• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016 :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016 :"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

321

DAMPAK KEBERADAAN JEMBATAN FLYOVER TERHADAP NILAI LAHAN DI WILAYAH PANGO

Cut Fathia Shamada

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email: cutfathiashamada@yahoo.com

Abstract

This study aims to determine whether the existence of Flyover Bridge impact on the land value in Pango area. Frequency distribution table and cross tabulation analysis with chi square (X2) are used in this research to analyze data. Based on this research, it can be concluded that the existence of flyover bridge has significant relationship against the land value, economic activities, social environment condition around the bridge. Based on data obtained, it can be seen that there is a significant change between the value before and after existence the bridge. The local government is recommended to play important roles to manage the economy in the area such as developing small industrial areas and trade sectors in the area. For Further research, is expected to expand research to deepen details on the factors that influence on land value and its effect on condition of social economy society as impact of flyover bridge in Pango area.

Keywords: Economic Activities, Social Environment Condition, Land Value. Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah keberadaan Jembatan Flyover berdampak terhadap nilai lahan di Wilayah Pango.Metode analisis data yang digunakandalam penelitian ini menggunakanmenggunakan tabel distribusi frekuensi dan analisis tabulasi silang dengan chi

square (X²). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan jembatan terdapat hubungan yang signifikan terhadap nilai lahan, aktifitas perekonomian, dan kondisi sosial lingkungan disekitar jembatan. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa terjadi perubahan yang signifikan antara harga sebelum dan sesudah adanya jembatan. Rekomendasi kepada pemerintah agar mengambil peran dalam menata perekonomian di daerah tersebut seperti pengembangan kawasan industri kecil dan sektor perdagangan di wilayah terkait. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas penelitian dengan memperdalam detail pada faktor-faktor yang berpengaruh pada nilai lahan serta pengaruhnya pada kondisi sosial ekonomi masyarakat sebagai dampak keberadaan jembatan flyover pango.

Kata Kunci : Aktifitas Perekonomian, Kondisi Sosial Lingkungan, Nilai Lahan. PENDAHULUAN

Pertumbuhan penduduk akan menyebabkan kebutuhan akan lahan sebagai ruang untuk tempat aktivitas mereka semakin meningkat dan akan menimbulkan semacam kompetisi untuk mendapatkan ruang yang cocok sesuai dengan berbagai kepentingan dan keperluan manusia (Budihardjo, 1997:113). Lahan yang terletak dengan sumber ekonomi akan mengalami pergeseran penggunaan kebentukan lain seperti pemukiman, industri manufaktur dan fasilitas infrastruktur jaringan jalan atau transportasi.

Infrastruktur transportasi seperti jalan atau jembatan yang menghubungkan antar wilayah didarat perlu mendapat perhatian secara serius oleh pemerintah maupun masyarakat luas. Hal ini dikarenakan pentingnya akses jalan yang melancarkan aktivitas kehidupan masyarakat, baik

(2)

322

dalam perekonomian, pendidikan, pertahanan dan keamanan maupun bidang-bidang lainnya. Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran sektor Infrastruktur transportasi sebagai urat nadinya (Adisasmita,2011:13).

Menurut (Sjafrizal,2012:255), sistem jaringan jalan atau infrastruktur yang baik merupakan persyaratan dasar yang harus dipenuhi untuk mendukung pertumbuhan suatu daerah perkotaan. Perkembangan perekonomian dan peningkatan pertumbuhan penduduk menyebabkan kebutuhan sistem jaringan jalan meningkat pula, ditandai dengan peralihan penggunaan lahan menjadi jalur jembatan flyover. Ketersediaan infrastruktur termasuk di dalamnya sarana dan prasarana perhubung dikawasan perkotaan juga memiliki hubungan yang positif dan efek saling ketergantungan dengan nilai lahan. Dengan adanya infrastruktur menyebabkan nilai lahan menjadi tinggi sebaliknya proyek infrastruktur juga tidak dapat dilaksanakan jika harga lahan dicalon lokasi patokannya terlalu mahal. Ketersedian fasilitas baru akan mengakibatkan perubahan pada pola guna lahan dan nilai tanahnya (Zuhriyah dan Ihsannuddin 2013:2). Perubahan pola guna lahan dari pertanian menjadi kawasan perdagangan atau bisnis serta fasilitas pelayanan umum tentunya akan menaikkan nilai lahan disekitar kawasan fasilitas baruyaitu Jembatan Flyover Pango.

Pada dasarnya kegiatan pembangunan jaringan jalan seperti jalan dan jembatan pasti mengakibatkan dampak positif dan negatif pada masyarakat sekitar. Pembangunan jembatan berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar yaitu adanya penurunan waktu tempuh dan ongkos angkut transportasi masyarakat, peningkatan pendapatan masyarakat dan pemanfaatan lahan (Purba,2015:18). Dampak negatif yang ditimbulkan berdasarkan penelitian (Putri dan Rinani,2015:5) adalah perubahan sosial ekonomi masyarakat, penurunan kualitas udara dan air disekitar akibat aktifitas proyek yang dilakukan serta adanya perubahan bentuk lahan yang digunakan untuk pembukaan lahan sebagai jalan akses menuju jembatan. Lahan yang sebelumnya merupakan lahan pertanian, lahan perumahan ataupun lahan kosong beralih fungsinya menjadi jalan raya sebagai akses menuju jembatan. Keberadaan jembatan tersebut dapat mempengaruhi berbagai aspek baik dari segi sosial, lingkungan dan ekonomi termasuk harga lahan dikawasan pango.Harga lahan sekarang meningkat pesat seiring perkembangan pembangunan yang pesat untuk memenuhi banyaknya perubahan guna lahan.

TINJAUAN PUSTAKA Teori Nilai Lahan

Nilai lahan merupakan suatu pengukuran atas lahan yang didasarkan pada kemampuan lahan secara ekonomis dalam hubungannya dengan produktivitas dan strategis ekonomisnya (Oetomo, 2006:3). Harga lahan adalah penilaian atas lahan yang diukur berdasarkan harga nominal dalam satuan uang untuk satuan luas pada pasaran lahan (Wahyuningsih, 2008:9). kesimpulannya adalah ada keterkaitan antara nilai lahan dan harga lahan, dimana semakin tinggi nilai lahan maka harga lahan juga akan tinggi. (Morlok, 1988:612) mengemukakan bahwa perbaikan pelayanan transportasi suatu daerah akan mengakibatkan naiknya lahan di daerah itu, apabila kondisi lainnya tidak berubah.

Perubahan Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan yang cepat diperkotaan dipengaruhi oleh adanya konsentrasi penduduk dengan segala aktivitasnya, Aksesibilitas terhadap pusat kegiatan dan pusat kota, jaringan jalan dan transportasi, serta adanya orbitasi yakni jarak yang menghubungkan suatu wilayah dengan pusat-pusat pelayanan yang lebih tinggi. Di daerah perkotaan perubahan penggunaan lahan cenderung berubah dalam rangka memenuhi kebutuhan sektor jasa dan komersial (Hadi dan Purwanto,2007:6).

(3)

323

Karakteristik Penggunaan Lahan

Menurut (Karyoedi, 1999:3) lahan mempunyai karakteristik tertentu, yaitu :

a. Mempunyai sifat khusus yaitu permanen (tidak dapat dihancurkan atau dibuat baru), lokasi yang pasti (tidak dapat dipindahkan), dan tidak ada satu bidang tapak lahan yang mempunyai nilai lahan persis sama.

b. Ketersediaan lahan terbatas dan langka.

c. Merupakan tumpuan harapan dari berbagai kepentingan dan keinginan (baik yang dikuasai secara sah/legal, maupun tidak sah/illegal menurut peraturan perundangan yang berlaku).

Penggunaan lahan untuk fasilitas transportasi cenderung mendekati jalur pergerakan barang dan orang sehingga dekat dengan jaringan transportasi serta dapat dijangkau dari kawasan pemukiman dan tempat bekerja (Chapin, 1995:69).

Penggolongan Jenis Penggunaan Lahan

Penggolongan penggunaan lahan didasarkan pada jenis aktivitas diatasnya, yaitu : kawasan perkantoran; kawasan pemukiman; kawasan campuran; kawasan komersial; kawasan industri; lahan kosong cadangan pengembangan; kawasan pertanian; dan kawasan konservasi, pola penggunaan lahan menggambarkan suatu sistem aktivitas. Sistem aktivitas terbentuk oleh kegiatan sehari-hari individu, rumah tangga, perusahaan, dan institusi pada suatu kota (Chapin, 1995:69). Penggunaan lahan dapat digolongkan menjadi dua bagian utama, yaitu: guna lahan terbangun, meliputi penggunaan lahan perumahan, industri, komersial dan instiusi; serta guna lahan tak terbangun, meliputi penggunaan lahan untuk aktivitas kota (kuburan, rekreasi, transportasi, ruang terbuka hijau) dan non aktivitas kota (pertanian, perkebunan, area perairan) (Wijaya, 2005:27-28).

Faktor Pemodelan Nilai lahan pada Kawasan Jalan

Nilai lahan sangat peka terhadap perubahan di sekelilingnya. Hal yang dapat memberi pengaruh kepada perubahan nilai lahan disebut juga faktor yang mempengaruhi nilai. Hal tersebut mungkin meningkatkan atau merendahkan harga suatu lahan (Oetomo, 2006:31). Permodelan nilai lahan pada kawasan sekitar jalan dicontohkan oleh Barry, mengemukakan bahwa apabila kota yang bersangkutan mempunyai jaringan transportasi yang baik dengan beberapa radial road dan ring road, maka tercipta beberapa puncak nilai lahan pada daerah-daerah yang beraksesibilitas tinggi (Yunus, 2005:80).

Teori Von Thunen

Menurut Von Thunen, lahan yang paling dekat dengan pusat kota, hendaknya digunakan untuk daerah kehutanan sebagai persedian kayu bakar. Sedangkan di luar hutan, digunakan untuk daerah peternakan. Sementara itu, tanah diluar wilayah peternakan merupakan tanah tidak produktif yang nilainya nol. Dari Teori Von Thunen tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemanfaatan lahan memberikan hasil terbesar setiap hektarnya adalah tanah-tanah yang terletak paling dekat dengan pusat-pusat perekonomian (pasar), yaitu yang memiliki rent gradient paling curam (Sugiyanto, 2004:41).

Pengaturan Tata Ruang

Pengaturan tata ruang merupakan kebijakan yang lazim dilakukan. Bahkan pengaturan tata ruang dapat pula mengatasi kemacetan lalu lintas dan mejaga kualitas lingkungan hidup pada suatu daerah perkotaan. Pengaturan tata ruang dan zoning biasanya dilakukan melalui penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk suatu daerah perkotaan. Secara umum RTRW ini berisikan tiga hal pokok, yaitu : tujuan dan fungsi lahan, pola pemanfaatan lahan, dan

(4)

324

sistem pengendalian penggunaan lahan. Sedangkan pola pemanfaatan lahan masih bersifat umum yang meliputi luas lahan yang dicadangkan untuk sistem jaringan jalan raya, daerah perumahan dan pemukiman, lahan untuk fasilitas pendirian pelayanan sosial, kawasan dan zona industri, pusat perdagangan (CBD), pusat pemerintahan, daerah pertanian dan kawasan lindung yang diperlukan (Sjafrizal, 2012:291).

Sistem Jaringan Jalan

Menurut (Sjafrizal,2012:255) Sistem jaringan jalan yang dilakukan pada suatu daerah perkotaan bertujuan untuk mendukung mobilitas barang dan penumpang antara pusat kota (CBD) dengan kawasan industri dan jasa, perkantoran, dan kawasan perumahan dan pemukiman serta daerah pinggiran (hinter-land). Disamping itu, rencana perluasan kota dalam jangka panjang juga akan menjadi pertimbangan penting dalam menentukan sistem jaringan jalan yang akan dibangun dan digunakan dalam suatu daerah perkotaanSistem jaringan jalan dan jembatan pada suatu daerah perkotaan biasanya diatur berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Kota (City Master Plan) yang telah disepakati dan disahkan oleh seluruh pihak yang berwenang (DPRD dan pemerintah kota setempat) serta golongan masyarakat dan lembaga sosial berkepentingan (steak-holders). Tentunya sistem jaringan jalan tersebut ditetapkan dengan memperhatikan kondisi geografis dan arah pengembangan kota bersangkutan dalam jangka panjang. Sistem jaringan jalan tersebut juga ditentukan dengan memperhatikan upaya untuk menjaga kualitas lingkungan hidup daerah perkotaan bersangkutan.

Gambar 1. Kerangka pemikiran

Oleh karena itu hipotesis penelitian diduga bahwa keberaadaan Jembatan Flyover berdampak positif terhadap aktivitas perekonomian, kondisi sosial dan lingkungan dan nilai lahan di daerah sekitarnya.

METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat dampak keberadaan Jembatan Flyover terhadap nilai lahan di wilayah pango. Adapun variabel yang digunakan yaitu Akses Baru dan Nilai Lahan. Penelitian ini dilakukan di desa yang yang berada disekitar Jembatan Flyover yaitu Desa Pango Raya, Desa Pango Deah, dan Desa Ilie Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh.

Sumber dan Jenis Data

Data merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah pengamatan yang dikumpulkan dalam sebuah informasi dengan memiliki keterangan-keterangan atau fakta-fakta. Data yang digunakan

Nilai Lahan

Keberadaan Jembatan Kondisi Sosial dan Lingkungan Aktifitas Perekonomian

(5)

325

dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat dengan memberikan kuesioner (berupa pertanyaan) kepada pihak-pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini secara langsung. Sedangkan data sekunder didapatkan dari instansi terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum Kota Banda Aceh, Dinas Pembangunan Daerah Kota Banda Aceh, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah serta Kantor Camat Kecamatan Ulee Kareng.

Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Keberadaan Jembatan dilihat dari jarak antara jembatan dengan lahan dihitung dengan

satuan kilometer.

2) Aktivitas Perekonomian dilihat dari semakin baik atau tidak.

3) Kondisi Sosial dan Lingkungan dilihat dari semakin baik atau tidak.

4) Nilai Lahan dilihat dari harga lahan sebelum dan setelah adanya Jembatan Flyover dihitung dalam satuan rupiah.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi dan analisis tabulasi silang (Cross Tabulation) dengan Chi Square(X2) untuk melihat keterkaitan antara komponen penelitian. Dikatakan ada hubungan apabila:

X2hitung < dari X2Tabel, maka tidak terdapat hubungan antar komponen X2hitung > dari X2Tabel, maka terdapat hubungan antar komponen

HASIL PEMBAHASAN

Analisis Hubungan Antara Jarak Dengan Persepsi Masyarakat

Tabel 1. Hubungan Antara Jarak Dengan Persepsi Masyarakat Persepsi Masyarakat

Aktifitas Perekonomian Kondisi Sosial dan Lingkungan

Keberadaan Jembatan 1 2 Total 1 2 Total

Jarak 1 2 29 6 0 15 29 21 15 17 14 4 29 21 Total 35 15 50 32 18 50

Chi Square Hitung 15.517 4.516

Chi Square Tabel 3.481 3.481

Sumber: Data Output SPSS. V.20, 2016.

Hubungan Jarak dengan Aktifitas Perekonomian

Keberadaan jembatan membuka akses baru yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang berada disekitaran jembatan, hal ini dapat dilihat dengan perubahan pekerjaan utama serta banyaknya kawasan pertokoan yang menjadikan daerah yang jaraknya berdekatan dengan jembatan menjadi pusat perdagangan dan bisnis bagi masyarakat sekitar hal ini ditunjukkan dengan munculnya kawasan perdagangan seperti usaha makanan dan minuman, properti, otomotif, dan lain-lainsehingga aktifitas perekonomian masyarakat sekitar membaik. Hasil perhitungan pada Tabel 1 didapat nilai Chi Square (X2) adalah 15.517, sedangkan tabel Chi Square pada df 1 dengan level signifikan sebesar 0,05 adalah 3.481 sehingga X2>X20,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jarak dengan aktifitas perekonomian.

(6)

326

Hubungan Jarak dengan Kondisi Sosial Lingkungan

Semakin dekat jarak antara jembatan dengan pemilik lahan maka kondisi sosialnya semakin baik, hal ini dilihat dari berkurangnya waktu tempuh masyarakat yang berada dekat dengan jembatan menuju kawasan perdagangan ataukawasan yang dulunya terhalang oleh sungai. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan karena kedekatan jembatan dengan pemilik lahan adalah adanya polusi udara dan polusi suara. akibat akses yang semakin lancar sehingga padatnya kendaraan yang melintasi daerah tersebutkeamanan juga harus diwaspadai. Hasil perhitungan pada Tabel 1 didapat nilai Chi Square (X2) adalah 4.516, sedangkan tabel Chi Square pada df 1 dengan level signifikan sebesar 0,05 adalah 3.481 sehingga X2>X20,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jarak dengan kondisi sosial lingkungan.

Analisis Hubungan Antara Jarak Dengan Nilai Lahan

Tabel 2. Hubungan Antara Jarak Dengan Nilai Lahan Nilai Lahan

Nilai Lahan Sebelum Nilai Lahan Sesudah

Keberadaan Jembatan 1 2 3 4 5 Total 1 2 Total

Jarak 1 2 29 6 0 15 12 6 9 5 7 0 29 21 0 21 29 0 29 21 Total 35 15 18 14 7 50 21 29 50

Chi Square Hitung 16.690 50.000

Chi Square Tabel 9.488 3.481

Sumber: Data Output SPSS. V.20, 2016

Hubungan Jarak dengan Nilai Lahan Sebelum

Semakin dekat dengan jembatan maka nilai lahan semakin meningkat, ini disebabkan karena akan adanya pembangunan jembatan. Hal ini mengakibatkan perubahan pada pola penggunaan lahan yang akan menaikkan nilai lahan. Hasil perhitungan pada Tabel 2 didapat nilai Chi Square (X2) adalah 16.690, sedangkan tabel Chi Square pada df 4 dengan level signifikan sebesar 0,05 adalah 9.488 sehingga X2> X20,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jarak dengan nilai lahan sebelum adanya jembatan.

Hubungan Jarak dengan Nilai Lahan Sesudah

Semakin dekat dengan jembatan maka nilai lahan semakin tinggi hal ini disebabkan karena adanya faktor kemudahan aksesibilitas yang muncul dengan adanya pembangunan fasilitas dan infrastruktur berupa jembatan. Hasil perhitungan pada Tabel 2 didapat nilai Chi Square (X2) adalah 50.000, sedangkan tabel Chi Square pada df 1 dengan level signifikan sebesar 0,05 adalah 3.481 sehingga X2> X20,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jarak dengan nilai lahan sesudah adanya jembatan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai lahan di desa yang berada disekitaran jembatan yaitu Desa Pango Raya dan Desa Illie setelah adanya jembatan flyover mengalami perubahan yang signifikan apabila dibandingkan dengan nilai lahan dikawasan yang letaknya lebih 1 kilometer dari jembatan yaitu Desa Pango Deah. Kawasan yang berada disekitaran jembatan yaitu Desa Pango Raya dan Desa Illie memiliki potensi ekonomi yang sangat besar

(7)

327

apabila dilihat dari indikasi perubahan nilai lahan yang signifikan setelah adanya jembatan flyover. Harga lahan disekitaran jembatan dan jalan lingkar menuju jembatan terjadi kenaikan yang tinggi disebabkan harga jual-beli antara penggunaan lahan dan pembeli tidak mengacu pada harga dasar lahan yang ditetapkan oleh pemerintah (NJOP).Terdapat hubungan yang signifikan atau adanya dampak antara aktifitas perekonomian, kondisi sosial dan lingkungan, dan nilai lahan dengan jarak keberadaan jembatan dikarenakan nilai X² > X²0,05. Hasil dari perhitungan dapat diketahui bahwa nilai X² > X²0,05 sehingga terdapat hubungan yang signifikan atau adanya dampak antara aktifitas aktifitas perekonomian, kondisi sosial dan lingkungan, dan nilai lahan dengan jarak keberadaan jembatan.

Saran

1. Nilai lahan disekitaran jembatan lebih tinggi dibandingkan daerah lain, hal ini dapat dijadikan pertimbangan untuk berinvestasi bagi investor maupun masyarakat yang berminat untuk mengembangkan investasi di daerah tersebut.

2. Perlunya campur tangan pemerintah dalam menata perekonomian di daerah tersebut seperti pengembangan kawansan industri kecil dan sektor perdagangan di wilayah terkait.

3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat memperluas penelitian dengan memperdalam detail pada faktor-faktor yang berpengaruh pada nilai lahan serta pengaruhnya pada kondisi sosial ekonomi masyarakat sebagai dampak keberadaan jembatan flyover pango.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Adji. (2011). Jaringan Transportasi. Medan: Graha Ilmu Budihardjo, Eko. (1997). Tata Ruang Perkotaan. Bandung: PT Alumni

Chapin, F. Stuart, JR and Kaise, Edward J. (1995). Urban and Land Use Planning: Fourth

Edition. Chicago: University of Illionis Press

Hadi, B.S dan Purwanto, Suhandi. (2007).Studi Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan

Umbul Harjo Kota Yogyakarta Tahun 1987-1996 Berdasarkan Foto Udara. Yogyakarta:

Pendidikan Geografi UNY

Karyoedi, Mochtarram. (1993). Manajemen Lahan Perkotaan. Jurnal PWK No.10

Morlok, E.K., ( 1988 ), Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Penerbit Erlangga, Jakarta, Teknik Mesin, Institut Teknologi Bandung, 2008

Oetomo, Hening W. (2006). Analisis Faktor Ruangan yang Berpengaruh Terhadap Nilai Tanah Perkotaan. Tesis. Semarang:Fakultas Teknik UNDIP.

Purba dkk, (2015). Analisis Dampak Pembangunan Jembatan Lau Jahe Desa Pergendangen Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Terhadap Pengembangan Wilayah. Jurnal

Ekonom, Vol 18, No 1,USU.

Putri, Ayu dan Rinani, Diah. (2015). Analisis Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu terhadap Masyarakat di Kawasan Kecamatan Labang Kabupaten Bangkalan Madura. Malang: Ilmu Kelautan UNBRAW

(8)

328

Wahyuningsih, Menik. (2008) Pola Dan Faktor Penentu Nilai Lahan Perkotaan di Kota Surakarta. Skripsi. Semarang:Fakultas Teknik UNDIP.

Wijaya, C.I. 2005. Analisis Perubahan Penutupan Lahan Kabupaten Cianjur Jawa Barat

Menggunakan Sistem Informasi Geografi. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya

Hutan. Bogor : Fakultas Kehutanan ITB

Yunus, H, S. (2000). Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Zuhriyah, A., & ihsannudin. (2013). Dampak Keberadaan Jembatan Suramadu Terhadap Nilai Tanah Di Wilayah Kaki Jembatan Di Sisi Madura. Agriekonomika, ISSN 2407-6260.

Referensi

Dokumen terkait

Struktur membran pneumatik merupakan salah satu sistem struktur soft shell, dimana struktur dapat berdiri akibat perbedaan tekanan udara di dalam struktur pneumatik dengan

Variabel akses informasi yang diukur dalam penelitian ini adalah : sumber informasi yang diperoleh pemberi persetujuan untuk mendapatkan penjelasan tentang tindakan medik yang

Terdapat dua aliran teori belajar, yakni aliran teori belajar tingkah laku (behavioristic) dan teori belajar kognitif. Teori belajar behavioristik.. Didalamnya terdapat

memenuhi SNP. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan atau dari satuan pendidikan nonformal yang

Sumber-sumber burnout yang terjadi pada pelayan restoran kapal pesiar diantaranya berkaitan dengan karakteristik individu, lingkungan kerja dan keterlibatan emosional

Hubungan koefisien alat dan kapasitas produksi kapasitas produksi Koefisien alat adalah waktu yang diperlukan (dalam satuan jam) oleh suatu alat Koefisien alat adalah waktu

Dalam suatu perjanjian jika ada kesalahan akibat wanprestasi yang timbul dalam proses jual beli tanah, salah satu pihak boleh mengajukan pembatalan perjanjian

Proses ritual ini terdiri dari tiga (3) fase, yaitu: pertama, pemisahan, di mana seseorang tidak terlibat dari peran atau status sosial, (manusia menjadi objek dari upacara itu