• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RENTABILITAS EKONOMI PADA BERBAGAI SISTEM USAHATANI BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR: Studi Kasus di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS RENTABILITAS EKONOMI PADA BERBAGAI SISTEM USAHATANI BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR: Studi Kasus di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Agrimansion Vol. 01 No. 01

USAHATANI BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR:

Studi Kasus di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat

An Analysis of Economic Rentability of Various models of fresh

water fisheries: A Case Study in Sub-district of Narmada,

Western Lombok

Addinul Yakin dan Eva Soleha

Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

ABSTRAK

Krisis ekonomi yang terjadi dalam tiga tahun terakhir telah mengakibatkan meningkatnya harga pakan ikan, sehingga diduga berpengaruh terhadap produksi, pendapatan serta rentabilitas usaha Budidaya Perikanan Air Tawar (BPAT) dan menjadi keluhan banyak pengusaha di bidang ini. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengkaji sejauhmana tingkat pendapatan dan rentabilitas usahatani BPAT pada 5(lima) sistim yang telah dikembangkan petani serta kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan usahanya. Data dianalisa dengan analisa biaya dan pendapatan serta analisis rentabilitas ekonomi, serta analisa tabulasi dan matriks sederhana untuk kendala yang dihadapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistim Kolam Air Deras (KAD) mengahasilkan pendapatan dan retabilitas ekonomi yang paling tinggi. kendala yang menonjol dihadapi petani adalah modal dan keadaan alam. Dengan demikian direkomendasikan bahwa usahatani sistim KAD sangat layak dikembangkan pada kondisi alam yang memungkinkan, dan diperlukan bantuan modal dan teknis penanganan masalah budidaya dan kondisi alam agar pengelolaan usaha menjadi lebih efisien pada masa yang akan datang.

ABSTRACT

Economic crisis happened in last three years has resulted in increasing of price of fresh-water fishery input. This has affected production, incomes, and profitability of fresh-water fisheries and has been concerns of many farmers. Given those situations, This study tried to investigate whether the fresh-water fisheries are still profitable and also a comparative analysis

(2)

among 5(five) systems applied by farmers as well as problems faced by them in their business development. Data were analyzed by using cost and profit analysis, and economic rentability analysis. A simple matrix analysis was employed to identify problems faced by farmers in their business. This study found that fast-running pond system was the best in terms of level of incomes and profitability. Significant problems faced by farmers were capital and natural calamities. It is recommended to develop fast-running pond system on suitable conditions. It is necessary to provide easy and cheap credit systems and technical assistance in cultivation and handling natural calamities for future efficient management.

Kata kunci: Perikanan air tawar, pendapatan, rentabilitas, kendala petani Key words: Fresh-water fisheries, incomes, rentability, farmers' problems.

PENDAHULUAN

Permintaan ikan dunia dan khususnya dalam negeri dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat sebagai akibat dari meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran masyarakat untuk konsumsi makanan sehat serta permintaan industri akan tepung ikan. Sebagai ilustrasi, di Indonesia permintaan ikan untuk konsumsi, sejak tahun 1987 hingga 1996 meningkat dengan rata-rata sebesar 7,10% per tahun (Departemen Pertanian, 1999). Oleh karena itu pembangunan subsektor perikanan memiliki prospek yang cukup cerah, baik potensi perikanan laut maupun perikanan darat yang sampai sekarang ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan potensi perikanan baru mencapai 52,55 % untuk perikanan pantai dan 51,76 % untuk perikanan darat dari potensi yang ada di Indonesia (Dinas Perikanan Dati I NTB, 1998).

Pembangunan perikanan dimaksudkan adalah tidak hanya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil bagi kepentingan industri dan ekspor, tetapi juga harus mampu meningkat pendapatan serta penciptaan lapangan kerja penduduk dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumber daya perikanan dan lingkungan hidup (Direktorat Jendral Perikanan, 1975)

Krisis ekonomi yang terjadi dalam tiga tahun terakhir telah mengakibatkan meningkatnya harga pakan ikan yang selanjutnya mempengaruhi perikanan darat. Misalnya, pada tahun 1996, produksi ikan

(3)

darat mencapai 1.068.100 ton yang kemudian menurun menjadi sekitar 1.042.100 ton pada tahun 1998 , atau menurun sampai 2,43 persen (Badan Pusat Statistik, 1998). Sementara itu sebagian besar petani menggunakan metode pengusahaan yang masih tradisional dan sederhana, sehingga produksinya tidak maksimal.

Pengembangan metode budidaya perikanan darat dengan berbagai bentuk yang sesuai merupakan strategi untuk menciptakan kondisi lingkungan alam yang cocok bagi ikan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Metode yang bisa dikembangkan yaitu sistem budidaya kolam air deras, sistem budidaya kolam air tenang, sistem karamba, sistem terpadu misalnya mina padi, mina kangkung (Afrianto dan Liviawaty, 1995).

Kegiatan usaha perikanan darat di Propinsi NTB adalah cukup potensial dan hampir seluruhnya dikelola oleh rakyat (Dinas Perikanan Dati I NTB, 1999). Di Kabupaten Lombok Barat, potensi pengembangan usahatani perikanan ini juga sangat besar, karena sebagian besar lahan petani memperoleh pengairan yang mencukupi sepanjang tahun dengan luas 23.286 ha dan potensial untuk budidaya ikan air tawar (Badan Pusat Statistik NTB, 1994). Dengan didukung oleh sumber daya alam yang baik tersebut, perkembangan produksi perikanan air tawar di Kabupaten Lombok Barat dalam empat tahun terakhir cendrung meningkat. Pada tahun 1995 produksi ikan air tawar mencapai 789 ton dan meningkat menjadi 1.484 ton pada tahun 1998 (Dinas Perikanan Dati I NTB, 1998).

Kecamatan Narmada merupakan salah satu kecamatan yang sangat potensial dalam pengembangan perikanan darat di Kabupaten Lombok Barat karena antara lain mempunyai lahan sawah irigasi teknis terluas yaitu 4.240 ha (Badan Pusat Statistik NTB, 1998). Di wilayah ini juga telah dikembangkan 5(lima) bentuk pola pengusahaan ikan air tawar yaitu: pola kolam air tenang, kolam air deras, mina padi, mina kangkung, dan karamba, dengan jenis ikan dan produktivitas yang berbeda (Dinas Perikanan Dati II Lombok Barat, 1999).

Keberhasilan produksi pertanian ditentukan oleh 2(dua) aspek yaitu aspek teknik dan aspek ekonomi. Aspek teknis menyangkut kondisi biofisik lahan serta iklim (faktor-faktor alam). Sedangkan faktor ekonomi menyangkut permodalan, biaya transportasi, sarana jalan dan tenaga kerja, dan sebagainya (Nazaruddin et. al., 1996).

(4)

Walaupun perkembangan produksi perikanan cendrung meningkat serta terdapat perbedaan antar pola pengusahaannya tidaklah otomatis petani akan memperoleh keuntungan yang tinggi. Semakin meningkatnya harga pakan ikan dalam beberapa tahun terakhir, disertai dengan kesulitan permodalan yang dihadapi petani tentu sangat mempengaruhi tingkat keuntungan petani. Oleh karena itu perlu diteliti tentang rentabilitas ekonomi pada berbagai sistem budidaya ikan air tawar tersebut dengan melakukan estimasi terhadap laba dari aktivitas budidaya ikan air tawar dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan petani dan rentabilitas ekonomi pada berbagai sistem usahatani budidaya perikanan air tawar serta kendala-kendala yang dihadapi petani pada berbagai sistem usahatani budidaya ikan air tawar.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada waktu sekarang dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, menganalisa dan menarik kesimpulan. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei yaitu wawancara langsung dengan petani di daerah penelitian dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya (Surakhmad, 1994).

Kecamatan Narmada ditetapkan sebagai lokasi penelitian kasus merupakan daerah penghasil ikan air tawar terbanyak dan jumlah lahan sawah irigasi terluas pada tahun 1998 di Kabupaten Lombok Barat. Selanjutnya secara Purposive Sampling pula ditetapkan tiga desa dari 14 desa yang ada di Kecamatan Narmada yaitu : 1. Desa Batu Kumbung, 2. Desa Lembuak, 3. Desa Sigerongan, dengan pertimbangan bahwa desa-desa tersebut memiliki sistem pengusahaan ikan air tawar terbanyak dan penggunaan lahan terluas. Selanjutnya jumlah responden ditentukan sebanyak 50 orang petani perikanan yang dipilih dengan metode Proportional Random Sampling berdasarkan sistim pengusahaan dan distribusinyapada tiga desa tersebut, dengan perincian bahwa petani KAT sebanyak 12 orang;

(5)

KAD sebanyak 2 orang, Mina Padi sebanyak 12 orang, Mina Kangkung sebanyak 12 orang, serta Karamba sebanyak 12 orang.

Selanjutnya data yang terkumpul selanjutnya dianalisa dengan analisis dengan 3(tiga) pendekatan:

1. Untuk melihat rentabilitas ekonomi pada berbagai sistem budidaya perikanan air tawar dalam penelitian ini digunakan rumus berikut ini (Riyanto, 1980) :

RE = Laba x 100 %

MS + MP

Keterangan :

RE = Rentabilitas Ekonomi

L = Laba , ( sebelum dikurangi pajak dan bunga pinjaman) MS = Modal Sendiri

MP = Modal Pinjaman

2. Untuk mengetahui besarnya pendapatan petani perikanan pada berbagai sistem budidaya perikanan air tawar digunakan formula:

NI = GI - TC Keterangan:

NI = Pendapatan bersih yang diterima petani

GI = Pendapatan kotor yang merupakan perkalian antara jumlah produksi dan harga yang diterima petani

TC = Biaya total yang terdiri dari baiaya variabel dan biaya tetap 3. Kendala-kendala yang dihadapi oleh petani pada usahatani BPAT

dianalisa dengan analisa matriks dan tabulasi sederhana.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendapatan Usahatani Budidaya Perikanan Air Tawar (BPAT)

Seperti dijelaskan pada bagian terdahulu, ada 5(lima) sistem budidaya ikan air tawar yang dikaji dalam studi ini yaitu Kolam Air Tenang (KAT), Kolam Air Deras (KAD), Mina Padi, Mina Kangkung dan Sistim Karamba. Perbedaan sistim ini ternyata berpengaruh terhadap nilai produksi, biaya produksi dan pendapatan bersih yang diperoleh petani . Perbandingan Nialai Produksi, Biaya Produksi dan Pendapatan petani pada berbagai sistim tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

(6)
(7)

Tabel 1. Rata-rata Nilai Produksi, Biaya Produksi dan Pendapatan Bersih Petani Pada Berbagai Sistem Usahatani Budidaya Ikan Air Tawar per Are dalam Satu Periode di Kecamatan Narmada Tahun 1999.

No Sistem Uraian Nilai Produksi (Rp) Biaya Produksi (Rp) Pendapatan Bersih (Rp) Rangking pendapatan 1 Kolam Air Tenang (KAT) 2.532.800 1.125.225 1.407.575 3 2 Kolam Air Deras (KAD) 8.565.500 3.030.575 5.534.925 1

3 Mina Padi (MP) 147.300 69.050 78.250 5

4 Mina Kangkung (MK) 259.075 113.750 145.325 4 5 Karamba (Krb) 5.927.800 2.279.000 3.648.800 2

Rata-rata 3.486.475 1.323.500 2.162.975 Sumber : Data Primer Diolah

Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan bersih yang diperoleh petani responden pada setiap sistem adalah relatif berbeda. Rangking pendapatan tertinggi diperolah pada KAD, diikuti oleh KAT, Krb, MK, dan MP. Perbedaan ini dipengaruhi oleh kemampuan suatu sistem untuk menghasilkan dalam setiap periode dan nilai ekonomis dari ikan yang diusahakan, serta struktur biaya produksi.

Produksi yang dihasilkan oelh sistim yang memperoleh pendapatan yang tinggi ditandai dengan tingginya produksi yang diperoleh. Tingkat produksi ini tergantung tergantung banyak faktor yaitu, jumlah benih yang ditebarkan, umur benih serta kelangsungan hidupnya. Sedangkan jenis ikan yang diusahakan relatif sama yaitu Karper. Tabel 2 menujukkan bahwa jumlah benih yang ditebarkan pada sistim KAD, KAT dan Krb adalah jauh lebih banyak dibandingkan pada sistim MP dan MK. Ini bisa dipahami karena pada sistim MP dan MK, ikan yang diusahakan merupakan usaha tambahan dan memanfaatkan lahan celah tanaman, sehingga tingkat produksi ikan pada kedua sistim ini relatif rendah. Walaupun tingkat produksi tertinggi dicapai pada Kad tetapi ini belumlah optimal karena menurut Santoso (1993) bahwa pada usaha ikan dengan sistem KAD tingkat kepadatan penebaran ikan bisa mencapai 3.000 ekor/are/periode, tapi petani hanya dapat memperoleh benih sebanyak 1.986 ekor/are/periode, sehingga meng-akibatkan tingkat produktivitas dari hasil produksi masih bisa ditingkatkan.

(8)

Perbedaan produksi disebabkan oleh ukuran benih berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan. Benih ikan dengan ukuran 8 - 12 cm (terbesar) ternyata memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi, dengan tingkat persentase hidup mencapai 90 persen, sedangkan ukuran yang lebih kecil memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah (65-70 persen). Hal ini sesuai dengan pendapat Suseno,D. (1998) yang menyatakan bahwa benih ikan pada ukuran yang lebih besar mempunyai kelangsungan hidup yang lebih tinggi dari pada benih ikan yang berukuran kecil.

Tabel 2. Rata-rata Lama Pemeliharaan, Jumlah Produksi Panen dan Harga Jual Ikan pada Berbagai Sistem Budidaya Ikan Air Tawar di Kecamatan Narmada, Tahun 1999.

No Uraian Macam Sistem

KAT KAD MP MK Krb

1 Lama pemeliharaan (Bulan) 4 3 2 4 3.2

2 Produksi

a. Jumlah tebar ekor/are/bln) b. Rata kelangsungan hidup - Persentase (%) - Jumlah ikan (ekor)

c. Jumlah ikan saat panen (ekor/kg) 1.648 70 1.153 4 1.986 90 1.788 3 499 65 324 67 90 90 81 3 1.898 90 1.709 3 Jumlah produksi (Kg/are/bln) 282 714 4.8 25 494 3 Nilai ekonomis

a. Ukuran (cm) dan harga benih (Rp/ekor)

 1 - 3 (Rp. 50)

 3 - 5 (Rp. 100)

 5 - 8 (Rp. 400)

 8 - 12 (Rp. 800) b. Jenis ikan dan harga jual - Karper - Nila Merah - Lele Dumbo x x x 12.000 10.000 8.000 x 12.000 x x 40.000 27.000 x 12.000 10.000 x 12.000

Sumber : Data Primer Diolah

Perbedaan tingkat produksi yang ada menyebabkan perbedaan yang menyolok dari aspek nilai produksi. Dengan harga jual ikan yang relatif sama, perbedaan nilai produksi lebih disebabkan oleh tingkat produksi yang diperoleh sehingga rangking nilai produksi dari berbagai sistim tersebut sama

(9)

dengan rangking tingkat produksi yang dihasilkan pada berbagai sistem BPAT yang ada.

Struktur biaya dan besarnya biaya produksi berpengaruh terhadap juga terhadap pendapatan yang diperoleh petani. Biaya produksi usahatani BPAT secara umum terdiri dari biaya variabel yang meliputi biaya benih ikan, pupuk kandang, kapur, pelet, dedak, obat dan tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap meliputi biaya pajak dan penyusutan alat-alat tahan lama seperti cangkul, sorok, seser, happa, timbangan dan kurungan atau karamba. Untuk biaya bunga modal pinjaman tidak dimasukkan karena dari hasil penelitian terdapat 18 petani responden di lokasi penelitian menggunakan modal pinjaman tanpa bunga yang sifatnya bantuan dari Dinas Perikanan Lombok Barat. Struktur biaya dan besarnya biaya produksi pada masing-masing sistim dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Hasil penelitian yang tertera pada tabel 3 menunjukkan bahwa dilihat dari struktur biaya yang dikeluarkan oleh petani sebagian besar (98 %) merupakan biaya variabel sedangkan biaya tetap hanya sebesar 2 %. Dari biaya variabel sendiri sebagian besar biaya merupakan biaya sarana produksi berupa benih dan pakan ternak, sedangkan biaya untuk sarana produksi lainnya relatif rendah. Biaya tenaga kerja juga adalah relatif kecil, karena usaha yang dikelola sebagian besar adalah skala kecil (usaha keluarga) sehingga hanya menyerap tenaga dari dalam keluarga. Komposisi biaya yang berat pada pakan ikan mengindikasikan bahwa berkembangnya budidaya ikan air tawar ini tergantung pada harga pakan ini. mengutanya nilai dollar Amerika pada tiga tahun terakhir telah menyebabkan harga sarana produksi ini menjadi sangat mahal karena sebagian besar masih diimpor serta pabrik dalam negeri masih memanfaatkan input dari luar untuk proses produksinya. hal ini tentunya telah mempengaruhi produksi ikan petani dan pendapaan petani.

(10)

Tabel 3. Rata-rata Biaya Produksi per Are dalam Satu Periode Pada Berbagai Sistem Usahatani Budidaya Ikan Air Tawar di Kecamatan Narmada,Tahun 1999.

No Biaya Produksi

Macam Sistem Rata-rata

Biaya (Rp) dan % KAT (Rp) KAD (Rp) Mi P (Rp) Mi K (Rp) Krb (Rp) 1 Biaya Variabel a. Saprodi - Benih 168.850 1.588.900 36.400 76.225 1.518.700 677.800 - Pupuk Kandang 850 0 1.250 1.250 0 675 - Kapur 950 0 0 0 0 200 - Dedak 0 0 10.300 0 0 2.075 - Pelet 942.150 1.309.500 16.650 28.900 646.000 588.600 - Obat 0 7.300 0 0 0 1.475 Total Biaya Saprodi 1.112.800 2.905.700 64.600 106.375 2.164.700 1.270.825 b.Tenaga Kerja (TK) - Pengolahan lahan - Pemeliharaan (penebaran benih, pemberian pakan, pengawasan) - Pemanenan 3.900 0 4.200 0 50.000 72.400 2.400 0 700 1.650 0 750 0 0 0 1.600 10.000 15.600 Total Biaya TK 8.100 122.400 3.100 2.400 0 27.200 Total BiayaVariabel 1.120.900 3.028.100 67.700 108.775 2.164.700 1.298.250 (98%) 2 Biaya Tetap - Biaya penyusutan 4.150 2.350 1.100 4.750 114.300 25.300 - Biaya Pajak 175 125 250 250 0 175 Total Biaya Tetap 4.325 2.475 1.350 5.000 114.300 25.475

(2 %) 3 Total Biaya Produksi 1.125.225 3.030.575 69.050 113.775 2.279.000 1.323.525

(100 %) Rangking total biaya 3 1 5 4 2

Sumber : Data Primer Diolah

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa besarnya biaya (resiko) yang dikeluarkan berpengaruh terhadap pendapatan petani. Rangking biaya yang dikeluarkan petani pada berbagai sistim BPAT adalah sejalan dengan

(11)

rangking pendapatan yang tertera pada tabel 1. Ini semakin membuktikan bahwa semakin tinggi korbanan (resiko) yang dikeluiarkan pada suatu usaha maka keuntungan atau pendapatan yang diperoleh juga akan semakin tinggi, dengan catatan bahwa variabel dianggap konstan.

Rentabilitas Ekonomi

Rentabilitas ekonomi (RE) dalam penelitian ini merupakan tingkat kemampuan modal usaha yang digunakan oleh petani pada berbagai sistem BPAT untuk menghasilkan laba sebelum dikurangi pajak. Ditinjau dari sumber modal hanya 18 orang (56,25 %) petani responden yang menggunakan pinjaman tanpa bunga dan berjangka waktu selama satu tahun berasal dari Dinas Perikanan Lombok Barat sehingga bunga modal tidak diperhitungkan dalam analisa ini.

Rata-rata rentabilitas ekonomi yang dicapai oleh petani responden pada berbagai sistem usahatani BPAT yaitu sebesar 41 %, artinya bahwa dalam setiap penambahan 1 % modal usaha maka terdapat peningkatan laba sebesar 41 %. Distribusi besarnya rentabilitas dan rangkingnya berdasarkan sistim BPAT disajikan pada tabel 4 berikut.

Tabel 4. Rata-rata Renbilitas Ekonomi Per Petani Responden Berdasarkan Pada Berbagai Sistem Usahatani Budidaya Ikan Air Tawar di Kecamatan Narmada Selama Satu Periode, Tahun 1999.

No Nama Sistem Laba (Rp) Modal Usaha (Rp) Rentabilitas Ekonomi (RE) (%) Rangking RE 1 Kolam Air Tenang (KAT) 7.155.800 22.356.400 32 3 2 Kolam Air Deras (KAD) 80.258.400 175.144.200 46 1 3 Mina Padi (MP) 2.112.700 15.155.300 13 5 4 Mina Kangkung (MK) 648.950 4.483.450 14 4

5 Karamba (Krb) 2.274.400 5.916.000 38 2

Rata-rata 18.490.050 44.611.100 41 Sumber : Data Primer Diolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata rentabilitas ekonomi yang diperoleh petani pada berbagai sistim BPAT adalah berbeda. Rentabilitas tertinggi diperoleh sistem KAD yaitu sebesar 46 %, dikuti oleh Krb, KAT, MK dan MP. Keadaan ini realtif sama dengan rangking produksi dan pendapatan. Penelitian menemukan bahwa produksi dan pendapatan

(12)

yang tinggi pada sistem BPAT menyebabkan rentabilitas ekonomi usaha juga tinggi. Walaupun modal usaha yang dikeluarkan pada sistim dengan rentabilitas yang tinggi tersebut relatif lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh sistim dengan tingkat rentabilitas yang lebih rendah (pada kasus MP dan MK), namun rentabilitas yang dihasilkan masih tetap lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa besarnya modal yang diinvestasikan pada sistim dengan rentabilitas yang lebih tinggi (pada kasus KAT, Krb dan KAT) mampu memberikan keuntungan yang tinggi bagi petani. Oleh karenanya bantuan modal yang mudah dan murah bagi petani dalam mengelola BPAT akan mampu meningkatkan produksi, pendapatan, serta rentabilitas ekonomi usahanya.

Kendala-Kendala Usahatani BPAT

Kendala-kendala yang dihadapi oleh petani responden terbagi dalam 5 aspek kendala yaitu modal usaha (MU), saprodi (Spd), pemasaran (Psr), kendala alam (KA) dan penyakit (Pyt). Dimana aspek-aspek tersebut akan mempengaruhi hasil produksi ikan dan secara langsung akan berpengaruh terhadap pendapatan bersih dan rentabilitas ekonomi yang akan diperoleh petani responden. Aspek-aspek kendala tersebut dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa setiap petani menghadapi 1 - 4 macam kendala dalam kegiatan usahatani BPAT. Secara umum kendala modal usaha adalah paling banyak dihadapi yaitu oleh 28 orang petani responden dan kendala alam yaitu oleh 25 orang petani . Namun kendala yang menonjol atau terbanyak pada setiap sistem ternyata berbeda-beda. Kendala modal banyak dijumpai pada usaha KAD (100 %) dan pada usaha MP dan MK. Masalah modal pada KAD lebih merupakan disebabkan oleh tidak-adanya kebiasaan menabung dari petaninya, walaupun pendapatan yang diperoleh pada usaha ini relatif sangat tinggi, sehingga pada saat kegiatan produksi modal menjadi kendala, karena modal yang diperlukan pada usaha ini rerlatif besar. Sedangkan pada kasus MP dan MK karena tidak adanya petani responden yang ditunjang oleh modal pinjaman, sehingga mempengaruhi produktivitas dari produksi yang dihasilkan.

(13)

Tabel 5. Kendala-kendala Pada Berbagai Sistem Usahatani Budidaya Ikan Air Tawar di Kecamatan Narmada tahun 1999.

NO Uraian

Macam Sistem Total

Sistem (Org) KAT (Org) KAD (Org) MP (Org) MK (Org) Krb (Org) 1 Tanpa Kendala 1 0 0 0 0 1

2 Modal Usaha (MU) 3 0 0 1 1 5

3 Saprodi (Spd) 2 0 0 0 0 2

4 Pemasaran (Psr) 1 0 0 0 0 1

5 Kendala Alam (KA) 0 0 0 0 7 7

6 Penyakit (Pyt) 0 0 1 0 0 1 7 MU, Spd 0 2 1 1 1 5 8 MU, KA 0 0 1 5 0 6 9 MU, Pyt 0 0 1 2 0 3 10 Spd, KA 0 0 0 0 3 3 11 Spd, Pyt 0 0 1 0 0 1 12 Psr, Pyt 2 0 0 0 0 2 13 KA, Pyt 0 0 2 1 0 3 14 MU, Spd, KA 0 0 1 1 0 2 15 MU, Spd, Pyt 1 0 0 0 0 1 16 MU, Psr, Pyt 0 0 1 0 0 1

17 MU, KA, Pyt 0 0 3 1 0 4

18 Spd, Psr, Pyt 1 0 0 0 0 1

19 MU, Spd, Psr,Pyt 1 0 0 0 0 1

Jumlah 12 2 12 12 12 50

Sumber : Data Primer Diolah

Kendala alam banyak dihadapi petani pada sistem MP dan MK. Kendala alam ini terkait dengan sifat ikan yang diusahakan, misalnya ikan Nila adalah ikan pemakan tanaman dan untuk menjaga agar tanamannya tidak dimakan oleh ikan maka jumlah ikan yang ditebar sedikit, sedangkan ikan karper adalah ikan yang membutuhkan oksigen terlarut yang lebih banyak, untuk itu petani menebar ikan dalam jumlah yang sedikit agar ruang gerak ikan lebih luas dan oksigen tetap tersedia. Kendala alam juga menonjol dialami oleh petani dengan sistim Karamba yang disebabkan oleh keadaan air

(14)

sungai yang tiba-tiba meluap terutama pada musim hujan akan mengakibatkan karamba hanyut. Sedangkan pengaman karamba seperti pemberat yang diletakkan diatas karamba dan tali yang diikat pada karamba kemudian dikaitkan pada bambu yang dipasang dipinggir sungai ternyata tidak mampu menahan agar karamba tidak hanyut sehingga petani perikanan akan mengalami kerugian yang besar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Rentabilitas ekonomi pada Budidaya Perikanan Air Tawar yang tertinggi diperoleh pada sistem Kolam Air Deras yaitu sebesar 46 %, dan yang terendah yaitu sistem Mina Padi sebesar 13 %.

2. Pendapatan bersih pada Budidaya Perikanan Air Tawar per are dalam satu tahun tertinggi diperoleh pada sistem Budidaya Perikanan Air Tawar yaitu sebesar Rp. 5.534.925 dan terendah diperoleh pada sistim Mina Padi yaitu sebesar Rp. 78.250.

3. Pada usahatani Budidaya Perikanan Air Tawar menghadapit lima kendala dan kendala yang paling menonjol disini yaitu kendala modal diikuti oleh kendala alam, saprodi, penyakit, dan pemasaran.

Saran-saran

1. Kepada petani budidaya ikan air tawar di Kecamatan Narmada disarankan untuk menerapkan sistem Kolam Air Deras pada kondisi yang memungkinkan karena mampu menghasilkan produktivitas dan rentabilitas tertinggi dengan keempat sistem lainnya.

2. Bantuan modal dan pemasaran ternyata masih dibutuhkan oleh petani sehingga perlu disediakan sumber modal yang mudah murah untuk membantu pengembangan usahatani Budidaya Perikanan Air Tawar. Di samping itu pengetahuan teknis tentang pemilihan benih serta penanggulangan kondisi alam penyakit masih perlu disosialisasikan secara terus-menerus.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 1995. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 103 hal.

Badan Pusat Statistik, 1998. Laporan Perekonomian Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. 125 hal.

Badan Pusat Statistik, 1997. Perusahaan Perikanan. Badan Pusat Statistik. Jakarta. 107 hal.

Departemen Pertanian, 1999. Investasi Agribisnis Komoditi Unggulan Perikanan. Kanisius. Yogyakarta. 43 hal.

Dinas Perikanan Dati I NTB. 1998. Laporan Tahunan Perikanan. Laporan Tahunan Perikanan Dinas Perikanan Dati I NTB. 881 hal.

Dinas Perikanan Dati II Lombok Barat, 1999. Laporan Tahunan Perikanan. Laporan Tahunan Perikanan Dinas Perikanan Dati II Lombok Barat .32 hal.

Dinas Perikanan Dati II Lombok Barat, 1999. Kinerja Pembangunan Perikanan. Dinas Perikanan Dati II Lombok Barat.

Direktorat Jendral Perikanan, 1975. Ketentuan Kerja Pengumpul, Pengolah dan

Penyaji Data Statistik Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta. 11 - 15

hal.

Hanneson, R. 1998. Ekonomi Perikanan. Universitas Sporiaget Bergen.Oslo Troms. 4 hal.

Nazaruddin, Rahhardi F, Kristiawati R, 1996. Agribisnis Perikanan. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. 63 hal.

Riyanto Bambang, 1980. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Penerbit Gajah Mada. Yogyakarta. 361 hal.

Santoso, B. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Mas. Kanisius, Yogyakarta. 83 hal.

Santoso, B. 1996. Budidaya Ikan Nila. Kanisius. Yogyakarta. 67 hal.

Sitanggang, M., 1995. Budidaya Gurami. PT. Penebar Swadaya. Jakata. 52 Hal. Soekartawi, Soeharjo, Dillon, Hardakter, 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian

Untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia.

Jakarta. 196 hal.

Surakhmad, 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Penerbit Tarsono Bandung. Bandung.

Susanto, H. dan Rochdianto, A. 1999. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 132 Hal.

Gambar

Tabel 1.  Rata-rata  Nilai  Produksi,  Biaya  Produksi  dan  Pendapatan  Bersih  Petani  Pada  Berbagai  Sistem  Usahatani  Budidaya    Ikan  Air  Tawar  per Are dalam Satu Periode di Kecamatan Narmada Tahun 1999
Tabel 2.  Rata-rata  Lama  Pemeliharaan,  Jumlah  Produksi  Panen  dan  Harga  Jual  Ikan  pada  Berbagai  Sistem  Budidaya  Ikan  Air  Tawar  di  Kecamatan Narmada, Tahun 1999
Tabel 3.  Rata-rata Biaya Produksi per Are dalam Satu Periode Pada Berbagai  Sistem  Usahatani    Budidaya  Ikan  Air  Tawar  di  Kecamatan  Narmada,Tahun 1999
Tabel 4.   Rata-rata  Renbilitas  Ekonomi  Per  Petani  Responden  Berdasarkan  Pada  Berbagai  Sistem  Usahatani  Budidaya  Ikan  Air  Tawar  di  Kecamatan Narmada Selama Satu Periode, Tahun 1999
+2

Referensi

Dokumen terkait

Luas Taman Nasional Kelimutu 5356,50 ha memiliki garis batas total sepanjang 48.423,33 m terdiri dari 241 pal batas hutan kawasan yang membatasi badan taman nasional dengan 24

14 Kegiatan Pembinaan Pengelola Aset Pariwisata Milik Pemprov Jateng. Lokasi Kegiatan : Kab./Kota Semarang, Jepara,

Lokasi/Kabupaten Luas (Ha) Keterangan. DI PROVINSI

[r]

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PADA PT PLN (PERSERO) WILAYAH ACEH AREA LANGSA..

Contoh: Hakim apabila mengadapi suatu kasus, dimana kasus tersebut belum diatur dalam peraturan perundang-undangan, tetapi Hakim mengetahui bahwa untuk kasus tersebut telah

Studi kasus yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah digunakan untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien decompensasi cordis dengan

PENGARUH MEDIA ULAR TANGGA BERHITUNG TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA