• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI ENERGI BUNYI MELALUI METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS IV MIN 20 ACEH BESAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI ENERGI BUNYI MELALUI METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS IV MIN 20 ACEH BESAR."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

101

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI ENERGI BUNYI MELALUI METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS IV

MIN 20 ACEH BESAR Fatimah1

Diterima : 04 Februari 2021 Disetujui : 18 Februari 2021

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada materi Energi Bunyi siswa kelas IV MIN 20 Aceh Besar. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Demonstrasi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV MIN 20 Aceh Besar. Jumlah siswa adalah 35 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 17 orang dan perempuan 18 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2019/2020 dalam kurun waktu 3 bulan yaitu dari bulan Agustus 2019 sampai dengan Oktober 2019 pada semester ganjil. Metodologi penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data yaitu mengumpulkan nilai tes yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus dengan menggunakan instrument soal (tes tertulis). Data observasi dilakukan dengan melihat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Data dianalisis dengan cara statistik persentase. Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 48,57 % pada pra siklus meningkat menjadi 60 % pada siklus I dan meningkat menjadi 91,43 % pada siklus II. Penggunaan metode Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi Energi Bunyi siswa kelas IV MIN 20 Aceh Besar Tahun Pelajaran 2019/2020. Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Demonstrasi, IPA, Energi Bunyi.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Guru merupakan salah satu komponen penting penentu keberhasilan pembelajaran. Guru dituntut untuk mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Untuk itu guru harus mempunyai seperangkat kompetensi dan komunikasi. Proses komunikasi, utamanya dalam lingkungan pendidikan formal seorang guru dituntut untuk dapat menyampaikan atau menginformasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa yang diajarnya dalam suatu kegiatan pembelajaran, dengan tujuan agar pengetahuan yang dimiliki guru dapat dikuasai oleh siswa. Sehingga dengan adanya proses komunikasi tersebut guru diharapkan dapat menyampaikan pengalaman atau pengetahuannya kepada siswanya dan siswa pun menerima atau memahami apa yang disampaikan oleh gurunya. Dengan demikian kegiatan pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa. Kendatipun demikian upaya tersebut tidak selalu sesuai apa yang kita harapkan, karena dalam kegiatan pembelajaran proses komunikasi tidak selalu berjalan dengan lancar, bahkan dapat menimbulkan kebingungan dan salah pengertian.

Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran harus mampu menciptakan situasi pembelajaran yang bersifat menyenangkan, bukan menegangkan dan menakutkan. Guru juga mampu menciptakan suasana demokratis, sehingga siswa terlepas dari beban yang menakutkan. Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya pengaruh terhadap berbagai jenis metode menjadikan kendala dalam memilih dan menentukan metode. Itulah yang biasanya dirasakan oleh mereka yang bukan berlatar belakang pendidikan guru. Apalagi belum memiliki pengalaman mengajar yang memadai. Sungguhpun begitu, baik dia berlatar belakang pendidikan guru maupun dia yang berlatar belakang bukan pendidikan guru, cenderung sukar memilih metode yang tepat (Syaiful Bahri Djamarah, 2006).

Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyatakan tentang Standar Isi IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

(2)

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Kedudukan pendidikan Indonesia pada tingkat dunia terlebih pada IPA, melalui temuan dari

Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2012 Indonesia berada pada peringkat ke-64

dari 65 negara peserta dengan skor yang diperoleh 382, hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat membaca literasi IPA pada siswa di /Indonesia berada pada skor dibawah rata-rata standar dari PISA. Sedangkan hasil dari TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) dan PIRLS

(Progress in International Reading Literacy Study) tahun 2011 pada pelajaran IPA, Indonesia berada

pada peringkat ke-40 dengan skor 406 dengan standar rata-rata skor TIMSS adalah 500. Dengan ini, dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia cukup rendah, hal ini dikarenakan tingkat belajar di Indonesia masih rendah yaitu kurangnya efektifitas, efisiensi, dan standarisasi dalam pembelajaran.

Oleh karena itu, peran guru sangatlah penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pelajaran IPA. Guru diwajibkan untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif untuk menarik perhatian siswa dalam pembelajaran. Beberapa metode inovatif yang di gunakan dalam suatu pembelajaran di antaranya : Metode Proyek, Metode Eksperimen, Metode Tugas dan Resitasi, Metode Demonstrasi, Metode Sosiodrama, Metode Demonstrasi, Metode Problem Solving, Metode Karyawisata, Metode Tanya Jawab, Metode Latihan, dan Metode Ceramah. (Syaiful Bahri Djamarah, 2006). Berdasarkan hal tersebut diatas, penerapan metode demonstrasi dapat menjadi salah satu alternatif untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. kelebihan dari metode demonstrasi diantaranya dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari, proses pengajaran lebih menarik, siswa dirangsang untuk aktif mengamati dan menyesuaikan antara teori dengan kenyataaan serta mencoba melakukannya sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2006). Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) mengharuskan orang untuk terus belajar. Apalagi guru, yang mempunyai tugas mendidik dan mengajar. Sedikit saja langkah dalam belajar akan ketinggalan dengan perkembangan, termasuk siswa yang diajar. Oleh karena itu, kemampuan mengajar guru harus senantiasa di tingkatkan, antara lain melalui pembinaan guru. (Muh. Roqib & Nurfuadi, 2011).

Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru IPA di MIN 20 Aceh Besar, Pembelajaran IPA di MIN 20 Aceh Besar yang dilakukan selama ini memang masih bersifat konvensional, teoritis, dan abstrak dengan menggunakan metode ceramah sebagai metode yang dominan. Berdasarkan identifikasi tersebut di atas, maka analisis masalahnya adalah sebagai berikut :

a. Penjelasan guru kurang menarik siswa.

b. Guru belum menggunakan alat peraga dengan baik. c. Metode yang digunakan kurang variatif.

d. Guru kurang menyeluruh dalam membimbing siswa.

e. Guru kurang mengajukan pertanyaan untuk memotivasi siswa.

Hal ini terlihat dari dokumen daftar nilai ulangan siswa yang menunjukkan masih rendahnya pemahaman siswa terhadap materi energi bunyi. Pada pokok bahasan tersebut banyak siswa yang nilainya masih berada dibawah KKM yaitu 72. Apabila hal ini dibiarkan akan berdampak negatif terhadap proses pembelajaran selanjutnya, maka perlu adanya tindakan agar peningkatan hasil belajar dapat tercapai. Berdasarkan analisa tersebut di atas alternatif solusi dan prioritas pemecahan masalah pembelajaran yang bisa dilaksanakan guru adalah dengan menggunakan metode demonstrasi dan menggunakan alat peraga berupa benda konkret untuk mengajak siswa belajar aktif.

Mengingat banyaknya kelemahan-kelemahan pada kegiatan belajar mengajar harus diperbaiki dan mencari alternatif pemecahannya, untuk itu penulis mencoba menerapkan metode pembelajaran Demonstrasi pada pembelajaran IPA khususnya pada materi energi bunyi dikelas IV MIN 20 Aceh Besar tahun pelajaran 2019/2020.

(3)

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar IPA siswa Kelas IV MIN 20 Aceh Besar Tahun Pelajaran 2019/2020.

b. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar IPA pada Materi Energi Bunyi siswa Kelas IV MIN 20 Aceh Besar Tahun Pelajaran 2019/2020.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Belajar dan Hasil Belajar

Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2008), belajar adalah proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Rifa‟i dan Anni (2011) memaparkan bahwa belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Selanjutnya, Menurut Winkel (1996), belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduanya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

2.2. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

IPA sendiri berasal dari kata science yang berarti alam. Menurut Suyoso dkk. (1998) Science adalah “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui pendekatan tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, dan berlaku secara universal”. Sedangkan menurut Abdullah dkk. (1998), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu kajian tentang alam yang diperoleh dari suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan pengetahuan yang teoritis.

IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur dan dijelaskan dengan penalaran sehingga memperolehkan suatu kesimpulan. Dalam hal ini para guru, khususnya yang mengajar IPA di sekolah dasar, diharapkan mengetahui dan mengerti hakikat pembelajaran IPA, sehingga dalam pembelajaran IPA guru tidak kesulitan dalam mendesain dan melaksanakan pembelajaran. Siswa yang melakukan pembelajaran juga tidak memperoleh kesulitan dalam memahami konsep IPA (Susanto, 2013). IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abdullah, 1998).

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan

(4)

atau melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas dalam Suyitno, 2002).

Dari beberapa pengertian di atas, maka peniliti dapat mengambil kesimpulan bahwa IPA merupakan kumpulan pengetahuan tentang alam beserta isinya yang disusun secara sistematis berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh manusia.

2.3. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode yang digunakan untuk memperagakkan secara jelas tentang suatu hal sehingga pembelajaran tidak bersifat abstrak dan mempermudah siswa untuk memahami materi. Menurut Istarani (2014) Metode demonstrasi adalah model mengajar dengan cara memperagakan, kejadian, aturan atau urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relepan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan. Jadi, demonstrasi adalah cara seorang guru menunjukkan atau memerlihatkan sesuatu proses.

Metode pembelajaran demonstrasi adalah metode pembelajaran yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran (Ali dan Evi, 2015). Metode demonstrasi digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan upaya mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses menggerakan sesuatu, mementingkan suatu cara dengan cara lain, dan mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu (Mahmud, 2011). Metode demonstrasi diartikan sebagai suatu cara penyajian pelajaran dengan memperagakkan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses prosedur dan ataupun pembuktian suatu materi pelajaran yang sedang dipelajari dengan cara menunjukkan benda sebenarnya atau pun benda tiruan sebagai sumber belajar (Siti Halimah, 2008).

Metode demonstrasi merupakan cara pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dengan cara memperagakkan barang, kejadian,aturan dan urutan dengan menggunakan media atau alat peraga yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan (Asih dan Eka, 2014). Pembelajaran menggunakan metode demonstrasi tergolong efektif bagi siswa. Menurut Haris (2017) melalui metode ini siswa ditunjukkan pada proses peristiwa, mulai dari awal hingga akhir, metode demonstrasi memberikan contoh yang di peragakkan kepada siswa dengan tujuan memberikan pemahaman terhadap terjadinya suatu peristiwa, dan melatih siswa untuk memperaktikkannya.

Dari penjelasan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwasannya metode demonstrasi adalah cara yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memperaktekkan atau memperlihatkan secara langsung suatu kejadian dengan menggunakan atau memakai media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang ingin disampaikan sehingga dapat membantu proses kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Metode ini juga dapat membantu guru dalam menyampaikan materi agar lebih memudahkan guru, Karena dengan adanya peragaan secara langsung dapat memotivasi siswa dalam proses pembelajaran, untuk lebih memperhatikan guru dalam menjelaskan materi, sehingga proses pembelajaran lebih menyenangkan bagi siswa, guru tidak hanya menggunakan metode ceramah sehingga tidak membuat siswa jenuh ketika mendengarkan guru, proses pembelajaran pun dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Metode demonstrasi bukanlah sebuah metode baru dalam kegiatan pembelajaran, semenjak jaman Nabi Muhammad SAW, bahkan semenjak awal sejarah kehidupan manusia, penggunaan metode demonstrasi dalam pendidikan sudah ada, contohnya pada waktu itu Nabi seorang pendidik yang agung banyak menggunakan metode demonstrasi perilaku keseharian sebagai seorang muslim, maupun praktek ibadah seperti mengajarkan cara sholat, wudhu dan lain-lain, semua cara tersebut dipraktekkan atau ditunjukkan oleh Nabi lalu kemudian para umat mengikutinya.

2.4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Demonstrasi

Metode demonstarasi memiliki banyak kelebihan dan kelemahan Sedangkan Menurut Suprijanto (2012) kelebihan metode demonstrasi adalah :

a. Demonstrasi menarik perhatian siswa.

b. Demonstrasi menghadirkan subjek dengan cara yang mudah dipahami. c. Bersifat nyata.

d. Demonstrasi meyakinkan hal-hal yang bersifat meragukan.

e. Demonstrasi menunjukkan pelaksanaan ilmu pengetahuan dengan contoh. f. Demonstrasi mempercepat penyerapan langsung dari sumbernya.

(5)

g. Demonstrasi memberikan bukti.

Kelemahan metode demonstrasi menurut suprijanto (2012) yaitu sebagai berikut: a. Tidak mudah dilaksanakan

b. Terbatas hanya untuk pembelajaran tertentu c. Memerlukan waktu yang banyak

d. Biayanya mahal

e. Memerlukan banyak persiapan.

Dapat disimpulkan bahwa kelemahan metode demonstrasi adalah memerlukan waktu yang lama, tempat yang digunakan harus sesuai dengan materi, dan memerlukan biaya yang cukup banyak. Tidak dapat dilakukan secara spontan karena dapat membuat guru tidak menguasai materi yang akan disampaikan.

2.5. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi

Model pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan peragaan atau percobaan, jadi langkah-langkahnya menurut Zainab (2013) sebagai berikut :

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

b) Guru menunjukkan gambar sekaligus materi yang akan disampaikan c) Siapkan bahan atau alat yang diperlukan

d) Menunjukkan salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan e) Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi

f) Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil pengamatan dari demonstrasi tersebut g) Guru membuat kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasannya secara umum langkah-langkah dalam metode demonstrasi adalah pembukaan yaitu membaca doa, mengatur tempat duduk siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran, kemudian langkah yang ke dua yaitu tahap pelaksanaan metode demonstrasi mengajak siswa untuk mendengarkan penjelasan guru atau mngajak siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, guru dan siswa memperaktekkan materi melalui metode ini, tahap yang terakhir yaitu menutup atau mengakhiri metode demonstrasi adalah guru dan siswa sama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran, dan memberikan soal seputar materi yang telah disampaikan guna untuk mengukur sejauh mana siswa memahami materi yang disampaikan.

2.6. Tujuan Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi digunakan guru untuk memperagakkan atau menunjukkan suatu proses yang harus dilakukan peserta didik dikarenakan materi yang disampaikan kurang dipahami mereka jika hanya dengan mendengarkan penjelasan dari guru. Prosedur atau tindakan-tindakan yang harus dilakukan peserta didik biasanya meliputi kegiatan proses mengajar sesuatu membandingkan suatu cara, dengan cara lain dan untuk melihat kebenaran dan pembuktian sesuatu.

Tujuan digunakannya metode demonstrasi ini menurut Halimah (2008) adalah melatih peserta didik tentang suatu proses atau prosedur yang harus dimiliki atau dikuasai, mengkongkritkan informasi atau penjelasan yang bersifat abstrak dan mengembangkan kemampuan pengamatan, pendengaran dan penglihatan peserta didik secara bersama-sama Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasannya tujuan metode demonstrasi adalah untuk menyampaikan informasi atau menjelaskan pembelajaran secara lebih konkrit tidak lagi abstrak, sehingga pembelajaran tidak monoton yang hanya berpusat pada guru dan membuat siswa agar lebih cepat memahami materi yang disampaikan.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan dalam proses belalar mengajar, oleh sebab itu metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dengan rancangan model siklus yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di MIN 20 Aceh Besar pada tahun pelajaran 2019/2020 dalam kurun waktu 3 bulan yaitu dari bulan Agustus s.d Oktober 2019 pada semester ganjil. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV MIN 20 Aceh Besar. Dengan jumlah 35 siswa terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

(6)

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melakukan penelitian, guru memberikan pretest kepada siswa. Pretest ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum penerapan metode Demontrasi dalam pembelajaran. Hasil pretest siswa sebelum penerapan metode Demontrasi pada materi Energi Bunyi dalam pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pretest Siswa Sebelum Penggunaan Metode Demontrasi dalam Pembelajaran

No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan

1 Al Faiza Rahmatillah P 72 40 Tidak tuntas

2 Alayna Khalila P 72 20 Tidak tuntas

3 Afin Zidna Fiqih L 72 80 Tuntas

4 Alif Al Ghifari L 72 40 Tidak tuntas

5 Al mually Khalid L 72 80 Tuntas

6 Cut Qafka Nofisa P 72 80 Tuntas

7 Daratun Nalisa L 72 40 Tidak tuntas

8 Furqatul Wafiah L 72 40 Tidak tuntas

9 Fairuz Akbar L 72 80 Tuntas

10 Hafizul Izzati L 72 40 Tidak tuntas

11 Khaira Rizki Putra L 72 60 Tidak tuntas

12 Khairun Nisak P 72 80 Tuntas

13 M. Fairuz Efendi L 72 80 Tuntas

14 Miftahul Jannah P 72 40 Tidak tuntas

15 Mirfa Uriska P 72 40 Tidak tuntas

16 Muhammad Akhyar L 72 60 Tidak tuntas

17 M.ysha Deniqa P 72 80 Tuntas

18 Nada Aqilla P 72 80 Tuntas

19 Nadia Ulfa P 72 80 Tuntas

20 Nadine Taqiyya P 72 40 Tidak tuntas

21 Naura Qania P 72 80 Tuntas

22 Nazila Rahmatina L 72 60 Tidak tuntas

23 Nurul Hafizah P 72 80 Tuntas

24 Putra Alfi L 72 40 Tidak tuntas

25 Putro sofia P 72 80 Tuntas

26 Rasya Aufar L 72 40 Tidak tuntas

27 Rizal Azziyad L 72 80 Tuntas

28 Riva Rahmalia P 72 80 Tuntas

29 Safa Fajarina P 72 40 Tidak tuntas

30 Safira Ramadhani P 72 80 Tuntas

31 Said Zayyan L 72 80 Tuntas

32 Syarifah Aqila P 72 60 Tidak tuntas

33 T. Maulidin L 72 80 Tuntas

34 Wan Muslimatun L 72 60 Tidak tuntas

35 Yunda P 72 40 Tidak tuntas

Jumlah 2160

Jumlah Rata-rata 61,71 Persentase (%) 48,57%

Berdasarkan Tabel 1, hasil pretest siswa yang dilakukan pada saat pra penelitian memperoleh persentase ketuntasan belajar sebesar 48,57 %. Nilai terendah pada pretest adalah 20 dan nilai tertinggi adalah 80. Nilai rata-rata pada pretest adalah 61,71. Setelah melakukan pretest, maka peneliti akan melanjutkan penelitian pada Siklus I.

(7)

4.2. Hasil Penelitian Siklus I

Setelah penerapan Metode Demontrasi pada siklus I, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi energi bunyi, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan Metode Demontrasi pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan

1 Al Faiza Rahmatillah P 72 60 Tidak tuntas

2 Alayna Khalila P 72 60 Tidak tuntas

3 Afin Zidna Fiqih L 72 80 Tuntas

4 Alif Al Ghifari L 72 60 Tidak tuntas

5 Al mually Khalid L 72 80 Tuntas

6 Cut Qafka Nofisa P 72 100 Tuntas

7 Daratun Nalisa L 72 40 Tidak tuntas

8 Furqatul Wafiah L 72 60 Tidak tuntas

9 Fairuz Akbar L 72 100 Tuntas

10 Hafizul Izzati L 72 40 Tidak tuntas

11 Khaira Rizki Putra L 72 60 Tidak tuntas

12 Khairun Nisak P 72 80 Tuntas

13 M. Fairuz Efendi L 72 100 Tuntas

14 Miftahul Jannah P 72 80 Tuntas

15 Mirfa Uriska P 72 60 Tidak tuntas

16 Muhammad Akhyar L 72 100 Tuntas

17 M.ysha Deniqa P 72 80 Tuntas

18 Nada Aqilla P 72 80 Tuntas

19 Nadia Ulfa P 72 80 Tuntas

20 Nadine Taqiyya P 72 40 Tidak tuntas

21 Naura Qania P 72 80 Tuntas

22 Nazila Rahmatina L 72 80 Tuntas

23 Nurul Hafizah P 72 100 Tuntas

24 Putra Alfi L 72 80 Tuntas

25 Putro sofia P 72 100 Tuntas

26 Rasya Aufar L 72 60 Tidak tuntas

27 Rizal Azziyad L 72 100 Tuntas

28 Riva Rahmalia P 72 100 Tuntas

29 Safa Fajarina P 72 60 Tidak tuntas

30 Safira Ramadhani P 72 80 Tuntas

31 Said Zayyan L 72 80 Tuntas

32 Syarifah Aqila P 72 60 Tidak tuntas

33 T. Maulidin L 72 80 Tuntas

34 Wan Muslimatun L 72 60 Tidak tuntas

35 Yunda P 72 60 Tidak tuntas

Jumlah 2620

Jumlah Rata-rata 74,86 Persentase (%) 60,00 %

Berdasarkan hasil belajar pada siklus I, siswa telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil pretest sebelum penerapan metode demontrasi. Berdasarkan Tabel 2, dari 35 siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan Metode Demontrasi terdapat 21 siswa yang sudah mencapai ketuntasan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dan 14 siswa belum mencapai ketuntasan nilai KKM. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh pada siklus I yaitu 100 dan nilai terendah adalah 40. Persentase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 60,00 %, dengan nilai rata-rata 74,86. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I, maka peneliti ingin melanjutkan

(8)

penelitian pada siklus II dengan penerapan Metode Demontrasi yang sama dengan siklus I. Pada siklus II, peneliti mengharapkan adanya peningkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa, sehingga persentase ketuntasan siswa juga mengalami peningkatan sesuai dengan indikator siklus II yang telah ditetapkan oleh peneliti.

4.3. Hasil Penelitian Siklus II

Setelah penerapan Metode Demontrasi pada siklus II, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi energi bunyi, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan Metode Demontrasi pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan

1 Al Faiza Rahmatillah P 72 100 Tuntas

2 Alayna Khalila P 72 100 Tuntas

3 Afin Zidna Fiqih L 72 100 Tuntas

4 Alif Al Ghifari L 72 80 Tuntas

5 Al mually Khalid L 72 100 Tuntas

6 Cut Qafka Nofisa P 72 100 Tuntas

7 Daratun Nalisa L 72 60 Tidak tuntas

8 Furqatul Wafiah L 72 80 Tuntas

9 Fairuz Akbar L 72 100 Tuntas

10 Hafizul Izzati L 72 80 Tuntas

11 Khaira Rizki Putra L 72 80 Tuntas

12 Khairun Nisak P 72 80 Tuntas

13 M. Fairuz Efendi L 72 100 Tuntas

14 Miftahul Jannah P 72 100 Tuntas

15 Mirfa Uriska P 72 80 Tuntas

16 Muhammad Akhyar L 72 100 Tuntas

17 M.ysha Deniqa P 72 100 Tuntas

18 Nada Aqilla P 72 100 Tuntas

19 Nadia Ulfa P 72 100 Tuntas

20 Nadine Taqiyya P 72 60 Tidak tuntas

21 Naura Qania P 72 100 Tuntas

22 Nazila Rahmatina L 72 80 Tuntas

23 Nurul Hafizah P 72 100 Tuntas

24 Putra Alfi L 72 80 Tuntas

25 Putro sofia P 72 100 Tuntas

26 Rasya Aufar L 72 60 Tidak tuntas

27 Rizal Azziyad L 72 100 Tuntas

28 Riva Rahmalia P 72 100 Tuntas

29 Safa Fajarina P 72 80 Tuntas

30 Safira Ramadhani P 72 100 Tuntas

31 Said Zayyan L 72 100 Tuntas

32 Syarifah Aqila P 72 80 Tuntas

33 T. Maulidin L 72 100 Tuntas

34 Wan Muslimatun L 72 80 Tuntas

35 Yunda P 72 80 Tuntas

Jumlah 3140

Jumlah Rata-rata 89,71 Persentase (%) 91,43%

Berdasarkan hasil belajar pada siklus II, siswa telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Berdasarkan Tabel 4.43, dari 35 siswa terdapat 32 siswa yang sudah mencapai ketuntasan

(9)

nilai klasikal dan 3 siswa yang belum mencapai ketuntasan klasikal. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh pada siklus II yaitu 100 dan nilai terendah adalah 60. Persentase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus II adalah sebesar 91,43% dengan nilai rata-rata 89,71. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus II, maka peneliti mencukupkan penelitian sampai pada siklus II, hal ini dilakukan karena siswa telah mencapai indikator ketuntasan yang harapkan oleh guru.

4.4. Pembahasan Perbandingan Antar Siklus

Penerapan Metode Demontrasi pada siklus I telah memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar siswa menjadi lebih baik jika dibandingkan hasil pretest siswa pada saat pra penelitian. Pada siklus I, siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran adalah siswa yang terlihat belum begitu aktif dalam melakukan pembelajaran mengggunakan Metode Demontrasi. Ketidaktuntasan yang dialami oleh siswa dapat disebabkan oleh perlunya adaptasi dengan pembelajaran menggunakan Metode Demontrasi dan adanya kebiasaan buruk siswa untuk menganggap materi tersebut tidak penting. Persentase ketuntasan yang didapatkan pada siklus I, telah mencapai indikator siklus II yang ingin dicapai oleh peneliti.

Berdasarkan hasil test dan hasil dari observasi serta refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, dan juga perbaikan yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus II, telah memberikan hasil yang sesuai dengan harapan penulis. Pada siklus II, terlihat adanya peningkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa menjadi lebih baik. Pada siklus II, persentase ketuntasan siswa telah mengalami peningkatan dan telah mencapai indikator siklus II yang ditetapkan oleh peneliti.

Pada siklus II, tidak semua siswa mencapai ketuntasan belajar yang sesuai dengan nilai KKM (kriteria ketuntasan minimum). Siswa yang tidak mengalami ketuntasan belajar, terlihat mengalami peningkatan yang baik terhadap hasil tes yang mereka peroleh. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus I dan II, Penerapan Metode Demontrasi telah memberikan nilai yang positif terhadap peningkatan hasil belajar IPA pada siswa terutama pada materi energi bunyi. Perbandingan persentase hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 41. Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II.

Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari Pra siklus ke Siklus I dan siklus I ke siklus II. Pada pra siklus sebelum penerapan Metode Demontrasi hanya mampu memberikan persentase 48,57 %. Sedangkan pada siklus I setelah penerapan metode demontrasi telah mampu memberikan persentase hasil belajar siswa yaitu sebesar 60,00 % dan telah mengalami peningkatan menjadi 91,43 % pada siklus II.

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Series1 48,57% 60,00% 91,43% 48,57% 60,00% 91,43% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00%

Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa

Pra Siklus Siklus I Siklus II

(10)

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1) Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 48,57 % pada pra penelitian meningkat menjadi 60,00 % pada siklus I dan meningkat menjadi 91,43 % pada siklus II.

2) Secara keseluruhan penerapan Metode Demontrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi energi bunyi siswa kelas IV MIN 20 Aceh Besar Tahun Pelajaran 2019/2020.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan, maka disarankan: 1) Bagi Sekolah

Agar sekolah dapat mensosialisasikan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Bagi Guru

Metode demontrasi dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA terutama pada materi Energi Bunyi.

3) Bagi Siswa

Siswa kelas IV MIN 20 Aceh Besar diharapkan setelah penelitian ini selesai dilaksanakan tetap berani mengungkapkan pendapatnya dan tetap aktif dalam proses pembelajaran.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Abdullah Aly & Eny Rahma.1998. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara [2] Abdullah. 1998. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

[3] Amin Suyitno. 2002. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia. Indonesia. [4] Baharuddin & Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogyakarta: ArRuzzMedia. [5] Haris Abizar. 2017. Buku Master Lesson Study. Yogyakarta: Diva Press.

[6] Istarani. 2014. Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada

[7] Mahmud Yunus. 2011. Pemikian Pendidikan Islam. Bandung : Pustaka Setia.

[8] Rifa‟i, Achmad dan Chatarina Tri Anni. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

[9] Roqib dan Nurfuadi. 2011. Kepribadian Guru. Purwokerto: STAIN Purwokerto Press. [10] Siti Halimah. 2008. Strategi Pembelajaran. Bandung : Cita Pustaka Media Perintis

[11] Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. [12] Suprijanto. 2012. Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta: PT.Bumi

Aksara.

[13] Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

[14] Suyoso, Suharto dan Sujoko.1998. Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakart: IKIP

[15] Syaiful Bahri Djamarah. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka cipta. [16] Winkel, WS. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

[17] Wisudawati, Asih Widi dan Eka Sulistyowati. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara

Gambar

Tabel 1. Hasil Pretest Siswa Sebelum Penggunaan Metode Demontrasi dalam Pembelajaran
Tabel 2. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Tabel 3. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Gambar 41. Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa pada Pra siklus,   Siklus I dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang dimaksud disini adalah manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim

Kementerian Perindustrian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kelas jabatan ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian setelah

PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN ADVENTURE GAME UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN SISTEM KOMPUTER1. Universitas Pendidikan Indonesia

Komunikasi di dalam matematika merupakan hal yang penting sebagai usaha siswa untuk mengembangkan kemampuan matematika mereka.Tanpa adanya komunikasi, kita mempunyai sedikit

ANGGARAN PADA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UT ARA” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat yang telah ditentukan.. dalam rangka menyelesaikan Pendidikan DIII

Aplikasi ini dibuat untuk menampilkan game dalam bentuk 3D yang digunakan sebagai. sarana hiburan

[r]

Covarrubias dan Stone (2014) menjelaskan, bahwa pada konteks pertemanan, self-monitoring dapat digambar- kan melalui suatu proses pembelajaran self-monitor dimana setiap siswa