• Tidak ada hasil yang ditemukan

BULETIN VETERINER UDAYANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BULETIN VETERINER UDAYANA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 9 No.2 Agustus 2017 p-ISSN: 2085-2495; e-ISSN: 2477-2712 Online pada : http//ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet Terbit mulai 1 Pebruari 2009

p-ISSN: 2085-2495, e-ISSN: 2477-2712

BULETIN VETERINER UDAYANA

 Infeksi Coccidia dan Strongyloides pada Sapi Bali Pasca Pemberian Mineral

 Karakteristik Fisik Daging Sapi Bali dan Wagyu

 Aktivitas Enzim Tikus Putih yang Diberi Buah Pinang

 Bakteri Non-Coliform pada Feses Sapi Bali

 Total Bakteri pada Air minum di Peternakan Ayam Pedaging

 Sonogram Organ Mata Kucing Liar Indonesia

 Nilai Gizi dan Kualitas Fisik Daging Sapi Bali

 Respon Imun Primer Ayam Petelur Pasca Vaksinasi Egg Drop Syndrome

 Efek Pemberian Viusid

©

Pet Terhadap Aktivitas dan Kapasitas Makrofag

 Pola Pertumbuhan Dimensi Panjang Alat Gerak Tubuh Itik Bali Betina

 Vitamin E terhadap Efek Samping Deksametason pada Paru-Paru Tikus

 Prevalensi Nematoda Gastrointestinal Bibit Sapi Bali di Nusa Penida

 Efektivitas Ekstrak Ethanol, Partisi N-Heksana dan Fraksi Kromatografi

Momordica charantia Dalam Menurunkan Glukosa Darah

 Karakteristik Fisikokimia Bakteriosin Asal Bakteri Asam Laktat Enterococcus

durans

DITERBITKAN OLEH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

VOL 9 NO. 2 AGUSTUS 2017

(2)

Publikasi Ilmiah Ini Diterbitkan

Dua Kali Setahun Setiap Bulan Pebruari dan

Agustus Yang Bekerjasama Antara

Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Udayana

Asosiasi Dokter Hewan Praktisi

Hewan Kecil Indonesia (ADHPHKI)

Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI)

Cabang Bali

(3)

Trenggiling adalah mamalia dari ordo Pholidota, mempunyai empat spesies yang hidup di Asia. Trenggiling memakan serangga atau semut dengan cara menjulurkan lidah untuk menangkap mangsanya.

Redaksi:

Penanggung Jawab : Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Ketua : Ni Ketut Suwiti, Sekretaris: I Wayan Sudira, Penyunting/editor: I Nengah Kerta Besung, Iwan Harjono Utama, Wayan Bebas, Kadek Karang Agustina Luh Gde Sri Surya Heryani, I Gusti Ayu Agung Suartini, Ida Ayu Pasti Apsari, Ida Bagus Ngurah Swacita, I Nyoman Suartha, Ni Nyoman Werdi Susari, Desak Nyoman Dewi Indira Laksmi, Ida Bagus Oka Winaya, I Gusti Made Krisna Erawan. Copy Editor: I Made Merdana, I Wayan Sudira, Putu Suastika. Layout Editor: I Wayan Nico Fajar Gunawan, Made Kardena, Luh Made Sudimartini. Sekretariat: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Jl. PB Sudirman Denpasar Telp. (0361) 223791. Email:[email protected]. Web: http//www.ojs.unud.ac.id/index,php/buletinvet.

Naskah yang dikirim ke redaksi Buletin Veteriner Udayana tidak

diperkenankan dipublikasikan lagi secara keseluruhan atau

sebagian tanpa seijin Buletin Veteriner Udayana

(4)

Prof. Dr. drh. Fedik Abdul Rantam, DVM Imunologi Molekuler dan Seluler. Lab. Virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Prof. Dr. Ir. I Gst Nyoman Gde Bidura, MS

Bioteknologi Pakan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Ir. Dahlanuddin, M.Rur.Sc., Ph.D

Lab. Nutrisi dan Makanan Ternak/Herbivora Fakultas Peternakan Universitas Mataram

drh. Made Sriasih, M. Agr. Sc., Ph.D

Lab. Biotechnology and Immunology Fakultas Peternakan, Universitas Mataram.

Dr. Drh. Tyas Rini Saraswati,M,Kes

Lab. Ilmu Faal dan Kasiat Obat Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro

Ir. I Nengah Sujaya , M.Agr.Sc Ph.D

Intestinal Microbiology, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

dr. Ni Nengah Dwi Fatmawati, S.Ked., SpMK, Ph.D

Medicine, Dentistry, and Pharmaceutical. Bag. Mikrobiologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Univesitas Udayana

Prof. Ir. I Made Anom S. Wijaya, M.App.Sc., Ph.D Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Udayana

Prof. Dr. drh I Gusti Ngurah Kade Mahardika Lab. Virologi Veteriner Universitas Udayana

Dr. Drh I Wayan Suardana, MSi

Dairy Sciences Lab. Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

(5)

Buletin Veteriner Udayana

Terbit sejak: 1 Pebruari 2009 Naskah asli

Original article

Infeksi Coccidia dan Strongyloides Pada Sapi Bali Pasca Pemberian Mineral

(THE INFECTION OF COCCIDIA AND STRONGYLOIDES IN BALI CATTLE POST-MINERAL ADMINISTRATION)

Komang Yogie Suryana Putra, Ida Ayu Pasti Apsari, Ni Ketut Suwiti ... 117 Karakteristik Fisik Daging Sapi Bali dan Wagyu

(BEEF PHYSICAL CHARACTERISTICS OF BALI AND WAGYU CATTLE)

Ni Ketut Suwiti, Ni Nyoman Citra Susilawati, Ida Bagus Ngurah Swacita ... 125 Aktivitas Enzim Alanine-Aminotransferase dan Aspartate Aminotransferase pada Tikus Putih Jantan yang Diberi Ekstrak Buah Pinang

(THE ACTIVITIES OF ALANINE AMINOTRANSFERASE AND ASPARTATE

AMINOTRANSFERASE ENZYMES IN MALE WHITE RATS TREATED WITH EXTRACT ARECA NUT TREATMENT)

Anak Agung Sagung Kendran, Anak Agung Gde Arjana, Anak Agung Sagung Istri

Pradnyantari ... 132 Perbandingan Jumlah Bakteri Non-Coliform pada Feses Sapi Bali Berdasarkan Tingkat Kedewasaan dan Tipe Pemeliharan

(COMPARISON OF NON-COLIFORM BACTERIA IN BALI CATTLE FAECES BASED ON LEVEL OF MATURITY AND MAINTENANCE PATTERN)

Kadek Andre Sulaksana, I Gusti Ketut Suarjana, I Nengah Kerta Besung ... 139 Total Bakteri pada Air minum di Peternakan Ayam Pedaging Desa Mengesta Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan

(TOTAL BACTERIA IN BROILER FARMING WATER IN MENGESTA VILLAGE, PENEBEL DISTRICT, TABANAN REGENCY)

I Nengah Kerta Besung, I Putu Yasmanta Primarta Putra, I Gusti Ketut Suarjana ... 145 Sonogram Organ Mata Kucing Liar Indonesia

(OCULAR SONOGRAM OF INDONESIAN STRAY CAT EYES)

Mokhamad Fakhrul Ulum, Deni Noviana ... 150 Nilai Gizi dan Kualitas Fisik Daging Sapi Bali berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

(NUTRITION LEVEL AND PHYSICAL QUALITY OF BALI BEEF ACCORDING TO THE SEX AND AGE OF CATTLE)

Mas Kadek Karang Agustina, I Made Ricky Dwi Cahya, Gusti Made Widyantara, Ida Bagus Ngurah Swacita, Anak Agung Gde Oka Dharmayudha, Mas Djoko Rudyanto ... 156

(6)

Respon Imun Primer Ayam Petelur Pasca Vaksinasi Egg Drop Syndrome

(PRIMARY IMUNE RESPON OF LAYER POST VACCINATED WITH THE EGG DROPS SYNDOME VACCINE)

Gusti Ayu Yuniati Kencana, I Nyoman Suartha,I Putu Wira Adi Wibawa ... 164 Efek Pemberian Viusid© Pet Terhadap Aktivitas Dan Kapasitas Makrofag Pada Mencit

(THE EFFECT OF VIUSID© PET TO ACTIVITY AND CAPASITY OF MACROPHAGES IN MICE)

Yoga Pratama Nuradi, I Nyoman Suartha, Ida Bagus Komang Ardana ... 171 Pola Pertumbuhan Dimensi Panjang Alat Gerak Tubuh Itik Bali Betina

(GROWTH PATTERNS OF THE LOCOMOTOR LENGTH DIMENSIONS THE FEMALE BALI DUCKS)

I Made Edi Suryawan, I Putu Sampurna, I Ketut Suatha ... 178 Pengaruh Suplementasi Vitamin E terhadap Efek Samping Deksametason pada

Paru-Paru Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)

(THE EFFECT OF VITAMIN E SUPPLEMENTATION TO THE SIDE EFFECT OF DEXAMETHASONE ON THE LUNG OF MALE WHITE RATS)

Bina Ichsantya, I Ketut Berata, Samsuri, I Made Merdana ... 188 Prevalensi Nematoda Gastrointestinal bibit Sapi Bali Di Nusa Penida

(THE PREVALENCE OF GASTROINTESTINAL NEMATODES OF BALI CATTLE BREEDERS IN NUSA PENIDA)

I Putu Agus Trisna Kusuma Antara, Ni Ketut Suwiti, Ida Ayu Pasti Apsari ... 195 Efektivitas Ekstrak Ethanol, Partisi N-Heksana dan Fraksi Kromatografi Momordica

charantia Dalam Menurunkan Glukosa Darah

(THE EFFECTIVENES OF ETANOL EXTRACT, PARTITION N-HEKSANA, AND

CROMATHOGRAPHY FRACTION OF MOMORDICA CHARANTIA L. TO LOWER BLOOD GLUCOSE LEVEL)

Ni Luh Putu Kusuma Clara Dewinda, I Nyoman Suartha, Luh Made Sudimartini ... 202 Karakteristik Fisikokimia Bakteriosin Asal Bakteri Asam Laktat Enterococcus durans Hasil Isolasi Kolon Sapi Bali

(PHYSICHOCHEMICAL CHACTERIZATION OF BACTERIOCIN PRODUCING ENTEROCOCCUS DURANS ISOLATED FROM COLON’S BALI CATTLE)

(7)

Dr. Sagung Chandra Yowani,S.Si.,Apt.,M.Si

Lab. Mikrobiologi Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.

Dr. dra. Tyas Rini Saraswati,M.Kes

Lab. Ilmu Faal dan Khasiat Obat Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Diponegoro.

Dra. Ni Luh Watiniasih, M.Sc., Ph.D.

Lab. Ekofisiologi Hewan Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.

Dr. drh. I Nyoman Suartha, MSi.

Lab. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Prof. Dr. drh. Gusti Ayu Yuniati Kencana, MP.

Lab. Virologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Dr. drh I Nengah Kerta Besung, MSi

Lab. Bakteriologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Dr.drh. I Gusti Ayu Agung Suartini, MSi.

Lab. Biokimia, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Dr. drh. I Gusti Made Krisna Erawan, MSi.

Lab. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Drh. Kadek Karang Agustina, MP.

Lab. Kesmavet, Fakutas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Drh. Made Sudimartini, MP

Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Drh. Wayan Nico Fajar, M.Si

Lab. Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Dra. Ni Made Pharmawati, MSc. PhD.

Lab. Bioteknologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana

Dr. drh. Maxs U E Sanam.

Lab. Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Cendana.

Prof. Dr. drh. Pudji Astuti

Lab. Fisiologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada.

Prof. Dr.drh. I Nyoman Suarsana, MSi.

Lab. Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Prof. Dr. drh Ni Ketut Suwiti, MKes,

Lab. Histologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Dr.drh. Michael Haryadi, MP.

Lab. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada

Drh. Ni Luh Putu Agustini, MP.

Lab. Bioteknologi Balai Besar Veteriner Denpasar.

Drh. Ni Made Restiati, Mphil.

Klinisi Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Cabang Bali

Dr.drh. AETH Wahyuni, MSi.

Lab. Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada

Drh. Siti Komariah

Klinisi Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil Indonesia

(8)

Buletin Veteriner Udayana

Vol. 9 No.1- 2 Tahun 2017

Air Minum 145 ALT 132 Ampisilin, 60 Antioksidan 9,47,94 Antiulkus, 94 AST 132 Ayam Pedaging 60 Ayam Pedaging 145 Ayam Petelur 164 Babi Landrace 1, 67 Bakteri 73

Bakteri Asam Laktat 209 Bakteriosin 209 Burung Puyuh 54 Coccidia 117 Coliform, 81 Daging 156 Daging Babi 34 Daging Sapi Bali 125 Daging Sapi Wagyu 125 Daging Sapi, 16

Daun Salam, 34 Daya Ikat Air 16 Daya Tahan 34 Deksametason 47,187 Dermatofitosis, 106 Diabetes mellitus 202 E. coli 60

Eceng Gondok, Timbal (Pb) 1, 67 Egg Drop Syndrome 164

Escherichia Coli, 81 Esktrak Buah Pinang 132 Feses 139 Fisikokimia 209 Fraksi kromatografi 202 Gastrointestinal 195 Ginjal. 1,9 Glukosa darah 202 Hati (Hepar) 1,87 Hiperglikemia, 22 Histopatologi 1, 47, 187 Isolasi 73 Itik 178 Jenis Kelamin 156 Kadar Hemoglobin, 67 Karakteristik Fisik 125 Karakteristik Semen 54 Kerbau Lumpur, 100 Koliseptikemia 60 Konsumsi Pakan, 29 Konversi Pakan, 29 Kualitas 134, 156 Kualitas Air, 81 Kualitas Daging, 16 Kucing Liar Indonesia 150 Lambung 94 Leukosit 106 Makrofag 171 Mastitis Klinis 73 Mata kucing 150 Mencit 171 Mineral 117 Momordica Charantia, 22 Morfometri, 100 Nematoda 195 Nilai Hematocrit 67 Nilai Ph, 16 Non Coliform 139 Nusa Penida 195

Nusa Tenggara Barat, 42 Nutrisi 156 Oksitetrasiklin, 60 Orgacid™ 29 Parasetamol 9, 87, 94 Pare 202 partisi n-heksana 202 Paru-Paru 187 Pemeriksaan Makroskopik, 54 Pemeriksaan Mikroskopik 54 Pencemaran 145

Pertambahan Bobot Badan, 29 Peternakan Ayam 145

Peternakan Ayam Broiler. 81 Pola Pertumbuhan 178 Prevalensi 195 Propolis 9,87,94 Radikal Bebas 9 Rattus Norvegicus 22 Respon Primer 164 Sapi 42 Sapi bali 106, 117, 139, 156, 195 Septicaemia Epizootica, 42 Somatometri 100 Sonogram 150 Strongyloides 117 Sulfametoksasol 60 Tikus Putih Jantan 132 Titer 164 Titik Infleksi 178 Toksisitas 132 Total Eritrosit, 67 TPA Suwung 139 Umur 156 Usus Halus 47 Vaksinasi 164 Vitamin E 147, 187 Viusid© Pet 171 INDEKS SUBJEK

(9)

Buletin Veteriner Udayana

Vol. 9 No.1- 2 Tahun 2017

Agung IGMSSN 29 Agustina KK 34, 156 Antara PATK 195 Anthara SM 22 Apsari IAP 117, 195 Ardana IBK 29, 171 Arjana AAG 132 Arjentinia IPGY 106 Bebas W 54 Berata IK 9,47,87,94, 187 Besung INK 42, 139, 145 Budaarsa K 67 Cahya IMRD 156 Dewi NKNL 1 Dewinda NLPKC 202 Dharmawan NS 1, 67 Dharmayudha AAGO 22, 156 Febilani E 9 Ichsantya B 187 Isnan MH 73 Kardena IM 94 Kencana GAY 164 Kendran AAS 132 Lesmono DSA 54 Luhung YGA 60 Lusandika EH 81 Manurung DSB 100 Maria N 94 Merdana IM 9, 87, 187 Noviana D 150 Nuradi YP 171 Nurani NN 106 Pakpahan YPC 22 Pradnyantari AASI 132 Putra IPYP 145 Putra KYG 117 Putri PVC 67 Putriningsih PAS 106 Rudyanto MD 156 Sampurna IP 178 Samsuri 9,47,87,94, 187 Sari PH 34 Septiara HKA 209 Setiawan SY 16 Suada IK 16,29,34,81 Suardana IW 209 Suarjana IGK 42,60,73,81, 139, 145 Suarsana IN 209 Suartha IN 22, 164, 171, 202 Suatha IK 100, 178 Sudimartini LM 9, 22, 202 Sudira IW 47 Sulaksana KA 139 Suryawan IME 178 Susilawati NYC 125 Suwiti NK 42, 117, 125, 195 Swacita IBN 16, 125, 156 Tono PG 42, 60, 73 Trilaksana IGNB 54 Ulum MH 150 Utami AR 87 Wandia IN 100 Wibawa IPWA 164 Widyantara GM 156 Wijayanthi KKD 47 Winaya IBO 1 INDEKS PENULIS

(10)

1. Ketentuan Umum

a. BuletinVeteriner Udayana memuat tulisan ilmiah dalam bidang Kedoteran Hewan dan Peternakan, berupa hasil penelitian, artikel ulas balik (review).

b. Naskah/makalah harus orisinal dan belum pernah diterbitkan. Apabila diterima untuk dimuat dalam Buletin Veteriner Udayana, maka tidak boleh diterbitkan dalam majalah atau media yang lain.

2. Naskah ilmiah dicetak dengan kertas ukuran A4. Naskah diketik dengan spasi menggunakan program olah kata word for windows, huruf Times New Roman ukuran huruf 12.

3. Tata cara penulisan naskah hasil penelitian hendaknya disusun menurut urutan sebagai berikut: Judul, Identitas penulis, Abstrak, Abstract, Pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan terimakasih dan Daftar Pustaka. Upayakan dicetak hitam putih, dan keseluruhan naskah tidak lebih tidak kurang dari 10-15 halaman.

a. Judul: Singkat dan jelas.

b. Identitas penulis: Nama ditulis lengkap (tidak disingkat) tanpa gelar. Bila penulis lebih dari seorang, dengan alamat, instansi yang berbeda, maka di belakang setiap nama diberi indeks atas angka arab. Alamat penulis ditulis di bawah nama penulis mencakup laboratorium, lembaga, dan alamat lengkap dengan nomer telepon/faksimili dan Email. Indeks tambahan diberikan pada penulis yang dapat diajak berkorespondensi (corresponding author).

c. Abstrak: Ditulis dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu dan bahasa Inggris bila naskah dalam bahasa Indonesia, begitu pula sebaliknya. Abstrak dilengkapi kata kunci (keywords) yang diurut berdasarkan kepentingannya. Abstrak memuat ringkasan naskah, mencakup seluruh tulisan tanpa mencoba merinci setiap bagiannya. Hindari menggunakan singkatan.

d. Pendahuluan: Memuat tentang ruang lingkup, latar belakang tujuan dan manfaat penelitian. Bagian ini hendaknya memberikan latar belakang agar pembaca dapat memahami dan menilai hasil penelitian tanpa membaca laporan-laporan sebelumnya yang berkaitan dengan topik. Manfaatkanlah pustaka yang dapat mendukung pembahasan.

e. Metode Penelitian: Hendaknya diuraikan secara rinci dan jelas mengenai bahan yang digunakan dan cara kerja yang dilaksanakan, termasuk metode statistika. Cara kerja yang disampaikan hendaknya memuat informasi yang memadai sehingga memungkinkan penelitian dapat diulang dengan berhasil.

f. Hasil dan Pembahasan: Disajikan secara bersama dan membahas dengan jelas hasil-hasil penelitian. Hasil penelitian dapat disajikan dalam bentuk tertulis di dalam naskah, tabel, atau gambar. Kurangi penggunaan grafik jika hal tersebut dapat dijelaskan naskah. Batasi pemakaian foto, sajikan foto yang jelas menggambarkan hasil yang diperoleh. Gambar dan tabel harus diberi nomor dan dikutip dalam naskah. Pembahasan yang disajikan hendaknya memuat tafsir atas hasil yang diperoleh dan bahasan yang berkaitan dengan laporan-laporan sebelumnya. Hindari mengulang pernyataan yang telah disampaikan pada metode, hasil dan informasi lain yang telah disajikan pada pendahuluan.

g. Simpulan dan Saran: Disajikan secara terpisah dari hasil dan pembahasan.

(11)

h. Ucapan Terimakasih: Dapat disajikan bila dipandang perlu. Ditujukan kepada yang mendanai penelitian dan untuk memberikan penghargaan kepada Lembaga maupun perseorangan yang telah membantu penelitian atau proses penulisan.

i. DaftarPustaka: Disusun secara alfabetis menurut nama dan tahun terbit. Singkatan majalah/jurnal berdasarkan tata cara yang dapat dipakai oleh masing-masing jurnal. Proporsi daftar pustaka jurnal/majalah ilmiah sedikitnya 60%, dan teks book 40%. Contoh penulisan daftar pustaka:

Jurnal/majalah

Cowle SM, Horae S, Mosselman S, Parker MG.1997. Estrogen receptor alpha and beta for heterodimeson DNA. J Biol Chem, 272(1):158-162.

Buku

Gordon I. 1997. Controlled reproduction in sheep and goats. Controlled

reproductionin farm animal series. 2nd Ed. Cab. Internationa. Ireland

Bab dalam Buku

Lukert PD, Saif YM. 1997. Infectious bursal disease. In: Diesease of Pultry. 10th Ed. Calnek BW, Barness HJ, Beard CW, McDaugrad LR, Saif YM. (eds). Iowa State University Press, Ames, Iowa, USA. Pp. 721-738.

Prosiding

Muzzarelli R. 1990. Chitin and chitosan: Unique cationic polysaccharides, In: Proceeding Sympotium Towards a Carbohydrate Based Chemistry. Ames, France, 23-26 Oct. 1989. Pp. 199-231.

Disertasi/Tesis

Said S. 2003.Studies on Fertilization of rat soocytes by intra cytoplasmic sperm injection. (Disertation). Okayama: Okayama University.

Website

Gorman C. 1997. The new Hongkong Flue. http://www.pathfinder.com/time/ magazine/1997/dom/971229/heatlh.thenewhong_html

4. Pengiriman naskah dapat dilakukan setiap saat dalam bentuk cetakan (printout) sebanyak dua eksemplar dan satu softcopy kepada:

Redaksi BuletinVeteriner Udayana

Alamat: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl.PB Sudirman Denpasar

Telp. (0361) 223791; Fax.(0361) 223791 Email:[email protected]/[email protected]

5. Terhadap naskah/makalah yang dikirim, redaksi berhak untuk: memuat naskah/makalah tanpa perbaikan, memuat naskah/makalah dengan perbaikan, menolak naskah/makalah. Semua keputusan redaksi tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat menyurat untuk keperluan itu.

6. Setiap naskah yang dikirim ke redaksi untuk dipublikasikan dalam Buletin Veteriner Udayana akan dipandang sebagai karya asli penulis dan bila diterima, naskah tersebut tidak diperkenankan dipublikasikan lagi secara keseluruhan ataupun sebagian tanpa seijin Buletin Veteriner Udayana.

(12)

Alamat Redaksi Fakultas Kedokteran Hewan

Jl. PB Sudirman Denpasar, Telp (0361)223791

BULETIN VETERINER UDAYANA

(13)

209

Karakteristik Fisikokimia Bakteriosin Asal Bakteri Asam Laktat

Enterococcus durans Hasil Isolasi Kolon Sapi Bali

(PHYSICHOCHEMICAL CHACTERIZATION OF BACTERIOCIN PRODUCING ENTEROCOCCUS DURANS ISOLATED FROM COLON’S BALI CATTLE)

I Wayan Suardana1, Hana Kristal Alamanda Septiara2, I Nyoman Suarsana3

1Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, 2 PraktisiDokter Hewan di Denpasar, 3Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali Tlp. 0361223791. E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Bakteri asam laktat mampu mengeksresikan senyawa antimikroba seperti bakteriosin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi fisiko-kimia bakteriosin asal bakteri asam laktat Enrerococcus durans isolat 18A hasil isolasi kolon sapi bali. Karakterisasi fisiko-kimia ini diawali dengan pewarnaan Gram dan uji katalase, selanjutnya dilakukan isolasi dan pemurnian bakteriosin. Hasil pemurnian bakteriosin selanjutnya diuji secara kimiawi dengan uji Ninhidrin, uji Molisch, dan uji Lowry. Selain dilakukan uji kimiawi, secara fisik bakteriosin juga diuji menggunakan sodium dodecyl sulfate polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE) untuk mengtahui bobot molekulnya.Akhir penelitian dilakukan uji potensi daya hambat antibiotiknya terhadap bakteri indikator Bacillus cereus. Hasil penelitian menunjukkan bakteriosin asal bakteri asam laktat Enterococcus durans18A merupakan senyawa protein dengan konsentrasi protein sebesar 0,272 µg/ml dan tidak mengandung senyawa karbohidrat., Pengujian secara fisik dengan uji SDS-PAGE belum memperlihatkan adanya pita protein. Bakteriosin asal BAL Enterococcus durans isolat 18A juga diketahui memiliki efektivitas penghambatan terhadap Bacillus cereaus sebesar 23,88%.

Kata kunci: bakteri asam laktat; bakteriosin; fisikokimia ABSTRACT

Lactic acid bacteria can excrete antimicrobial compounds like bacteriocins. The study aimed to find out the characteristic of physic-chemical of bacteriocin producing Enterococcus durans isolate 18A isolated from colon’s bali cattle. The study initiated by Gram staining and catalase test, followed by isolation and purification of bacteriocin. The result of the research showed that bacteriocins of Enterococcus durans isolate 18A as a protein with it’s concentrationis 0,272μg/ml and it does not contain carbohydrate. On the other hand, the bacteriocins was not showed a band while tested on sodium dodecyl sulfate polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE). The result showed, the bacteriocin producing Enterococcus durans isolate 18A has antimicrobial activity to Bacillus cereus as 23,88%.

Keyword: lactic acid bacteria; bacteriocins; physicochemical

PENDAHULUAN

Bakteri asam laktat (BAL) sudah umum diketahui oleh masyarakat luas memiliki banyak kegunaan seperti berperan dalam proses fermentasi pada beberapa produk makanan misalnya yogurt, yakult, susu asam dan keju.

Bakteri asam laktat juga dapat digunakan sebagai sumber probiotik (Suardana, 2009). Dalam penelitian yang dilakukan Azhar (2014) bakteri sumber probiotik juga mampu berperan sebagai imunostimulan. Menurut Widyastuti et al. (1999) bakteri asam laktat adalah bakteri

(14)

210

yang memiliki ciri-ciri umum berupa Gram positif, bereaksi negatif terhadap katalase dan tidak membentuk spora. Produk utama dari BAL adalah asam laktat, tetapi banyak laporan ilmiah yang membuktikan bakteri BAL ini mampu menghasilkan zat metabolit asam organik, hidrogen peroksida, dan bakteriosin yang bersifat sebagai antimikroba (Leroy, 2007). Suardana et al., (2016) menyatakan bahwa beberapa isolat BAL memiliki kemampuan sebagai penghasil bakteriosin, seperti isolat 18A yang sudah diidentifikasi secara molekuler sebagai

Enterococcus durans. Isolat tersebut diketahui memiliki daya anti bakteri terhadap bakteri patogen seperti E.coli, dan S. Aureus dan negatif terhadap uji katalase.

Bakteriosin merupakan senyawa protein yang dieksresikan oleh bakteri yang bersifat dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain terutama yang memiliki kekerabatan erat secara filogenik (Suardana, 2013a; Suardana, 2013b). Menurut subagyo (2015) protein memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Senyawa protein bakteriosin mudah terdegradasi oleh enzim proteolitik (Kusmiati, 2002). Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suarsana (2011) dan Klaenhammer (1988) bahwa bakteriosin adalah protein atau kompleks protein yang bersifat bakterisidal terhadap spesies yang biasanya terkait erat dengan bakteri penghasilnya. Sebagai contoh jenis bakteri yang dihambat oleh bakteriosin diantaranya bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif seperti Salmonella

sp., E. coli, Helicobacter pylori, Listeria sp., Shigella sp., Vibrio sp. dan Staphylococcus aureus.

Mekanisme kerja bakteriosin yang dihasilkan oleh bakteri Gram positif terhadap sel target dalam menghambat atau membunuh bakteri patogen telah terbukti beragam. Bakteriosin yang memiliki kemampuan menghambat

pertumbuhan mikroorganisme patogen biasanya digunakan sebagai antibiotik alami dan dapat dimanfaatkan untuk biopreservasi makanan karena bakteriosi memiliki beberapa keuntungan, yaitu tidak bersifat toksik dan mudah mengalami biodegradasi karena bakteriosin ini adalah senyawa protein yang tidak membahayakan mikroflora usus, mudah dicerna oleh enzim-enzim dalam saluran pencernaan, aman bagi lingkungan (Suardana, 2007; Suardana, 2014). Bakteriosin bersifat stabil, tahan terhadap proses pengolahan yang melibatkan asam dan basa, serta suhu panas dan dingin, dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan tempat diproduksinya, mempunyai stabilitas penyimpanan yang lebih baik, tidak mengubah cita rasa, dan mempunyai spektrum yang kecil terhadap aktivitas mikroorganisme (Jay,1992). Penelitian yang dilakukan oleh Van den Berghe et

al. (2006) menjelaskan bahwa bakteriosin

yang dihasilkan oleh BAL mempunyai sifat stabil terhadap pengolahan panas mulai dari kisaran 98°C selama 30 menit sampai 121°C selama 15 menit, dan Aktif pada pH rendah (dibawah pH 6). Selain Norman et al (2005) menyatakan bakterisoin yang dihasilkan oleh

Paenibacillus polymixa mampu menghambat bakteri Campulobacter, yang merupakan bakteri penyebab penyakit foodborne.

METODE PENELITIAN

Adapun beberapa prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

Rekultivasi isolate Enterococcus durans

Sebanyak 20 mikro isolat bakteri

Enterococcus durans isolate 18A yang

telah diencerkan diambil menggunakan mikropipet ditanam pada media MRS

broth yang telah disiapkan. Selanjutnya

diinkubasikan pada suhu 37oC dalam inkubator selama 24 jam.

Pewarnaan Gram

(15)

211

durans dibuat ulasan pada preparat,

kemudian dikeringkan dan diwarnai dengan kristal violet 2% selama 1 menit, selajutnya dicuci dengan air mengalir. Langkah berikutnya ulasan preparat ditetesi dengan lugol selama 1 menit, kemudian dicuci kembali dengan air mengalir. Preparat isolat yang telah bersih ditetesi dengan alkohol aseton selama 1 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir. Setelah itu, preparat isolat diwarnai dengan Safranin selama 5 detik, kemudian dicuci kembali dengan air mengalir. Selanjutnya preparat isolat bakteri Enterococcus durans dilihat dibawah mikroskop (Lay, 1994)

Uji Katalase

Pada uji katalase dua tetes isolat bakteri Enterococcus durans ditambahkan dua tetes H2O2 10%. Apabila terdapat

gelembung gas maka hasil uji katalase menunjukkan hasil positif. sebaliknya, bila tidak terbentuk gelembung gas pada reaksi uji katalase, maka hasil uji menunjukkan hasil negatif (Lay, 1994)

Isolasi dan Produksi Bakteriosin BAL

Spesies BAL isolat 18A hasil rekultivasi ditanam dalam 5 ml media MRS broth dan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam. Selanjutnya disentrifugasi pada 7000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang diperoleh dipresipitasi dengan amonium sulfat. Untuk mendapatkan presipitat bakteriosin tersebut supernatan bebas sel sebanyak yang dibutuhkan ditambah amonium sulfat sebanyak 9,05 gram dengan persen kejenuhan 70% secara perlahan-lahan sambil diaduk, selanjutnya disentrifius dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit. Endapan yang didapatkan kemudian dilarutkan dengan NaCl fisiologis pada perbandingan 1:1 (v/v) dan dimasukkan ke dalam tabung. Tabung digantung dan dicelupkan kedalan larutan NaCl fisiologis selama 24 jam. Larutan bakteriosin murni yang diperoleh digunakan untuk uji berikutnya (Sudirman

et al, 1993)

Uji Ninhidrin

Sebanyak 1 ml larutan bakteriosin diberi dua tetes ninhidrin 0,1% (dalam aseton), kemudian dipanaskan dalam penangas air mendidih selam 5 menit. Apabila reaksi positif maka akan terlihat warna ungu (Harborne 1984).

Uji Molisch

Sebanyak 1 ml larutan bakteriosin yang diuji dicampur dengan Reagen Molisch (α-naphthol yang terlarut dalam etanol) hingga homogen, kemudian H2SO4

pekat perlahan-lahan dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan atau hanya membentuk lapisan (Harborne 1984).

Uji Lowry

Uji lowry dalam penelitian ini dilakukan sesuai prosedur yang ditulis oleh Lowry et al. (1951).

Penentuan Bobot Molekul Bakteriosin

Penentuan bobot molekul bakteriosin dengan menggunakan metode SDS-PAGE mengacu pada Walker (1984) yang dimodifikasi sebagai berikut. Terlebih dahulu dibuat gel discontinous yang terdiri dari 12,5 % resolving gel dan 4% stalking

gel. Gel dimasukkan kedalam cetakan

menggunakan pipet, ditunggu hingga padat kemudian dibuat sumuran menggunakan cetakan gel. Selanjutnya 10 μl bakteriosin dan 30 μl larutan loading buffer ke dalam ependorf, inokulasikan pada suhu 90˚C selama 5 menit. Tahap berikutnya memasukkan marker protein ke dalam sumuran. Marker yang digunakan Bio Rad Precision Plus protein Standart 10-250 kDa. Kemudian masukkan bakteriosin ke dalam sumuran sebanyak 5 μl selanjutnya dirunning selama 1 jam. Gel diangkat dan diletakkan dalam wadah yang berisi coomasie briliant blue lalu simpan pada suhu kamar selama 24 jam.

Uji Efektivitas Hambatan Antimikroba Bakteriosin

Bakteriosin Enterococcus durans yang telah diisolasi dan dimurnikan

(16)

212

diuji kemampuannya dalam uji efektivitas hambatan antimikroba terhadap bakteri Gram positif Bacillus

cereus. Uji ini dilakukan dengan metode

difusi cakram menurut Brooks et al (2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penanaman bakteri asam laktat isolat bakteri Enterococcus durans dalam kondisi anaerob menunjukkan isolat

Enterococcus durans yang ditanam tumbuh. Selanjutnya isolat bakteri

Enterococcus durans diuji dengan

pewarnaan Gram dan uji Katalase. Hasil uji pewarnaan Gram memberikan hasil isolat Enterococcus durans mrupakan bakteri Gram positif. Pengujian katalase menunjukkan hasil negatif sebab tidak ada gelembung- gelembung gas dari reaksi uji katalase. Kemudian isolat bakteri

Enterococcus durans diisolasi untuk menghasilkan senyawa bakteriosin, senyawa tersebut kemudian di uji secara fisika dan kimiawi.. Hasil uji bakteriosin

Enterococcus durans secara kimiawi dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Hasil uji Karakterisasi kimiawi bakteriosin Enterococcus durans

Uji Kimia Keterangan

Ninhidrin Positif (berwarna ungu) Molisch Negatif (tidak terbentuk cincin furfural berwarna Lowry 0,274 µg/ml

Pada uji fisika dilakukan pengujian untuk mengetahui bobot molekul bakteriosin dengan menggunakan metode SDS-PAGE. Namun hasil uji tersebut belum menunjukkan bobot molekul dari bakteriosin Enterococcus durans.Senyawa bakteriosin yang dihasilkan isolat bakteri

Enterococcus durans selanjutnya diuji

aktivitas antimikrobanya terhadap bakteri

B.cereus. Hasil yang didapatkan yaitu

bakteriosin memiliki efektivitas hambatan

sebesar 23,88% terhadap pertumbuhan B.

cereus. Data diameter zona hambatnya

seperti tersaji pada pada Tabel 2.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa isolat 18A merupakan bakteri Gram positif dan menunjukkan hasil negatif terhadap uji katalase. Hasil tersebut sesuai dengan jurnal Widyastuti et al. (1999) bahwa bakteri asam laktat adalah bakteri yang memiliki ciri-ciri umum berupa Garam positif, bereaksi negatif terhadap katalase dan tidak membentuk spora.

Tabel.2. Uji daya hambat bakteriosin

Enterococcus durans terhadap bakteri Bacillus cereus

Keterangan Diameter killing zone (cm) I II III IV Bakteriosin 0,96 0,94 0,87 0,71 0,83 0,98 0,61 0,73 1,05 0,76 1,05 0,93 0,76 0,83 0,76 1,08 0,83 0,76 0,76 0,83 Rataan 0,85 Kontrol positif 3,51 3,59 3,56 3,58 Rataan 3,56 Kontrol negatif 0 0 0 0 Rataan 0 Persentase daya hambat BAL 76,12 Efektivitas penghambatan BAL 23,88% Pada uji ninhidrin menunjukkan hasil positif dimana saat proses pemanasan menunjukkan perubahan warna yaitu perubahan warna menjadi warna ungu. Hasil ini sesuai dengan deskripsi Garneau

et al (2002) bahwa bakteriosin asal

bakteri asam laktat merupakan protein yang diproduksi oleh ribosom yang menunjukkan aktivitas antimikroba yang kuat terhadap organisme Gram-positif tertentu lainnya. Pada uji molisch yang telah dilakukan didapatkan hasil negatif. Hasil negatif ini menunjukkan bahwa

(17)

213

bakteriosin Enterococcus durans bukan merupakan jenis glikoprotein. Hasil uji molisch menunjukkan positif apabila terbentuk cincin furfural berwarna ungu. karena senyawa H2SO4 akan membantu

dalam menghidrolisis karbohidrat sehingga mengalami dehidrasi menjadi gugus furfural dan α-napthol yang digunakan pada uji molisch akan membantu dalam memberikan warna ungu /violet pada suatu senyawa karbohidrat (Nigam dan Ayyagari, 2007). Uji lowry didapatkan hasil kadar protein bakteriosin

Enterococcus durans sebesar 0,274 μg/ml.

Pada uji SDS-PAGE untuk menentukan bobot molekul sampel bakteriosin Enterococcus durans belum menunjukkan hasil. Kemungkin hasil tersebut dipengaruhi oleh bobot molekul bakteriosin yang sangat kecil. Hasil penelitian Ness et al (2007) memperlihatkan besar bobot molekul dari bacteriosin asal bakteri asam laktat

Enterococcus > 2,0 kDa pada tipe

bakteriosin kelas I dan >4,8 kDa pada bakteriosin tipe kelas II. Pada uji ini Persentase resolving gel yang digunakan terlalu kecil yaitu 12,5% sehingga angka bobot molekul bakteriosin Enterococcus

durans tidak diketahui secara spesifik.

Sedangkan penelitian yang dilakukan Karthikeyan et al. (2009) untuk menentukan berat molekul bakteriosin

L.acidophillus menggunakan resolving gel

dengan konsentrasi 15%. Uji potensi antimikroba bakteriosin Enterococcus durans terhadap bakteri Bacillus cereus

diperoleh hasil penghitungan zona hambat terendah 0,61 cm dan zona hambat tertinggi 1,08 cm dengan rata-rata efektivitas penghambatannya sebesar 23,88%. Klaenhammer (1988) menyatakan kisaran aktivitas penghambatan bakteriosin oleh bakteri asam laktat bersifat sempit atau spesifik, bakteriosin hanya menghambat strain yang terkait erat dengan organisme penghasilnya, dan menghambat berbagai

kelompok bakteri Gram positif. Menurut Tagg et al. (1979) beberapa bakteriosin yang dihasilkan bakteri Gram positif umumnya tidak terbatas pada bakteri Gram positif saja, beberapa bakteri Gram negatif telah dilaporkan dihambat oleh bakteriosin yang dihasilkan oleh bakteri Gram positif. De Vuyst (2007) dalam Hafsan 2012) menjelaskan mekanisme penghambatan bakteriosin terhadap bakteri patogen karena terjadinya perubahan gradien potensial membran dan pelepasan molekul intraseluler maupun masuknya substansi ekstraseluler. Menurut Gonzaller

et al. (1996) bakteriosin berpengaruh pada

gangguan potensial membran. Gangguan ini menjadi awal pembentukan pori-pori sehingga substrat intraseluler keluar sel.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan

Enterococcus durans menghasilkan senyawa protein yang diduga sebagai senyawa bakteriosin yang memiliki konsentrasi 0.274 µg/ml dengan bobot molekul yang sangat kecil. Bakteriosin yang dihasilkan diketahui mampu menghambat bakteri indikator Bacillus

cereus sebesar 23,88%.

Saran

Perlu di lakukan pengujian kembali menggunakan SDS-PAGE dengan menggunakan konsentrasi protein dan persentase gel yang lebih besar. Disamping itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji senyawa bakteriosin yang didapat sebagai kandidat biopreservatif bahan pangan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Kepala Balai Besar Veteriner Denpasar beserta staf dan Kepala Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan yang telah memberikan fasilitas penelitian.

(18)

214

DAFTAR PUSTAKA

Azhar F. 2014. Pengaruh Pemberian Probiotik dan Prebiotik Terhadap Performan Juvenile Ikan Kerapu

Bebek (Comileptes altivelis). Buletin

Veteriner. 6 (1) : 1-9.

Brooks G, Butel JS, Morse SA. 2005.

Mikrobiologi kedokteran. Alih Bahasa. Mudihardi E, Kuntaman,WasitoEB et al. Jakarta: Salemba Medika: 317-27.

De Vuyst L. 2007. Bakteriosins from Lactic Acid Bacteria: Production, Purification, and Food Apllication. J

of Microbial and Biotech.13 (4):

194-199.

Garneau S, Martin NI, Vederas JC. 2002. Two – Peptide Bacteriocins Produced by Lactic Acid Bacteria.

Biochimie. 84 : 557-592

Gonzallez B, Glaasker E, Kinji ERS, Driessen AJM, Suares JE, Konings WN. 1996. Bacterial Mode of Action of Plantaricin C. App Environ

Microbiol. 62 : 2701-2709

Hafsan. 2014. Bakteriosin Asal Bakteri Asam Laktat Sebagai Biopreservatif Pangan. J Teknosis. 8 (2) : 175-184 Harborne JB. 1984. Phytochemical

Methods. Ed ke-2. New York:

Chapman and Hall.

Jay M, James. 1992. Modern Food

Microbiology. Fourth Edition. New

York: Michigan publising.

Klaenhammer TR. 1998. Bacteriocins of Lactic Acid Bacteria. Departments of Food Science and Microbiology, North Carolina State University, Raleigh, NC 27695-7624, USA.

Biochimie. 70 : 337-349.

Kusmiati, Malik A. 2002. Aktivitas Bakteriosin Bakteri Leuconostoc mesenteroides Pbac 1 pada Berbagai

Media. Makara Kesehatan. 6 (1):1-7

Karthikeyan V, Santhosh SW. 2009. Study of Bacteriocin as a Food Preservative and the L. acidophilus Strain as Probiotic. Pakistan J of

Nutrition 8 (4) : 335-340

Lay BW. 1994. Analisa Mikroba di

Laboratorium. Jakarta: Raja Grafi

ndo Persada. Hlm 168.

Leroy LDVF. 2007. Bacteriocins from Lactic Acid Bacteria: Production, Purification, and Food Applications.

J Mol Microbiol Biotechnol. 13 :

194–199

Lowry OH, Rosebrough NJ, Farr AL, Randall RJ. 1951. Protein measurement with the folin phenol reagent. J. Biol. Chem. 193 : 265– 275.

Ness IF, Diep DB, Holo H. 2007. Bacteriocin Diversity in

Streptococcus and Entericoccus J of Bact. 189 (4) : 1189-1198.

Nigam A, Ayyagari A. 2007. Lab

Manual in Biochemistry, Immunology, and Biotechnology.

Tata MCGraw-Hill Publishing Company Limited : New Delhi. Norman SJ, Edward SA, Boris EV, Yuri

KN, Larisa VI, Vladimir PV. 2005.

Paenibacillus polymyxa Purified Bacteriocin To Control

Campylobacter jejuni in Chickens. J of Food Protection. 2005; 68 (7) :

1450-1453.

Pingitore EV, Salvucci E, Sesma F, Nader-Macias ME. 2007. Different

strategies for purification of antimicrobial peptides from lactic acid bacteria (LAB). Dalam: Vilas

AM (Ed.) Communicating Current Research and Educational Topics and Trend in Apl. Microb: 557-568. Suarsana IN. 2011. Karakterisasi

Fisikokimia Bakteriosin Yang Diekstrak Dari Yoghurt. Buletin

(19)

215

Veteriner. 3 (1) : 1-8.

Suardana IW, Suada IK, Sukada IM, Suarsana IN. 2009. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat SR9 Asal Cairan Rumen Sapi Bali Sebagai Kandidat Unggul Probiotik.

J. Ilmiah Kedokteran. 8 (2) : 100.

Suardana IW, Suarsana IN, Sujaya IN, Wiryawan KG. 2007. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat dari Cairan Rumen Sapi Bali Sebagai Kandidat Biopreservatif J

Veteriner. 8 (4) : 155-159.

Suardana IW. 2013a. Potensi Isolat

Lactobacillus brevis Asal Cairan

Rumen Sapi Bali sebagai Sumber Senyawa Antimikroba dalam Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali. Bali 24 September 2013:87-97.

Suardana IW. 2013b. Kajian Pola

Pertumbuhan dan Aktivitas Antimikroba Isolat Lactococcus lactis spp lactis 1 Asal Cairan

Rumen Sapi Bali dalam “Buku Karya Unud untuk Anak Bangsa”: 50-57.

Suardana IW. 2014. Aplikasi Bakteriosin Asal Yoghurt sebagai Biopreservatif Daging Ayam pada Penyimpanan Suhu Dingin. Prosiding Seminar

Nasional Sains dan Teknologi 2014.

Denpasar, 18-19 September 2014.: 362-372

Suardana IW, Cahyani AP, Pinatih KJP. 2016. Probiotic Potency and Molecular Identification of Lactic Acid Bacteria Isolated from Bali Cattle’s Colon, Indonesia.

Glo.Adv.J.Med.Med.Sci. 5(5):

143-149

Subagyo WC, Suwiti NK, Suarsana IN. 2015. Karakteristik Protein Daging Sapi Bali Dan Wagyu Setelah Direbus. Buletin Veteriner. 7 (1) : 1-25.

Sudirman I, Mathiau F, Michael M, Lefebvre G. 1993. Detection and Properties of Curvaticin 13, a Bacteriocin Like Substance Produced by Lactobacillus curvatus SB 13. Current Microbiol 27 : 35-40.

Tagg JR, Dajani AS, Wannamaker LW. 1979. Bacteriocins of Gram-Positive Bacteria. Bacteriological Reviews. 40 (3) : 722-756

Van den Berghe E, Skourtas G, Tsakalidou E, De Vuyst L. 2006.

Streptococcus macedonicus ACADC

198 produces the lantibiotic, macedocin, at temperature and pH conditions that prevail during cheese manufacture. Int J Food Microbiol. 107 : 138–147.

Walker JM. 1984. Gradient SDS polyacrylamine gel electrophoresis, Methods in Molecular Biology,

Vol.1, The Humana Press Inc., Clifton, NJ. Hlm 57–61.

Widyastuti Y, Sofarianawati E. 1999. Karakter Bakteri Asam Laktat

Enterococcus sp. yang Diisolasi dari

Saluran Pencernaan Ternak. Jurnal

Mikrobiologi Indonesia. 4 (2) :

Gambar

Tabel  1.Hasil  uji  Karakterisasi  kimiawi  bakteriosin Enterococcus durans

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 1717 Gong Goan atau Dewan Cina ( Chineesen Road ) didirikan dan kapten Cina diberi kekuasaan untuk memberi ijin dan mensahkan pernikahan dan

Selain terjadinya permasalahan tersebut, suku cadang consumable merupakan material yang harus dihitung mulai dari proses kebutuhan, penggunaan, pengadaan, hingga pemenuhannya

Teknik ekstraksi cair-cair telah dilakukan pada ekstraksi ion logam Zn(II) menggunakan campuran asam-asam lemak hydroxamic (ALH) yang disintesis secara enzimatis dari minyak inti

marina Sebagai Penghasil Antibiotik [skripsi], Jatinangor, Fakultas.. Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Kompensasi merupakan pembayaran uang tunai secara langsung, imbalan tidak langsung dalam bantuk benefit dan pelayanan (jasa) dan insentif untuk memotivasi karyawan agar

Prakiraan penjalaran asap pada level ketinggian 50 meter sampai dengan tanggal 21 September 2009 pukul 07.00 WIB, di wilayah Riau arahnya menuju Barat Laut – Utara sampai ke

Robbins (1996) dalam Prawirodirdjo (2007) mengemukakan organisasi yang berbudaya kuat akan memiliki ciri khas tertentu sehingga dapat memberikan daya tarik bagi