiatan

mendongeng”.

Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan P2M ini adalah “meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru TK di Kota Singaraja dalam memproduksi media wayang kontemporer untuk kegiatan mendongeng”.

Khalayak sasaran yang akan dilibatkan dalam kegiatan P2M ini adalah para guru TK di Kota Singaraja sebanyak 100 orang. Guru yang dijadikan sasaran P2M ini adalah guru-guru TK di Kota Singaraja yang: (1) siap meluangkan waktu untuk didampingi membuat media wayang kontemporer dan (2) memiliki motivasi yang tinggi untuk membuat wayang kontemporer.

P2M ini akan dilaksanakan dalam bentuk pendampingan yang terdiri dari dua tahap yaitu: tahap pertama, pendampingan umum tentang pengetahuan dan prosedur pembuatan media wayang kontemporer dan tahap kedua, pendampingan secara intensif kepada lima kelompok guru TK dari gugus TK di Kota Singaraja untuk memproduksi media wayang kontemporer.

Kegiatan P2M ini telah mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru untuk membuat media wayang kontemporer. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para guru TK. Nilai rerata produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para guru TK adalah 88,89 berada pada kategori sangat baik. Secara kualitatif terdapat beberapa saran yang diberikan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat terhadap produk media wayang kontemporer.

(4)

TIM PELAKSANA

1. Ketua Pelaksana

a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. I Made Tegeh, S.Pd., M.Pd. b. Golongan, Pangkat, dan NIP : III.c, Penata,

197108152001121001 c. Jabatan Fungsional : Lektor

d. Bidang Keahlian : Teknologi Pendidikan e. Jurusan/Fakultas : Teknologi Pendidikan/FIP f. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha g. Waktu untuk Kegiatan ini : 8 jam/minggu

2. Anggota Pelaksana

a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd.

b. Golongan, Pangkat, dan NIP : IVc, Pembina Utama Muda,195910101986031003 c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

d. Bidang Keahlian : Penelitian dan Evaluasi Pendidikan e. Jurusan/Fakultas : Teknologi Pendidikan/FIP

f. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha g. Waktu untuk Kegiatan ini : 4 jam/minggu

3. Anggota Pelaksana

a. Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Ketut Pudjawan, M.Pd.

b. Golongan, Pangkat, dan NIP : IV.c, Pembina Utama Muda, 195508181983031002 c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

d. Bidang Keahlian : Pendidikan Luar Sekolah e. Jurusan/Fakultas : Teknologi Pendidikan/FIP f. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha g. Waktu untuk Kegiatan ini : 4 jam/minggu

4 Anggota Pelaksana

a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. I Komang Sudarma, M.Pd.

b. Golongan, Pangkat, dan NIP : III.c, Penata, 197204202001121001 c. Jabatan Fungsional : Lektor

d. Bidang Keahlian : Teknologi Pendidikan e. Jurusan/Fakultas : Teknologi Pendidikan/FIP f. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha g. Waktu untuk Kegiatan ini : 4 jam/minggu

5. Anggota Pelaksana

a. Nama Lengkap dan Gelar : Nice Maylani Asril, S.Psi., M.Psi., Psikolog.

b. Golongan, Pangkat, dan NIP : III.a, 19875082012122001 c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

d. Bidang Keahlian : Psikologi e. Jurusan/Fakultas : PG PAUD/FIP

f. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha g. Waktu untuk Kegiatan ini : 4 jam/minggu

(5)

v

PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Mahaesa, karena berkat karunia dan perlindungan Beliau, P2M yang berjudul “Pendampingan Pembuatan Wayang Kontemporer untuk Kegiatan Mendongeng bagi Guru TK di Kota Singaraja” dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Suksesnya pelaksanaan P2M ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof. Dr. Ketut Suma, M.S., Kepala Unit Pelaksana Pendidikan Kecamatan Buleleng, Pengawas dan Kepala TK di Kecamatan Buleleng, para guru TK peserta P2M, sekrertaris dan seluruh staf LPM Undiksha, semua pihak yang membantu kegiatan ini, dan tim pengabdian kepada masyarakat Undiksha. Saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan sebagai bahan penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, khususnya mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.

Akhirnya pelaksana berharap semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan profesionalisme guru.

Singaraja, 10 September 2014

(6)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN……….. i RINGKASAN……….. iii TIM PELAKSANA... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Analisis Situasi... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penerapan P2M... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Klasifikasi Media Pembelajaran... 5

2.2 Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran... 7

2.3 Media Grafis Wayang Kontemporer... 9

2.4 Kegiatan Mendongeng... 11

3.5 Karakteristik Taman Kanak-Kanak... 12

BAB III MATERI DAN METODE PELAKSANAAN... 14

3.1 Kerangka Pemecahan Masalah... 14

3.2 Realisasi Pemecahan Masalah... 14

3.3 Khalayak Sasaran... 15

3.4 Metode yang Digunakan... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...17

4.1 Hasil……….17

4.2 Pembahasan……….21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………23

5.1 Kesimpulan………..23

5.2 Saran………23

(7)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Perjanjian Kerja Pengabdian Masyarakat

2. Surat Undangan Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat 3. Surat Undangan Pelatihan

4. Daftar Hadir Peserta 5. Piagam

6. Foto Kegiatan P2M

7. Instrumen Penilaian/Validasi Media 8. Logbook Kegiatan dan Penggunan Dana

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah bagian integral dari Standar Nasional Pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar PAUD dirumuskan dengan mempertimbangkan karakteristik penyelenggaraan PAUD terdiri atas empat kelompok, yaitu: (1) standar tingkat pencapaian perkembangan, (2) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (3) standar isi, proses, dan penilaian, dan (4) standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.

Pada standar keempat diatur pengelolaan PAUD, yaitu: (1) PAUD jalur pendidikan formal dan (2) PAUD jalur pendidikan nonformal. PAUD jalur pendidikan formal untuk anak usia 4-≤6tahun, terdiri atas Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal dan bentuk lain yang sederajat. PAUD jalur pendidikan nonformal terdiri atas, Taman Penitipan Anak untuk usia 0-≤6tahun, Kelompok Bermain untuk anak usia 2-≤6tahun, dan bentuk lain yang sederajat (untuk anak usia 0-≤6tahun). Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28 ayat 3 merupakan pendidikan anak usia dini ada jalur pendidikan formal yang bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik/motorik dan seni untuk siap memasuki sekolah dasar (Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2011).

Dalam menuju perkembangan kedewasaan setiap anak didik TK memerlukan kesempatan untuk mengembangkan diri dengan ditunjang berbagai fasilitas, sarana dan prasarana pendukungnya seperti media pembelajaran, permainan, program-program pengembangan yang memadai serta suasana pendidikan yang menunjang.

Konsep pembelajaran di TK adalah belajar melalui bermain. Untuk mencapi konsep pembelajaran tersebut guru TK menggunakan berbagai strategi

(9)

2

dan media pembelajaran. Pemilihan dan penggunaan media yang tepat sangat mendukung ketercapaian lima lingkup perkembangan anak TK, yaitu (1) nilai-nilai agama dan moral, (2) motorik, (3) kognitif, (4) bahasa, dan (5) sosial-emosional. Untuk pengembangan lima lingkup perkembangan anak TK, para guru TK telah berusaha memanfaatkan media sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.

Berdasarkan hasil observasi pada pertengahan Pebruari 2013 di TK Negeri Singaraja diketahui bahwa guru telah menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran. Salah satu metode yang digunakan oleh guru TK adalah metode bercerita atau mendongeng. Metode ini menuntut keterampilan guru untuk menyampaikan sesuatu cerita secara verbal. Anak-anak TK cukup antusias mendengarkan dongeng yang disampaikan oleh guru.

Hasil wawancara dengan Kepala TK Negeri Singaraja, Ibu Luh Sukraningsih, S.Pd. menunjukkan bahwa dalam metode mendongeng telah digunakan media pembelajaran seperti boneka tangan dan boneka biasa. Penggunaan media boneka tangan dan boneka biasa masih mengalami kendala, yakni sulit mencari boneka yang sesuai dengan tokoh cerita dalam dongeng. Persediaan boneka terbatas pada tokoh-tokoh tertentu saja.

Selain itu, penggunaan media boneka yang terlalu sering dalam mendongeng, membuat anak TK merasa jenuh atau bosan. Hal ini dapat dilihat dari kurang fokusnya anak-anak dalam mendengarkan dongeng yang disampaikan oleh guru TK. Untuk itu, perlu dikembangkan media lain yang mendukung kegiatan mendongeng bagi anak TK. Salah satu media alternatif yang dapat dikembangkan adalah media grafis berupa media wayang kontemporer. Dengan adanya media baru ini diharapkan kendala yang dihadapi ketika menggunakan boneka untuk mendongeng dapat diatasi. Selain itu, keaktifan dan keterlibatan anak TK dalam mendongeng dapat lebih ditingkatkan.

(10)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan analisis situasi di atas, maka masalah yang berhasil diidentifikasi adalah adalah sebagai berikut.

1. Dalam kegiatan mendongeng, banyak guru TK hanya sekadar mendongeng ataupun membacakan dongeng tanpa menggunakan media yang relevan. Hal ini berakibat kegiatan mendongeng bagi anak TK kurang menarik dan tidak melibatkan mereka secara aktif.

2. Beberapa guru TK telah menggunakan media boneka, boneka tangan, atau gambar untuk mendukung kegiatan mendongeng. Kesulitan yang dihadapi guru TK adalah mencari media-media tersebut karena keterbatasan karakter tokoh yang didongengkan. Kesulitsan lainnya adalah para guru TK belum memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memproduksi media pendukung kegiatan mendongeng.

3. Penggunaan media untuk mendongeng yang tidak bervariasi dan monoton menyebabkan kegiatan mendongeng kurang menarik bagi siswa TK.

Berdasarkan identifikasi masalah, maka secara umum masalah yang dapat dirumuskan adalah: “Perlunya meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan guru TK di Kota Singaraja dalam memproduksi media wayang kontemporer untuk kegiatan mendongeng”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penerapan P2M

1.3.1 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka, maka tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan P2M ini adalah “meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan guru TK di Kota Singaraja dalam memproduksi media wayang kontemporer untuk kegiatan mendongeng”.

(11)

4

1.3.2 Manfaat

Manfaat pelaksanaan P2M ini adalah sebagai berikut.

1. Memberikan wawasan kepada guru tentang tata cara pembuatan wayang kontemporer, sehingga mereka termotivasi untuk mencoba membuat dan menggunakan wayang kontemporer dalam kegiatan mendongeng.

2. Memberikan pengalaman langsung kepada guru tentang prosedur pembuatan wayang kontemporer, sehingga guru mampu menghasilkan produk berupa media wayang kontemporer.

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Media Pembelajaran

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, memberikan dampak pula pada sumber dan media pembelajaran seperti foto, slide, radio, film, dan video, komputer dan lain-lain. Pada awalnya hanya dikenal beberapa jenis media sederhana seperti buku bergambar, gambar, bagan, grafik, dan model yang bisa digunakan dalam pembelajaran. Pertambahan jenis media dan perluasan pemanfaatannya menimbulkan pemikiran untuk mengadakan pengklasifikasian atau penggolongan media pembelajaran dari berbagai aspek.

Secara umum ada dua penggolongan media pembelajaran yang dibahas dalam tulisan ini, yakni penggolongan media pembelajaran berdasarkan persepsi indera dan penggunaannya.

Berdasarkan persepsi indera, media diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yakni media audio, media visual, dan media audio visual (Setyosari dan Sihkabuden, 2005).

Klasifikasi media berdasarkan penggunaannya dapat dilihat dari sasaran penggunanya dan cara penggunaannya. Berikut ini dipaparkan klasifikasi media berdasarkan penggunaannya dilihat dari kedua sudut pandang tersebut.

Berdasarkan sasaran yang menggunakannya, media dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: media pendidikan/pembelajaran yang penggunaannya secara individual, media pendidikan/pembelajaran yang penggunaannya secara kelompok (baik kelompok kecil maupun kelompok besar), dan media pendidikan/pembelajaran yang penggunaannya secara massal (Degeng, dkk.,1993).

Berdasarkan cara penggunaannya media pembelajaran dibedakan menjadi dua, yakni media pembelajaran yang penggunaannya secara (1) tradisional atau konvensional (sederhana) dan (2) modern atau kompleks.

(13)

6

2.2 Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran

Sebelum menetapkan pilihan pada media yang akan digunakan dalam pembelajaran, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran. Prinsip-prinsip ini berupa kriteria pemilihan media atau dasar-dasar pertimbangan pemilihan media. Hal ini penting agar media yang dipilih benar-benar efektif dan efisien.

Dick and Carey (dalam Sadiman, dkk., 2002) menyebutkan bahwa di samping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media.Pertama, ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua, apakah untuk membeli atau memproduksi media tersebut ada dana, tenaga, dan fasilitasnya. Ketiga, faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk jangka waktu yang lama. Artinya bisa digunakan di mana pun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapan pun serta mudah dijinjing dan dipindahkan. Faktor yang terakhir adalah efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang. Sebab ada sejenis media yang biaya produksinya mahal, namun bila dilihat kestabilan materinya dan penggunaannya yang berulang-ulang untuk jangka waktu yang panjang mungkin lebih murah dari media yang biaya produksinya lebih murah (misal brosur) tetapi setiap waktu materinya diganti.

Rohani (1997) mengatakan bahwa faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan terhadap pemilihan (prioritas) pengadaan media pembelajaran adalah : 1) relevansi pengadaan media tersebut, 2) kelayakan pengadaan media, dan 3) kemudahan pengadaan media. Lebih lanjut Rohani mengemukakan beberapa kriteria pemilihan dan pemanfaatan media, yaitu: 1) tujuan, 2) ketepatgunaan (validitas), 3) keadaan peserta didik, 4) ketersediaan, 5) mutu teknis, dan 6) biaya.

(14)

Miarso (1987) mengemukakan tentang rumit dan sulitnya menetapkan pilihan terhadap media pembelajaran karena hal ini didasarkan pada beberapa faktor.

- Seberapa jauh situasi latar pekerjaan yang sebenarnya perlu ditiru dalam program latihan atau pembelajaran ?

- Media apa yang dianggap paling praktis untuk memaketkan, melaksanakan, dan memperbaharui program latihan atau pembelajaran ? - Apakah diperlukan perlengkapan untuk menggunakan media yang

dipilih itu? Jika ya, apakah sudah tersedia? Apakah pengadaan peralatan tertentu itu dapat dipertanggungjawabkan untuk keperluan pembelajaran yang bersangkutan?

- Apakah media itu sesuai dengan kebutuhan belajar pebelajar (ditinjau dari segi budaya, usia, kebiasaan belajar, dan sebagainya), atau malah akan membingungkan mereka?

- Sejauh manakah pencapaian pebelajar harus sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan?

- Apakah nilai bahan pelajaran (perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi, jumlah siswa yang belajar, atau isi mata pelajaran) sepadan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan media itu?

Ibrahim dan Syaodih S. (1996) mengemukakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media yang tepat, yakni: jenis kemampuan yang akan dicapai, kegunaan dari berbagai jenis media itu sendiri, kemampuan guru menggunakan media, keluwesan atau fleksibilitas dalam penggunaannya, kesesuaiannya dengan alokasi waktu dan sarana pendukung yang ada, ketersediaannya, dan biaya.

Ali (2002) mengatakan bahwa faktor yang harus dipertimbangkan sebaik-baiknya dalam pembelajaran dalam memilih media adalah sebagai berikut.

1. Jenis kemampuan yang akan dicapai sesuai dengan tujuan. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan pengajaran itu menjangkau daerah kognitif, afektif, dan psikomotor. Bila akan memilih media pembelajaran, harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.

(15)

8

2. Kegunaan dari berbagai jenis media itu sendiri. Setiap jenis media mempunyai nilai kegunaan sendiri-sendiri. Hal ini harus dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih jenis media yang digunakan.

3. Kemampuan guru menggunakan suatu jenis media. Betapun tingginya nilai kegunaan media, tidak akan memberi manfaat sedikitpun di tangan orang yang tidak mampu menggunakan.

4. Fleksibilitas (lentur), tahan lama, dan kenyamanan media. Dalam memilih media harus dipertimbangkan kelenturan, dalam arti dapat digunakan dalam berbagai situasi; juga harus tahan lama (tidak sekali pakai langsung dibuang), untuk menghemat biaya, dan digunakannya pun tidak berbahaya.

5. Keefektifan suatu media dibandingkan dengan jenis media lain untuk digunakan dalam pembelajaran.

Gagne dan Briggs (dalam Ali, 2002) menyarankan suatu cara dalam langkah-langkah memilih media untuk pembelajaran sebagai berikut.

1. Merumuskan tujuan pengajaran.

2. Mengklasifikasi tujuan berdasarkan domain atau tipe belajar. 3. Memilih peristiwa-peristiwa pengajaran yang akan berlangsung. 4. Menentukan tipe perangsang untuk tiap peristiwa.

5. Mendaftar media yang dapat digunakan pada setiap peristiwa dalam pengajaran.

6. Mempertimbangkan (berdasarkan nilai kegunaan) media yang dipakai.

7. Menentukan media yang terpilih akan digunakan. 8. Menulis rasional (penalaran) memilih media tersebut. 9. Menuliskan tata cara pemakaiannya pada setiap peristiwa. 10. Menuliskan naskah pembicaraan dalam penggunaan media.

Degeng (2001) mengemukakan bahwa ada sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan pengajar dalam memilih, mengembangkan, dan menggunakan media pembelajaran. Faktor-faktor tersebut dikemukakan berikut ini.

(16)

1. Tidak ada satu media yang paling unggul untuk semua tujuan. Suatu media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin tidak cocok untuk yang lain.

2. Media adalah bagian integral dari proses belajar-mengajar. Hal ini berarti bahwa media bukan hanya sekadar alat bantu mengajar saja, tetapi merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses belajar-mengajar. Penetapan suatu media haruslah sesuai dengan komponen yang lain dalam perancangan instruksional. Tanpa alat bantu mengajar mungkin pembelajaran tetap dapat berlangsung, tetapi tanpa media pembelajaran itu tidak akan terjadi.

3. Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk memudahkan belajar pebelajar. Kemudahan belajar pebelajar haruslah dijadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan suatu media.

4. Penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan hanya sekadar selingan/pengisi waktu atau hiburan, melainkan mempunyai tujuan yang menyatu dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.

5. Pemilihan media hendaknya obyektif (didasarkan pada tujuan pembelajaran), tidak didasarkan pada kesenangan pribadi.

6. Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan mahasiswa. Penggunaan multimedia tidak berarti menggunakan media yang banyak sekaligus, tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula.

7. Kebaikan dan keburukan media tidak tergantung pada kekonkritan dan keabstrakannya. Media yang konkrit ujudnya, mungkin sukar dipahami karena rumitnya, tetapi media yang abstrak dapat pula memberikan pengertian yang tepat.

2.3 Media Grafis Wayang Kontemporer

Media grafis (graphic materials) adalah suatu media visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan, atau simbol visual yang lain dengan maksud untuk mengikhtisarkan, menggambarkan, dan

(17)

10

merangkum suatu ide, data atau kejadian (Tegeh, 2009). Batasan tersebut memberikan gambaran bahwa media grafis merupakan media dua dimensi yang dapat dinikmati dengan menggunakan indera penglihatan. Jenis-jenis media grafis antara lain sketsa, bagan, grafik, poster, gambar, kartun, dan lain-lain.

Berdasarkan definisi media grafis tersebut, dapat diketahui unsur-unsur pembentuk media grafis. Unsur-unsur yang nampak pada karya desain untuk media grafis disebut unsur-unsur visual. Unsur-unsur visual media grafis adalah sebagai berikut.

1) Titik, yaitu tanda sebuah tempat yang tidak memiliki panjang dan lebar. Tetapi hanya merupakan pangkal atau ujung sebuah garis. Titik juga merupakan perpotongan atau pertemuan dua buah garis.

2) Garis, yaitu rangkaian titik-titik yang ditimbulkan oleh jejak sesuatu alat dari ujung yang runcing. Garis mempunyai ukuran panjang tanpa lebar, mempunyai kedudukan dan arah, dan juga memiliki watak yang tergantung dari keadaan sekitarnya.

3) Bidang, yaitu suatu bentuk pada bidang datar yang dibatasi oleh garis bagian terluar kelilingnya. Bidang mempunyai ukuran panjang dan lebar tanpa tebal, dan berperan secara struktural pada setiap karya desain. Pada dasarnya bidang-bidang mempunyai tiga bentuk dasar, yaitu bujur sangkar atau persegi, lingkaran, dan segitiga.

4) Bentuk, yaitu bangunan hasil pertalian dari titik, garis, dan bidang yang nampak terlihat betapapun kecilnya.

5) Ruang, yaitu kesan kedalaman dari isi suatu bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang bagian terluarnya. Ruang dapat terisi atau kosong, dapat nampak datar atau seakan-akan menjorok.

6) Warna, yaitu unsur desain yang paling menonjol dan dapat menimbulkan respons emosional terhadap orang yang melihatnya. Warna dapat dilihat karena adanya cahaya yang menyinari sesuatu benda. Warna memiliki jenis, keselarasan, intensitas, serta memiliki nilai dan pengaruh kejiwaan. Pada dasarnya jenis warna pokok ada tiga, yaitu merah, kuning, dan biru. Ketiga warna pokok tersebut bila dicampur dapat menghasilkan warna-warna yang lain.

(18)

7) Tekstur, yaitu tampak permukaan bidang suatu benda. Permukaan benda dapat polos atau berkurai, licin atau kasar, hal ini dapat diketahui dengan cara diraba atau diamati. Ada dua jenis tekstur, yaitu tekstur nyata dan tekstur buatan. Tekstur nyata ialah tekstur yang dapat diraba nilai teksturnya. Tekstur buatan ialah tekstur yang tidak dapat diraba nilai teksturnya karena hasil gambar.

Beberapa jenis media grafis yang lazim digunakan dalam pembelajaran antara lain peta, atlas, sketsa, bagan, grafik, gambar, poster, kartun, karikatur, komik, dan media cetak. Gambar sebagai salah satu media grafis dapat dimodifikasi penggunaannya, sehingga lebih menarik dan mampu dimanipulasi oleh anak TK. Modifikasi gambar dapat berupa wayang kontemporer. Gambar sebagai media grafis digunting menurut bentuk gambar dan diberi tangkai pemegang seperti wayang. Media ini dinamakan wayang kontemporer karena tokoh-tokoh wayang sudah diadaptasi sesuai dengan keadaan, situasi, dan kebutuhan. Misalnya, untuk dongeng yang berjudul Siap Selem, media wayang kontemporer yang dibutuhan sesuai dengan tokoh cerita atau dongeng tersebut.

2.4 Kegiatan Mendongeng

Kegiatan membacakan cerita atau mendongeng dapat dilakukan kapan saja bahkan sejak bayi. Sejak bayi, anak sudah dapat dikenalkan pada buku.Bimbing anak untuk membacakan isi ceritanya dengan berulang-ulang sebagai bekal pemahamannya kelak dan membantu meningkatkan konsentrasinya. Anak dapat diajak memilih buku sendiri buku-buku yang diinginkannya sesuai dengan minatnya. Bila kebiasaan membaca sudah ditanamkan seja dini, kelak membaca bukan lagi menjadi salah satu alternatif bermain, tetapi sudah merupakan suatu kebutuhan (Sujiono, 2009). Ekspresi wajah orang dewasa dengan berbagai intonasi emosi saat membacakan cerita atau mendongeng, dapat mengarahkan anak menjadi lebih mandiri dalam mengeksplorasikan bacaan.

Berbagai sumber bacaan yang berisi kumpulan dongeng dapat memudahkan para guru TK untuk mendapatkan cerita atau dongeng. Di sini peran guru TK sangat penting dalam memilih cerita atau dongeng yang sesuai dengan karakteristik anak dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

(19)

12

2.5 Karakteristik Taman Kanak-Kanak

Pendidikan taman kanak-kanak (TK) merupakan pendidikan anak usia dini pada jalur formal pendidikan anak usia dini yang bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik/motorik dan seni untuk siap memasuki sekolah dasar (Pasal 8 ayat 3 UU RI Nomor 20 tahun 2003). Dalam menuju kedewasaan setiap anak didik TK memerlukan kesempatan untuk mengembangkan diri dengan ditunjang berbagai fasilitas, sarana dan prasarana pendukungnya seperti alat peraga/alat permainan, perabot kelas, ruang kelas/ruang bermain, guru, program-program pengembangan yang memadai serta suasana pendidikan yang menunjang.

Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal dengan mengutamakan kegiatan bermain sambil belajar. Pendidikan anak usia dini yang diterapkan dalam program Taman Kanak-Kanak didasarkan atas prinsip-prinsip: (1) berorientasi pada kebutuhan anak, (2) sesuai dengan perkembangan anak, (3) sesuai dengan keunikan setiap individu, (4) kegiatan belajar dilakukan melalui bermain, (5) anak belajar dari yang konkrit ke abstrak, dari sederhana ke yang kompleks, dar gerakan ke vrbal, dan dari diri sendiri ke sosial, (6) anak sebagai pembelajar aktif, (7) anak belajar melalui interaksi sosial, (8) menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar,(9) merangsang munculnya kreativitas dan inovatif, (10) mengembangkan kecakapan hidup anak, (11) menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan sekitar, (12) anak belajar sesuai dengan kondisi sosial budayanya, (13) melibatkan peran serta orang tua yang bekerja sama dengan para pendidik di lembaga PAUD, dan (14) stimulasi pendidikan berifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan (Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2011).

(20)

Dalam menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4 tahun sampai 6 tahun perlu memperhatikan prinsip tertentu. Adapun prinsip-prinsip penyelenggaraan TK meliputi: (1) ketersediaan, (2) transisional, (3) kerjasama, (4) kekeluargaan, (5) keberlanjutan, dan (6) pembinaan berjenjang.

Fungsi pendidikan TK adalah membina, menumbuhkan, mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya. Untuk mencapai fungsi tersebut, maka program pembelajaran di TK mencakup bidang Pengembangan Perilaku dan Pengembangan Kemampuan Dasar yang dilaksanakan melalui kegiatan bermain bertahap, berkesinambungan dan bersifat pembiasaan. Pembelajaran di TK dilakukan secara aktif dialogis dan kritis melalui pendekatan tematik dan terintegrasi serta mengacu pada karakteristik program pembelajaran.

(21)

14

BAB III

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

3.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Masalah yang terjadi di lokasi P2M ini adalah para guru TK di Kota Singaraja belum memiliki pengetahuan dalam membuat media wayang kontemporer untuk mendukung kegiatan mendongeng. Pengetahuan dan keterampilan membuat wayang kontemporer sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan daya tarik dan keaktifan anak TK dalam kegiatan mendongeng.

Berdasarkan masalah yang dialami oleh para guru TK di lokasi P2M yang akan dilaksanakan ini, maka hal yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan memberikan kegiatan pendampingan pembuatan wayang kontemporer. Kegiatan pendampingan akan dilakukan secara intensif selama tiga bulan. Pada awalnya para guru TK diundang ke satu tempat untuk mendapat penjelasan tentang seluk beluk pembuatan dan penggunaan wayang kontemporer dalam kegiatan mendongeng. Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini tempat yang digunakan adalah aula TK Negeri Pembina Kabupaten Buleleng. Pendampingan secara lebih intensif dilakukan oleh tim P2M dengan cara berkunjung ke TK tempat P2M dilaksanakan. Dengan demikian para guru TK akan mendapat pemahaman secara menyeluruh, tidak sekadar pemahaman secara teoretis saja.

3.2 Realisasi Pemecahan Masalah

Kegiatan pendampingan akan dilakukan secara intensif selama tiga bulan. Pada bagian awal para guru diundang ke Aula TK Negeri Pembina Kabupaten Buleleng untuk mendapat penejelasan umum tentang pembuatan media wayang kontemporer. Pembimbingan secara lebih intensif dilakukan oleh tim P2M dengan cara berkunjung ke lima TK tempat P2M dilaksanakan. Dengan demikian para guru akan mendapat pemahaman secara menyeluruh, tidak sekadar pemahaman secara teoretis saja.

(22)

3.3 Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran yang akan dilibatkan dalam kegiatan P2M ini adalah para guru TK di Kota Singaraja sebanyak 50 orang. Guru yang dijadikan sasaran P2M ini adalah guru-guru TK di Kota Singaraja yang: (1) siap meluangkan waktu untuk didampingi membuat media wayang kontemporer dan (2) memiliki motivasi yang tinggi untuk membuat wayang kontempore. Di antara 50 orang peserta, dibagi menjadi enam kelompok sesuai dengan gugus TK untuk diberikan pendampingan pembuatan wayang kontemporer secara lebih mendalam dan intensif. Diharapkan guru yang mengikuti kegiatan pendampingan ini bisa mendeseminasikan pengalamannya kepada guru lain di TK masing-masing dan TK sekitarnya.

.

3.4 Metode yang Digunakan

P2M ini akan dilaksanakan dalam bentuk pendampingan yang terdiri dari dua tahap yaitu: tahap pertama, pendampingan umum terhadap 50 orang guru TK di Kota Singaraja tentang media grafis wayang kontemporer dan cara pembuatannya dan tahap kedua, pendampingan secara intensif kepada lima kelompok guru TK sesuai gugus TK di Kota Singaraja untuk membuat media wayang kontemporer.

Pelaksanaan masing-masing tahap diuraikan sebagai berikut.

3.4.1 Tahap Pendampingan Umum

Langkah-langkah kegiatannya adalah sebagai berikut.

a. Merencanakan waktu dan tempat pendampingan bekerja sama dengan Kepala UPP Kecamatan Buleleng.

b. Pelatihan umum tentang pengetahuan dan prosedur pembuatan wayang kontemporer bagi para guru TK perserta P2M.

c. Diskusi dan tanya jawab tentang pembuatan wayang kontemporer antara pelatih dengan peserta.

d. Pembentukan lima kolompok guru TK yang akan didampingi secara intensif dalam pembuatan wayang kontemporer.

(23)

16

e. Kerja kelompok untuk memilih dan meringkas dongeng dibimbing oleh Tim P2M.

3.4.2 Tahap Pendampingan Intensif Pelaksanaan Pembuatan Wayang Kontemporer

a. Tahap pendampingan intensif pelaksanaan pembuatan wayang kontemporer dilakukan selama tiga bulan pada lima kelompok.

b. Melakukan pemantauan dan pembimbingan terhadap produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para guru.

(24)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Produk yang dihasilkan dalam kegiatan ini adalah media wayang kontemprer. Wayang kontemporer yang dhasilkan oleh kelima kelompok guru TK dinilai. Penilaian produk wayang kontemporer menggunakan instrumen berupa lembar validasi produk berupa kuesioner atau angket.

Lembar validasi produk untuk menilai kualitas waang kontemporer yang dihasilkan, adalah sebagai berikut.

GUGUS :...

JUDUL DONGENG :...

ANGKET TANGGAPAN/PENILAIAN AHLI MEDIA PEMBELAJARAN MEDIA GRAFIS WAYANG KONTEMPORER

1. Kualitas kotak penyimpanan wayang kontemporer

1 2 3 4 5

Sangat kurang baik Kurang baik Cukup baik Baik Sangat Baik

2. Kualitas bahan dan laminating wayang kontemporer

1 2 3 4 5

Sangat kurang baik Kurang baik Cukup baik Baik Sangat Baik

3. Kemenarikan desain cover Buku Dogeng

1 2 3 4 5

Sangat kurang menarik

Kurang menarik Cukup menarik Menarik Sangat

menarik

4. Kemenarikan penggunaan warna pada wayang kontemporer

1 2 3 4 5

Sangat kurang menarik

Kurang menarik Cukup menarik Menarik Sangat

(25)

18 5. Kejelasan tulisan/pengetikan

1 2 3 4 5

Sangat kurang jelas Kurang jelas Cukup jelas Jelas Sangat jelas

6. Kemenarikan tampilan wayang kontemporer

1 2 3 4 5

Sangat kurang menarik

Kurang menarik Cukup menarik Menarik Sangat

menarik

7. Ketepatan ukuran wayang kontemporer

1 2 3 4 5

Sangat kurang tepat Kurang tepat Cukup tepat Tepat Sangat tepat

8. Kemudahan penggunaan media wayang kontemporer

1 2 3 4 5

Sangat sulit Sulit Cukup mudah Mudah Sangat mudah

9. Ketepatan ukuran wayang

1 2 3 4 5

Sangat kurang tepat Kurang tepat Cukup tepat Tepat Sangat tepat

Komentar dan Saran:

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… Singaraja,……….2014 Validator, ………

(26)

Keterangan:

Setiap kriteria diberi skor 1, 2, 3, 4 atau 5 Sangat kurang skor 1

Kurang skor 2 Cukup skor 3 Baik skor 4 Sangat baik skor 5

Nilai = (Total skor : SMI) x 100%

Keterangan: SMI = skor maksimal ideal = 9 x 5 = 45

Nilai yang diperoleh dikonversikan ke Pedoman Konversi dengan Menggunakan Pedoman Acuan Penilaian (PAP) Skala Lima.

Tabel 4.1 Pedoman Konversi PAP Skala Lima

Tingkat Penguasaan (dalam %) Kriteria 85-100 Sangat Baik 70-84 Baik 55-69 Cukup Baik 40-54 Kurang Baik

0-39 Sangat Kurang Baik

Peserta terdiri atas lima kelompok guru TK. Setiap kelompok menghasilkan satu kotak media wayang kontemporer. Setiap kotak berisi buku dongeng dan wayang kontemporer.

(27)

20

Berikut adalah hasil penilaian terhadap produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para guru.

Tabel 4.2 Hasil Penilaian Media Wayang Kontemporer

No. Gugus dan TK Judul Dongeng Nilai Kriteria

(PAP Skala 5) 1 I: TK Kuncup Harapan, TK Satya Kumara, TK Tunas Harapan, TK Widya Kumara

Akibat Iri Hati 91,11 Sangat baik

2 II: TK Kemala Bhayangkari II, TK Surapat

Hiu Murah Senyum 91,11 Sangat baik

3 IV dan VII: TK Nurul Mubin, TK

Diponegoro, TK Lab Undiksha, TK Santa Maria

Ubur-Ubur Jahat 88,89 Sangat baik

4 V: TK Mutiara, TK Eka Dharma,

TKWidya Sanggraha, TK Kartika

Pupi yang Sombong 88,89 Sangat baik

5 VI: TK Negeri Pembina, TK Ceria Asi, TK Tri Sula, TK Dharma Suda, TK Ath Thooriq, TK Aisyiyah, TK Nrul Huda

Laba-Laba Penolong 84,44 Baik

Jumlah 444,44

Rerata 88,89 Sangat baik

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa berdasarkan penilaian Tim Pengabdian Kepada Masyarakat, terdapat empat produk wayang kontemporer berkriteria sangat baik dan satu produk berkrieteria baik. Secara umum kelima produk memiliki nilai rerata 88,89. Hal ini menunjukkan bahwa secara kuantitatif hasil produk media grafis wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para guru TK dalam kegiatan P2M berkriteria sangat baik.

Secara kualitatif terdapat beberapa saran yang diberikan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat terhadap produk media wayang kontemporer.

(28)

Saran-saran yang diberikan, antara lain: (1) beberapa wayang perlu diperkuat tangkai dan ikatannya, (2) beberapa ukuran wayang perlu diperbesar, (3) pemasangan tangkai wayang tidak cukup hanya menggunakan isolasi, sebaiknya perlu dijahit dengan benang agar lebih kuat, (4) buku dongeng sebaiknya dijilid langsung, (5) ukuran huruf pada buku dongeng terlalu kecil, sehingga perlu digunakan font yang lebih besar, dan (6) beberapa item wayang kontemporer perlu digunting sesuai bentuknya, sehingga lebih menarik. Keenam saran atau masukan yang diberikan dapat dijadikan bahan acuan untuk merevisi produk media wayang kontemporer.

4.2 Pembahasan

Kegiatan P2M ini telah mampu memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan tentang pembuatan media wayang kontemporer kepada para peserta. Hal ini dapat dilihat dari produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para peserta. Berkat pendampingan yang intensif, empat kelompok peserta memperoleh nilai dalam kriteria sangat baik dan satu kelompok peserta mendapat nilai dalam kriteria baik. Kelompok peserta yang memperoleh nilai tertinggi ada dua, yakni Gugus I dengan judul dongeng Akibat Iri Hati dan Gugus II dengan judul dongeng Hiu Murah Senyum. Kelompok peserta yang memperoleh nilai terendah adalah Gugus VI dengan judul dongeng Laba-laba Penolong. Secara umum produk wayang kontemporer sangat memuaskan karena rerata produk-produk tersebut memiliki kriteria sangat baik. Dengan demikian, pendampingan pembuatan media wayang kontemporer untuk kegiatan medongeng telah berhasil dilaksanakan sesuai rencana dan tujuan yang ingin dicapai.

Keberhasilan ini patut disyukuri bersama karena berkat kerjasama berbagai pihak, baik itu tim P2M, guru TK, dan kepala TK, serta Unit Pelaksana Pendidikan Kecamatan Buleleng. Pada saat kegiatan penjelasan umum, Kepala UPP Kecamatan Buleleng, Drs. Gede Wardana, berkenan mendampingi pemateri tim P2M untuk memberikan sambutan dan motivasi kepada para peserta.

Faktor pendukung kegiatan ini adalah motivasi para peserta yang tinggi untuk mengikuti kegiatan P2M. Selain itu, kemampuan guru TK untuk mengoperasikan komputer sangat membantu dan memudahkan proses pembuatan

(29)

22

media wayang kontemporer. Faktor pendukung yang tidak kalah penting adalah dukungan dari Kepala UPP Kecamatan Buleleng, para pengawas di lingkungan Kecamatan Buleleng, dan para kepala TK mitra.

Walaupun kegiatan ini telah terlaksana dengan baik, terdapat pula faktor-faktor penghambat. Faktor penghambat yang ditemui antara lain: (1) para guru belum pernah membuat media wayang kontemporer, sehingga perlu pendampingan secara intensif dan (2) kesibukan para guru untuk mengikuti berbagai kegiatan dan pelaksanaan berbagai tugas cukup menyulitkan untuk mempertemukan mereka dalam satu gugus untuk bersama-sama memproduksi wayang kontemporer.

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kegiatan P2M ini telah mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru untuk membuat media wayang kontemporer. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para guru TK. Nilai rerata produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para guru TK adalah 88,89 berada pada kategori sangat baik. Secara kualitatif terdapat beberapa saran yang diberikan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat terhadap produk media wayang kontemporer.

5.2 Saran

Terdapat beberapa saran yang diajukan terkait dengan pelaksanaan P2M ini adalah sebagai berikut. (1) Para guru TK yang telah didampingi membuat media wayang kontemporer hendaknya mencoba untuk terus berlatih membuat wayang kontemporer dengan judul dongeng yang lain, sehingga mampu menghasilkan media wayang kontemporer sesuai kebutuhan TK. (2) Hasil yang diperoleh oleh para guru TK perlu diimbaskan kepada para guru TK yang lain agar kegiatan ini dapat memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat, khususnya para guru TK yang berminat untuk membuat media wayang kontemporer.

(31)

24

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Degeng, I N. S. 2001. Kumpulan Bahan Pembelajaran. Malang: LP3 UM.

Degeng, I N S., dkk., 1993. Proses Belajar Mengajar II (Media Pendidikan). Malang: IKIP Malang.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini. 2011. Petunjuk Teknis

Penyelenggaraan Taman Kanak-kanak. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal.

Ibrahim dan Syaodih S. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdikbud dan Rineka Cipta.

Miarso, Y., dkk. 1987. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A. & Rahardjito. 2002. Media Pendidikan;

Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekkom

Dikbud dan RajaGrafindo Persada.

Setyosari, P. dan Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Malang: Elang Mas.

Tegeh, I M.. 2009. Media Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Gambar

Tabel 4.1 Pedoman Konversi PAP Skala Lima  Tingkat Penguasaan  (dalam %)  Kriteria  85-100  Sangat Baik  70-84  Baik  55-69  Cukup Baik  40-54  Kurang Baik
Tabel 4.2 Hasil Penilaian Media Wayang Kontemporer

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini mendukung berdasarkan penelitian dari Fitria (2010) yang berjudul “Efektivitas Metode Index Card Match pada materi Pokok Bilangan dalam Meningkatkan Hasil

Pada saat proses pembelajaran matematika materi pembagian pecahan melalui model Inside – Outside – Circle siklus I berlangsung dengan tertib. Dalam proses pembelajaran

1) Metode sensus atau transek digunakan untuk mengkaji stok ikan yang sifatnya tidak bergerak dengan cepat, seperti ikan hias dan ikan karang. 2) Metode swept area digunakan

b) Serta hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbang saran kepada mahasiswa lain yang ingin meneliti mengenai citra perusahaan.. dimata stakeholders dalam hal

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh independensi dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit pada Inspektorat Kota Bandung. 1.4.2

36 1=jamak benar, alasan salah 0=tidak menjawab/salah disertai alasan jawaban 14 C3 Menentukan peran manusia dalam mengatasi pencemaran lingkungan 3 (3=jamak benar dan alasan

Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa komunikasi yang baik adalah penyelenggaraan komunikasi yang bersifat ‘transparan’, artinya, berita yang disampaikan tidak mengalami

1965 Peresmian Pusat Reaktor Atom Bandung dan Pengoperasian Reaktor Triga Mark II berdaya 250 kW oleh Presiden RI sertaperubahan nama Lembaga Tenaga Atom menjadi Badan Tenaga