ii
DAMPAK MEDIA SOSIAL TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA DI DESA BARAKKAE KEC. LAMURU KAB. BONE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
PAISAL
NIM : 105270000415
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020 M
ABSTRAK
Nama : Paisal
Nim : 105270000415
Judul : Dampak Media Sosial Terhadap Perilaku Keagamaan
Remaja (Studi Kasus di Desa Barakkae Kec. Lamuru, Kab. Bone)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) bagaimana bentuk perilaku keagamaan remaja di desa Barakkae. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengungkapkan, 2) dampak penggunaan media sosial terhadap perilaku keagamaan remaja di Desa Barakkae. dampak negatif dan positif yang muncul dari penggunaan media sosial tersebut kemudian akan dianalisa dengan akhlak keagamaan para remaja di desa Barakkae.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan metode kualitatif. Subjek penelitian ini adalah remaja di Desa Barakkae, Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah melalui observasi, data dokumentasi, dan wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Bentuk perilaku keagaaman remaja di Desa Barakkae masih kurang baik, dimana Angka penggunaan media sosial remaja di Desa Barakkae adalah tinggi. Hal ini dibuktikan dari jumlah akun yang dimiliki oleh masing-masing remaja yang banyak dan juga intensitas penggunaan media sosial yang terlalu sering dalam sehari. 2) Dampak dari penggunaan media sosial yaitu munculnya beberapa sifat yang kurang baik dari remaja yang timbul akibat terlalu sering berinteraksi di media sosial seperti malas, boros, hilangnya rasa malu, dan tidak adanya batasan di dalam penggunaan media sosial menjadikan remaja lebih sering mengabaikan hal-hal yang positif, seperti sebagian remaja sibuk mengakses media sosialnya saat adzan berkumandang di masjid dan bahkan ada sebagian remaja yang menghiraukannya.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Rabb, Sang Pemilik dunia dan seisinya, tiada tuhan selain Allah dan hanya kepada-Nya lah kita patut memohon dan berserah diri. Hanya karena nikmat kesehatan dan
kesempatan dari Allah-lah penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul : Dampak Sosial Media Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja di Desa Barakkae, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone. Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW Sang kekasih Allah, dengan syafaat dari beliaulah kita dapat terbebas dari zaman kejahiliyahan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana sosial, pada Prodi Komunikasi da Penyiaran Islam, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, Penyusun mengucapkan terimakasih kepada orang tua kami Ayahanda Hasire dan Ibunda Sahida atas doa dan dukungannya, berbagai pihak lainnya yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada :
1. Ayahanda Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar
2. Ayahanda Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Selaku Dekan Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ayahanda Syekh Dr. (HC) Muhammed Muhammed Thoyib Khoory
selaku founder dan donatur Asia Muslim Charity Foundation (AMCF)
4. Dr. Abbas Baco Miro, Lc.,MA Selaku ketua Prodi Komunikasi Penyiaran
Islam, Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Ayahanda Dr.M.Ilham Muchtar, Lc.,MA dan Ayahanda M.Zakaria
Al-Anshori, M.Sos selaku Pembimbing I dan II terima kasih banyak atas
6. Semua pihak yang telah ikut membantu kesuksesan skripsi yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Semoga segala amal kebaikan dan kerelaannya membantu dalam proses penyusunan skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran dari pembaca dan siapapun yang sifatnya
membangun, diterima dengan senang hati,. penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi pembaca pada umumya. Amin
Makassar, 02 Rabi’ul Awwal 1442 H 20 Oktober 2020 M
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 8 C. Tujuan Penelitian ... 8 D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Media Sosial ... 10
1. Sejarah Media Sosial ... 10
2. Pengertian Media Sosial ... 11
3. Jenis-Jenis Media Sosial ... 13
B. Perilaku Keagamaan Remaja ... 15
1. Pengertian Remaja ... 15
3. Pengertian Perilaku Keagamaan ... 19
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keagamaan ... 25
C. Bentuk-Bentuk Perilaku Keagamaan ... 28
D. Teori Tentang Media Sosial dan Perilaku Keagamaan ... 31
E. Kerangka Konseptual ... 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36
B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 36
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian ... 37
D. Sumber Data ... 38
E. Instrumen Penelitian... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ... 40
G. Teknik Analisis Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45
B. Bentuk Perilaku Keagamaan Remaja di Desa Barakkae ... 55
C. Dampak Media Sosial Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja di Desa Barakkae ... 62
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 71
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi di era modern ini semakin pesat di dalam kehidupan masyarakat. Internet adalah salah satu media dari teknologi informasi tersebut yang memiliki perkembangan tercepat dari
teknologi-teknologi lainnya. Dalam buku Teknologi Informasi dan Komunikasi karangan Hendri Pondia disebutkan bahwa internet adalah sekumpulan komputer yang terhubung satu dengan yang lain dalam sebuah jaringan. Disebut jaringan yang saling terhubung karena internet menghubungkan komputer-komputer dan jaringan komputer yang ada di seluruh dunia menjadi sebuah jaringan komputer yang sangat besar.1
Perkembangan tersebut memberikan dampak positif dan negatif yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia termasuk di dalamnya kehidupan beragama. Hal tersebut selaras dengan munculnya jejaring sosial yang banyak digunakan oleh masyarakat terutama remaja sebagai media untuk berkomunikasi yang memungkinkan setiap orang bisa berinteraksi dengan orang yang berada di tempat yang berbeda bahkan tempat yang jauh tanpa mengenal batas dan waktu. Selain untuk berinteraksi, setiap orang dapat memperoleh informasi dari manapun, kapanpun dalam bentuk apapun baik itu informasi yang positif maupun informasi yang negatif yang tidak sesuai dengan agama dan budayanya.2
Dengan adanya internet, segala informasi bisa dikomunikasikan secara instan dan global. Teknologi ini telah membuka mata dunia akan lahirnya interaksi yang baru dan dapat melahirkan sisi positif maupun negatif.3 Hasrat untuk berkomunikasi, dahaga akan informasi dan
1
Hendri Pondia, Teknologi Informasi Dan Komunikasi, (Jakarta: Erlangga, 2004) h.7
2
Asep Wahidin Dkk, Pengaruh Penggunaan Internet Terhadap Religiusitas Mahasiswa
Universitas Islam Bandung, (Bandung : Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Faklutas Dakwah
Universitas Islam Bandung, 2014) Pdf Diakses Tgl 02 Oktober 2018
3
Dian Budiargo, Berkomunikasi Ala Net Generation, (Jakarta: Eles Media Komputindo,2015) h.9
pengetahuan secara bebas tanpa batasan ras, bangsa, geografi, kelas, dan batasan-batasan lainnya merupakan dasar filosofis kemunculan internet sebagai teknologi komunikasi dan informasi.4 Media internet secara tidak langsung juga dapat mengubah cara pandang seseorang terhadap kehidupannya.5
Selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, segala bentuk aktivitas masyarakat khususnya remaja saat ini tidak bisa lepas dari media sosial. Dikutip dari McGraw Hill Dictionary media sosial berarti sarana yang digunakan oleh orang-orang untuk berinteraksi satu sama lain dengan menciptakan, berbagi serta bertukar informasi dan gagasan dalam sebuah jaringan dan komunikasi virtual. Media sosial sendiri juga ada berbagai macam jenisnya diantaranya facebook, line, Whatsapp, BBM, Twitter, instagram dll.6
Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional. Senada dengan itu, Sarlito Wirawan Sarwono menyatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik.7
Media sosial tersebut sangat melekat pada remaja baik digunakan untuk menunjang pembelajaran, bersosialisasi, dan berkomunikasi maupun dalam rangka mencari identitas diri atau hanya sekedar hiburan melepas penat dari padatnya aktivitas-aktivitas di sekolah. Intensitas penggunaan media sosial di kalangan remaja di Desa Barakkae terlihat semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini tercermin dari perilaku remaja
tersebut, dimana setiap hari, jam bahkan menit tidak lepas dari penggunaan media sosial, baik yang diakses melalui laptop ataupun smartphone tanpa mengenal waktu dan tempat. Di dalam kelas, pada saat proses pembelajaran
4
Muhammad E. Fuady, Surat Kabar Digital Sebagai Media Konvergensi Di Era Digital (Jakarta:Jurnal Komunikasi Mediator,2002) h.55
5
Tata Sutabri, Pengantar Teknologi Informasi, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2014) h.22
6
Http://Www.Google.Oc.Id /Amp/S/PakarkomunikasiCom/ Pengertian-Media
Sosial-Menurut-Para-Ahli/Amp Diakses Tanggal 02 Oktober 2018
7
berlangsung sering kali siswa maupun siswi juga menggunakan media sosialnya. Entah itu untuk berkomunikasi atau mencari informasi terkait dengan mata pelajaran yang disampaikan ataupun yang lain. bahkan di dalam masjid sekalipun sering terlihat siswa sedang asyik mengakses
internet dan bermain media sosial. Perilaku tersebut dapat membuat dampak positif maupun negatif. Akan tetapi, sejauh ini peneliti melihat fenomena tersebut banyak berdampak negatif. Hal tersebut bisa dilihat dari sikap, pergaulan, cara berpenampilan yang bebas dan semangat beribadah remaja di desa Barakkae ini yang mulai menurun. Secara umum adanya media internet khususnya media sosial berdampak terhadap perilaku remaja bukan hanya soal keagamaan saja melainkan juga tentang bagaimana mereka bergaul, bersikap serta dari cara berpenampilan yang kadang-kadang tidak sesuai dengan aturan Islam. Dalam hal keagamaan remaja juga seringkali mengulur-ulur waktu shalat bahkan ketika khotbah shalat jum’at seringkali kita melihat remaja berbicara dengan kerabatnya bahkan ada remaja lebih memilih untuk menggunakan media sosialnya dari pada mendengarkan khotbah. Hal ini tentu jelas dilarang oleh Islam, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
َتْوَغَل ْدَقَ ف ُبُطَْيَ ُماَمِْلْاَو ْتِصْنَأ ِةَعُمُْلْا َمْوَ ي َكِبِحاَصِل َتْلُ ق اَذ
Terjemahannya :
Apabila kamu mengatakan kepada temanmu di hari Jum’at, “Diamlah kamu!” dalam keadaan imam sedang berkhutbah maka kamu telah berkata yang sia-sia.8
Selain itu, hal yang paling sering diabaikan dampaknya adalah kurangnya bersosialisasi dengan teman sekitarnya, mereka cenderung lebih memilih menggunakan media sosial dari pada bercengkrama dengan teman yang ada disekitarnya. Padahal sejatinya hal tersebut bisa membuat remaja
8
bisa lebih mudah bersosialisasi langsung, sebagai ajang untuk berkumpul, bersilaturrahmi dan sebagainya. Dampak positif yang dirasakan melalui adanya media sosial mudahnya berkomunikasi serta mendapatkan informasi yang cepat dan bermanfaat bagi pelaksanaan shalat itu sendiri seperti artikel-artikel ilmu tentang tata cara shalat dan keajaiban shalat dimanapun berada tanpa ada hambatan. Hal ini sejalan dengan ungkapan John L. Esposito bahwa dengan adanya internet, umat Islam dapat mengakses sejumlah informasi tanpa hambatan.9
Mereka juga bisa dengan mudah mengikuti tren fashion dengan mudah jika menggunakan media sosial. Sedangkan dampak negatif tersebut dapat terlihat dari munculnya sifat candu terhadap media sosial yang bisa mengakibatkan naik dan turunnya semangat untuk menjalankan pelaksanaan shalat. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Bambang Syamsul Arifin bahwa mahasiswa yang tergolong remaja memiliki jiwa agama yang tidak stabil.10
Selain itu, sering juga bermunculan konten-konten, foto maupun video-video negatif yang membuat remaja tersebut tidak khusyuk
menjalankan shalatnya. Cara berpakaian mereka cenderung tidak sesuai dengan aturan agama. Perilaku bahkan budaya mereka juga seringkali
meniru gaya kebarat-baratan atau gaya idola mereka seperti artis-artis Barat, Korea dll. Rasulullah Saw bersabda dalam ini :
Terjemahannya :
Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.11
Dalam diri manusia sendiri terdapat dua unsur yaitu unsur jasmani dan unsur, rohani. Dimana unsur jasmani bisa didapatkan dari makanan dan minunan. Sedangkan unsur rohani berupa nilai-nilai spiritual keagamaan.
9
John L. Espasito, The Future Of Islam, (New York: Oxford University Press, 2010) h.8-9
10
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h.67
11
HR. Abu Dawud, Al-Libas, 3512. Al-Albany dalam Shahih Abu Dawud, Hasan Shahih no. 3401
Sebagai seorang manusia, apalagi seorang anak yang jauh dari tuanya yang berada di luar negri menjadi TKI (tenaga kerja Indonesia) membuat
kebanyakan orang tua khawatir akan nilai agama yang ada pada anaknya. Kemajuan dan perkembangan globalisasi dan ilmu pengetahuan serta teknologi sekarang ini membuat orang tua resah karena hal tersebut berdampak pada minimnya asupan rohani yang dibutuhkan oleh anaknya. Remaja sekarang ini akrab dengan media sosial ataupun gadgetnya
sehingga membuat ia semakin jauh dari masjid dan nilai-nilai agama mereka berkurang. Masjid yang sepi dari anak-anak dan remaja, tapi sebaliknya warung-warung kopi atau semacamnya yang menyediakan jaringan WIFI justru semakin banyak dan semakin ramai.
Hal tersebut, yang menjadi perhatian peneliti pada dampak media sosial terhadap perilaku keagamaan para remaja di yang berada di Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone. Peneliti ingin mengetahui bagaimana dampak media sosial terhadap perilaku keagamaan mereka yang meliputi bagaimana aktivitas keagamaannya, sikap (akhlak, tata krama) serta cara berpenampilan mereka. Fenomena-fenomena diatas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Dampak Media Sosial Terhadap Perilaku Keagamaan di Desa Barakke Kec. Lamuru Kab Bone.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka selanjutnya peneliti merumuskan permasalahan :
1. Bagaimana bentuk perilaku keagamaan remaja di Desa Barakkae
Kec.Lamuru Kab, Bone ?
2. Bagaimana dampak penggunaan media sosial di kalangan remaja di
Yang akan dikembangkan dalam penulisan penelitian ini, yaitu :
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini digunakan untuk mencapai tujuan berdasarkan fakta-fakta empirik tertentu dimana fakta-fakta tersebut dapat menemukan dan mengembangkan sebuah ilmu pengetahuan, serta menguji kebenaran dan pemecahan masalah yaitu:
1. Mengetahui bentuk perilaku keagamaan remaja di Desa Barakkae kec.
Lamuru Kab. Bone.
2. Mendeskripsikan dampak penggunaan media sosial di kalangan
remaja di Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran realitas sosial yang
ada di masyarakat khususnya dampak sosial media terhadap perilaku
keagamaan remaja di desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone.
b. Penelitian ini bisa menjadi bahan kajian dan tambahan pengetahuan di
bidang akademis dan menjadi sumber ilmu atau referensi di dalam
mengkaji dampak sosial media terhadap perilaku keagamaan remaja di
Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
a. Bagi Peneliti, Peneliti dapat menambah pengetahuan serta pemahaman
yang berubungan dengan keagamaan dan media sosial di Desa Barakkae
dalam kesehariannya.
b. Bagi Masyarakat di Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone Khususnya
remaja. Menjadikan Masyarakat Desa Barakkae akan lebih berhati-hati
dalam mengaplikasikan tekhnologi khususnya media sosial dalam
kehidupan di Desa Barakkae agar terhindar dari pengaruh negatif dari
adanya media sosial dan mengambil pengaruh positif dari adanya media
sosial serta masyarakat khususnya remaja lebih mengutamakan belajar
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Media Sosial
1. Sejarah Media Sosial
Media sosial mengalami perkembangan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun, jika pada tahun 2002 Friendster merajai sosial media karena hanya Friendster yang mendominasi sosial media di era tersebut. kini telah banyak bermunculan sosial media dengan keunikan dan karakteristik masing-masing. Sejarah sosial media diawali pada era 70an yaitu ditemukannya sistem papan bulletin yang memungkinkan untuk dapat terhubung dengan orang lain menggunakan surat elektronik ataupun menggunggah dan mengunduh perangkat lunak, semua ini dilakukan masih dengan menggunakan saluran telepon yang terhubung dengan modem.12
Pada tahun 1995 lahirlah situs GeoCities, GeoCities melayani web hosting (layanan penyewaan penyimpanan data-data website agar website dapat diakses dimanapun). GeoCities merupakan tonggak awal berdirinya website-website. Pada tahun 1997 sampai tahun 1999 muncullah sosial media pertama yaitu sixdegree.com dan classmates.com. Tak hanya itu di tahun tersebut muncul juga situs untuk membuat blog pribadi yaitu blogger. Situs ini menawarkan penggunanya untuk bisa membuat halaman situsnya sendiri. Sehingga pengguna dari blogger ini bisa memuat hal tentang apapun. Pada tahun 2002 Friendster menjadi sosial media yang sangat booming dan kehadirannya sempat menjadi fenomenal. Setelah itu pada tahun 2003
sampai saat ini bermunculan berbagai sosial media dengan berbagai karakter dan kelebihan masing-masing seperti Linkedln, MySpace, Facebook, Twitter, Wiser, Google+ dan lain sebagainya. Sosial media juga kini menjadi sarana atau aktivitas digital marketing seperti Social Media Maintenance, Social
12
Asa Briggs dan Peter Burke. Sejarah Sosial Media,Dari Gutenburg sampai Internet (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000) h.23
Media Endorsement dan Social Media Activation. Oleh karena itu, sosial media kini menjadi salah satu servis yang ditawarkan oleh Digital Agency.13
2. Pengertian Media Sosial
Internet merupakan sesuatu hak yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat modern di Indonesia. Tentu masyarakat masih ingat bahwa sebelumnya teknologi internet hanya digunakan untuk berkirim pesan elektronik melalui email dan chatting, untuk mencari informasi melalui
browsing, dan googling. Seiring dengan perkembangannya, internet mampu melahirkan suatu jaringan baru yang biasa dikenal dengan sebutan media sosial.14
Sedangkan definisi media sosial menurut Andreas Kaplan dan Michael Heinlein adalah sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun atas dasar ideologi dan tekhnologi Web 2.0 dan memungkinkan penciptaan serta pertukaran user-generated conten. Web 2.0 menjadi platform dasar media sosial. Media sosial ada dalam berbagai macam
bentuk, diantaranya termasuk social network, forum internet, weblogs, social blogs, micro blogging, wikis, podcasts, gambar, video, rating, dan boomark sosial.15
Sosial media adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.16Kehadiran media sosial telah membawa pengaruh tersendiri terhadap kegiatan yang dilakukan oleh manusia saat ini Sosial media meghapus batasan-batasan manusia untuk bersosialisasi, batasan ruang maupun waktu, dengan media sosial ini manusia dimungkinkan untuk berkomunikasi satu sama lain dimanapun
13
Anang Sugeng Cahyono, Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial
Masyarakat di Indonesia, Www.Jurnal-Unita.Org/Index.Php/Publiciana/Article/View/79, 143-144.
DiaksesTanggal 02 Oktober 2018
14
Novia Ika Setyani, Pengguna Media Sosial sebagai sarana komunikasi bagi komunitas, (Surakarta: Jurnal, 2013), h.2
15
Muhammad E. Fuady, Surat Kabar Digital Sebagai Media Konvergensi Di Era Digital, (Jakarta:Jurnal Komunikasi Mediator, 2002) h.55
16
Ricky Nurdiana, Mengenal Social Media, dalam http://www.unpas.ac.id, diakses pada 15 September 2018
mereka bereda dan kapanpun, tidak peduli seberapa jauh jarak mereka, dan tidak peduli siang atau pun malam.17
3. Jenis-Jenis Media Sosial
Dikutip dari jurnal yang berjudul Social Network Sites: Definition, History, and Scholarship. Media sosial adalah situs jaringan sosial seperti layanan berbasis web yang memungkinkan individu untuk membangun profil publik atau semi publik dalam sistem terbatasi, daftar pengguna lain dengan siapa mereka terhubung dan melihat serta menjelajahi daftar koneksi mereka yang dibuat oleh orang lain dengan suatu sistem. Kaplan dan Haenlein
menciptakan skema klasifikasi untuk berbagai jenis media sosial : a. Proyek kolaborasi (collaborative projects)
Dalam proyek kolaborasi, website mengijinkan penggunanya untuk dapat mengubah, menambah, ataupun menghilangkan konten-konten yang ada di website ini. Contohnya Wikipedia.
b. Blog dan microblog
Blog merupakan singkatan dari web log adalah bentuk aplikasi web yang menyerupai tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai posting) pada sebuah halaman web umum. Sedangkan microblog adalah suatu bentuk kecil dari blog, jika pada blog pengguna dapat memposting tulisan tanpa batas
karakter, pada microblog pengguna hanya dapat memposting tulisan kurang dari 200 karakter. Contoh dari microblog yang terkenal adalah twitter.
c. Konten (content communities)
Konten memungkinkan para penggunanya untuk saling meng-share konten-konten media seperti video, e-book, gambar dan lain-lain. Contohnya youtube.
17
Novia Ika Setyani, Pengguna Media Sosial sebagai sarana komunikasi bagi komunitas, (Surakarta: Jurnal, 2013), hal.2
d. Situs jejaring sosial (social networking sites)
Merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar penggunan yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut. tampilan dasar situs jejaring sosial ini menampilkan halaman profil pengguna yang didalamnya terdiri dari identitas diri dan foto pengguna. Contohnya facebook, path, my space serta instagram.
e. Dunia virtual (virtual game world)
Dunia virtual dimana mengreplikasikan lingkungan 3D, dimana penggunanya bisa muncul dalam bentuk avatar-avatar yang diinginkan serta berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata. Contohnya game online.
Dunia virtual yang dimana penggunanya merasa hidup di dunia virtual, sama seperti virtual game world, berinteraksi dengan yang lain namun Virtual Social World lebih bebas dan lebih kearah kehidupan contohnya second life.18
B. Perilaku Keagaaman Remaja
1. Pengertian Remaja
Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescene yang berarti to grow atau to grow matury yang artinya tumbuh untuk mencapai
kematangan. Istilah ini mengalami perkembangan arti yang lebih luas, mencakup kematanganmental, emosional, sosial dan fisik.19
Banyak tokoh yang memberikan definisitentang remaja, seperti Debrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Papilia dan Olds tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara inplisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Masa remaja disebut juga dengan
18
Karjaluoto,E. A Prime In Social Media .Http://Www.Smashlab.Com/Media/ WhitePapers/A-Primer-In-Social-Media.Diakses Pada 02 Oktober 2018
19
Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Bumi Aksara, 2004 ) h.9
masa pubertas. A.W. Road mengemukakan seperti yang dikutip oleh Elizabeth. B. Herylock, bahwa masa pubertas adalah suatu tahap didalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksinya. Tahap ini disertai perubahan-perubahan dalam psikologi.20
Secara psikologi masa remaja adalah dimana individual berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dimana anak tidak lagi di bawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama. Transformasi intelektual yang khas, secara berfikir remaja ini
memungkinkannya untuk mencapai integritas dalam hubungan sosial orang dewasa yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode puber ini.21
Dalam pengertian Islam, istilah remaja atau kata yang berarti remaja tidak ada di dalam Islam. Di dalam al-Qur‟an ada kata ( al-fityatun, fityatun ) yang artinya orang muda. Firman Allah SAW dalam surah al-kahfi ayat 13.
ُّصُقَ ن ُنْنح
ىًدُه ْمُهَنَْدِزَو ْمِِّبَِّرِب اوُنَماَء ٌةَيْ تِف ْمُهَّ نِإ ِّقَْلْٱِب مُهَأَبَ ن َكْيَلَع
Terjemahannya :
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.(QS. Al-Kahfi:13).22
Fase remaja merupakan fase perkembangan individu yang sangat penting yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (Seksual)
sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka masa remaja ini meliputi : a. Remaja awal : 12-15 tahun,
20
Elizabeth. B. Herylock, psikologi perkembangan suatu pendekatan penting kehidupan, edisi IV (Jakarta: Erlangga,1991) h.184.
21
Elizabeth. B. Herylock, psikologi perkembangan suatu pendekatan penting kehidupan, edisi IV. h.184.
22
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Al-Muhaimin,Depok:Al-Huda, 2015)
b. Remaja madya : 15-18 tahun, dan
c. Remaja akhir : 19-22 tahun.
Remaja merupakan masa perkembangan sikap tertanggung (dependence) terhadap orang tua kearah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatikan terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Masa remaja dikaitkan kepada keseluruhan proses pertumbuhan yang terjadi atau berlangsung relative lebih lama, baik dalam aspek fisik, psikologi, maupun aspek lainnya.23
Sedangkan menurut WHO definisi remaja dikemukakan ada tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi. Sehingga secara lengkap definisi remaja yaitu suatu masa dimana individu berkembang sampai saat ia mencapai kematangan seksual, kemudian individual tersebut juga mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Menurut para psikolog, masa remaja menjadi sangat penting, karena merupakan fase peralihan cepat dialami seseorang. Mengalihkannya dari masa kanak - kanak namun kadang tidak langsung memasuki masa dewasa. Remaja
menganggap dirinya bukan lagi anak-anak, dan menurutnya terlihat jelas berbeda dengan anak-anak. Sementara orang dewasa menilai remaja sama sekali belum dewasa. Orang-orang dewasa bahkan tidak menerimanya. Seperti itulah peralihan yang dilalui dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.24
2. Perkembangan Pemahaman Remaja Tentang Agama
Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Bahkan sebagaimana dijelaskan oleh Adam dan Gullota, agama memberikan sebuah kerangka moral sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa rasa aman sangat penting,
23
Dep. Agama R.I Pola Dakwah dikalangan Remaja, (Bandung: Badan Litbang,1990) h.64
24
terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya. Apabila remaja kurang mendapat bimbingan keagamaan dalam keluarga, kondisi keluarga yang kurang harmonis, orangtua yang kurang memberikan kasih sayang dan berteman dengan kelompok sebaya yang kurang menghargai nilainilai
agama, maka kondisi diatas akan menjadi pemicu berkembangnya sikap danperilaku remaja yang kurang baik atau asusila, seperti pergaulan bebas (free sex), minum-minuman keras, mengisap ganja dan menjadi trouble maker (pengganggu ketertiban/pembuat keonaran) dalam masyarakat.25
3. Pengertian Perilaku Keagamaan
Sebelum membahas tentang perilaku keagamaan, terlebih dahulu penulis membahas apa itu yang dinamakan perilaku. Perilaku adalah sifat seseorang yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari yang mana sifat tersebut tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat.26
Sedangkan keagamaan berasal darikata agama yang berarti suatu sistem, prinsip, kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan kepercayaan itu. Istilah keagamaan sendiri dapat diartikan sebagai sifat-sifatyang terdapat dalam agama atau segala sesuatu mengenai agama. Sedangkan menurut beberapa ahli, menurut Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Perilaku adalah tanggapan reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap) tidak saja badan dan ucapan.27
Perilaku keagamaan merupakan setiap perbuatan yang didasarkan kehendak disebut kelakuan,seperti kata benar atau dusta, perbuatan
dermawan atau kikir.28 Karena agama yang dimaksud dalam pembahasan
penelitian ini adalah agama islam, maka secara sederhana pengertian bahwa perilaku keagamaan merupakan seluruh aktifitas anggota tubuh manusia yang berdasarkan syariat Islam atau ibadah dalam arti luas. Dengan kata lain
25
Dr. Sarlito Sarwono, psikologi Remaja (Jakarta: Rajawali Pers 1991) h. 91-92
26
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Arkola, 2002) h.659
27
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990) h.10
28
Ahmad Amin, Etika, Alih Bahasa K.H. Ahmad Ma’ruf, Cet. III, (Bulan Bintang, Jakarta, 1983), h.12
perilaku keagamaan merupakan serangkaian tingkah laku seseorang yang dilandasi oleh ajaran-ajaran agama islam, baik berbentuk deviasi vertikal maupun yang berbentuk deviasi horizontal. Kelakuan religious menurut sepanjang ajaran agama berkisar dari perbuatan-perbuatan ibadah, atau amal shaleh dan akhlak, baik secara vertikal terhadap tuhan, ataupun secara horizontal sesama makhluk.29
Jadi kesimpulannya perilaku keagamaan adalah tindakan, cara berbuat atau perbuatan dari seseorang yang kesehariannya tidak lepas dari aktivitas yang berhubungan dengan agama yang di yakininya agar tidak terjadi kekacauan di dalam kehidupan sehari-hari. Berbicara mengenai agama dan perilaku di dalamnya, maka akan ditemukan bahwa agama mempunyai ajaran-ajaran tentang norma-norma akhlak yang tinggi, kebersihan jiwa, tidak mementingkan diri sendiri dan sebagainya. Itulah norma-norma yang diajarkan agama-agama karena tanpa adanya ajaran, norma-norma tidak akan berarti karena nantinya manusia akan bertindak sesuka hatinya atau spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa pemikiran (baik buruknya tingkahlaku manusia).
Perilaku keagamaan bukan hanya terjadi ketika seseorang
melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang.Misalnya dzikir dan doa dan lain sebagainya.30
Perilaku keagamaan terbentuk dan dipengaruhi oleh dua faktor, dimana kedua faktor ini bisa menciptakan kepribadian dan perilaku
keagamaan seseorang. Kedua faktor tersebut yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini menyatakan bahwa manusia adalah homo religius (makhluk beragama), karena manusia sudah memiliki potensi untuk beragama, dimana tiap-tiap manusia yang lahir ke muka bumi membawa suatu tabiat dalam jiwanya, tabiat ingin beragama yaitu ingin mengabdi dan
29
H.M. Hafi Ansyori, Dasar-Dasar Ilmu Jiwa Agama, (Surabaya,Usaha Nasional, 1999) h.48
30
Djamaluddin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Agama: Solusi Islam Atas
menyembah kepada sesuatu yang dianggapnya maha kuasa. Pembawaan ingin beragama ini memang telah menjadi fitrah kejadian manusia yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dalam diri manusia. Sedangkan faktor eksternal yaitu segala sesuatu yang ada diluar pribadi dan mempunyai pengaruh pada perkembangan kepribadian dan keagamaan seseorang seperti keluarga, teman sepergaulan, dan lingkungan sehari-hari yang sering banyak persinggungan. Jadi, selain dari pada insting dan pembawaan jiwa ada lagi hal yang mendorong manusia untuk beragama yaitu suasana kehidupan di muka bumi ini.31
Dari uraian di atas jelas, bahwa perilaku keagamaan pada dasarnya bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah) saja, tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan lahir. Oleh karena itu, keberagaman seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Menurut Glock Stark seperti yang dikutip Ancok dan Suroso ada lima macam dimensi keberagaman yaitu dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistic), dimensi penghayatan (experiensial), dimensi pengalaman (konsekuensial), dimensi pengetahuan agama (intelektual).32
Oleh karena itu, perilaku keagamann merupakan satu kesatuan perbuatan manusia yang mencakup tingkah laku dan aktivitas manusia :
Pertama, dimensi keyakinan. Dimensi ini berisi pengaharapan di mana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. jadi keyakinan itu berpangkal di dalam hati Dengan adanya tuhan yang wajib disembah yang selanjutnya keyakinan akan berpengaruh ke dalam segala aktivitas yang dilakukan oleh seorang manusia sehingga aktivitas tersebut bernilai ibadah. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayan dimana para penganutnya diharapkan taat.33
31
Agus Hakim, Perbandingan Agama, Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan
Majusi-Shabiah-Yahudi, Kristen, Hindu Dan Budha, (Bandung: Diponegoro,1979) h.11
32
Agus Hakim, Perbandingan Agama. H.11
33
Djamaludin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam Atas
Kedua, dimensi praktek agama. Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan untuk menunjukkan
komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri atas 2 kelas, yaitu:
a. Ritual, mengacu kepada seperangkat ritus. Tindakan keagamaan formal
dan praktek-praktek suci yang semua mengharapkan pemeluk
melaksanakannya. Sebagai contoh dalam menampakkan ritual yaitu
dalam agama Islam yang diwujudkan dalam ibadah shalat setiap hari,
pengajian, perkawinan dan lain sebagainya.34
b. Ketaatan merupakan tindakan persembahan dan kontemplasi personal
yang relatif spontan informal dan khas pribadi. Jadi ketaatan adalah wujud
dari suatu keyakinan, sebagai contoh di kalangan penganut agama Islam
yang melaksanakan shalat, puasa atau haji.35
Ketiga, dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan dan
memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengaharapan-pengharapan tertentu. Jadi dalam dimensi ini agama merupakan suatu pengalaman yang awalnya tidak dirasa menjadi hal yang dapat dirasakan. Misalnya orang yang terkena musibah pasti orang tersebut akan
membutuhkan suatu ketenangan sehingga kembali kepada Tuhan.
Keempat, dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci tradisi-tradisi.
34
Roland Roberston, Dalam Analisa Dan Interpretasi Sosiologis, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1993) h.295-296.
35
Kelima, dimensi pengalaman atau konsekuensi komitmen. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat keyakinan keagamaan, praktek,
pengalaman, dan pengetahuan seorang dari hari ke hari. Jadi dalam dimensi pengalaman atau konsekuensi komitmen ini adanya praktek-praktek
pengalaman diwujudkan dengan keyakinan agamanya, baik yang
berhubungan khusus maupun umum.36 Adapun pembagian konsep lima dimensi di atas mempunyai kesesuaian dengan bentuk agama. Dalam satu aliran kepercayaan dimensi keyakinan atau kepercayaan disebut dengan akidah sedangkan dimensi praktek agama pemujaan atau penyembahan disebut dengan ibadah dan dimensi peraturan-peraturan dalam
melaksanakan hubungan terhadap Tuhan dan sesama manusia dengan syariat.37
Dengan demikian, dimensi isoterik dari suatu agama atau
kepercayaan pada dasarnya tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan dimensi luar dirinya. Selain dibentuk oleh substansi ajarannya, dimensi ini juga dipengaruhi oleh struktur sosial dimana suatu keyakinan itu
dimanivestasikan oleh para pemeluknya. Sehingga dalam konteks tertentu, disatu sisi, agama juga dapat beradaptasi dan pada sisi yang berbeda dapat berfungsi sebagai alat legitimasi dari proses perubahan yang terjadi disekitar kehidupan para pemeluknya.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keagamaan
Perilaku keagamaan terbentuk dan dipengaruhi oleh dua faktor, dimana keduafaktor ini bisa menciptakan kepribadian dan perilaku keagamaan seseorang.
Kedua faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan pengaruh emosi (perasaan) yang mana dari pengaruh emosi (perasaan) tersebut akan memunculkan selektifitas.
36
Djamaludin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam Atas
Problem-ProblemPsikologi, (Yogyakarta: Pustka Pelajar, 2004) h.77-78
37
Selektifitas disini merupakan adanya pilih atau minat perhatian untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar diri manusia.38 Emosi mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam pembentukan perilaku keagamaan. Emosi memegang peranan penting dalam sikap dan tindak agama seseorang yang dapat dipahami tanpa menghindari emosinya, pengaruh perasaan (emosi) jauh lebih besar dari pada rasio (logika).39
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu segala sesuatu yang ada diluar pribadi dan mempunyai pengaruh pada perkembangan kepribadian dan juga keagamaan seseorang. Faktor eksternal diantaranya meliputi :
1. Lingkungan Keluarga
Pengaruh keluarga besar sekali terhadap tingkah laku anggotanya karena lingkungan merupakan pendidikan utama dan pertama bagi
anggotanya. Situasi pendidikan dalam keluarga akan terwujud dengan baik berkat adanya pergaulan dan hubungan saling mempengaruhi cara timbal balik antara orang tua dan anak.
2. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat Indonesia bisa dibilang sebagai masyarakat yang berjiwa masyarakat sosialitas-relegious, sikap pribadinya berkembang dalam ruang lingkup (pola) sosialitas relegious. Dimana garis hidup yang menghubungkan khaliknya (garis vertikal) merupakan kerangka dasar sikap dan pandangan yang selalu berkembang secara harmonis. Dan untuk memperoleh kerangka dasar sikap dan pandangan, manusia mengalami perkembangan yang berada dalam proses belajar secara individual dan belajar secara sosial.
3. Media Komunikasi yang Membawa Misi Agama
38
Zakiyah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, (Cet I, Bulan Bintang, Jakarta, 1970) h.77
39
Satu faktor yangmempengaruhi perubahan perilaku seseorang adalah interaksi di luar kelompok. Yang dimaksud interaksi di luar kelompok adalah interaksi dengan buah kebudayaan manusia yang sampai kepadanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, buku dan lain sebagainya. Apabila yang disampaikan melalui alat komunikasi tersebut adalah hal-hal yang berkenaan dengan agama, maka secara otomatis perubahan perilaku yang muncul adalah perubahan perilaku keagamaan.40
4. Kewibawaan seseorang yang mengemukakan sikap atau perilaku.
Dalam hal ini adalah yang berotoritas dan berprestasi tinggi dalam masyarakat yaitu para pemimpin baik formil maupun non formil (pejabat atau ulama). Dari kewibawaan mereka akan memunculkan simpati, sugesti dan imitasi pada seseorang atau masyarakat. Oleh karena itu dakwah atau penerangan agama yang disampaikan oleh orang-orang yang memiliki otoritas dan prestise dalam bidangnya akan diterima masyarakat dengan cepat dan penuh keyakinan.41
5. Lingkungan Sekolah atau kampus
Sekolah atau kampus merupakan suatu lembaga resmi yang di dalamnya terdapat pendidikan formal dengan program yang sistematik dengan melaksanakan bimbingan pengajaran dan latihan kepada muridnya, agar mereka bisa berkembang dengan optimal sesuai dengan potensi
mereka, secara keseluruhan baik menyangkut tentang psikis (intelektual dan emosional), fisik, sosial maupun moral spiritual.
C. Bentuk-Bentuk Perilaku Keagamaan
Berdasarkan pengertian perilaku keagamaan seperti yang dijelaskan diatas yaitu seluruh aktifitas anggota tubuh manusia yang berdasarkan syari’at Islam atau ibadah dalam arti luas baik yang berbentuk horizontal antara sesama makhluk, maka bentuk-bentuk perilaku keagamaan di sini bermacam-macam dan luas. Di dalam skripsi ini secara umum hanya akan
40
Wa. Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung: Refika Aditama,1996) h.155
41
dibahas tiga bentuk perilaku keagamaan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Disiplin menjalankan perintah shalat
Shalat merupakan bentuk pengabdian manusia dengan tuhannya yang harus dikerjakan oleh umat Islam dimanapun dan dalam kondisi apapun. Yang dimulai dari niat dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Orang Islam yang taat yaitu orang Islam yang mengerjakan shalat dengan hati gembira, senang, tidak merasa terpaksa, dan bukan karena malu pada sesama. Sebagai salah satu dari rukun islam, solat merupakan tonggak segala macam ibadah. Oleh karena itu shalat dilambangkan sebagai tiang agama artinya tegak dan tidaknya agama itu akan tercermin dari ada tidaknya orang yang melakukan shalat. Dalam hal ini shalat merupakan ciri penting dari orang yang bertaqwa.
Dalam kehidupan sehari-hari, apabila shalat dikerjakan dengan rajin dan penuh kekhusukan maka akan menuntun ke arah kebenaran perilaku dan sekaligus akan mampu menjauhkan diri dari hal-hal yang buruk. Dengan demikian, orang yang telah mampu mengerjakan shalat dengan kontinyu dengan baik dan benar serta penuh kekhusukan, maka merekalah orang-orang yang akan mendapatkan kebahagiaan.
Firman Allah SAW dalam Al-Quran :
في ْمُه َنيذَّلٱ
َنوُعِشاخ ْمِِتِلاَص
َنوُنِمْؤُمْلا َحَلْ فَأ ْدَق
Terjemahan:
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya, (QS. Al Mukminun 1-2)42 Jadi yang dimaksud dengan disiplin menjalan perintah shalat adalah ketaatan, kepatuhan, keteraturan seseorang di dalam menunaikan ibadah
42
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Al-Muhaimin, (Depok:Al-Huda, 2015) h.343
shalat wajib yang terdiri dari lima waktu sehari semalam lengkap dengan segala syarat serta rukun-rukunnya.43
2. Jujur dan benar
Jujur adalah “memberitahukan, memutuskan sesuatu dengan sebenarnya”. Jujur termasuk golongan akhlak mahmudah atau akhlak yang terpuji. Sedangkan benar artinya sesuatu yang sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya dan tidak hanya perkataan tetapi juga perbuatan.44 Kebenaran atau kejujuran sendiri merupakan sendi yang terpenting bagi berdiri tegaknya masyarakat. Tanpa kebenaran akan hancurlah masyarakat sebab hanya dengan kebenaran maka dapat tercipta adanya saling
pengertian dan kepercayaan. Maka Islam menganjurkan bahkan
menekankan agar unsur kejujuran ditanamkan kepada anak-anak sejak kecil agar mereka terbiasa melakukan kejujuran. Kita tidak akan merasa tentram bila melakukan kebohongan dengan demikian kita akan selalu dapat
mengendalikan diri dari ketidakjujuran sehingga orang lain akan merasa senang kepada kita. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran :
َيِقِدهَّصلٱ َعَم اوُنوُكَو َهَّللٱ اوُقَّ تٱ اوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّ يَأهَي
Terjemahannya:
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (Qs. At-Taubah ayat 119).45
3. Disiplin terhadap peraturan sekolah
Disiplin adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai kepatuhan, ketaatan, kesetian, keteraturan dan ketertiban.Yang dimaksud disiplin dalam hal ini adalah ketaatan, kepatuhuan serta sikap tanggung jawab mahasiswa
43
Moh. Rifai’i, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang: Wicaksana,1992), h.74
44
Humaidi, Tata Pengarsa, Akhlak Yang Mulia, (Surabaya: Bina Ilmu, 1980) h.149.
45
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Al-Muhaimin,(Depok:Al-Huda, 2015) h.207
terhadap peraturan-peraturan yang berkenaan dengan sekolah maupun peraturan yang ditentukan diri sendiri yang dengan hal itu akan dapat menjadikan adanya perubahan pada seseorang (remaja).46
D. Teori Tentang Media Sosial dan Perilaku Keagamaan
Thorton menyatakan bahwa gagasan tentang budaya autentik yang terbentuk di luar media adalah sesuatu yang fleksibel, namun salah arah karena perbedaan subkultur pemuda. Dalam banyak kasus adalah
Fenomena media. Media katanya adalah bagian integral dari pembentukan subkultur dan bagian formulasi anak-anak muda atas aktivitas mereka.47
Media massa biasanya dianggap sebagai sumber berita dan hiburan. Media massa juga membawa pesan persuasi kepada setiap orang yang menggunakannya.48 Media massa telah merasuk ke dalam kehidupan modern. Setiap pagi masyarakat bangun mendengarkan radio, memainkan gadget yang terhubung dalam jaringan internet, dan menonton televisi karena media masaa sangat sangat berpengaruh, kita perlu tahu sebanyak mungkin bagaimana media massa bekerja.
1. Melalui media massa kita mengetahui hampir segala sesuatu yang kita
tahu tentang dunia di luar lingkungan kita. Apa yang anda ketahui
tentang Baghdad dan badai Katrina jika tidak ada internet, televisi dan
lain sebagainya.
2. Masyarakat yang berpengetahuan (informed) dan aktif sangat mungkin
tewujud di dalam demokrasi modern hanya jika media massa berjalan
dengan baik.
46
Ing Watdiman Djojonegoro (Dalam B Soemarno), Pedoman Pelaksanaan Disiplin
Nasional dan Tata Tertib Sekolah, (Jakarta: Cv.Murni Daya,1998) h.20.
47
Chris dan Barker, Cultural Studies Teori dan Praktek Terj. Nurhadi (Yogyakarta: Kreasi Wacana,2005) h.353
48
David Holmes, Komunikasi Media, Teknologi, dan Masyarakat Terj.Teguh Wahyu Utomo (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2012) h.87
3. Orang membutuhkan media massa untuk mengekspresikan ide-ide
mereka ke khalayak luas. Tanpa media massa, gagasan mereka hanya
akan sampai ke sekitar orang-orang anda dan orang-orang yang anda
kirimi surat.
4. Negara-negara kuat menggunakan media massa untuk menyebarkan
ideologinya dan untuk tujuan komersial. Media massa adalah alat utama
para propagandis, pengiklanan, dan pada orang-orang semacam itu.49
Sarjana komunikasi awal mengasumsikan bahwa media massa sangat kuat sehingga ide-ide dan bahkan instruksi pemungutan suara
sekalipun dapat disuntikan ke dalam lembaga politik. Keraguan muncul pada tahun 1940-an tentang apakah media benar-benar punya kekuatan demikian hebat, dan para sarjana mulai melakukan riset berdasarkan asumsi bahwa pengaruh media paling banter hanya bersifat moderat. Studi yang baru mengkaji tentang efek komulatif jangka panjang dari media.50
Bagi sebagian orang, gagasan bahwa media massa biasanya tidak mempunyai dampak apapun terhadap para penikmatnya, justru tidak tampak sangat beralasan. Para peneliti juga mulai mempertimbangkan kemungkinan, bahwa mereka mungkin mencari dampak di tempat yang salah. Selama bertahun-tahun, pendekatan yang digunakan dalam riset komunikasi adalah mencari Bagi sebagian orang, gagasan bahwa media massa biasanya tidak mempunyai dampak apapun terhadap para penikmatnya, justru tidak tampak sangat beralasan. Para peneliti juga mulai mempertimbangkan kemungkinan, bahwa mereka mungkin mencari dampak di tempat yang salah. Selama bertahun-tahun, pendekatan yang digunakan dalam riset komunikasi adalah mencari perubahan sikap dan sebagaian besar riset menemukan, bahwa media massa mempunyai dampak kecil dalam bidang ini, tetapi mungkin para
49
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, terj. Tri Wibowo (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2008) h.5
50
William L. Rivers, Media Massa dan Masyarakat Modern Terj.Haris Munandar Dan DudyPriatna (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2012) h.79.
peneliti melihat sasaran yang salah. Mungkin media massa berdampak pada persepsi orang atau pandangan mereka terhadap dunia daripada mereka sendiri.51
Hal diatas menandakan, bahwa media mempunyai peran dan pengaruh yang sangat signifikan bagi individu atau kelompok tertentu. Gagasan bahwa pemerintah adalah pusat struktur kehidupan manusia kini mulai mengalami perubahan. Dengan media massa mengambil alih peran utama itu. Di seluruh dunia kekuasaan yang pernah dipegang pemerintah untuk mengontrol komunikasi massa kini telah jauh melemah.
51
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi Sejarah, Metode, & Terapan
E. Kerangka Konseptual
Perilaku keagamaan
1. Disiplin Menjalankan Perintah Shalat 2. Cara berpenampilan 3. Moral
Remaja
Dampak
1. Akhlak Mahmudah 2. Akhlak MadzmumahMedia Sosial
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu peneliti
memaparkan atau menggambarkan objek penelitian secara objektif sebagai realita sosial. Serta memaparkan bagaimana pengaruh media social terhadap perilaku keagamaan remaja.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, di gunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah. Filsafat postpositivisme juga di sebut paradigma
interperatif dan konstruktif, yang memandang realita sosial sebagai suatu yang holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna dan hubungan gejalah bersifat interaktif.52
B. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah dimana tempat penelitian akan di lakukan, dan peneliti mengambil lokasi di Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone, adapun objek penelitian ini yaitu masyarakat khususnya remaja.
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian
Fokus penelitian menyatakan pokok permasalahan apa yang menjadi pusat perhatian atau tujuan dalam penelitian. Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi penelitian ini maka penulis memberi batasan terhadap
penelitian yang akan dilakukan dengan memfokuskan penelitian terhadap hal-hal sebagai berikut:
52
1. Remaja adalah dimana individual berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, dimana anak tidak lagi di bawah tingkatan orang-orang yang
lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama.
2. Medi sosial adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain
dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk saling
berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu, adapun media sosial yang
peneliti fokuskan dalam skripsi ini ialah WhatsApp.
3. Perilaku keagamaan adalah tindakan, cara berbuat atau perbuatan dari
seseorang yang kesehariannya tidak lepas dari aktivitas yang
berhubungan dengan agama yang di yakininya agar tidak terjadi
kekacauan di dalam kehidupan sehari-hari.
4. Dampak
a. Akhlak Mahmudah (Dampak Positif) ialah segala perbuatan yang
baik atau terpuji.
b. Akhlak Madzmumah (Dampak Negatif) ialah kebalikan dari akhlak
mahmudah, yang mana akhlak madzmumah ialah perbuatan tercela
atau buruk yang tidak.
D. Sumber data.
Sumber data terdiri dari dua sumber, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder :
Sumber data primer atau pokok yang di butuhkan yang di peroleh secara langsung dari tangan pertama atau di peroleh secara langsung dari informan yang erat kaitannya dengan masalah yang akan di teliti yaitu
dampak media sosial terhadap perolaku keagamaan remaja. Dalam penelitian ini yang termasuk data primer adalah hasil wawancara dengan tokoh masyarakat dan remaja sebanyak 15 responden, mengenai dampak media sosial terhadap perilaku keagamaan remaja.
Sumber data sekunder adalah sumber data pelengkap yang di butuhkan dalam penelitian dari sumber yang sudah ada. Sumber data
sekunder yaitu pustaka-pustaka yang memiliki reverensi dan bisa menunjang penelitian ini. Yaitu, dapat berupa buku majalah, Koran, internet, jurnal, serta sumber data lainnya yang dapat di jadikan referensi.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitan dalam penelitian kualitatif yang dimkasud adalah
alat yang dipakai oleh peneliti dalam mengumpulkan data termasuk meneliti.
Dalam hal ini alat yang dipakai adalah perekam (tape recorder) untuk
wawancara langsung dan kamera untuk mengabadikan moment pada saat
melakukan penelitian di Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone.
Penelitian merupakan pusat dan kunci data yang paling menentukan
dalam penelitian kualitatif.53 Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen
meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif,
penguasaan wawancara terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk
memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.
Peneliti kualitatif sebagai “human instrumen” yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
53
Afifuddin,dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung; Pustaka Setia, 2012) h.125
menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.54 Dalam
penelitian kualitatif , tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia
sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala
sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian,
prosedur penelitian yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu
semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala
sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan
yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya’.55
Dalam metode penelitian kualitatif, peneliti bahkan sebagai instrumen
sementara instrumen lainnya, yaitu buku catatan yang berfungsi untuk
mencatat semua percakapan dengan informan/narasumber, tape recorder
(vidio /audio) recorder yang berfungsi untuk merekam semua percakapan
atau pembicaraan, kamera yang berfungsi untuk memotret apabila peneliti
sedang melakukan pembicaraan dengan informan/narasumber, dan
sebagainya. Peneliti adalah key instrumen atau alat penelitian utama. Dialah
yang mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara tak berstruktur,
sering hanya menggunakan buku catatan. Hanya manusia sebagai instrumen
yang dapat memahami makna interaksi antar-manusia, membaca gerak
54
Kamaluddin Tajibu,Metode Penelitian Komunikasi, (Makassar; Alauddin University Press, 2013), h. 152
55
muka, serta menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan
atau perbuatan responden. Walaupun digunakan alat rekam dan kamera,
peneliti tetap memegang peranan utama sebagai alat penelitian.56
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang di peroleh dalam penelitian ini. Maka, peneliti menggunakan beberapa teknik antara lain :
1. Interview
Metode interview adalah suatu percakapan, Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang sudah berhadapan secara fisik dan di arahkan pada masalah tertentu. Ada tiga peranyaan dalam metode ini yaitu :
a. Pertanyaan berstruktur yaitu pertanyaan yang berstruktur pada responden
dalam menjawabnya. pertanyaan ini di buat dengan sedemikian rupa
sehingga responden di tuntut untuk menjawabnya sesuai dengan apa yang
terkandung dalam pertanyaannya.
b. Pertanyaan tidak berstruktur terbuka pertanyaan yang memberikan
kebebasan kepada responden untuk menjawab semua pertanyaan.
c. Campuran, Hal Ini di maksudkan untuk mempermudah responden dalam
member keterangan, dan dalam wawancara ini kita dapat mendapatkan
data yang berkenaan dengan tema atau masalah penelitian yang di
gunakan dalam wawancara.
56
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media 2012) h. 43
2. Observasi atau pengamatan.
Observasi atau pengamatan yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata serta di bantu dengan indera lainnya. Observasi yang di lakukan adalah observasi langsung yaitu pengamatan yang di lakukan secara langsung pada objek yang di observasi.
G. Teknik analisis data
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data
kedalam teori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Sesuai dengan jenis penelitiannya, maka penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, dimana setelah data yang terkumpul tersebut diolah kemudian dianalisa dengan memberikan penafsiran berupa uraian diatas tersebut.
Adapun kegiatan dalam analisis data yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Adapun analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan, sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Adalah proses pemulihan, pemberian focus, penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan.
2. Penyajian Data (Data Display)
Adalah susunan informasi yang terorganisir, yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan memeriksa penyajian data akan memudahkan memakna siapa yang harus dilakukan (analisis lebih lanjut / tindakan) yang didasarkan pada pemahaman tersebut. Bentuk penyajian data yang paling umum digunakan adalah teksuraian.
Merupakan kegiatan pemikiran kembali yang melintas dalam
pemikiran menganalisis selama peneliti mencatat, atau suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran diantara teman sejawat untuk mengembangkan “kesempatan intersubjektif”, dengan kata lain makna yang muncul dari kata harus teruji kebenarannya, kekokohannya, kecocokannya (validitasnya).
Kesimpulan akhir baru ditarik setelah tidak ditemukan informasi lagi mengenai kasus yang diteliti. Kemudian kesimpulan yang telah ditarik akan diverifikasi baik dengan kerangka berfikir peneliti maupun dengan catatan lapangan yang ada hingga tercapai konsesus pada tingkat optimal pada peneliti dengan sumber-sumber informasi maupun dengan kolega peneliti sehingga diperoleh validitas dan akuratisasinya.
Kelima komponen itu saling mempengaruhi dan mempunyai
keterkaitan. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di lapangan dengan mengadakan wawancara, observasi dan sebagainya yang disebut tahap pengumpulan data. Karena data yang dikumpulkan banyak, maka diadakan reduksi data. Setelah direduksi kemudian disajikan data, selain itu
pengumpulan data juga digunakan untuk penyajian data. Apabila ketiga tahapan tersebut selesai dilakukan, maka selanjutnya diambil kesimpulan dan verifikasi terhadap data yang ada sebelumnya yang bertujuan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Barakkae Kecamatan Lamuru memiliki wilayah seluas yakni 15
km2 terjadi menjadi 3 (tiga) wilayah dusun. Masing masing Dusun Malongka,
Dusun Enrekeng dan Dusun Botto sebagai ibu kota desa. 6 (enam) rukun
warga (RW) dan 12 rukun tetangga (RT).
Desa Barakkae Berbatasan masing-masing dengan :
1) Sebelah Utara : Desa Mattampabulu
2) Sebelah Timur : Desa Poleonro
3) Sebelah Selatan : Desa Massenrengpulu
4) Sebelah Barat : Kec. T.Limpoe
Sedangkan dari sudut topografi, sekitar 80% wilayah desa Barakkae merupakan daerah berbukit dengan ketinggian sekitar 165 m dpl (Diatas Permukaan Laut) karakteristik tanah di Desa Barakkae tergolong jenis latosol yang terdiri atas lahan basah dan lahan kering, lahan basah digunakan sebagai persawahan (sawah irigasi dan tadah hujan) sementara lahan kering digunakan sebagai tegalan,pekarangan, perkebunan, padang rumput
kawasan hutan dan hutang rakyat.
Berdasarkan tata ruang wilayah kabupaten bone tahun 2011-2012, sebagian wilayah desa Barakkae masuk dalam zona rencana pengembangan kawasan pertanian lahan kering, dan zona rencangan pengembangan
kawasan perkebunan kakao/mete’ dan komoditi kopi. Khusus wilayah pegunungan yang berbatasan dengan kecamatan Tellu Limpoe merupakan daerah kawasan hutan lindung.
Dari segi klimatologi, Desa Barakkae termasuk daerah berikilim dengan tipe iklim A1 (Menurut Oldemen). Curah hujan maksimum 3.120 mm pertahun dan curah hujan minimum adalah 867 mm pertahun jumlah curah hujan yang terbanyak 260 hari pertahun dengan suhu maksimum 30 0C. Bulan basah terjadi pada bulan Januari s/d Maret, bulan lembab April s/d Agustus dan bulan kering September s/d Desember.
Dari sisi orbitasi dan jarak tempuh, Desa Barakkae berjarak 6,5 km dari Lalebata (ibu kota Kecamatan Lamuru) dengan jarak tempuh sekitar 15 Menit. Dari Watampone, ibu kota kabupaten bone berjarak 65 Km (2 jam) dan dari makassar (ibu kota provinsi Sul-Sel) berjarak 165 Km (5 jam).
Berdasarkan hasil pendataan melalui sistem database Desa (SDD), jumlah penduduk Desa Barakkae per 31 Desember 2018 tercatat 2.209 jiwa dengan kepadatan penduduk sebanyak 132 jiwa/km2. Terdiri dari penduduk laki laki sebanyak 1,125 jiwa (51%) dan perempuan 1.084 jiwa (49%).Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki laki desa Barakkae lebih banyak dibanding dengan penduduk perempuan.
Adapun distribusi penduduk di masing-masing Dusun dapat dilihat pada table dibawah ini.
Distribusi Penduduk Desa Barakkae Tahun 2018
Dusun Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan 1. Botto 335 337 672 2. Malongka 431 405 836 3. Enrekeng 359 342 701 Jumlah 1.125 1.084 2.209
Sumber : Desa Barakkae dalam angkatan angka 2018
Dari table diatas, persebaran penduduk Desa Barakkae hampir merata di semua dusun. Dusun Malongka memiliki jumlah penduduk
terbanyak yaitu 836 jiwa atau sekitar 37,8% dari jumlah penduduk Desa Barakkae, disusul desa Enrekeng sebanyak 701 jiwa(31,7%) dan Dusun Botto sebanyak 672 jiwa (30,4%)
Dari Segi distribusi penduduk perdesa dalam wilayah Kecamatan Lamuru jumlah penduduk Desa Barakkae menempati peringkat 6 (Enam) dari total jumlah penduduk Kecamatan Lamuru mencapai 24.680 jiwa (8,95%)
Seluruh Penduduk Desa Barakkae terhimpun dalam keluarga (rumah tangga) yang berjumlah 483 rumah tangga. Jumlah kepala rumah tangga masih di dominasi oleh penduduk laki-laki sebagaimana tergambar pada tabel di bawah ini :
Jumlah Kepala Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2018
Dusun Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan Botto 125 27 152 Malongka 152 28 180 Enrekeng 122 29 151 Jumlah 399 84 483
Sumber : Desa Barakkae dalam angkatan angka 2018
Berdasarkan data pada tabel diatas, Dusun Malongka memiliki jumlah rumah tangga terbesar yakni 180 Rumah tangga, atau sekitar 37,3% sedangkan rumah tangga Dusun Botto dan Dusun Enrekeng hampir
berimbang. yaitu masing-masing 152 rumah tangga (31,5%) dan 151 rumah tangga (31,2%).
Seperti halnya kepala rumah tangga, kepala keluarga di desa
Barakkae menurut data tahun 2018 Juga didominasi laki-laki dengan rincian sebagaimana tersaji pada tabel berikut :
Jumlah Kepala Keluarga berdasarkan jenis kelamin tahun 2018 Dusun Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan 1. Botto 153 30 183 2. Malongka 204 33 237 3. Enrekeng 173 29 202 Jumlah 530 92 622
Sumber : Desa Barakkae dalam angkatan angka 2018
Jumlah Kepala terbesar menurut data diatas, juga terdapat di Dusun Malongka yaitu 237 KK atau sekitar (38,1%) disusul Dusun Enrekeng 202 KK (32,5%) dan dusun Botto Sebanyak 183 KK atau sekitar 29,4% Dari total kepala keluarga yang ada
Dari segi distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur, komposisi penduduk Desa Barakkae masih didominasi oleh usia produktif (15-54
Tahun) yaitu sebanyak 1.384 jiwa atau sekitar 62,7%. Ini menunjukkan bahwa potensi produktifitas Masyarakat Desa Barakkae sangat besar.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2018
Kelompok Umur Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan 0-4 70 56 126 5-9 104 94 198
10-14 129 124 253 15-19 104 110 214 20-24 102 77 179 25-29 104 75 179 30-34 86 84 170 35-39 78 80 158 40-44 102 101 203 45-49 65 87 152 50-54 62 67 129 55-59 47 44 91 60-64 32 25 57 65> 40 60 100 Jumlah 956 1.019 2.209
Sumber : Desa Barakkae dalam angkatan angka 2018 1. Keadaan Sosial
a. Pendidikan
Sarana Pendidikan yang ada di Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone
NO Jenis Sarana Pendidikan Jumlah Tenaga
2 Taman Pendidikan Qur’an 1 Buah 3 Orang
Harus diakui bahwa Tingkat pendidikan Masyarakat Desa Barakkae
masih rendah. Data pada tahun 2003 menunjukkan, terdapat sekitar 1225
orang/sekitar 48% penduduk desa ini hanya tamat SD ( Sekolah dasar).
Sedangkan kondisi pendidikan pada tahun 2018 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Kondisi Pendidikan Menurut Kepemilikan Ijazah Terahir Tahun 2018
Jenjang Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan SD/Sederajat 450 425 875 SMP/Sederajar 113 140 253 SMU/Sederajat 91 47 138 Diploma 5 4 9
Strata Satu ( SI) 14 7 21
Pasca Sarjana 2 - 2
Sumber : Di olah dari buku desa Barakkae dalam angka 2018
Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk Desa Barakkae yang hanya Tamat SD/Sederajat tercatat sebanyak 875 orang atau sekitar 39,6% Tamat SMP/Sederajat 253 Orang
11,5%) Tamat SMA/Sederajat 138 orang (6,8), Tamat Diploma 9 orang (0,4%) Strata satu (SI) sebanyak 21 orang (0,95%) dan Pasca Sarjana 0,1%.