• Tidak ada hasil yang ditemukan

proposal hidroponik sawi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "proposal hidroponik sawi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sawi (Brassica Juncea L.) termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis-krop, kubis bunga broccoli. Kedua jenis tanaman ini berkembang pesat didaerah subtropis maupun tropis. Daerah asal tanaman sawi diduga dari Tiangkok ( Cina ) dan Asia Timur, konon didaareah Cina, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang lalu, kemudian menyebar luas ke Filifina dan Taiwan (Rukman R, 1994).

Masuknya sawi kewilayah Indonesia diduga pada abad XIX. Bersamaan dengan lintas perdaganagn jenis sayuran sub-tropis lainnya, terutama kelompok kubis-kubisan. Daerah pusat penyebaran sawi antara lain Cipanas ( Bogor ), Lembang, Pengalengan, Malang dan Tosari. Terutama daerah yang mempunyai ketinggian diatas 1.000 meter dari permukaan laut (Rukman R, 1994).

Tanaman sawi ini merupakan sayuran yang banyak dikonsumsi orang, karena dapat memperbaiki dan memperlancar pencernaan, sehingga permintaannya meningkat. Untuk pemenuhan permintaan sawi tersebut dapat dilakukan dengan penigkatan produktifitas per luas lahan. Peningkatan produksi dapat ditempuh dengan cara perbaikan teknik bercocok tanam, seperti budidaya hidroponik yaitu bercocok tanam tanpa menggunakan media.

Sawi hijau Brassica juncea L. merupakan salah satu komoditas sayuran yang penting di Indonesia. Walaupun sawi bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun pengembangan komoditas tanaman berpola agribisnis dan agroindustri ini dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber pendapatan dalam sektor pertanian di Indonesia. Namun hingga saat ini, produksi sawi belum mampu memenuhi kebutuhan

(2)

pasar. Hal ini diakibatkan karena rata-rata produksi sawi nasional masih sangat rendah. Potensi hasil sawi dapat mencapai 40 ton/ha, sedangkan rata-rata hasil sawi di Indonesia hanya 9 ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2010).

Rendahnya produksi sawi di Indonesia dapat disebabkan karena beberapa alasan, seperti penerapan teknologi budidaya yang masih sederhana, ataupun karena lahan untuk bercocok tanam semakin berkurang. Kebanyakan budidaya sawi yang dilakukan para petani di Sulawesi Selatan, masih bersifat konvensional dan tidak memperhatikan teknik budidaya yang baik, teknologi juga masih kurang diterapkan oleh petani, sehingga kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan masih tergolong rendah. Selain itu, dewasa ini perkembangan industri semakin maju pesat, sehingga banyak menggeser lahan pertanian, terlebih di daerah sekitar perkotaan (Badan Pusat Statistik, 2010).

Mengatasi hal tersebut ditempuh berbagai cara untuk meningkatkan produktivitas tanaman sawi dengan harapan dari lahan yang sempit dapat dihasilkan produksi yang banyak, salah satunya dengan sistem hidroponik. Tidak seperti budidaya tanaman yang dilakukan dengan media tanah, budidaya tanaman secara hidroponik dilakukan tanpa tanah, tetapi menggunakan larutan nutrisi sebagai sumber utama pasokan nutrisi tanaman.

Ada beberapa macam desain hidroponik, antara lain adalah desain genangan (floating hydroponic), desain aeroponik, desain hidroponik tetes (drip system), desain hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) dan desain hidroponik wick syistem. Desain aeroponik dan desain hidroponik NFT merupakan desain hidroponik aktif yang menggunakan pompa dan mensirkulasi larutan nutrisi kembali ke tandon. Perbedaanya, mekanisme pemberian larutan nutrisi pada desain hidroponik NFT dialirkan hanya selapis tipis, sedangkan pada desain aeroponik, larutan nutrisi disemprotkan berupa pengabutan butir-butir air. Sementara pada desain hidroponik genangan, pompa hanya berfungsi memompa air dari tandon ke kolam genangan, kemudian larutan nutrisi dimasukkan kedalam kolam dan dibiarkan menggenang. Berbeda dengan ketiga desain tersebut, desain hidroponik tetes tidak menggunakan

(3)

pompa untuk mengalirkan nutrisi. Larutan nurisi akan dialirkan dan diteteskan ke media tanam dalam polibag dantidak dialirkan kembali (Roberto, 2003).

Di antara berbagai jenis sistem hidroponik, jenis yang paling sederhana adalah sistem Wick atau lebih dikenal sebagai sistem sumbu. Pemberian nutrisi pada sistem ini adalah menggunakan sumbu yang digunakan sebagai reservoir yang melewati media tanam. Pada sistem ini digunakan dua pot. Pot pertama sebagai tempat media tanaman, diletakkan di atas pot kedua yang lebih besar sebagai tempat air/nutrisi. Pot pertama dan pot kedua dihubungkan oleh sumbu yang dipasang melengkung, dengan lengkungan berada di dalam pot pertama, sedangkan ujung pangkalnya dibiarkan melambai di luar pot/pot kedua. Hal ini memungkinkan air terangkat lebih tinggi, dibandingkan apabila diletakkan datar saja di dalam pot. Larutan hara yang naik secara kapiler dapat langsung mengisi ruang berpori dalam media tanam, akibat adanya daya tegangan muka pori kapiler yang lebih besar dari gaya berat(Resh, 1987; Soetedjo, 1983).

Faktor terpenting yang harus dipenuhi dalam menunjang keberhasilan hidroponik adalah perawatan, terutama pemberian air dan nutrisi. Pada budidaya tanaman secara hidroponik, tanaman memperoleh unsur hara dari larutan nutrisi yang dialirkan melalui media tanam. Pupuk yang diperlukan dalam larutan nutrisi sistem hidroponik adalah pupuk yang mampu menyediakan unsur makro dan mikro bagi tanaman, serta memiliki daya larut yang baik dan tidak menghasilkan endapan bila dilarutkan dalam air. Umumnya pupuk yang digunakan dalam larutan nutrisi hidroponik adalah pupuk kimia anorganik yang telah memiliki kandungan unsur makro dan mikro lengkap.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam proposal penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh laju pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman sawi (brassica juncea L.) terhadap pemberian berbagai dosis nutrisi AB Mix dengan teknik hidroponik sistem sumbu (wick system) ?

(4)

2. Berapakah dosis pemberian nutrisi AB Mix yang paling efektif terhadap laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi (brassica juncea L.) dengan teknik hidripinik sistem sumbu (wick system) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengamati pengaruh laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi (brassica juncea L.) terhadap pemberian berbagai dosis nutrisi AB Mix dengen teknik hidroponik sistem sumbu (wick system).

2. Untuk mengetahui berapa pemberian dosis nurtisi AB Mix yang paling efektif terhadap laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi (brassica juncea L.) dengan teknik hidroponik sistem sumbu (wick system).

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi tentang pentingnya pemberian nutrisi terhadap tanaman yang dibudidayakan dengan teknik hidroponik sistem sumbu (wick system).

2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai dosis nutrisi AB Mix yang terbaik terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi dengan teknik hidroponik sistem sumbu (wick system).

3. Menambah wawasan kita tentang pemanfaatan lahan sempit ataupun lahan pekarangan untuk tempat bertanam dengan teknik hidroponik sistem sumbu (Wick System).

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sawi

Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu famili dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama pada sistem perakaran, struktur batang, bunga, buah (polong) maupun bijinya. Sawi termasuk ke dalam kelompok tanaman sayuran daun yang mengandung zat-zat gizi lengkap yang memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi masyarakat. Sawi hijau bisa dikonsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan maupun dalam bentuk olahan dalam berbagai macam masakan. Selain itu berguna untuk pengobatan (terapi) berbagai macam penyakit (Cahyono, 2003).

Klasifikasi tanaman sawi dalam (Rukmana, 2002) sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae Sub-kelas : Dicotyledonae

(6)

Ordo : Papavorales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea L. 1. Akar

Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemua arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Heru dan Yovita, 2003).

2. Batang

Batang tanaman sawi pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun (Rukmana, 2002).

3. Daun

Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk krop (Sunarjono, 2004).

4. Bunga

Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Stuktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2002).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Sawi 2.2.1 Iklim

(7)

Curah hujan yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan hidup tanaman karena ketersedian air tanah yang mencukupi. Tanaman sawi hijau tergolong tanaman yang tahan terhadap curah hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman sawi hijau adalah 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi tanaman sawi yang tidak tahan terhadap air yang menggenang (Cahyono, 2003).

Kelembapan udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi hijau yang optimal berkisar antara 80%-90%. Kelembapan udara yang tinggi lebih dari 90 % berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman. Kelembapan yang tinggi tidak sesuai dengan yang dikehendaki tanaman, menyebabkan mulut daun (stomata) tertutup sehingga penyerapan gas karbondioksida (CO2) terganggu. Dengan demikian kadar gas CO2 tidak dapat masuk kedalam daun, sehingga kadar gas CO2 yang diperlukan tanaman untuk fotosintesis tidak memadai. Akhirnya proses fotosintsis tidak berjalan dengan baik sehingga semua proses pertumbuhan pada tanaman menurun. (Cahyono, 2003).

Selain dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang (sub-tropis) tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6°C dan siang hari 21,1°C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari (Cahyono, 2003).

Suhu udara yang tinggi lebih dari 21oC dapat menyebabkan tanaman sawi

hijau tidak dapat tumbuh dengan baik (tumbuh tidak sempurna). Karena suhu udara yang tinggi lebih dari batasan maksimal yang di kehendaki tanaman, dapat menyebabkan proses fotosintasis tanaman tidak berjalan sempurna atau bahkan terhenti sehingga produksi pati (karbohidrat) juga terhenti, sedangkan proses pernapasan (respirasi) meningkat lebih besar. Akibatnya produksi pati hasil fotosintsis lebih banyak digunakan untuk energi pernapasan dari pada untuk pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak mampu untuk tumbuh dengan sempurna. Dengan demikian pada suhu udara yang tinggi tanaman sawi hijau

(8)

pertumbuhannya tidak subur, tanaman kurus, dan produksinya rendah, serta kualitas daun juga rendah (Cahyono, 2003).

2.2.2 Tanah

Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata aerasi dalam tanah berjalan dengan baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Haryanto dkk, 2006).

Kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan hara didalam tanah, aktifitas kehidupan jasad renik tanah dan reaksi pupuk yang diberikan kedalam tanah. Penambahan pupuk ke dalam tanah secara langsung akan mempengaruhi sifat kemasamannya, karena dapat menimbulkan reaksi masam, netral ataupun basa, yang secara langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi ketersediaan hara makro atau hara mikro. Ketersediaan unsur hara mikro lebih tinggi pada pH rendah. Semakin tinggi pH tanah ketersediaan hara mikro semakin kecil (Haryanto dkk, 2006).

Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengolahan lahan secara sempurna antara lain pengolahan tanah yang cukup.

Sifat biologis yang baik adalah tanah banyak mengandung bahan organik (humus) dan bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman, serta tanah yang banyak terdapat jasad renik tanah atau organisme tanah pengurai bahan organik.(Cahyono, 2003).

2.3 Sistem Tanam Hidroponik

Hidroponik merupakan sistem bercocok tanam yang menggunakan media selain tanah (Mas’ud, 2009). Kelebihan dari bercocok tanam secara hidroponik yaitu : penanaman dapat dilakukan tanpa tergantung musim, memiliki kualitas lebih baik,

(9)

kebersihan lebih terjamin, pemakaian pupuk lebih efisien, perawatan lebih praktis, dan tidak banyak membutuhkan tenaga kerja. Budidaya hidroponik terdiri dari dua sistem yaitu sistem hidroponik substrat dan non substrat. Salah satu sistem yang terdapat dalam budidaya hidroponik adalah sistem sumbu (wick system) (Lingga, 2005).

Berdasarkan media tanam yang digunakan, maka hidroponik dapat dilakukan dalam tiga sistem, yaitu sistem kultur air, sistem kultur pasirdan sistem kultur bahan porous (kerikil, pecahangenting, gabus putih dan lain-lain. Sistem kultur air adalah hiroponik sesungguhnya. Air yang mengandung nutrisi diberikan melalui pancaran di daerah perakaran tanaman tanpa bahan penahan air. Sedangkan sistem kultur pasir dan bahan porous adalah pengembangan dari kultur air. Pada dasarnya sistem kultur pasir dan kultur bahan porous adalah sama, karena pada prinsipnya fungsi media tanam ini adalah sebagai bahan penopang berdirinya tanaman sekaligus mengalirkan makanan dalam jumlah yang dibutuhkan. Bahan porous merupakan agregat yang sangat baik untuk mengalirkan sejumlah air yang berlebih. Berdasarkan cara pengairan, ada beberapa system hidroponik yang dikenal yaitu hidroponik system Wick, Aqua kultur, Ebb dan Aliran, tetes (drip irigation), Film Teknik Hara (Nutrient Film Technique/NFT), dan aerophonik.

Sistem sumbu (wick system) merupakan sistem yang paling sederhana dalam budidaya hidroponik. Sumbu sebagai perantara penyalur larutan makanan tanaman dalam media tanam (Soeseno, 1985). Sistem sumbu bersifat pasif, karena tidak ada bagian-bagian yang bergerak. Sumbu yang digunakan harus memiliki daya kapilaritas tinggi dan tidak cepat lapuk sehingga dapat berfungsi untuk menyerap larutan nutrisi.

2.1.1 Media Tanam

Selain larutan nutrisi, faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu media tanam. Fungsi dari media tanam ini sebagai tempat tumbuh dan tempat penyimpanan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.

(10)

Jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik membuat unsur hara tetap tersedia, kelembaban terjamin serta drainase lancar. Media tanam yang digunakan tidak boleh mengandung racun (toksik). Media tanam yang biasa digunakan dalam budidaya hidroponik antara lain pasir, kerikil, pecahan batu bata, arang sekam, spons, dan sebagainya (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Menurut penelitian Perwtasari, dkk (2012) penggunaan media arang sekam memperoleh hasil terbaik. Hal ini dibuktikan dengan hasil rata-rata tanaman dengan parameter panjang, luas daun, bobot basah, dan bobot kering total tanaman pakcoy. Lebih lanjut, Silvina dan Syafrina (2012) menyatakan bahwa interaksi medium campuran pasir dan arang sekam dengan pemberian pupuk organik cair 3 cc/liter air memberikan hasil yang lebih baik untuk semua parameter yang diamati. Tetapi media tanam arang sekam memiliki kekurangan yaitu tidak dapat digunakan berulang kali dalam budidaya serta tidak memiliki nutrisi ataupun unsur hara untuk pertumbuhan tanaman karena proses pembakaran (Primanthoro dan Indriani, 1995). Selain itu, arang sekam juga tidak memiliki daya topang yang kuat terhadap tanaman sehingga tanaman akan mdah roboh.

2.1.2 Kebutuhan Nutrisi

Bahan-bahan yang digunakan sebagai nutrisi dalam budidaya tanaman dipilih berdasarkan beberapa faktor sesuai kebutuhan per unit unsur, kelarutannya dalam air, kemampuan memberikan unsur majemuk, bebas dari kontaminan dan mudah digunakan. Bahanbahan tersebut kebanyakan digunakan dalam bentuk formula nutrisi cair (Hochmutch, 2003).

Banyak nutrisi hidroponik yang dijual di pasaran yang telah memenuhi unsur makro dan mikro baik pupuk organik cair maupun pupuk kimia. Penggunaannya cukup praktis hanya dilarutkan ke dalam air dengan ukuran tertentu kemudian siap digunakan. Namun jika mengetahui cara pembuatannya, akan menjadi alternatif yang baik untuk keberlangsungan sistem hidroponik skala rumah tangga. Pembuatan larutan nutrisi AB Mix dilakukan dengan cara melarutkan AB mix A (83 gram) dan AB

(11)

mix B (83 gram) masing-masing ke dalam 500 ml air, selanjutnya kedua larutan tersebut dicampurkan ke dalam 100 liter air.

2.4 Kerangka Pikir

Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran daun yang umumnya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sawi hijau sangat berpotensi sebagai penyedia unsur unsur mineral penting dibutuhkan oleh tubuh karena nilai gizinya tinggi. Sawi Hijau memiliki kegunaan untuk mencegah kanker, hipertensi, penyakit jantung, membantu kesehatan sistem pencernaan, mencegah dan mengobati penyakit pellagra, serta menghindarkan ibu hamil dari anemia. Selain itu pengembangan komoditas tanaman sawi ini memiliki prospek yang bagus bagi petani, karena tanaman sawi ini merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak diminati masyarakat. Namun sampai saat ini, produksi sawi belum mampu memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini diakibatkan karena rata-rata produksi sawi di Indonesia masih sangat rendah.

Rendahnya produksi sawi ini diakibatkan oleh beberapa alasan diantaranya peneratan teknologi yang kurang memadai dan ketersediaan lahan budidaya yang semakin berkurang dikarenakan pengalihan lahan budidaya ke sector non pertanian. Untuk menganggulanggi hal itu

2.5 Hipotesis

Teknologi Kurang Memadai Tanaman Sawi Prodiksi Rendah

Lahan Pertanian Berkurang Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi Meningkat Hidroponik Pemanfaatan Lahan Sempit (Pekarangan)

(12)

Diduga bahwa terdapat satu perlakuan pemberian berbagai dosis nutrisi AB Mix yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi.

BAB III METODEOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Geen Hous Agroteknologi kampus II Universitas Cokroaminoto Palopo, Jalan Lamaranginang, Kelurahan Sabbangparu, Kecamatan Wara Utara, Kabupaten Luwu Utara, Kota Palopo.

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2016 sampai selesai.

3.2 Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sawi hijau, nutrisi Hydroponik AB Mix, arang sekam, pasir, dan air bersih.

Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: botol plastic bekas ukuran 1 liter, sumbu atau kain flannel, ember, pisau, gunting, pulpen, kertas atau bukau catatan, mistar, dan kamera.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan setiap perlakuan di ulanganan sebanyak 4 kali, sehingga didapat 20

(13)

unit tanaman percobaan. Adapun perlakuan yang akan diberikan antara lain sebagai berikut:

P0 : Tanpa perlakuan (control)

P1 : Pemberian nutrisi AB Mix gengan dosis 3 ml P2 : Pemberian nutrisi AB Mix gengan dosis 5 ml P3 : Pemberian nutrisi AB Mix gengan dosis 8 ml P4 : Pemberian nutrisi AB Mix gengan dosis 10 ml

3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Pembibitan

Pembenihan dilakukan menggunakan wadah dengan ukuran yaitu lebar 20 cm dan panjangnya 30 cm, tinggi 10 cm. Media yang digunakan adalah pasir, lalu media dibasahi kemudian benih ditabur pada media dan ditutupi pasir setebal 1 cm, penyiraman dilakukan dengan sprayer setiap hari. Setelah berumur 2 minggu sejak disemaikan atau bibit telah berdaun 3-4 bibit tanaman sawi siap dipindahkan ke media tanam yang telah disiapkan.

3.4.2 Persiapan Media Tanam

Menyiapkan media tanam dengan menggunakan botol aqua ukuran tinggi 1,5 liter yang dipotong menjadi dua bagian. Bagian atas botol sebagai wadah media tanam pasir dan arang sekam dengan perbandingan 1:2 dan diberi sumbu dari kain flanel yang berfungsi untuk menyerap larutan nutrisi serta bagian bawah botol sebagai tempat larutan nutrisi hidroponik.

3.4.3 Pemindahan tanaman

Pemindahan bibit sawi dilakukan setelah bibit tanaman telah berumur 2 minggu atau telah berdaun 3 helai kedalam media tanam yang telah disiapkan. 3.4.4 Perawatan (pengendalian hama penyakit)

Perawatan yang dilakukan meliputi penggantian larutan nutrisi yang digunakan secara periodik untuk menjaga ketersediaan nutrisi dan kestabilan pH larutan. Untuk tambahan kekurangan unsur hara makro selain nitrogen dan

(14)

unsure hara mikro lainnya dilakukan pemberian unsur hara melalui daun dengan sprayer. Selain itu juga dilakukan pengendalian hama dan penyakit yang mungkin menyerang.

3.4.5 Panen

Pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman mencapai pertumbuhan maksimal yaitu berumur ± 35 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut akar tanaman sawi dari media tanam.

3.5 Parameter pengamatan

1. Tinggi Tanaman (cm), diamati selama pertumbuahan, dengan cara diukur dari pangkal batang sampai ke ujung daun terpanjang.

2. Jumlah Daun (Helai), dimana seluruh jumlah dun per tanaman dihitung per helai.

3. Luas Daun (cm2), pengukuran luas daun dilakukan pada saat akhir pengamatan.

4. Berat segar tanaman (Kg), ditimbang pada saat panen dengan menimbang semua bagian tanaman yang meliputi akar, batang dan daun.

5. Berat kering tanaman (Kg), diperoleh dengan menimbang semua bagian tanaman yang meliputi akar, batang dan daun, dilakukan pada akhir penelitian setelah dioven selama 2x24 jam dengan suhu 80°C. Pengamatan bobot kering tanaman dilakukan pada saat panen.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat , 2010. Statistik Indonesia Tahun 2010. Jakarta Pusat : Badan Pusat Statistik

Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Sawi Hijau (Pat-Tsai). Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Haryanto, dkk, 2007.Bertanam Sawi dan selada. Penebar Swadaya. Jakarta. Hochmuth, G. J. 2001. Fertilizer Management for Greenhouse Vegetables.

Florida Greenhouse Vegetables Production Handbook. Vol 3.

Lingga, P. 2005. HIDROPONIK Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarata. 80 hal.

Mas’ud, Hidayati. 2009. Sistem Hidroponik Dengan Nutrisi Dan Media Tanam Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Selada. Media Litbang Sulteng 2 (2): 131–136, Desember 2009. ISSN : 1979 –5971.

Perwtasari, B. 2012. Pengaruh Media Tanam Dan Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Pakchoi (Brassica Juncea L.) Dengan Sistem Hidroponik. Agrovigor. 5 (1) : 14-25.

Primantoro, H. dan Y. H. Indriani., 1995. Hidroponik Buah untuk Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Prihmantoro, Heru dan Yovita Hety Indriani. 2005. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Hobi dan Bisnis. Jakarta : Penebar Swadaya.

Resh, H. M. 1985. Hydroponics Food Production, A Definitive Guidebook Of Soilles Food Growing Methods. Woodbrigde Press Publishing Company. Santa Barbara, California. 376 Hal.

(16)

Roberto, K., 2003. How to Hydroponics. 4th edition. The Future Garden Press, New

York.

Rukmana, R., 1994 ’’Bertanam Petsai dan Sawi’’. Kanisius, Yogyakarta.

Rukmana Rahmat. 2004. Bertanam petsai dan sawi. penerbit Kanisius.Yogyakarta. Sumarjono, H.H.,2004. Bertanam 30 jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. CV. Nuansa Aulia, Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana pencabulan terhadap anak ini ternyata juga terjadi dualisme di dalam penjatuhan pidana untuk mengadili pelaku, yakni kendati sudah

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui PENGARUH KONSENTRASI EM4 DAN DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP HASIL TANAMAN SAWI( Brassica juncea L.).Pelakasanaan ini

Data hasil penilaian terhadap penggunaan produk pengembangan modul pembelajaran matematika terhadap tes kelas yang yang digunakan sebagai penelitian dengan kelas

Level user merupakan status sosial user dalam aplikasi. Level user dibuat agar user bangga dengan level yang dimilikinya. Juga agar user terus melakukan kegiatan

Pengaruh Pemberian Jenis Kompos Limbah Pertanian Dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.)Di Polibag.. Pupuk

Hj Eka Dahlia

Limbah plastik jumlahnya semakin lama semakin banyak, untuk itu diperlukan pemanfaatan limbah tersebut dengan langkah mendaur ulang menjadi produk lain dalam bentuk butiran

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sediaan gel ekstrak etanol 70% daun bangun-bangun dengan konsentrasi 3,0% memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri