• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN IKAN PORA-PORA SEBAGAI BAHAN BAKU TAMBAHAN PEMBUATAN KERUPUK DAN DAYA TERIMANYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN IKAN PORA-PORA SEBAGAI BAHAN BAKU TAMBAHAN PEMBUATAN KERUPUK DAN DAYA TERIMANYA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 PEMANFAATAN IKAN PORA-PORA SEBAGAI BAHAN BAKU TAMBAHAN

PEMBUATAN KERUPUK DAN DAYA TERIMANYA

(The utilization of pora-pora fish as an additional ingredient in making of cracker and its

acceptability)

Yati Oktaviani Br Keliat1, Zulhaida Lubis2, Albiner Siagian2

1

Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ² Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

ABSTRACT

Crackers that is made with the addition of pora-pora fish is expected to increase the diversity of fish crackers that has been on the market and also increase the nutritional value of the cracker itself. The purpose of this study was to determine the effect of pora-pora fish to the nutrients composition and acceptability of crackers. This research use experimental design consisting of a treatment i.e the addition of pora-pora fish in making crackers with three concentrations (5%, 10%, and 15%). Protein content of pora-pora fish crackers P1, P2, and P3 is 2,00%, 4,11%, and 6,40%. Calcium content of pora-pora fish crackers P1, P2, and P3 is 28,6 mg, 51,3 mg, 77,1 mg. Based on organoleptic test of color and texture the most preferred is crackers with the addition of pora-pora fish 5%, while the flavor and taste the most preferred is cracker with the addition of pora fish 15%. Based on the analysis of variance, the addition of pora-pora fish with deffrent concentration in making crackers gave a significantly different effect on the color and texture, but the addition of fish pora-pora different concentration, does not give a different effect on the flavor and taste of the crackers. It is suggestioned for consumer to make pora-pora fish crackers as an alternative food precent variations in household and industry levels. Also be made to introduce pora-pora fish crackers to cooperate with the school canteen and other foods made with the addition of the diversification of pora-pora fish.

Keyword : Crackers, Pora-Pora Fish, Acceptability Test

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara maritim yang terbagi atas pulau-pulau dan sebagian wilayahnya merupakan perairan yang cukup luas. Potensi yang cukup luas terdapat di laut Indonesia berupa sumber daya alam yang melimpah, termasuk didalamnya terdapat banyak spesies ikan khususnya ikan yang dapat dikonsumsi. Tidak hanya di lautan namun, di air tawar juga terdapat ikan yang melimpah.

Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat potensial untuk dikembangkan. Peningkatan konsumsi ikan diharapkan dapat menanggulangi masalah kekurangan protein yang masih banyak ditemui pada anak-anak pra-sekolah, ibu hamil dan ibu menyusui di Indonesia.

Dari data yang telah didapat dapat diketahui bahwa selama lima tahun terakhir

yakni, dari 2007-2011, konsumsi ikan per kapita masyarakat Indonesia terus meningkat, Rata-rata kenaikan sebesar 5,06 %. Hal ini dapat menjelaskan bahwa tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia diharapkan dapat terus meningkat dari tahun ketahun. Dilihat dari rata-rata konsumsi ikan di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu 29,40 kg/kapita/tahun, besaran angkanya ini masih di bawah Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 30,40 kg/kapita/tahun (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011).

Selain mengandung protein ikan juga mengandung kalsium yang banyaknya hampir setara dengan kalsium yang ada dalam susu. Peranan kalsium selain sebagai pembentukan tulang dan gigi tetapi juga memegang peranan penting pada berbagai proses fisiologik dan biokhemik di dalam tubuh (Krisno, 2009).

(2)

2 Kalsium yang baik juga terdapat pada

ikan kecil karena ikan kecil dimakan seluruh tubuhnya termasuk tulangnya sehingga memberikan persentasi tinggi kalsium yang berasal dari tulang belulangnya tersebut. Ikan kecil segar merupakan sumber yang paling penting untuk kalsium bagi anak-anak yang sedang tumbuh (Ellya, 2010).

Ikan pora-pora merupakan salah satu pangan lokal yang berasal dari Danau Toba. Berdasarkan harga jual pasar, harga ikan pora-pora berkisar Rp. 6.000 sampai Rp. 7000 per kg. Selain harganya yang murah ikan pora-pora ini juga memiliki nilai gizi yang cukup tinggi terutama kandungan protein dan kalsiumnya. Pemanfaatan ikan pora-pora untuk di daerah sekitar Danau Toba sudah mulai digalakkan, namun untuk daerah diluar Danau Toba pemanfaatan ikan pora-pora masih kurang.

Pada umumnya salah satu makanan hasil olahan dari ikan adalah kerupuk ikan. Produk makanan kering dengan bahan baku ikan dicampur dengan tepung tapioka ini sangat digemari masyarakat bahkan kerupuk sudah dikenal baik disegala usia maupun tingkat sosial. Makanan ini menjadi makanan kegemaran masyarakat dikarenakan rasanya yang enak, gurih, dan ringan, selain itu juga memiliki kandungan zat kimia yang dibutuhkan oleh tubuh manusia (Wahyono dan Marzuki, 2003).

Dengan melihat hal tersebut saya berkeinginan untuk membuat alternatif agar ikan pora-pora dapat dikonsumsi masyarakat dengan melakukan diversifikasi terhadap ikan pora-pora yang juga merupakan salah satu penganekaragaman pangan.

Pada pembuatan kerupuk ikan pora-pora ini akan menggunakan konsentrasi yang berbeda dimana penentuan konsentrasi ini diambil batas bawah dan batas atas adonan, dimana dalam menentukan batas bawah disesuaikan dengan warna kerupuk yang biasa yaitu putih kekuning-kuningan sedangkan untuk batas atas ditentukan dengan sampai batas adonan dapat dibuat.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penambahan ikan pora-pora sebagai bahan baku tambahan dalam pembuatan kerupuk terhadap komposisi zat gizi protein dan kalsium kerupuk.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksperimen dengan rancangan acak lengkap yang terdiri atas satu faktor yaitu penambahan ikan pora-pora dalam pembuatan kerupuk dimana yang berbeda hanya konsentrasi yang digunakan yaitu 5%, 10% dan 15% (r=3) dengan simbol P1, P2, dan

P3 yang semuanya diulang sebanyak 2 kali

(i=1,2).

Pembuatan kerupuk dengan penambahan ikan pora-pora dilakukan pada bulan April 2013. Pengambilan data untuk uji daya terima dilaksanakan pada bulan April 2013 di SD Negeri No. 060971 Kemenangan Tani Medan terhadap siswa kelas V.

Data yang dikumpulkan, diolah secara manual. Hasil nilai rata-rata dianalisis untuk mengetahui data yang berdistribusi normal dengan menggunakan Uji Kesamaan Varians (Uji Bartlet). Selanjutnya dilakukan Analisa Sidik Ragam dan Uji Ganda Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian pembuatan kerupuk ikan pora-pora ini bahan yang digunakan salah satunya adalah ikan pora-pora segar, dengan ciri-ciri berwarna hitam, memiliki sisik putih dan halus, panjang 10-12 cm dan memiliki ekor berwarna kuning. Berat utuh ikan pora-pora yang diperlukan dalam penelitian ini berkisar 300-400 gram yang diperoleh dari Pasar Pancur Batu.

Karakteristik kerupuk ikan pora-pora 5% (P1) berwarna putih kekuningan, beraroma

khas kerupuk, rasanya khas kerupuk, dan teksturnya renyah. Kerupuk ikan pora-pora 10% (P2) berwarna kuning kecokelatan, rasa

kerupuknya sedikit didominasi oleh rasa ikan pora-pora, dan aromanya sudah mulai tercium aroma ikan pora-pora, sedangkan untuk tekstur sedikit keras. Kerupuk ikan pora-pora 15% (P3) berwarna kuning kecokelatan, aroma

didominasi dengan aroma ikan pora-pora, rasa khas ikan pora-pora, dan untuk tekstur sedikit keras.

Berdasarkan pengujian organoleptik terhadap warna oleh panelis menunjukkan bahwa kerupuk ikan pora-pora P1, P2 dan P3

yang paling disukai yaitu kerupuk ikan pora-pora P1 sedangkan untuk kerupuk ikan

(3)

3 warna. Hal ini dikarenakan warna yang

dihasilkan dari kerupuk ikan pora-pora P1

masih tidak terlalu berbeda dengan warna kerupuk pada dasarnya yaitu putih kekuningan sehingga lebih kelihatan menarik. Sedangkan untuk kerupuk ikan pora-pora P2 dan P3

warnanya kuning kecokelatan sehingga menjadi kurang menarik. Penilaian organoleptik terhadap warna kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisa Organoleptik Warna Kerupuk Ikan Pora-Pora

Warna Perlakuan Pembuatan Kerupuk

Kriteria S k o r P1 P2 P3 Pa ne lis Skor % Pa ne lis Skor % Pa ne lis Skor % Suka 3 21 63 52 12 36 30,0 13 39 32 K. Suka 2 16 32 26 23 46 38,3 15 30 25 T. Suka 1 3 3 3 5 5 4,2 12 12 10 Total 40 98 81 40 87 72,4 40 81 67

Hasil analisa sidik ragam terhadap warna kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Hasil Analisa Sidik Ragam terhadap Warna Sum Keragaman Db JK KT 0,05 Ket Perlakuan 2 3,27 1,63 3,16 3,07 Ada perbe daan Galat 117 60,5 0,52

Berdasarkan hasil analisa sidik ragam terhadap warna dari ketiga perlakuan pada kerupuk yang dihasilkan ( (3,16) > (3,07)) bermakna bahwa penambahan ikan pora-pora dengan berbagai variasi memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap warna kerupuk yang dihasilkan.

Hasil uji ganda duncan terhadap warna kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Ganda Duncan terhadap Warna

Perlakuan P3 P2 P1

Rata-rata skor warna P1 – P2 = 2,425 – 2,175 = 0,25 < 0,32 P1 – P3 = 2,425 – 2,025 = 0,40 > 0,38 P2 – P3 = 2,175 – 2,025 = 0,15 < 0,32 2,025 2,175 2,425 Jadi P1 = P2 Jadi P1 ≠ P3 Jadi P2 = P3

Berdasarkan uji ganda duncan terhadap warna dari ketiga perlakuan pada kerupuk yang dihasilkan maka diketahui ada perbedaan secara nyata antara perlakuan dan berdasarkan uji ganda duncan dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap warna yang paling disukai yaitu kerupuk ikan pora-pora P1.

Suatu makanan yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memilki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya. Warna makanan yang menarik akan

meningkatkan cita rasa suatu makanan ( Winarno,1992).

Penilaian organoleptik terhadap aroma kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Hasil Analisa Organoleptik Aroma Kerupuk Ikan Pora-Pora

Warna Perlakuan Pembuatan Kerupuk

Kriteria S k o r P1 P2 P3 Pa ne lis Skor % Pa ne lis Skor % Pa ne lis Skor % Suka 3 14 42 35 14 42 35 20 20 50,0 K. Suka 2 22 44 36 17 34 28 12 12 20,0 T. Suka 1 4 4 3,4 9 9 8 8 8 6,6 Total 40 90 75 40 85 70 40 92 76,6

Pengujian organoleptik terhadap aroma oleh panelis menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai aroma kerupuk ikan pora-pora P3

dengan skor tertinggi 92 (76,6%) dan skor ini masuk dalam kategori kurang suka.

(4)

4 Hasil analisa sidik ragam terhadap aroma

kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Aroma Sumber Keragaman Db JK KT 0,05 Ket Perlakuan 2 0,65 0,32 0,61 3,07 Tidak ada perbe daan Galat 117 62,3 0,53

Berdasarkan hasil analisia sidik ragam terhadap aroma dari ketiga perlakuan pada kerupuk ikan pora-pora dengan nilai

0,610 ternyata lebih kecil dari 3,07 bermakna bahwa penambahan ikan pora-pora dengan berbagai variasi konsentrasi tidak memberi pengaruh secara nyata terhadap aroma kerupuk ikan pora-pora.

Munculnya aroma pada kerupuk ikan pora-pora disebabkan oleh bahan-bahan yang digunakan yaitu ikan pora-pora yang memiliki aroma yang khas. Menurut winarno (1992), aroma suatu makanan banyak menentukan kelezatan bahan makanan, dan dalam hal ini aroma lebih banyak sangkut pautnya dengan alat panca indera penghidu.

Pengujian organoleptik terhadap rasa pada kerupuk ikan pora-pora yaitu yang mendapat skor tertinggi yaitu kerupuk ikan pora-pora P3 dengan skor 106 (88,33%).

Begitupun kerupuk dengan perlakuan yang lain mendapat skor yang tidak jauh berbeda dengan kerupuk ikan pora-pora P3. Penilaian

organoleptik terhadap rasa kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Analisa Organoleptik Rasa Kerupuk Ikan Pora-Pora

Warna Perlakuan Pembuatan Kerupuk

Kriteria S k o r P1 P2 P3 Pa ne lis Skor % Pa ne lis Skor % Pa ne lis Skor % Suka 3 26 78 65 24 72 60 29 87 72,5 K. Suka 2 13 26 22 10 20 17 8 16 13,3 T. Suka 1 1 1 1 6 6 5 3 3 2,50 Total 40 105 88 40 98 82 40 106 88,33

Rasa pada ikan yang khas dan lezat akan muncul, apabila pada saat pembuatan kerupuk ikan dilakukan dengan penambahan

bumbu yang sesuai untuk menghilangkan bau amis ikan. Namun, rasa pahit ataupun rasa yang khas dari ikan tidak akan hilang dan akan tetap ada. Rasa pahit pada kerupuk bisa diakibatkan adanya pencemaran dari empedu pada ikan (Hanny, 2011).

Hasil analisa sidik ragam terhadap rasa kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada tabel 7 berikut

Tabel 7. Hasil Analisa Sidik Ragam terhadap Rasa Sumber Keragaman Db JK KT 0,05 Ket Perlakuan 2 0,95 0,48 1,17 3,07 Tidak ada perbe daan Galat 117 47,4 0,41

Berdasarkan hasil analisa sidik ragam terhadap rasa dari ketiga perlakuan pada kerupuk ikan pora-pora diperoleh

1,17 < 3,07 yang bermakna bahwa penambahan ikan pora-pora dengan berbagai variasi tidak memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap rasa kerupuk ikan pora-pora yang dihasilkan.

Penilaian organoleptik terhadap tekstur kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada Tabel 8 berikut

Tabel 8. Hasil Analisa Organoleptik Tekstur Kerupuk Ikan Pora-Pora

Warna Perlakuan Pembuatan Kerupuk

Kriteria S k o r P1 P2 P3 Pa ne lis Skor % Pa ne lis Skor % Pa ne lis Skor % Suka 3 29 87 73 13 26 22 26 78 65,0 K. Suka 2 11 22 18 15 30 25 5 10 8,3 T. Suka 1 0 0 0 12 12 10 9 9 7,5 Total 40 109 91 40 68 57 40 106 80,83

Pengujian organoleptik terhadap tekstur pada kerupuk ikan pora-pora oleh panelis menunjukkan bahwa panelis menyukai tekstur kerupuk ikan pora-pora P1 dengan skor

tertinggi yaitu 109 (91%). Kerupuk ikan pora-pora yang dihasilkan memiliki tekstur yang renyah sehingga lebih disukai panelis. Sedangkan tekstur kerupuk ikan pora-pora P2

mendapat skor terendah yaitu 68 (56,67%), karena pada kerupuk ikan pora-pora ini memiliki tekstur yang sedikit keras

(5)

5 dikarenakan jumlah ikan pora-pora sudah lebih

banyak dibandingkan yang pertama sehingga menurunkan nilai kesukaan dari panelis.

Hasil analisa sidik ragam terhadap tekstur kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Tekstur Sumber Keragaman Db JK KT 0,05 Ket Perlakuan 2 10,0 5,03 7,32 3,07 Ada perbe daan Galat 117 70,5 0,69

Berdasarkan hasil analisa sidik ragam terhadap tekstur dari ketiga perlakuan pada kerupuk ikan pora-pora diperoleh

7,32 > 3,07 yang bermakna bahwa penambahan ikan pora-pora dengan berbagai variasi konsentrasi memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap tekstur kerupuk ikan pora-pora yang dihasilkan.

Hasil uji ganda duncan terhadap tekstur kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Uji Ganda Duncan terhadap Tekstur

Perlakuan P2 P3 P1

Rata-rata skor tekstur P1 – P3 = 2,675 – 2,425 = 0,25 < 0,36 P1 – P2 = 2,675 – 1,975 = 0,70 > 0,44 P3 – P2 = 2,425 – 1,975 = 0,45 > 0,36 1,975 2,425 2,675 Jadi P1 = P3 Jadi P1 ≠ P2 Jadi P3 ≠ P2

Berdasarkan Uji Ganda Duncan dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur kerupuk ikan pora-pora P1

sama dengan tekstur kerupuk ikan pora-pora P3, namun tekstur kerupuk ikan pora-pora P2

berbeda dengan kedua kerupuk ikan pora-pora yang lain.

Hasil analisis kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat dari tabel 11 dibawah ini, dimana parameter yang diuji yaitu protein dan kalsium.

Tabel 11. Hasil Analisa Kandungan Gizi Kerupuk Ikan Pora-Pora

Parameter Kerupuk Ikan Pora-Pora

P1 P2 P3

Protein 2,00 % 4,11 % 6,40 % Kalsium 28,6 mg 51,3 mg 77,1 mg

Dilihat dari hasil ini kadar protein dan kalsium pada kerupuk ikan pora-pora meningkat sesuai dengan semakin tinggi konsentrasi ikan pora-pora dalam pembuatan kerupuk.

Kadar protein pada kerupuk ikan pora-pora ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kerupuk ikan dengan pati. Hal ini mungkin dikarenakan adanya proses pemanasan yang dilakukan beberapa kali seperti pengukusan, penjemuran dan proses penggorengan pada suhu yang sangat tinggi sehingga dapat mengakibatkan protein terdenaturasi (Tababaka, 2004). Namun, jika dibandingkan dengan kerupuk dengan penambahan tulang ikan patin dengan konsentrasi 30% kandungan protein kerupuk ikan pora-pora masih lebih tinggi, hal ini dapat terjadi karena berbeda species ikan yang digunakan dalam pembuatan kerupuk.

Kerupuk ikan pora-pora 15% yang dapat dikategorikan sebagai kerupuk sumber protein karena menurut SII (1990), syarat minimal kadar protein dari kerupuk sumber protein adalah 5%. Dalam mengkonsumsi kerupuk ikan pora-pora sebanyak 100 gram dapat menambah asupan protein 3% dari kebutuhan perharinya untuk anak sekolah.

Dengan melihat hal ini maka sangat baik disarankan bagi anak sekolah untuk mengkonsumsi kerupuk ikan pora-pora P3 baik

dijadikan sebagai pelengkap makan maupun sebagai camilan, dikarenakan anak pada usia sekolah 6-15 tahun masih dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan lebih banyak asupan protein dibandingkan orang dewasa normal. Sehingga dengan mengkonsumsi kerupuk ini akan dapat menambah asupan protein anak sekolah selain dari makanan yang dimakannya (Devi, 2012).

Kadar kalsium pada kerupuk ikan pora-pora lebih tinggi dibandingkan kerupuk ikan dengan pati. Kandungan kalsium kerupuk ikan pora-pora ini juga masih lebih tinggi jika

(6)

6 dibandingkan dengan kandungan kalsium

kerupuk dengan penambahan tulang ikan patin. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan jenis ikan yang digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan kerupuk ikan. Berdasarkan Novarno dalam Tababaka (1990) menyatakan bahwa kandungan mineral pada ikan tergantung pada species, dan bagian tubuh ikan yang digunakan.

Faktor penyumbang kalsium pada kerupuk ikan pora-pora ini adalah dari tulang ikan pora-pora karena pada pembuatan kerupuk ikan pora-pora ini ikan pora-pora dihaluskan bersama dengan tulang belulangnya. Dan diketahui bahwa tulang pada ikan dapat memberikan persentasi tinggi kalsium (Ellya, 2010).

Jika dilihat dari kandungan kalsiumnya maka kerupuk ikan pora-pora ini sangat baik dikonsumsi oleh anak sekolah dikarenakan pada usia ini kebutuhan akan kalsium juga meningkat dimana saat usia anak 10 tahun sampai 18 tahun, yaitu mencapai 1.000 mg per hari.

Dengan melihat jumlah kalsium yang harus dipenuhi oleh anak usia 10-18 tahun yang disarankan untuk dikonsumsi yaitu kerupuk ikan pora-pora P3 dimana dengan

mengkonsumsi kerupuk ikan pora-pora ini sebanyak 100 gram maka dapat menambah asupan kalsium 8% dari kebutuhan perharinya. Hasil analisa penerimaan konsumen terhadap kerupuk dengan penambahan ikan pora-pora dengan melihat berdasarkan indikator yang dinilai dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini :

Tabel 12. Penerimaan konsumen terhadap Kerupuk Ikan Pora-Pora dengan Melihat Berdasarkan Indikator Indikator yang Dinilai Kerupuk P1 Kerupuk P2 Kerupuk P3 Warna 98 87 81 Aroma 90 85 92 Rasa 105 98 106 Tekstur 109 68 97 Total 402 338 376 Rata-Rata 100,50 84,50 94 Persentase 83,75 70,42 78,33

Keterterimaan konsumen terhadap bahan makanan umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain citarasa ( aroma, tekstur, rasa dan warna, harga, gengsi serta nilai gizi kesehatan (Gidion, 2005).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari aspek citarasa, keterterimaan konsumen terhadap kerupuk ikan pora-pora P1

dan P3 sama-sama disukai oleh konsumen.

Berdasarkan aspek keterterimaan konsumen terhadap citarasa kerupuk ikan pora-pora dan aspek gizi maka yang layak untuk diperkenalkan kepada masyarakat sebagai variasi pangan yaitu kerupuk ikan pora-pora P3 dikarenakan dari faktor

keterterimaan konsumen terhadap citarasa kerupuk ikan pora-pora P3 ini termasuk

kategori suka dan dari aspek gizi hanya kerupuk P3 yang telah memenuhi syarat

kerupuk sumber protein dan juga mengandung kadar kalsium yang tinggi.

KESIMPULAN

1. Penambahan ikan pora-pora memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap warna dan tekstur kerupuk ikan pora-pora yang dihasilkan. Semakin banyak ikan pora-pora maka semakin tidak disukainya warna kerupuk ikan pora-pora sedangkan untuk tekstur yang tidak disukai pada kerupuk ikan pora-pora dengan penambahan ikan pora-pora 10% (P2).

2. Penambahan ikan pora-pora dengan berbagai jenis variasi tidak memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap aroma dan rasa kerupuk ikan pora-pora yang dihasilkan.

3. Kerupuk ikan pora-pora dengan penambahan ikan pora-pora 5%, 10%, dan 15% masing-masing memberi sumbangan protein per 100 gram yaitu 2,00 % b/b, 4,11% b/b, dan 6,40% b/b.

4. Kerupuk ikan pora-pora dengan penambahan ikan pora-pora 5%, 10%, dan 15% masing-masing memberi sumbangan kalsium per 100 gram yaitu 28,6 mg, 51,3 mg, dan 77,1 mg.

5. Kerupuk yang memenuhi syarat sebagai kerupuk sumber protein adalah kerupuk ikan pora-pora P3 dengan kadar protein

6,40 % b/b sesuai dengan Standar Industri Indonesia (SII).

(7)

7 SARAN

1. Agar masyarakat menjadikan kerupuk ikan pora-pora sebagai alternatif variasi pangan ditingkat rumah tangga ataupun tingkat industri.

2. Perlu dilakukan upaya untuk lebih memperkenalkan kerupuk ikan pora-pora kepada masyarakat seperti bekerjasama dengan pihak kantin sekolah untuk memperkenalkan kerupuk ikan pora-pora pada anak sekolah.

3. Perlu dilakukan penelitian lain terkait penambahan ikan pora-pora dalam rangka penganekaragaman makanan.

4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait kandungan gizi lain dalam kerupuk ikan pora-pora.

DAFTAR PUSTAKA

Devi, N. 2012. Gizi Anak Sekolah. PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta Ellya, E.S. 2010. Gizi Dalam Kesehatan

Reproduksi. Cetakan Pertama. Jakarta : TIM

Gidion. 2005. Daya Terima Konsumen terhadap Jus Lidah Buaya yang Ditambahi Markisa dan/atau Lemon. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan

Hanny, I. 2011. Teknologi Pengolahan Pangan : Rambak Kulit Ikan. Jakarta : Kanisius

Kementerian Kelautan dan Perikanan. Group 16. Konsumsi Ikan perkapita Penduduk Indonesia 5 Tahun Terakhir. Diakses 24 Januari 2012 ; http://suarakarya.com

Krisno, A.B. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Cetakan Keempat. UMM press, Malang

Tababaka, R. 2004. Pemanfaatan Tulang Ikan Patin (Pangasius sp) Sebagai Bahan Tambahan Kerupuk. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Winarno. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan Keenam. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Wahyono, R dan Marzuki. 2003. Pembuatan Aneka Kerupuk. Niaga Swadaya

Gambar

Tabel  3.  Hasil  Uji  Ganda  Duncan  terhadap  Warna
Tabel 5. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap  Aroma  Sumber  Keragaman  Db  JK  KT  0,05  Ket  Perlakuan  2  0,65  0,32  0,61  3,07  Tidak  ada  perbe daan Galat 117 62,3 0,53
Tabel 9. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap  Tekstur  Sumber  Keragaman  Db  JK  KT  0,05  Ket  Perlakuan  2  10,0  5,03  7,32  3,07  Ada  perbe daan Galat 117  70,5  0,69
Tabel  12.  Penerimaan  konsumen  terhadap  Kerupuk  Ikan  Pora-Pora  dengan  Melihat Berdasarkan Indikator

Referensi

Dokumen terkait

yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah Bagaimana peranan balai pemasyarakatan dalam penelitian kemasyarakatan terhyadap anak dalam proses peradilan pidana,

Dari data hasil perhitungan selisih volume tampungan air waduk, dan jika dibandingkan dengan lamanya waktu antar pengukuran batimetri dilakukan, maka bisa

yaitu jenis pekerjaan yang berkaitan dengan penyembanqan. teori dan pratek

Berbeda dengan teori klasik yang menganggap permintaan dan penawaran terhadap tenaga kerja selalu seimbang (equilibrium) karena harga-harga fleksibel, maka menurut Keynes pasar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pengembangan industri Lurik di Kabupaten Klaten adalah (1) Meningkatkan peran Pemerintah Kabupaten Klaten dalam promosi produk

Hasil dari penelitian ini dalam melaksanakan perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian Kantor Pertanahan Kota Pangkalpinang kurang efektif, karena

• Sido Muncul Kuku Bima Ener-G Drink adalah produk baru minuman serbuk, yang harus mampu. bersaing dengan pemain lama, yang selama ini dikuasai oleh Extra Joss, Hemaviton

PT Hutama Listrik &amp; telpon Pembelian Toko Merdeka PT Duta Angkasa Biaya Gaji.