• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Neraca Komoditas sebagai Dasar Pemenuhan Bahan Baku / Bahan Penolong Industri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyusunan Neraca Komoditas sebagai Dasar Pemenuhan Bahan Baku / Bahan Penolong Industri"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada Penyelenggaraan Perdagangan

Penyusunan Neraca Komoditas

sebagai Dasar Pemenuhan Bahan Baku /

Bahan Penolong Industri

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

08 April 2021

(2)

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN

Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada Penyelenggaraan Perdagangan

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

PENGENDALIAN EKSPOR-IMPOR DALAM UUCK

UU No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja mengamanatkan perizinan berusaha di Indonesia dilakukan berdasarkan resikoDampaknya Rekomendasi yang selama ini wajib sebagai dasar penerbitan PI/PE diubah normanya menjadi “jika diperlukan”.Selain itu UUCK mengamanatkan pengendalian ekspor impor merupakan wewenang Menteri Perdagangan.

Konsern K/L terkait dengan Tusi untuk pengembangan, pembinaan, dan pengawasan di sektor masing-masing yang selama ini dilakukan melalui Rekomendasi akan

dituangkan dalam Neraca Komoditas.

Neraca Komoditas pada prinsipnya menguatkan kosern K/L agar lebih strategis dengan membuat usulan penetapan kebutuhan impor kepada Rakortas, untuk dibahas dan ditetapkan menjadi penetapan kebutuhan ekspor/impor yang harus diterbitkan PE/PI nya oleh Kementerian Perdagangan.

Pasal 46 Angka 13 UUCK

13. Ketentuan Pasal 45 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: (1) Impor Barang hanya dapat dilakukan oleh Importir yang

memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat. (2) Dalam hal Impor tidak dilakukan untuk kegiatan usaha,

importir tidak memerlukan Perizinan Berusaha.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Penjelasan ayat (1):

Permohonan impor barang diajukan langsung kepada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan, dan persetujuan Pemerintah Pusat diberikan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan setelah ada rekomendasi dari kementerian lain

jika diperlukan.

Pasal 559, PP 5 Thun 2021 PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA BERBASIS RISIKO

1) Penerbitan Perizinan Berusaha terkait ekspor dan impor oleh menteri/pimpinan lembaga dilakukan berdasarkan neraca komoditas yang ditetapkan dalam rapat koordinasi tingkat menteri.

2) Dalam rangka penetapan neraca komoditas, kementerian/lembaga menyediakan data

yang terkait dengan rencana kebutuhan ekspor dan impor serta data pendukung pada sistem elektronik yang terintegrasi dengan sistem penanganan dokumen yang terkait

dengan ekspor dan impor.

3) Dalam hal neraca komoditas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah tersedia, Perizinan Berusaha Untuk Menunjang Kegiatan Usaha berupa rekomendasi ekspor dan impor yang diatur di sektor masing-masing dalam Peraturan Pemerintah ini tidak berlaku.

4) Dalam hal neraca komoditas belum tersedia, penerbitan Perizinan Berusaha Untuk

Menunjang Kegiatan Usaha berupa rekomendasi ekspor dan impor oleh menteri/pimpinan lembaga dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan dan data yang tersedia.

(3)

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN

Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada Penyelenggaraan Perdagangan

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

PENGATURAN NERACA KOMODITAS DALAM

PP PENYELENGGARAAN BIDANG PERINDUSTRIAN (1/2)

Paragraf 3 Neraca Komoditas Pasal 11

(1) Dalam rangka menjamin ketersediaan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pemerintah Pusat menetapkan neraca

komoditas.

(2) Neraca komoditas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:

a. data yang lengkap, detail, dan akurat mengenai kebutuhan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong untuk Industri dalam negeri; dan

b. data yang lengkap, detail, dan akurat mengenai pasokan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong untuk Industri dalam negeri.

(3) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a paling sedikit meliputi data mengenai:

a. jenis Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang dibutuhkan berdasarkan pos tarif; b. jumlah/volume Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang dibutuhkan;

c. waktu pemanfaatan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang dibutuhkan; dan d. standar mutu Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang dibutuhkan.

(4) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b paling sedikit meliputi data mengenai:

a. jenis Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang tersedia di dalam negeri berdasarkan pos tarif;

b. jumlah/volume Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang tersedia di dalam negeri;

c. waktu ketersediaan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong di dalam negeri; dan d. standar mutu Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang tersedia di dalam negeri. (5) Neraca komoditas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

Pasal 12

(1) Penetapan neraca komoditas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (5) dilakukan dalam rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh kementerian yang menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang perekonomian paling lambat pada bulan Desember tahun sebelumnya.

(2) Penetapan neraca komoditas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan rencana kebutuhan Industri dan rincian data pasokan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong.

(3) Neraca komoditas yang telah ditetapkan dapat dievaluasi sewaktu-waktu jika diperlukan, untuk ditetapkan kembali

melalui rapat koordinasi yang dihadiri oleh pejabat pimpinan tinggi utama/madya.

(4) Neraca komoditas dapat diakses melalui sistem informasi terintegrasi.

Pasal 13

(1) Rapat koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) diselenggarakan oleh menteri dan/atau pejabat pimpinan tinggi utama/madya.

(2) Rapat koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat didahului dengan rapat koordinasi teknis kementerian/lembaga terkait.

(4)

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN

Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada Penyelenggaraan Perdagangan

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

PENGATURAN NERACA KOMODITAS DALAM

PP PENYELENGGARAAN BIDANG PERINDUSTRIAN (2/2)

Pasal 15

(1) Usulan kebutuhan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) disampaikan oleh Perusahaan Industri dan/atau pusat penyedia Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong kepada Menteri.

(2) Usulan kebutuhan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal diperlukan dapat dilakukan verifikasi terlebih dahulu oleh lembaga pelaksana verifikasi yang ditunjuk oleh Menteri sebelum disampaikan oleh Pelaku Usaha.

(3) Usulan kebutuhan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara elektronik melalui SIINas.

Pasal 17

Rencana kebutuhan Industri yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 14 dan rincian data pasokan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 disampaikan kepada menteri yang menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang perekonomian melalui sistem informasi terintegrasi secara berkala setiap triwulan.

Pasal 18

Dalam hal neraca komoditas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)

belum ditetapkan, jaminan ketersediaan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong

ditetapkan berdasarkan ketentuan dan data yang tersedia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 16

(1) Rincian data pasokan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) disampaikan oleh Menteri dan menteri/kepala lembaga pemerintah nonkementerian terkait melalui sistem informasi terintegrasi secara berkala setiap triwulan.

(2) Rincian data pasokan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang disampaikan oleh Menteri atau menteri/kepala lembaga pemerintah nonkementerian terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan data pasokan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang dihasilkan oleh Industri hulu dan Industri antara.

Pasal 14

(1) Rencana kebutuhan Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat

(2) merupakan rencana kebutuhan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

(2) Rencana kebutuhan Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan usulan kebutuhan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong setiap Perusahaan Industri.

(3) Rencana kebutuhan Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.

(5)

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN

Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada Penyelenggaraan Perdagangan

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

PENGATURAN NERACA KOMODITAS DALAM

PP PENYELENGGARAAN BIDANG PERDAGANGAN

Pasal 5

(1) Eksportir dalam kegiatan Ekspor wajib memiliki NIB.

(2) Dalam hal Ekspor tidak dilakukan untuk kegiatan usaha, Eksportir tidak memerlukan NIB dan/atau Perizinan Berusaha.

(3) Terhadap kegiatan Ekspor tertentu, Eksportir wajib memiliki Perizinan Berusaha dari Menteri. (4) Perizinan Berusaha di bidang Ekspor sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) terdiri dari: a. Eksportir terdaftar; dan/atau b. Persetujuan Ekspor.

(5) Penerbitan persetujuan Ekspor oleh Menteri dilaksanakan berdasarkan neraca komoditas. (6) Dalam hal neraca komoditas sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) belum ditetapkan, penerbitan persetujuan Ekspor oleh Menteri akan dilakukan berdasarkan ketentuan dan data yang tersedia.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai neraca komoditas sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Presiden.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai:

a. Eksportir yang tidak memerlukan NIB dan/atau Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2); dan

b. Perizinan Berusaha di bidang Ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 6

(1) Importir dalam kegiatan Impor wajib memiliki NIB yang berlaku sebagai Angka Pengenal Importir (API).

(2) NIB yang berlaku sebagai Angka Pengenal Importir (API) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. Angka Pengenal Importir Umum (API-U); dan b. Angka Pengenal Importir Produsen (API-P).

(3) Terhadap kegiatan Impor tertentu, Importir wajib memiliki Perizinan Berusaha dari Menteri.

(4) Dalam hal Impor tidak dilakukan untuk kegiatan usaha, Importir tidak memerlukan NIB dan/atau Perizinan Berusaha.

(5) Perizinan Berusaha di bidang Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari:

a. Importir terdaftar;

b. Importir Produsen; dan/atau c. persetujuan Impor.

(6) Penerbitan persetujuan Impor oleh Menteri dilaksanakan berdasarkan neraca komoditas.

(7) Dalam hal neraca komoditas sebagaimana dimaksud pada ayat (6) belum ditetapkan, penerbitan persetujuan Impor oleh Menteri akan dilakukan berdasarkan ketentuan dan data yang tersedia.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai neraca komoditas sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatur dengan Peraturan Presiden.

(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai:

a. NIB yang berlaku sebagai Angka Pengenal Importir (API) sebagaimana dimaksud pada ayat (1);

b. Importir yang tidak memerlukan NIB dan/atau Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (4); dan

c. Perizinan Berusaha di bidang Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (5), diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 11 (1) Dalam rangka kebutuhan neraca komoditas, kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian menyediakan data terkait dengan Ekspor dan Impor serta data lainnya pada sistem informasi yang terintegrasi. (2) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan menyampaikan data realisasi Ekspor dan Impor kepada Menteri, menteri, dan/atau kepala lembaga pemerintah nonkementerian terkait melalui sistem informasi yang terintegrasi.

(6)

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN

Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada Penyelenggaraan Perdagangan

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Neraca Komoditi 4

Persetujuan

Ekspor

Persetujuan

Impor

Ekspor Impor 2 SIINas Inatrade Sistem INSW* Input Input

K/L SEKTOR MEKANISME /PROSES KEMENDAG

5 5 Penetapan Kebutuhan Impor/Ekspor 1 Penetapan Rencana Kebutuhan Impor/Ekspor PELAKU USAHA Usulan Kebutuhan Impor/Ekspor Sistem K/L terkait Elemen Data detail:

Jenis Brg, Jumlah Brg, Waktu & Tempat Impor/ Ekspor, dll 3 Output NERACA KOMODITAS Sistem INSW* RAKORTAS Pembahasan Kebutuhan Impor/Ekspor 3 Output

Neraca Komoditas: Data dan informasi yang memuat antara lain konsumsi dan produksi komoditas tertentu untuk kebutuhan penduduk dan keperluan industri, dalam kurun waktu tertentu,

yang ditetapkan dan berlaku secara nasional.

Neraca Komoditas akan menetapkan Kebutuhan Impor/ Ekspor dan menjadi rujukan tunggal & dasar dari penerbitan Persetujuan Impor dan Ekspor yang berlaku secara nasional.

Pengaturan lebih lanjut Neraca Komoditas akan dituangkan dalam Peraturan Presiden, dan diselesaikan oleh seluruh K/L terkait, dengan transisi penerapan dalam waktu 1 tahun.

Pembangunan dashboard sistem dilakukan bertahap di Sistem INSW, tahap awal untuk komoditas yang telah masuk dalam program STRANAS PK dan Alat Kesehatan.

NERACA KOMODITAS

Keterangan:

▪ Sistem Elektronik yang Terintegrasi ▪ Pendekatan HS Code, API-P, API-U

▪ “Kebutuhan Impor/ Ekspor” sbg dasar penerbitan PI/ PE

(7)

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN

Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada Penyelenggaraan Perdagangan

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Proses Bisnis Neraca Komoditas Dan Single Submission (SSM)

PROBIS PE N YA M PA IA N RENCA N A KE BUTUH A N IM PO R PROBIS PE R IZIN A N

PELAKU USAHA

SISTEM K/L

SISTEM INSW

KEMENKO EKON

USULAN KEBUTUHAN ▪VERIFIKASI USULAN KEBUTUHAN ▪PENETAPAN RENCANA KEBUTUHAN KOMPILASI DATA RENCANA KEBUTUHAN & RENCANA PSOKAN NERACA KOMODITAS SEMENTARA RAKOR TEKNIS finalisasi Neraca Komoditas (Es II) NERACA KOMODITAS TERLEGITIMASI • Kebutuhan bahan baku/bahan penolong/ barang lainnya

Elemen data a.l:

• Identitas (NIB & Izin Usaha) • Rencana Impor/Realisasi

Ekspor Sebelumnya (HS, Jumlah, Waktu, Pelabuhan) • Rencana Ekspor/Realisasi

Ekspor Sebelumnya • Kapasitas Produksi

(terpasang/terpakai • Kewajiban perizinan (a.l.

Laporan, Komitmen)

• Verifikasi usulan kebutuhan pelaku usaha (K/L, UPT, Dinas, atau Verifikator pihak ketiga) • Penetapan Rencana Kebutuhan

Impor/Ekspor yang telah diverifikasi

Elemen Data: • Kebutuhan bahan baku/ bahan penolong/barang lainnya • Produksi • Ketersediaan (Stock) • Konsumsi

• Pelaku usaha yang mengajukan permohonan RAKORTAS Penetapan Neraca Komoditas (Menteri/Es I) Penetapan kebutuhan ekspor impor INATRADE PENGAJUAN

PI/PE SSM SISTEM INSW

Respon Persetujuan/ Penolakan PI/PE Meneruskan pengajuan PI/PE pelaku usaha

Meneruskan respon Persetujuan/ Penolakan PI/PE pelaku usaha

Meneruskan keputusan penetapan kebutuhan ekspor impor sebagai dasar penerbitan PI/PE 1 4 5 6 7 8 9 11 PENETAPAN RENCANA PASOKAN

• Berupa ata produksi dan data ketersediaan (stock)

Elemen data a.l:

• Identitas (NIB & Izin Usaha) • Jenis /Rencana/ Volume (Uraian

barang, Standar Mutu, HS, Satuan) • Luas Lahan/Lokasi/Waktu Y-1 2 3 • Demand Side: - Kebutuhan Industri - Kebutuhan konsumsi • Supply Side: - Produksi lokal - Produksi lain • Impor (Gap)

KEMENDAG

TRANSAKSIONAL Validasi Persyaratan

10 Penerbitan PI/PE sesuai

penetapan kebutuhan ekspor impor Pengajuan PI/PE pelaku usaha

(8)

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN

Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada Penyelenggaraan Perdagangan

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” Sumber Data:

Alur Input Data Rencana Kebutuhan Industri untuk Neraca Komoditas

K/L Terkait LNSW Kemenko Ekon ❑ Persh Pertanian/Pkebunan/Pternakan ❑ Persh Perikanan/Pergaraman ❑ Persh Pertambangan ✓ Kementan ✓ KKP ✓ Kemen ESDM

Data Supply Komoditas

asal SDA

❑ Persh Industri Hulu

❑ Persh Industri Antara

❑ Persh Industri Hilir

✓ Kemenperin

#Data Supply Komoditas Manufaktur (Hasil

Produksi, Produk Samping, Sisa Produk)

#Data Demand Bahan

Baku (Komoditas SDA dan Komoditas Manufaktur) Data Supply-Demand Komoditas #data RKI, dan #data pasokan Neraca Komoditas Rakor: Menteri/ Eselon I Verifikasi

❑ Kebutuhan Konsumsi Masyarakat ✓ BPS

❑ Kebutuhan Khusus Pemerintah ✓ Kemenkes/Others

#Data Demand Komoditas Tertentu RKI: Rencana Kebutuhan Industri

(9)

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN

Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada Penyelenggaraan Perdagangan

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

PERUSAHAAN INDUSTRI Usulan Kebutuhan BB/BP LEMBAGA PELAKSANA VERIFIKASI Verifikasi*)

*) dalam hal diperlukan

KEMENTERIAN/LEMBAGA RKI Hasil Verifikasi Penetapan Rencana Kebutuhan Industri (RKI) Usulan Kebutuhan BB/BP MENKO EKON Penetapan Neraca Komoditas (NK) SIINas. SINSW

Khusus untuk Industri

Hulu dan Antara

Penyusunan Rincian Data Pasokan (RDP) RDP NK Menperin

Menperin dan Menteri/ Ka Lembaga Teknis lainnya Termasuk dari Pusat

Penyedia BB/BP untuk keperluan IKM.

- Penetapan NK dalam rakor Menteri/ Es-I

- Paling lambat bulan Desember tahun sebelumnya.

- Dapat didahului rakornis - NK dapat dievaluasi

sewaktu-waktu dan ditetapkan kembali melalui rakor Es-I.

- NK dapat diakses melalui sistem informasi yang terintegrasi (SINSW) SIINas. Setiap triwulan Setiap triwulan Komponen Data NK BB/BP

Industri harus LENGKAP, DETAIL dan AKURAT mengenai:

a. kebutuhanBB/BP untuk Industri dalam negeri

b. pasokanBB/BP untuk Industri dalam negeri - jenis BB/BP yang dibutuhkan berdasarkan pos tarif; - jumlah/volume BB/BP; - waktu pemanfaatan BB/BP; dan - standar mutu BB/BP.

- jenis BB/BP yang tersedia di DN berdasarkan pos tarif; - jumlah/volume BB/BP yang

tersedia di DN;

- waktu ketersediaan; dan - standar mutu BB/BP.

(10)

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN

Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada Penyelenggaraan Perdagangan

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

SHARING DATA DALAM NERACA KOMODITAS

Dalam PP Perdagangan, kepentingan K/L untuk memperoleh data yang diperlukan dalam melakukan pengawasan sesuai

Tusi masing-masing akan disediakan secara otomatis melalui sistem tunggal yang terintegrasi (LNSW).

Neraca Komoditas disediakan dalam sistem tunggal yang terintegrasi dan merupakan rujukan tunggal dalam

pengendalian ekspor impor.

Neraca Komoditas dapat diakses oleh seluruh K/L terkait (sesuai Tusi dan kewenangan), sehingga terdapat transparansi

dan akuntabilitas data yang dapat digunakan oleh K/L masing-masing.

Neraca Komoditas adalah data dan informasi yang memuat antara lain situasi konsumsi dan produksi komoditas tertentu

untuk kebutuhan penduduk dan keperluan industri dalam kurun waktu tertentu, yang ditetapkan dan berlaku secara

nasional.

Pasal 13 PP Penyelenggaraan Bidang Perdagangan

(1) Dalam rangka kebutuhan neraca komoditas, kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian menyediakan data

terkait dengan Ekspor dan Impor serta data lainnya pada sistem informasi yang terintegrasi.

(2) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan menyampaikan data realisasi Ekspor dan

Impor kepada Menteri, menteri, dan/atau kepala lembaga pemerintah nonkementerian terkait melalui sistem informasi

(11)

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN

Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada Penyelenggaraan Perdagangan

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

NERACA GARAM NASIONAL (Contoh)

NERACA GARAM TAHUN 2016 - 2019 (DALAM TON)

Total Total Total lokal impor Total

1 Stok Awal 2.087.599 775.187 450.875 1.585.069 2.114.669 443.000 2.557.670

2 Produksi 168.054 1.111.395 2.720.231 2.861.635 2.575.302 - 2.575.302

3 Impor 2.143.743 2.552.283 2.836.953 2.699.163 - 0

4 Susut dan hilang -91.003 -258.116 -410.953 -425.183 -321.913 0 -321.913

5 Ekspor -319 -540 -154 -513 0 6 Ketersediaan 4.308.074 4.180.209 5.596.952 6.720.171 4.368.058 443.000 4.811.059 7 Penggunaan 3.532.887 3.729.334 4.011.883 4.162.502 1.533.371 2.931.299 4.464.670 1) Industri Manufaktur 2.881.299 3.088.007 3.339.437 3.466.819 813.356 2.931.299 3.744.655 a. Aneka Pangan 412.375 443.303 570.144 637.683 138.536 543.785 682.321 b. CAP 1.846.708 2.009.707 2.076.185 2.115.357 - 2.300.450 2.300.450

c. Farmasi dan Kosmetik 4.099 5.770 4.881 7.344 - 7.564 7.564

d. Water treatment 17.128 20.756 22.643 20.701 21.943 21.943

f. Penyamakan Kulit 53.788 56.619 59.599 41.163 43.509 43.509

e. Pakan Ternak 43.328 45.609 50.168 35.369 37.244 37.244

f. sabun dan deterjen 19.223 20.235 21.300 10.508 11.041 11.041

g. Pertambangan 48.695 46.376 61.328 80.050 550 79.500 80.050

h. Pengasinan Ikan 422.130 423.987 445.186 482.047 521.960 521.960

i. Lainnya (textil, dll) 13.824 15.645 28.003 36.597 38.573 38.573

2) Rumah tangga 307.595 310.076 313.775 317.634 321.541 321.541

3) Komersial 326.546 313.077 339.739 358.085 377.422 377.422

4) Peternakan dan Perkebunan 17.448 18.175 18.932 19.964 21.052 21.052

8 Stok Akhir 775.187 450.875 1.585.069 2.557.670 2.834.687 -2.488.299 346.388

Sumber : Kemenperin, Kemendag, KKP dan BPS RINCIAN

TAHUN

(12)

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN

Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada Penyelenggaraan Perdagangan

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

(13)

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN

Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada Penyelenggaraan Perdagangan

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

RELASI SINSW DALAM PERIJINAN BERUSAHA BERDASARKAN

PP No.5/2021 DAN PP No.29/2021

UTILISASI DATA NIB

Optimalisasi pemanfaatan NIB sebagai elemen dasar validasi untuk layanan SINSW

Pemanfaatan profil pelaku usaha yang ada di NIB untuk Single Stakeholder Information dalam kerangka ISRM

FEEDBACK IJIN OPERASIONAL/KOMITMEN

SINSW menyampaikan notifikasi keputusan (data keputusan perijinan terkait perijinan ekspor/impor [lartas]) sebagai feedback pemenuhan komitmen oleh pelaku usaha ke sistem OSS

PELAKU USAHA NIB + List Komitmen Notifikasi Keputusan SINSW INHOUSE SYSTEM

Perizinan Berusaha Untuk Menunjang Kegiatan Usaha

Notifikasi Keputusan

K/L/D

Perijinan Berusaha (investasi)

Data Keputusan Rekomendasi/ Neraca Komoditas & PI/PE

(14)

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN

Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada Penyelenggaraan Perdagangan

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

PRODUKSI DAN STOK GARAM LOKAL

SD DESEMBER 2019

286,63

2.692,39

50,00

1 Pidie Jaya

239,63

980,33

27,00

2 Aceh Utara

47,00

1.712,06

23,00

4.615,60

464.836,05

311.722,64

3 Karawang

172,34

8.645,72

7.320,00

4 Cirebon

1.557,75

155.714,16

18.125,00

5 Indramayu

2.885,51

300.476,17

286.277,64

7.124,20

752.285,80

473.168,41

6 Brebes

560,00

50.019,75

29.350,00

7 Demak

1.314,94

114.376,88

79.933,24

8 Jepara

528,60

65.524,54

53.906,00

9 Rembang

1.558,59

169.028,51

76.534,00

10 Pati

3.162,07

353.336,13

233.445,17

ACEH

JATENG

JABAR

No.

LOKASI

Luas

Lahan

Stok

(Ton)

Produksi 2019

(Ton)

6.262,40 690.732,29 480.868,83 11 Tuban 272,41 31.440,26 14.622,98 12 Lamongan 223,27 25.587,72 12.925,00 13 Pamekasan 923,70 104.725,86 44.754,50 14 Sampang 2.885,60 353.551,31 305.746,00 15 Sumenep 1.957,42 175.427,13 102.820,35 2.292,85 207.507,32 93.038,08 16 Bima 1.750,30 187.632,95 88.650,00 17 Sumbawa 253,35 8.416,31 2.232,00 18 Lombok Timur 148,00 10.195,54 1.374,46 19 Lombok Barat 141,20 1.262,52 781,62 195,03 4.648,73 2.563,70 20 Kupang 88,03 2.910,14 2.563,70 21 Sabu Raijua 107,00 1.738,58 0,00 1.490,26 109.306,32 42.076,56 22 Jeneponto 810,71 56.966,35 23.307,55 23 Takalar 179,45 13.187,41 5.532,81 24 Pangkep 500,10 39.152,56 13.236,20 22.266,97 2.232.008,88 1.403.488,22 424.698,00 448.000,00

2.656.706,88 1.851.488,22

Total

SULSEL NTT NTB JATIM PT. Garam

Grand Total

No. LOKASI Luas Lahan Stok (Ton) Produksi 2019 (Ton)

Sumber: KKP (2019)

Referensi

Dokumen terkait

Citra yang digunakan adalah citra ALOS AVNIR – 2 pada musim penghujan karena pada saat kemarau pohon jati akan meranggas dan berpengaruh pada transformasi indeks

The remarkable loan growth is likely to be the potent driver for BBRI to jostle for the double–digit growth in the interest income of 2019, terminating the single–digit growth in

Petani-petani di Indonesia banyak yang termasuk sebagai setengah pengangguran kentara karena petani yang hanya memiliki lahan yang sempit biasanya bekerja kurang

Apabila dia orang yang sholeh, maka para malaikat berkata padanya: 'Keluarlah, duhai jiwa yang baik, dalam tubuh yang baik, keluarlah dengan terpuji, dan kabar gembira untukmu

Penelitian yang telah dilakukan di Bukit Ace Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang, diketahui bahwa komposisi pohon terdiri dari 13 species dan 172

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: serbuk gergaji kayu jati dapat digunakan sebagai adsorben ion logam Pb(II) menggunakan limbah cair simulasi dengan kapasitas adsorpsi sebesar

Kegiatan pembelajaran siklus II pada pertemuan pertama sebagai berikut: Aktivitas guru memperoleh nilai rata-rata sebesar 64,28. Nilai rata-rata aktivitas siswa adalah

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah (a) bilangan-bilangan yang disebut dalam Al-Qur’an, (b) pada surat dan ayat berapa bilangan tersebut disebutkan, (c) kata