• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN SEBAGAI BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH WALIKOTA BIMA,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN SEBAGAI BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH WALIKOTA BIMA,"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 05 TAHUN 2010

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN SEBAGAI BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH

WALIKOTA BIMA,

Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan dalam pasal 45 ayat (1) Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 2007 maka untuk menunjang pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah daerah dapat membentuk lembaga lain sebagai bagian perangkat daerah dengan syarat adanya tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang perlu ditangani;

b. bahwa pembentukan Lembaga Lain Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bima, dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan/pelaksanaan kebijakan pemerintah dan peraturan perundang-undangan yang tidak termasuk urusan wajib dan urusan pilihan ;

c. bahwa berdasarkan pertimbagan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Organisasi dan tata kerja lembaga lain sebagai bagian dari perangkat daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4723);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana ( Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4828);

10. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kota Bima (Lembaran Daerah Kota Bima Tahun 2008 Nomor 6).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA BIMA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN SEBAGAI BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH KOTA BIMA.

(3)

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Daerah Kota Bima;

b. Pemerintah Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

c. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

d. Walikota adalah Walikota Bima;

e. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bima;

f. Perangkat Daerah adalah perangkat daerah Kota Bima yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan;

g. Lembaga Lain sebagai bagian dari Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut lembaga lain adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bima;

h. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bima yang selanjutnya disebut BPBD adalah perangkat daerah Kota Bima yang dibentuk dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di daerah;

i. Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disebut Pelaksana BPBD Kota Bima adalah Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bima;

j. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah selanjutnya disebut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bima;

k. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menggagu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan faktor non alam maupun faktor manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak spikologis;

l. Eselon adalah tingkatan jabatan struktural;

m. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pelaksana dalam melaksanakan tugas yang bersifat khusus sesuai dengan keahliannya.

(4)

BAB II

PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI

Bagian Kesatu Pembentukan

Pasal 2

Pemerintah Daerah membentuk Lembaga Lain sebagai bagian dari perangkat daerah Kota Bima yang terdiri dari:

1. Pemerintah Daerah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bima;

2. Badan Penanggulangan Bencana Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bima Klasifikasi A.

Bagian Kedua Kedudukan

Pasal 3

(1) BPBD berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota.

(2) BPBD dipimpin oleh Kepala Badan yang secara ex officio dijabat oleh Sekretaris Daerah.

Bagian Ketiga Tugas Pokok dan Fungsi

Pasal 4

(1) BPBD mempunyai tugas:

a. menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara;

b. menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;

c. menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana; d. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana; e. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala

daerah setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;

(5)

g. mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan

h. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Penetapan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

(3) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPBD menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien;

b. pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh; dan

c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai bidang tugas.

(4) Rincian tugas pokok dan fungsi BPBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

BAB III Organisasi Bagian Kesatu Susunan Organisasi

Pasal 5

Susunan Organisasi BPBD terdiri dari: a. Kepala;

b. Unsur Pengarah; dan c. Unsur Pelaksana. Bagian Kedua Unsur Pengarah Paragraf 1 Keanggotaan Pasal 6

(1) Unsur pengarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala BPBD.

(2) Unsur pengarah terdiri dari ketua dan anggota. (3) Ketua unsur pengarah dijabat oleh Kepala BPBD.

(6)

a. 5 (lima) orang pejabat pemerintah daerah, yaitu: 1. Asisten Perekonomian dan Pembangunan; 2. Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja; 3. Kepala BAPPEDA;

4. Kepala Dinas Pekerjaan Umum; 5. Kepala Dinas Kesehatan.

b. 4 (empat) orang dari masyarakat professional di daerah.

Paragraf 2 Tugas dan Fungsi

Pasal 7

(1) Unsur Pengarah mempunyai tugas memberikan masukan dan saran kepada Kepala BPBD dalam hal penanggulangan bencana.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), unsur pengarah menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan penanggulangan bencana daerah; b. pemantauan;

c. evaluasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Paragraf 3

Mekanisme Penetapan Anggota

Pasal 8

(1) Penetapan anggota unsur pengarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) huruf b dilakukan melalui mekanisme prosedur pemilihan dan seleksi.

(2) Prosedur pemilihan dan seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tahapan:

a. Penetapan persyaratan; b. Pendaftaran dan seleksi; c. Penyampaian hasil seleksi;

d. Pelaksanaan uji kepatutan dan uji kelayakan; e. Penetapan calon anggota terpilih;

f. Pengumuman hasil uji kepatutan dan uji kelayakan.

(3) Tahapan penetapan persyaratan, yaitu BPBD menetapkan persyaratan calon anggota unsur pengarah dari masyarakat professional yang meliputi:

a. Warga Negara Indonesia; b. Sehat jasmani dan rohani; c. Berkelakuan baik;

(7)

d. Berusia serendah-rendahnya 30 (tiga puluh) tahun dan setinggi-tingginya 60 (enam puluh) tahun;

e. Memiliki wawasan kebangsaan; f. Non partisan;

g. Tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau anggota TNI/POLRI, kecuali dosen yang telah mendapat ijin dari pejabat yang berwenang;

h. Berdomisili di daerah yang bersangkutan/berasal dari daerah yang bersangkutan.

(4) Tahapan pendaftaran dan seleksi, yaitu:

a. Pendaftaran dilakukan oleh lembaga independen yang ditunjuk/ditetapkan oleh Kepala BPBD dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat dan diumumkan melalui media massa;

b. Lembaga independen dimaksud melakukan seleksi terhadap calon anggota unsur pengarah dari masyarakat professional yang mendaftar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(5) Tahapan penyampaian hasil seleksi, yaitu:

a. Lembaga independen menyampaikan hasil seleksi kepada Kepala BPBD. b. Kepala BPBD mengusulkan 8 (delapan) calon anggota unsur pengarah

dari masyarakat professional hasil pemilihan kepada Walikota atau 2 (dua) kali lipat secara proporsional dari jumlah anggota unsur pengarah dari masyarakat professional, untuk dilakukan uji kepatutan dan uji kelayakan oleh DPRD.

(6) Tahapan pelaksanaan uji kepatutan, yaitu DPRD melakukan uji kepatutan dan uji kelayakan terhadap calon anggota unsur pengarah dari masyarakat professional yang diusulkan oleh Walikota.

(7) Tahapan penetapan calon anggota terpilih, yaitu calon anggota unsur pengarah yang dinyatakan lulus uji kepatutan dan uji kelayakan yang disampaikan oleh DPRD kepada Walikota, ditetapkan sebagai anggota unsur pengarah penanggulangan bencana secara definitif oleh Walikota.

(8) Tahapan pengumuman hasil uji kepatutan dan uji kelayakan, yaitu BPBD mengumumkan kepada masyarakat luas hasil uji kepatutan dan uji kelayakan melalui media.

Paragraf 5

Pengangkatan dan Masa Jabatan

Pasal 9

(1) Pengangkatan anggota unsur pengarah ditetapkan oleh Walikota.

(2) Masa jabatan anggota unsur pengarah dari instansi/lembaga pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(8)

(3) Masa jabatan anggota unsur pengarah dari masyarakat professional selama 5 (lima) tahun.

Paragraf 6

Pemberhentian Anggota

Pasal 10

(1) Pemberhentian anggota unsur pengarah dari lembaga/instansi pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Pemberhentian anggota unsur pengarah dari masyarakat professional

dilakukan setelah berkonsultasi dan mendapat persetujuan dari DPRD.

Paragraf 7

Pergantian Antar Waktu

Pasal 11

(1) Anggota unsur pengarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dapat dilakukan pergantian antar waktu.

(2) Pergantian antar waktu anggota unsur pengarah dilakukan karena asalan: a. Meninggal dunia;

b. Tidak lagi menduduki jabatan di instansinya bagi pegawai negeri sipil dan anggota TNI/Polri;

c. Mengundurkan diri sebagai anggota unsur pengarah atas kemauan sendiri;

d. Tidak dapat memenuhi kewajiban sebagai anggota unsur pengarah dan/atau telah melakukan pelanggaran hukum yang telah mendapat putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap;

(3) Calon pengganti anggota unsur pengarah dari lembaga/instansi pemerintah daerah harus berasal dari instansi pemerintah daerah yang diwakilinya. (4) Calon pengganti anggota unsur pengarah dari masyarakat professional

berasal dari calon yang telah mengikuti uji kepatutan dan uji kelayakan dan mendapat persetujuan oleh DPRD.

Bagian Ketiga Unsur Pelaksana

Pasal 12

1. Unsur Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPBD.

(9)

2. Unsur Pelaksana dipimpin oleh Kepala Pelaksana yang membantu Kepala BPBD dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi unsur pelaksana sehari-hari.

Pasal 13

(1) Unsur Pelaksana mempunyai tugas melaksanakan penanggulangan bencana secara terintegrasi meliputi:

a. prabencana;

b. saai tanggap darurat; dan c. pascabencana.

(2) Unsur Pelaksana menyelenggarakan fungsi: a. pengoordinasian;

b. pengkomandoan; dan c. pelaksana.

Pasal 14

Fungsi koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf a, merupakan fungsi koordinasi unsur Pelaksana BPBD dilaksanakan melalui koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah lainnya di daerah, instansi vertikal yang ada di daerah, lembaga usaha, dan atau pihak lain yang diperlukan pada tahap prabencana dan pasca bencana.

Pasal 15

Fungsi komando sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf b, merupakan fungsi komando unsur Pelaksana BPBD yang dilaksanakan melalui pengerahan sumber daya manusia, peralatan, logistik dari satuan kerja perangkat daerah lainnya, instansi vertikal yang ada di daerah serta langkah-langkah lain yang diperlukan dalam rangka penanganan darurat bencana.

Pasal 16

Fungsi pelaksana sebagaimana di maksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf c, merupakan fungsi pelaksana BPBD dilaksanakan secara terkoordinasi dan terintegrasi dengan satuan kerja perangkat daerah lainnya di daerah, instansi vertikal yang ada di daerah dengan memperhatikan kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 17 Unsur Pelaksana BPBD, terdiri dari: a. Kepala Pelaksana;

(10)

b. Sekretariat Unsur Pelaksana, terdiri dari: 1. Subbagian Umum dan Kepegawaian; 2. Subbag Keuangan;

3. Subbagian Program dan Pelaporan.

c. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, terdiri dari: 1. Seksi Pencegahan;

2. Seksi Kesiapsiagaan.

d. Bidang Kedaruratan dan Logistik, terdiri dari: 1. Seksi Kedaruratan;

2. Seksi Logistik.

e. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, terdiri dari: 1. Seksi Rehabilitasi;

2. Seksi Rekonstruksi.

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 18

Unsur Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b dapat membentuk Satuan Tugas.

Pasal 19

Sekretariat Unsur Pelaksana dipimpin oleh Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pelaksana.

Pasal 20

Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pelaksana.

Pasal 21

(1) Subbagian masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

(2) Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang masing-masing.

Pasal 22

Bagan susunan organisasi BPBD adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Walikota ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

(11)

BAB IV

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Pasal 23

(1) Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Lembaga lain yang bersangkutan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan .

(2) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.

(3) Setiap Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Walikota.

(4) Jumlah jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

(5) Jenis dan Jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB V ESELONERING

Pasal 24

(1) Kepala Pelaksana BPBD merupakan jabatan struktural eselon II b (2) Sekretaris dan Kepala Bidang merupakan jabatan struktural eselon III.b. (3) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi merupakan jabatan struktural eselon

IV.a.

BAB VI TATA KERJA

Pasal 25

(1) Dalam melaksanakan tugasnya setiap kepala satuan organisasi dan pejabat fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi secara vertikal dan horizontal, baik dalam lingkungan masing-masing maupun antara unit organisasi lain sesuai dengan tugasnya. (2) Setiap kepala satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya dan

apabila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Setiap kepala satuan organisasi bertanggungjawab dalam memimpin dan

mengkoordinasikan bawahannya serta memberikan bimbingan dan petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

(12)

(4) Rapat oordinasi antara BPBD Provinsi dan BPBD Kota diadakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dan rapat koordinasi nasional Badan Nasional Penanggulangan Bencana dengan BPBD Provinsi dan BPBD Kota diadakan palind sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan.

(5) Hubungan kerja antara BPBD Provinsi dengan BPBD Kota bersifat memfasilitasi /koordinasi dan pada saat penanganan darurat bencana BPBD Provinsi dapat melaksanakan fungsi komando, koordinasi, dan pelaksana.

BAB VII

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN Pasal 26

(1) Kepala Pelaksana, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian dan Kepala Seksi pada Lembaga lain diangkat dan diberhentikan dari jabatan struktural oleh Walikota.

(2) Pengangkatan dan pemberhentian dari dan dalam jabatan struktural sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII PEMBIAYAAN

Pasal 27

Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas Lembaga Lain sebagai bagian dari perangkat daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta sumber lain yang sah.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP Pasal 29

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku:

Peraturan Walikota Bima Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah, di cabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

(13)

Pasal 30

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Bima.

Ditetapkan di Raba- Bima Pada tanggal 28 Juli 2010

WALIKOTA BIMA

M. QURAIS H. ABIDIN

Diundangkan di Raba- Bima pada tanggal 28 Juli 2010

Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA BIMA

N U R D I N

(14)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 05 TAHUN 2010

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN SEBAGAI BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH KOTA BIMA

I. UMUM

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pembentukan perangkat daerah didasarkan pada kebutuhan, kemampuan, kondisi dan karakteristik Daerah, dengan memperhatikan kelompok bidang urusan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemeritahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota juga Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah agar kelak tidak memberatkan bagi daerah dalam pembiayaannya.

Berpedoman pada ketentuan Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, dan untuk menunjang pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan Pemerintah Daerah dapat membentuk Lembaga Lain sebagai bagian dari perangkat daerah, dengan syarat adanya tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang perlu ditangani.

Pembentukan Lembaga Lain seperti Pelaksana BPBD Kota Bima dimaksudkan dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan atau pelaksanaan kebijakan pemerintah dan peraturan perundang-undangan yang tidak termasuk urusan wajib dan urusan pilihan.

Dalam rangka pelaksanaan maksud dan ketentuan tersebut di atas, dipandang perlu menetapkan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain sebagai bagian dari perangkat daerah pada Pemerintah Kota Bima dengan Peraturan Daerah .

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

(15)

Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas.

(16)

Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas.

Referensi

Dokumen terkait

13.00 - 14.40 Wanatani Dasar Agronomi Komunikasi Bisnis Sosiologi Umum Politik dan

Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material, dimana sifat mekanik dari material pembentuknya berbeda beda [5], karena bahan komposit

Rangkuti(2009) menyatakan bahwa brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi D3 Kebidanan di Fakultas Ilmu Kesehatan

(2) Penyelenggaraan jasa multimedia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf e, f, g dan huruf h merupakan penyelenggaraan jasa multimedia yang tidak memerlukan izin

Jumlah alat musik tiup logam yang cukup banyak di setiap marching band dan beberapa instansi menjadikan bisnis jasa reparasi alat musik tiup logam sangat dibutuhkan

Sebelum menjalankan cuti karena alasan penting wajib menyerahkan pekerjaannya kepada atasan langsungnya atau pejabat lain yang ditunjuk. Setelah selesai menjalankan

Diberitahukan kepada peserta lelang yang telah mengikuti pelelangan Pengadaan Buku Koleksi Perpustakaan SD (DAK**) , bahwa akan dilaksanakan Negosiasi Teknis dan